Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
derajat kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam
1998:7).
kehidupannya untuk membuat dirinya merasa enak baik fisik, psikis maupun
1
sosial (Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, 1989:695). Beberapa hal
yang mungkin dapat mempengaruhi pemenuhan rasa nyaman pada pasien yang
dengan memperhatikan kebersihan pasien dan juga komunikasi yang baik saat
berhadapan dengan pasien dan sikap perawat saat melakukan tindakan pada
pasien.
penting dari keseluruhan paket tugas yang ada. Suatu perawatan yang baik,
kesal, orang tidak lagi merasakan santai dibanding orang lain. Suatu perawatan
mendukung perasaan nilai diri. Orang akan lebih mudah bertemu dengan orang
lain tanpa adanya perasaan takut adanya bau yang tidak enak (Stevens, 2000:275).
pasien akan berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan dan partisipan dalam
2
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik RSU Woodward
Palu, terhitung dari bulan Januari – April 2008 pasien yang mendapat perawatan
total care berjumlah 112 orang (7,29%) dan pasien parsial care berjumlah 934
0rang (58,24%) dari 1535 pasien rawat inap. Berarti setiap bulannya ada 28 orang
(25%) yang dirawat total care. Dengan demikian dapat dilihat bahwa masih
cukup banyak pasien yang mendapat perawatan total care sehingga peneliti ingin
mengetahui apakah saat pasien dirawat rasa nyaman mereka terpenuhi dengan
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara personal hygiene dengan pemenuhan rasa nyaman
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
3
2. Tujuan Khusus
RS Woodward Palu.
D. Manfaat Penelitian
Palu.
2. Bagi Perawat
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini akan di lakukan di RS Woodward Palu pada bulan Juni 2008.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kebutuhan ialah sesuatu yang perlu, berguna atau diperlukan sekali untuk
menjaga homoestasis dan hidup itu sendiri. Kebutuhan juga merupakan keperluan
Nyaman : segar; sehat badan terasa disinari matahari pagi; sedap; sejuk;
kondisi fisik yang fit atau tidak sakit saja tetapi juga meliputi kondisi psikososial.
Dalam hal ini, rasa aman dan nyaman dibutuhkan setiap orang, termasuk anak-
dalam suatu hirarki, dan kebutuhan rasa aman dan nyaman masuk dalam
kebutuhan dasar tingkat dua. Kebutuhan bagian atas dan hirarki tidak akan
rendah dipenuhi sampai suatu taraf. Dengan memahami konsep hirarki dapat
5
berkembang, berubah dan tumbuh. Kalau seseorang mengalami kepuasan, ia
pasien mandi akan sangat menyegarkan dan melepaskan dari rasa gelisa, tidak
enak dan bau yang kurang sedap. Selain kenyamanan fisik mandi juga merupakan
kebutuhan integritas kulit, untuk perasaan nyaman psikis dansosial pasien, maka
perawatan lahiriah yang sesuai dengan apa yang dikehendaki sangat penting
artinya dan juga tubuh akan terhindar dari infeksi (Wolf, 1984: 334).
jasa pelayanan, terkait dengan timbul atau tidaknya rasa puas terhadap pelayanan
kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Sama halnya
dengan kebutuhan dan tuntutan, maka makin sempurna kepuasan tersebut, makin
6
B. Tinjauan Tentang Personal Hygiene
1. Pengertian
d. Pencegahan penyakit.
f. Menciptakan keindahan.
7
3. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene (Wartonah, 2006:
81)
a. Dampak fisik
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada
kuku.
b. Dampak psikososial
a. Mandi
1) Pengertian
8
Lepas dari persoalan dimana atau kapan pasien akan
jika diperlukan melihat apakah alat-alat yang diperlukan sudah ada dan
a) Membersihkan kulit
sel kulit yang mati, yang meminimalkan iritasi kulit dan menguragi
kesempatan infeksi.
b) Stimulasi sirkulasi
kenyamanan.
