You are on page 1of 21

BAB VII

DISTILASI SISTEM BINER

VII.1. Tujuan Percobaan

1. Mendefinisikan arti Distilasi.

2. Membuat grafik antara komposisi larutan dengan berat jenis larutan dari

sistem biner.

3. Membuat kurva antara titk didih dengan komposisi dari sistem biner.

VII.2. Tinjauan Pustaka

Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia

berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan.

Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini

kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih

lebih rendah akan menguap lebih dulu.


(http://en.wikipedia.org/wiki/distilasiion)

Pada proses distilasi menggunakan aliran air yang berfungsi untuk

mengembunkan uap larutan yang titik didihnya lebih rendah yaitu counter current dan

co-corrent. Counter current distribusi adalah suatu prosedur yang digunakan untuk

merubah dua fase berdasarkan koefisien sekat yang berbeda didalam bahan pelarut

yang arahnya berlawanan dengan arah distilat dengan mengalirkan air melalui selang

dari bagian bawah dan keluar melalui selang bagian atas.


(http://chem-is-try.org/forum/distilasi)
Distilasi dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu :

1. Metode I

Dengan cara penguapan dengan mendidihkan campuran larutan yang akan

dipisahkan dan mengembunkannya tanpa ada larutan yang kembali kedalam

bejana.

b. Metode II

Dengan pengembalian sebagian dari kondensat ke bejana didih dalam kondisi

tertentu sehingga larutan tersebut mengalami kontak dengan uap yang

mengalir ke atas.
(Geankoplis, Transport Processes and Unit Operation, halaman: 645-646)

Distilasi campuran biner tergantung dari jenis campurannya. Jenis campuran I,

a, dan b memberikan hasil berbeda. Bila campuran biner jenis I didistilasi terjadi hasil

sebagai berikut : misalkan campuran dengan susunan a dipanaskan, campuran ini

mulai mendidih pada Ta. Uap yang setimbang dengan larutan mempunyai susunan a1

(Gambar VII.2.1.)

Gambar VII.2.1. Distilasi larutan jenis I


Dengan keluarnya uap ini, titik didih larutan naik, misalnya menjadi Tb karena

larutan berisi lebih banyak komponen A. Pada pemanasan terus, susunan larutan

bergerak menuju TdA dan akhirnya diperoleh A murni sebagai residu.

Bila ditinjau uapnya, uap ini berisi lebih banyak B, kalau uap diembunkan,

kemudian diuapkan, maka susunannya menuju ke TdB. Akhirnya diperoleh B murni

sebagai distilat.

Campuran biner jenis II, pada distilasi bertingkat tidak menghasilkan A dan B

murni. Bila campuran terletak antara A dan C diperoleh A murni sebagai residu dan C

sebagai distilat. Untuk campuran air dan alkohol, C mempunyai susunan 95,57 %

dengan titik didih 78,13 °C (minimal).

(a) (b)

Gambar VII.2.2. (a) distilasi larutan jenis II dan (b) distilasi jenis larutan III

Campuran biner jenis III, dengan susunan antara A dan D pada distilasi

akhirnya menghasilkan D sebagai residu dan A sebagai distilat. Untuk campuran air

dan asam klorida (titik didih 85 °C) dengan susunan 20,24 % (maksimal).
(Sukardjo, Kimia Fisika, halaman: 154-155)
Larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion dari dua

zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya dapat berubah-ubah. Disebut

homogen karena susunannya begitu seragam sehinga tak dapat diamati adanya

bagian-bagian yang berlainan.


(Kleinfelter, Kimia Untuk Universitas, hal. 372)

Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik antara molekul-molekulnya sama,

artinya gaya tarik antara molekul pelarut dan molekul zat terlarut sama dengan gaya

tarik molekul pelarutnya atau molekul zat terlarutnya.

Larutan ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

- Pada pengenceran komponennya tidak mengalami perubahan sifat.

- Tidak terjadi perubahan panas pada pembuatan atau pengenceran.

- Volume total adalah jumlah volume komponennya.

- Mengikuti hukum Raoult tentang tekanan uap.

- Sifat fisiknya adalah rata-rata sifat fisika penyusun.

Larutan non ideal merupakan penyimpangan positif hukum Raoult (dengan

Tekanan uap lebih tinggi dari pada yang diprediksi oleh hukum Raoult) atau

penyimpangan negatif hukum Raoult (dengan tekanan uap lebih rendah).


(Suminar, Prinsip-Prinsip Kimia Modern edisi 4, hal.165)

Hukum Raoult :

Hukum Roult dapat didefinisikan sebagai fugasitas dari tiap komponen dalam

larutan yang sama dengan hasil kali dari fugasitasnya dalam keadaan murni

pada temperatur dan tekanan yang sama, serta fraksi molnya dalam larutan tersebut
(http://chem-is-try.org/forum/raoult)
Tekanan parsial uap komponen yang mudah menguap dari larutan, sama

dengan tekanan uap murni kali fraksi molenya.

