You are on page 1of 105

SAMBUTAN

BUPATI KABUPATEN MAJENE

Assalamu‘alaikum Wr. Wb,


Salam sejahtera bagi kita semua,

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan
dan kekuatan kepada kita semua, sehingga saat ini kita masih dapat menjalankan
berbagai kegiatan kehidupn sosial, ekonomi dan dan politik.

Awal dari Kepemimpinan saya sebagai Bupati Kabupaten Majene, saya


mengeluarkan SK 230/2007 tentang Pembentukan Tim Perumus Dokumen Strategi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah sebagai bagian dari wujud komitment politik saya
untuk menjadikan Majene bebas dar masalah kemiskinan dan pemiskinan dalam 5 tahun
kedepan.

Kerja keras Tim yang dipimpin dan berada dibawah koordinasi Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene ini patut saya berikan
penghargaan yang sedalam-dalamnya karena Tim ini telah mampu menerjemahkan
gagasan dan komitmen saya serta gagasan dan prakarsa masyarakat khususnya
masyarakat Miskin yang selama ini termaginal dari pelayanan publik yang berkualitas
oleh Pemerintah Daerah.

Apa yang dihasilkan oleh Tim Perumus ini akan menjadi bahan utama
Pemerintah Daerah Kabupaten Majene untuk Program Kerja Pemerintah selama 5 tahun
kedepan. Dan untuk ini saya meminta jajaran Pemerintah Daerah yang terkait langsung
dengan program pelayanan publik dan penanggulangan Kemiskinan untuk segera
menjadikan dokumen ini sebagai acuan dasar dalam penyusunan RKPD dan APBD
ditahun 2008 sampai dengan 2012.

Mengapa kita perlu memprioritas penanggulangan Kemiskinan selama 5 tahun


kedepan?

Data UNDP dan Bappenas tahun 2004, dalam Indeks Pembangunan Manusia
menunjukkan bahwa Kabupaten Majene saat ini berada diperingkat 1 dari 5 Kabupaten
di wilayah Provinsi Sulawesi Barat, namun jika dilihat ditingkat Nasional Kabupaten
Majene berada diperingkat 321 dari 440 Kabupaten/Kota seluruh Indonesia. Untuk ini
saya menetapkan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah dengan Peraturan
Bupati Kabupaten Majene untuk menjadi kebijakan dasar Pemerintah Daerah dalam
Penanggulangan Kemiskinan selama 5 tahun kedepan.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene i


Data BPS menunjukkan pula bahwa jumlah pendudukan miskin saat ini
mencapai 50 % dari jumlah penduduk Kabuoaten Majene. Dan untuk ini saya dengan
mendasari dokumen ini saya bertekad untuk menurunkan angka kemiskinan ditahun
2011 tinggal 10 % dari jumlah Penduduk Majene.

Dokumen ini telah menentukan prioritas dan pendekatan yang dugunakan


untuk menanggulangi Kemiskinan dalam 5 tahun kedepan yakni dengan pendekatan
berbasis pada penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar Warga.
Untuk ini secara bertahap akan kita implementasikan dalam Rencana Kerja Tahunan
Daerah (RKPD) yang dimulai dari RKPD 2008.

Terkait dengan pedeketan tersebut, maka ada 7 (tujuh) prioritas hak dasar
Masyarakat Miskin yang segera akan kita wujudkan secara bertahap sesuia dengan
kemampuan keuangan daerah yakni; (1) Hak atas Keadilan dan keseteraan Gender, (2)
Hak atas Pangan, (3) Hak atas Pendidikan, (4) Hak atas Kesehatan, (5) Hak atas
Pekerjaan dan berusaha, (6) Hak atas Tanah, dan (7) Hak atas Rasa Aman. Dengan
prioritas ini kita bersama-sama menuju Majene menjadi daerah baru dan maju secara
ekonomi, sosial, budaya, dan politik.

Untuk ini diperlukan kerjasama yang baik diantara para pemangku kepentingan
Pembangunan mulai dari Jajaran Pemerintah Daerah, DPRD, Masyarakat, Dunia Usaha,
Perguruan Tinggi, dan Organisasi-organisasi keagamaan dan kemasyarakatan. Karena
dengan kita saling membahu dalam memberantas Kemiskinan apa yang dituangkan
dalam dokumen ini akan dapat terlaksana dengan baik dan berhasil guna.

Akhirnya, saya ucapkan terima kasih kepada Tim Perumus dibawah Koordinasi
Tim Koordinasi Penanggulangan kemiskinan Kabupaten Majene, Rekan-rekan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Majene, khususnya kepada Warga saya
(Komunitas Miskin Kota, Komunitas Petani Hutan, Komunitas, Komunitas Nelayan, dan
Komunitas petani kebun) yang telah bersama-sama Tim Perumus memberikan gagasan
dan harapannya sehingga lahirnya dokumen ini.

Semoga niat baik dan upaya kita semua untuk memperbaiki kualitas hidup
sumberdaya manusia di Majene ini diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dengan
mengucapkan Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Majene, Januari 2008

Bupati Kepala Daerah Kabupaten Majene

H. KALMA KATTA

ii Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene


SAMBUTAN
KETUA DPRD KABUPATEN MAJENE

Assalamu‘alaikum Wr. Wb,


Salam sejahtera bagi kita semua,

Alhamdulillah kita panjatkan keharibaan Allah SWT, semoga rahmat dan


karuniaNya, dapat kita amalkan untuk kebaikan dan kemajuan kita semua sebagai
bangsa Indonesia dan warga masyarakat di Majene.

Saya menyambut baik inisiatif Pemerintah Daerah Kabupaten Majene untuk


menyusun dokumen Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan dengan melibatkan seluruh
pemangku kepentingan pembangunan daerah termasuk warga masyarakat Miskin. Ini
menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Majene sangat serius dan sungguh-
sungguh membangun kesejehteraan Warga Masyarakat Majene.

Kita semua tahu bahwa Kemiskinan di daerah kita ini sudah merupakan
masalah yang serius dan menjadi problema sosial kemasyarakatan yang sangat
komplek dan atau multidimensi. Sudah saatnya kita tidak lagi melihat Kemiskinan dari
sisi pendapatan/penghasilan warga masyarakat sehari-hari, melainkan juga harus dilihat
dari sisi hak-haknya sebagai warga masyarakat yang bermartabat. Oleh karenanya
kebijakan dan program yang dijalankan haruslah mampu memberikan jaminan
terpenuhinya hak-hak dasar warga masyarakat secara adil dan holistik.

Sesuai dengan kedudukan dan fungsinya, DPRD selalu memberikan perhatian


pada kebijakan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kesejahteraan warga
masyarakat Majene. Dukungan yang selama ini dilakukan melalui Peraturan Daerah
tentang Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah yang setiap tahunnya meningkat
alokasinya untuk program-program yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan.

Dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap kinerja Pemerintah Daerah,


DPRD selalu melakukan dialog dan konsultasi dengan warga masyarakat miskin
termasuk para pemangku kepentingan. Untuk ini, Saya bersama anggota dewan lainnya
sangat berharap warga masyarakat dapat berpartisipasi dalam mengawasi program-
program yang dijalankan oleh Pemerintah Daerah.

Dewan juga sangat menyadari bahwa penerimaan daerah dari pendapatan asli
daerah (PAD) masih belum mampu menjadi andalan sumber pendapatan daerah, dan

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene iii


Kita masih bergantung pada kucuran Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus
dari Pemerintah Pusat. Untuk ini Saya berpendapat dan meminta kepada Pemerintah
Daerah untuk tetap memberikan perhatian khusus dan prioritas terhadap program-
program peningkatan derajat kesejahteraan warga masyarakat secara bertahap.
Peningkatan alokasi tersebut juga harus sejalan dengan menurunnya jumlah warga
masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan.

Akhirnya, saya meminta kepada Pemerintah Daerah untuk menggunakan


dokumen Kebijakan ini sebagai acuan dasar dalam merumuskan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah dan RAPBD setiap tahunnya. Demikian harapan yang dapat Saya
sampaikan, semoga kita semua dapat mewujudkan Masyarakat Majene yang mandiri
sebagai warga masyarakat yang bermartabat. Selamat bekerja.

Wassalamu ‘alaikum Wr Wb.

Majene, Januari 2008.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Majene

H. SUDARMIN

iv Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene


PENGANTAR
Dengan Rakhmat dan HidayahNya dipanjatkan puji syukur ke hadirat
Tuhan Yang Maha Esa, atas Inayah-Nya-lah, sehingga kami dapat menyusun
dan menyelesaikan sebuah Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
(SPKD) Kabupaten Majene ini, dalam bentuk buku/dokumen
strategis.,buku/dokumen ini memberikan gambaran kondisi kemiskinan
berdasarkan pandangan masyarakat-komunitas di Kabupaten Majene dalam
rangka rencana aksi dalam penanggulangan-pengurangan kemiskinan di
kabupaten Majene.
Strategi Daerah Penanggulangan Kemiskinan atau disebut dengan
SPKD ini dapat memberikan gambaran tentang penyebab kemiskinan
masyarakat berdasarkan kondisi yang dialami oleh komunitas, sehingga sangat
diharapkan untuk dapat menjadi dasar rujukan pada penyusunan perencanaan
pembangunan secara komprehensif yang lebih terencana serta terintegrasi
kedalam arah kebijakan Kabupaten Majene baik dalam Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD), RPJMD dan RPJPD, sehingga secara bertahap
dapat menekan angka kemiskinan dari tahun ke tahun menurun, dengan
sendirinya Kabupaten Majene kedepan dapat keluar dari garis kemiskinan dan
pemerintahannya dapat berjalan dinamis sesuai dengan arah kebijakan secara
Nasional dalam mewujudkan pemerintahan yang berwibawa dan memihak pada
pemenuhan hak-hak dasar warga masyarakat.
Akhirnya dengan penerbitan buku/dokumen ini semoga bermanfaat
dan dapat menjadi dasar perencanaan dan penganggaran pembangunan kedepan
yang lebih memihak kepada rakyat miskin.

Majene, Januari 2008

Ketua TKPKD Kabupaten Majene

H. SUFYAN SAGENA, SH, MSi

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene v


vi Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene
DAFTAR ISI
SAMBUTAN BUPATI MAJENE i
SAMBUTAN KETUA DPRD KABUPATEN MAJENE iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2. Maksud dan Tujuan 3
1.3 Proses Penyusunan 3
1.4 Ruang Lingkup 6
1.5 Sistematika 6

BAB II DIAGNOSIS KEMISKINAN-PEMISKINAN 9


2.1 Ringkasan Geografi dan Peta Umum Infrastruktur Pemenuhan Hak-
hak Dasar Warga 9
2.2 Pandangan Masyarakat Miskin tentang Kemiskinan 11
2.3 Fakta Kemiskinan-Pemiskinan 12
2.4 Masalah Utama Kemiskinan-Pemiskinan 12
2.4.1. Rendahnya Kapasitas Pelayanan Hak atas Kesehatan untuk
Kaum Miskin 12
2.4.2. Rendahnya Kapasitas Pelayanan Hak atas Pendidikan untuk
Kaum Miskin 13
2.4.3. Terbatasnya Kesempatan Kerja dan Berusaha 14
2.4.4. Terbatasnya Akses dan Kapasitas Pelayanan Sanitasi dan Air
Bersih 16
2.4.5. Rendahnya kapasitas Pelayanan Hak atas Rasa Aman 17
2.4.6. Ternbatasnya Ruang Partisipasi Warga 17
2.4.7. Terbatasnya Akses dan Kapasitas Pelayanan Hak atas Pangan 18
2.5 Definisi Kemiskinan-Pemiskinan 19

BAB III KAJIAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM


PENANGGULANGAN KEMISKINAN 21
3.1 Kebijakan Dasar Pembangunan 21
3.1.1. Rencana Strategis Daerah 2001 – 2005 21
3.1.2. Arah Kebijakan Umum (AKU) 24
3.1.3. Peraturan Daerah (PERDA) 25
3.1.4. Kebijakan Keuangan (Anggaran) Daerah untuk Pembangunan 27
3.2 Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Alam 30
3.3 Kebijakan Pemenuhan Hak Dasar Warga 33

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene vii


BAB IV STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENANGGULANGAN
KEMISKINAN 37
4.1 Dasar Hukum Penanggulangan Kemiskinan 38
4.2 Tujuan 40
4.3 Target 40
4.4 Strategi Penanggulangan Kemiskinan 40
4.4.1. Kebijakan Pemenuhan Hak-hal Dasar Kaum Miskin 41
4.4.2. Reformasi Sistem Pelayanan Publik 43
4.4.3. Kebijakan Anggaran Berbasis Hak Warga 44

BAB V RENCANA AKSI PENANGGULANGAN KEMISKINAN 45


5.1 Hak atas Keadilan dan Kesetaraan gender 45
5.2 Hak atas Pangan 46
5.3 Hak atas Layanan Kesehatan 47
5.4 Hak atas Layanan Pendidikan 47
5.5 Hak atas Pekerjaaan 48
5.6 Hak atas Tanah 49
5.7 Hak atas Rasa Aman 50

BAB VI MEKANISME PELAKSANAAN SDPK 51


6.1 Prasyarat Pelaksanaan SDPK 51
6.2 Kelembagaan Pelaksanaan Rencana Aksi SDPK 51
6.3 Fungsi Pelaksana Rencana Aksi SDPK 53

BAB VII SISTEM PEMANTUAN DAN EVALUASI 57


7.1 Prinsip-Prinsip 57
7.2 Tatalaksana Pelaksana Pemantauan 58
7.2.1. Pengumpulan Data 58
7.2.2. Pelaksana Pemantauan dan Evaluasi 58
7.2.3. Laporan dan Diseminasi 61
7.3 Integrasi ke dalam Sistem Perencanaan dan Penganggaran 61

LAMPIRAN

viii Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene


DAFTAR TABEL

TABEL DATA & INFORMASI PENDUKUNG 64


Tabel 1. Peta Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin 64
Tabel 2. Angkatan Kerja Berusia 10 Tahun ke Atas 64
Tabel 3. Peta Sarana Pendidikan 65
Tabel 4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan 66
Tabel 5. Tenaga Kesehatan 66
Tabel 6. Banyaknya Keluarga Pra-Sejahtera menurut Kecamatan 66
Tabel 7. Tenaga Kerja dan Bidang Usaha

HASIL PPA PADA KOMUNITAS MISKIN 69


1. Ciri Tiap Kelas Sosial Pada Komunitas Nelayan 70
2. Ciri Tiap Kelas Sosial Pada Komunitas Petani Kebun 71
3. Ciri Tiap Kelas Sosial Pada Komunitas Petani Hutan 72
4. Ciri Tiap Kelas Sosial Pada Komunitas Urban 73

HASIL ANALISIS PAPAN CATUR TENTANG


SEBAB-AKIBAT PEMISKINAN-PEMISKINAN 75
1. Sebab-Akibat Pemiskinan-Pemiskinan pada Komunitas Petani Hutan 76
2. Sebab-Akibat Pemiskinan-Pemiskinan pada Komunitas Petani Kebun 77
3. Sebab-Akibat Pemiskinan-Pemiskinan pada Komunitas Miskin Kota 78

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene ix


BAB I
PENDAHULUAN

Renungan Bung Karno sang Proklamator


“Orang tidak dapat mengabdi kepada Toehan dengan tidak mengabdi kepada
sesama Manusia.Toehan bersemayam digoeboeknya si miskin”.

(dalam Konperensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda 29 Oktober 1949)

1. 1. Latar Belakang
Setelah 50 tahun Indonesia merdeka, sebelum krisis pertumbuhan
ekonomi Indonesia cukup “baik” mencapai rata-rata 7 % namun ketika krisis
pada tahun 1997, kondisinya berubah drastis (1998) hingga anjlok mencapai
angka minus 13 % dan ini mengakibatkan meluasnya gejala dan derajat
kemiskinan-pemiskinan, mendalamnya kualitas kemiskinan-pemiskinan, dan
meningkatnya dampak krisis terhadap perempuan dan anak-anak jika dilihat dari
sudut padang korban dan sifat kemiskinan-pemiskinan. Situasi kemiskinan-
pemiskinan saat ini bukan saja dapat dilihat dari sudut pandang angka
kemiskinan, angka pertumbuhan ekonomi, dan income perkapita, tapi juga harus
dilihat dari sudut pandang hak-hak sosial ekonomi dan hak-hak politik warga.
Laporan UNDP dalam Human Development Index tahun 2002,
kualitas hidup warga negara Indonesia cenderung menurun, HDI Indonesia di
urutan 110 dan pada tahun 2003 turun ke urutan 112. Dan jika dilihat dari Index
Pembangunan Manusia Indonesia 2004, Kabupaten Majene berada pada
peringkat 321 dari 440 Kabupaten/Kota dan urutan 1 dari 5 Kabupaten di
Sulawesi Barat. Satu sisi memberikan gambaran dan tolok ukur bagai
Pemerintah Daerah Majene dalam memajukan kehidupan warga kearah yang
lebih sejahtera dengan menempatkan pembangunan berbasis hak sebagai
tumpuannya. Dan sisi lain Kabupaten Majene dapat menjadi pusat rujukan
pembangunan manusia dalam menanggulangi kemiskinan di wilayah Sulawesi
Barat.
Dari pandangan Kaum Marginal (komunitas miskin) Kemiskinan tidak
saja dilihat dari aspek/sisi pendapatan, kepemilikan aset produksi dan harta
benda, melainkan Kemiskinan juga mencakup kerentanan dan kerawanan

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 1


orang/kelompok orang (laki-laki dan perempuan) menjadi miskin (pemiskinan),
dan keterbatasan akses kaum miskin pada keseluruhan proses kebijakan publik
yang berdampak pada kehidupan mereka. Itu artinya, masalah kemiskinan bukan
lagi menjadi tanggungjawab Pemerintah untuk menyelesaikannya secara sektoral,
terpusat, seragam dan berbasis proyek. Masalah Kemiskinan juga menjadi
tanggungjawab semua pemangku kepentingan (stakeholder) pembangunan atas
hak-hak dasar kaum miskin melalui kebijakan dan program Penanggulangan
Kemiskinan itu sendiri. Dengan demikian, secara definisi kemiskinan adalah
suatu kondisi kehidupan warga yang dimarginalkan/dilumpuhkan hak-hak sosial,
ekonomi, budaya dan politiknya sehingga hak hidupnya sebagai manusia yang
bermartabat menjadi hilang/luruh.
Satu hal yang perlu menjadi titik tumpu Pemerintah Daerah dalam
Penanggulangan Kemiskinan jika mengacu pada pemahaman Kemiskinan di atas
adalah Pemerintah Daerah sebagai salah satu unsur Negara berkewajiban
menghormati hak-hak sosial, politik dan ekonomi masyarakat. Pemerintah
Daerah juga harus melindungi hak-hak dasar warga terutama Kaum Miskin, dan
memastikan adanya kebijakan pemenuhan hak-hak dasar tersebut. Inilah yang
disebut sebagai perubahan paradigma Penanggunalangan Kemiskinan dari
berbasis proyek dan sektoral menjadi berbasis hak-hak dasar kaum Miskin.
Paradigma Penanggulangan Kemiskinan yang berbasis hak-hak dasar
Warga sangat relevan dengan perkembangan yang terjadi di Indonesia saat ini.
Melalui paradigma ini diharapkan terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat
terutama kaum Miskin (baik laki-laki maupun perempuan). Pengakuan terhadap
hak-hak dasar memberikan penegasan bahwa seluruh program Penanggulangan
Kemiskinan tidak lagi menjadi beban atau biaya pembangunan (cost of development)
melainkan sebagai investasi pembangunan (development of investment) dalam jangka
panjang.
Dengan sistem pemerintah daerah saat ini yang memiliki kewenangan
otonom dalam membangun daerahnya, menjadikan pemerintah Daerah
berpeluang besar untuk mengembangkan inovasinya dalam mengurangi
kemiskinan dengan pendekatan berbasis hak. Artinya, dengan sistem
pemerintahan yang otonom, pendekatan hak dasar adalah penegasan atas
komitmen/kewajiban pemerintah kabupaten dan kota untuk dapat memberi
pelayanan dasar yang mudah, murah dan bermutu bagi masyarakat.
Selain itu, dengan dikeluarkannya kebijakan Pemerintah untuk
Penanggulangan Kemiskinan yakni SNPK (Strategi Nasional Penanggulangan
Kemiskinan), maka Pemerintah Daerah bersama Legislatif, Kelompok
Masyarakat Sipil dan Kelompok Masyarakat Bisnis menjadikan SNPK acuan

2 Bab I - Pendahuluan
dalam merumuskan kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten
Majene.
Itu artinya, dokumen strategi penanggulangan kemiskinan ini tidak saja
menjadi bagian dari dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Majene, tetapi juga
menjadi turunan SNPK sebagai kebijakan Pemerintah dalam penanggulangi
kemiskinan dan pemiskinan secara terpadu, bertahap, terencana, dan
berkesinambungan, yang melibatkan semua stakeholder (pemerintah, dunia
usaha, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, maupun
masyarakat miskin) dalam keseluruhan proses penanggulangan kemiskinan dan
pemiskinan di Kabupaten Majene.

1. 2. Maksud dan Tujuan


Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) merupakan
turunan dari Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK), landasan
kebijakan daerah, dan wujud konsensus politik stakeholder pembangunan
daerah (pemerintah, swasta, masyarakat, dan berbagai pihak) dalam mendorong
gerakan penanggulangan kemiskinan daerah.
Tujuan SPKD adalah:
1) Penegasan komitmen stakeholder Pembangunan Daerah (pemerintah
daerah, dewan perwakilan daerah, lembaga-lembaga non
pemerintah/organisasi masyarakat sipil, kelompok masyarakat bisnis,
dan kelompok masyarakat marginal/miskin) untuk penanggulangan
kemiskinan dan pemiskinan
2) Wujud konsensus bersama penanggulangan kemiskinan-pemiskinan
melalui penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar
kaum marginal dengan pendekatan partisipatif.
3) Landasan harmoni berbagai upaya penanggulangan kemiskinan yang
dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota, organisasi masyarakat sipil, kelompok masyarakat
bisnis, dan lembaga internasional.

1. 3. Proses penyusunan
Komitmen Pemerintah Daerah Kabupaten Majene untuk meningkatkan
kualitas hidup/kesejahteraan Masyarakat di wilayah Kabupaten Majene
khususnya pengurangan angka kemiskinan telah dimulai sejak orde reformasi
bergulir. Berbagai kebijakan telah disusun dan dijalankan, namun hasilnya belum

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 3


maksimal. Menyadari hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Majene bersama
DPRD dan Masyarakat Sipil, dan didasari pada surat edaran Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia, mengambil langkah-langka pembaharuan dengan
menyusun dokumen Penanggulangan Kemiskinan; Strategi Daerah untuk
Penanggulangan Kemiskinan yang berbasiskan pada pendekatan partisipasi
seluruh masyarakat utamanya Kaum Miskin.
Penyusunan dokumen ini sepenuhnya dikoordinir oleh Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene atas dukungan
pendanaan APBD Kabupaten Majene tahun anggaran 2006 dan kerjasama
dengan Masyarakat Sipil berdasarkan SK Bupati nomor 23 tahun 2006.
Proses perumusan dokumen dilakukan dalam 6 tahapan dan proses
legislasi dokumen dilakukan dalam 4 tahapan. Secara singkat dapat diuraikan
sebagai berikut:

1. 3. 1. Pembentukan Tim Perumus


Suatu tim kerja yang anggotanya berasal dari unsur pemerintah,
legislatif, dunia usaha, LSM, Universitas, yang akan merumuskan SDPK. Tim
bekerja berlandaskan pada SK Bupati No. 23/2006, dengan komposisi Tim
terdiri dari;
1. Busri K. SE, Msi
2. A. Adlyna Basharoe, SP, MM
3. Muzrifah Noer
4. Sadikin Sy,
5. Lukman, SPd
6. Fakhrulsyah Mega
7. Mulyadi Prayitno
8. Khudri Arsyad
9. M. Ikhsan Welly
10. Opy MA
11. Nur Alam
12. Abd Wahab Nur
13. Harmiah
14. Gafur

1. 3. 2. Analisis Kemiskinan dan Kebijakan


Analisis Kebijakan adalah tahapan awal tim penyusun dalam
merumuskan dokumen SDPK. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi
kebijakan-kebijakan pembangunan yang mendukung penanggulangan

4 Bab I - Pendahuluan
kemiskinan dan menghambat proses penanggulangan kemiskinan. Proses
analisis dilakukan dengan metode; kajian dokumen kebijakan, kajian laporan-
laporan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan, dan konsultasi
publik.
Sedangkan untuk pendalaman permasalahan kemiskinan yang dihadapi
masyarakat dilakukan dengan metode Participatory Poverty Assessment (PPA)
/Analisis Kemiskinan berbasis Komunitas (AKK). Proses ini dilakukan oleh
Tim bekerjasama antara FIK-ORNOP Sulsel – JARI CSR dan PEMDA
(TKPKD) Kabupaten Majene, atas dukungan pendanaan DFID melalui Oxfam
G.B dan anggaran PEMDA.
PPA dilakukan dilakukan pada Komunitas Petani Kebun, Komunitas
Petani Hutan, Komunitas Pesisir, dan Komunitas Miskin Kota dengan
melibatkan kaum perempuan dan laki-laki selama 2 bulan.

