Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan
dan kekuatan kepada kita semua, sehingga saat ini kita masih dapat menjalankan
berbagai kegiatan kehidupn sosial, ekonomi dan dan politik.
Kerja keras Tim yang dipimpin dan berada dibawah koordinasi Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene ini patut saya berikan
penghargaan yang sedalam-dalamnya karena Tim ini telah mampu menerjemahkan
gagasan dan komitmen saya serta gagasan dan prakarsa masyarakat khususnya
masyarakat Miskin yang selama ini termaginal dari pelayanan publik yang berkualitas
oleh Pemerintah Daerah.
Apa yang dihasilkan oleh Tim Perumus ini akan menjadi bahan utama
Pemerintah Daerah Kabupaten Majene untuk Program Kerja Pemerintah selama 5 tahun
kedepan. Dan untuk ini saya meminta jajaran Pemerintah Daerah yang terkait langsung
dengan program pelayanan publik dan penanggulangan Kemiskinan untuk segera
menjadikan dokumen ini sebagai acuan dasar dalam penyusunan RKPD dan APBD
ditahun 2008 sampai dengan 2012.
Data UNDP dan Bappenas tahun 2004, dalam Indeks Pembangunan Manusia
menunjukkan bahwa Kabupaten Majene saat ini berada diperingkat 1 dari 5 Kabupaten
di wilayah Provinsi Sulawesi Barat, namun jika dilihat ditingkat Nasional Kabupaten
Majene berada diperingkat 321 dari 440 Kabupaten/Kota seluruh Indonesia. Untuk ini
saya menetapkan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah dengan Peraturan
Bupati Kabupaten Majene untuk menjadi kebijakan dasar Pemerintah Daerah dalam
Penanggulangan Kemiskinan selama 5 tahun kedepan.
Terkait dengan pedeketan tersebut, maka ada 7 (tujuh) prioritas hak dasar
Masyarakat Miskin yang segera akan kita wujudkan secara bertahap sesuia dengan
kemampuan keuangan daerah yakni; (1) Hak atas Keadilan dan keseteraan Gender, (2)
Hak atas Pangan, (3) Hak atas Pendidikan, (4) Hak atas Kesehatan, (5) Hak atas
Pekerjaan dan berusaha, (6) Hak atas Tanah, dan (7) Hak atas Rasa Aman. Dengan
prioritas ini kita bersama-sama menuju Majene menjadi daerah baru dan maju secara
ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
Untuk ini diperlukan kerjasama yang baik diantara para pemangku kepentingan
Pembangunan mulai dari Jajaran Pemerintah Daerah, DPRD, Masyarakat, Dunia Usaha,
Perguruan Tinggi, dan Organisasi-organisasi keagamaan dan kemasyarakatan. Karena
dengan kita saling membahu dalam memberantas Kemiskinan apa yang dituangkan
dalam dokumen ini akan dapat terlaksana dengan baik dan berhasil guna.
Akhirnya, saya ucapkan terima kasih kepada Tim Perumus dibawah Koordinasi
Tim Koordinasi Penanggulangan kemiskinan Kabupaten Majene, Rekan-rekan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Majene, khususnya kepada Warga saya
(Komunitas Miskin Kota, Komunitas Petani Hutan, Komunitas, Komunitas Nelayan, dan
Komunitas petani kebun) yang telah bersama-sama Tim Perumus memberikan gagasan
dan harapannya sehingga lahirnya dokumen ini.
Semoga niat baik dan upaya kita semua untuk memperbaiki kualitas hidup
sumberdaya manusia di Majene ini diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dengan
mengucapkan Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.
H. KALMA KATTA
Kita semua tahu bahwa Kemiskinan di daerah kita ini sudah merupakan
masalah yang serius dan menjadi problema sosial kemasyarakatan yang sangat
komplek dan atau multidimensi. Sudah saatnya kita tidak lagi melihat Kemiskinan dari
sisi pendapatan/penghasilan warga masyarakat sehari-hari, melainkan juga harus dilihat
dari sisi hak-haknya sebagai warga masyarakat yang bermartabat. Oleh karenanya
kebijakan dan program yang dijalankan haruslah mampu memberikan jaminan
terpenuhinya hak-hak dasar warga masyarakat secara adil dan holistik.
Dewan juga sangat menyadari bahwa penerimaan daerah dari pendapatan asli
daerah (PAD) masih belum mampu menjadi andalan sumber pendapatan daerah, dan
H. SUDARMIN
LAMPIRAN
(dalam Konperensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda 29 Oktober 1949)
1. 1. Latar Belakang
Setelah 50 tahun Indonesia merdeka, sebelum krisis pertumbuhan
ekonomi Indonesia cukup “baik” mencapai rata-rata 7 % namun ketika krisis
pada tahun 1997, kondisinya berubah drastis (1998) hingga anjlok mencapai
angka minus 13 % dan ini mengakibatkan meluasnya gejala dan derajat
kemiskinan-pemiskinan, mendalamnya kualitas kemiskinan-pemiskinan, dan
meningkatnya dampak krisis terhadap perempuan dan anak-anak jika dilihat dari
sudut padang korban dan sifat kemiskinan-pemiskinan. Situasi kemiskinan-
pemiskinan saat ini bukan saja dapat dilihat dari sudut pandang angka
kemiskinan, angka pertumbuhan ekonomi, dan income perkapita, tapi juga harus
dilihat dari sudut pandang hak-hak sosial ekonomi dan hak-hak politik warga.