PA = P ° A . X A
PB = P ° B . X B

Dimana :

XA = fraksi mol A

XB = fraksi mol B

P˚A = tekanan uap A murni

P˚B = tekanan uap B murni


(Sukardjo, Kimia Fisika hal: 147-148)

Penyimpangan Hukum Raoult

- Penyimpangan negatif Hukum Raoult

Penyimpangan negatif muncul bila zat terlarut menarik molekul pelarut dengan

sangat kuat, sehingga mengurangi kecenderungannya untuk lari ke fasa uap.

- Penyimpangan positif Hukum Raoult

Penyimpangan positif muncul pada kasus kebalikannya, yaitu bila molekul

pelarut dan zat terlarut tidak saling tertarik satu sama lain.
(Suminar, Prinsip-Prinsip Kimia Modern edisi 4, hal.165-166)

Campuran azeotrop adalah campuran suatu zat dimana zat tersebut memiliki

titik didih minimal atau titik didih maksimal. Susunan campuran azeotrop tergantung

dari tekanan yang dipakai untuk membuat larutan-larutan dengan konsentrasi tertentu.
(Sukardjo, Kimia Fisika hal. 155)
VII.3. Alat dan Bahan.

A. Alat-alat yang digunakan.

- Labu distilasi

- Erlenmeyer

- Kawat kasa

- Karet penghisap

- Pipet tetes

- Kompor listrik

- Panci pasir

- Termometer

- Statif dan Klem

- Pipet volume

- Piknometer

- Gelas ukur

- Beakerglass

- Timbangan digital

- Pendingin Leibig

B. Bahan-bahan yang digunakan.

- Etanol (C2H5OH).

- Aquadest (H2O).
- Pasir.

- Es batu.

VII.4. Prosedur Percobaan.

A. Membuat kurva kalibrasi.

- Menentukan berat kosong dari piknometer.

- Menentukan suhu aquadest menetapkan pada suhu 25 °C kemudian

memasukkannya ke dalam piknometer sampai penuh.

- Menentukan berat aquadest dalam piknometer.

- Menentukan volume piknometer.

- Memasukkan larutan etanol dalam piknometer dan menentukan berat

jenisnya.

- Membuat grafik antara berat jenis dengan komposisi larutan etanol.

B. Proses Distilasi.

- Mencampurkan 100 mL etanol dengan 4 mL aquadest kemudian

memasukkannya ke dalam labu distilasi.

- Melakukan distilasi pada larutan tersebut kemudian menampung distilat

± 30 mL (I) dan menetapkan suhunya pada 25 ○C.

- Memasukkan distilat tersebut ke dalam piknometer dan menentukan berat

jenisnya, kemudian distilat dibuang.

- Mengambil residu ± 30 mL pada distilat (I) mencapai ± 25 mL, kemudian

mengukur suhu pada labu distilat dan mencatat (T1).


- Menambahkan 16 mL aquadest pada labu distilasi.

- Menetapkan suhu residu pada 25 ○C, kemudian memasukkan residu ke

dalam piknometer dan menentukan berat jenisnya.

- Memasukkan kembali residu yang telah ditentukan berat jenisnya ke dalam

labu distilasi.

- Melanjutkan proses distilasi dengan cara seperti di atas dengan

penambahan 30 mL dan 50 mL aquadest.

VII.5. Data Pengamatan.

Tabel VII.5.1 Kurva Kalibrasi.


No Komposisi Berat Larutan Berat Jenis Berat Total

(%) (g) (g/cm3) (Berat Larutan +

Piknometer)
1 0 24,8273 0,9931 45,200

2 10 24,4353 0,9774 44,808

3 20 24,1413 0,9656 44,514

4 30 23,7813 0,9512 44,154

5 40 23,4395 0,9375 43,812

6 50 22,9923 0,9196 43,365

7 60 22,4353 0,8974 42,808

8 70 21,8465 0,8738 42,219

9 80 21,1496 0,8459 41,522

10 90 20,3306 0,8132 40,703

11 100 19,7484 0,7899 40,121

Tabel VII.5.2 Hasil Distilasi.

No Massa BJ Distilat Massa BJ Titik Total Total


Distilat (g/cm3) Residu (g) Residu didih massa massa
(g) (g/cm3) (°C) distilat residu
(g) (g)
1 19,9823 0,7992 20,5296 0,8211 75 40,355 40,9023

2 20,6443 0,8257 22,6803 0,9072 80 41,017 43,053

3 21,1671 0,8466 23,4473 0,9378 84 41,5398 43,82

4 22,4218 0,8968 24,3215 0,9728 93 42,7945 44,6942

VII.6. Hasil Perhitungan.

