You are on page 1of 75

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan keperawatan yang diberikan adalah upaya untuk mencapai

derajat kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam

menjalankan kegiatan di bidang promotif, prefentif dan rehabilitatif dengan

menggunakan proses keperawatan sebagai metode ilmiah keperawatan (Effendy,

1998:7).

American Nurses Association (ANA) mengatakan bahwa praktek

keperawatan adalah pelayanan langsung, berorientasi pada tujuan, dapat

diadaptasi oleh kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat dalam keadaan

sehat dan sakit (Effendy, 1998:7).

Dalam melakukan sistem pelayanan keperawatan dilakukan upaya-upaya

yaitu berusaha memberikan asuhan keperawatan yang profesional dengan

menggunakan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Dalam rangka menopang

pelaksanaan asuhan keperawatan profesional diperlukan sumber daya manusia

yang berkualitas. Untuk itu diperlukan pengembangan kemampuan, tenaga

keperawatan secara kwalitatif dan kuantitatif (Jumadi, 1999:53).

Kebutuhan rasa nyaman adalah suatu yang diperlukan manusia dalam

kehidupannya untuk membuat dirinya merasa enak baik fisik, psikis maupun

1
sosial (Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, 1989:695). Beberapa hal

yang mungkin dapat mempengaruhi pemenuhan rasa nyaman pada pasien yang

dirawat adalah pelayanan keperawatan yang diberikan dengan baik diantaranya

dengan memperhatikan kebersihan pasien dan juga komunikasi yang baik saat

berhadapan dengan pasien dan sikap perawat saat melakukan tindakan pada

pasien.

Dalam perawatan orang sakit, perawatan sehari-hari pasien adalah bagian

penting dari keseluruhan paket tugas yang ada. Suatu perawatan yang baik,

pertama-tama harus mementingkan faktor hygiene. Setelah itu orang akan

berusaha untuk mempertahankan keadaan kesehatan dan kemudian

memperbaikinya. Jika seseorang merasa kurang enak badan, ia biasanya kurang

memperhatikan perawatan bagian luarnya. Ini menyebabkan meningkatnya rasa

kesal, orang tidak lagi merasakan santai dibanding orang lain. Suatu perawatan

mendukung perasaan nilai diri. Orang akan lebih mudah bertemu dengan orang

lain tanpa adanya perasaan takut adanya bau yang tidak enak (Stevens, 2000:275).

Praktik hygiene sama dengan peningkatan kesehatan. Dengan

implementasi tindakan hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga untuk

melakukan tindakan itu dalam lingkungan rumah sakit, perawat menambah

tingkat kesembuhan pasien. Dengan mengajarkan cara hygiene pada pasien,

pasien akan berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan dan partisipan dalam

perawatan diri ketika memungkinkan (Perry, 2005:1334).

2
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik RSU Woodward

Palu, terhitung dari bulan Januari – April 2008 pasien yang mendapat perawatan

total care berjumlah 112 orang (7,29%) dan pasien parsial care berjumlah 934

0rang (58,24%) dari 1535 pasien rawat inap. Berarti setiap bulannya ada 28 orang

(25%) yang dirawat total care. Dengan demikian dapat dilihat bahwa masih

cukup banyak pasien yang mendapat perawatan total care sehingga peneliti ingin

mengetahui apakah saat pasien dirawat rasa nyaman mereka terpenuhi dengan

pelayanan yang mereka terima.

Berdasarkan hal di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Hubungan Penatalaksanaan Personal Hygiene Dengan Pemenuhan Rasa

Nyaman Pada Pasien Rawat Inap di RS Woodward Palu Tahun 2008”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Apakah ada hubungan antara personal hygiene dengan pemenuhan rasa nyaman

pada pasien rawat inap di RS Woodward Palu?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan penatalaksanaan personal hygiene dengan

pemenuhan rasa nyaman pada pasien rawat inap di RS Woodward Palu.

3
2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya penatalaksanaan personal hygiene pada pasien rawat inap di

RS Woodward Palu.

b. Diketahuinya rasa nyaman pasien rawat inap di Rs Woodward Palu

c. Diketahuinya hubungan antara personal hygiene dengan pemenuhan rasa

nyaman pada pasien rawat inap di RS Woodward Palu.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi RS Woodward Palu

Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit dalam upaya meningkatkan

pemenuhan rasa nyaman bagi pasien yang di rawat inap di RS Woodward

Palu.

2. Bagi Perawat

Sebagai acuan bagi perawat agar dapat meningkatkan pelayanan terutama

dalam memenuhi rasa nyaman bagi pasien yang di rawat inap.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai acuan untuk peneliti selanjutnya

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini akan di lakukan di RS Woodward Palu pada bulan Juni 2008.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Kebutuhan Rasa Nyaman

Kebutuhan ialah sesuatu yang perlu, berguna atau diperlukan sekali untuk

menjaga homoestasis dan hidup itu sendiri. Kebutuhan juga merupakan keperluan

untuk memelihara kesehatan (Wolf, 1984: 186).

Nyaman : segar; sehat badan terasa disinari matahari pagi; sedap; sejuk;

enak suaranya merdu di dengar. Kenyamanan : keadaan nyaman; kesegaran;

kesejukan (Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, 1989:695). Sesuatu yang

diperlukan manusia dalam kehidupannya untuk membuat dirinya merasa enak

baik psikis maupun sosial.

Menurut (WHO) menyebutkan, definisi sehat tak hanya menyangkut

kondisi fisik yang fit atau tidak sakit saja tetapi juga meliputi kondisi psikososial.

Dalam hal ini, rasa aman dan nyaman dibutuhkan setiap orang, termasuk anak-

anak dan bayi (Nakita, 2008:2).

Menurut teori A. Maslow, kebutuhan dasar manusia ada 5 yang disusun

dalam suatu hirarki, dan kebutuhan rasa aman dan nyaman masuk dalam

kebutuhan dasar tingkat dua. Kebutuhan bagian atas dan hirarki tidak akan

terpenuhi, atau dibolehkan tercapai, kecuali terlebih dahulu kebutuhan tingkat

rendah dipenuhi sampai suatu taraf. Dengan memahami konsep hirarki dapat

dilihat bahwa manusia senantiasa berubah-ubah. Kebutuhan-kebutuhan terus

5
berkembang, berubah dan tumbuh. Kalau seseorang mengalami kepuasan, ia

menikmati kesejahteraan dan bebas untuk berkembang menuju potensinya yang

sebesar-besarnya. Kalau proses memenuhi kebutuhan terganggu, akan timbul

kondisi pathologis (Wolf, 1984: 186).

Bagi kenyamanan tubuh kita sendiri, mandi seluruh tubuh sebainya

merupakan suatu keharusan. Disamping tujuan membersihkan, bagi banyak

pasien mandi akan sangat menyegarkan dan melepaskan dari rasa gelisa, tidak

enak dan bau yang kurang sedap. Selain kenyamanan fisik mandi juga merupakan

kebutuhan integritas kulit, untuk perasaan nyaman psikis dansosial pasien, maka

perawatan lahiriah yang sesuai dengan apa yang dikehendaki sangat penting

artinya dan juga tubuh akan terhindar dari infeksi (Wolf, 1984: 334).

Selanjutnya, terpenuhi atau tidaknya kebutuhan dan tuntutan para pemakai

jasa pelayanan, terkait dengan timbul atau tidaknya rasa puas terhadap pelayanan

kesehatan. Sehingga berdasarkan aspek kepuasan diatas, sering dikaitkan dengan

aspek mutu pelayanan kesehatan, yang menunjuk pada kesempurnaan pelayanan

kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Sama halnya

dengan kebutuhan dan tuntutan, maka makin sempurna kepuasan tersebut, makin

baik pula mutu pelayanan kesehatan (Azwar, 1996:25).

6
B. Tinjauan Tentang Personal Hygiene

1. Pengertian

Hygiene berasal dari mitologi Yunani purba : Hygiene, Dewi

Kesehatan bangsa Yunani (Bouwhuizen, 1996:8).

Ada juga beberapa pengertian hygiene, yaitu (Weller, 2005:326):

a. Ilmu pengetahuan tentang kesehatan dan cara pemeliharaannya.

b. Kebiasaan atau perbuatan, misalnya menjaga kebersihan yang kondusif

untuk pemeliharaan kesehatan.

c. Hygiene berarti sehat (Wartonah, 2006:78).

Sedangkan personal atau pribadi yaitu diri sendiri (Badudu, 1994:1088).

Jadi, personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan

dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

2. Tujuan Perawatan Personal Hygiene (Wartonah, 2006:79)

a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang.

b. Memelihara kebersihan diri seseorang.

c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang.

d. Pencegahan penyakit.

e. Meningkatkan percaya diri seseorang.

f. Menciptakan keindahan.

7
3. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene (Wartonah, 2006:

81)

a. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang

sering terjadi adalah gangguan integritas kulit. Gangguan membran

mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada

kuku.

b. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah

gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai, kebutuhan harga

diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

4. Cara-Cara Untuk Memenuhi Kebutuhan Personal Hygiene

a. Mandi

1) Pengertian

Mandi adalah membersihkan tubuh dengan menggunakan air bersih

dan sabun (Tim Departemen Kesehatan RI, 1994 : 38).

Memandikan pasien adalah bagian perawatan hygienis total.

Keluasan mandi pasien dan metode yang digunakan untuk mandi

berdasarkan pada kemampuan fisik pasien dan kebutuhan tingkat

hygiene yang diperlukan ((Perry, 2005 : 1342).