Laporan UNDP dalam Human Development Index tahun 2002,
kualitas hidup warga negara Indonesia cenderung menurun, HDI Indonesia di
urutan 110 dan pada tahun 2003 turun ke urutan 112. Dan jika dilihat dari Index
Pembangunan Manusia Indonesia 2004, Kabupaten Majene berada pada
peringkat 321 dari 440 Kabupaten/Kota dan urutan 1 dari 5 Kabupaten di
Sulawesi Barat. Satu sisi memberikan gambaran dan tolok ukur bagai
Pemerintah Daerah Majene dalam memajukan kehidupan warga kearah yang
lebih sejahtera dengan menempatkan pembangunan berbasis hak sebagai
tumpuannya. Dan sisi lain Kabupaten Majene dapat menjadi pusat rujukan
pembangunan manusia dalam menanggulangi kemiskinan di wilayah Sulawesi
Barat.
Dari pandangan Kaum Marginal (komunitas miskin) Kemiskinan tidak
saja dilihat dari aspek/sisi pendapatan, kepemilikan aset produksi dan harta
benda, melainkan Kemiskinan juga mencakup kerentanan dan kerawanan
2 Bab I - Pendahuluan
dalam merumuskan kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten
Majene.
Itu artinya, dokumen strategi penanggulangan kemiskinan ini tidak saja
menjadi bagian dari dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Majene, tetapi juga
menjadi turunan SNPK sebagai kebijakan Pemerintah dalam penanggulangi
kemiskinan dan pemiskinan secara terpadu, bertahap, terencana, dan
berkesinambungan, yang melibatkan semua stakeholder (pemerintah, dunia
usaha, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, maupun
masyarakat miskin) dalam keseluruhan proses penanggulangan kemiskinan dan
pemiskinan di Kabupaten Majene.
1. 3. Proses penyusunan
Komitmen Pemerintah Daerah Kabupaten Majene untuk meningkatkan
kualitas hidup/kesejahteraan Masyarakat di wilayah Kabupaten Majene
khususnya pengurangan angka kemiskinan telah dimulai sejak orde reformasi
bergulir. Berbagai kebijakan telah disusun dan dijalankan, namun hasilnya belum
4 Bab I - Pendahuluan
kemiskinan dan menghambat proses penanggulangan kemiskinan. Proses
analisis dilakukan dengan metode; kajian dokumen kebijakan, kajian laporan-
laporan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan, dan konsultasi
publik.
Sedangkan untuk pendalaman permasalahan kemiskinan yang dihadapi
masyarakat dilakukan dengan metode Participatory Poverty Assessment (PPA)
/Analisis Kemiskinan berbasis Komunitas (AKK). Proses ini dilakukan oleh
Tim bekerjasama antara FIK-ORNOP Sulsel – JARI CSR dan PEMDA
(TKPKD) Kabupaten Majene, atas dukungan pendanaan DFID melalui Oxfam
G.B dan anggaran PEMDA.
PPA dilakukan dilakukan pada Komunitas Petani Kebun, Komunitas
Petani Hutan, Komunitas Pesisir, dan Komunitas Miskin Kota dengan
melibatkan kaum perempuan dan laki-laki selama 2 bulan.
1. 3. 5. Penulisan Dokumen
Penulisan dilakukan oleh tiga tahap oleh 2 orang penulis dengan
mendasasri pada hasil-hasi ltahapan di atas. Tahap pertama adalah Penulisan
draft I yang sisinya berupa out line SPKD dan Bab I yang hasilnya dibahas
bersama tim Perumus, Tahap II penulisan draft II yang isinya berupa BAB I
yang telah dilengkapi dengan masukan tim Perumus, BAB II, dan BAB III
untuk selanjutnya dibahas oleh tim Perumus. Dan tahap III adalah penulisan
Final Draft yang isinya berupak; BAB I sampai dengan BAB VII dokumen
SPKD. Keseluruhan proses penulisan dilakukan dalam waktu 3 bulan sejak
September sampai Desember 2006.
1. 5. Sistematika
Bab I : Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, proses Penyusunan, Runag
Lingkup, dan Sistematika Dokumen
Bab II : Diagnosa Kemiskinan-Pemiskinan di Kabupaten Majene tentang
sebab-musabab kemiskinan berdasarkan hasil kajian Kemiskinan
oleh Kaum Marginal (Si Miskin), data statistik dan hasil kajian
akademik/penelitian yang terkait dengan pembangunan Kabupaten
Majene.
Bab III : Kajian kebijakan dan program yang telah dikeluarkan dan
dijalankan oleh Pemerintah daerah dan Nasional untuk mengatasi
masalah Kemiskinan di Kabupaten Majene. Kajian tersebut juga
memberikan gambaran kebijakan strategis dan rekomendasi
kebijakan kedepan.
Bab IV : Kebijakan Strategis Daera untuk Penanggulangan Kemiskinan,
Landasan yuridis, paradigma, tujuan dan target, prinsip-prinsip dan
strategi penanggulanan kemiskinan-pemiskinan yang berbasiskan
penghormatan, pelindungan dan pemenuhan hak-hak dasar kaum
marginal.
Bab V : Rencana Aksi Program Strategis Penanggulangan Kemiskinan
Jangka Panjang dan Program Aksi Tahunan Penanggulangan
Kemiskinan-Pemiskinan (2007-2012).
Bab VI : Mekanisme pelaksanaan SDPK meliputi tatalaksana (kelembagaan)
pelaksana.
6 Bab I - Pendahuluan
Bab VII : Sistem Pemantauan dan Evaluasi; sistem pengawasan/sosial audit
yang didasari pada safeguarding, dan tatalaksana transparansi dan
akuntabilitas publik
"Kalau kita harapkan tabib dari luar, kita akan menunggu orang yang tidak akan
datang, yang sanggup mengobatinya banyak atau sedikit ialah rakyat kita sendiri.
Dan pokok segala usaha ialah kemauan yang tetap. Kemauan itulah yang harus kita
bangkitkan. Itulah dasarnya self help yang senantiasa menjadi buah bibir kita.