A. Membuat kurva kalibrasi.

Berat piknometer kosong = 20,3727 g.

Berat air dalam piknometer = 45,2 g.

Berat air = berat air dalam piknometer – berat piknometer kosong.

= 45,2 g – 20,3727 g = 24,8273 g.

maka volume air = berat air


ρ
air
24 ,8273
= 0,9931

= 24,9997 mL

berat jenis larutan =

Berat larutan dalam piknometer - berat piknometer kosong


volume piknometer

1. Alkohol 0%.

45 ,2 −20 ,3727
Berat jenis = 24,9997
= 0,9931 g/cm3
2. Alkohol 10%.

44 ,808 − 20 ,3727
Berat jenis = 24,9997
= 0,9774 g/cm3

3. Alkohol 20%.

44 ,514 − 20 ,3727
Berat jenis = 24,9997
= 0,9656 g/cm3

4. Alkohol 30%.

44 ,154 −20 ,3727


Berat jenis = 24,9997
= 0,9512 g/cm3

5. Alkohol 40%.

43 ,8122 − 20 ,3727
Berat jenis = 24,9997
= 0,9376 g/cm3

6. Alkohol 50%.

43 ,365 − 20 ,3727
Berat jenis = 24,9997
= 0,9197 g/cm3

7. Alkohol 60%

42 ,808 − 20 ,3727
Berat jenis = 24,9997
= 0,8974 g/cm3

8. Alkohol 70%.

42 ,2192 − 20 ,3727
Berat jenis = 24,9997
= 0,8738 g/cm3

9. Alkohol 80%.

41 ,5223 − 20 ,3727
Berat jenis = 24,9997
= 0,8459 g/cm3

10. Alkohol 90%.


40 ,7033 − 20 ,3727
Berat jenis = 24,9997
= 0,8132 g/cm3

11. Alkohol 100%

40 ,1211 − 20 ,3727
Berat jenis = 24,9997
= 0,7899 g/cm3

- Menentukan regresi linier

Tabel VII.6.1. Data kurva kalibrasi

No. komposisi (x) berat jenis (y) x2 x.y


1 0% 0,9931 0 0

2 10% 0,9774 100 9,774


3 20% 0,9656 400 19.312

4 30% 0,9512 900 28,536

5 40% 0,9375 1600 37,5

6 50% 0,9196 2500 45,98

7 60% 0,8974 3600 53,844

8 70% 0,8738 4900 61,166

9 80% 0,8459 6400 67,672

10 90% 0,8132 8100 73,188

11 100% 0,7899 10000 78,99


∑ 550% 9,9646 38500 475,962

B. Proses Distilasi.

Massa piknometer kosong = 20,3727 g.

Volume air = 24,9997 mL.

1. Penambahan 4 mL aquadest pada titik didih : 75ºC.

Massa Distilasi = Berat distilasi – Berat piknometer kosong

Massa distilasi = (40,355 – 20,3727) g = 19,9823 g

19 ,9823
BJ distilasi = 24 ,9997 = 0,7992 g/cm3

Massa residu = Massa total residu – Berat piknometer

Massa residu = (40,9023 – 20,3727) g = 20,5296 g

20 ,5296
BJ residu = 24 ,9997 = 0,8211 g/cm3
2. Penambahan 16 mL aquadest pada titik didih : 80ºC.

Massa Distilasi = Berat distilasi – Berat piknometer kosong

Massa distilasi = (41,017 – 20,3727) g = 20,6443 g

20 ,6443
BJ distilasi = 24 ,9997 = 0,8257 g/cm3

Massa residu = Massa total residu – Berat piknometer

Massa residu = (43,053 – 20,3727) g = 22,6803 g

22 ,6803
BJ residu = 24 ,9997 = 0,9072 g/cm3

3. Penambahan 30 mL aquadest pada titik didih : 84ºC.

Massa Distilasi = Berat distilasi – Berat piknometer kosong

Massa distilasi = (41,5398 – 20,3727) g = 21,1671 g

21 ,1671
BJ distilasi = 24 ,9997 = 0,8466 g/cm3

Massa residu = Massa total residu – Berat piknometer

Massa residu = (43,82 – 20,3727) g = 23,4473 g

23 ,4473
BJ residu = 24 ,9997 = 0,9378 g/cm3

4. Penambahan 50 mL aquadest pada titik didih : 93ºC.

Massa Distilasi = Berat distilasi – Berat piknometer kosong

Massa distilasi = (42,7945 – 20,3727) g = 22,4218 g

22 ,4218
BJ distilasi = 24 ,9997 = 0,8968 g/cm3

Massa residu = Massa total residu – Berat piknometer


Massa residu = (44,6942 – 20,3727) g = 24,3215 g

24 ,3215
BJ residu = 24 ,9997 = 0,9728 g/cm3

C. Menentukan % komposisi etanol dalam distilat dan residu

Dari grafik VII.7.1. didapatkan persamaan garis :