1. 3. 3. Identifikasi Potensi Lokal


Pemetaan potensi lokal dilakukan melalui pengkajian dokumen Majene
dalam Angka tahun 2004 dan PPA bersama kaum miskin. Hal ini memberikan
gambaran sesungguhnya sumberdaya lokal yang ada sangat potensial untuk
dikembangkan dan menjadi andalan penangulangan kemiskinan.

1. 3. 4. Analisis Issue Strategis Daerah


Dengan mendasari pada hasil kajian dokumen pembangunan, pemetaan
potensi sumberdaya lokal, dan hasil PPA kaum miskin, tim merumuskan issue
strategis yang relevan dengan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan. Proses
analisis dilakukan melalui FGD stakeholder pembangunan. Melalui proses
ditemukan alternatif-alternatif pemecahan masalah kemiskinan secara holistik.

1. 3. 5. Penulisan Dokumen
Penulisan dilakukan oleh tiga tahap oleh 2 orang penulis dengan
mendasasri pada hasil-hasi ltahapan di atas. Tahap pertama adalah Penulisan
draft I yang sisinya berupa out line SPKD dan Bab I yang hasilnya dibahas
bersama tim Perumus, Tahap II penulisan draft II yang isinya berupa BAB I
yang telah dilengkapi dengan masukan tim Perumus, BAB II, dan BAB III
untuk selanjutnya dibahas oleh tim Perumus. Dan tahap III adalah penulisan
Final Draft yang isinya berupak; BAB I sampai dengan BAB VII dokumen
SPKD. Keseluruhan proses penulisan dilakukan dalam waktu 3 bulan sejak
September sampai Desember 2006.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 5


1. 4. Ruang lingkup
Dokumen ini secara konsepsi mencakup empat hal, yaitu (1) diagnosis
kemiskinan yang didasari pada hasil PPA (suara kaum miskin), (2) Program
Strategis jangka panjang (10 tahun) dan Program Aksi Tahunan yang memuat
prioritas program dan kebijakan jangka menengah termasuk sasaran dan
indikator kinerja, (3) Landasan Filosopi (visi dan missi), konstitusi dan kebijakan,
(4) Sistem pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan strategi
penanggulangan kemiskinan (social Audit Program Penanggulangan
Kemiskinan), dan (5) Mekanisme Kerja Pemangku Kepentingan (stakeholder)
pembangunan/penanggulangan kemiskinan-pemiskinan.

1. 5. Sistematika
Bab I : Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, proses Penyusunan, Runag
Lingkup, dan Sistematika Dokumen
Bab II : Diagnosa Kemiskinan-Pemiskinan di Kabupaten Majene tentang
sebab-musabab kemiskinan berdasarkan hasil kajian Kemiskinan
oleh Kaum Marginal (Si Miskin), data statistik dan hasil kajian
akademik/penelitian yang terkait dengan pembangunan Kabupaten
Majene.
Bab III : Kajian kebijakan dan program yang telah dikeluarkan dan
dijalankan oleh Pemerintah daerah dan Nasional untuk mengatasi
masalah Kemiskinan di Kabupaten Majene. Kajian tersebut juga
memberikan gambaran kebijakan strategis dan rekomendasi
kebijakan kedepan.
Bab IV : Kebijakan Strategis Daera untuk Penanggulangan Kemiskinan,
Landasan yuridis, paradigma, tujuan dan target, prinsip-prinsip dan
strategi penanggulanan kemiskinan-pemiskinan yang berbasiskan
penghormatan, pelindungan dan pemenuhan hak-hak dasar kaum
marginal.
Bab V : Rencana Aksi Program Strategis Penanggulangan Kemiskinan
Jangka Panjang dan Program Aksi Tahunan Penanggulangan
Kemiskinan-Pemiskinan (2007-2012).
Bab VI : Mekanisme pelaksanaan SDPK meliputi tatalaksana (kelembagaan)
pelaksana.

6 Bab I - Pendahuluan
Bab VII : Sistem Pemantauan dan Evaluasi; sistem pengawasan/sosial audit
yang didasari pada safeguarding, dan tatalaksana transparansi dan
akuntabilitas publik

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 7


8 Bab I - Pendahuluan
BAB II
DIAGNOSA KEMISKINAN - PEMISKINAN

"Kalau kita harapkan tabib dari luar, kita akan menunggu orang yang tidak akan
datang, yang sanggup mengobatinya banyak atau sedikit ialah rakyat kita sendiri.
Dan pokok segala usaha ialah kemauan yang tetap. Kemauan itulah yang harus kita
bangkitkan. Itulah dasarnya self help yang senantiasa menjadi buah bibir kita.
Rakyat kita sebagian besar adalah rakyat yang kena sugesti (pukau)
ketidakmampuan. Pukul dan bunuh sugesti itu dengan propaganda dan contoh"
(Hatta, 1933)

2. 1. Ringkasan Geografi dan Peta Umum Infrastruktur


Pemenuhan Hak-hak Dasar Warga
Kabupaten Majene adalah satu dari 5 Kabupaten dalam wilayah
Propinsi Sulawesi Barat dangan panjang pantai 125 Km yang terletak di pesisir
pantai Sulawesi Barat memanjang dari Selatan ke Utara dengan luas 947,84 km.
Kabupaten Majene terdiri dari 4 Kecamatan yaitu; Banggae, Pamboang, Sendana
dan Malunda, yang meliputi 40 desa/kelurahan. Ibukota Kabupaten Majene
terletak di Kecamatan Banggae dengan luas Perkotaan 5.515 km, yang berada di
posisi Selatan Kabupaten Majene, dengan jam tempuh sekitar 3 jam sampai 4
jam dari ibukota Sulawesi Barat (Mandar Raya) yaitu ±120 km.
Secara geografis Kabupaten Majene terletak pada posisi 2’ 38’ 45’
sampai dengan 3’ 38’ 1’ Lintang Selatan dan 118’45’00” bujur Timur, dengan
berbatasan disebelah Utara Kabupaten Mamuju, sebelah Timur kabupaten
Polmas, sebelah Selatan Teluk Mandar, dan sebelah Barat adalah Selat Makassar.
Klasifikasi kemiringan tanah secara keseluruhan relative miring dengan
presentase wilayah yang mengalami erosi sebesar 3,41% dan luas wilayah
Kabupaten, dengan jumlah suhu udara antara 21ºC sampai 34ºC, serta jumlah
hari hujan 208 hari.
Dilihat dari sebaran penduduk berdasarkan territorial kepemerintahan,
masyarakat Majene bermukim di 4 Kecamatan, Grafik berikut menggambarkan
sebaran pendudulk dalam 4 kecamatan dimaksud:

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 9


P e t a S e b a r a n P e n d u d u k K a b M a je n e
( d a l a m r ib u a n o r a n g ) B P S 2 0 0 4
7 0 ,0 0 0 5 8 ,4 8 1
6 0 ,0 0 0
5 0 ,0 0 0 3 6 ,4 5 0
4 0 ,0 0 0
P en d u d u k
Ju m lah
3 0 ,0 0 0 2 0 ,7 3 3 2 1 ,8 1 0
2 0 ,0 0 0
1 0 ,0 0 0
-

M alunda
B anggai

P am boang

S edana
Data diatas menunjukkan jumlah penduduk Kabupaten Majene adalah
137.474 jiwa yang terdiri dari perempuan 70.980 dan laki-laki 66.494. Tingkat
kepadatan penduduk rata-rata 1.060 jiwa per km2 untuk Kota Majene
(Kecamatan Banggae). Tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Majene
adalah 0,21% pertahun. Dan 1.40% pertahun untuk Kota Majene.
Dilihat dari sebaran Penduduk (Tabel 1 terlampir) menunjukkan bahwa
tingkat kepadatan penduduk terpusat di Kecamatan Banggai mencapai 1.060,
sementara di 2 kecematan lainnya hanya berkisar 200 sampai dengan 300. Dan
hanya 1 kecamatan yang kepadatan penduduknya masih rendah yakni
Kecamatan Malunda. Jika dilihat dari gerder populasi, dapat dikatakan bahwa
angka laki-laki dan perempuan relatif sama.
Angkatan kerja masyarakat yang berusia di atas 10 tahun masih
didominasi pada sektor Pertanian, kemudian sektor perdagangan dan jasa. Secara
lengkap dapat dilihat pada Tabel 2 (terlampir).
Dilihat dari infrastruktur pemenuhan hak atas pendidikan, data statistik
menunjukkan jumlah sekolah yang tersedia mulai dari tingkat TK sampai dengan
SLTA/SMTA, maka di Kabupaten Majene saat ini sudah tersedia 340 unit
sekolah yang tersebar di 4 kecamatan. Jumlah murid yang dapat ditampung
pada sekolah-sekolah tersebut mencapai 38.984 orang anak usia sekolah atau
baru 76 % dari jumlah anak yang berhak sekolah yakni 50.654 orang. Data
lengkap dapat dilihat pada Tabel 3 (terlampir).
Adapun jumlah guru yang dapat menjalankan tugasnya hingga saat ini
3.952 orang, itu artinya seorang guru harus mengawasi anak didiknya setiap hari
dengan jumlah murid rata-rata 11 orang. Jika demikian keadaannya maka kualitas
anak didik di Kabupaten Majene seharusnya lebih baik dari kualitas anak didik di
daerah Pulau Jawa yang rata-rata seorang guru harus mengawasi anak didiknya
mencapai 20 hingga 25 orang.

10 Bab II - Pendahuluan
Dilihat dari ketersediaan infrastruktur pemenuhan hak atas kesehatan,
dapat dikatakan masih jauh dari jumlah ideal. Saat ini hanya ada 1 rumah sakit
(rumah sakit umum) yang melayani 130 Ribu lebih penduduk dengan segala
keterbatasan fasilitas medis dan para medis atau jauh dibawah Standar Pelayanan
Minimum Kesehatan yang telah ditetapkan Pemerintah (Menteri Kesehatan).
Terkait dengan kualifikasi dan atau kapasitas tenaga medis saat ini di
Kabupaten Majene dilayani oleh 18 orang Dokter Umum, 9 orang Dokter Gigi,
3 Dokter Ahli, 2 orang Apoteker, 11 orang Sarjana Kesehatam Masyarakat. Dan
dibantu oleh para 117 orang Perawat, 31 orang Paramedis non perawat, 30
orang Tenaga non medis dan 30 orang paramedis pembantu.
Dilihat dari sisi jenis penyakit yang diderita masyarakat, berdasarkan
data statistic 2004, adalah: 5.706 kasus penyakit diare, 96 kasus malaria, diduga
rabies 79 kasus , ada 2.093 kasus cacingan, terdapat 414 penderita TBC dan 97
Kusta, dan 419 kasus Typus.
Dengan kondisi statistik tersebut, jika dilihat dari tingkat/derajat
kesejahteraan masyarakat saat ini, dapat disimpulkan bahwa kehidupan
masyarakat khusus kelompok masyarakat miskin rentan terhadap penurunan
kualitas hidup sekalipun posisi Kabupaten Majene saat ini berada diperingkat 1
IPM/HDInya ditingkat SUlawesi Barat. Kerentanan ini disebabkan karena
kapasitas pelayanan public yang dapat dijangkau masyarakat belum ada
kemajuan/peningkatan baik dari aspek jumlah maupun kualitas pelayanannya.
Selain itu, kapasitas/daya kemampuan masyarakat yang belum mengalami
peningkatan karena faktor struktural ekonomi dan kebijakan pemerintah secara
nasional.
Hal ini juga berpengaruh pada penerimaan asli daerah yang belum
mengalami peningkatan secara signifikan. Tabel 7 (terlampir) menunjukkan peta
sumber-sumber produksi masyarakat yang menjadi andalan pendapatan asli
daerah dari Industri yang masih dikelola dengan teknologi konvensional dan
semi konvensional.

2. 2. Pandangan Masyarakat Miskin Tentang Kemiskinan


(Hasil PPA yang Dilakukan di 4 Sektor/Karakteristik Komunitas)
Dalam diskusi terfokus dengan metode PPA (Partisipatory Poverty
Assessment) diperoleh pandangan masyarakat/komunitas nelayan tentang kelas
sosial yang dibagi dalam 3 (tiga) golongan masyarakat dengan ciri-
cirinya/indikatornya (Lihat lebih lanjut lampiran hasil PPA pada tiga komunitas
miskin).

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 11


2. 3. Fakta Kemiskinan-Pemiskinan
Sebab-Akibat Kemiskinan-Pemiskinan (Analisa Papan Catur). Disarikan
dari matrik PPA (terlampir).

2. 4. Masalah Utama Kemiskinan-Pemiskinan


Participatory Poverty Assessment (PPA) dilakukan terhadap 4
sektor/karakteristik masyarakat miskin (Miskin Kota, Petani Kebun, Petani
Hutan, dan Nelayan) ditemukan masalah utama kemiskinan-pemiskinan
berdasarkan cara pandang dan pengalaman masyarakat miskin sendiri. Dalam hal
ini penyebab kemiskinan dilihat dari aspek pernghormatan, perlindungan, dan
pemenuhan hak-hak dasar warga adalah;
2. 4. 1. Rendahnya Kapasitas Pelayanan Hak atas Kesehatan untuk
Kaum Miskin
Data statistik Pelayanan Kesehatan menggambarkan penyakit menular
selama tahun 2003-2004 menunjukkan keadaan yang cukup memprihatinkan.
Data statistik berikut ini menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat di
Majene.

P e ta P e n y a k it M e n u la r D id e rita P e n d u d u k d a la m ta h u n 2 0 0 3

6000 5648
5000
4000
Penduduk
J u m la h

3000 2099
2000
1000 343 617 281
95 86
0
D ia r e M a la r ia R a b ie s C a c in g a n Tbc K u s ta T ypus

Jumlah penduduk yang tenderita penyakit menular mencapai 9.169


jiwa, dan 122 diantaranya meninggal dunia.

Dan dalam tahun 2004 jumlah penderita penyakit menular mencapai


8.904 jiwa dan 146 diantaranya meninggal dunia.
Jika ditelaah kondisi kesehatan masyarakat dalam dua tahun tersebut
dapat dikatakan bahwa, perlindungan masyarakat atas ancaman penyakit
menular sangat minimal. Sekalipun peningkatan jumlah penderita penyakit
menular tidak begitu mencolok, namun angka kematian meningkat 20 orang dari
jumlah tahun 2003.

12 Bab II - Pendahuluan
Resiko kematian ibu melahirkan juga sangat memprihatinkan dalam dua
tahun terakhir. Ditahun 2003 tercatat 28 orang ibu melahirkan meninggal dari
195 ibu melahirkan, dan ditahun 2004 angka kematian ibu melahirkan meningkat
menjadi 50 orang dari 3.308 total ibu melahirkan.

P e ta P e n y a k it M e n u la r D id e rita P e n d u d u k d a la m ta h u n 2 0 0 4

6000
5706
5000
4000
Penduduk
J u m la h

3000 2093
2000
1000 414 419
96 79 97
0
D ia r e M a la r ia R a b ie s C a c in g a n Tbc K u s ta T ypus

2. 4. 2. Rendahnya Kapasitas Pelayanan Hak atas Pendidikan untuk


Kaum Miskin
Dari hasil PPA menunjukan rendahnya tinggkat pendidikan di
komunitas tani kebun, matrik berikut ini menggambarkan tingkat pendidikan
peserta PPA

NO. INDIKATOR JUMLAH PERSENTASE (%)


1. Tamat SD 10 50 %
2. Tamat SMP 6 30 %
3. Tamat SMA 3 19 %
4. Buta Hurup - 0%
5. Sarjana Muda 1 1%
Sumber: Diolah dari hasil FGD

Dari tabel di atas menunjukkan tingkat pendidikan peserta PPA masih


relatif rendah. Walaupun diketahui bahwa itulah tingkatan pendidikan formal
yang kualitas pemahamannya belum bisa dijamin.
Rendahnya akses masyarakat miskin terhadap pendidikan formal dan
non formal. Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan, terbatasnya
jumlah dan mutu prasarana dan sarana pendidikan, terbatasnya jumlah guru yang
bermutu, terbatasnya jumlah sekolah yang layak untuk proses belajar-mengajar,
terbatasnya jumlah SLTP dan SLTA, serta terbatasnya jumlah, sebaran dan
mutu program kesetaraan pendidikan dasar melalui pendidikan non formal.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 13


Rendahnya akses masyarakat terhadap pendidikan sudah dimulai sejak
dari jenjang pendidikan terendah (TK dan SD), hingga menengah atas (SLTP
dan SLTA). Data Depdiknas Kabupaten Majene 2006/2007 menunjukkan
bahwa dari 50.654 anak berhak sekolah, baru 38.984 orang (76 %) yang
memperoleh layanan pendidikan dan perawatan melalui Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD).
2. 4. 3. Terbatasnya Kesempatan Bekerja dan Berusaha
Dari hasil assesmen menunjukkan bahwa kesempatan masyarakat
miskin dalam memperoleh pekerjaan dan berusaha sangat terbatas. Regulasi
yang ada belum memberikan ruang dan jaminan perlindungan hak atas pekerjaan
dan berusaha. Hak masyarakat tentang kepemilikan serta penguasaan tanah
(tempat tinggal maupun lahan tani) tidak terpenuhi dengan baik. Demikian juga
halnya dengan ruang-ruang tempat berusaha (kaum miskin kota) yang selalu
menjadi sasaran aparat penegak ketentraman kota.
Akibat terbatasnya ruang dan akses bagi kaum miskin dalam
memperoleh hak atas pekerjaan dan berusaha maka mendorong keluarga miskin
memperjakan (memaksa) anak dan perempuan (istrinya) untuk bekerja. Pekerja
perempuan sebagai buruh migrant, dan pembantu rumahtangga. Sementara
anak-anaknya menjadi “korban” trafficking untuk menjadi pekerja sek. dan
dieksplotasi secara berlebihan dan digaji sangat murah, bahkan seringkali
diperlakukan secara tidak manusiawi. Sekalipun sudah tersedia regulasi yang
melindungi hak-hak perempuan dan anak dari ancaman eksploitasi, tapi belum
sepenuhnya efektif berjalan.
Dikelompok tani hutan misalnya, dari 20 peserta PPA 100 %-nya
menjadi petani penggarap dan membagi hasil kebun dengan pemilikan lahan.
Demikian pula dengan lahan tempat tinggal mereka yang hanya merupakan hak
pakai, bukan hak milik, padahal diketahui bahwa peserta PPA semua adalah
pendudukan asli kampung tersebut. Tabel berikut menggambar angka statistik
kepemilikan lahan oleh petani yang 0 %.
TABEL KONDISI (STATUS) TERHADAP LAHAN

No. Indikator Orang Persentase (%)


1. hak milik 0 0%
2. hak garap 20 100 %
Total 20 100 %
Sumber: Data Diolah dari Tools Klasifikasi Kesejahteraan

14 Bab II - Pendahuluan
Temuan saat dilakukan FGD terkait dengan system garapan lahan ini
telah berlangsung secara turun temurun (sekarang sudah lapisan ketiga dalam
sturuktur keturunan keluarga). Pola garapan yang selama ini berjalan adalah
untuk tanaman jangka panjang hasil dibagi tiga dimana satu bagian untuk
penggarap dan dua bagian untuk untuk pemilik. Untuk tanaman tanaman jangka
pendek bagi hasinya adalah 2 bagian untuk penggarap dan satu bagian untuk
pemilik lahan. Berikut adalah ungkapan salah seorang peserta PPA.

”bahwa hasil yang kita dapatkan dari usaha tani kami sangatlah minim disebabkan oleh
hal tersebut, disisi lain kami harus menghidupi keluarga, innapa Tia harga BBM
anna’ sembako lewa’ masuli’na…! I’da tiapami nakasi-asi tau ”
Saharuddin (31 tahun/petani)

Umumnya lahan garapan yang dikelola oleh peserta PPA adalah lahan
yang tidak produktif. Tingkat kemiringan lahan yang membentuk lereng-lereng
gunung dan dalam hamparan alang-alang serta bebatuan, Kondisi ini menjadikan
para petani yang rata-rata adalah petani konvensional alat kerjanya (tradisional)
mengalami kesulitan dalam menggarap. Disisi lain sumber pengairan bagi lahan
mereka hanyalah mengandalkan air tadah hujan, itu disebabkan oleh kondisi
topografi dan kapasitas warga (keterampilan maupun segi finansial untuk itu
memang sangatlah kurang.
Dari sisi lain akses masyarakat miskin terhadap pengembangan usaha
kecil/kewirausahaan juga sangat terbatas. Masalah utamanya adalah sulitnya
mengakses modal dengan suku bunga rendah, sulit dalam memperoleh ijin
usaha, kurangnya perlindungan regulasi atas usaha-usaha yanmg dikelolal,
rendahnya kapasitas kewirausahaan dan terbatasnya akses terhadap informasi:
(pasar dan bahan baku), tidak terjangkaunya bantuan-teknis dan teknologi.

Salah satu penyebab kemiskinan kami adalah karena mulai dari leluhur kami memang
sudah merasakan dengan keadaan lahan yang tidak terlalu menguntungkan, innamo
lita’mawatu, tanah yang memang kurang subur, alapagi salama di’e mai bapak-bapak
penyuluh sangat kurang untuk mengunjungi kami untuk memberikan penyuluhan
bagaimana mengolah lahan yang kondisinya seperti itu, jari parallu sanna’i tu’tau
penyuluhan iyaatopapole’ mua’ malai kami bisa dibantu pengadaan pompanisasi
untuk pengairan. Karena sampai saat sekarang ini kami hanya mengandalkan air hujan.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 15


2. 4. 4. Terbatasnya Akses dan Kapasitas Pelayanan Sanitasi Lingkungan
dan Air Bersih untuk Kaum Miskin
Hak dasar warga yang harus dilindungan dan dipenuhi oleh negara
selain pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan ádalah hak atas Air bersih dan
lingkungan yang sehat. Semakin lama semakin sulit masyarakat miskin
mendapatkan air bersih dan aman. Hal ini disebabkan karena terbatasnya sarana-
prasarana dan penguasaan sumber air.
Kesulitan memperoleh air bersih dan aman umumnya dihadapi oleh
sekitar mayoritas masyarakat di Kabupaten Majene, selain musim kemarau yang
panjang juga persediaan air di sungai-sungai sudah tidak mampu mengairi aliran
air lewat jalur disktribuasi PDAM.
Secara nasional data Susenas 2003 menunjukkan bahwa rumahtangga
yang belum mampu mengakses air bersih sangat besar jumlahnya. Dalam
mengatasi kesulitas air bersih masyarakat kelas tengah keatas menggunakan
mesin pompa untuk menarik air dalam tanah. Sementara itu rumah tinggal
masyarakat miskin yang menggunakan air bersih kurang dari 12% antara lain
tinggal di Ibu kota Kabupaten/Banggai. Rumahtangga tersebut sebagian besar
tinggal di daerah perdesaan yang tidak terjangkau layanan distribusi air bersih.
Masyarakat miskin yang tinggal di pinggiran sungai sangat tergantung
pada perubahan permukaan air sungai. Pada saat musim kemarau, mereka
terpaksa harus membeli air minum yang cukup mahal. Bagi masyarakat miskin
yang tidak mampu membeli, mereka terpaksa mengambil air dari sungai pada
malam hari untuk diendapkan dan digunakan keesokan harinya. Kesulitan air
juga dialami oleh masyarakat miskin sektor Nelayan. Mereka setiap tahun
mengalami kesulitan untuk mengakses air bersih dan aman yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan air minum. Kesulitan memperoleh air bersih dan
aman untuk keperluan rumahtangga menyebabkan kaum perempuan harus
berjalan jauh mencari sumber-sumber air.
Rumahtangga yang tinggal di daerah perkotaan sebagian besar dapat
menikmati layanan air bersih dari perusahaan daerah air minum (PDAM) atau
dengan memanfaatkan air tanah. Bagi masyarakat miskin yang tinggal pada
permukiman kumuh dan pinggiran sungai, mereka menghadapi kesulitan untuk
dapat menjangkau layanan PDAM, sehingga masih banyak yang memanfaatkan
air sungai dan sumur galian yang sudah tercemar untuk mandi, memasak,
mencuci, dan air minum. Kondisi sanitasi dan lingkungan yang buruk
berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan mereka terutama anak-anak dan
ibu. Selain itu, masyarakat miskin juga kurang memahami pengelolaan sanitasi
dan lingkungan hidup sebagai bagian dari perilaku hidup sehat.