Rakyat kita sebagian besar adalah rakyat yang kena sugesti (pukau)
ketidakmampuan. Pukul dan bunuh sugesti itu dengan propaganda dan contoh"
(Hatta, 1933)
M alunda
B anggai
P am boang
S edana
Data diatas menunjukkan jumlah penduduk Kabupaten Majene adalah
137.474 jiwa yang terdiri dari perempuan 70.980 dan laki-laki 66.494. Tingkat
kepadatan penduduk rata-rata 1.060 jiwa per km2 untuk Kota Majene
(Kecamatan Banggae). Tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Majene
adalah 0,21% pertahun. Dan 1.40% pertahun untuk Kota Majene.
Dilihat dari sebaran Penduduk (Tabel 1 terlampir) menunjukkan bahwa
tingkat kepadatan penduduk terpusat di Kecamatan Banggai mencapai 1.060,
sementara di 2 kecematan lainnya hanya berkisar 200 sampai dengan 300. Dan
hanya 1 kecamatan yang kepadatan penduduknya masih rendah yakni
Kecamatan Malunda. Jika dilihat dari gerder populasi, dapat dikatakan bahwa
angka laki-laki dan perempuan relatif sama.
Angkatan kerja masyarakat yang berusia di atas 10 tahun masih
didominasi pada sektor Pertanian, kemudian sektor perdagangan dan jasa. Secara
lengkap dapat dilihat pada Tabel 2 (terlampir).
Dilihat dari infrastruktur pemenuhan hak atas pendidikan, data statistik
menunjukkan jumlah sekolah yang tersedia mulai dari tingkat TK sampai dengan
SLTA/SMTA, maka di Kabupaten Majene saat ini sudah tersedia 340 unit
sekolah yang tersebar di 4 kecamatan. Jumlah murid yang dapat ditampung
pada sekolah-sekolah tersebut mencapai 38.984 orang anak usia sekolah atau
baru 76 % dari jumlah anak yang berhak sekolah yakni 50.654 orang. Data
lengkap dapat dilihat pada Tabel 3 (terlampir).
Adapun jumlah guru yang dapat menjalankan tugasnya hingga saat ini
3.952 orang, itu artinya seorang guru harus mengawasi anak didiknya setiap hari
dengan jumlah murid rata-rata 11 orang. Jika demikian keadaannya maka kualitas
anak didik di Kabupaten Majene seharusnya lebih baik dari kualitas anak didik di
daerah Pulau Jawa yang rata-rata seorang guru harus mengawasi anak didiknya
mencapai 20 hingga 25 orang.
10 Bab II - Pendahuluan
Dilihat dari ketersediaan infrastruktur pemenuhan hak atas kesehatan,
dapat dikatakan masih jauh dari jumlah ideal. Saat ini hanya ada 1 rumah sakit
(rumah sakit umum) yang melayani 130 Ribu lebih penduduk dengan segala
keterbatasan fasilitas medis dan para medis atau jauh dibawah Standar Pelayanan
Minimum Kesehatan yang telah ditetapkan Pemerintah (Menteri Kesehatan).
Terkait dengan kualifikasi dan atau kapasitas tenaga medis saat ini di
Kabupaten Majene dilayani oleh 18 orang Dokter Umum, 9 orang Dokter Gigi,
3 Dokter Ahli, 2 orang Apoteker, 11 orang Sarjana Kesehatam Masyarakat. Dan
dibantu oleh para 117 orang Perawat, 31 orang Paramedis non perawat, 30
orang Tenaga non medis dan 30 orang paramedis pembantu.
Dilihat dari sisi jenis penyakit yang diderita masyarakat, berdasarkan
data statistic 2004, adalah: 5.706 kasus penyakit diare, 96 kasus malaria, diduga
rabies 79 kasus , ada 2.093 kasus cacingan, terdapat 414 penderita TBC dan 97
Kusta, dan 419 kasus Typus.
Dengan kondisi statistik tersebut, jika dilihat dari tingkat/derajat
kesejahteraan masyarakat saat ini, dapat disimpulkan bahwa kehidupan
masyarakat khusus kelompok masyarakat miskin rentan terhadap penurunan
kualitas hidup sekalipun posisi Kabupaten Majene saat ini berada diperingkat 1
IPM/HDInya ditingkat SUlawesi Barat. Kerentanan ini disebabkan karena
kapasitas pelayanan public yang dapat dijangkau masyarakat belum ada
kemajuan/peningkatan baik dari aspek jumlah maupun kualitas pelayanannya.
Selain itu, kapasitas/daya kemampuan masyarakat yang belum mengalami
peningkatan karena faktor struktural ekonomi dan kebijakan pemerintah secara
nasional.
Hal ini juga berpengaruh pada penerimaan asli daerah yang belum
mengalami peningkatan secara signifikan. Tabel 7 (terlampir) menunjukkan peta
sumber-sumber produksi masyarakat yang menjadi andalan pendapatan asli
daerah dari Industri yang masih dikelola dengan teknologi konvensional dan
semi konvensional.
P e ta P e n y a k it M e n u la r D id e rita P e n d u d u k d a la m ta h u n 2 0 0 3
6000 5648
5000
4000
Penduduk
J u m la h
3000 2099
2000
1000 343 617 281
95 86
0
D ia r e M a la r ia R a b ie s C a c in g a n Tbc K u s ta T ypus
12 Bab II - Pendahuluan
Resiko kematian ibu melahirkan juga sangat memprihatinkan dalam dua
tahun terakhir. Ditahun 2003 tercatat 28 orang ibu melahirkan meninggal dari
195 ibu melahirkan, dan ditahun 2004 angka kematian ibu melahirkan meningkat
menjadi 50 orang dari 3.308 total ibu melahirkan.