8
Lepas dari persoalan dimana atau kapan pasien akan

dimandikan, perawat tetap bertanggung jawab untuk membantu pasien

jika diperlukan melihat apakah alat-alat yang diperlukan sudah ada dan

apakah ia mandi dengan cara yang tidak menggangu keselamatannya.

Melindungi pasien dari kemungkinan terluka atau terkena bahaya

termasuk mencegah masuk angin, memastikan bahwa airnya tidak

membahayakan keselamatan jiwanya, dan menyediakan alat-alat untuk

mencegah pasien terpeleset di kamar mandi, (Bouwhuizen, 1996: 65).

2) Tujuan mandi (Perry, 2005 : 1341)

a) Membersihkan kulit

Pembersihan mengurangi keringat, beberapa bakteri, sebum, dan

sel kulit yang mati, yang meminimalkan iritasi kulit dan menguragi

kesempatan infeksi.

b) Stimulasi sirkulasi

Sirkulasi yang baik ditingkatkan melalui penggunaan air hangat

dan usapan yang lembut pada ekstermitas.

c) Peningkatan citra diri

Mandi meningkatkan relaksasi dan perasaan segar kembali dan

kenyamanan.

d) Pengurangan bau badan

Sekresi keringat yang berlebihan dari kelenjar apokrin berlokasi di

area aksila dan putik menyebabkan bau badan yang tidak

9
menyenangkan. Mandi dan penggunaan anti aspiran

meminimalkan bau.

e) Peningkatan rentang gerak

Gerakan ekstermitas selama mandi mempertahankan fungsi sendi.

3) Macam-macam mandi (Perry, 2005 : 1343)

a) Mandi bak air panas

Perendam dengan air panas membantu mengurangi kesakitan dan

kejang otot. Bagaimanapun hal ini menyebabkan terjadi bahaya

luka bakar. Suhu air harus 450 sampai 460 C untuk orang dewasa.

b) Mandi bak air hangat

Mandi dengan air hangat mengurangi tensi otot. Suhu air harus

430C.

c) Berendam

Aplikasi lokal air atau larutan medikasi dapat menghapus jaringan

yang inti atau melembutkan sekresi yang mengeras. Tehnik aseptik

perlu ketika membersihkan yang terbuka atau menggosok daerah

kulit. Berendam juga berguna dalam mengurangi nyeri dan

bengkak dari permukaan kulit yang meradang atau iritasi

d) Rendam duduk

Rendam duduk membersihkan dan megurangi inflamasi arca

perineal dan klien yang telah menjalani operasi rektal atau vagina

atau melahirkan atau yang memiliki iritasi rektal lokal dari

10
homoroid atau fisur. Temperatur air tergantung pada kondisi klien

tapi harus 430 sampai 450C. Mandi duduk air dingin lebih efektif

dalam mengurangi nyeri periode post partum.

e) Mandi pancuran/shower

Meskipun pasien bisa mandi sendiri dengan menggunakan

shower, perawat haruslah memastikan bahwa alat-alat mandi yang

diperlukan sudah tersedia dan fasilitas mandi berjalan baik

sebelum memperkenankan pasien memakai shower. Jika keadaan

pasien lemah, ia harus diamati dan segala tindakan harus dilakukan

untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Di rumah-rumah sakit

biasanya ada rel untuk tempat pegangan pasien yang dipasang di

tembok kamar mandi untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada

waktu mandi untuk pasien yang lemah fisiknya. Bagi pasien yang

sudah tua atau yang keadaanya masih lemah, dianjurkan ia mandi

sambil duduk untuk mencegah pasien terpeleset (Wolf,dkk,

1994:335).

Pada saat pasien mau mandi, nyalakan shower dan

sesuaikan suhu air sebelum pasien memasuki tempat shower.

Instruksikan klien untuk menggunakan pengaman saat mandi

dengan shower. Jika ingin meninggalkan pasien, katakan pada

pasien untuk memberi tanda apabila ia sudah selesai mandi.

11
Kembali ke kamar mandi jika pasien memberi tanda, dan

ketuk pintu sebelum masuk. Kemudian bantu pasien untuk

mengeringkan tubuhnya dan juga bantu pada saat pasien memakai

pakaiannya. Sesudah itu, bantu pasien ke tempat tidur atau kursi

dan atur posisi yang nyaman bagi pasien. Bersihkan kamar mandi

atau shower sesuai dengan kebijakan institusi. Buang peralatan

sekali pakai pada tempatnya. Jangan lupa selalu mencuci tangan

sebelum atau sesudah melakukan tindakan (Perry, 2005: 1351).

f) Mandi dalam bak (bathub)

Bagi orang-orang yang fisiknya terbatas, keuntungan

menggunakan bak mandi lebih banyak buruknya daripada baiknya.

Dalam keadaan tertentu akan lebih memudahkan pasien jika

ditambah rel untuk pegangan pada tembok dekat bak mandi,

sehingga memudahkan pasien untuk pasien masuk dan keluar bak

mandi. Alat lain yang memudahkan pasien ialah kursi yang

diletakkan di pinggir bak mandi. Setelah memasukkan kedua

kakinya kedalam bak, baginya lebih mudah jika pasien

memasukkan lebih dahulu handuk atau lapik di dalam bak, dan

setelah berlutut dengan alas handuk lalu bisa duduk dalam bak

mandi. Kadang lebih tepat jika kran bak mandi itu dibuka setelah

pasien duduk di dalamnya dan air bak dikeringkan sebelum pasien

keluar dari bak.

12
g) Memandikan dengan handuk

Memandikan pasien dengan handuk, atau kadang disebut

mandi lotion, dirancang oleh Gus Totman, seorang perawat yang

dipekerjakan oleh Perhimpunan Veteran Amerika. Mandi cara ini

menggunakan larutan yang cepat kering, yang mengandung bahan

pembersih, bahan disinfektan, dan bahan pelembut yang dicampur

dengan air bersuhu 43,3oC sampai 48,9oC. Larutan yang biasanya

dibuat bersama oleh perusahaan Totman and Vestul Laboratories

disebut Septi-Soft.

Sebuah kain handuk yang besar kira-kira satu meter

lebarnya dan dua meter panjangnya direndam sampai penuh dalam

kantong plastik berisi bahan pembersih yang dicampur air.

Kemudian di peras sampai hampir kering. Gulungan handuk

setelah di peras itu dibeberkan di atas tubuh pasien bersamaan

dengan diangkatnya sprei lapisan atas. Sisa ujung handuk dilipat

dibawah dagu pasien untuk digunakan kemudian.

Memandikan pasien dimulai dari kaki. Perawat

membersihkan tubuh pasien kearah bagian atas dengan gerakan-

gerakan pijit (masage). Di bagian tubuh pasien yang sudah

dibersikan handuknya di lipat ke atas. Bagian-bagian tubuh itu

ditutup dengan kain yang bersih. Muka, leher dan di bawah

dagunya. Kemudian handuk dilipat empat, bagian yang kotor di

13
lipat ke sebelah dalam, pasien ditidurkan miring, dan handuk yang

sudah dilipat itu dipakai untuk membersihkan punggung dan

pantatnya setelah selesai pasien dimandikan, handuk disingkirkan,

sprei besar dipasang dan pasien diberi pakaian. Tubuh pasien tidak

perlu di lap kering, karena larutan pembersih itu kering sendiri

dalam waktu 1 atau 2 detik.

Totman melaporkan sebagian pasien yang pernah

dirawatnya lebih menyukai mandi cara ini karena tidak melelahkan

pasien, handuknya terasa tetap hangat selama dimandikan, pasien

menyatakan merasa bersih dan segar, minyak dalam larutan untuk

mandi itu menghilangkan rasa kering dan gatal pada kulit.

h) Mandi di tempat tidur (Perry, 2005: 1344-1349)

Sebagian pasien harus tetap berada di tempat tidur, karena

cara perawatannya mengharuskan demikian, meskipun mereka

diperbolehkan mengurus diri sendiri, makan sendiri dan mungkin

melakukan gerakan-gerakan tertentu. Jika belum pernah

mengalami mandi di tempat tidur sebelumnya, mereka mungkin

memerlukan petunjuk bagaimana memandikan diri sendiri.

Adapun langkah-langkah memandikannya adalah sebagai berikut:

a) Persiapan alat

(1) 1 set pakaian bersih.

(2) Baskom mandi 2 buah, berisi air hangat.

14
(3) 2 buah handuk (1 kecil, 1 besar).

(4) Sarung tangan.

(5) Selimut mandi.

(6) Tempat pakaian kotor.

(7) Sabun dan tempatnya.

(8) Wash lap 2 buah.

(9) Celemek, kalau perlu.

(10)Lotion/bedak.

(11)Peralatan BAB/BAK.

(12)Sampiran/Scherm.

b) Pasien

Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan

dianjurkan BAB/BAK dulu.

c) Protap/Pelaksanaan

Lakukan semua tindakan awal prosedur, meliputi:

(1) Mencuci tangan.

(2) Persiapkan alat yang diperlukan.

(3) Memberitahu pasien.

(4) Meminta pengunjung untuk meninggalkan ruangan selama

memandikan.

(5) Beri privacy.

(6) Jelaskan prosedur dan komunikasi.

15
(7) Naikkan tempat tidur dan atur tempat tidur supaya nyaman

untuk bekerja.

(8) Jika ada luka terbuka, linen basah atau kemungkinan

kontak dengan cairan tubuh pasien (darah), pakai sarung

tangan sebelum menyentuh pasien atau linen.

(9) Alat-alat didekatkan ke pasien.

(10)Tutup pintu, jendela, gorden, kalau perlu pasang sampiran.

(11)Jauhkan barang-barang yang menganggu di tempat tidur

(bantal, dan lain-lain).