16 Bab II - Pendahuluan
Kesulitan dalam mengakses air bersih dan aman, dan sanitasi akan
menjadi beban berat bagi masyarakat miskin. Upaya pemenuhan hak dasar atas
air bersih dan aman perlu menjadi perhatian terutama dalam penyediaan dan
distribusi air bersih, terbangunnya mekanisme subsidi penyediaan air bersih dan
sanitasi bagi masyarakat miskin, serta peningkatan pengetahuan dan pemahaman
masyarakat miskin terhadap pentingnya air bersih dan sanitasi.
2. 4. 5. Rendahnya Kapasitas Pelayanan Hak atas Rasa aman
Kaum miskin selain marginal atas hak-hak dasarnya juga dimarginalkan
dari aspek perlindungan hak atas rasa aman. Kekerasan dalam rumah tangga
merupakan suatu kondisi yang selalu dialami keluarga masyarakat miskin. Ini
sebagai akibat dari kebuntuan dan frustrasinya masyarakat mengahadapi
masalah-masalah kemiskinan. Dilingkungan luar rumah; ditempat kerja dan
berusaha ancama kekerasan juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari
dihadapi Masyarakat miskin. Tindak kekerasan tersebut disebabkan oleh
perebutan sumber-sumber ekonomi dan produksi, konflik sosial, ancaman dan
terorisme, termasuk ancaman non kekerasan seperti kerusakan lingkungan,
bencana alam, perdagangan manusia (human trafficking), krisis ekonomi,
penyebaran penyakit menular, dan peredaran obat-obat terlarang. Berbagai
tindak kekerasan dan non kekerasan tersebut mengancam rasa aman dan
menyebabkan hilangnya akses masyarakat terhadap hak-hak sosial, ekonomi,
politik, dan budaya.
Apa yang terjadi dikabupaten tentangga (Mamasa) adalah sebuah
fenomena social yang dapat terjadi di Majene. Demikian pula hal dengan tidakan
kekerasan sesama masyarakat miskin,masyarakat miskin dengan aparat penegak
hukum.
Kaum perempuan adalah orang pertama dan terberat yang menanggung
beban akibat kekerasan dilingkungan masyarakat miskin. Bagi kaum perempuan,
kekerasan dan atau hilangnya hak atas rasa aman dapat menyebabkan hilangnya
akses pada mata pencaharian, tempat tinggal yang hancur, dan masa depan yang
tidak pasti. Kondisi ini memaksa kaum perempuan menjadi pencari nafkah
utama dan menanggung beban keluarga yang lebih besar. Hal ini disebabkan
karena tidak mampuan negara menjamin hak-hak warga atas rasa aman.
2. 4. 6. Terbatasnya Ruang Partisipasi Warga (kaum Miskin) dalam
Pembangunan
Lemahnya penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar
warga terutama bagi kaum miskin mengindikasikan terbatasnya ruang partisipasi
warga dalam keseluruhan proses pembangunan. Ini juga menandakan gagalnya

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 17


system Negara menjamin dan menghormati ruang partsipasi warga sebagai hak
warga.
Sebagai contoh masih banyaknya proses perumusan dan pelaksanaan
kebijakan yang memposisikan masyarakat miskin sebagai “obyek” dan
mengabaikan keterlibatan masyarakat miskin dalam proses pengambilan
keputusan. Apa yang menjadi masalah dilingkungan kaum miskin tidak mampu
direspon dengan humanis dan holistik.
Jika ditelaah lebih jauh, kegagalan kebijakan dan program pembangunan
dalam mengatasi masalah kemiskinan adalah sebagai salah satu akibat dari
lemahnya ruang partisipasi masyarakat miskin, Kasus-kasus penggusuran di
perkotaan, pemutusan hubungan kerja secara sepihak, dan pengusiran petani
dari wilayah garapan menunjukkan tidak adanya ruang dialogis yang adil dan
terbuka dalam menyelesaikan masalah.
2. 4. 7. Terbatasnya Akses dan Kapasitas Pelayanan Hak atas Pangan
untuk Kaum Miskin.
Kemampuan kaum miskin memenuhi kebuthan pangan sehari-hari
adalah sebuah tantangan yang sekaligus anacaman kelaparan bagi kaum miskin.
Hal yang sama juga dialami oleh petani penghasil pangan adalah terbatasnya
dukungan produksi pangan, tata niaga yang tidak efisien, rendahnya penerimaan
usaha tani pangan dan maraknya penyelundupan.
Ancaman kekurangan pangan dan atau kelaparan bagi kaum miskin juga
menjadi ancaman bagi Negara sebagai sebuah kegagalan negara dalam
melindungi dan memenuhi hak-hak warga atas pangan yang telah dijamin dalam
konstitusi negara. Secara umum gejalan kekurangan pangan dilingkungan kaum
miskin terlihat banyaknya balita dan ibu melahirkan dilingkungan kaum miskin
yang rendahnya asupan kalori dan buruk gizinya.
Dari temuan PPA di e sektor komunitas 70 % peserta PPA masuk
katagori rawan dan atau terancam rendah kalori dan gizi terutama bagi kaum
perempuan, balita dan anak-anak. Selain hal ketidakmampuan masyarakat
memenuhi asupan gizi dan kalori secara mandiri juga disebabkan oleh pola
konsumsi yang bertumpu pada beras sebagai bahan pangan pokok. Pola
konsumsi seperti itu menyebabkan ketergantungan masyarakat pada beras dan
peralihan konsumsi pangan dari bukan beras menjadi beras. Dalam jangka
panjang, hal ini akan mengganggu ketahanan pangan masyarakat. Selain itu,
ketergantungan pada beras juga melemahkan inisiatif untuk melakukan
diversifikasi produksi dan konsumsi pangan selain beras seperti jagung, sagu, ubi
jalar, ubi kayu dan bahan pangan lainnya yang tumbuh secara lokal.

18 Bab II - Pendahuluan
Dan dilingkungan petani penghasil pangan termasuk petani padi juga
masuk dalam katagori komunitas rentan rawan pangan yang disebabkan oleh
fluktuasi harga yang terjadi pada saat musim panen dan musim paceklik yang
tidak menguntungkan mereka. Impor beras yang dilakukan untuk menutup
kebutuhan beras dan menjaga stabilitas harga seringkali tidak tepat waktu
sehingga merugikan petani penghasil beras
Dengan mengacu pada pandangan kaum miskin/masyarakat miskin di
atas sebagai sebuah gambaran/apresiasi terhadap kehidupan sosial dan atau kelas
sosial yang ada disekitar mereka sehari-hari atas kondisi ketidak-berdayaan
masyarakat miskin keluar dari lingkaran kemiskinan dan ketidak-adilan yang
terus-menerus mereka hadapi selama ini. Dapat ditarik kesimpulan bahwa
menurut kaum miskin, kemiskinan dan atau pemiskinan yang terjadi di Majene
dikarenakan (1) Luruhnya peran negara/pemerintah dalam melindungi,
mengormati dan memenuhi hak-hak dasar warga (2) Ketidak-berdayaan
masyarakat (pranata-pranata sosial) mengahadapi masalah kemiskinan yang
multidimensi, yang berakibat pada terjadinya kesenjangan sosial dan ekonomi yang
semakin jauh. Kedua sebab tersebut merupakan akibat dari:
1. Keterbatasan akses masyarakat miskin dalam memenuhi hak-hak
dasarnya seperti; hak atas pekerjaan, hak pelayanan kesehatan, hak atas
permukiman, hak atas pelayanan pendidikan, hak atas rasa aman, dan
hak atas lingkungan hidupyang sehat.
2. Lemahnya akses masyarakat atas haknya berpartisipasi dalam
keseluruhan proses pembangunan seperti hak berpartisipasi dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan.
3. Lemahnya regulasi yang menghormati dan melindungi hak-hak
masyarakat atas sumberdaya alam seperti tanah, hasil hutan, hasil bumi,
home industri, dan akses pada pasar dan sumber bahan baku.
4. Terbatasnya kapasitas masyarakat miskin dalam meningkatkan
produktivitasnya dalam mempertahankan hak-haknya atas sumber-
sumber produksi yang ada.
5. Adanya tekanan psikologis sebagai akibat dari ketidak-berdayaan
masyarakat dalam mempertahankan ”modal sosial” dan atau pranata
sosial karena dorongan perubahan secara struktural (kebijakan) yang
tidak berbasiskan nilai-nilai sosial masyarakat yang selama ini menjadi
kekuatan masyarakat dalam mempertahankan hak-haknya.

2. 5. Definisi Kemiskinan-Pemiskinan
Dalam diskusi terfokus bersama Kaum Miskin saat dilakukan PPA
(Participatory Poverty Assessment) diperoleh pandangan kaum Miskin tentang Arti

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 19


kemiskinan-pemiskinan adalah segala sesuatu yang tidak dapat terpenuhinya baik
kesehatan, ekonomi, pemukiman, pendidikan, alat nelayan dan lainnya; tidak bisa
menyekolahkan anaknya juga kalau sakit setengah mati mau berobat tapi tidak ada biaya;
orang yang tidak dapat memenuhi sandang, pangan dan papan; perlengkapan alat
nelayannya tidak terpenuhi, tidak mampu berobat, ekonominya sangat kurang, tempat
pemukimannya tidak layak untuk ditempati, pendidikannya kurang dan kurang mendapat
perhatian dari pemerintah.
Dari sudut pandang perempuan, kemiskinan-pemiskinan diartikan
sebagai sebuah keadaan “Perabotan rumah tangga yang minim, tidak ada simpanan
uang, dan Perasaan yang tetekan beban hidup”. Sementara dokumen SNPK
mendefinisikan kemiskinan adalah “kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang,
laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat” Dengan mengacu pada pemahaman
kaum Miskin tentang Kemiskinan dan definisi Kemiskinan dalam dokumen
SNPK dalat diberikan batasan definisi Kemiskinan di Majene adalah sebuah
kondisi hidup keluarga (anak, Ibu, dan Bapak) yang hak-hak dasarnya tidak diperolehnya
secara bermartabat dan mampu meningkatkan daya sosial, ekonomi, dan politiknya sebagai
warga negara yang merdeka dan berdaulat.

20 Bab II - Pendahuluan
BAB III
KAJIAN KEBIJAKAN DAN
PROGRAM PANANGGULANGAN KEMISKINAN

Review kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan


difokuskan pada: (1). Kebijakan Pembangunan Daerah (Renstra, Arah
Kebijakan Umum (AKU), Perda-perda yang terkait dengan Penanggulangan
Kemiskinan-Pemiskinan, Analisis APBD dalam 5 tahun terakhir yaitu APBD
tahun 2001, 2006; (2). Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Alam; dan (3).
Kebijakan Pembangunan Hak-hak Dasar Warga (hak atas Kesehatan, hak atas
Pendidikan, hak atas Pangan, hak atas Rasa Aman, hak atas Kesempatan Bekerja
dan Berusaha, hak atas Sanitasi Lingkungan dan Air Bersih, dan hak atas
Partisipasi Warga dalam pembangunan).

3. 1 Kebijakan Pembangunan Daerah


3. 1. 1. Rencana Strategis Daerah 2001 – 2005
Renstra Kabupaten Majene masih menggunakan produk tahun 2001-
2005, sedangkan Renstra atau RPJMD 2006-2011 masih disusun setelah
pemilihan Bupati dan Wakil Bupati saat dokumen SDPK/SPKD ini disusun.
Untuk ini kajian kebijakan dilakukan atas Dokumen Renstra 2001-2005.
Visi Pemerintahan Daerah Kab. Majene adalah “Terwujudnya Kab.
Majene yang memiliki kemandirian dalam tatanan kehidupan
masyarakat madani yang agamis dan berbudaya serta berilmu dan
berwawasan lingkungan”.
Dalam upaya mewujudkan visi tersebut, maka misi yang dirumuskan
adalah:
1. Meningkatkan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan
masyarakat.
2. Meningkatkan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari
untuk mewujudkan kualitas keamanan dan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang maha Esa.
3. Mewujudkan peran Pemerintahan Daerah yang berfungsi sebagai
pelayan masyarakat yang professional, berdaya guna, produktif,

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 21


aspiratif, transparan dan bertanggungjawab, serta jauh dari praktek
KKN.
4. Memberdayakan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi terutama
pengusaha kecil, kelompok tani/nelayan dan KUB dengan
peengembangan system ekonomi kerakyatan yang berbasis pada SDA
produktif.
5. Mencapai taraf hidup kesejahteraan rakyat yang ditandai dengan
meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan memprioritaskan
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat.
6. Menciptakan iklim pendidikan yang bermutu guna mempertegas ahlak
mulia, kreatif, inovatif, berwawasan luas, cerdas, sehat, berdisiplin dan
bertanggungjawab serta menguasai iptek.
7. Mengelola potensi daerah yang ditandai dengan kemampuan
berkompetisi di pasar global
8. mewujudkan kelestarian sumber daya alam sebagai implementasi
kepedulian terhadap lingkungan.

Untuk mewujudkan Visi dan Missi tersebut, Pemda Kab. Majene


menetapkan 10 sasaran utama Pembangunan Daerah yakni; (1) Bidang Politik
dan Pemerintahan; (2) Bidang Keagamaan; (3) Bidang social budaya; (4) Bidang
social ekonomi; (5) Bidang Pendidikan; (6) Bidang Kesehatan; (7) Bidang Kesra;
(8) Bidang peranan wanita; (9) Bidang pemuda dan Olahraga; (10) Bidang SDA,
Lingkungan dan Penataan Wilayah.
Secara sektoral, program dikelola oleh masing-masing dinas sektoral
yang diprioritaskan pada sektor;
a. Pertanian Tanaman pangan
(1) Peningkatan ketahanan pangan
(2) Peningkatan produksi perkebunan
(3) Peningkatan sarana dan prasarana
(4) Pemulihan ekonomi dan ketahanan pangan
b. Kehutanan
(1) Rehabilitasi hutan dan lahan kritis
(2) Perlindungan hutan dan konservasi tanah
(3) Optimalisasi fungsi dan pemanfaatan hutan
(4) Pemantapan prakondisi pengelolaan hutan
(5) Pengembangan SDM dan teknologi kehutanan
(6) Peningkatan pelayanan kepada masyarakat

22 Bab III - Kajian Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan


c. Pelayanan Kesehatan
(1) Peningkatan kualitas pelayaanan kesehatan di rumah sakit
(2) Peningkatan sarana dan prasarana
(3) Peningkatan kesehatan lingkungan, pemukiman, tempat kerja dan
tempat-tempat umum serta tempat pariwisata.
(4) Pemberantasan penyakit menular
(5) Pelayanan kesehatan dasar
(6) Peningkatan status kesehatan masyarakat
(7) Penyuluhan
(8) Peningkatan sumberdaya kesehatan
d. Kelautan dan Perikanan
(1) Pemberdayaan masyarakat nelayan/petani ikan
(2) Pengembangan agribisnis dan agroindustri perikanan berbasis
masyarakat dan potensi local diarahkan pada orientasi pasar
diversifikasi produk
(3) Pengelolaan sumberdaya ikan yang berkelanjutan dan
menegakkan hukum
(4) Pengembangan jaringan kerjasama antara pemerintah, swasta
dalam peningkatan mutu pelayanan dan penyajian informasi yang
akurat dan bertanggungjawab dalam bidang kelautan dan
perikanan
e. Kesejahteraan Rakyat dan Perlindungan Masyarakat
(1) Pengembangan social
(2) Bantuan kesra
(3) Pelayanan dan rehabiltasi social
(4) Pembinaan kesra

Jika dilihat dari focus Kebijakan Pembangunan Daerah di atas,


seharusnya keadaan angka Kemiskinan di Kabupaten Majene sudah berada
dibawah 20 %. Namun sampai saat dilakukan Pilkada Langsung pada tahun
2006, jumlah penduduk Miskin menghampiri masih 50 % yang menjadi
tantangan Pemerintah berikutnya. Ini menggambarkan bahwa kebijakan tersebut
belum sepenuhya berkorelasi dengan meningkatnya derajat kesejahteraan rakyat
di Kabupaten Majene.
Dilihat dari focus rencana strategis sesungguhnya sudah mencerminkan
keberpihakan pada peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat terutama
masyarakat Miskin. Hanya saja dalam prakteknya belum terjadi perubahan yang
signifikan atas derajat kesejahteraan masyarakat. Ini merupakan tantangan

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 23


strategis Pemerintah kedepan untuk menjadi issue peningkatan derajat
kesejahteraan masyarakat sebagai agenda utama pembangunan Kabupaten
Majene.

3. 1. 2. Arah Kebijakan Umum (AKU)


Mencermati issu strategis dan prioritas pembangunan Kabupaten
Majene dalam AKU tahun 2006 terlihat dengan jelas bahwa Pemerintah
Kabupaten telah memberikan perhatian yang cukup serius terhadap
pengurangan kemiskinan. Adapun issu strategis yang dimaksud
1. Jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan dan yang
rentan untuk jatuh ke bawah garis kemiskinan masih sangat besar.
2. Masih adanya ketimpangan pembangunan antar wilayah.
3. Tingkat pengangguran terbuka, masih tinggi.
4. Tingkat kesejahteraan sebagian besar tenaga kerja masih rendah.
5. Penduduk Kabupaten Majene masih menghadaoi kesulitan untuk
mengakses layanan pendidikan dan kesehatan serta kualitas pelayanan
publik masih rendah.
6. Kondisi dan struktur perekonomian yang ada tidak cukup untuk
mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
7. Proses desentralisasi masih belum berjalan sepenuhnya.

Sendangkan prioritas pembangunan daerah Kabupaten Majene adalah


sebagai berikut :
1. Penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan.
2. Peningkatan kesempatan kerja dan investasi.
3. Revitalisasi pertanian, perikanan, kehutanan dan pedesaan.
4. Peningkatan aksesibilitis dan kualitas pendidikan dan kesehatan.

Prioritas AKU ditahun 2006 dapat dikatakan sudah koheren dengan


Renstra yang menjadi acuan dasar Pembangunan, pertanyaannya adalah apakah
AKU juga koheren dengan target capaian dan APBD ditahun yang berjalan?
Koherensi antara dokumen kebijakan Pembangunan merupakan prastarat untuk
mencapai capaian akhir tujuan pembangunan daerah. Hal ini belum tercermin

24 Bab III - Kajian Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan


dalam AKU 2006 karena target-target capaian belum terumuskan secara jelas
dan terukur.

3. 1. 3. Peraturan Daerah (PERDA)


Peraturan daerah merupakan instrumen kebijakan yang memberikan
kekuatan hukum untuk menjalankan roda pembangunan daerah. Dalam UU
10/2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mendefinisikan
PERDA adalah “ peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh dewan
perwakilan rakyat daerah dengan persetujuan bersama kepala daerah”. Materi
utama PERDA sebagaimana diatur dalam pasal 12 UU no 10 tahun 2004 adalah
“seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan
tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran
lebih lanjut Peranturan perundang-undangan yang lebih tinggi”. Mendasari pada
definisi dan muatan materi di atas, maka PERDA yang dihasilkan oleh daerah
tidak saja mengatur tata laksana kepemerintahan, visi-misi dan komitmen yang
ada dari seluruh dokumen perencanaan pembangunan daerah, melainkan juga
harus menjadi turunan dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
sehingga koherensi vartikal dan horizontal peraturan perundang-undangan
merupakan keniscayaan sebuah peraturan daerah.
Berdasarkan Dokumen Himpunan Peraturan Daerah tahun 2001 –
2005 nampaknya dokumen perencanaan pembangunan daerah belum koheren
secara subtansi baik secara vertical maupun horizontal dengan dokumen
perencanaan pembangunan. Perda/regulasi yang dihasilkan lebih mengatur hal-
hal yang bersifat teknis dan sektoral. Tabel berikut ini menggambarkan Perda
yang dimaksud;

TAHUN NOMOR PERDA PRIHAL


2001 No.5 tahun 2001 Pola dasar pembangunan Kab. Majene
No.6 tahun 2001 Kedudukan keuangan Kepala Desa & Perangkat
Desa
No.7 tahun 2001 Penyusunan APBDesa
No.8 tahun 2001 Peraturan Desa
No. 9 tahun 2001 Kerjasama Antar Desa
No.10 tahun 2001 Lembaga Kemasyarakat di Desa
No.11 tahun 2001 Susunan Organisasi pemerintah Desa
No.12 tahun 2001 Badan Perwakilan Desa
2002 No.1 tahun 2002 Retribusi biaya cetak peta
No.3 tahun 2002 Retribusi pengelolaan hasil hutan non kayu
No.6 tahun 2002 Retribusi izin usaha jasa konstruksi

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 25


2003 No.1 tahun 2003 Retribusi izin perubahan penggunaan tanah
No. 3 tahun 2003 Retribusi izin kelayakan lingkungan
No.8 tahun 2003 Retribusi terminal
No.9 tahun 2003 Pembentukan Susunan organisasi & tatakerja
lembaga teknis daerah lingkup Pemda Majene
N0.10 tahun 2003 Pembentukan susunan organisasi dan tatakerja
pemerintah kecamatan dan pemerintah
kelurahan
No. 14 tahun 2003 Pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah
2004 No.1 tahun 2004 Retribusi penerbitan tanda kebangsaan kapal
dan sertifikat kesempurnaan kapal ukuran isi
kotor lebih kecil dari GT.7
No.2 tahun 2004 Pengelolaan usaha industri dan perdagangan
No.3 tahun 2004 Retribusi izin usaha industri & perdagangan
No.6 tahun 2004 Pedoman pembinaan penyidik pegawai negeri
No.7 tahun 2004 Pedoman operasional penyidik pegawai negeri
No.8 tahun 2004 Pedoman penyelenggaraan pendidikan penyidik
PNS
No.9 tahun 2004 Retribusi pelayanan ketatausahaan
No.10 tahun 2004 Usaha kelautan dan perikanan
N0.11 tahun 2004 Retribusi izin usaha kelautan dan perikanan
No.12 tahun 2003 Usaha angkutan & retribusi izin usaha angk.
Khusus
No.13 tahun 2004 Jabatan eselon
2005 No.1. tahun 2005 Petunjuk teknis pelaksanaan perda No.11 tahun
2004
No.2 tahun 2005 Pedoman system dan procedure pengelolaan
keuangan daerah
No.3 tahun 2005 Petunjuk teknis perda No.9 tahun 2004
No.4 tahun 2005 Petunjuk teknis pelaksanaan perda No.12 tahun
2004
No.5 tahun 2005 BPD
No.6 tahun 2005 Pemerintahan desa
No.7 tahun 2005 Penjabaran APBD 2005

Jika ditelaah secara mendalam, kebijakan-kebijakan yang dilahirkan


sebagai Peraturan Daerah (PERDA) yang telah ditetapkan dan dilembar-
daerahkan, lebih banyak mengatur tata kelola pemerintahan (Pemda, Kecamatan
dan desa), sumber-sumber penerimaan daerah (pajak dan retribusi) dan tata

26 Bab III - Kajian Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan


kelola sumberdaya alam dalam upaya peningkatan pendapatan asli daerah
(PAD). Pertanyaannya adalah apakah kebijakan-kebijakan tersebut memiliki
koherensi positif dalam keseluruhan proses penanggulangan Kemiskinan dan
pemiskinan, terutama dalam menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak
dasar kaum Miskin?
Secara umum dapat disimpulkan bahwa kebijakan-kebijakan yang ada
belum sepenuhnya memberikan akses dan arah penghormatan, perlindungan
dan pemenuhan hak-hak dasar dasar warga Negara terutama kaum Miskin.
Kebijakan yang ada lebih banyak mengatur tatalaksana kewajiban warga Negara
atau hak atas partisipasi warga Negara dalam keseluruhan proses pembangunan.
Dan ini menjadi suatu tantangan Pemerintah untuk melakukan reformasi dan
reorientasi peratuan perundang-undangan daerah agar koherenbaik secara
vertical maupun horizontal atas peningkatan derajat kesejahteraan social
masyarakat khususnya masyarakat Miskin.