P e ta P e n y a k it M e n u la r D id e rita P e n d u d u k d a la m ta h u n 2 0 0 4
6000
5706
5000
4000
Penduduk
J u m la h
3000 2093
2000
1000 414 419
96 79 97
0
D ia r e M a la r ia R a b ie s C a c in g a n Tbc K u s ta T ypus
14 Bab II - Pendahuluan
Temuan saat dilakukan FGD terkait dengan system garapan lahan ini
telah berlangsung secara turun temurun (sekarang sudah lapisan ketiga dalam
sturuktur keturunan keluarga). Pola garapan yang selama ini berjalan adalah
untuk tanaman jangka panjang hasil dibagi tiga dimana satu bagian untuk
penggarap dan dua bagian untuk untuk pemilik. Untuk tanaman tanaman jangka
pendek bagi hasinya adalah 2 bagian untuk penggarap dan satu bagian untuk
pemilik lahan. Berikut adalah ungkapan salah seorang peserta PPA.
”bahwa hasil yang kita dapatkan dari usaha tani kami sangatlah minim disebabkan oleh
hal tersebut, disisi lain kami harus menghidupi keluarga, innapa Tia harga BBM
anna’ sembako lewa’ masuli’na…! I’da tiapami nakasi-asi tau ”
Saharuddin (31 tahun/petani)
Umumnya lahan garapan yang dikelola oleh peserta PPA adalah lahan
yang tidak produktif. Tingkat kemiringan lahan yang membentuk lereng-lereng
gunung dan dalam hamparan alang-alang serta bebatuan, Kondisi ini menjadikan
para petani yang rata-rata adalah petani konvensional alat kerjanya (tradisional)
mengalami kesulitan dalam menggarap. Disisi lain sumber pengairan bagi lahan
mereka hanyalah mengandalkan air tadah hujan, itu disebabkan oleh kondisi
topografi dan kapasitas warga (keterampilan maupun segi finansial untuk itu
memang sangatlah kurang.
Dari sisi lain akses masyarakat miskin terhadap pengembangan usaha
kecil/kewirausahaan juga sangat terbatas. Masalah utamanya adalah sulitnya
mengakses modal dengan suku bunga rendah, sulit dalam memperoleh ijin
usaha, kurangnya perlindungan regulasi atas usaha-usaha yanmg dikelolal,
rendahnya kapasitas kewirausahaan dan terbatasnya akses terhadap informasi:
(pasar dan bahan baku), tidak terjangkaunya bantuan-teknis dan teknologi.
Salah satu penyebab kemiskinan kami adalah karena mulai dari leluhur kami memang
sudah merasakan dengan keadaan lahan yang tidak terlalu menguntungkan, innamo
lita’mawatu, tanah yang memang kurang subur, alapagi salama di’e mai bapak-bapak
penyuluh sangat kurang untuk mengunjungi kami untuk memberikan penyuluhan
bagaimana mengolah lahan yang kondisinya seperti itu, jari parallu sanna’i tu’tau
penyuluhan iyaatopapole’ mua’ malai kami bisa dibantu pengadaan pompanisasi
untuk pengairan. Karena sampai saat sekarang ini kami hanya mengandalkan air hujan.
16 Bab II - Pendahuluan
Kesulitan dalam mengakses air bersih dan aman, dan sanitasi akan
menjadi beban berat bagi masyarakat miskin. Upaya pemenuhan hak dasar atas
air bersih dan aman perlu menjadi perhatian terutama dalam penyediaan dan
distribusi air bersih, terbangunnya mekanisme subsidi penyediaan air bersih dan
sanitasi bagi masyarakat miskin, serta peningkatan pengetahuan dan pemahaman
masyarakat miskin terhadap pentingnya air bersih dan sanitasi.
2. 4. 5. Rendahnya Kapasitas Pelayanan Hak atas Rasa aman
Kaum miskin selain marginal atas hak-hak dasarnya juga dimarginalkan
dari aspek perlindungan hak atas rasa aman. Kekerasan dalam rumah tangga
merupakan suatu kondisi yang selalu dialami keluarga masyarakat miskin. Ini
sebagai akibat dari kebuntuan dan frustrasinya masyarakat mengahadapi
masalah-masalah kemiskinan. Dilingkungan luar rumah; ditempat kerja dan
berusaha ancama kekerasan juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari
dihadapi Masyarakat miskin. Tindak kekerasan tersebut disebabkan oleh
perebutan sumber-sumber ekonomi dan produksi, konflik sosial, ancaman dan
terorisme, termasuk ancaman non kekerasan seperti kerusakan lingkungan,
bencana alam, perdagangan manusia (human trafficking), krisis ekonomi,
penyebaran penyakit menular, dan peredaran obat-obat terlarang. Berbagai
tindak kekerasan dan non kekerasan tersebut mengancam rasa aman dan
menyebabkan hilangnya akses masyarakat terhadap hak-hak sosial, ekonomi,
politik, dan budaya.
Apa yang terjadi dikabupaten tentangga (Mamasa) adalah sebuah
fenomena social yang dapat terjadi di Majene. Demikian pula hal dengan tidakan
kekerasan sesama masyarakat miskin,masyarakat miskin dengan aparat penegak
hukum.
Kaum perempuan adalah orang pertama dan terberat yang menanggung
beban akibat kekerasan dilingkungan masyarakat miskin. Bagi kaum perempuan,
kekerasan dan atau hilangnya hak atas rasa aman dapat menyebabkan hilangnya
akses pada mata pencaharian, tempat tinggal yang hancur, dan masa depan yang
tidak pasti. Kondisi ini memaksa kaum perempuan menjadi pencari nafkah
utama dan menanggung beban keluarga yang lebih besar. Hal ini disebabkan
karena tidak mampuan negara menjamin hak-hak warga atas rasa aman.