(12)Tawarkan pasien untuk BAB/BAK.

(13)Buka pakaian atas pasien, letakkan di tempat pakaian kotor.

Bila memakai infus:

(1) Longgarkan pakaian dari

bagian leher.

(2) Lepaskan pakaian menuruni

lengan.

(3) Pastikan pasien diselumuti

dengan selimut mandi.

(4) Mulai lepaskan pakaian dari

tubuh kearah bagian yang di infus.

(5) Gulung pakaian yang di infus

dan selipkan ke arah bawah melewati lengan dan lokasi infus.

16
(6) Hati-hati jangan menganggu

selang tersebut. Turunkan pakaian ke ujung kiri.

(7) Dengan tangan yang lain

angkat selang infus dari tiangnya dan masukan dalam lipatan

pakaian. Pastikan untuk tidak merendahkan botol infus. Tarik

pakaiannya, kembalikan infus ke tiangnya.

(8) Pasien siap dimandikan.

Mandikan pasien dengan urutan:

(1) Mencuci muka

Bantu pasien untuk bergerak ke tepi tempat tidur.

(a) Letakka

n handuk di bawah kepala.

(b) Basahi

wash lap dan basuh muka pasien, telinga, leher.

(c) Tanyaka

n kepada pasien, apakah pasien menggunakan sabun atau

tidak. Jika ya, basuh lagi dengan wash lap yang satunya

lagi sampai bersih, lalu keringkan dengan handuk.

(2) Mencuci lengan

(a) Turunkan selimut mandi. Letakkan handuk di bawah lengan

pasien, mulailah dari lengan yang terjauh.

17
(b) Basuh, sabuni, dan bilas lengan mulai dari ujung jari ke

ketiak. Keringkan. Dan lakukan lagi pada lengan lainnya.

Kemudian berikan deodorant di ketiak.

(c) Angkat kedua tangan ke atas kepala.

(3) Mencuci dada dan perut.

(a) Handuk diturunkan ke pinggang.

(b) Basuh, sabuni, bilas dan keringkan bagian dada dan

perut. Pada wanita basuh, sabuni, bilas dan keringkan

lipatan di bawah payudara.

(c) Tutup dada dengan selimut mandi. Lalu angkat handuk

dari pasien.

(4) Mencuci punggung

Bantu pasien untuk miring ke arah yang berlawanan dengan

perawat.

(a) Letakan handuk memanjang berdekatan dengan

punggung pasien.

(b) Basuh, sabun, bilas dan keringkan.

(c) Beri lotion/bedak.

(d) Bantu pasien untuk terlentang.

18
(e) Bantu pasien untuk memakai baju. Jika pasien memakai

infus, pakaikan baju mulai dari tangan yang terpasang

infus.

(5) Mencuci kaki

(a) Le

paskan pakaian bawah pasien dan simpan di tempat

pakaian kotor.

(b) An

gkat selimut mandi ke atas, letakkan handuk di bawah

kaki.

(c) Mi

nta pasien untuk menekuk lututnya.

(d) Bas

uh, sabun, bilas dan keringkan. Mulailah membersihkan

dari pangkal paha ke arah jari-jari kaki. Lakukan dari

kaki terjauh.

(6) Mencuci lipatan paha dan genitalia

Letakkan handuk di bawah bokong dan tungkai atas.

Minta pasien untuk lakukan sendiri. Apabila tidak bisa bantu

pasien untuk mencucinya. Jika anda yang melakukannya

pakailah sarung tangan.

19
(a) Ba

suh, sabun, bilas, lalu keringkan. Lakukan dari arah atas ke

bawah/belakang.

(b) Ke

nakan pakaian bawah pasien.

(c) Ra

pikan pasien, alat dan tempat tidur.

Tindakan penyelesaian

(1) Posisikan pasien dengan nyaman.

(2) Kembalikan posisi tempat tidur seperti semula.

(3) Lakukan evaluasi.

(4) Lakukan perawatan peralatan.

(5) Cuci tangan.

(6) Catat/lapor hasil kegiatan.

(7) Beritahukan pengunjung bahwa mereka masuk kembali.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memandikan pasien

(1) Hindari tindakan yang menimbulkan rasa malu pada

pasien dan tetap menjaga kesopanan.

(2) Perhatikan keadaan umum pasien dan kelainan pada

badannya (luka, dan lain-lain).

(3) Menanggalkan pakaian pasien disesuaikan dengan

urutan tindakan.

20
(4) Bila air sudah kotor harus di ganti minimal 2-3 kali.

(5) Wash lap dibasahi secukupnya, tidak perlu basah. Pakai

wash lap untuk masing-masing komponen.

(6) Untuk pasien yang dapat mandi sendiri, petugas

menyiapkan peralatan dan membantu seperlunya.

b. Kebersihan oral/mulut

Pengertian (Badudu, 1994: 917).

Oral/mulut adalah rongga pada bagian muka atau wajah (makhluk

hidup) tempat lidah, gigi, yang fungsinya:

a) Tempat melekatnya lidah, gigi.

b) Dipakai untuk berbicara.

c) Tempat untuk memasukkan makanan sehingga masuk ke

saluran pencernaan.

Jadi, kebersihan oral/oral hygiene adalah perawatan gigi dan mulut

untuk menghindari perkembangbiakan mikroorganisme mulut dan

gigi.

2) Perawatan oral (Johnson, 2005: 524-530)

a) Tujuan

Menurunkan mikroorganisme dalam mulut dan gigi.

Menurunkan penyakit kavitas dan gusi.

Menurunkan pembentukan residu makanan pada gigi.

Memperbaiki nafsu makan dan rasa pada makanan.

21
Memudahkan kenyamanan.

Merangsang sirkulasi pada jaringan oral, lidah dan gusi.

Memperbaiki penampilan dan harga diri.

b) Persiapan alat

Sikat gigi

Pasta gigi.

Aplikator kapas besar.

Baskom muntah.

Sarung tangan tidak steril.

Handuk dan wash lap.

Cangkir berisi air hangat.

Pencuci mulut.

Krim gigi palsu.

Cangkir gigi palsu.

Pembersih gigi palsu.

Benang gigi palsu (jika perlu).

Spuit bulb untuk pengisap.

c) Penatalaksanaan

Cuci tangan dan atur peralatan

(2) Berikan penjelasan tentang

prosedur pada klien dan pemberi perawatan.

22
(3) Posisikan klien: Terlentang pada

sudut lebih dari 45 derajat atau miring.

(4) Jika ada orang lain selain klien

yang melakukan prosedur, gunakan sarung tangan. Gunakan

alat pelindung yang tepat jika ada kemungkinan terpecik oleh

darah.

(5) Jika perlu, tutupkan handuk di

bawah leher klien dan bantu klien membilas mulut dengan

air.

(6) Bantu klien dalam menyikat gigi:

Berikan gelas air, sikat gigi dan pasta gigi, lembabkan sikat

gigi dengan air, berikan pasta gigi pada sikat dan biarkan

klien menyikat gigi, jika mampu.

Jika klien tidak mampu melakukan perawatan sendiri:

(a) Siapkan sikat gigi seperti pada langkah di atas.

(b) Gunakan sarung tangan.

(c) Sikat gigi belakang dan sikat bagian dalam, atas dan

luar gigi (sikat dari belakang ke depan dengan

menggunakan gerakan atas bawah).

(d) Ulangi langkah menyikat gigi ini pada sisi mulut yang

berlawanan.

23
(e) Biarkan klien mengeluarkan kelebihan sekresi, atau

gunakan spuit bulb untuk mengisap.

(f) Instruksikan klien untuk mengatupkan gigi, atau

menyatukan rahang dan menekan gigi bawah ke gigi atas;

sikat bagian luar gigi depan.

(g) Buka mulut dan sikat bagian atas dan bagian dalam

gigi.

(h) Bilas sikat gigi.

(i) Sikat gigi lagi.

(j) Jika penggunaan benang gigi diperlukan, berikan

perawatan pada saat ini.

(k) Bantu klien dalam membersihkan rongga mulut:

Berikan aplikator besar yang sudah dibasahi oleh

pembersih mulut dan dorong klien untuk menggosok

bagian dalam pipi, bibir, gusi, dan lidah, atau lakukan

tindakan ini untuk klien jika diperlukan.

Jika tindakan ini dilakukan pada klien tidak sadar:

(a) Balikkan kepala klien pada salah satu sisi.

(b) Gunakan sarung tangan.

(c) Sikat gigi dengan sikat gigi dan pasta gigi seperti pada

klien yang tidak mampu melakukan perawatan sendiri di

atas.

24
(d) Irigasi mulut dengan sedikit air, dengan menggunakan

spuit bulb untuk mengisap secara konstan.

(e) Gosok mulut dengan aplikator besar yang dibasahi dengan

pencuci mulut.

(f) Mulailah pada bagian dalam pipi dan bibir, dan lanjutkan

untuk menggosok lidah dan gusi.

(g) Isap kelebihan pasta gigi, pencuci mulut, dan sekresi.

(h) Berikan jeli petroleum atau minyak mineral pada bibir.

(i) Buang sarung tangan dan materi yang kotor; bantu klien

atau pemberi perawatan dalam membersihkan dan

menyimpan bahan-bahan.

c. Kebersihan rambut

Pengertian rambut

Rambut adalah struktur tambahan kulit yang tubuh dalam

kantong rambut dan menerima zat makanan dari darah yang masuk

dalam setiap kantong rambut.