3. 1. 4. Kebijakan Keuangan (Anggaran) Daerah untuk Pembangunan


Instrumen kebijakan yang strategis dan menentukan apakah terjadinya
peningkatan derajat kesejahteraan rakyat atau tidak adalah Kebijakan Anggaran
Pembangunan Daerah (APBD). Perumusannya dimulai dari aras paling bawah
yakni Desa melalui Musyawarah Pembangunan Desa sampai di aras Kabupaten,
yang dilengkapi dengan rencana kerja masing-masing dinas dan badan sektoral
ditingkat Kabupaten. Dilihat dari proses perumusannya sesungguhnya sudah
mencerminkan kondisi dan kebutuhan riil masyarakat dan daerah, namun
mengapa belum terjadi perubahan yang siginifikan kualitas derajat kesejahteraan
rakyat khususnya masyarakat miskin?
Kebijakan Keuangan Daerah diarahkan untuk mempertahankan
keberlanjutan Keuangan Daerah dan memberikan stimulus terbatas sesuai
kemampuan atau kapasitas keuangan daerah. Untuk mencapai tujuan tersebut,
maka Keuangan Daerah dikelola dengan mengacu pada prinsip-prinsip (1)
intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan dan retribusi daerah serta sumber-
sumber penerimaan lainnya yang sah, (2) peningkatan efisiensi dan optimalisasi
alokasi pengeluaran daerah, serta (3) perbaikan kualitas pengelolaan anggaran.
Efisiensi dan efektivitas anggaran yang dimaksud tidak mengurangi kualitas
pelayanan publik khususnya yang terkait dengan peningkatan derajat
kesejahteraan masyarakat.
Berikut ini adalah peta anggaran pembangunan daerah yang berjalan di
tahun 2005.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 27


a. Peta Anggaran Industri - Perdagangan - Tambang - Energi
BELANJA PEGAWAI ALOKASI BELANJA PUBLIK (UNTUK RAKYAT)
Belanja Aparatur Rp. 860 Jt Pelatihan pembuatan kripik melinjo Rp 8 jt
Adum Rp. 784 Jt Pelatihan pembuatan batu bata Rp 15 jt
Barang & Jasa Rp 94 Jt Pengemasan makan & minuman Rp 17.5 jt
Belanja Modal Rp 411Jt
Sumber APBD 2005
b. Peta Anggaran Perikanan & Kelautan
BELANJA PEGAWAI ALOKASI BELANJA PUBLIK (UNTUK RAKYAT)
Belanja Aparatur Rp. 891 Jt Pelatihan keterampilan pengemudian Rp 25 jt
nelayan
Adum Rp. 735 Jt
Barang & Jasa Rp 41 Jt
Perjalanan Dinas Rp 72 Jt
Belanja Modal Rp 155 Jt
Sumber: APBD 2005
c. Peta Anggaran Kehutanan & perkebunan
BELANJA PEGAWAI ALOKASI BELAJA PUBLIK (UNTUK RAKYAT)
Belanja Aparatur Rp. 2,01 M Pelatihan dinamika kelompok Rp 18 jt
Adum Rp. 1,89 M Pembinaan kebun induk Rp 15 Jt
Barang & Jasa Rp 87,3 Jt Sekolah lapang peng. Hama kakao Rp 53 jt
Perjalanan Dinas Rp 78 Jt Pelatihan pengend. Hama PBK Rp 53 jt
Belanja Modal Rp 120 Jt Pelatihan PRA Rp 10 jt
Sumber: APBD 2005
d. Peta Anggaran Koprasi, UKM & Penanaman Modal
BELANJA PEGAWAI ALOKASI BELANJA PUBLIK (UNTUK RAKYAT)
Belanja Aparatur Rp. 763 jt Pelatihan dinamika kelompok Rp 18 jt
Adum Rp. 751 jt Pembinaan kebun induk Rp 15 Jt
Barang & Jasa Rp 39 Jt Sekolah lapang peng. Hama kakao Rp 53 jt
Perjalanan Dinas Rp 85 Jt Pelatihan pengend. Hama PBK Rp 53 jt
Belanja Modal Rp 12 Jt Pelatihan PRA Rp 10 jt
Sumber: APBD 2005
e. Peta Anggaran Transmigrasi dan tenaga kerja
BELANJA PEGAWAI ALOKASI BELAJA PUBLIK (UNTUK RAKYAT)
Belanja Aparatur Rp. 893 Jt Pelatihan dinamika kelompok Rp 18 jt
Adum Rp. 868 jt Pembinaan kebun induk Rp 15 Jt
Barang & Jasa Rp 40 jt Sekolah lapang peng. Hama kakao Rp 53 jt
Perjalanan Dinas Rp 88 Jt Pelatihan pengend. Hama PBK Rp 53 jt
Belanja Modal Rp 25 Jt Pelatihan PRA Rp 10 jt
Sumber: APBD 2005

28 Bab III - Kajian Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan


Jika dilihat dari peta anggaran berbagai sektor di atas,
menggambarkan bagaimana kebijakan anggaran lebih berorientasi pada
pengembangan sumberdaya kerja aparat pemerintah, belum seimbang dengan
alokasi untuk pengembangan sumberaya dan teknologi yang terkait langsung
dengan produksi itu sendiri. Sehingga ini menjadi salah satu kendala yang perlu
diatasi agar produktivitas masyarak dapat lebih ditingkatkan.
Dilihat dari aspek Penerimaan Daerah yang diterima setiap tahunnya
dan tercermin dalam APBD menunjukkan jumlah kapasitas atau kemampuan
keuangan suatu daerah untuk membiayai setiap pengeluaran pembangunan.
Sumber Pendapatan daerah terdiri atas : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) (2)
dana perimbangan, (3) Dana Alokasi Khusus dan (4) lain-lain pendapatan daerah
yang sah.
Berikut peta pendapatan daerah dalam 6 tahun terakhir yakni tahun
2001 – 2006.

Keadaan Penerimaan Daerah

DAU
DAK
5,00%
10,00% PAD
15,00%
Lain-lain
70,00%

Dilihat dari peta kontribusi di atas maka dana APBN merupakan


sumber penerimanaan utama daerah melalui dana alokasi umum 70 % dan dana
alokasi khusus 15 % . Sementara dana yang bersumber dari PAD baru sekitar
10 % dari total penerimaan APBD dan sumber lainnya 5 %. Ini menujukkan
bahwa pembangunan daerah masih bertumpu pada dukungan keuangan APBN.
Disisi lain juga menunjukkan bahwa belum koherennya kebijakan
pembangunan daerah dalam Renstra dengan kebijakan penganggaran yang
disusun dalam APBD maupun APBN yang terus meningkat dan berdampak
langsung dengan meningkatnya derajat kesejahteraan rakyat.
Peta statistik berikut ini menggambarkan bahwa pelayanan sosial dasar
menjadi perhatian utama Pemerintah Daerah;

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 29


BELANJA BIDANG PEMERINTRAHAN
KEWENANGAN DAN FUNGSI
Billions Majene 2003 P, 2004 P, 2005
60

50 51
53 46
50
43
41

40

30 26 26 26

20

8
8
10
6 3 3
2

0
Pelayanan Dasar Fasilitas Um um Pem bangunan Sosial & Adm inistrasi
Ekonom i Keam anan Um um &
Pem erintahan

Secara umum kebijakan anggaran kalau dilihat dari sisi kewajiban daerah
(Pasal 167 ayat (1) UU No.32/2004, mencakup; perlindungan masyarakat,
peningkatan kualitas hidup masyarakat peningkatan pelayanan dasar pendidikan,
kesehatan, fasilitas sosial dan dan infra struktur umum lainnya dapat dikatakan
lebih maju dan berpihak pada peningkatan kesejahteraan rakyat, namun belum
terintegrasi dan berkelanjutan atas perlindungan, pemajuan dan pemenuhan hak-
hak dasar Masyarakat, khususnya dalam penurunan angka kemiskinan dan
pengangguran. Dan menjadi prioritas Pemerintah kedepan untuk menempatkan
issue kemiskinan sebagai dasar perumusan kebijakan daerah berupa peraturan
perundang-undangan.

3. 2 Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Alam


Memperhatikan letak geografis dan kondisi alam Kabupaten Majene
yang bergaris pantai sepanjang 125 km dan memanjang dari selatan ke utara
dengan luas 947,84 km. Struktur wilayah Kabupaten Majene terdiri atas
kawasan pesisir, pegunungan dan dataran rendah.
Sesuai dengan potensi sumber daya alam maka secara alamiah pula
pembangunan ekonomi Kabupaten Majene bertumpu pada sektor pertanian
(tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan),
perdagangan dan jasa. Hal ini dapat dilihat pada data statistik Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) mencapai (54,83%) berasal dari sumbangan sektor
pertanian, 11,95% dari sektor perdagangan dan 13,42 dari sektor jasa. Dengan
fakta tersebut, PDRB Kabupaten Majene 3 tahun terakhir (tahun 2002 – 2004)
rata-rata mencapai 3.132.661 (BPS Kab. Majene 2004)

30 Bab III - Kajian Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan


Jasa, 13.42%

Perdangan, 11.95% Pertanian


Perdangan
Jasa
Pertanian, 54.83%

Disektor pertanian dan perkebunan komoditi produksi tanaman


pangan, perkebunan, perikanan dan kehutanan menjadi sumber daya potensial
yang selama ini menjadi andalan warga, antara lain kelapa sawit, kakao, cengkeh
dan vanili.
Jika ditelaah secara mendalam, untuk meningkatkan produktivitas
komoditi tersebut ada sejumlah kendala yang harus diselesaikan, terutama
terhadap kesuburan tanah, karena topografi dan sifat fisik-kimia tanah yang
dimiliki tidak begitu menguntungkan bagi pengembangan komoditas pertanian.
Di sisi lain, berdasarkan sifat fisik-kimia tanah yang umumnya terdiri atas bahan
induk Ultra Basic, yang dikenal sering berasosiasi dengan berbagai logam berat
seperti nikel dan besi, amat tidak menguntungkan bagi pengembangan tanaman
pertanian, khususnya tanaman perkebunan. Dengan kondisi fisik lahan seperti
itu, Masyarakat dan Pemerintah Daerah perlu melakukan kajian mendalam agar
tingkat kesuburuan lahan dapat dipertahankan agar keberlanjutan produkdivitas
dapat berkelanjutan.
Kendala lain adalah sarana dan prasarana produksi yang masih terbatas
atau relatif minim, teknik dan metode produksi yang masih tradisional, kualitas
penanganan pasca panen yang relatif rendah dan pemanfaatan teknologi yang
relatif terbatas. Untuk ini diperlukan upaya inovatif agar dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas produksi sebagai komoditi andalan pertumbuhan ekonomi
dan penanggulangan kemiskinan yang signifikan bagi keberlanjutan
pembangunan daerah dan pemenuhan hak-hak dasar warga.
Disektor perikanan dan kelautan, selama ini menjadi sumber
pendapatan warga di Kabupaten Majene, terutama komiditi budidaya laut dan
perikanan tangkap. Hal ini dapat dilihat pada sebaran permukiman penduduk
yang berada di sepanjang garis pantai 125 km, yang terdiri dari 4 Kecamatan.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 31


Kecamatan yang terluas ádalah Malunda dengan luas 643,65 km2
dengan jumlah penduduk 21.810 jiwa. Kecamatan Sendana dengan luas 178,81
km dengan jumlah penduduk 36.450 jiwa. Kecamatan Pamboang, 70,19 km
dengan jumlah penduduk 20.733 jiwa dan Kecamatan Banggae dengan luas
55,19 km 58.481 jiwa.
Dari data di atas terlihat bahwa meskipun Kecamatan Malunda yang
paling terluas wilayahnya dan yang paling sempit adalah Kecamatan Banggae
(ibukota Kabupaten) akan tetapi jumlah penduduknya yang paling padat. Jika
dihubungkan dengan banyaknya nelayan pada 4 kecamatan nampaknya dengan
kepadatan Kecamatan Banggae berkorelasi langsung dengan banyaknya nelayan
sedangkan di Kecamatan Malunda dengan penduduk yang sedikit maka jumlah
nelayannya pun hanya sedikit, Nelayan yang ada di Kecamatan Sendana juga
cukup banyak bahkan lebih mayoritas dibandingkan dengan 2 kecamatan
tersebut tadi.
Dengan sebaran penduduk tersebut, dan jika dikaitkan dengan data
analisis Dinas Kelautan dan Perikanan tahun 2003 dan 2004 terhadap produksi
perikanan di Kabupaten Majene adalah; ikan bandeng 316,6 ton, Udang 45,4 ton
ikan lain-lain, 146,5 ton dengan jumlah keseluruhan 508,5 (tahun 2003),
sementara pada tahun 2004 sebanyak; Bandeng 145,9 ton, Udang 33,0 ton dan
Ikan lain tidak ada sama sekali, jadi jumlah secara keseluruhan hasil tangkapan
berdasarkan jenis sepesis sebanyak 178,9. (data BPS 2004 Kabupaten Majene
dalam angka hal.118). Data ini belum memasukkan jenis ikan Tuing yang menjadi
andalan warga mampu menghasilkan ikan dalam setahun mencapai 1.100 ton
ikan terbang (data Dinas Perikanan Kabupaten Majene 2005) Itu artinya
Kabupaten merupakan wilayah produksi perikanan potensial bagai pemenuhan
kebutuhan pasokan Ikan di wilayah Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan.

600

500

400 BANDENG
300 UDANG
IKAN LAIN
200 JUMLAH
100

32 Bab III - Kajian Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan


Sarana yang digunakan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan
adalah mulai dari perahu yang kecil sampai yang paling besar, ada juga yang
menggunakan motor tempel dan kapal motor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
data statistik Dinas kelautan dan perikanan yaitu : Jukung sebanyak 2.129,
Perahu Kecil 105, Perahu Sedang 113, Perahu Besar 56, Motor Tempel 884 dan
Kapal Motor sebanyak 919, berdasakan data tahun 2003. Sedangkan statistic
tahun 2004 yaitu; Jukung sebanyak 2.244, Perahu Kecil sebanyak 105, Perahu
Sedang sebanyak 113, Perahu Besar sebanyak 56, Motor Tempel sebanyak 937
dan Kapal Motor sebanyak 942. (hal. 120 BPS Majene 2004 )
Sementara jenis alat tangkap yang sering digunakan bagi komunitas
nelayan di Kabupaten Majene adalah; Payang sebanyak 290, Pukat Pantai
sebanyak 2, Jaring Insan Hanyut 1.618, Saring Insang Lingkar 128 dan Jaring
Insang Tetap sebanyak 230, Bagan Perahu sebanyak 12, Pancing Rawat
sebanyak 1.803, Pancing yang lain 3.287, Pancing Tonda sebanyak 1.803, Bubu
sebanyak tidak ada dan Penangkap lainnya sebanyak 620, berdasarkan data
statistik tahun 2003. Sementara data statistik tahun 2004 yaitu; Payang sebanyak
308, Pukat Pantai sebanyak 21, Jaring Insang Hanyut sebanyak 1.628, Jaring
Insang Lingkar 128, Jaring Insang Tetap 230, Bagan Perahu 9, Pancing Rawat
sebanyak 1.973, Pancing Yang Lain sebanyak 3.287, Pancing Tonda sebanyak
1.803, Bubu tidak ada sama sekali dan Penangkap lainnya sebanyak 620. (hal.
121) data BPS.
Dengan mendasari pada data dan analisis di atas, Produktivitas andalan
kedua yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat adalah industri
perikanan. Namun jika dilihat dari aspek regulasi berbasis hak-hak dasar, masih
belum ditemukan secara khusus kebijakan daerah yang dapat memberikan
perlindungan atas keberlanjutan produksi. Ancaman atas masuknya pemilik
modal besar dan teknologi terbaru untuk mengeploitasi sumsber daya alam
Majene menjadi masalah baru yang bagi Pemerintah Daerah dalam
menanggulangi Kemiskinan-Pemiskinan.

3. 3 Kebijakan Pemenuhan Hak-hak Dasar Warga


Di sektor pendidikan misalnya, sarana dan prasarana pendidikan
khususnya pendidikan dasar masih relative amat terbatas. Dalam banyak kasus,
rasio guru dengan murid atau rasio guru dengan jumlah kelas masih relative
rendah. Ketidakmerataan penyebaran sarana dan prasarana pendidikan di
berbagai wilayah juga menjadi permasalahan lainnya. Implikasi lebih lanjut dari
situasi ini adalah rendahnya kualitas pendidikan yang selanjutnya berdampak
lebih jauh terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 33


Dalam kaitan dengan politik anggaran pada sektor pendidikan, belum
menggambarkan suatu skenario yang memadai dalam mengatasi masalah pada
sektor pendidikan. Demikian pula dalam pengembangan SDM untuk kebutuhan
ketenagakerjaan, di masing-masing instansi ataupun dinas belum mencerminkan
penguatan SDM. Hal ini dapat dilihat dari sektor-sektor bidang usaha yang
terbesar digeluti masyarakat, kurang mendapat perhatian yang memadai dalam
pengembangannya, jika dibandingkan analisis SWOT dan rencana strategis
RENSTRA dan prioritas aktivitas program.
Dari sisi pendidikan dasar, data menunjukan adanya penurunan jumlah
sekolah dari tahun 2003 sebanyak 173 SD menjadi 170 SD tahun 2004,
sementara guru dan murid bertambah meskipun tidak signifikan penambahan
jika dibanding ketersediaan guru dan murid cukup berimbang, sehingga kualitas
pendidikan di kabupaten Majene setingkat SD, seharusnya meningkat pula.
Demikian pula halnya dengan pembangunan sektor (hak atas ) kesehatan, (hak
atas )pangan, (hak atas) perumahan, (hak atas) rasa aman, (hak atas) kesempatan
kerja dan berusaha.
Data statistik Pelayanan Kesehatan atas penyakit menular selama tahun
2003 – 2004 menunjukkan keadaan yang cukup memprihatinkan. Di tahun 2003
penderita Diare mencapai 5.648 jiwa/kasus, Malaria 343 jiwa, dugaan Rabies 95
jiwa/kasus, penderita cacingan 2.099 jiwa, TBC Paru-paru 617 jiwa.kasus, Kusta
86 jiwa/kasus dan penderita typus mencapai 281 jiwa/kasus. Dan pada tahun
2004, penderita Diare mencapai 5.706 jiwa/kasus, Malaria 96 jiwa/kasus, dugaan
Rabies 79 jiwa/kasus, penderita Cacingan 2.093 jiwa/kasus, TBC Paru-paru 414,
Kusta 97 dan Typus 419. Dari data tahun 2003, 122 orang diantaranya
meninggal dan di tahun tahun 2004, 146 orang meninggal. Data berikut ini juga
menggambarkan peta statistik keadaan Ibu dan anak di Kabupaten Majene.

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0
Diare Malaria rabies Cacingan TBC Kusta Typus

34 Bab III - Kajian Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan


Banyaknya pengunjung pelayanan kesehatan ibu dan anak pada unit-
unit pelayanan kesehatan di Kabupaten Majene tahun 2004. Pada tahun 2003
Ibu hamil 3.526, ibu menyusui 2.875, bayi 867, anak para sekolah tidak ada,
persalinan ibu bersalin sehat 195, persalinan kelahiran bayi mati 1, lahir hidup
195, lahir mati 28, Banyaknya balita tidak ada, balita ditimbang tidak ada. Data
untuk tahun 2004 Ibu hamil 4.222, ibu menyusui 3.124, bayi 3.124, anak para
sekolah 1.573, ibu bersalin sehat 3.308, mati 6, lahir hidup 3.334, lahir mati 50,
banyaknya balita 14.218, balita ditimbang 9.583. Resiko kematian pada kelahiran
cukup meningkat dari tahun 2003 hanya 28,sementara thn 2004 50, angka ini
cukup menakutkan bagi Ibu melahirkan,ini persoalan serius jika dilihat dari sisi
kesehatan Ibu dan Anak, resiko melahirkan sangat tinggi.

4000

3500

3000
2500

2000

1500

1000

500
0
i
il

i
su

h
ay
m

i
t

at
ha
la
yu

p
ha

i
B

at
m
ko

du
e
en

m
s
u

yi
se

hi
Ib

in

ba
m

ir
al
ia

hi
r
hi
u

an
us

rs

La
Ib

La
be

in
pd

al
u

rs
k

Ib
na

Pe
A

10000
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
il

ii

h
m

ay
su

i
ha
la

up
at

i
ha

ng
at
B
yu

ko

m
se

id

ba
u

en

se

yi

rh
Ib

in

ir

tim
ba
m

hi
ra

al

hi

la
rs
u

di
pa

la
an
\ib

be

i ta
in
ak

al

al
u
an

Ib

rs

B
Pe

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 35


Kebijakan anggaran tahun 2003, menunjukkan bahwa pengadaan sarana
menjadi prioritas untuk pengadaan fasilitas kendaraan (pengadaan mobil
puskesmas dan Motor petugas kesehatan) dan pada tahun 2004 pengadaan 6
mobil puskesmas 21 Motor, ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan
jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat. Angka statistik HDI Majene
memang mengalami perubahan positif sekalipun perlahan. Dalam tiga tahun
terakhir trend HDI menunjukkan pergerakan angka dari 64,0 (tahun 2002), 65,7
(tahun 2004) dan 66,9 (tahun 2005). Angka ini akan lebih baik lagi jika kebijakan
anggaran pembangunan kesehatan dapat ditingkatkan lagi terutama dalam
rangka meningkatkan keterjangkuan/akses pelayanan kesehatan masyarakat di
kantong-kantong kemiskinan melalui perluasan dan peningkatan kulaitas
pelayann Pusksesmas Pembantu (PUSTU) di setiap Desa.
Dengan mengacu pada data di atas, kebijakan strategis yang perlu
dilakukan oleh Pemerintah bersama stakeholder pembangunan kesehatan adalah
menata sistem dan kelembagaan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi setiap
orang dan bermutu. Kebijakan lainnya adalah dalam jangka panjang agar upaya
pemenuhi hak dasar warga miskin atas layanan kesehatan diarahkan pada
pengembangan mekanisme perlindungan dan jaminan kesehatan yang bermutu,
sebagaimana yang diamanatkan dalam arah kebijakan pembangunan kesehatan
adalah mencapai Indonesia Sehat 2010, dan Undang-undang Sistem Jaminan
Sosial Nasional.

36 Bab III - Kajian Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan


BAB IV

STRATEGI DAN KEBIJAKAN


PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
(SPKD)

Sudah saatnya merubah cara pandang atas kemiskinan yang terjadi dan
melihatnya tidak saja dari aspek ekonomi semata melainkan, melihatnya dalam
dimensi yang lebih holistik yakni dimensi hak asasi manusia. Cara pandang ini
didasari pada analisis kemiskinan dalam Bab II dokumen ini.
Mengapa melihat kemiskinan dari dimensi hak asasi manusia? Karena
melalui dimensi ini diyakini bahwa ketidakberdayaannya kaum miskin secara
politik, ekonomi dan sosial budaya dapat dipulihkan secara bertahap sehingga
mandiri sebagai manusia yang bermartabat . Dengan cara pandang tersebut pula
maka paradigma penanggulangan kemiskinan di Majene adalah menempatkan
masalah kemiskinan sebagai tantangan bersama para pemangku kepentingan di daerah dan
menjadikan penanggulangan kemiskinan berbasis hak-hak dasar warga sebagai pilar utama
penanggulangan Kemiskinan di Majene dalam 5 tahun kedepan.
Paradigma ini menjadi dasar pula dilakukannya pembaharuan sistem
pelayanan publik secara bertahap dengan berbasiskan pada nilai-nilai lokal dan
universal/umum. Nilai-nilai dimaksud adalah;
1. Kaum miskin merupakan stakeholder/pemangku kepentingan utama
dalam keseluruhan proses penanggulangan kemiskinan. Artinya, kaum
miskin tidak lagi menjadi kelompok sasaran dan atau objek
pembangunan melainkan sebagai pelaku/subjek dalam penanggulangan
kemiskinan di Kabupaten Majene.
2. Menempatkan Pranata Sosial sebagai sistem perlindungan sosial dan
pemberdayaan hak-hak kaum miskin.
Dengan demikian maka keseluruhan proses penanggulangan
kemiskinan, kebijakan pembangunan, termasuk anggaran pembangunan di
Kabupaten Majene berbasiskan pada penghormatan/pemajuan, perlindungan,
dan pemenuhan hak-hak dasar warga khususnya kaum miskin.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 37


4.1. Dasar Hukum Penanggulangan Kemiskinan
Mengacu pada paradigma di atas, konstitusi Negara kita (UUD’45)
dengan tegas menyebutkan bahwa Negara wajib ”melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Dan secara khusus landasan kebijakan Penanggulangan kemiskinan
dalam Undang-undang Dasar 1945 yang tertuang dalam beberapa pasal yakni:
1. Pasal 27 ayat 2:
“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan”;
2. Pasal 28 H Ayat 1:
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”,
3. Pasal 28 H Ayat 2:
”Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan”,
4. Pasal 28 H Ayat 3:
“Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat”,
5. Pasal 28 H Ayat 4:
“Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa
pun.
6. Pasal 31 ayat 1:
“Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan”
7. Pasal 33 Ayat 1:
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan”
8. Pasal 33 Ayat 2:
“Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”

38 Bab IV - Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Daerah


9. Pasal 33 Ayat 3:
“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat”
10. Pasal 33 Ayat 4:
“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”
11. Pasal 34: Ayat 1:
“Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.
12. Ayat 2:
”Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan”.
13. Ayat 3:
”Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan pelayanan umum”.