9
menyenangkan. Mandi dan penggunaan anti aspiran
meminimalkan bau.
luka bakar. Suhu air harus 450 sampai 460 C untuk orang dewasa.
Mandi dengan air hangat mengurangi tensi otot. Suhu air harus
430C.
c) Berendam
d) Rendam duduk
perineal dan klien yang telah menjalani operasi rektal atau vagina
10
homoroid atau fisur. Temperatur air tergantung pada kondisi klien
tapi harus 430 sampai 450C. Mandi duduk air dingin lebih efektif
e) Mandi pancuran/shower
waktu mandi untuk pasien yang lemah fisiknya. Bagi pasien yang
1994:335).
11
Kembali ke kamar mandi jika pasien memberi tanda, dan
dan atur posisi yang nyaman bagi pasien. Bersihkan kamar mandi
setelah berlutut dengan alas handuk lalu bisa duduk dalam bak
mandi. Kadang lebih tepat jika kran bak mandi itu dibuka setelah
12
g) Memandikan dengan handuk
disebut Septi-Soft.
13
lipat ke sebelah dalam, pasien ditidurkan miring, dan handuk yang
sprei besar dipasang dan pasien diberi pakaian. Tubuh pasien tidak
a) Persiapan alat
14
(3) 2 buah handuk (1 kecil, 1 besar).
(10)Lotion/bedak.
(11)Peralatan BAB/BAK.
(12)Sampiran/Scherm.
b) Pasien
c) Protap/Pelaksanaan
memandikan.
15
(7) Naikkan tempat tidur dan atur tempat tidur supaya nyaman
untuk bekerja.
bagian leher.
lengan.
16
(6) Hati-hati jangan menganggu
(a) Letakka
(b) Basahi
(c) Tanyaka
tidak. Jika ya, basuh lagi dengan wash lap yang satunya
17
(b) Basuh, sabuni, dan bilas lengan mulai dari ujung jari ke
dari pasien.
perawat.
punggung pasien.
18
(e) Bantu pasien untuk memakai baju. Jika pasien memakai
infus.
(a) Le
pakaian kotor.
(b) An
kaki.
(c) Mi
(d) Bas
kaki terjauh.
19
(a) Ba
bawah/belakang.
(b) Ke
(c) Ra
Tindakan penyelesaian
urutan tindakan.
20
(4) Bila air sudah kotor harus di ganti minimal 2-3 kali.
b. Kebersihan oral/mulut
saluran pencernaan.
gigi.
a) Tujuan
21
Memudahkan kenyamanan.
b) Persiapan alat
Sikat gigi
Pasta gigi.
Baskom muntah.
Pencuci mulut.
c) Penatalaksanaan
22
(3) Posisikan klien: Terlentang pada
darah.
air.
Berikan gelas air, sikat gigi dan pasta gigi, lembabkan sikat
gigi dengan air, berikan pasta gigi pada sikat dan biarkan
(c) Sikat gigi belakang dan sikat bagian dalam, atas dan
(d) Ulangi langkah menyikat gigi ini pada sisi mulut yang
berlawanan.
23
(e) Biarkan klien mengeluarkan kelebihan sekresi, atau
(g) Buka mulut dan sikat bagian atas dan bagian dalam
gigi.
(c) Sikat gigi dengan sikat gigi dan pasta gigi seperti pada
atas.
24
(d) Irigasi mulut dengan sedikit air, dengan menggunakan
pencuci mulut.
(f) Mulailah pada bagian dalam pipi dan bibir, dan lanjutkan
(i) Buang sarung tangan dan materi yang kotor; bantu klien
menyimpan bahan-bahan.
c. Kebersihan rambut
Pengertian rambut
kantong rambut dan menerima zat makanan dari darah yang masuk
tersebut yakni:
25
a) Kerontokan, yang diakibatkan oleh
vitamin A.
kutu.
a) Menyisir
(1) Pengertian
menyisir sendiri.