Penyakit yang berpengaruh buruk pada rambut seperti kelainan

endokrin, suhu tubuh meningkat, kurang makan, cemas dan ketakutan

dapat menyebabkan masalah kesehatan rambut. Masalah-masalah

tersebut yakni:

25
a) Kerontokan, yang diakibatkan oleh

demam, penyinaran di kepala, partus, kelebihan mengkonsumsi

vitamin A.

b) Ketombe, akibat dari kelainan kulit

kepala, mikro organismem, kotoran.

c) Berkutu, yang diakibatkan oleh pediculus hymanus var capitis.

2) Pengertian kebersihan rambut

Kebersihan rambut adalah mempertahankan kebersihan dan kerapian

rambut yang meliputi menyisir, mencuci rambut, dan memasang kap

kutu.

a) Menyisir

(1) Pengertian

Menyisir adalah mengatur rambut agar rapi dengan

menggunakan sisir, dilakukan pada pasien yang tidak dapat

menyisir sendiri.

(2) Tujuan

(a) Memberi rasa

nyaman dan meningkatkan kepercayaan diri pasien.

(b) Memelihara

rambut agar tetap rapi.

(c) Merangsang

kulit kepala.

26
(d) Mencegah

adanya kutu dan kotoran lain.

(e) Mengetahui

apakah ada kelainan pada kulit kepala.

(3) Persiapan alat

Sisir.

Kain penadah/handuk.

Karet gelang untuk pasien dengan rambut panjang.

Air atau minyak rambut (kalau perlu).

(4) Penatalaksanaan

(a) Menyisir rambut dapat

dilakukan pada pasien dalam posisi tidur atau duduk.

(b) Handuk diletakkan pada

bahu.

(c) Rambut yang panjang

dibelah jadi dua bagian dengan menggunakan sisir.

(d) Secara bertahap, disisir

dari bagian bawah ujung rambut. Setelah rapi diikat.

(e) Rambut yang pendek

diikat dari pangkal ke ujung.

(f) Rambut yang rontok

dikumpulkan dan dibungkus dengan kertas.

27
(g) Peralatan dibersihkan dan

dikembalikan pada tempatnya.

(5) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyisir pasien

Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

(b) Rambut yang kusut diberi

air/minyak terlebih dahulu dan diuraikan dengan tangan.

(c) Bila ada kutu, ketombe,

rambut selalu rontok, laporkan.

(d) Untuk menghindari rasa

sakit, pangkal rambut dipegang pada saat menyisir.

(e) Sebaiknya pasien

menggunakan sisirnya sendiri.

3) Mencuci rambut

a) Pengertian

Mencuci rambut adalah membersihkan rambut dan kulit kepala

dengan menggunakan shampo.

b) Tujuan

(1) Membersihkan kulit kepala dan rambut.

(2) Menghilangkan bau dan memberikan rasa

nyaman.

(3) Merangsang peredaran darah di bawah kulit

kepala.

28
(4) Membasmi kutu atau ketombe.

c) Dilakukan pada pasien:

(1) Rambut kotor dan keadaan umum mengizinkan.

(2) Berkutu, sebelum dicuci harus diobati dan

dipasang kap kutu lebih dulu.

(3) Pasien yang menjalani operasi besar.

d) Persiapan alat

(1) Shampo.

(2) Handuk 2-3 buah.

(3) Perlak dan alasnya.

(4) Baskom berisi air.

(5) Gayung bermulut lancip.

(6) Selimut mandi.

(7) Sisir 2 buah.

(8) Kasa dan kapas.

(9) Washlap.

(10) Talang air.

(11) Penjepit.

(12) Bengkok 2 buah, 1 berisi larutan desinfektan.

(13) Celemek.

(14) Ember kosong.

(15) Kain pelayanan.

29
(16) Alat pengering rambut.

(17) Sampiran.

e) Penatalaksanaan

(1) Lakukan semua tindakan awal prosedur.

(2) Ingatlah untuk mencuci tangan.

(3) Memakai celemek.

(4) Letakkan baskom berisi air di dekat tempat tidur

dan ember kosong diletakkan di atas kain pel di bawah

tempat tidur.

(5) Anjurkan dan bantu pasien untuk bergeser ke sisi

ranjang yang dekat dengan perawat.

(6) Longgarkan baju bagian leher pasien.

(7) Jauhkan bantal kepala pasien.

(8) Pasang kain pengalas, handuk dan talang air di

bawah kepala pasien. Talang air dijepit dan dialirkan pada

ember.

(9) Tutup mata pasien dengan wash lap, telinga

pasien dengan kapas.

(10) Pasang selimut mandi atau handuk di atas dada

pasien.

(11) Rambut di sisir, sisir I diletakkan pada bengkok

yang berisi larutan desinfektan.

30
(12) Siram rambut dengan air, beri shampo

secukupnya. Pijat kulit kepala dengan ujung jari tangan.

(13) Bilas rambut secara menyeluruh. Ulangi sekali

lagi apabila kepala belum bersih.

(14) Keringkan rambut dengan handuk. Kemudian

angkat kepala pasien, talang dimasukkan pada ember. Buka

tutup maat dan telinga dan buang di bengkok.

(15) Letakkan kepala pasien pada bantal disertai

dengan pengalas dan handuk diselipkan di bawah kepala

pasien. Keringkan kembali rambut pasien, sisir rambut

pasien.

(16) Jika ada alat pengering rambut bisa dipakai oleh

pasien.

(17) Kembalikan pasien pada posisi sebelumnya.

(18) Buka celemek.

(19) Bersihkan dan rapikan alat.

(20) Lakukan tindakan akhir prosedur.

(21) Ingatlah untuk mencuci tangan.

f) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencuci rambut

Apabila pasien dapat duduk, mencuci rambut bisa dilakukan di

kursi roda. Protapnya sama hanya saja talang di pasang dikursi

roda.

31
4) Memasang kap kutu

a) Pengertian

Memasang kap kutu adalah membungkus rambut yang sudah

diberi obat pembasmi kutu.

b) Tujuan

Tujuannya adalah membasmi kutu dan telurnya.

c) Indikasi

Pasien yang berkutu dan keadaan umum mengizinkan.

d) Persiapan alat

(1) Obat kutu.

(2) Kap kutu khusus adalah mitela.

(3) Pengalas dari karet atau kain.

(4) Peniti.

(5) Kain kaca.

(6) Celemek.

(7) Tutup kepala.

(8) Vaseline.

(9) Sisir kutu dan sisir biasa.

(10) Kertas pembungkus kotoran.

(11) Ember.

(12) Bengkok berisi larutan desinfektan.

(13) Sarung tangan.

32
e) Pelaksanaan

(1) Lakukan tindakan awal prosedur.

(2) Sebelum memasang kap kutu pada pasien, petugas memakai

celemek, tutup kepala dan sarung tangan.

(3) Kertas dilebarkan sampai di ember yang diletakkan di dekat

punggung pasien. Sisir rambut dengan sisir biasa. Lanjutkan

dengan sisir kutu. Kotoran di buang ke dalam bengkok.

(4) Kulit kepala di beri vaseline.

(5) Gosok kepala dengan kain kasa yang sudah diberi obat kutu,

usapkan secara merata dari pangkal sampai dengan ujung

rambut.

(6) Untuk rambut yang panjang harus dijalin secara longgar dan

digulung.

(7) Kepala dibungkus dengan kap kutu yang simpulnya diikat di

dahi.

(8) Atur posisi pasien kembali. Kap kutu dibiarkan selama 12-18

jam setelah itu rambut dicuci.

(9) Peralatan didesinfeksi dan dibereskan kembali.

(10) Lakukan tindakan akhir prosedur.

f) Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat memasang kap kutu

(1) Perhatikan keadaan umum pasien dan reaksinya terhadap obat.

(2) Hindarkan berpindahnya kutu kepada perawat atau pasien lain.

33
(3) Cegah obat agar tidak mengenai mata.

(4) Alat tenun direndam dengan desinfektan

C. Tinjauan Tentang Tingkat Ketergantungan Pasien

1. Pengertian (Nursalam, 2002:159)

Yang termasuk tingkat ketergantungan pasien adalah:

a. Partial care adalah pasien yang dirawat di rumah sakit dan memerlukan

sebagian bantuan dan perawatan yang dilakukan oleh perawat.

b. Total care adalah pasien yang dirawat di rumah sakit dan memelukan

bantuan perawat sepenuhnya.

c. Minimal care adalah pasien yang dirawat di rumah sakit yang bisa

mandiri dan hampir tidak memerlukan bantuan perawat.

2. Teori Dorothea Orem (Hidayat, 2002:43 – 44 dalam Delila, 2006:11)

Menurut Orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan

bahwa setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri

sehingga membantu individu memenuhi kebutuhan hidup, memelihara

kesehatan dan kesejahteraannya. Oleh karena itu teori ini dikenal sebagai self

care atau care deficit theory.

Self deficit care merupakan bagian penting dalam perawatan secara

umum dimana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat

34
perawatan dibutuhkan yang dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa

atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan

kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik

secara kualitas maupun kuantita. Dalam pemenuhan perawatan diri serta

membantu dalam proses penyelesaian, ada tiga prinsip dalam keperawatan

diri sendiri atau perawatan mandiri.

Pertama, perawatan mandiri yang dilakukan bersifat holistik meliputi

kebutuhan oksigen, air, makanan, aktifias dan istirahat, mencegah trauma

serta kebutuhan hidup lainnya. Kedua, perawatan mandiri yang dilakukan

harus sesuai dengan tumbuh kembang manusia. Ketiga, perawatan diri

dilakukan karena adanya kesehatan atau penyakit untuk pencegahan dan

peningkatan kesehatan.

Menurut Orem, perawat dibutuhkan ketika seseorang membutuhkan

asuhan keperawatan karena ketidakmumpuan untuk merawat diri sendiri.