Rumus : y = a + bx

(∑y )(∑x ) − (∑x )( ∑xy )


2

a =
n ( ∑ x ) − ( ∑x )
2 2

( 9,9646 )( 38500 ) − ( 550 )( 475,962 )


=
11( 38500 ) − ( 550 )
2

= 1,0071

n ( ∑xy ) − ( ∑x )( ∑ y )
b=
n ( ∑x ) − ( ∑x )
2 2

11( 475 ,962 ) − ( 550 )( 9,9646 )


=
11( 38500 ) − ( 550 )
2

= -0,002024

y = a + bx

= 1,0071– 0,002024x

Dimana :
y = berat jenis distilasi atau residu

x = % berat distilasi atau residu

- Pada titik didih 75˚C

y = 1,0071– 0,002024x

Distilasi : y = 1,0071– 0,002024x

0,7992 = 1,0071– 0,002024x

x = 102,72%

Residu : y = 1,0071– 0,002024x

0,8211 = 1,0071– 0,002024x

x = 91,90%

- Pada titik didih 80˚C

y = 1,0071– 0,002024x

Distilasi : y = 1,0071– 0,002024x

0,8257 = 1,0071– 0,002024x

x = 89,62 %

Residu : y = 1,0071– 0,002024x

0,9072 = 1,0071– 0,002024x

x = 49,36
- Pada titik didih 84˚C

y = 1,0071– 0,002024x

Distilasi : y = 1,0071– 0,002024x

0,8466 = 1,0071– 0,002024x

x = 79,30 %

Residu : y = 1,0071– 0,002024x

0,9378 = 1,0071– 0,002024x

x = 34,24 %

- Pada titik didih 93˚C

y = 1,0071– 0,002024x

Distilasi : y = 1,0071– 0,002024x

0,8968 = 1,0071– 0,002024x

x = 54,50 %

Residu : y = 1,0071– 0,002024x

0,9728 = 1,0071– 0,002024x

x = 16,95 %

Tabel VII.6.2. % komposisi etanol

Komposisi etanol (%)


No. Titik didih (oC)
distilasi residu
1 75 102,72 91,90

2 80 89,62 49,36

3 84 79,30 34,24

4 93 54,50 16,95

VII.7. Grafik
1.2

1
Berat Jenis Larutan
0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 20 40 60 80 100 120
Komposisi Etanol

Grafik VII.7.1 Hubungan antara komposisi etanol (%) dengan berat

jenis larutan (g/cm3)

120

100

80
Titik Didih

Distilat
60
Residu

40

20

0
65 75 85 95
% Komposisi

Grafik VII.7.2. Hubungan antara komposisi etanol (%) dengan titik didih (OC).

VII.8. Pembahasan.
1. Pada proses Distilasi sistem biner yang pertama keluar sebagai distilasi

adalah etanol. Hal ini disebabkan karena etanol memiliki titik didih yang

lebih rendah dibandingkan air, sehingga etanol menguap terlebih dahulu.

2. Pada percobaan ini menggunakan kondensor yang aliran airnya berlawanan

arah dengan arah aliran uap hasil pemanasan yang berfungsi untuk

menurunkan suhu dan mengubah fase etanol dari uap ke cair.

3. Pada percobaan didapatkan densitas etanol berbeda dengan densitas etanol

secara teoritis. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan suhu. Saat pengambilan

etanol suhu ditetapkan 25˚C sedangkan suhu kamar 27˚C. Hal ini memungkinkan

perubahan suhu secara cepat, dikarenakan sifat etanol yang mudah menguap sehingga

mempengaruhi berat jenis etanol.

4. Pada grafik VII.7.1. semakin besar % komposisi etanol maka semakin rendah

berat jenisnya, hal ini disebabkan karena jumlah aquadest yang ada dalam

larutan tersebut semakin sedikit.

5. Pada grafik VII.7.2. yang terlihat bahwa semakin tinggi titik didih maka %

berat larutan akan semakin turun. Hal ini dikarenakan adanya penambahan

aquadest 16 ml, 30 ml, 60 mL ke dalam labu Distilasi tanpa adanya

pengembalian distilasi ke dalam labu Distilasi. Sehingga sebagian besar

komposisi larutan dalam labu Distilasi adalah air.

VII.9. Kesimpulan
1. Distilasi sistem biner dapat memisahkan campuran larutan berdasarkan titik

didihnya.

2. Titik didih alkohol 75°C dan titk didih air 93°C.

3. Berat jenis alkohol lebih rendah dari berat jenis air.

4. Semakin besar % komposisi semakin rendah berat jenisnya

You might also like