(2) Tujuan
(b) Memelihara
(c) Merangsang
kulit kepala.
26
(d) Mencegah
(e) Mengetahui
Sisir.
Kain penadah/handuk.
(4) Penatalaksanaan
bahu.
27
(g) Peralatan dibersihkan dan
3) Mencuci rambut
a) Pengertian
b) Tujuan
nyaman.
kepala.
28
(4) Membasmi kutu atau ketombe.
d) Persiapan alat
(1) Shampo.
(9) Washlap.
(11) Penjepit.
(13) Celemek.
29
(16) Alat pengering rambut.
(17) Sampiran.
e) Penatalaksanaan
tempat tidur.
ember.
pasien.
30
(12) Siram rambut dengan air, beri shampo
pasien.
pasien.
roda.
31
4) Memasang kap kutu
a) Pengertian
b) Tujuan
c) Indikasi
d) Persiapan alat
(4) Peniti.
(6) Celemek.
(8) Vaseline.
(11) Ember.
32
e) Pelaksanaan
(5) Gosok kepala dengan kain kasa yang sudah diberi obat kutu,
rambut.
(6) Untuk rambut yang panjang harus dijalin secara longgar dan
digulung.
dahi.
(8) Atur posisi pasien kembali. Kap kutu dibiarkan selama 12-18
33
(3) Cegah obat agar tidak mengenai mata.
a. Partial care adalah pasien yang dirawat di rumah sakit dan memerlukan
b. Total care adalah pasien yang dirawat di rumah sakit dan memelukan
c. Minimal care adalah pasien yang dirawat di rumah sakit yang bisa
kesehatan dan kesejahteraannya. Oleh karena itu teori ini dikenal sebagai self
34
perawatan dibutuhkan yang dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa
kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik
peningkatan kesehatan.
adalah :
35
a. Minimal care (Nursalam, 2002 : 159)
4) Operasi ringan
b. Partial care
36
a) Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik-turun tempat tidur.
tidur/kamar mandi).
6) Gangguan emosional
c. Total care
37
a) Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat
f) Dimandikan perawat.
5) Observasi TTV
7) Perawatan kolostomi
38
9) Menggunakan WSD
B A B III
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep atau paradigma yang digunakan dalam penulisan ini adalah
paradigma ganda. Pada penelitian ini peneliti akan meneliti variabel antara lain,
39
personal hygiene sebagai variabel independen dan pemenuhan rasa nyaman
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
B. Hipotesis
Ada hubungan antara personal hygiene dengan pemenuhan rasa nyaman pada
C. Definisi Operasional
pasien.
40
Cara Ukur : Wawancara
B A B IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
41
Cross Sectional yaitu penelitian yang dilakukan pada saat yang bersamaan antara
1. Populasi
2006: 8). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat inap
di RSWoodward Palu.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih dengan tehnik ‘sampling’
(Riduwan, 2006: 8). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien yang
(Z .α )2 P Q
n =
(d)2
Keterangan : n = Sampel
42
z = Tingkat kepercayaan distribusi normal (1,64)
Q = 1–P
0,5043
n = 0,01
n = 5043
n = 50 sampel
31
Ruang penyakit dalam : 72 x 50 = 22
13
Ruang bersalin : x 50 = 9
72
7
72
43
Ruang VIP atas : x 50 = 5
C. Pengumpulan Data
Palu.
Woodward Palu diantaranya jumlah pasien di ruang rawat inap pada bulan
2. Cara pengukuran
D. Pengolahan Data
44
2. Coding : pemberian nomor-nomor kode atau bobot pada jawaban yang
bersifat kategori.
analisis.
E. Analisa Data
1. Analisa Univariat
perawat dan sikap perawat dan Variabel dependennya yaitu pemenuhan rasa
nyaman.