Menurutnya, area kerja perawat adalah membina dan mempertahankan

hubungan terapeutik antara perawat dan pasien, menentukan kapan seseorang

membutuhkan bantuan atau pertolongan, memperhatikan respon pasien,

memberi pertolongan langsung kepada individu dan keluarga serta

bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain. Klasifikasi tingkat

ketergantungan pasien berdasarkan teori D. Orem tentang self care deficit

adalah :

35
a. Minimal care (Nursalam, 2002 : 159)

Pasien yang termasuk kategori minimal care yaitu meliputi :

1) Pasien bisa mandiri/hampir tidak memerlukan bantuan

a) Mampu naik turun tempat tidur

b) Mampu ambulasi dan berjalan sendiri

c) Mampu makan dan minum sendiri

d) Mampu mandiri sendiri/mandi sebagaian dengan bantuan

e) Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)

f) Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan

g) Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan

2) Status psikologis stabil

3) Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik

4) Operasi ringan

b. Partial care

Pasien yang termasuk kategori partial care yaitu meliputi :

1) Membutuhkan bantuan perawat sebagian

36
a) Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik-turun tempat tidur.

b) Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/berjalan.

c) Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan.

d) Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap).

e) Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan.

f) Membutuhkan bantuan untuk BAK atau BAB (ditempat

tidur/kamar mandi).

2) Post operasi minor (24 jam)

3) Melewati fase akut post operasi mayor

4) Fase awal dari penyembuhan

5) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

6) Gangguan emosional

c. Total care

Pasien yang termasuk kategori total care yaitu meliputi :

1) Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan

waktu perawatan yang lebih lama.

37
a) Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat

tidur ke kereta dorong/kursi roda.

b) Membutuhkan latihan pasif.

c) Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena

(infus) atau NGT (sonde).

d) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut.

e) Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan.

f) Dimandikan perawat.

g) Dalam keadaan inkotinensia, menggunakan kateter.

2) 24 jam post operasi mayor

3) Pasien tidak sadar

4) Keadaan pasien tidak stabil

5) Observasi TTV

6) Perawatan luka bakar

7) Perawatan kolostomi

8) Menggunakan alat bantu pernapasan (respirator)

38
9) Menggunakan WSD

10) Irigasi kandung kemih secara terus menerus

B A B III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep atau paradigma yang digunakan dalam penulisan ini adalah

paradigma ganda. Pada penelitian ini peneliti akan meneliti variabel antara lain,

39
personal hygiene sebagai variabel independen dan pemenuhan rasa nyaman

sebagai variabel dependen.

Gambar 3.1
Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Penatalaksanaan Personal Hygiene Pemenuhan Rasa


Nyaman

B. Hipotesis

Ada hubungan antara personal hygiene dengan pemenuhan rasa nyaman pada

pasien rawat inap di RSWoodward Palu.

C. Definisi Operasional

1. Penatalaksanaan Personal Hygiene

Definisi : Suatu cara yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

rasa nyaman pasien dalam hal kebersihan kulit, mulut.

Cara Ukur : Wawancara

Alat Ukur : Kuesioner

Skala Ukur : Ordinal

Hasil Ukur : 0 = Tidak dilakukan sesuai prosedur

1 = Dilakukan sesuai prosedur

2. Pemenuhan Rasa Nyaman

Definisi : Keadaan nyaman, kesegaran, kesejukan yang dirasakan oleh

pasien.

40
Cara Ukur : Wawancara

Alat Ukur : Kuesioner

Skala Ukur : Ordinal

Hasil Ukur : 0 = Tidak nyaman (skor < Median)

1 = Nyaman (skor ≥ Median)

B A B IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analisis korelasi untuk mengetahui hubungan

antara variabel independen dan dependen dengan menggunakan pendekatan

41
Cross Sectional yaitu penelitian yang dilakukan pada saat yang bersamaan antara

variabel independen dan variabel dependen (Alimul, 2002:28)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti (Riduwan,

2006: 8). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat inap

di RSWoodward Palu.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih dengan tehnik ‘sampling’

tertentu dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-

benar mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya

(Riduwan, 2006: 8). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien yang

dirawat inap di RS Woodward Palu dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

a. Bersedia menjadi responden

b. Pasien rawat inap dengan total care dan parsial care

c. Dalam keadaan sadar

3. Besar sampelnya dihitung berdasarkan rumus estimasi proporsi (Alimul,

2002: 123) yaitu:

(Z .α )2 P Q
n =
(d)2

Keterangan : n = Sampel

42
z = Tingkat kepercayaan distribusi normal (1,64)

P = Proporsi pasien 25%

Q = 1–P

d = Tingkat kesalahan absolute yang dikehendaki 10%

(1,64)2 x 0,25 x 0,75


Jadi : n =
(0,1)2

0,5043
n = 0,01

n = 5043

n = 50 sampel

Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 50 sampel.

4. Cara pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara Non random sampling dengan cara

concecutive sampling yaitu dengan memilih sampel yang memenuhi

kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel

yang dibutuhkan terpenuhi (Alimul, 2002:37).

Proporsi sampel tiap-tiap ruangan:

31
Ruang penyakit dalam : 72 x 50 = 22

Ruang perawatan bedah : 21 x 50 = 14


72

13
Ruang bersalin : x 50 = 9
72

7
72

43
Ruang VIP atas : x 50 = 5

C. Pengumpulan Data

1. Jenis data yang dikumpulkan adalah :

a.Data primer, yaitu data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada pasien di unit rawat inap RS Woodward

Palu.

b. Data sekunder, yaitu data yang didapat dari Rekam Medik RS

Woodward Palu diantaranya jumlah pasien di ruang rawat inap pada bulan

Januari – April 2008.

2. Cara pengukuran

Cara pengukuran dilakukan dengan wawancara pada pasien yang dirawat di

unit rawat inap RS Woodward Palu dengan menggunakan kuesioner dengan

jumlah pertanyaan tentang pelaksanaan personal hygiene berjumlah 15

pertanyaan dan rasa nyaman 7 pertanyaan yang dilaksanakan oleh peneliti.

D. Pengolahan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pengolahan data dengan cara:

1. Editing : memeriksa kembali data-data yang telah dikumpulkan apakah

ada kesalahan atau tidak.

44
2. Coding : pemberian nomor-nomor kode atau bobot pada jawaban yang

bersifat kategori.

3. Entry : memasukkan data ke program komputer untuk keperluan

analisis.

4. Cleaning : membersihkan data dan melihat variabel yang digunakan

apakah datanya sudah benar atau belum.

E. Analisa Data

Dalam penelitian ini, untuk menganalisa data-data yang didapat, peneliti

menggunakan analisa univariat dan bivariat.

1. Analisa Univariat

Merupakan analisa presentase distribusi frekwensi dari tiap variabel. Variabel

independen yaitu: personal hygiene memandikan, menyikat gigi, komunikasi

perawat dan sikap perawat dan Variabel dependennya yaitu pemenuhan rasa

nyaman.

2. Analisa Bivariat

Dilakukan untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square

dengan nilai 0.05, menggunakan bantuan SPSS dengan tingkat kepercayaan

95% bila p < 0,05 berarti hasil perhitungan statistik ada hubungan yang

bermakna (signifkan) dan bila nilai p >0,05 berarti hasil perhitungan statistik

tidak ada hubungan yang bermakna.

F. Etika Penelitian

45
1. Informend Consent

Lembar persetujuan penelitian diberikan pada responden. Tujuannya adalah

subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti

selama pengumpulan data. Jika subjek bersedia diteliti maka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika subjek menolak untuk diteliti maka

peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan subjek, peneliti tidak akan mencantumkan nama

subjek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang di isi oleh subjek.

Lembar tersebut hanya diberi nama kode tertentu.

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek dijamin oleh perawat.

G. Keterbatasan

Dalam penelitian ini, keterbatasan yang dihadapi adalah instrumen penelitian di

rancang sendiri dan belum dilakukan uji coba.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. Aziz, 2003. Riset Keperawatan Dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Salemba
Medika. Jakarta.

46
Azwar, Azrul. H, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi ketiga, Binarupa
Aksara, Jakarta.996

Badudu, Zain Mohammad Sutan, 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pustaka
Sinar Harapan. Jakarta.

Bouwhuizen, M, 1999. Ilmu Keperawatan, EGC, Jakarta

Delila R. Bolilanga, 2006. KTI, Gambaran Penatalaksanaan Oral Hygiene Pada


Pasien Dengan Tingkat Ketergantungan Partial Atau Total Care di
RSUndata Palu. Tidak diterbitkan.

Depkes RI, 1994. Prosedur Perawatan Dasar. Depkes RI, Jakarta

Effendi Nasrul, 1998. Dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. EGC,


Jakarta.

Gafar Laode Jumadi, 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. EGC, Jakarta

Johnson, Y. J., 2005. Prosedur Perawatan Di Rumah. EGC, Jakarta

Nursalam. 2001. Proses Dan Dokumentasi Keperawatan, Konsep Dan Praktek.


Salemba Medika, Jakarta

_______, 2002. Manajemen keperawatan, Edisi Pertama. Salemba Medika, Jakarta

Riduwan,2006. Dasar-Dasar Statistika. Cetakan ke V, Bandung

www.mail-archive.com/milis-nakita. Tentang Rasa Nyaman

Perry A. Patricia, Griffin Anne, Potter, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.
Edisi 4 Volume 2. EGC, Jakarta.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1989. Kamus bahasa indonesia.


Cetakan Ke dua, Jakarta.

Stevens, P.J.M, dkk. 1999.Ilmu Keperawatan, Jilid 1, Edisi 2, EGC, Jakarta.