Sebagai turunan UUD’45, landasan yuridis yang relevan dengan


kebijakan penanggulangan secara langsung adalah;
1. UU 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
2. Perpres No 7/2004 tantang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
NASIONAL, Bab XVI tentang Penanggulangan Kemiskinan.
3. UU 11/2005 tentang Pengesahan Konvensi Internasional tentang Hak-
hak Sosial, Budaya, dan Ekonomi
4. UU 12/2005 tentang Pengesahan Konvensi Internasional tentang Hak-
hak Sipil dan Politik
5. UU 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia
6. Peranturan Presiden No. 54/2005 tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan.
7. Peraturan Bupati tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kabupaten Majene 2006 - 20011.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 39


4.2. Tujuan
Mendasari pada paradgima dan kondisi kemiskinan-pemiskinan di
Kabupaten Majene, maka kebijakan ini disusun bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesejahteraan hidup masyarakat Miskin dengan menurunkan jumlah
penduduk miskin dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat miskin melalui
kebijakan daerah atas penghargaan/pemajuan, perlindungan dan pemenuhan
hak-hak dasar masyarakat miskin agar dapat menjalani kehidupan yang
bermartabat.

4.3. Target
Dengan mendasari pada target penurunan angka kemiskinan dan
pengangguran pada dokumen RPJM Nasional dan RPJM Daerah maka target
pencapaian kebijakan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Majene dalam
5 tahun kedepan (2007 – 2012) adalah;
1. Menurunnya jumlah penduduk miskin dari 81.074 (62.53 %) menjadi 10
% dari Jumlah pendudukan Majene tahun 2012.
2. Adanya tatakelola sistem perlindungan dan pemenuhan pangan yang
bermutu, terjangkau bagi, dan mandiri.
3. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi kaum Miskin yang
bermutu dan terjangkau kaum miskin.
4. Tepenuhinya hak-hak kaum Miskin atas pelayanan pendidikan dasar
yang bermutu.
5. Adanya sistem perlindungan dan terbukanya kesempatan hak kaum atas
pekerjaan dan berusaha.
6. Terpenuhinya hak kaum miskin atas air bersih dan aman.
7. Adanya sistem pengelolaan SDA yang adil bagi semua warga khususnya
kaum miskin.
8. Terpenuhinya hak kaum miskin atas rasa aman dari tindak kekerasan
dalam berusaha dan hidup.
9. Adanya ruang partisipasi kaum miskin dalam kesleuruhan proses
pembangunan.

4.4. Strategi Penanggulangan Kemiskinan


Dengan mendasari pada Bab II dan Bab IV dokumen ini, kebijakan
strategis/strategi utama Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Majene
dalam 5 tahun kedepan adalah penghormatan, perlindungan dan

40 Bab IV - Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Daerah


pemenuhan hak-hak dasar kaum Miskin secara bertahap. Untuk
mewujudkan strategi utama tersebut ditetapkan 3 pilar utama Penanggulangan
Kemiskinan yaitu;

4. 4. 1. Kebijakan Pemenuhan Hak-hak Dasar Kaum Miskin


Memilih dan menjadikan hak-hak dasar sebagai prioritas yang harus
dipenuhi untuk menanggulangi kemiskinan adalah sebuah keputusan yang tepat.
Hasil PPA dan review kebijakan yang dilakukan menunjukkan bahwa
marginalnya kondisi hak-hak dasar kaum miskin adalah sebab utama kemiskinan
di Kabupaten di Indonesia, khususnya di Majene.
Dalam waktu lima tahun kedepan Tujuh hak dasar yang menjadi
prioritas Kabupaten Majene yang penting dihormati, dilindungi dan dipenuhi
untuk menjamin pertumbuhan ekonomi lokal dan demokrasi yang
berkelanjutan, yaitu: (1) hak atas keadilan dan kesetaraan gender, (2) hak atas
pangan, (3) hak atas kesehatan, (4) hak atas pendidikan, (5) hak atas pekerjaan,
(6) hak atas tanah dan (7) hak atas rasa aman. Ketujuh hak-hak dasar tersebut
merupakan hak dasar sosial ekonomi yang melengkapi hak dasar budaya dan
politik yang akan dicapai melalui proses yang transparan, akuntable, partisipatif,
dan demokratisasi.
(1) Kebijakan Hak atas keadilan dan kesetaraan Gender
Kebijakan penghormatan dan perlindungan hak atas keadilan dan
kesetaraan gender adalah wujud affirmative action pemerintah Kabupaten
Majene untuk menghapus kesenjangan/ketidakadilan gender dan
diskriminasi gender yang menjadi salah satu sebab terjadinya kemiskinan
dan pemiskinan. Untuk ini kebijakan diarahkan pada penghormatan,
perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar perempuan tanpa
diskriminasi mencakup (1) Memperluas akses dan kesempatan kaum
perempuan/pengembangan kebijakan responsif gender. (2) Meningkatkan
sistem perlindungan kekerasan terhadap perempuan berbasis keadilan dan
kesetaraan gender, (3) Peningkatan alokasi anggaran untuk pemberdayaan
perempuan (4) Memperkuat pranata sosial/kelembagaan masyarakat
sebagai bagian dari peningkatan partisipasi perempuan dalam pengambilan
keputusan dalam keseluruhan proses pembangunan.
(2) Kebijakan Hak atas Pangan
Perlindungan dan pemenuhan hak atas pangan bagi keluarga masyarakat
miskin adalah suatu keniscayaan. Kebijakan ini dimulai dari (1)
Diversifikasi komoditi pangan melalui kebijakan yang diarahkan pada
perluasan areal produksi pangan dan jenis komoditi pangan termasuk

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 41


penyempurnaan sistem penyediaan dan distribusi pangan yang dapat
dijangkau masyarakat miskin, (2) Penguatan pranata sosial/kelembagaan
masyarakat sebagai upaya perlindungan ketahanan pangan kaum miskin
secara mandiri melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan
kapasitas kelembagaan pendukung ketahanan pangan berbasis masyarakat,
dan (3) Peningkatan kapasitas keluarga masyarakat miskin melalui
penataan sistem kewaspadaan dini atas rawan gizi dan rawan pangan.
(3) Kebijakan Hak atas Kesehatan
Perlindungan dan pemenuhan hak keluarga masyarakat miskin atas
kesehatan mencakup (1) Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan. (2) Penguatan pranata sosial/kelembagaan
masyarakat melalui peningkatan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat miskin, dan (3)
Peningkatkan pengetahuan dan kapasitas keluarga masyarakat miskin
melalui penyuluhan-penyuluhan pola hidup sehat dan mandiri atas
masalah kesehatan masyarakat miskin seperti TBC, malaria, gizi buruk,
lingkungan hidup sehat, dan akses pelayanan kesehatan reproduksi, dan
(4) Peningkatan kualitas asupan gizi bagi balita dan ibu hamil.
(4) Kebijakan Hak atas Pendidikan
Perlindungan pemenuhan hak keluarga masyarakat miskin atas pendidikan
yang bermutu dan tanpa diskriminasi gender. Kebijakan ini mencakup (1)
Penyediaan alokasi khusus dana pendidikan dasar (SD sampai dengan
SMA) untuk keluarga miskin (asuransi pendidikan) tanpa diskriminasi
gender. (2) Penguatan pranata sosial/kelembagaan masyarakat melalui
peningkatan partisipasi masyarakat untuk penyelenggaraan pendidikan
alternatif. (3) Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan yang
berkualitas dan terjangkau keluarga masyarakat miskin. Dan (3) Penguatan
sistem perlindungan sosial bagi kelompok rentan atas pendidikan khusus
bagi anak-anak dengan kemampuan berbeda (diffable), pekerja anak dan
anak jalanan tanpa diskriminasi gender.
(5) Kebijakan Hak atas Pekerjaan dan Berusaha
Penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak keluarga masyarakat
miskin atas pekerjaan dan berusaha mencakup (1) Memperluas
kesempatan keluarga miskin melalui kebijakan yang menjamin
peningkatan akses masyarakat miskin terhadap kesempatan kerja dan
mengembangkan usaha-usaha produktif sesuai dengan kapasitasnya. (2)
Penguatan kapasitas pengetahuan kewirausahawan masyarakat miskin. (3)
Perlindungan dan pemenuhan hak Keluarga Miskin atas sumber-sumber

42 Bab IV - Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Daerah


ekonomi produktif, serta (4) Mengembangkan kemitraan usaha produktif
keluarga miskin dengan mitra bisnis menengah dan besar secara adil dan
mandiri.
(6) Kebijakan Hak atas Tanah
Perlindungan dan pemenuhan hak atas pengelolaan tanah (perorangan dan
komunal) mencakup (1) Deregulasi yang menjamin perlindungan dan
kesempatan keluarga Miskin mendapatkan kepastian hukum hak atas
tanah dan tanpa diskriminasi gender. Untuk ini pemerintah daerah akan
mengembangkan sistem redistribusi tanah secara adil dan tanpa
diskriminasi. (2) Memperkuat pranata sosial/kelembagaan masyarakat
untuk pengelolaan sumberdaya komunal (tanah adat) melalui peningkatan
peranserta lembaga-lembaga adat dalam pengelolaan lahan produktif
untuk peningkatan kesejahteraan warga khususnya keluarga miskin. (3)
Peningkatan kapasitas keluarga masyarakat miskin khususnya peningkatan
pengetahuan masyarakat miskin tentang aspek hukum pertanahan dan
tanah ulayat, serta (4) Peningkatan sistem perlindungan sosial dan keluarga
masyarakat miskin dengan pengembangan mekanisme perlindungan
terhadap hak atas tanah bagi kelompok rentan.
(7) Pemenuhan Hak atas Rasa Aman
Perlindungan dan pemenuhan hak atas rasa aman bagi keluarga
masyarakat miskin mencakup (1) Peningkatan sistem perlindungan dan
kebijakan atas rasa aman bagi masyarakat miskin, (2) Meperkuat pranata
sosial/kelembagaan masyarakat sebagai bagian dari sistem perlindungan
hak atas rasa aman, serta (3) Memperkuat sistem perlindungan sosial bagi
keluarga masyarakat miskin khususnya masyarakat rentan, perempuan,
pekerja anak dan anak jalanan dari ancaman perdagangan manusia.

4. 4. 2. Reformasi Sistem Pelayanan Publik


Penghapusan kemiskinan merupakan tujuan utama dari pembangunan
sebagaimana amanah konstitusi Undang-Undang Dasar 1945 yang dengan jelas
menyatakan kehendak tersebut. Untuk memastikan tercapainya tujuan tersebut
maka reformasi sistem pelayanan publik merupakan keniscayaan. Hasil PPA dan
review kebijakan pembangunan dan program penanggulangan kemiskinan salah
satu sebab lainnya yang harus ditata adalah kualitas pelayanan pubik khususnya
terkait dengan perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar warga seperti sektor
pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik sektor administrasi
kewarganegaraan.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 43


Dalam hal ini pelayanan public tidak hanya dikaitkan dengan urusan
administrasi kewarganegaraan dan urusan birokrasi pelayanan masyarakat,
melainkan pelayanan public harus dikaitkan dengan pemenuhan hak-hak dasar
warga Negara. Itu artinya pelayanan public akan sangat berpengaruh terhadap
penghapusan dan atau pengentasan kemiskinan.
Ada dua hal mendasar yang dapat menjadi prioritas reformasi pelayanan
publik adalah; (i) penataan sistem informasi publik dan data based
pembangunan/kemiskinan, dan (ii) restrukturisasi birokrasi pelayanan publik
dan sistem pengelolaan aset daerah dengan menetapkan standar pelayanan
minimum.

4. 4. 3. Kebijakan Anggaran Berbasis Hak-hak Warga


Hasil review kebijakan pembangunan khususnya kebijakan anggaran
pembangunan (APBD)Kabupaten Majene, menunjukkan bahwa 85 % dana
APBD terserap untuk belanja rutin, sedangkan belanja pembangunan hanya 15
% dan secara spesifik alokasi anggaran yang terkait langsung dengan pemenuhan
hak-hak dasar warga hanya 7 – 10 % dari total APBD.
Dengan mendasari pada hasil kajian tersebut maka sebagai wujud
komitmen Pemerintah Daerah untuk penanggulangan kemiskinan adalah
restrukturisasi alokasi anggaran (APBD) dengan prioritas utamanya adalah
pemenuhan hak-hak dasar warga yakni hak atas pendidikan, kesehatan, pangan,
rasa aman, dan hak atas pekerjaan. Untuk ini dimulai dari APBD tahun 2008,
alokasi anggaran pembangunan khususnya pemenuhan hak-hak dasar warga
antara 25 sampai dengan 30 % dari total APBD.
Tiga pilar utama ini tidak saja menjadi landasan kebijakan
Penanggulangan kemiskinan, juga sebagai salah satu landasan kebijakan
Pembangunan Kabupaten Majene melalui Perda Nomor 7 tahun 2006 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2006 – 2011 secara
holistik untuk memperkuat kelembagaan sosial, politik, ekonomi dan budaya
masyarakat, serta perluasan ruang partisipasi masyarakat miskin dan keluarganya.
Strategi Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan ini secara lengkap
akan dijabarkan dalam rencana aksi daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari
dokumen ini.

44 Bab IV - Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Daerah


BAB V

RENCANA AKSI PENANGGULANGAN


KEMISKINAN

Setelah suksesnya Pemilihan Bupati Langsung sebagai bagian dari


demokrasi daerah dan wujud reformasi sistem Politik di Daerah, maka sejalan
dengan itu, pemerintah daerah Kabupaten Majene juga mulai melakukan upaya-
upaya reformasi dibidang pelayanan publik terutama upaya penanggulangan
Kemiskinan sebagai wujud dari Visi, Missi dan “Kontrak Politik” Bupati terpilih
dalam Pilkada di Kabupaten Majene.
Dokumen SDPK/SPKD dan rencana Aksi SDPK/SPKD ini akan
menjadi kebijakan dasar Pemerintah Kabupaten Majene untuk Penanggulangan
Kemiskinan secara bertahap dan terfokus. Dalam hal ini kebijakan
Penanggulangan Kemiskinan diarahkan pada pemajuan/penghormatan,
perlindungan dan pemenuhan (selanjutnya disebut Program) (1) hak atas
keadilan dan kesetaraan gender, (2) hak atas pangan, (3) hak atas kesehatan, (4)
hak atas pendidikan, (5) hak atas pekerjaan dan berusaha, (6) hak atas tanah, dan
(7) hak atas rasa aman.
Secara umum Program Penanggulangan kemiskinan dalama 5 tahun
kedepan bertujuan untuk meningkatkan derjata kesejahteraan masyarakat dan
atau menurunkan/memperkecil jumlah masyarakat Miskin secara kuantitas
mencapai 10 % dari jumlah penduduk Majene pada tahun 2012 dengan
indikator-indikator yang terukur.

5. 1. Hak atas Keadilan dan Kesetaraan Gender


Tujuan
1. Meningkatkan keadilan dan kesetaraan gender atas marginalisasi hak-
hak kaum perempuan dalam pemenuhan hak-hak dasarnya.
2. Adanya kebijakan yang menjamin penghormatan, perlindungan, dan
pemenuhan hak-hak dasar perempuan sama dengan laki-laki.
Sasaran Kebijakan
1. Peraturan Bupati tentang sistem Penguatan Kapasitas Perempuan
sebagai Aktor Pembangunan Daerah dan Kesejahteraan Keluarga.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 45


2. Peraturan Daerah (PERDA) yang menjamin kebijakan daerah
berbasiskan pada nilai-nilai keadilan dan kesetaraan gender.
3. Kebijakan yang menjamin pelayanan publik tidak diskriminatif terhadap
kaum perempuan dalam pemenuhan hak-hak dasarnya.
4. Kebijakan yang menata organisasi dan usaha kaum perempuan.
Dampak (outcome)
1. Meningkatnya kapasitas perempuan dan partisipasinya dalam
pemenuhan hak-hak dasarnya atas keseluruhan proses pembangunan
daerah dan kesejahteraan keluarga.
2. Kebijakan (Peraturan Daerah, dan Peraturan Bupati) yang dikeluarkan
menghormati nilai-nilai keadilan dan keseteraan gender berdasarkan
Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Keberdayaan Gender
(IKG)
3. Pelayanan publik (semua sektor) terjangkau dan tidak diskriminatif
terhadap kaum perempuan dalam pemenuhan hak-hak dasarnya.
4. Organisasi Perempuan yang aktif dalam keseluruhan proses
pembangunan daerah

5. 2. Hak atas Pangan


Tujuan
Meningkatkan ketersediaan pangan dan gizi masyarakat miskin khususnya
kaum perempuan, bayi/balita dan anak-anak usia sekolah dasar.
Sasaran Kebijakan
1. Peraturan Daerah yang menjamin sistem katahanan pangan Warga
berbasiskan sumberdaya dan pranata sosial Lokal
2. Revitalisasi Produksi Pangan berbasiskan potensi pangan Lokal
3. Pemberdayaan Petani tanaman pangan Lokal
Dampak (outcome)
1. Sistem Katahan Pangan Warga yang berbasiskan sumberdaya dan
pranata sosial Lokal (tapang, sikalulu/sirondo-rondoang/makalompok)
2. Kemandirian Pangan Warga berbasiskan produksi pangan Lokal
3. Keberdayaan Petani produkksi pangan dalam memajukan dan
memenuhi hak atas pangan untuk kemandirian pangan Lokal

46 Bab V - Rencana Aksi Penanggulangan Kemiskinan Daerah


5. 3. Hak atas Kesehatan
Tujuan
Melindungi dan memenuhi hak dasar masyarakat miskin atas layanan
kesehatan yang bermutu.
Sasaran Kebijakan
1. Peraturan Daerah tentang Majene Sehat 2020
2. Pemberdayaan Masyarakat dibidang kesehatan (Peraturan Bupati
sebagai turunan dari PERDA Maneje Sehat 2020)
3. Program Peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
terjangkau melalui sistem perlindungan kesehatan masyarakat miskin
4. Program Peningkatan kualitas gizi ibu hamil, Ibu menyusui, bayi dan
anak balita
5. Tataruang permukiman masyarakat Miskin yang sehat, bersih dan
berkelanjutan berbasiskan sumberdaya dan kemandirian warga
Dampak (outcome)
1. Kebijakan yang menjamin akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat
yang berkualitas dan terjangkau.
2. Berdayanya kemandirian masyarakat dalam kesehatan keluarga secara
berkelanjutan
3. Berdayanya pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau, dan
murah bagi semua masyarakat miskin.
4. Meningkatnya derajat kesehatan dan produktivitas nasyarakat miskin.

5. 4. Hak atas Pendidikan


Tujuan
Memenuhi hak masyarakat miskin untuk memperoleh layanan pendidikan
yang bebas biaya dan bermutu, tanpa diskriminasi gender.
Sasaran Kebijakan
1. Kebijakan Daerah yang menata sistem Pendidikan dan pengembangan
sumberdaya manusia dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi
berbasiskan nilai-nilai lokal dan universal untuk peningkatan
produktivitas sumberdaya manusia dan sumberdaya alam.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 47


2. Peraturan Bupati tentang Pengembangan/Peningkatan Prasarana dan
sarana Pendidikan yang terjangkau dan berkualitas sampai ke daerah
terpncil dan pedalaman.
3. Peraturan Bupati tentang standar kopetensi Guru mulai dari sekolah
Dasar sampai dengan Menengah atas berbasiskan standar regional dan
nasional
4. Peraturan Bupati tentang Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar
dan Menengah berbasiskan nilai-nilai budaya bangsa dan sumberdaya
alam Lokal
5. Pemberdayaan organisasi masyarakat/stakeholder pendidikan.
6. Peningkatan Kapasitas dan strata Satuan Pendidikan sampai perguruan
Tinggi berbasiskan standar Pendidikan Nasional .
Dampak (outcome)
1. Sismtem Pendidikan yang berbasiskan Peningkatan Kapasitas
Sumberdaya Manusia Majene tanpa diskriminasi RAS, Gender, dan
Status Sosial Ekonomi dengan Semboyan: PENDIDIKAN UNTUK
SEMUA WARGA MAJENE.
2. Prasarana dan Sarana Pendidikan terjangkau dan berkualitas untuk senua
warga masyarkat sampai ditingkat daerah terpencil/pedalaman.
3. Pengembangan Kurikulum Pendidikan berbasiskan nilai-nilai budaya
bangsa dan sumberdaya alam Lokal.
4. Berdayanya organisasi pendidikan; Komite sekolah dan dewan
pendidikan dalam memajukan dan memenuhi hak atas pendidikan semua
warga Majene
5. Kota Kabupaten Majene menjadi Pusat Pendidikan/ "Kota Pelajar"
Wilayah Sulawesi Barat.

5. 5. Pemenuhan Hak atas Pekerjaan


Tujuan
Memenuhi hak masyarakat miskin atas pekerjaan dan pengembangan usaha
yang layak.
Sasaran Kebijakan
1. Peraturan daerah tentang sistem perlindungan hak-hak pekerja dan
kesempatan berusaha.

48 Bab V - Rencana Aksi Penanggulangan Kemiskinan Daerah


2. Pemberdayaan para pekerja produktiv dan kelompom usaha
kecil/menengah dan sektor informal
3. Penguatan organisasi para pekerja produktif
4. Penguatan organisasi kelompok usaha ekonomi produktif masyarakat
miskin
Dampak (outcome)
1. Sistem perlindungan hak atas pekerjaan dan kesempatan berusaha yang
berbasiskan pranata ekonomi rakyat dan pertumbuhan ekonomi lokal
2. Berdayanya pekerja produktiv dan kelompok usaha sektor informal dan
kecil/menengah sebagai pilar pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
daerah.
3. Organisasi Para Pekerja produktif berkembang dan menjadi pranata
sosial pembangunan daerah.
4. Kelompok usaha ekonomi masyarakat miskin berkembang dan menjadi
pranata ekonomi pembangunan daerah.

5. 6. Pemenuhan Hak atas Tanah


Tujuan
Menjamin dan melindungi hak perorangan dan komunal atas tanah
Sasaran Kebijakan
1. Pemberdayaan masyarakat/keluarga Miskin dalam pengelolaan
sumberdaya lahan/tanah untuk produktivitas pertanian
2. Reformasi agraria untuk kemajuan keadilan sosial bagi masyarakat
miskin
3. Pemberdayaan Pranatasosial dalam mengelola sumberdaya tanah
komunal untuk keadilan sosial dan ekonomi masyarakat Miskin.
Dampak (outcome)
1. Keberdayaan masyarakat miskin atas pengelolaan tanah sebagai sumber
produktivitas ekonomi dan sosial
2. Sistem kepemilikan tanah komunal dan perseorangan khususnya bagi
masyarakat Miskin
3. Keberdayaan pranata sosial dalam pengelolaan hak atas tanah komunal
sebagai sumber produktivitas ekonomi dan sosial.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 49


5. 7. Pemenuhan Hak atas Rasa Aman
Tujuan
Memenuhi hak masyarakat miskin atas rasa aman dari gangguan keamanan,
tindak kekerasan dan konflik.
Sasaran Kebijakan
1. Sistem dan mekanisme perlindungan masyarakat Miskin atas ancaman
kekerasan; ekonomi, politik, sosial, dalam rumah tangga, dan
kriminal.dalam berusaha dan bekerja.
2. Partisipasi pranata sosial dalam melindungi dan memenuhi hak warga
atas rasa aman dari ancaman kekerasan; ekonomi, politik, sosial, dalam
rumah dan kriminal.
Dampak (outcome)
1. Terciptanya tatapemerintahan yang mampu melindungan hak
masyarakat dari ancaman kekerasan (ekonomi, sosial, politik,dlam
rumah tangga dan kriminal)
2. Berdayanya social security system/sistem perlindungan sosial masyarakat
miskin
3. Berdayanya kelembagaan/pranata sosial dan ekonomi masyarakat
miskin

50 Bab V - Rencana Aksi Penanggulangan Kemiskinan Daerah


BAB VI
MEKANISME PELAKSANAAN SPKD

Pelaksanaan secara keseluruhannya dilakukan oleh stakeholder


pembangunan yang terdiri dari Masyarakat Sipil, Masyarakat Politik, dan
masyarakat Bisnism karena masalah kemiskinan yang multi dimensi ini tidak saja
menjadi tangguangjawab Pemerintah daerah dan DPRD melain sudah menajdi
tanggung jawab seluruh stakeholder pembangunan. Terkait dengan hal tersebut,
Bab ini akan mengatur tata laksana kerja para stakeholder pembangunan atas
dokumen SPKD sesuai dengan fungsi dan kapasitas masing-masing.