2. Analisa Bivariat
95% bila p < 0,05 berarti hasil perhitungan statistik ada hubungan yang
bermakna (signifkan) dan bila nilai p >0,05 berarti hasil perhitungan statistik
F. Etika Penelitian
45
1. Informend Consent
subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti
2. Anonimity
subjek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang di isi oleh subjek.
3. Confidentiality
G. Keterbatasan
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. Aziz, 2003. Riset Keperawatan Dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Salemba
Medika. Jakarta.
46
Azwar, Azrul. H, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi ketiga, Binarupa
Aksara, Jakarta.996
Badudu, Zain Mohammad Sutan, 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pustaka
Sinar Harapan. Jakarta.
Perry A. Patricia, Griffin Anne, Potter, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.
Edisi 4 Volume 2. EGC, Jakarta.
Weller, F. Barbara, 2005. Kamus Saku Perawat. Edisi 22, EGC, Jakarta
Wolf, dkk, 1984. Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan. PT. Gunung Agung, Jakarta.
47
48
d. Perawatan kuku
Pengertian
menutupi permukaan dorsal ujung dari tangan dan kaki. Lempeng kuku
terdiri dari tiga bagian: pinggir bebas, badan dan akar yang melekat pada
kulit dan dikelilingi oleh lipatan kulit loteral dan proksimal. Fungsi kuku
penampilan dan fungsi kuku. Pemeriksaan kuku jari tangan dan kaki perlu
a) Membersihkan kuku.
49
Adapun cara untuk perawatan kuku adalah sebagai berikut:
(a) Baskom
(b) Sabun
(d) Lotion
2. Penatalaksanaan
(e) Letakkan
50
(g) Minta pasien
(j) Bentuk
(k) Tuangkan
pasien.
(m) Kumpulkan
51
Baskom.
Sabun.
Keset kain.
Lotion.
Pelindung
tempat tidur.
Handuk
mandi/wash lap.
Stik manikur.
(2) Penatalaksanaan
52
Kenakan kembali sandal pasien dan kembalikan pasien ke tempat tidur (apabila
BAB V
A. Hasil Penelitian
53
Adapun hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk analisis univariat dan
analisis bivariat.
1. Analisis Univariat
tersebut dengan pemenuhan rasa nyaman pada pasien rawat inap sebagai
berikut:
Gambar 5.1
Distribusi Responden Menurut Personal Hygiene Memandikan
Di RSWoodward Palu Tahun 2007
80
70
54,8%
60 45,2%
50
40
30
20
10
0
54
Tidak Dilakukan Sesuai Dilakukan Sesuai prosedur
prosedur
Gambar 5.2
Distribusi Responden Menurut Personal Hygiene Kebersihan Mulut
Di RSWoodward Palu Tahun 2007
55
120
110 97,6%
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10 2,4%
0 Tidak Dilakukan Sesuai Dilakukan Sesuai
prosedur prosedur
komunikasi perawat yang kurang baik dengan skor < 5 dan komunikasi
Gambar 5.3
Distribusi Responden Menurut Komunikasi Perawat
Di RSWoodward Palu Tahun 2007
56
80
70 64,3%
60
50
40 35,7%
30
20
10
0
Komunikasi Kurang Baik Komunikasi Baik
responden (64,3%).
yang kurang baik dengan skor < 4 dan sikap perawat yang baik dengan
skor ≥ 4
Gambar 5.4
Distribusi Responden Menurut Sikap Perawat
57
Di RSWoodward Palu Tahun 2007
80
70 64,3%
60
50
40 35,7%
30
20
10
0
Kurang baik Baik
(64,3%).