Wartonah, Tarwoto, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Edisi 3, Salemba Medika, Jakarta.

Weller, F. Barbara, 2005. Kamus Saku Perawat. Edisi 22, EGC, Jakarta

Wolf, dkk, 1984. Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan. PT. Gunung Agung, Jakarta.

47
48
d. Perawatan kuku

Pengertian

Kuku merupakan lempeng yang terbuat dari sel tanduk yang

menutupi permukaan dorsal ujung dari tangan dan kaki. Lempeng kuku

terdiri dari tiga bagian: pinggir bebas, badan dan akar yang melekat pada

kulit dan dikelilingi oleh lipatan kulit loteral dan proksimal. Fungsi kuku

menjadi penting waktu mengutip benda-benda kecil (Harahap, 2002: 2).

Kelainan pada kuku dapat menimbulkan rasa nyeri, mempengaruhi

penampilan dan fungsi kuku. Pemeriksaan kuku jari tangan dan kaki perlu

dilakukan secara rutin, karena seringkali dapat memberikan petunjuk

adanya penyakit lain (Harahap, 2000: 175).

Sedangkan perawatan kuku adalah suatu cara untuk memelihara

kuku agar menekan perkembangbiakan mikroorganisme/bakteri.

Tujuan perawatan kuku (Stevens, 2000: 280).

a) Membersihkan kuku.

b) Mengembalikan batas-batas kulit di tepi kuku ke keadaan normal.

c) Mencegah terjadinya perkembangan kuman penyakit.

Cara untuk perawatan kuku

49
Adapun cara untuk perawatan kuku adalah sebagai berikut:

a) Perawatan kuku tangan

(1) Persiapan alat

(a) Baskom

(b) Sabun

(c) Handuk mandi

(d) Lotion

(e) Pemotong kuku/gunting kuku

(f) Kikir kuku

(g) Stik manikur

(h) Pelindung plastik

2. Penatalaksanaan

Lakukan semua tindakan awal prosedur.

Ingatlah untuk mencuci tangan anda.

Jika diizinkan, tinggikan bagian kepala tempat tidur.

(d) Atur meja di

depan pasien. Jika pasien diizinkan turun dari tempat tidur,

bantu pasien untuk pindah ke kursi.

(e) Letakkan

pelindung plastik di atas meja.

(f) Isi baskom

dengan air hangat, letakkan di atas meja.

50
(g) Minta pasien

untuk meletakkan tangannya di dalam baskom. Rendam ± 20

menit. Tutup baskom dengan handuk, agar panas hilang.

Tambahkan air hangat bila perlu.

(h) Basuh tangan

pasien. Tekan tangan/kurtikula dengan wash lap. Angkat

tangan pasien dari baskom dan keringkan dengan handuk.

(i) Potong kuku

pasien secara bulat (Stevens, 2000: 280).

(j) Bentuk

dengan kikir kuku.

(k) Tuangkan

sedikit lotion di telapak tangan dan usapkan pada tangan

pasien.

(l) Rapikan alat

dan lakukan tindakan penyelesaian.

(m) Kumpulkan

potongan kuku untuk dibuang.

) Perawatan kuku kaki

Pada dasarnya perawatan kuku kaki hampir sama dengan perawatan

kuku tangan. Namun ada sedikit perbedaan dalam pelaksanaan.

(1) Persiapan alat

51
Baskom.

Sabun.

Keset kain.

Lotion.

Pelindung

tempat tidur.

Handuk

mandi/wash lap.

Stik manikur.

(2) Penatalaksanaan

(a) Letakkan keset kain di lantai di depan pasien.

(b) Isi baskom dengan air hangat. Letakkan di atas keset.

(c) Lepaskan sandal pasien. Rendam kaki pasien, lalu tutup

dengan handuk. Rendam selama ± 20 menit.

(d) Akhir perendaman: sabuni kaki, gunakan wash lap untuk

menggosok kaki yang kasar. Bilas dan keringkan.

(e) Pindahkan baskom, tutup kaki dan mulut.

(f) Potong kuku kaki secara mendatar untuk mencegah

pertumbuhan kuku ke dalam (Stevens, 2000: 280).

(g) Bersihkan kuku dengan stik manikur.

(h) Tuangkan lotion dan usapkan pada kaki pasien.

52
Kenakan kembali sandal pasien dan kembalikan pasien ke tempat tidur (apabila

dilakukan di kursi).Lakukan tindakan penyelesaian.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berikut ini akan disajikan hasil penelitian dari 42 responden yang

dilakukan di RSwoodward Palu yang dilakukan pada bulan Juli 2007.

53
Adapun hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk analisis univariat dan

analisis bivariat.

1. Analisis Univariat

Pada penelitian ini, hasil analisis univariat akan menggambarkan

variabel independen yang meliputi personal hygiene memandikan, kebersihan

mulut, komunikasi dan sikap perawat serta hubungan variabel-variabel

tersebut dengan pemenuhan rasa nyaman pada pasien rawat inap sebagai

berikut:

a. Variabel Personal Hygiene Memandikan

Setelah melakukan perhitungan secara keseluruhan kemudian

ditetapkan dua kategori yaitu responden yang dilakukan tindakan

memandikan tidak sesuai prosedur dan responden yang dilakukan

tindakan memandikan sesuai prosedur.

Untuk memperoleh gambaran distribusi responden menurut

personal hygiene memandikan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5.1
Distribusi Responden Menurut Personal Hygiene Memandikan
Di RSWoodward Palu Tahun 2007

80
70
54,8%
60 45,2%
50
40
30
20
10
0

54
Tidak Dilakukan Sesuai Dilakukan Sesuai prosedur
prosedur

Sumber: data primer yang diolah

Pada gambar di atas terlihat bahwa dari 42 responden, yang tidak

dilakukan tindakan memandikan sesuai prosedur berjumlah 23 responden

(54,8%). Sedangkan yang dilakukan tindakan memandikan sesuai

prosedur berjumlah 19 responden (45,2%)

b. Personal Hygiene Kebersihan Mulut

Setelah melakukan perhitungan secara keseluruhan kemudian

ditetapkan dua kategori yaitu responden yang tidak dilakukan tindakan

kebersihan mulut tidak sesuai prosedur dan responden yang dilakukan

tindakan kebersihan mulut sesuai prosedur.

Untuk memperoleh gambaran distribusi responden menurut

personal hygiene kebersihan mulut dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5.2
Distribusi Responden Menurut Personal Hygiene Kebersihan Mulut
Di RSWoodward Palu Tahun 2007

55
120
110 97,6%
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10 2,4%
0 Tidak Dilakukan Sesuai Dilakukan Sesuai
prosedur prosedur

Sumber: data primer yang diolah

Pada gambar di atas terlihat bahwa dari 42 responden, yang tidak

dilakukan tindakan kebersihan mulut sesuai prosedur berjumlah 41

responden (97,6%). Sedangkan yang dilakukan tindakan kebersihan mulut

sesuai prosedur berjumlah 1 responden (2,4%).

c. Variabel Komunikasi Perawat

Setelah melakukan perhitungan secara keseluruhan kemudian

ditetapkan dua kategori berdasarkan nilai median yaitu 5, sehingga

kategori komunikasi perawat dikelompokkan menjadi dua, yaitu

komunikasi perawat yang kurang baik dengan skor < 5 dan komunikasi

perawat yang baik dengan skor ≥ 5.

Untuk memperoleh gambaran distribusi responden menurut

komunikasi perawat dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5.3
Distribusi Responden Menurut Komunikasi Perawat
Di RSWoodward Palu Tahun 2007

56
80
70 64,3%
60
50
40 35,7%
30
20
10
0
Komunikasi Kurang Baik Komunikasi Baik

Sumber: data primer yang diolah

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa dari 42 responden, yang

menyatakan komunikasi perawat kurang baik adalah 15 responden

(35,7%) sedangkan yang menyatakan komunikasi perawat baik adalah 27

responden (64,3%).

d. Variabel Sikap Perawat

Setelah melakukan perhitungan secara keseluruhan kemudian

ditetapkan dua kategori berdasarkan nilai median yaitu 4, sehingga

kategori sikap perawat dikelompokkan menjadi dua, yaitu sikap perawat

yang kurang baik dengan skor < 4 dan sikap perawat yang baik dengan

skor ≥ 4

Untuk memperoleh gambaran distribusi responden menurut sikap

perawat dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5.4
Distribusi Responden Menurut Sikap Perawat

57
Di RSWoodward Palu Tahun 2007
80
70 64,3%
60
50
40 35,7%
30
20
10
0
Kurang baik Baik

Sumber: data primer yang diolah

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa dari 42 responden, yang

menyatakan sikap perawat kurang baik adalah 15 responden (35,7%)

sedangkan yang menyatakan sikap perawat baik adalah 27 responden atau

(64,3%).

e. Variabel Rasa Nyaman

Setelah melakukan perhitungan secara keseluruhan kemudian

ditetapkan dua kategori berdasarkan nilai median yaitu 10, sehingga

kategori rasa nyaman dikelompokkan menjadi dua, yaitu responden yang

merasa tidak nyaman dengan skor < 10 dan responden yang merasa

nyaman dengan skor ≥ 10

Untuk memperoleh gambaran distribusi responden menurut rasa

nyaman dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5.5

58
Distribusi Responden Menurut Rasa Nyaman
Di RSWoodward Palu Tahun 2007
80
70 64,3%
60
50
40 35,7%
30
20
10
0
Tidak Merasa Nyaman Merasa Nyaman

Sumber: data primer yang diolah

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa dari 42 responden, yang

tidak merasa tidak nyaman adalah 15 responden (35,7%) sedangkan yang

merasa nyaman adalah 27 responden (64,3%).