6. 1. Prasyarat Pelaksanaan SPKD


Secara programatik SPKD akan dituangkan dalam Rencana Aksi SPKD
yang dijalankan secara periodik dengan mendasari prasyarat sebagai berikut.
1). Adanya konsensus bersama antara stakeholder pembangunan untuk
menanggulangi kemiskinan di Kabupaten Majene yang didukung oleh
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah “Pusat” untuk melaksanakan
secara konsisten peraturan daerah dan kebijakan daeran termasuk
perundang-undangan yang mengatur tentang penghargaan, pemenuhan
dan perlindungan hak-hak dasar kaum miskin, dan membatalkan
peraturan dan kebijakan daerah termasuk perundang-undangan yang
bertentangan dengan pemenuhan hak-hak dasar kaum miskin.
2). Adanya Komitmen bersama dari pemerintah daerah dengan dewan
perwakilan daerah Majene..
3). Adanya Komitmen dan keinginan pemerintah baik pemerintah daerah
dengan pelaku usaha dan berbagai pihak untuk menghapuskan berbagai
bentuk penyimpangan, korupsi, kolusi dan nepotisme, pungutan liar,
penggusuran paksa dan marginalisasi hak baik dengan dengan tindak
kekerasan maupun tidak.

6. 2. Kelembagaan Pelaksanaan Rencana Aksi SPKD


Penanggulangan kemiskinan dengan pendekatan hak-hak dasar
memerlukan pemihakan dari organisasi dan lembaga pemerintah mulai dari
tingkat desa, kecamatan, kabupaten. Sementar tingkat provinsi dan pemerintah

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 51


pusat diharapkan memberikan dukungan struktural untuk menghargai,
melindungi dan memenuhi hak-hak dasar masyarakat. Dengan mendasari Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 412.6/3186/SJ perihal Tindak Lanjut
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan dan Surat Keputusan Bupati Kabupaten Majene
tahun 2006 tentang pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
Daerah (TKPKD), maka yang menjadi pengendali implementasi kebijakan
dasar penanggulagan kemiskinan sebagaimana tertuang dalam dokumen SPKD
ini adalah TKPKD Kabupaten Mejene. Dan sebagai implemntator program
sepenuhnya dijalankan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten
Majene (Dinas-dinas sektoral sesuai dengan nomenklatur/tupoksi masing-
masing).
TKPKD Kabupaten Majene adalah forum lintas sektor dan lintas
pelaku sebagai wadah koordinasi dan sinkronisasi strategi, kebijakan, program,
dan kegiatan penanggulangan kemiskinan yang berkedudukan di ibu kota
Kabupaten dan bertanggung jawab kepada Bupati.
Tugas utama TKPKD Kabupaten Majene adalah melakukan koordinasi
kerja antar sektor dan lintas pelaku, harmonisasi kebijakan dan program
penanggulangan kemiskinan, dan pengendalian atas seluruh kebijakan dan
program penanggulangan Kemiskinan di daerah Kabupaten Majene baik
dilakukan oleh Pemerintah daerah dan Pusat, Dunia Usaha, dan Kelompok
Masyarakat Sipil.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, TKPKD Kabupaten Kabupaten
Majene memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Koordinasi dan sinkronisasi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan di
Kabupaten/Kota.
2. Peningkatan responsivitas, akuntabilitas dan efektivitas kebijakan dan
program penanggulangan kemiskinan sesuai karakteristik dan potensi
lokal.
3. Pengendalian atas :
a. Kebijakan dan program-program penanggulangan kemiskinan di
Kabupaten/Kota; dan

b. Perkembangan kondisi kemiskinan di Kabupaten/Kota.

52 Bab VI - Mekanisme Pelaksanaan SPKD


6. 3. Fungsi Pelaksana SPKD
Pelaksanaan Dokumen SPKD yang terdiri dari berbagai stakeholder ini
dapat dirumuskan fungsinya sebagai berikut;

(1) Pemerintah Provinsi


Ada 4 peran Pemerintah provinsi dalam mendukung pelaksaaan SPKD
di Kabupaten Majene;
1. Menetapkan kebijakan dan regulasi yang mendukung pemenuhan hak-
hak dasar masyarakat miskin,
2. meningkatkan jumlah dan mutu pelayanan dasar sesuai standar nasional
yang telah ditetapkan oleh pemerintah (SPM),
3. Mendorong kemitraan di aras Provinsi dalam penanggulangan
kemiskinan.
4. Bersama pemerintah kabupaten Majene dan Kabupaten lainnya dalam
wilayah Sulawesi Barat menetapkan prioritas dan target pencapaian
penanggulangan kemiskinan daerah.
5. Melakukan supervisi dan pemantauan tentang pencapaian dan
pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.
6. Menempatkan dokumen SPKD Kabupaten Majene sebagai bagian
integral dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah.
7. Meningkatkan pemanfaatan data kuantitatif dan kualitatif sebagai acuan
dalam diagnosa kemiskinan dan perumusan kebijakan ditingkat Provinsi
dan Nasional

(2) Pemerintah Daerah Kabupaten Majene


Peran utama yang harus dijalankan oleh Pemerintah kabupaten
memastikan dokumen SPKD sebagai salah satu acuan dasar kebijakan
pembangunan Mejene dalam 5 tahun kedepan. Peran lainnya adalah;
1. Merengintegrasikan isi dokumen SPKD dalam Rencana Kerja
Pemerintah Daerah setiap tahunnya melalui rencana-rencana kerja
dinas, badan dan kantor.
2. Memfasilitasi dan atau mediator bagi pelaku pembangunan lain untuk
berpartisipasi aktif dalam penanggulangan kemiskinan.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 53


3. Melakukan pembaharuan tata pemerintahan dan reformasi birokrasi di
daerah sebagai upaya peningkatan pelayan publik bagi masyarakat
Miskin.
4. Bersama DPRD memprioritaskan anggaran dan sumberdaya guna
mencapai tujuan dan sasaran penanggulangan kemiskinan secara
bertahap dalam APBD dan Peraturan-peraturan daerah..
5. Menciptakan lingkungan yang mendukung melalui penetapan peraturan
daerah tentang penanggulangan kemiskinan.
6. Meningkatkan pemanfaatan data kuantitatif dan kualititatif sebagai
acuan dalam diagnosa kemiskinan dan perumusan kebijakan,
7. Melakukan survei tiga bulanan, survei enam bulanan dan survei tahunan
tentang jumlah dan mutu pelayanan pemerintah dalam pemenuhan hak-
hak dasar seperti layanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan
sanitasi, air bersih dan sebagainya.
8. Melakukan sosialisasi, diseminasi dan kampanye tentang tujuan dan
sasaran penanggulangan kemiskinan.
9. Memasukkan pemecahan masalah kemiskinan sebagai dasar penilaian
laporan pertanggung jawaban pimpinan daerah.
10. Mengembangkan dialog dan jejaring sebagai pembelajaran melalui
pengembangan e-government, penyebaran lewat website, dan peran
asosiasi.

(3) Pelaku Usaha


Peran Pelaku usaha dalam penanggulangan kemiskinan adalah sebagai
berikut:
1. Memperkuat ruang dan akses lapangan kerja dan berusaha bagi kaum
miskin.
2. Meningkatkan pertanggungjawaban sosial dalam berbagai bentuk
(beasiswa, pengembangan masyarakat, dukungan kepada lembaga
pendidikan dan penelitian)
3. Mengembangkan semangat kewira-usahawan bagi kelompok
masyarakat Miskin sebagai salah satu pilar ekonomi daerah.
4. Bersama Pemerintanh Daerah dan stakeholder lainnya mengembangkan
iklim usaha yang berpihak pada masyarakat miskin.

54 Bab VI - Mekanisme Pelaksanaan SPKD


(4) Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Profesi dan
Perguruan Tinggi
Lembaga-lembaga non pemerintah sebagai salah satu stakeholder juga
sangat berperan strategis dalam pelaksanaan dokumen SPKD ini. Untuk ini
peran yang dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga non pemerintah adalah;
1. Memperkuat kapasitas organisasi kaum miskin (pendampingan) bagi
kelompok miskin, kaum perempuan, anak-anak, kelompok marjinal
lainnya yang seringkali tidak terwakili atau tidak cukup memiliki
sumberdaya untuk memperjuangkan hak-haknya.
2. Advokasi kebijakan dan program bagi keluarga masyarakat miskin
dalam negosiasi langsung dengan para pengambil keputusan dan
bantuan perlindungan hukum.
3. Memfasilitasi peningkatan kapasitas pengetahuan masyarakat miskin
agar mereka dapat hidup mandiri.
4. Memfasilitasi organisasi masyarakat untuk melakukan kontrol sosial
terhadap kinerja dan mutu layanan dasar yang dilakukan oleh
pemerintah dan pelaku usaha.
5. Mendorong keterbukaan pemerintah dalam pengambilan keputusan
yang menyangkut pengelolaan anggaran.
6. Memantau, mengawasi dan melakukan evaluasi kritis terhadap
pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan Kemiskinan yang
dijalankan oleh para stakeholder daerah.
7. Bersama dengan pemerintah, mengembangkan dan mendorong
pelembagaan forum warga dan forum lintas pelaku sebagai wadah
partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan dan program
penanggulangan kemiskinan.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 55


56 Bab VI - Mekanisme Pelaksanaan SPKD
BAB VII
SISTEM PEMANTUAN DAN EVALUASI

Untuk memastikan rencana aksi penanggulangan kemiskinan berjalan


sesuai dengan dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD),
maka perlu disusun pulan sebuah sistem pemantuan dan evaluasi berbasiskan
dokumen SPKD. Sistem pemantuan dan evaluasi atau dengan kata lain sosial
audit juga dimaksudkan sebagai instrumen pendukung dalam penataan sistem
data based Kemiskinan dan pembanguna Kabupaten Majene nantinya. Bab ini
terdiri dari; Prinsip-prinsi pemantauan dan evaluasi, Mekanisme dan prosedur
Pemantuan dan evaluasi, Organisasi dan kelembagaan kerja pemantuan dan
evaluasi, Koherensi Hasil pemantauan dan evaluasi dalam Sistem Perencanaan
dan pengaagaran, dan Penguatan Kapasitas Kelembagaan pemantau dan
evaluasi.

7. 1. Prinsip-Prinsip
Secara prinsipal, sistem pemantuan dan evaluasi kebijakan
penanggulangan kemiskinan didasarkan pada nilai-nilai; kejujuran dan
kebenaran. Nilai-nilai tersebut mensyarakat harus dipenuhinya 7 prinsip
pemantuan dan evaluasi.
1) Transparan
Sistem pemantauan dan evaluasi dilakukan secara terbuka, luas, dan mudah
diakses oleh masyarakat terutama kaum miskin.
2) Akuntabel
Seluruh hasil pemantauan dan evaluasi harus disampaikan kepada
masyarakat, pemerintah, dan wakil-wakil rakyat di DPRD secara resmi dan
bertanggungjawab.
3) Partisipatif
Keseluruhan proses pemantuan dan evaluasi dilakukan berbasiskan
partisipasi masyarakat khususnya kaum miskin.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 57


4) Obyektif
Dalam menggali dan mengolah informasi hasil pemantauan dan evaluasi
dilakukan secara benar dan objective dengan berdasarkan pada data yang
lengkap dan akurat agar.
5) Berkelanjutan dan mandiri.
Sistem pemantuan dan evaluasi harus dapat berkelanjutan dan
independen/mandiri atas intervensi semua stakholeder/pemangku
kepentingan program penanggulangan kemiskinan.
6) Berbasis indikator Lokal dan nasional.
Sistem pemantauan dan evaluasi dibangun dengan mendasari pada indikator
lokal dan nasional sebagai alat ukur pencapaian target dan dampak program
bagi masyarakat.
Selain enam prinsip di atas yang menjadi dasar pemantauan dan evaluasi,
juga ada safeguarding sebagai instrumen pendukung kerja Pokja Pemantauan
dan Evaluasi yang meliputi: (1) Adanya sistem transparansi dan
penyebarluasan informasi yang seluas-luasnya; (2) Adanya penanganan
pengaduan masyarakat; (4) Adanya mekanisme verifikasi independen atas
laporan; dan (5) Adanya mekanisme pelibatan berbagai komponen
masyarakat dalam setiap tahapan pelaksanaan program.

7. 2. Tatalaksana Pelaksanaan Pemantauan


7. 2. 1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi didasari pada indikator sosial ekonomi
lokal yang mennggambarkan dampak dan kondisi keluarga masyarakat miskin
atas penghormatan, perlindugan dan pemenuhan hak-hak dasar. Data dan
informasi diperoleh melalui (1) Laporan rutin para pelaku program
penanggulangan kemiskinan; dinas sektoral dan lembaga-lembaga yang terlibat
dan menjadi mitra pemerintah Kabupaten Majene dalam program
penanggulangan kemiskinan. (2) Laporan reguler Kantor Badan Pusat Statistik.
(3) Sosial audit yang dilakukan oleh masyarakat; perguruan tinggi, lembaga
swadaya masyarakat dan lembaga-lembaga penelitian; (4) Investigasi dan
pemberitaan media massa; dan (5) Pengaduan masyarakat atas pelaksanaan
program penanggulangan kemiskinan.
7. 2. 2. Pelaksana Pemantauan dan Evaluasi
Untuk menjalankan pemantauan dan evaluasi program Penanggulangan
Kemiskinan, akan dibentuk satu Kelompok Kerja yang terdiri dari wakil unsur
masyarakat, wakil unsur pemerintah, wakil unsur perguruan tinggi, wakil unsur

58 Bab VII - Sistem Pemantauan dan Eavaluasi


kaum miskin dan wakil unsur kelompok bisnis. Pokja ini dibentuk oleh SK
Bupati dan langsung bertanggungjawab kepada Bupati. Sebagai mitra kerjanya
adalah Kaum miskin, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan,
Bawasdakab, BPKP, KPK, Bappeda, dinas-dinas sektoral dan DPRD.
Selain Kelompok Kerja Pemantaian dan Evaluasi, program SPKD ini
juga pantau dan evaluasi secara internal oleh Bawasda, DPRD, dan instansi
pengawasan fungsional lainnya.
Untuk pendataan, Badan Pusat Statistik Kabupaten akan berfunsi
sebagai koordinator Kelompok Kerja bidang Data dan Informasi yang bertugas
untuk memperbaharuai data based baik data makro maupun data mikro dengan
mengacu pada hasil pemantuan dan evaluasi yang disampaikan oleh Pokja
Pemantauan dan Evaluasi.
Selain dibentuk Pokja Pemantauan dan Evaluasi juga disediakan ruang
partisipasi masyarakat dalam melakukan pemantauan dan evaluasi secara
independen. Laporan hasilnya menjadi masukan utama bagi Pokja Pemantauan
dan Evaluasi.
Hasil pemantauan dan evaluasi yang dilakukan Pokja dan masyarakat
akan dibahas dalam Forum Masyarakat secara reguler sebagai bentuk
akuntabilitas kerja Pokja dan kelompok independen atas pelaksanaan program
SDPK. Dan hasil hasil pembahasan dalam forum tersebut menjadi dasar
Pemerintah Daerah dan DPRD untuk merumuskan kebijakan pembangunan
dan penanggulangan kemiskinan untuk tahun berikutnya.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 59


BAGAN TATALAKSANA PEMANTAUAN DAN EVALUASI
PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Bupati Majene DPRD Mejene

Rakorbang
Kabupaten
Dengan dinas2/sektoral Dengan Komisi2/anggota DPRD

Konsolidasi Hasil
Konsolidasi Hasil Pemantuan dan
Pemantauan dan Forum Evaluasi eksternal
Evaluasi internal. Akuntabilitas - Pokja
- Pokja SDPK oleh pemantuan/Eva
Pemantauan/Eva TKPKD - Tim-2 Independen
- Badan2 Pengawasan

Pemantauan oleh
Pemantuan oleh lembaga Non
Pokja dan Instansi Pemerintah/tim
Pengawasan independen
PEMDA

Aras Desa Badan Perwakilan


Desa dan Kepala
Desa; rakorbang Desa

Laporan masyarakat
Laporan Masyarakat dan kaum miskin atas
dan Kaum miskin atas Forum pelaksanaan program
pelaksanaan program PK di Desa;
PK di Desa;
Akuntabilitas
Dikonsolidasi oleh Tim
Dikonsolidasi oleh Tim Desa oleh Kerja Pokja
kerja Desa Pokja TKPKD Independen/Non
pemantauan dan pemerintah.
Evaluasi

Pemantaun dan
Pemantauan oleh Evaluasi oleh
Pokja dan instansi lembaga-2 Non
Pengawasan Pemerintah
Pemerintah

60 Bab VII - Sistem Pemantauan dan Eavaluasi


7. 2. 3. Laporan dan Diseminasi
Laporan hasil pemantauan dan evalusi dilakukan secara reguler sesuai
dengan waktu pelaksanaan pemantauan dan evaluasi. Laporan ini disampaikan
kepada masyarakat secara terbuka untuk mendapatkan respon/masukan dan
mendorong partisipasi masyarakat melakukan pemantauan dan evaluasi secara
mandiri.
Tim koordinasi Penanggulangan Kemiskinan memfasilitasi Forum
Akuntabilitas SPKD diaras Kabupaten dan Forum Akuntabilitas Desa. Hasil
pembahasan forum akuntabilitas tersebut akan menjadi salah satu dokumen
pembahasan di forum rakorbang Desa dan Rakorbang Kabupaten. Selain itu,
laporan dan hasil pemantauan dan evaluasi SPKD juga menjadi salah satu
dokumen pembahasan perumusan RAPBD Kabupaten dan RAPB Desa.
Keselurah hasil pemantauan dan evaluasi akan dikemas dalam bentuk
media publikasi dan didiseminasi secara reguler kepada seluruh masyarakat.
Untuk ini laporan pemantauan dan evaluasi penanggulangan kemiskinan perlu
didesiminasikan melalui media massa dan masyarakat diluar wilayah Kabupaten
Majene dan masih dalam wilayah Provinsi Sulawesi Barat dalam bentuk media
cetak dan elektronik.

7. 3. Integrasi ke dalam Sistem Perencanaan dan


Penganggaran
Hasil pemantuan dan evaluasi kebijakan dan program penanggulangan
kemiskinan sangat penting sebagai masukan bagi penyusunan rencana kerja
daerah (RKPD) dan anggaran (APBD). Integrasi ke dalam sistem perencanaan
dan penganggaran diperlukan seluruh program penanggulangan kemiskinan
dapat dipertanggungjawabakan secara politik dan administratif. Untuk ini siklus
pemantauan dan evaluasi penanggulangan kemiskinan harus sejalan dengan
siklus perencanaan dan penganggaran pembangunan.
Panduan pemantuan dan evaluasi termasuk indikatornya akan
dirumuskan tersendiri dan menjadi bagian dari dari Dokumen SPKD ini.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 61


62 Bab VII - Sistem Pemantauan dan Eavaluasi
LAMPIRAN

TABEL DATA & INFORMASI PENDUKUNG

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 63


Tabel 1. Peta Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin

RATA-RATA
KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
KEPADATAN

BANGGAE 28.065 30.416 58.481 1060


PAMBOANG 10.075 10.658 20.733 295
SENDANA 17.630 18.820 36.450 204
MALUNDA 10.724 11.086 21.810 34

TOTAL 66.494 70.980 137.474 145

Sumber data: Kabupaten Majene dalam Angka BPS 2004.

Tabel 2. Angkatan Kerja Berusia 10 Tahun ke Atas

LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA 2003 2004

1. Pertanian 59.02 55,29


2. Industri 5,16 4,97
3. Konstruksi 1,13 1,53
4. Perdagangan 15,15 15,25
5. Angkutan & Komunikasi 4,77 4,73
6. Jasa 13,87 14,54
7. Pertambangan, penggalian, listrik, gas, air dan
keuangan 0,89 3,70
48,311 52,179
Sumber data : Kabupaten Majene dalam Angka BPS 2004. h. 58.
(berdasarkan hasil susenas)

64 Lampiran
Tabel 3: Peta Sarana Pendidikan

KECAMATAN TINGKATAN PENDIDIKAN JUMLAH/UNIT

TK 32
RA 3
SD 57
MIN/MTS 10
Banggae SMP 7
MTs 6
SMA 3
SMK 3
MA 6
TK 17
RA -
SD 34
MIN/MTS 2
Pamboang SMP 4
MTs 2
SMA 1
SMK 1
MA 1
TK 21
RA -
SD 50
MIN/MTS 3
Sendana SMP 5
MTs 10
SMA 2
SMK 1
MA 3
TK 11
RA -
SD 33
MIN/MTS 2
Malunda SMP 4
MTs 3
SMA 1
SMK 1
MA 1

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 65


Tabel 4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

PUSKEL PUSKEL
KECAMATAN RSU PUSKESMAS PUSTU
RODA 2 RODA 4
BANGGAE 1 2 8 2 8
PAMBOANG - 1 6 1 4
SENDANA - 3 10 2 6
MALUNDA - 1 8 1 3

Tabel 5. Tenaga Kesehatan

KECAMATAN PRAKTEK SORE POSYANDU

BANGGAE 9 54
PAMBOANG - 36
SENDANA 2 41
MALUNDA - 41

Tabel 6. Banyaknya Keluarga Pra-Sejahtera menurut Kecamatan

PS- PS-
Kecamatan KS-I KS-II KS III/III+ Jumlah
Ekonomi Non Ekonomi

Banggae 1.726 507 6.454 2.905 1.382 12.975


Pamboang 470 0 2.814 782 302 4.368
Sendana 2.266 522 3.521 2.034 300 8.643
Malunda 1.623 46 2.283 994 187 5.133

2004 6.085 1.075 15.072 6.716 2.171 31.118


2003 6.104 1.063 13.943 6.941 2.047 30.098

66 Lampiran
Tabel 7. Tenaga Kerja dan Bidang Usaha

JUMLAH TENAGA
JENIS USAHA
USAHA KERJA
1. Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan 3.565 6.068
2. Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka 752 2.122
3. Home Ind. Penggaraman/Pengeringan Ikan 881 900
4. Home Ind. Minyak Goreng 942 1.257
5. Home Ind. Pengawetan Ikan 15 101
6. Home Ind. Penggilingan dan Pembersihan Padi-Padian 14 64
7. Ind. Pengupasan dan Pembersihan Kopi 35 104
8. Ind. Pengupasan dan Pembersihan Kakao 320 495
9. Ind. Pengupasan dan Pembersihan Kemiri 138 276
10. Ind. Pati Palma (Sagu) 6 18
11. Ind. Kopra 295 585
12. Ind. Roti 27 80
13. Ind. Gula Merah 197 350
14. Ind. Kopi 22 36
15. Ind. Percetakan 18 64
16. Ind. Anyaman 81 150
17. Ind. Penggergajian, 49 131
18. dst

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 67


68 Lampiran
LAMPIRAN

HASIL PPA PADA KOMUNITAS MISKIN

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 69


1. CIRI TIAP KELAS SOSIAL PADA KOMUNITAS NELAYAN

KAYA SEDANG MISKIN


= TO SUGI = = SIRUA – RUA = = KASI – ASI =
1. Punya lemari Es 1. Hidup sederhana 1. Kehidupannya melarat
2. Banyak Harta 2. Punya perahu dan mesin (susah)
3. Suka-suka hati 3. Tidak terlalu mampu 2. Tidak punya uang
4. Mampu membiayai membiayai anak sekolah 3. Tidak mampu memenuhi
anaknya sekolah 4. Pakaiannya sederhana kebutuhannya sehari-hari
5. Rumah mewah 5. Makan sehari-hari cukup 4. Kurang pendidikan/ tidak
6. Tidak menggantungkan sederhana mampu membiayai anak
diri pada orang lain 6. Baju yang layak dipakai sekolah
7. Punya motor 7. Tidak terlalu boros 5. Biasa tidak makan
8. Dapat memenuhi 8. Hidup tidak berfoya-foya 6. Kebutuhannya sangat
kebutuhan hidupnya terbatas
9. Bisa memenuhi kebutuhannya
9. Hidup berkecukupan atau kehidupannya berantai 7. Tidak punya barang-
barang
10. Mempunyai perkebunan 10. Punya televisi tapi kurang
memuaskan 8. Rumah Kecil
11. Tidak pernah merasa
susah 11. Tidak terlalu memaksakan diri 9. Tidak punya motor
12. Punya pekerjaan tetap untuk bekerja 10. Tidak punya Televisi
11. Mengharapkan bantuan
dari orang lain
12. memaksakan diri untuk
bekerja

70 Lampiran
2. CIRI TIAP KELAS SOSIAL PADA KOMUNITAS PETANI KEBUN

MISKIN SEDERHANA KAYA

• Pendidikan rendah • Pendidikan cukup (bisa • Hidup bercukupan


• 1 x makan sehari semalam baca tulis) • Punya mobil sendiri
• Hanya petani penggarap • Rumah layak huni untuk • Rumah mewah
tidak punya lahan keluarga
• Serba cukup
• Tidak pas-pasan • Penghasilan pas-pasan
• Punya lahan bebera Ha
• Hidup susah • Bisa membiayai hidup
• Banyak kebun yang
walaupun secara
• Pinjam uang, bayar utang digarap orang
sederhana
• Makan seadanya • Mampu memberi modal
• Tidak punya hutang
• Tempat tinggal kurang kepada orang lain
• Punya hewan dan
layak huni • Naik haji
kebun sendiri
• Berjalan tanpa alas kaki • Punya kendaraan
• Penghasilan cukup
• Tidak ada penghasilan untuk kebutuhan • Berpendidikan cukup
tetap keluarga • Punya banyak modal
• Hasil kebun tidak • Hidup sederhana untuk usaha tani,
mencukupi untuk mampu dari segi usaha
• Cukup untuk makan
kebutuhan sehari-hari dagang.
sehari semalam
• Tidak terpenuhi kebutuhan • Hidup mewah
• Bisa menyesekolahkan
sandang, pangan dan • Tidak punya utang
anak sampai SMA
papan
• Punya alat komunikasi
• Hidup serba kekurangan yang cukup
• Tidak ada modal untuk • Punya tabungan yang
usaha tani banyak
• Rumah beratap daun • Punya ternak
rumbia (daun sagu)