merasa tidak nyaman dengan skor < 10 dan responden yang merasa
Gambar 5.5
58
Distribusi Responden Menurut Rasa Nyaman
Di RSWoodward Palu Tahun 2007
80
70 64,3%
60
50
40 35,7%
30
20
10
0
Tidak Merasa Nyaman Merasa Nyaman
2. Analisis Bivariat
perawat, sikap perawat dengan pemenuhan rasa nyaman pada pasien rawat
59
a. Hubungan Tindakan Memandikan Dengan
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Memandikan Dengan
Pemenuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Rawat Inap
Di RSWoodward Palu Tahun 2007
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa rasa nyaman pada pasien
Hasil uji statistic Chi Square yang ditunjukkan oleh tabel 5.1,
didapatkan nilai p=0,853 (p Value >0,05), ini berarti secara statistik tidak
60
b. Hubungan Tindakan Kebersihan Mulut Dengan
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Kebersihan Mulut Dengan
Pemenuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Rawat Inap
Di RSWoodward Palu Tahun 2007
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa rasa nyaman pada pasien
mulut sesuai prosedur yaitu 100%, sedangkan pada pasien yang dilakukan
Hasil uji statistic Chi Square yang ditunjukkan oleh tabel 5.1,
didapatkan nilai p=1.000 (p Value >0,05), ini berarti secara statistik tidak
sesuai prosedur dengan pemenuhan rasa nyaman pada pasien rawat inap.
61
c. Hubungan Komunikasi Perawat Dengan
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Komunikasi Perawat Dengan
Pemenuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Rawat Inap
Di RSWoodward Palu Tahun 2007
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa rasa nyaman pada pasien
paling banyak diperoleh pada komunikasi perawat yang baik yaitu 81,5%,
Hasil uji statistic Chi Square yang ditunjukkan oleh tabel 5.3,
didapatkan nilai p=0,005 (p Value <0,05), ini berarti secara statistik ada
62
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Perawat Dengan
Pemenuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Rawat Inap
Di RSWoodward Palu Tahun 2007
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa rasa nyaman pada pasien
paling banyak diperoleh pada sikap perawat yang baik yaitu 77,8%,
Hasil uji statistic Chi Square yang ditunjukkan oleh tabel 5.4,
didapatkan nilai p=0,035 (p Value <0,05), ini berarti secara statistik ada
JJ. Pembahasan
a. Variabel Independen
63
Kebersihan Kulit
sesuai prosedur. Dan hal ini kurang baik karena memandikan pasien
rasa nyaman serta dapat mencegah infeksi. Jadi dapat dikatakan bahwa
keringat, beberapa bakteri, sebum, dan sel kulit yang mati, dan
2) Kebersihan Mulut
64
prosedur lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan yang diberi
terjadinya infeksi dan akan menimbulkan bau pada mulut serta dapat
mulut dijaga maka akan dapat mencegah infeksi dan memberi rasa
percaya diri juga mulut bersih dapat meningkatkan nafsu makan serta
3) Variabel Komunikasi
65
pasien, perawat telah memperhatikan serta mampertahankan
4) Variabel Sikap
yang kurang baik. Hal ini cukup baik karena dengan sikap yang baik
dengan sikap yang baik seorang pasien akan lebih percaya kepada
perawat dan merasa diperhatikan oleh perawat. Hal ini sesuai dengan
keluar dari jalur kode etik dan disiplin perawat, selain itu sikap
66
bertindak, supel, dan sebagainya. Jadi sikap sangat berkaitan dengan
b. Variabel Dependen
Rasa Nyaman
karena dengan memberi rasa nyaman pada saat pasien dirawat pasien akan
pendapat dari Azrul Azwar (1996) yang mengatakan bahwa sama halnya
67
Dari hasil uji statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara
nyaman pada pasien rawat inap. Akan tetapi tindakan memandikan yang
dengan tindakan memandikan yang tidak sesuai prosedur. Oleh karena itu
dengan menjaga kebersihan kulit pasien akan lebih merasa nyaman karena
bahwa tujuan dari perawatan kulit yaitu sirkulasi yang baik ditingkatkan
melalui penggunaan air hangat dan usapan yang lembut pada ekstermitas,
sendi
68
Dari hasil uji statistik statistik tidak ada hubungan yang bermakna
nyaman pada pasien rawat inap. Akan tetapi tindakan kebersihan mulut
terutama pada pasien yang tidak sadar karena selain tidak dapat minum
juga akan mudah sekali mengalami infeksi karena dengan puasa mulut
rawat inap. Dapat dilihat bahwa komunikasi perawat yang baik cenderung
pasien. Karena dengan komunikasi yang baik maka seorang pasien akan
69
Sejalan dengan pendapat dari Asis (1993) yang mengatakan bahwa
sebaiknya tidak hanya diakhiri oleh penyembuhan akan tetapi diikuti rasa
dilakukan. Oleh karena itu emosi perlu terkendali dan pemahaman atas
Dari hasil uji statistik ada hubungan yang bermakna antara sikap
perawat dengan pemenuhan rasa nyaman pada pasien rawat inap. Dapat
dilihat bahwa sikap perawat yang baik cenderung memiliki peluang 5.250
kurang baik. Seorang perawat yang bersikap baaik akan disenagi orang
jasa maupun bisnis pemasaran jaringan. Sikap berperan pada 99%, jauh
lebih besar dibandingkan peran keahlian yang hanya 1%. Dapat dikatakan
70
BAB VI
71
A. Kesimpulan
1. Tidak ada hubungan yang bermakna antara tindakan memandikan yang sesuai
prosedur dengan pemenuhan rasa nyaman pada pasien rawat inap.Akan tetapi
tindakan memandikan yang sesuai prosedur lebih besar memberi rasa nyaman
2. Tidak ada hubungan yang bermakna antara tindakan kebersihan mulut sesuai
prosedur dengan pemenuhan rasa nyaman pada pasien rawat inap. Akan tetapi
sesuai prosedur.
rasa nyaman pada pasien rawat inap. Dengan nilai Odd Rasio (OR) : 8,800
berarti komunikasi perawat yang baik cenderung memiliki peluang 8.800 kali
baik.
4. Ada hubungan yang bermakna antara sikap perawat dengan pemenuhan rasa
nyaman pada pasien rawat inap. Dengan nilai Odd Rasio (OR) : 5.250 berarti
sikap perawat yang baik cenderung memiliki peluang 5.250 kali lebih merasa
B. Saran
72
Sesuai dengan hasil kesimpulan yang ada maka peneliti mengajukan
personal hygiene pada pasien rawat inap dalam bentuk prosedur tetap yang
pasien.
4. Bagi Perawat
pada pasien rawat inap, karena dengan memperhatikan personal hygiene pada
pasien rawat inap akan memberi kepuasan tersendiri bagi pasien dan keluarga
pasien yang dirawat inap dan tetap mempertahankan komunikasi yang baik
73
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. Aziz, 2003. Riset Keperawatan Dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Salemba
Medika. Jakarta.
Asis, Herawati, 1993. Komunikasi Terapeutik Dalam Asuhan Lukidman. Cetakan II,
Pusat Penelitian Tenaga Kesehatan Dep. Kesehatan. RI Jakarta
Badudu, Zain Mohammad Sutan, 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pustaka
Sinar Harapan. Jakarta.
74
Notoatmodjo, S, 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan, edisi I, Andi Offset, Jakarta.
Perry A. Patricia, Griffin Anne, Potter, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.
Edisi 4 Volume 2. EGC, Jakarta.
Pusat Pembinaan dan Pembangunan Bahasa, 1989. Kamus bahasa indonesia. Cetakan
Ke dua, Jakarta.
Weller, F. Barbara, 2005. Kamus Saku Perawat. Edisi 22, EGC, Jakarta.
Wolf, dkk, 1984. Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan. PT. Gunung Agung, Jakarta.
75