2. Analisis Bivariat

Dalam penelitian ini, hasil analisis bivariat dilakukan untuk memberi

gambaran hubungan antara variabel indepenen dan variabel dependen. Pada

penelitian ini digunakan uji statiatik Chi-square dengan tingkat kemaknaan

95%. Pada analisis bivariat ini dilakukan secara berturut-turut pengujiannya

untuk melihat hubungan tindakan memandikan, kebersihan mulut, komunikasi

perawat, sikap perawat dengan pemenuhan rasa nyaman pada pasien rawat

inap di RSWoodward Palu.

59
a. Hubungan Tindakan Memandikan Dengan

Pemenuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Rawat Inap Di RSWoodward Palu.

Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Memandikan Dengan
Pemenuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Rawat Inap
Di RSWoodward Palu Tahun 2007

Pemenuhan Rasa Nyaman Pada


Pasien Rawat Inap
P
Memandikan Tidak Merasa Total
Merasa Nyaman Value
Nyaman
n % n %
Tidak Sesuai
9 39,1 14 60,9 23
Prosedur 0,853
Sesuai Prosedur 6 31,6 13 68,4 19
Total 15 35,7 27 64,3 42
Sumber: data primer yang diolah

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa rasa nyaman pada pasien

paling banyak diperoleh pada pasien yang dilakukan tindakan

memandikan sesuai prosedur yaitu 68,4%, sedangkan pada pasien yang

dilakukan tindakan memandikan tidak sesuai prosedur yaitu 60,9%.

Hasil uji statistic Chi Square yang ditunjukkan oleh tabel 5.1,

didapatkan nilai p=0,853 (p Value >0,05), ini berarti secara statistik tidak

ada hubungan yang bermakna antara tindakan memandikan yang sesuai

prosedur dengan pemenuhan rasa nyaman pada pasien rawat inap.

Akan tetapi tindakan memandikan yang sesuai prosedur lebih

cenderung memberi rasa nyaman dibandingkan dengan tindakan

memandikan yang tidak sesuai prosedur.

60
b. Hubungan Tindakan Kebersihan Mulut Dengan

Pemenuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Rawat Inap Di RSWoodward Palu.

Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Kebersihan Mulut Dengan
Pemenuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Rawat Inap
Di RSWoodward Palu Tahun 2007

Pemenuhan Rasa Nyaman Pada


Pasien Rawat Inap
P
Kebersihan Mulut Tidak Merasa Merasa Total
Value
Nyaman Nyaman
n % n %
Tidak Sesuai
15 36,6 26 63,4 41
Prosedur 1.000
Sesuai Prosedur 0 0 1 100 1
Total 15 35,7 27 64,3 42
Sumber: data primer yang diolah

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa rasa nyaman pada pasien

paling banyak diperoleh pada pasien yang dilakukan tindakan kebersihan

mulut sesuai prosedur yaitu 100%, sedangkan pada pasien yang dilakukan

tindakan kebersihan mulut tidak sesuai prosedur yaitu 63,4%.

Hasil uji statistic Chi Square yang ditunjukkan oleh tabel 5.1,

didapatkan nilai p=1.000 (p Value >0,05), ini berarti secara statistik tidak

ada hubungan yang bermakna antara tindakan kebersihan mulut yang

sesuai prosedur dengan pemenuhan rasa nyaman pada pasien rawat inap.

Akan tetapi tindakan kebersihan mulut yang sesuai prosedur lebih

cenderung memberi rasa nyaman dibandingkan dengan tindakan

kebersihan mulut yang tidak sesuai prosedur.

61
c. Hubungan Komunikasi Perawat Dengan

Pemenuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Rawat Inap Di RSWoodward Palu.

Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Komunikasi Perawat Dengan
Pemenuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Rawat Inap
Di RSWoodward Palu Tahun 2007

Pemenuhan Rasa Nyaman


Pada Pasien Rawat Inap
Komunikasi P OR
Tidak Merasa Merasa Total
Perawat Value (95%)
Nyaman Nyaman
n % n %
Komunikasi
10 66.7 5 33,3 15 8.800
Kurang baik
0,005
Komunikasi
5 18,5 22 81,5 27 (2.069-37.423)
Baik
Total 15 35,7 27 64,3 42
Sumber: data primer yang diolah

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa rasa nyaman pada pasien

paling banyak diperoleh pada komunikasi perawat yang baik yaitu 81,5%,

sedangkan pada komunikasi perawat yang kurang baik yaitu 33,3%.

Hasil uji statistic Chi Square yang ditunjukkan oleh tabel 5.3,

didapatkan nilai p=0,005 (p Value <0,05), ini berarti secara statistik ada

hubungan yang bermakna antara komunikasi perawat dengan pemenuhan

rasa nyaman pada pasien rawat inap.

Dapat dilihat bahwa komunikasi perawat yang baik cenderung

memiliki peluang 8.800 kali lebih merasa nyaman dibandingkan dengan

komunikasi perawat yang kurang baik.

d. Hubungan Sikap Perawat Dengan Pemenuhan

Rasa Nyaman Pada Pasien Rawat Inap Di RSWoodward Palu.

62
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Perawat Dengan
Pemenuhan Rasa Nyaman Pada Pasien Rawat Inap
Di RSWoodward Palu Tahun 2007

Pemenuhan Rasa Nyaman


Pada Pasien Rawat Inap
P OR
Sikap Perawat Tidak Merasa Merasa Total
Value (95%)
Nyaman Nyaman
n % n %
Kurang 5.250
9 60,0 6 40,0 15
baik 0,035
Baik 6 22,2 21 77,8 27 (1.328-20.761)
Total 15 35,7 27 64,3 42
Sumber: data primer yang diolah

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa rasa nyaman pada pasien

paling banyak diperoleh pada sikap perawat yang baik yaitu 77,8%,

sedangkan pada sikap perawat yang kurang baik yaitu 40,0%.

Hasil uji statistic Chi Square yang ditunjukkan oleh tabel 5.4,

didapatkan nilai p=0,035 (p Value <0,05), ini berarti secara statistik ada

hubungan yang bermakna antara sikap perawat dengan pemenuhan rasa

nyaman pada pasien rawat inap.

Dapat dilihat bahwa sikap perawat yang baik cenderung memiliki

peluang 5.250 kali lebih merasa nyaman dibandingkan dengan sikap

perawat yang kurang baik.

JJ. Pembahasan

1. Variabel Independen Dan Variabel Dependen

a. Variabel Independen

63
Kebersihan Kulit

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang diberi

tindakan personal hygiene memandikan tidak sesuai prosedur lebih

besar jumlahnya dibandingkan dengan yang diberi tindakan personal

hygiene memandikan sesuai prosedur. Artinya kebutuhan personal

hygiene memandikan terpenuhi akan tetapi sebagian dilakukan tidak

sesuai prosedur. Dan hal ini kurang baik karena memandikan pasien

yang tidak sesuai prosedur tidak akan memberi rasa nyaman.

Sebaliknya jika pasien dimandikan seseuai prosedur akan memberi

rasa nyaman serta dapat mencegah infeksi. Jadi dapat dikatakan bahwa

dengan memandikan pasien akan dapat membantu proses

penyembuhan dan dapat mencegah infeksi.

Sejalan dengan pendapat dari Perry (2005) yang mengatakan

bahwa perawatan kulit adalah cara untuk memelihara kulit dari

pertahanan melawan infeksi dan pembersihan kulit dapat mengurangi

keringat, beberapa bakteri, sebum, dan sel kulit yang mati, dan

meminimalkan iritasi kulit serta menguragi kesempatan infeksi.

2) Kebersihan Mulut

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang diberi

tindakan personal hygiene kebersihan mulut yang tidak sesuai

64
prosedur lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan yang diberi

tindakan personal hygiene kebersihan mulut sesuai prosedur. Artinya

pasien sebagian besar tidak mendapat perawatan personal hygiene

kebersihan mulut. Hal ini kurang baik karena akan mengakibatkan

terjadinya infeksi dan akan menimbulkan bau pada mulut serta dapat

mengakibatkan penurunan nafsu makan. Sebaliknya jika kebersihan

mulut dijaga maka akan dapat mencegah infeksi dan memberi rasa

percaya diri juga mulut bersih dapat meningkatkan nafsu makan serta

menurunkan penyakit pada mulut seperti stomatitis dan lain-lain.