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 71


3. CIRI TIAP KELAS SOSIAL PADA KOMUNITAS PETANI HUTAN

MISKIN SEDERHANA KAYA


• Atas rumahnya daun sagu / • Tidak terlalu bekerja keras • Banyak tanah dan hasil
rumbia • Bisa membangun rumah • Ibunya penghasilan yang
• Dinding pake bambu • Bisa berkebun cukup
• Lantai rumah bambu • Menyesekolahkan anak • Tidak punya hutang
• Pakaian 1 kali di ganti dalam • Memelihara ternak • Bisa menyekolahkan anak
1 tahun • Bisnis kecil / jualan • Bisa bangun rumah yang
• Tidak mampu bayar pajak • Mampu berpartisivasi dalam cukup baik (bagus)
• Anak sebagian sekolah pembangunan • Penghasilan tidak habis
sebagian tidak • Punya televisi 14 inci digunakan dalam
• Tanah tidak punya (kebun) • Berpakaian sederhana kebutuhan pokok (ada
• Keluar kampung jalan kaki • Mampu belanja dalam hari- simpanan)
• Sakit berobat kedukun harinya • Bisa naik haji
• Piring tidak cukup • Tidak terlalu berhutang • Bisa memberi upah orang
• Tidak pernah keluar kota • Berobat di Pustu lain
• Makan ubi kayu (jepa, kundo) • Tidak terlalu butuh jaminan • Memiliki pasilitas seperti
• Jarang beli beras orang lain motor, sengso, generator
• Tidak ada hewan piaraannya • Punya lemari • Bisa memelihara anak
• Banting tulang bekerja • Punya kursi orang lain
• Ikan, pake garam (lauk hanya • Punya kompor hok • Bisa mendapat hasil
garam) • Punya gorden tampa kerja banting tulang
• Tidak punya televisi • Punya peralatan dapur • Punya ternak banyak
• Pakai pelita (tidak ada listrik) sederhana • Belanjanya ke kota
• Selalu sakit-sakit • Buat gula merah • Anak sekolah tinggi
• Tidak ada lemari • Bisa melunasi pajak • Ternak punya kandang
• Tidak ada rusmang (tempat • Mandi di sungai • Ada modal dagang
tindur) • Sekali-kali mandi di pasar • Punya televisi
• Tidak ada emas • Menyesekolahkan anak • Punya rumah dua
• Tidak ada tabungan sampai SMP/MTs • Dua istrinya
• Tidak ada kamar mandi • Punya motor cicilan • Punya pakaian bagus
• Tidak pernah menyambang • Atap rumah pakai daun • Pola pikirannya bagus
• Tidak mampu beli sabun rumbia • Tiap minggu pergi ke
• Tidak pakai sandal / sepatu • Minumannya kopi pasar
• Baju sekolah anaknya hanya • Dinding rumah pakai papan • Sering makan di warung
satu kayu • Berobat ke dokter
• Banyak utang • Pesta sederhana • Pajak bisa dilunasi
• Mandinya di sungai (MCK) • Kadang-kadang makan ikan • Lunas IMB
• Rumah kecil kering • Selalu menyumbang
• Tangga rumah pakai bambu • Kadang-kadang kemesjid
• Tidak pandai menyumbang • Memelihara anak yatim
• Bantal tidak cukup • Punya tabungan sedikit • Pesta kawin mengundang
• Tidak pakai kasur • Punya ternak kurang dari 3 Bend
• Minum kopi pakai gula merah ekor • Pesta kawin potong
• Pakaian cakar • Punya usaha kecil kerbau
• Selalu mengharap bantuan • Punya tanah dua hektar
• Masak pakai kayu • Istri satu

72 Lampiran
4. CIRI TIAP KELAS SOSIAL PADA KOMUNITAS URBAN
KAYA SEDANG MISKIN
• Ada modal • Selama kerja disini kurang • Tidak pernah cukup modal
• Tidak ada hutang mencukupi selama menjual diterminal
• Segala kebutuhan sehari- dan selalu meminjam uang
• Mampu segala-galanya koperasi untuk tambahan
hari baik yang sekarang
• Banyak harta maupun kebutuhan modal
• Keperluan tiap hari mendadak tetap terpenuhi • Tidak bisa membeli
selalu terpenuhi tetapi pas-pasan • Tidak cepat bekerja
• Banyak tanah • Punya fasilitas masih • Menghambat pekerjaan
• Ada perusahaan besar kredit misalnya : Motor
Kulkas TV • Pekerjaan terbangkalai
• Kebutuhan semua • Tidak mempunyai apa-apa
mencukupi • Punya usaha tapi modal
kurang mencukupi • Punya pekerjaan tapi tidak
• Naik haji misalnya : Mempunyai mencukupi
• Pikiran tenang pengrajin tapi sebatas • Tidak ada modal
pesanan dan Ingin
• Banyak kambing • Tidak tetap mata
memperbanyak hasil
• Banyak sapi pengrajin tapi modal pencaharian
• Banyak ayam kurang • Serba kekurangan
• Kadang kurang-Kadang pas-
pasan - Kadang lebih
• Tidak mencukupi sehari-hari
• Tidak ada tempat mengadu
• Tidak terpenuhinya
kebutuhan baik sandang
maupun pangan
• Juga tidak pas memenuhi
sarana
• Prasarana seperti tempat
tinggal
• Kurang mencukupi
kebutuhan sehari-hari
• Kurangnya pemasukan tiap
hari untuk kebutuhan
keluarga
• Penghasilan dalam setiap
hari tidak pernah cukup
malah biaya anak-anak
untuk kesekolah besoknya
pas-pasan pokok untuk
makan saja seadanya

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 73


74 Lampiran
LAMPIRAN

HASIL ANALISIS PAPAN CATUR TENTANG


SEBAB-AKIBAT PEMISKINAN-PEMISKINAN

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 75


1. SEBAB-AKIBAT PEMISKINAN-PEMISKINAN PADA KOMUNITAS PETANI
HUTAN
INFORMAS S
INFORMAS PENDIDIK RAN
AKIBAT LINGKUNG KEBIJAKA KETERA I K
I MODAL AN G
SEBAB AN N MPILAN PEMASAR O
USAHA FORMAL KING
AN R

LINGKUNGAN X X X X X 1 V

KEBIJAKAN ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 2 I

KETERAMPILA
✔ X X X X 3 IV
N

INFORMASI
MIODAL X X ✔ X X 3 IV
USAHA

PENDIDIKAN ✔ X ✔ ✔ ✔ 5 II

INFORMASI
X X X X X 4 III
PEMASARAN

Keterangan;
X = tidak ada
✔ = ada

76 Lampiran
2. SEBAB-AKIBAT PEMISKINAN-PEMISKINAN PADA KOMUNITAS PETANI
KEBUN
INFORMASI RAN
AKIBAT LINGK KETERA PENDIDIKAN INFORMASI SK
KEBIJAKAN MODAL GKIN
SEBAB UNGAN MPILAN FORMAL PEMASARAN OR
USAHA G

LINGKUNGAN X X X X X 1 V

KEBIJAKAN ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 2 I

KETERAMPILA
✔ X X X X 3 IV
N

INFORMASI
MIODAL X X ✔ X X 3 IV
USAHA

PENDIDIKAN ✔ X ✔ ✔ ✔ 5 II

INFORMASI
X X X X X 4 III
PEMASARAN

Keterangan;
X = tidak ada
✔ = ada

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 77


3. SEBAB-AKIBAT PEMISKINAN-PEMISKINAN PADA KOMUNITAS MISKIN
KOTA
S
PEND INFO KESE KEBI PERU RAN
AKIBAT LAP. KETERA MODAL K
IDIKA RMA HATA JAK MAHA GKIN
SEBAB KERJA MPILAN USAHA O
N SI N AN N G
R

Lap. Kerja X X X X X X ✔ 1 VI

Keterampilan ✔ X X X X X ✔ 2 V

Modal usaha ✔ ✔ X X X X ✔ 3 IV

Pendidikan ✔ ✔ ✔ X X X X 3 IV

Informasi ✔ ✔ ✔ ✔ X ✔ X 5 II

Kesehatan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ X X 4 III

Kebijakan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 7 I

Perumahan X X X X X ✔ X 1 VI

Keterangan;
X = tidak ada
✔ = ada

78 Lampiran
REKAPITULASI BIDANG PEMERINTAHAN DAN PERANGKAT DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2003 dan 2005

Kelompok Bidang dan


2003 P 2004 P 2005
Bidang Unit Organisasi

Bidang Pendidikan dan


Pelayanan 43,068,816,087 44,265,914,000 42,538,018,056
Budaya
Dasar
Bidang Kesehatan 6,461,677,181 8,526,652,000 8,439,619,700
Pelayanan
49,530,493,268 52,792,566,000 50,977,637,756
Dasar
Bidang PU dan
Fasilitas 1,088,304,930 1,615,171,000 1,756,970,303
Perhubungan
Umum
Bidang Kepariwisataan 1,057,975,639 1,508,827,421 1,598,718,221
Bidang Perindustrian &
1,402,357,097 1,509,697,000 1,557,674,000
Perdagangan
Bidang Tata ruang dan
22,781,062,930 21,071,527,610 21,164,102,610
Pemukiman
Fasilitas Umum 26,329,700,596 25,705,223,031 26,077,465,134
Bidang Kehutanan &
1,154,654,290 2,274,828,000 2,590,811,100
Perkebunan
Bidang Pertanian &
Pembangunan 2,149,427,863 911,128,000 951,987,800
Peternakan
Ekonomi Bidang Kelautan &
939,200,730 2,920,193,000 2,963,402,900
Perikanan
Bidang Ketengakerjaan 1,286,790,614 1,413,073,600 1,429,402,200
Pembangunan
5,530,073,497 7,519,222,600 7,935,604,000
Ekonomi
Bidang Kessos &
1,345,381,108 2,414,791,000 2,113,758,200
Sosial dan Linmas
Keamanan Bidang Lingkungan
321,938,694 904,642,250 940,892,250
Hidup
Sosial &
1,667,319,802 3,319,433,250 3,054,650,450
Keamanan
Administrasi
Umum & 41,294,433,223 43,319,877,281 45,872,379,884
Pemerintahan

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 79


REKAPITULASI BIDANG PELAYANAN PUBLIK
TAHUN ANGGARAN 2003 dan 2005

Kelompok Bidang Dan Unit


2003 P 2004 P 2005
Bidang Organisasi

Bidang Pendidikan dan


Pelayanan 37,495,764,362 40,661,880,000 38,681,415,056
Budaya
Dasar
Bidang Kesehatan 5,537,475,146 2,512,306,000 2,641,440,000
Pelayanan
43,033,239,508 43,174,186,000 41,322,855,056
Dasar
Fasilitas Perhubungan 410,800,000 950,000,000 1,057,050,000
Umum Bidang Kepariwisataan 348,750,000 365,930,421 365,930,421
Perindag 525,300,000 16,284,914,292 5,492,455,217
Bidang Pemukiman 21,692,758,000 19,840,049,610 19,965,049,610
Fasilitas Umum 22,977,608,000 37,440,894,323 26,880,485,248
Bidan Kehutan,
327,122,000 12,223,225,712 11,520,874,092
Perkebunan
Pembangunan Bidang Kelautan,
421,400,000 4,435,299,021 5,800,863,000
Ekonomi Perikanan
Bidan Koperasi 84,400,000 19,201,385,040 3,395,976,594
Bidang Ketengakerjaan 760,000,000 3,797,867,156 5,027,967,333
Pembangunan
1,592,922,000 39,657,776,929 25,745,681,019
Ekonomi
Bidang Sosial 971,800,000 6,526,188,125 8,214,862,680
Sosial dan
Keamanan Bidang Lingkungan
43,200,000 465,400,000 500,400,000
Hidup
Sosial &
1,015,000,000 6,991,588,125 8,715,262,680
Keamanan
Administrasi
Umum & 101,230,312,923 111,592,624,047 167,270,088,505
Pemerintahan

80 Lampiran
TIM KOORDINASI
PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
KABUPATEN MAJENE

Surat Keputusan Bupati Nomor : 279 Tahun 2007,


Tertanggal 3 Juni 2007

Pengarah : Bupati Majene (H. Kalma Katta, S.Sos, MM)


Pengarah : Wakil Bupati Majene (Drs.H.Itol Syaiful, T, MM)
Penanggungjawab : Sekretaris Daerah (Drs.H. Muh. Rizal, S. M.Si)
Ketua : Ka. Kantor PMD ( H.Sufyan Sagena, SH, M.Si)
Wakil Ketua : M. Ikhsan Welly (ORNOP)
Sekretaris : Kasi Ketmas & Sosbud PMD (Azis Said, S.Sos, M.Si)
Anggota :
• Kepala Bappeda (Busri, SE, M.Si)
• Diknas (Abd. Rasyid, S. Sos)
• Dinkes (Munawar, SKM, M.Kes)
• Kimpraswil (Burhanuddin, S.Sos)
• Dinkesos & KB (Hj. Nasriah, M.SE)
• Dinkop-UKM & PM (A.AdlinaBasharoe, SP,
M.Si)
• Dinas DKP (Drs. Safri Bahuddin)
• Ketua Komite Akselerasi Persatuan Peduli
Masyarakat Adat Mandar (Drs. A. Muis Mandra)
• Ba’du Said (Unsur Tokoh Masyarakat)
• M. Said ( Tokoh Agama)

Staf Sekretariat :
• Darussalam, S.Sos (PMD)
• Nuzul Kori, S.Sos (PMD)
• Asdaluddin, A.Md (PMD)
• Hasnur, S.Sos (PMD)
• Fitriani (PMD)
LAMPIRAN

MATRIK RENCANA AKSI DAERAH


PENANGGULANGAN KEMISKINAN
KABUPATEN MAJENE
PILAR I : PEMAJUAN, PERLINDUNGAN, DAN PEMENUHAN HAK ATAS KEADILAN DAN KESETARAAN GENDER
SASARAN PROGRAM INDIKATOR PENCAPAIAN Peran Para Pemangku Kepentingan
Penerima
DAMPAK II III IV V Masyarakat Masyarakat
Kebijakan Kegiatan Manfaat Pemerintah
2008 2009 2010 2011/12 Bisnis Sipil
1. Meningkatnya Peraturan Bupati Pelatihan Home Dinas/Biro Membuka Fasilitator dan
kapasitas tentang sistem industri; Pelatihan Pemberdaya- ruang/akses Pengawas
perempuan dan Penguatan Kepemimpinan; an sebagai perempuan Kebijakan
partisipasinya dalam Kapasitas Pelatihan Regulator dalam Daerah untuk
pemenuhan hak-hak Perempuan sebagai Kewirausahaan; 25% dari 50% dari 80% dari Kebijakan memajukan Penguatan
dasarnya atas Aktor Pembangunan Pendidikan Perempu- Perempu- Perempu- Kaum (Ranperda/ produksitivitas kapasitas
10% dari
keseluruhan proses Daerah dan Kesejahteraan an yang an yang an yang Perempuan Perbup) dan ekonomi Perempuan
Perempuan
pembangunan Kesejahteraan Keluarga; dan berhak berhak berhak di Fasilitator daerah dan menjadi aktor
yang berhak 100%
daerah dan Keluarga Pendidikan Politik; mening- mening- mening- Pedesaan Pemberdaya- keluarga utama
meningkat
kesejahteraan kat kat kat dan an Pembangunan
kapasitasnya
keluarga kapasitas- kapasitas- kapasitas- Perkotaan Perempuan. Daerah dan
nya nya nya Keluarga

2. Kebijakan Peraturan Daerah Penerbitan PERDA Dinas/Biro Menghormati Fasilitator


(Peraturan Daerah, (PERDA) yang tentang Keadilan dan Pemberdaya- dan pemberdaya-
dan Peraturan menjamin kebijakan Kesetaraan Gender; an Perempuan Menjalankan an organsisasi
Bupati) yang daerah berbasiskan dan Pembetukan memfasilitasi Kebijakan dan usaha
dikeluarkan pada nilai-nilai kelembagaan/Unit Kerja stakeholder daerah dalam kaum
menghormati nilai- keadilan dan Daerah yang /para pemang- lingkungan perempuan;
nilai keadilan dan kesetaraan gender. mengharmonikan/meng Pembentukan ku kepenting- bisnis. Pengawas
keseteraan gender awasi kebijakan daerah Kelompok an dalam Kebijakan
berdasarkan Indeks atas nilai-nilai keadilan Kerja yang Sosialisa- Review perumusan Daerah.
Pembangunan dan kesetaraan gender; teridir dari si PERDA PERDA
Gender (IPG) dan Implement
Wakil gagasan Implement dan
Index Keberdayaan asi
Pemerintah, & asi Implement
Gender (IKG) PERDA
Wakil Masy. pembaha PERDA asi
Sipil, dan san draft PERDA
Wakil Masy. PERDA
Bisnis
3 Pelayanan publik Kebijakan yang Peningkatan Pelayanan Seluruh SKPD
(semua sektor) menjamin pelayanan kesehatan; Pelayanan Kabupaten
terjangkau dan tidak publik tidak pendidikan; pelayanan 40% dari 60% dari 80 % dari 100% dari Majene
diskriminatif diskriminatif sanitasi dan air bersih; perempu- perempu- perempu- perempu- menjalankan
terhadap kaum terhadap kaum pelayanan usaha 20% dari an yang an yang an yang an yang kebijakan ini
perempuan dalam perempuan dalam ekonomi produktif; perempuan berhak berhak berhak berhak sesuai dengan
pemenuhan hak-hak pemenuhan hak-hak pelayanan SEMBAKO; yang berhak atas atas atas atas target capain
dasarnya. dasarnya. dan pelayanan atas pelaya- pelayanan pelayanan pelayanan dan TUPOKSI
perlindungan dari pelayanan nan publik publik publik publik masing-
tindakkekerasan dalam publik yang yang yang yang yang masing
rumah tangga, berkualitas berkuali- berkuali- berkuali- berkuali-
dan tdk tas dan tas dan tas dan tas dan
diskriminatif tdk tdk tidk tdk
diskrimina diskrimina diskrimina diskrimina
-tif -tif -tif -tif

4 Organisasi Kebijakan yang Pengorganisasian dan Tidak Dinas/Biro Membuka


Perempuan yang menata organisasi pemberdayaan usaha Organisa- adanya Pemberdaya- akses dan
aktif dalam dan usaha kaum kaum perempuan si dikotomi an Perempuan menghormati
Pembentukan
keseluruhan proses perempuan. sesuai dengan Perempu- peran memfasilitasi kebijakan
Kelompok usaha dan usaha dan
pembangunan kapasitasnya. an aktif perempu- stakeholder/ daerah
Kerja kepemimp kepemim-
daerah dalam an dan para dilingkungan
Pemberdaya- inan lokal pinan lokal
kegiatan laki-laki pemangku bisnis.
an Organisasi 30 % oleh 50 % oleh
pemba- dalam kepentingan
dan Usaha perempu- perempu-
ngunan keseluruh- dalam
kaum an an
dan an perumusan
Perempuan
usaha pemba- PERDA
ekonomi ngunan
daerah
PILAR II : PEMENUHAN HAK ATAS PENDIDIKAN

SASARAN PROGRAM INDIKATOR PENCAPAIAN


Para Pemangku
Penerima
DAMPAK Kepentingan yang
I II III IV V Manfaat
Kebijakan Kegiatan Berperan
2007 2008 2009 2010 2011/12
1. Sismtem Kebijakan Daerah yang a. Penerbitan Peraturan Pokja Sistem Gagasan, Draft APBD dan Sistem Pendidikan (1) Pemerintah
Pendidikan yang menata sistem Pendidikan Daerah dan Peraturanb Pendidikan dan Penerbitan Pelayanan Daerah yang dijalankan Daerah; Dinas
berbasiskan dan pengembangan Bupati tentang sistem Daerah Kebijakan Sistem Pendidikan sudah secara utuh sampai Pedidikan
Peningkatan sumberdaya manusia dari pendidikan daerah yang Majene: Pendidikan mendasari pada perguruan tinggi (2) Komite Sekolah
Kapasitas tingkat dasar sampai dengan menjamin adanya Alokasi Dana Daerah yang Kebijakan Sistem [WAJAR 17 TAHUN] dan Dewan
Sumberdaya perguruan tinggi berbasiskan peningkataan kulaitas Pendidikan dlm menjadi acuan Pemndidikan Pendidikan
Manusia Majene nilai-nilai lokal dan universal sumberdaya manusia. APBD 20 % Pemerintah Daerah dan (3) DPRD
tanpa diskriminasi untuk peningkatan dan integrasi Daerah untuk Nasional secara (4) Pelaku Bisnis
RAS, GENDER, produktivitas sumberdaya b. Alokasi APBD yang dalam RKPD Memajukan dan utuh sampai sektor
dan Status Sosial manusia dan sumberdaya mencerminkan amanah 2008 memenuhi Hak tingkat menengah Pendidikan dan
ekonomi dengan alam. UU Sistem Pendidikan Warga atas atas [WAJAR 12 (5) Masyarakat
semboyan; Nasional untuk Pendidikan THN] Sipil;
PENDIDIKAN peningkatan kualitas dari Alokasi Dana NGO/LSM, Klp
UNTUK SEMUA pendidikan dasar Pendidikan dlm Masyarakat, Klp
WARGA MAJENE. sampai dengan APBD 30 % Perempuan,
perguruan tinggi Anak-anak Kaum
Ormas, dan
Miskin Kota,
Tokoh
Pedesaan,
agama/adat.
Nelayan dan
2. Prasarana dan Peraturan Bupati tentang (1) Pengadaan Sekolah Peraturan Sarana dan Sarana dan (1) Berkmebngannya Kebun/ Hutan
Sarana Pendidikan Pengembangan/Peningkatan [satuan pendidikan] Bupati tentang Prasana Prasarana Sarana dan
terjangkau dan Prasarana dan sarana untuk memenuhi Prioritas Pendidikan pendidikan Prasaran Satuan
berkualitas untuk Pendidikan yang terjangkau WAJAR/BERHAK Pembanguna WAJAR/BERHAK WAJAR/BERHAK pendidikan WAJAR
senua warga dan berkualitas sampai ke SEKOLAH 12 tahun. Saran dan SEKOLAH 9 SEKOLAH 12 12 tahun
masyarkat sampai daerah terpncil dan (2) Peningkatan Kapsitas Prasarana tahun dapat dapat diakses (2) Tersedianya
ditingkat daerah pedalaman. Guru-guru dalam Pendidikan diakses oleh oleh Masyarakat fasilitas beasiswa
terpencil/pedalaman memenuhi kulaitas untuk Masyarakat miskin sampai pendidikan tinggi
pendidikan WAJAR 12 memenuhan miskin sampai kedaerah [WAJAR/BERHAK
tahun. Hak atas daerah terpencil/ terpencil/ SEKOLAH+A1 17
(3) Peningkatan buku Pelayanan pedalaman pedalaman tahun] bagi anak-
pelajaran dan pendidikan dengan guru anak kaum miskin
perpustakaan sekolah. untuk semua yang berkualitas [25 %] dari jumlah
(4) (4) Pengembangan warga anak kaum miskin
pusat kegiatan belajar yang berhak
siswa dan labotarium
3. Peningkatan/ Peraturan Bupati tentang (1) Pendidikan khusus Peraturan (1) 25% guru (1) 50 % Guru (1) 75 sd 100 % Guru Para Guru
pengembangan standar kopetensi Guru mulai untuk peningkatan Bupati tentang mendapatkan mendapatkan mendapatkan
Kapasitas Para dari sekolah Dasar sampai kompetensio Guru Standar peningkatan peningkatan peningkatan
Pendidik/Guru-guru dengan Menengah atas berbasiskan Undang- Kompetensi kapasitas kapasitas kapasitas dengan
berbasis berbasiskan standar regional Undang Guru . Guru untuk dengan dengan standar kompetensi
kompetensi standar dan nasional (2) Beasiswa Guru memenuhan standar standar regional dan
regional dan berprestasi untuk Hak atas kompetensi kompetensi nasional
nasional promosi pendidikan Pelayanan regional dan regional dan (2) 75 sd 100 % guru
Tinggi [S2]. pendidikan nasional nasional daerah terpencil/
(3) Insentive/tunjangan untuk semua (2) 25 % guru (2) 50 % guru pedalaman
khsus bagi guru-guru warga dan daerah daerah mendapatkan
daerah terpencil/ integrasi dalam terpencil/ terpencil/ insentive khusus,
pedalaman RKPD 2008 pedalaman pedalaman (3) beasiswa untuk 15
mendapatkan mendapatkan sd 25 % guru
insentive insentive berprestasi
khusus dan khusus, melanjukan
integrasi (3) beasiswa pendidikan strata 2
dalam RKPD untuk 10 % [S2] dan integrasi
2009 guru dalam RKPD 2011
berprestasi sd 2012
dan integrasi
dalam RKPD
2010
4. Pengembangan Peraturan Bupati tentang (1) Kajian nilai-nilai Peraturan Penerapan Penerapan Penerapan kurikulum
Kurikulum Pengembangan Kurikulum budaya bangsa dan Bupati tentang Kurikulum Lokal kurikulum Lokal Lokal yang terintegrasi
Pendidikan Pendidikan Dasar dan sumberdaya alam Pengembangan yang terintegrasi yang terintegarasi dalam kurikulum
berbasiskan nilai- Menengah berbasiskan nilai- Lokal untuk kurikulum dengan kurikulum dengan kurikulum nasional di 100 %
nilai budaya bangsa nilai budaya bangsa dan pengembangan Pendidikan nasional di 25 % nasional di 50 % sekolah-sekolah umum
dan sumberdaya sumberdaya alam Lokal Kurikulum Pendidikan berbasiskan sekola-sekolah sekolah-sekola dan kejuruan dan
alam Lokal. (2) Penerapan Kurikulum nilai-nilai umum dan umum dan integrasi dalam RKPD
yang dikembangkan budaya bangsa kejuruan dan kejuruan dan 2011 sd 2012
berbasiskan nilai-nilai dan integrasi dalam integrasi dalam
budaya bangsa pada sumberdaya RKPD 2009 RKPD 2010
sekolah-sekolah umum alam Lokal dan
(3) Penerapan Kurikulum integrasi dalam
berbasiskan RKPD 2008
Sumberdaya Alam
Lokal di sekolah-
sekolah kejuruan.
5. Berdayanya Pemberdayaan organisasi (1) Peningkatan kapasitas Perumusan
organisasi masyarakat/stakeholder dan partisipasi Komite Rencana Kerja
pendidikan; Komite pendidikan. Sekolah dalam Pemberdayaan
sekolah dan dewan memajukan dan stakeholder
pendidikan dalam pemenuhan hak atas Pendidikan dan
memajukan dan pendidikan masyarakat integrasi dalam
memenuhi hak atas miskin RKPD 2008
pendidikan semua (2) Peningkatan kapasitas
warga Majene dewan pendidikan
Implementasi program pemberdayaan stakeholder pendidikan dan
dalam memajukan stakholder
integrasi dalam RKPD 2009 sd 2012
sistem pendidikan di
Majene
(3) Penguatan kapasitas
pelaku bisnis
pendidikan;
perlengkapan/peralatan
satuan pendidikan.