2. 4. 6. Terbatasnya Ruang Partisipasi Warga (kaum Miskin) dalam
Pembangunan
Lemahnya penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar
warga terutama bagi kaum miskin mengindikasikan terbatasnya ruang partisipasi
warga dalam keseluruhan proses pembangunan. Ini juga menandakan gagalnya
18 Bab II - Pendahuluan
Dan dilingkungan petani penghasil pangan termasuk petani padi juga
masuk dalam katagori komunitas rentan rawan pangan yang disebabkan oleh
fluktuasi harga yang terjadi pada saat musim panen dan musim paceklik yang
tidak menguntungkan mereka. Impor beras yang dilakukan untuk menutup
kebutuhan beras dan menjaga stabilitas harga seringkali tidak tepat waktu
sehingga merugikan petani penghasil beras
Dengan mengacu pada pandangan kaum miskin/masyarakat miskin di
atas sebagai sebuah gambaran/apresiasi terhadap kehidupan sosial dan atau kelas
sosial yang ada disekitar mereka sehari-hari atas kondisi ketidak-berdayaan
masyarakat miskin keluar dari lingkaran kemiskinan dan ketidak-adilan yang
terus-menerus mereka hadapi selama ini. Dapat ditarik kesimpulan bahwa
menurut kaum miskin, kemiskinan dan atau pemiskinan yang terjadi di Majene
dikarenakan (1) Luruhnya peran negara/pemerintah dalam melindungi,
mengormati dan memenuhi hak-hak dasar warga (2) Ketidak-berdayaan
masyarakat (pranata-pranata sosial) mengahadapi masalah kemiskinan yang
multidimensi, yang berakibat pada terjadinya kesenjangan sosial dan ekonomi yang
semakin jauh. Kedua sebab tersebut merupakan akibat dari:
1. Keterbatasan akses masyarakat miskin dalam memenuhi hak-hak
dasarnya seperti; hak atas pekerjaan, hak pelayanan kesehatan, hak atas
permukiman, hak atas pelayanan pendidikan, hak atas rasa aman, dan
hak atas lingkungan hidupyang sehat.
2. Lemahnya akses masyarakat atas haknya berpartisipasi dalam
keseluruhan proses pembangunan seperti hak berpartisipasi dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan.
3. Lemahnya regulasi yang menghormati dan melindungi hak-hak
masyarakat atas sumberdaya alam seperti tanah, hasil hutan, hasil bumi,
home industri, dan akses pada pasar dan sumber bahan baku.
4. Terbatasnya kapasitas masyarakat miskin dalam meningkatkan
produktivitasnya dalam mempertahankan hak-haknya atas sumber-
sumber produksi yang ada.
5. Adanya tekanan psikologis sebagai akibat dari ketidak-berdayaan
masyarakat dalam mempertahankan ”modal sosial” dan atau pranata
sosial karena dorongan perubahan secara struktural (kebijakan) yang
tidak berbasiskan nilai-nilai sosial masyarakat yang selama ini menjadi
kekuatan masyarakat dalam mempertahankan hak-haknya.
2. 5. Definisi Kemiskinan-Pemiskinan
Dalam diskusi terfokus bersama Kaum Miskin saat dilakukan PPA
(Participatory Poverty Assessment) diperoleh pandangan kaum Miskin tentang Arti
20 Bab II - Pendahuluan
BAB III
KAJIAN KEBIJAKAN DAN
PROGRAM PANANGGULANGAN KEMISKINAN
DAU
DAK
5,00%
10,00% PAD
15,00%
Lain-lain
70,00%
50 51
53 46
50
43
41
40
30 26 26 26
20
8
8
10
6 3 3
2
0
Pelayanan Dasar Fasilitas Um um Pem bangunan Sosial & Adm inistrasi
Ekonom i Keam anan Um um &
Pem erintahan
Secara umum kebijakan anggaran kalau dilihat dari sisi kewajiban daerah
(Pasal 167 ayat (1) UU No.32/2004, mencakup; perlindungan masyarakat,
peningkatan kualitas hidup masyarakat peningkatan pelayanan dasar pendidikan,
kesehatan, fasilitas sosial dan dan infra struktur umum lainnya dapat dikatakan
lebih maju dan berpihak pada peningkatan kesejahteraan rakyat, namun belum
terintegrasi dan berkelanjutan atas perlindungan, pemajuan dan pemenuhan hak-
hak dasar Masyarakat, khususnya dalam penurunan angka kemiskinan dan
pengangguran. Dan menjadi prioritas Pemerintah kedepan untuk menempatkan
issue kemiskinan sebagai dasar perumusan kebijakan daerah berupa peraturan
perundang-undangan.
600
500
400 BANDENG
300 UDANG
IKAN LAIN
200 JUMLAH
100
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Diare Malaria rabies Cacingan TBC Kusta Typus
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
i
il
i
su
h
ay
m
i
t
at
ha
la
yu
p
ha
i
B
at
m
ko
du
e
en
m
s
u
yi
se
hi
Ib
in
ba
m
ir
al
ia
hi
r
hi
u
an
us
rs
La
Ib
La
be
in
pd
al
u
rs
k
Ib
na
Pe
A
10000
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
il
ii
h
m
ay
su
i
ha
la
up
at
i
ha
ng
at
B
yu
ko
m
se
id
ba
u
en
se
yi
rh
Ib
in
ir
tim
ba
m
hi
ra
al
hi
la
rs
u
di
pa
la
an
\ib
be
i ta
in
ak
al
al
u
an
Ib
rs
B
Pe
Sudah saatnya merubah cara pandang atas kemiskinan yang terjadi dan
melihatnya tidak saja dari aspek ekonomi semata melainkan, melihatnya dalam
dimensi yang lebih holistik yakni dimensi hak asasi manusia. Cara pandang ini
didasari pada analisis kemiskinan dalam Bab II dokumen ini.
Mengapa melihat kemiskinan dari dimensi hak asasi manusia? Karena
melalui dimensi ini diyakini bahwa ketidakberdayaannya kaum miskin secara
politik, ekonomi dan sosial budaya dapat dipulihkan secara bertahap sehingga
mandiri sebagai manusia yang bermartabat . Dengan cara pandang tersebut pula
maka paradigma penanggulangan kemiskinan di Majene adalah menempatkan
masalah kemiskinan sebagai tantangan bersama para pemangku kepentingan di daerah dan
menjadikan penanggulangan kemiskinan berbasis hak-hak dasar warga sebagai pilar utama
penanggulangan Kemiskinan di Majene dalam 5 tahun kedepan.
Paradigma ini menjadi dasar pula dilakukannya pembaharuan sistem
pelayanan publik secara bertahap dengan berbasiskan pada nilai-nilai lokal dan
universal/umum. Nilai-nilai dimaksud adalah;
1. Kaum miskin merupakan stakeholder/pemangku kepentingan utama
dalam keseluruhan proses penanggulangan kemiskinan. Artinya, kaum
miskin tidak lagi menjadi kelompok sasaran dan atau objek
pembangunan melainkan sebagai pelaku/subjek dalam penanggulangan
kemiskinan di Kabupaten Majene.
2. Menempatkan Pranata Sosial sebagai sistem perlindungan sosial dan
pemberdayaan hak-hak kaum miskin.
Dengan demikian maka keseluruhan proses penanggulangan
kemiskinan, kebijakan pembangunan, termasuk anggaran pembangunan di
Kabupaten Majene berbasiskan pada penghormatan/pemajuan, perlindungan,
dan pemenuhan hak-hak dasar warga khususnya kaum miskin.
4.3. Target
Dengan mendasari pada target penurunan angka kemiskinan dan
pengangguran pada dokumen RPJM Nasional dan RPJM Daerah maka target
pencapaian kebijakan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Majene dalam
5 tahun kedepan (2007 – 2012) adalah;
1. Menurunnya jumlah penduduk miskin dari 81.074 (62.53 %) menjadi 10
% dari Jumlah pendudukan Majene tahun 2012.
2. Adanya tatakelola sistem perlindungan dan pemenuhan pangan yang
bermutu, terjangkau bagi, dan mandiri.
3. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi kaum Miskin yang
bermutu dan terjangkau kaum miskin.
4. Tepenuhinya hak-hak kaum Miskin atas pelayanan pendidikan dasar
yang bermutu.
5. Adanya sistem perlindungan dan terbukanya kesempatan hak kaum atas
pekerjaan dan berusaha.
6. Terpenuhinya hak kaum miskin atas air bersih dan aman.
7. Adanya sistem pengelolaan SDA yang adil bagi semua warga khususnya
kaum miskin.
8. Terpenuhinya hak kaum miskin atas rasa aman dari tindak kekerasan
dalam berusaha dan hidup.
9. Adanya ruang partisipasi kaum miskin dalam kesleuruhan proses
pembangunan.
7. 1. Prinsip-Prinsip
Secara prinsipal, sistem pemantuan dan evaluasi kebijakan
penanggulangan kemiskinan didasarkan pada nilai-nilai; kejujuran dan
kebenaran. Nilai-nilai tersebut mensyarakat harus dipenuhinya 7 prinsip
pemantuan dan evaluasi.
1) Transparan
Sistem pemantauan dan evaluasi dilakukan secara terbuka, luas, dan mudah
diakses oleh masyarakat terutama kaum miskin.
2) Akuntabel
Seluruh hasil pemantauan dan evaluasi harus disampaikan kepada
masyarakat, pemerintah, dan wakil-wakil rakyat di DPRD secara resmi dan
bertanggungjawab.
3) Partisipatif
Keseluruhan proses pemantuan dan evaluasi dilakukan berbasiskan
partisipasi masyarakat khususnya kaum miskin.
Rakorbang
Kabupaten
Dengan dinas2/sektoral Dengan Komisi2/anggota DPRD
Konsolidasi Hasil
Konsolidasi Hasil Pemantuan dan
Pemantauan dan Forum Evaluasi eksternal
Evaluasi internal. Akuntabilitas - Pokja
- Pokja SDPK oleh pemantuan/Eva
Pemantauan/Eva TKPKD - Tim-2 Independen
- Badan2 Pengawasan
Pemantauan oleh
Pemantuan oleh lembaga Non
Pokja dan Instansi Pemerintah/tim
Pengawasan independen
PEMDA
Laporan masyarakat
Laporan Masyarakat dan kaum miskin atas
dan Kaum miskin atas Forum pelaksanaan program
pelaksanaan program PK di Desa;
PK di Desa;
Akuntabilitas
Dikonsolidasi oleh Tim
Dikonsolidasi oleh Tim Desa oleh Kerja Pokja
kerja Desa Pokja TKPKD Independen/Non
pemantauan dan pemerintah.