6. Kota Kabupaten Peningkatan Kapasitas dan Peraturan Daerah tentang Rumusan Implementasi Implementasi Kota Majene "Kota Warga Majene
Majene menjadi strata Satuan Pendidikan Penetapat kota Kabupaten Konsep Kota Konsep Kota Konsep Kota Pelajar" Sulawesi Barat
Pusat Pendidikan/ sampai perguruan Tinggi Majene sebagai pusat Majene sebagai Majene "Kota Majene "Kota dan integrasi dalam
"Kota Pelajar" berbasiskan standar Pendidikan berbabasikan pusat Pelajar" Sulawesi Pelajar" Sulawesi RKPD 2011
Wilayah Sulawesi Pendidikan Nasional . standar Pendidikan pendidikan Barat tahap I dan Barat tahap II dan
Barat Nasional di wilayah diwilayah integrasi dalam integrasi dalam
Sulawesi Barat Sulawesi Barat RKPD 2009 RKPD 2010
berstandar
Pendidikan
Nasional dan
Integrasi dalam
RKPD 2008
PILAR III: PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK ATAS PANGAN
Pemangku
SASARAN PROGRAM INDIKATOR PENCAPAIAN Kepentingan/Peran
Penerima Stakeholder
DAMPAK
Manfaat
I II III IV V
Kebijakan Kegiatan Pemerintah
2007 2008 F8 2009 2010 2011/2012
1. Sistem Katahan Peraturan Daerah yang (1) Pemberdayaan Pemerintah/ Dinas
Pangan Warga yang menjamin sistem katahanan Pranata sosial Lokal Pertanian-tanaman
berbasiskan pangan Warga berbasiskan untuk ketahanan (1) Kemandirian Pangan pangan; DPRD; Petani;
sumberdaya dan sumberdaya dan pranata pangan Warga. Warga berbasiskan Pelaku bisnis pangan;
pranata sosial Lokal sosial Lokal (2) Penataan/revitalisasi Pokja sumberdaya Lokal. LSM/NGO; Tokoh adat
[tapang, sumber-sumber Implementasi dan Kelompok Petani
Penataan/ Regulasi/ (2) Kemandirian Pranata
sikalulu/sirondo- pangan warga regulasi/ dan Usaha Kecil/ pelaku
Reformasi PERDA sosial Lokal untuk
rondoang/makalompok] berbasiskan PERDA bisnis Produk-produk
Sistem Pangan Ketahanan perlindungan dan
sumberdaya lokal. Dan Ketahanan pangan
Warga dan Pangan Warga pemenuhan hak atas
(3) Penataan/ Pangan Warga
integrasi dan integrasi pangan warga. Dan
restrukturisasi tahap I dan
rencana kerja dalam RKPD (3) Tata ruang yang
tataruang Pertanian integrasi dalam
Pokja dalam 2009 menjamin lahan
tanaman Pangan RKPD 2010
RKPD 2008 pangan mandiri. Dan
berkelanjutan dalam
RKPD setiap tahunnya
Seluruh
warga
2. Kemandirian Pangan Revitalisasi Produksi Pangan (1) Peningkatan produksi khususnya
Warga berbasiskan berbasiskan potensi pangan pangan lokal Kaum
produksi pangan Lokal Lokal (2) Diversifikasi Pangan Miskin
A19 (3) Penataan sistem
distribusi pangan
untuk meningkatkan Peraturan
akses pangan warga Bupati tentang Implementasi Implementasi
Kapasitas produksi
yang berkualitas dan Revitalisasi Peraturan Peraturan
pangan Lokal memenuhi
terjangkau; dan Produksi Bupati tahap I Bupati tahap II
Hak Warga atas pangan
(4) Peningkatan Pangan dan dan integrasi dan integrasi
dan berkelanjutan dalam
infrastruktur pertanian Intergrasi dalam RKPD dalam RKPD
RKPD setiap tahunnya
tanaman pangan dalam RKPD 2009 2010
2008
3. Keberdayaan Petani Pemberdayaan Petani (1) Penguatan kapasitas Petani; Pemerintah
produksi pangan dalam tanaman pangan Lokal petani dalam Daerah/Dinas Pertanian;
memajukan dan peningkatan kualitas Rencana Kerja Pelaku Bisnis Pangan;
memenuhi hak atas dan jumlah produksi SKPD untuk LSM/NGO; Tokoh adat;
pangan untuk pangan Implementasi Implementasi dan Kelompok Petani
Pemberdayaan
kemandirian pangan (2) Pengorganisasian Rencana Kerja Rencana Kerja Mandirinya Petani dan pangan
Petani
Lokal Petani Pangan Pemberdayaan Pemberdayaan organisasi Petani Pangan
tanaman
Petani Pangan Petani Pangan dalam memajukan Petani
pangan Lokal
tahap I dan tahap II dan keamann/kedaulatan
yang
integrasi dalam integrasi dalam pangan Lokal
terintegrasi
RKPD 2009 RKPD 2010
dalam RKPD
2008
PILAR IV : PENGHORMATAN DAN PERLINDUNGAN HAK ATAS PEKERJAAN DAN BERUSAHA

SASARAN PROGRAM INDIKATOR PENCAPAIAN


Para Pemangku
Penerima
DAMPAK Kepentingan yang
I II III IV V Manfaat
Kebijakan Kegiatan berperan
2007 2008 2009 2010 2011/2012
1 Sistem perlindungan Peraturan daerah tentang (1) Inisiasi PERDA
hak atas pekerjaan sistem perlindungan hak- perlindungan hak-hak
dan kesempatan hak pekerja dan Pekerja dan
berusaha yang kesempatan berusaha. kesempata bersuaha
berbasiskan pranata kelompok masyarakat
ekonomi rakyat dan miskin. Uji coba PERDA
pertumbuhan (2) Pembentukan Para pekerja
Perlindungan
ekonomi lokal Lembaga Perlindungan produktive Pemerintah Daerah;
Draft PERDA hak-hak pekerja
Hak pekerja dan dan Dinas Tenaga Kerja;
perlindungan dan pengusaha
pengusaha pengusaha Dinas Sosial; Dinas
hak-hak kecil dan sektor
kecil/menengah dan Implementasi PERDA Perlindungan Hak-hak pekerja sektor Pemberdayaan
pekerja dan informal;
sektor informal. dan kesempatan bersuha sektor informal dan usaha informal Masyarakat; Pelaku
kesempatan Berfungnya
(3) Fasilitasi pengaduan kecil secara utuh dan berkelanjutan. [Pedagang bisnis; pekerja
berusaha lembaga
para pekerja dan K5, Keliling, produktiv; pengusaha
masyarakat perlindungan
pengusaha Warungan, kecil dan sektor
miskin pekerja dan
kecil/menengah dan dan informal; LSM/NGO.
kesempatan
sektor informal Asongan]
berusahal
[pedagang K5,
asongan, warungan,
dan pedagang keliling

2. Berdayanya pekerja Pemberdayaan para (1) Penciptaan lapangan


produktiv dan pekerja produktiv dan pekerjaan berbasis
kelompok usaha kelompom usaha sumberdaya alam
60 %
sektor informal dan kecil/menengah dan Lokal;
25 % angkatan 40% angakatan angakatan
kecil/menengah sektor informal (2) Peningkatan kapasitas
kerja dan kerja dan usaha kerja dan
sebagai pilar pekerja produktif; dan 75 % sd 90 % angkatan kerja
usaha produktif usaha produktif
pertumbuhan (3) Membuka aksesibilitas/ dan usaha produktif kelompok
produktif kelompok miskin kelompok
ekonomi dan kesempatan berusaha miskin mendapatkan fasilitasi
mendapatkan mencdapatkan miskin
kesejahteraan kelompok miskin pada pemberdayaan
fasilitasi fasilitasi mendapatkan
daerah. sektor industri,
pemberdayaan pemberdayaan fasilitasi
perdagangan,
pemberdayaan
pertanian, perkebunan
dan kelautan/ nelayan.
3. Organisasi Para Penguatan organisasi (1) Pengembangan
Pekerja produktif para pekerja produktif organisasi pekerja
berkembang dan produktif; Terbangungnya
menjadi pranata (2) Perluasan jaringan Tumbuhnya jaringan Berkembangnya jaringan
sosial kelembagaan organisasi Berkembangnya organisasi pekerja produtif di aras regional
pembangunan organisasi pekerja pekerja organisasi pekerja dan nasional; Mandirinya
daerah. sebagai prata pekerja dan produktif diaras organisasi Pekerja produktif
sosial Provinsi sebagai pranata sosial
Sulawesi Barat

4. Kelompok usaha Penguatan organisasi (1) Pengembangan


ekonomi kelompok usaha ekonomi Kelompok usaha organisasi
Terbangungnya
masyarakat miskin produktif masyarakat ekonomi masyarakat usaha
usaha ekonomi jaringan usaha Berkembangnya jaringan
berkembang dan miskin miskin; ekonomi
masyarakat ekonomi ekonomin masyarakat miskin di
menjadi pranata (2) Perluasan jaringan masyarakat
miskin masyarakat aras regional dan nasional
ekonomi kelompok usaha miskin sebagai
berbasiskan Miskin diaras sebagai pranata ekonomi
pembangunan ekonomi masyarakat pranata
sektor usaha Provinsi regional dan nasional
daerah. miskin ekonomi
Sulawesi Barat
daerah
PILAR V : PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK ATAS KESEHATAN

SASARAN PROGRAM INDIKATOR PENCAPAIAN


Para Pemangku
Penerima
DAMPAK kepentingan
I II III IV V Manfaat
Kebijakan Kegiatan yang Berperan
2007 2008 2009 2010 2011/2012
1. Kebijakan yang Peraturan Daerah tentang (1) Review kebijakan yang Pemerintah
menjamin akses Majene Sehat 2020 terkait dengan pelayanan PERDA Majene Prioritas Daerah; Dinas
POKJA
pelayanan kesehatan kesehatan Sehat 2020 dan Masyarakat Kesehatan.
Stakoheloder Implementasi PERDA dan SPM Kesehatan
bagi masyarakat (2) Inisiasi Pemda/ DPRD Peraturan Bupati miskin dan BKKBN; Pelaku
untuk Inisiasi yang terintegrasi dalam RKPD 2009 sd 2012
yang berkualitas dan PERDA Majene Sehat 2020. tentang Standar masyarakat yang Bisnis
PERDA Majene (tahap I)
terjangkau. (3) Peraturan Bupati tentang Pelayanan Minimum rentan atas Kesehatan;
Sehat 2020
Standar Pelayanan Minimum Kesehatan kemiskinan LSM/NGO;
Kesehatan; Tokoh
2. Berdayanya Pemberdayaan (1) Pendidikan dan (1) 40 % (1) 70 - 80 % agama/adat
kemandirian Masyarakat dibidang Sosialisasi Budaya Hidup Peraturan Bupati masyarakat miskin (1) 60 % masyarakat masyarakat miskin
masyarakat dalam kesehatan [Peraturan Sehat ttg memiliki budaya miskin memiliki memiliki budaya
kesehatan keluarga Bupati sebagai turunan (2) Revitasliasi Pos Yandu Pemberdayaan hidup sehat budaya hidup sehat; hidup sehat;
secara berkelanjutan dari PERDA Maneje Sehat dan PL KB; Masyarakat (2) 50 % Pos Yandu (2) 70 % Pos Yandu (2) 80 - 100 % Pos
2020] (3) Meningkatnya kualitas dibidang berfungsi; berfungsi; dan Yandu berfungsi;
pelayanan kesehatan Desa kesehatan dan (3) 40 % desa (3) 60 % desa dan
integrasi dalam memiliki fasilitas memiliki pelayanan (3) 70 - 100 % desa
RKPD 2008 sd pelayanan kesehatan yang baik memiliki pelayanan
2012 kesehatan yang dan terjangkau kesehatan yang baik
baik dan terjangkau dan terjangkau
3. Berdayanya Peningkatan pelayanan (1) Penguatan kapsitas para (1) Meningkatnya
pelayanan kesehatan kesehatan yang medis; Kapasitas 30 % dari
yang berkualitas, berkualitas dan terjangkau (2) Pengembangan sarana jumlah para medis (1) Meningkatnya
terjangkau, dan dan sistem perlindungan dan prasarana pelayanan Peraturan Bupati (2) 30 % Kapasitas 75 - 90 %
(1) Meningkatnya
murah bagi semua kesehatan masyarakat kesehatan; tentang Standar masyarakat miskin dari jumlah para
Kapasitas 60 % dari
masyarakat miskin (3) Pengembangan sistem Pelayanan terjangkau medis
jumlah para medis
miskin.B15 perlindungan sosial/asuransi Kesehatan yang pelayanan kesehtan (2) 60 - 90 %
(2) 50 % masyarakat
kesehatan masyarakat berkualitas, yang berkualitas masyarakat miskin
miskin terjangkau
miskin; terjangkau, dan (3) Fasilitasi terjangkau
pelayanan kesehatan
(4) Pengadaan sistem murah bagi Asuransi kesehatan pelayanan
yang berkualitas
peringatan dini dan cegah masyarakat bagi 50 % kesehatan yang
(3) Fasilitasi
tangkal atas wabah penyakit miskin yang masyarakat Miskin berkualitas
Asuransi kesehatan
menular dan terintegrasi dalam dan (3) Fasilitasi
bagi 75 %
(5) Pengembangan peralatan RKPD 2008 sd (4) Berfungsi siste Asuransi kesehatan
masyarakat Miskin
medis medik dan non medik 2012 peringatan dini dan bagi 80 - 95 %
cegah tangkal masyarakat Miskin
wabah/penyakit
menular
4. Meningkatnya derajat Peningkatan kualitas gizi (1) Menurunkan prevalensi
kesehatan dan ibu hamil, Ibu menyusui, empat masalah gizi utama Ibu
Peraturan (1) 30 % Ibu hamil (1) 60 - 80 % Ibu
produktivitas bayi dan anak balita hamil dan menyusui. (1) 50 % Ibu hamil
tentang Konsep dan melahirkan hamil dan
nasyarakat miskin (2) Menurunkan prevalensi dan melahirkan
Peningkatan kualitas gizinya melahirkan kualitas
empat masalah gizi bagi bayi kualitas gizinya baik;
kulaitas/derajat baik; gizinya baik;
dan anak balita; (2) 50 % bayi dan
kesehatan dan (2) 30 % bayi dan (2) 60 - 80% bayi
(3) Meningkatkan keaneka- anak balita kualitas
produktivitas anak balita kualitas dan anak balita
ragaman pangan yang gizinya baik
masyarakat gizinya baik kualitas gizinya baik
berkualitas dan gizi baik (3) berkembang gizi
Miskin yang (3) berkembang gizi (3) berkembang gizi
keluarga masyarakat Miskin dan keragaman
terintegrasi dalam dan keragaman dan keragaman
pangan masyarakat
RKPD 2008 sd pangan masyarakat pangan masyarakat
miskin.
2012 miskin. miskin.

5. Meningkatnya Tataruang permukiman (1) Regulasi yang menjamin


kualitas kesehatan masyarakat Miskin yang tataruang permukiman (1) Standar
lingkungan sehat, bersih dan masyarakat yang sehat, Peraturan Bupati
Pemukiman Sehat
permukiman berkelanjutan berbasiskan bersih dan berkelanjutan dan tentang Penataan 70 sd 85 %
(2) 30 % 50% lingkungan
masyarakat miskin sumberdaya dan (2) Penataan kawasan permukiman Lingkungan
Lingkungan permukiman
kemandirian warga permukiman masyarakat masyarakat permukiman
permukiman masyarakat sehat
Miskin yang sehat dan bersih Miskin yang masyarakat sehat
masyarakat miskin dan berkelanjutan
sehat dan dan berkelanjutan
sehat dan
berkelanjutan
berkelanjutan
PILAR VI : PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK ATAS TANAH

SASARAN PROGRAM INDIKATOR PENCAPAIAN


Para Pemangku
Penerima
DAMPAK Kepentingan yang
I II III VI V Manfaat
Kebijakan Kegiatan berperan
2007 2008 2009 2010 2011/2012
1. Keberdayaan Pemberdayaan (1) Penataan tataguna lahan Pemerintah daerah; Dinas
masyarakat miskin atas masyarakat/keluarga Miskin untuk keberdayan masyarakat 1
terkiat dengan pengelolaan
K
pengelolaan tanah dalam pengelolaan miskin dalam peningkatan e sumberdaya alam dan
sebagai sumber sumberdaya lahan/tanah kesejataraan keluarga dan
produktivitas ekonomi untuk produktivitas pertanian ekonomi daerah;
hekonomi; Pelaku Bisnis;
Ormas; LSM dan
dan sosial (2) Penguatan kapasitas 2
u Perguruan Tinggi.
masyarakat miskin dalam t
pengelohan tanah/sumber (1) Sistem tataguna lahan yang berjalan secara a
daya lahan; efektif untuk peningkatan kesejahteraan masyarakay
n
dan ekonomi daerah;
(1) Peratuan (2) Berdayanya kapasitas masyarakat miskin dalam a
2. Sistem kepemilikan Reformasi agraria untuk (1) Penataan sistem Bupati yang meningkatkan produktivitas hasil pertanian; 3
n
tanah komunal dan kemajuan keadilan sosial bagi pengelolaan tanah-tanah mengatur (3) Terintegrasinya seluruh kegiatan dalam RKPD
perseorangan masyarakat miskin komunal tataguna 2009 sd 2012
:
khususnya bagi (2) Penguatan kapasitas sumberdaya Masyarakat dan
masyarakat Miskin kelembagaan masyarakat alam/lahan kelompok
miskin dalam pengelohan pertanian produktif masyarakat
tanah komunal untuk masyarakat Miskin
-H
miskin. a
(2) Integrasi k
kegiatan dalam
3. Keberdayaan pranata Pemberdayaan Pranatasosial (1) Penguatan RKPD 2008
sosial dalam dalam mengelola sumberdaya organisasi/pranata sosial p
pengelolaan hak atas tanah komunal untuk keadilan masyarakat; (1) Berdayanya peran pranata sosial dan ekonomi -e
tanah komunal sebagai sosial dan ekonomi (2) Pengembangan sistem masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam;
sumber produktivitas masyarakat Miskin. pengelolaan sumberdaya (2) Meningkatnya derjata kesejhataraan rakyat dan
ekonomi dan sosial alam/tanah dalam ekonomi daerah melalui peningkatan produktivitas
menggerakkan roda ekonomi pengelolaan sumberdaya alam secara mandiri oleh
dan modal sosial masyarakat masyarakat;
miskin (3) Terintegrasinya kegiatan dalam RKPD 2009 sd
2012
PILAR VII : PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK ATAS RASA AMAN

SASARAN PROGRAM INDIKATOR PENCAPAIAN


Para pemangku
Penerima
DAMPAK kepentingan yang
I II III IV V Manfaat
Kebijakan Kegiatan berperan
2007 2008 2009 2010 2011/2012
1. Terciptanya Sistem dan mekanisme (1) Penataan palayanan Pemerintah Daerah,
tatapemerintahan perlindungan masyarakat publik yang menjamin rasa aparat penegak hukum;
yang mampu Miskin atas ancaman aman warga dalam bekerja Ormas; Tokoh Agama
melindungan hak kekerasan; ekonomi, dan berusaha; (1) Implementasi kebijakan daerah untuk perlindungan hak dan adat; LSM; Pelaku
masyarakat dari politik, sosial, dalam (2) Penguatan kapsitas warga atas rasa aman; bisnis; orgamnisasi
ancaman kekerasan rumah tangga, dan aparatur pemerintah; (2) Berkuranganya korban kekerasan warga dari kekerasan sosial dan politik.
[ekonomi, sosial, kriminal.dalam berusaha SATPOL PP, aparat ekonomi (penggusuran, diskriminasi hak, pemalakan) politik
politik,dlam rumah dan bekerja. penegak hukum, dan dinas (kebijakan yang tdk pro poor) konflik sosial/komunal, kekerasan
tangga dan kriminal] terkait dengan kesempatan dlm rumah tangga, gangguan kriminalitas;
(1) Peraturan
kerja dan berusaha untuk (3) Integrasi kebijakan dalam RKPD 2009 sd 2012
Bupati tentang
perlindungan hak atas rasa
Sistem dan
aman warga
Mekanisme
perlindungan
2. Berdayanya social (1) Penataan sistem masyarakat
security perlindungan sosial/ social atas ancaman
Masyarakat
system/sistem security system bagi kekerasan; (1) Berfungsinya sistem perlidnunagn sosial yang terintegrasi
miskin di
perlindungan sosial masyarakat miskin ekonomi, dalam RKPD 2008 sd 2021
perdesaan dan
masyarakat miskin (2) Fasilitasi perlindungan politik, sosial, (2) Dipenuhi nya hak-hak masyarakat atas santunan kematian
perkotaan
sosial bagi masyarakat dlm rumah dan bencana alam yang menimpa masyarakat miskin
miskin. tangga, dan
kriminal
3. Berdayanya Partisipasi pranata sosial (1) Penguatan kapasitas (2) Integrasi
kelembagaan/pranata dalam melindungi dan organisasi/ pranata sosial kebijakan
sosial dan ekonomi memenuhi hak warga dan ekonomi dalam dalam RKPD
masyarakat miskin atas rasa aman dari melindungi hak warga atas 2008
ancaman kekerasan; rasa aman; (1) Adanya partisipasi pranata sosial dalam melindungi hak
ekonomi, politik, sosial, (2) Pengembangan warga atas rasa aman dari ancaman kekerasan; ekonomi,
dalam rumah dan pengetahuan dan politik, sosial, dan kriminal
kriminal. wawasan kebangsaan (2) Terintegrasinya kegiatan perlindungan hak atas rasa aman
berbasiskan nilai-nilai dalam RKPD 2009 sd 2012
sosial dan budaya lokal
dan nasional

You might also like