Evaluasi
Pemantaun dan
Pemantauan oleh Evaluasi oleh
Pokja dan instansi lembaga-2 Non
Pengawasan Pemerintah
Pemerintah
RATA-RATA
KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
KEPADATAN
64 Lampiran
Tabel 3: Peta Sarana Pendidikan
TK 32
RA 3
SD 57
MIN/MTS 10
Banggae SMP 7
MTs 6
SMA 3
SMK 3
MA 6
TK 17
RA -
SD 34
MIN/MTS 2
Pamboang SMP 4
MTs 2
SMA 1
SMK 1
MA 1
TK 21
RA -
SD 50
MIN/MTS 3
Sendana SMP 5
MTs 10
SMA 2
SMK 1
MA 3
TK 11
RA -
SD 33
MIN/MTS 2
Malunda SMP 4
MTs 3
SMA 1
SMK 1
MA 1
PUSKEL PUSKEL
KECAMATAN RSU PUSKESMAS PUSTU
RODA 2 RODA 4
BANGGAE 1 2 8 2 8
PAMBOANG - 1 6 1 4
SENDANA - 3 10 2 6
MALUNDA - 1 8 1 3
BANGGAE 9 54
PAMBOANG - 36
SENDANA 2 41
MALUNDA - 41
PS- PS-
Kecamatan KS-I KS-II KS III/III+ Jumlah
Ekonomi Non Ekonomi
66 Lampiran
Tabel 7. Tenaga Kerja dan Bidang Usaha
JUMLAH TENAGA
JENIS USAHA
USAHA KERJA
1. Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan 3.565 6.068
2. Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka 752 2.122
3. Home Ind. Penggaraman/Pengeringan Ikan 881 900
4. Home Ind. Minyak Goreng 942 1.257
5. Home Ind. Pengawetan Ikan 15 101
6. Home Ind. Penggilingan dan Pembersihan Padi-Padian 14 64
7. Ind. Pengupasan dan Pembersihan Kopi 35 104
8. Ind. Pengupasan dan Pembersihan Kakao 320 495
9. Ind. Pengupasan dan Pembersihan Kemiri 138 276
10. Ind. Pati Palma (Sagu) 6 18
11. Ind. Kopra 295 585
12. Ind. Roti 27 80
13. Ind. Gula Merah 197 350
14. Ind. Kopi 22 36
15. Ind. Percetakan 18 64
16. Ind. Anyaman 81 150
17. Ind. Penggergajian, 49 131
18. dst
70 Lampiran
2. CIRI TIAP KELAS SOSIAL PADA KOMUNITAS PETANI KEBUN
72 Lampiran
4. CIRI TIAP KELAS SOSIAL PADA KOMUNITAS URBAN
KAYA SEDANG MISKIN
• Ada modal • Selama kerja disini kurang • Tidak pernah cukup modal
• Tidak ada hutang mencukupi selama menjual diterminal
• Segala kebutuhan sehari- dan selalu meminjam uang
• Mampu segala-galanya koperasi untuk tambahan
hari baik yang sekarang
• Banyak harta maupun kebutuhan modal
• Keperluan tiap hari mendadak tetap terpenuhi • Tidak bisa membeli
selalu terpenuhi tetapi pas-pasan • Tidak cepat bekerja
• Banyak tanah • Punya fasilitas masih • Menghambat pekerjaan
• Ada perusahaan besar kredit misalnya : Motor
Kulkas TV • Pekerjaan terbangkalai
• Kebutuhan semua • Tidak mempunyai apa-apa
mencukupi • Punya usaha tapi modal
kurang mencukupi • Punya pekerjaan tapi tidak
• Naik haji misalnya : Mempunyai mencukupi
• Pikiran tenang pengrajin tapi sebatas • Tidak ada modal
pesanan dan Ingin
• Banyak kambing • Tidak tetap mata
memperbanyak hasil
• Banyak sapi pengrajin tapi modal pencaharian
• Banyak ayam kurang • Serba kekurangan
• Kadang kurang-Kadang pas-
pasan - Kadang lebih
• Tidak mencukupi sehari-hari
• Tidak ada tempat mengadu
• Tidak terpenuhinya
kebutuhan baik sandang
maupun pangan
• Juga tidak pas memenuhi
sarana
• Prasarana seperti tempat
tinggal
• Kurang mencukupi
kebutuhan sehari-hari
• Kurangnya pemasukan tiap
hari untuk kebutuhan
keluarga
• Penghasilan dalam setiap
hari tidak pernah cukup
malah biaya anak-anak
untuk kesekolah besoknya
pas-pasan pokok untuk
makan saja seadanya
LINGKUNGAN X X X X X 1 V
KEBIJAKAN ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 2 I
KETERAMPILA
✔ X X X X 3 IV
N
INFORMASI
MIODAL X X ✔ X X 3 IV
USAHA
PENDIDIKAN ✔ X ✔ ✔ ✔ 5 II
INFORMASI
X X X X X 4 III
PEMASARAN
Keterangan;
X = tidak ada
✔ = ada
76 Lampiran
2. SEBAB-AKIBAT PEMISKINAN-PEMISKINAN PADA KOMUNITAS PETANI
KEBUN
INFORMASI RAN
AKIBAT LINGK KETERA PENDIDIKAN INFORMASI SK
KEBIJAKAN MODAL GKIN
SEBAB UNGAN MPILAN FORMAL PEMASARAN OR
USAHA G
LINGKUNGAN X X X X X 1 V
KEBIJAKAN ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 2 I
KETERAMPILA
✔ X X X X 3 IV
N
INFORMASI
MIODAL X X ✔ X X 3 IV
USAHA
PENDIDIKAN ✔ X ✔ ✔ ✔ 5 II
INFORMASI
X X X X X 4 III
PEMASARAN
Keterangan;
X = tidak ada
✔ = ada
Lap. Kerja X X X X X X ✔ 1 VI
Keterampilan ✔ X X X X X ✔ 2 V
Modal usaha ✔ ✔ X X X X ✔ 3 IV
Pendidikan ✔ ✔ ✔ X X X X 3 IV
Informasi ✔ ✔ ✔ ✔ X ✔ X 5 II
Kesehatan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ X X 4 III
Kebijakan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 7 I
Perumahan X X X X X ✔ X 1 VI
Keterangan;
X = tidak ada
✔ = ada
78 Lampiran
REKAPITULASI BIDANG PEMERINTAHAN DAN PERANGKAT DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2003 dan 2005
80 Lampiran
TIM KOORDINASI
PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
KABUPATEN MAJENE
Staf Sekretariat :
• Darussalam, S.Sos (PMD)
• Nuzul Kori, S.Sos (PMD)
• Asdaluddin, A.Md (PMD)
• Hasnur, S.Sos (PMD)
• Fitriani (PMD)
LAMPIRAN
6. Kota Kabupaten Peningkatan Kapasitas dan Peraturan Daerah tentang Rumusan Implementasi Implementasi Kota Majene "Kota Warga Majene
Majene menjadi strata Satuan Pendidikan Penetapat kota Kabupaten Konsep Kota Konsep Kota Konsep Kota Pelajar" Sulawesi Barat
Pusat Pendidikan/ sampai perguruan Tinggi Majene sebagai pusat Majene sebagai Majene "Kota Majene "Kota dan integrasi dalam
"Kota Pelajar" berbasiskan standar Pendidikan berbabasikan pusat Pelajar" Sulawesi Pelajar" Sulawesi RKPD 2011
Wilayah Sulawesi Pendidikan Nasional . standar Pendidikan pendidikan Barat tahap I dan Barat tahap II dan
Barat Nasional di wilayah diwilayah integrasi dalam integrasi dalam
Sulawesi Barat Sulawesi Barat RKPD 2009 RKPD 2010
berstandar
Pendidikan
Nasional dan
Integrasi dalam
RKPD 2008
PILAR III: PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK ATAS PANGAN
Pemangku
SASARAN PROGRAM INDIKATOR PENCAPAIAN Kepentingan/Peran
Penerima Stakeholder
DAMPAK
Manfaat
I II III IV V
Kebijakan Kegiatan Pemerintah
2007 2008 F8 2009 2010 2011/2012
1. Sistem Katahan Peraturan Daerah yang (1) Pemberdayaan Pemerintah/ Dinas
Pangan Warga yang menjamin sistem katahanan Pranata sosial Lokal Pertanian-tanaman
berbasiskan pangan Warga berbasiskan untuk ketahanan (1) Kemandirian Pangan pangan; DPRD; Petani;
sumberdaya dan sumberdaya dan pranata pangan Warga. Warga berbasiskan Pelaku bisnis pangan;
pranata sosial Lokal sosial Lokal (2) Penataan/revitalisasi Pokja sumberdaya Lokal. LSM/NGO; Tokoh adat
[tapang, sumber-sumber Implementasi dan Kelompok Petani
Penataan/ Regulasi/ (2) Kemandirian Pranata
sikalulu/sirondo- pangan warga regulasi/ dan Usaha Kecil/ pelaku
Reformasi PERDA sosial Lokal untuk
rondoang/makalompok] berbasiskan PERDA bisnis Produk-produk
Sistem Pangan Ketahanan perlindungan dan
sumberdaya lokal. Dan Ketahanan pangan
Warga dan Pangan Warga pemenuhan hak atas
(3) Penataan/ Pangan Warga
integrasi dan integrasi pangan warga. Dan
restrukturisasi tahap I dan
rencana kerja dalam RKPD (3) Tata ruang yang
tataruang Pertanian integrasi dalam
Pokja dalam 2009 menjamin lahan
tanaman Pangan RKPD 2010
RKPD 2008 pangan mandiri. Dan
berkelanjutan dalam
RKPD setiap tahunnya
Seluruh
warga
2. Kemandirian Pangan Revitalisasi Produksi Pangan (1) Peningkatan produksi khususnya
Warga berbasiskan berbasiskan potensi pangan pangan lokal Kaum
produksi pangan Lokal Lokal (2) Diversifikasi Pangan Miskin
A19 (3) Penataan sistem
distribusi pangan
untuk meningkatkan Peraturan
akses pangan warga Bupati tentang Implementasi Implementasi
Kapasitas produksi
yang berkualitas dan Revitalisasi Peraturan Peraturan
pangan Lokal memenuhi
terjangkau; dan Produksi Bupati tahap I Bupati tahap II
Hak Warga atas pangan
(4) Peningkatan Pangan dan dan integrasi dan integrasi
dan berkelanjutan dalam
infrastruktur pertanian Intergrasi dalam RKPD dalam RKPD
RKPD setiap tahunnya
tanaman pangan dalam RKPD 2009 2010
2008
3. Keberdayaan Petani Pemberdayaan Petani (1) Penguatan kapasitas Petani; Pemerintah
produksi pangan dalam tanaman pangan Lokal petani dalam Daerah/Dinas Pertanian;
memajukan dan peningkatan kualitas Rencana Kerja Pelaku Bisnis Pangan;
memenuhi hak atas dan jumlah produksi SKPD untuk LSM/NGO; Tokoh adat;
pangan untuk pangan Implementasi Implementasi dan Kelompok Petani
Pemberdayaan
kemandirian pangan (2) Pengorganisasian Rencana Kerja Rencana Kerja Mandirinya Petani dan pangan
Petani
Lokal Petani Pangan Pemberdayaan Pemberdayaan organisasi Petani Pangan
tanaman
Petani Pangan Petani Pangan dalam memajukan Petani
pangan Lokal
tahap I dan tahap II dan keamann/kedaulatan
yang
integrasi dalam integrasi dalam pangan Lokal
terintegrasi
RKPD 2009 RKPD 2010
dalam RKPD
2008
PILAR IV : PENGHORMATAN DAN PERLINDUNGAN HAK ATAS PEKERJAAN DAN BERUSAHA