Sejalan dengan pendapat dari Johnson (2005) yang

mengatakan bahwa beberapa tujuan membersihkan mulut adalah

menurunkan mikroorganisme dalam mulut dan gigi, menurunkan

penyakit kavitas dan gusi, menurunkan pembentukan residu makanan

pada gigi, memperbaiki nafsu makan dan rasa pada makanan,

memudahkan kenyamanan, merangsang sirkulasi pada jaringan oral,

lidah dan gusi serta memperbaiki penampilan dan harga diri

3) Variabel Komunikasi

Berdasarkan hasil penelitian perawat yang melakukan

komunikasi dengan baik lebih besar dari pada perawat yang

melakukan komunikasi dengan kurang baik. ini artinya sebagian besar

perawat mengerti dan memahami pentingnya komunikasi dalam

merawat pasien . Sehingga dalam upaya perawatan dan penyembuhan

65
pasien, perawat telah memperhatikan serta mampertahankan

komunikasi baik secara verbal maupun non verbal. Kerena

penyampaian pesan dengan jelas serta menguasai isi pesan yang

disampaikan sangat berguna dalam menjalin hubungan yang baik dan

tumbuhnya rasa saling percaya antara perawat dan pasien dalam

melaksanakan tindakan keperawatan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Asis (1993) yang mengatakan

bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari

seseorang ke orang lain dengan menyertakan kode atau lambang,

sehingga antara kedua belah pihak terjadi adanya saling pengertian

4) Variabel Sikap

Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap

perawat yang baik lebih besar dibandingkan dengan sikap perawat

yang kurang baik. Hal ini cukup baik karena dengan sikap yang baik

seorang perawat akan memberi rasa nyaman kepada pasien dimana

dengan sikap yang baik seorang pasien akan lebih percaya kepada

perawat dan merasa diperhatikan oleh perawat. Hal ini sesuai dengan

pendapat G. W. Alport 1935) bahwa sikap adalah kesiapan seseorang

untuk bertindak. Sedangkan Widayatun Rusni T. (1999) berpendapat

bahwa sikap perawat yang sebaik-baiknya adalah sikap yang tidak

keluar dari jalur kode etik dan disiplin perawat, selain itu sikap

perawat harus dibarengi dengan sikap sabar, tegas, cepat dalam

66
bertindak, supel, dan sebagainya. Jadi sikap sangat berkaitan dengan

respon individu mengenai kesiapan seseorang dalam bertindak

b. Variabel Dependen

Rasa Nyaman

Setelah melalui perhitungan secara keseluruhan, maka dapat dilihat

hasil responden yang merasa nyaman terhadap personal hygiene

memandikan, kebersihan mulut, komunikasi, sikap yaitu yang merasa

nyaman lebih besar dibandingkan dengan yang tidak merasa nyaman.

Artinya perasaan nyaman yang dirasakan pasien harus lebih dipertahankan

karena dengan memberi rasa nyaman pada saat pasien dirawat pasien akan

merasa diperhatikan dan dengan kenyamanan yang diperoleh pasien akan

merasa puas dengan pelayanan yang didapatkannya. Sejalan dengan

pendapat dari Azrul Azwar (1996) yang mengatakan bahwa sama halnya

dengan kebutuhan dan tuntutan, maka makin sempurna kepuasan tersebut,

makin baik pula mutu pelayanan kesehatan (Azrul Azwar, 1996:25).

2. Hubungan antara variabel independen dan variabel dependen

a. Hubungan antara personal hygiene memandikan

dengan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pasien rawat inap.

67
Dari hasil uji statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara

tindakan memandikan yang sesuai prosedur dengan pemenuhan rasa

nyaman pada pasien rawat inap. Akan tetapi tindakan memandikan yang

sesuai prosedur lebih cenderung memberi rasa nyaman dibandingkan

dengan tindakan memandikan yang tidak sesuai prosedur. Oleh karena itu

sangat penting untuk mempertahankan kebersihan tubuh pasien karena

dengan menjaga kebersihan kulit pasien akan lebih merasa nyaman karena

selain kulit mereka bersih, tindakan memandikan juga memberi kesegaran

dan rasa percaya diri karena tidak bau.

Sejalan dengan pendapat dari Perry (2005) yang mengatakan

bahwa tujuan dari perawatan kulit yaitu sirkulasi yang baik ditingkatkan

melalui penggunaan air hangat dan usapan yang lembut pada ekstermitas,

mandi dapat meningkatkan relaksasi dan perasaan segar kembali dan

kenyamanan dan sekresi keringat yang berlebihan dari kelenjar apokrin

berlokasi di area aksila menyebabkan bau badan yang tidak

menyenangkan. Mandi dan penggunaan anti aspiran meminimalkan bau

serta gerakan ekstermitas selama mandi dapat mempertahankan fungsi

sendi

b. Hubungan antara personal hygiene kebersihan

mulut dengan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pasien rawat inap.

68
Dari hasil uji statistik statistik tidak ada hubungan yang bermakna

antara tindakan kebersihan mulut sesuai prosedur dengan pemenuhan rasa

nyaman pada pasien rawat inap. Akan tetapi tindakan kebersihan mulut

yang sesuai prosedur lebih cenderung memberi rasa nyaman dibandingkan

dengan tindakan kebersihan mulut yang tidak sesuai prosedur. Oleh

karena itu perawat harus tetap memperhatikan kebersihan mulut pasien

terutama pada pasien yang tidak sadar karena selain tidak dapat minum

juga akan mudah sekali mengalami infeksi karena dengan puasa mulut

pasien akan kering sehingga mudah terjadi luka.

c. Hubungan antara komunikasi perawat dengan pemenuhan kebutuhan rasa

nyaman pasien rawat inap.

Dari hasil uji statistik statistik ada hubungan yang bermakna

antara komunikasi perawat dengan pemenuhan rasa nyaman pada pasien

rawat inap. Dapat dilihat bahwa komunikasi perawat yang baik cenderung

memiliki peluang 8.800 kali lebih merasa nyaman dibandingkan dengan

komunikasi perawat yang kurang baik. Dengan demikian sangat penting

untuk mempertahankan komunikasi yang baik antara pasien dan perawat

karena seorang perawat yang dapat berkomunikasi dengan baik kepada

pasien akan mampu memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dari

pasien. Karena dengan komunikasi yang baik maka seorang pasien akan

percaya kepada perawat sehingga dia mau mengungkapkan segala

permasalahan tentang kesehatannya kepada perawat.

69
Sejalan dengan pendapat dari Asis (1993) yang mengatakan bahwa

dalam upaya perawatan dan penyembuhan hubungan erat antar perawat

dan klien diperlukan agar tindakan yang dilakukan terhadap klien

didasarkan atas kesepakatan bersama, pada hakekatnya komunikasi

terapentik mengutamakan hubungan batin. Upaya yang dilakukan perawat

sebaiknya tidak hanya diakhiri oleh penyembuhan akan tetapi diikuti rasa

kepercayaan diantara kedua belah pihak atas tindakan pelayanan yang

dilakukan. Oleh karena itu emosi perlu terkendali dan pemahaman atas

masalah yang dihadapi dan upaya penyembuhan perlu dijaga.

d. Hubungan antara sikap perawat dengan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman

pasien rawat inap.

Dari hasil uji statistik ada hubungan yang bermakna antara sikap

perawat dengan pemenuhan rasa nyaman pada pasien rawat inap. Dapat

dilihat bahwa sikap perawat yang baik cenderung memiliki peluang 5.250

kali lebih merasa nyaman dibandingkan dengan sikap perawat yang

kurang baik. Seorang perawat yang bersikap baaik akan disenagi orang

lain terutama pasien yang sedang dirawat karena mereka merasa

diperhatikan. Sikap mempunyai peran yang lebih besar di bidang bisnis

jasa maupun bisnis pemasaran jaringan. Sikap berperan pada 99%, jauh

lebih besar dibandingkan peran keahlian yang hanya 1%. Dapat dikatakan

bahwa mencapai sukses di bisnis jasa maupun bisnis pemasaran jaringan

sangatlah gampang, selama dilakukan dengan sikap yang positif.

70
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

71
A. Kesimpulan

1. Tidak ada hubungan yang bermakna antara tindakan memandikan yang sesuai

prosedur dengan pemenuhan rasa nyaman pada pasien rawat inap.Akan tetapi

tindakan memandikan yang sesuai prosedur lebih besar memberi rasa nyaman

dibandingkan dengan tindakan memandikan yang tidak sesuai prosedur

2. Tidak ada hubungan yang bermakna antara tindakan kebersihan mulut sesuai

prosedur dengan pemenuhan rasa nyaman pada pasien rawat inap. Akan tetapi

tindakan kebersihan mulut yang sesuai prosedur lebih cenderung memberi

rasa nyaman dibandingkan dengan tindakan kebersihan mulut yang tidak

sesuai prosedur.

3. Ada hubungan yang bermakna antara komunikasi perawat dengan pemenuhan

rasa nyaman pada pasien rawat inap. Dengan nilai Odd Rasio (OR) : 8,800

berarti komunikasi perawat yang baik cenderung memiliki peluang 8.800 kali

lebih merasa nyaman dibandingkan dengan komunikasi perawat yang kurang

baik.

4. Ada hubungan yang bermakna antara sikap perawat dengan pemenuhan rasa

nyaman pada pasien rawat inap. Dengan nilai Odd Rasio (OR) : 5.250 berarti

sikap perawat yang baik cenderung memiliki peluang 5.250 kali lebih merasa

nyaman dibandingkan dengan sikap perawat yang kurang baik.

B. Saran

72
Sesuai dengan hasil kesimpulan yang ada maka peneliti mengajukan

beberpa saran sebagai berikut:

3. Bagi RSWoodward Palu

Disarankan untuk menegakkan kembali kebijakan dalam penatalaksanaan

personal hygiene pada pasien rawat inap dalam bentuk prosedur tetap yang

harus dilaksanakan oleh perawat dalam memenuhi personal hygiene pada

pasien.

4. Bagi Perawat

Disarankan untuk lebih memperhatikan pentingnya tindakan personal hygiene

pada pasien rawat inap, karena dengan memperhatikan personal hygiene pada

pasien rawat inap akan memberi kepuasan tersendiri bagi pasien dan keluarga

pasien yang dirawat inap dan tetap mempertahankan komunikasi yang baik

dan sikap yang baik.

5. Bagi Peneliti selanjutnya

Disarankan membuat penelitian dengan variabel yang lain.

73
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. Aziz, 2003. Riset Keperawatan Dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Salemba
Medika. Jakarta.

Asis, Herawati, 1993. Komunikasi Terapeutik Dalam Asuhan Lukidman. Cetakan II,
Pusat Penelitian Tenaga Kesehatan Dep. Kesehatan. RI Jakarta

Azwar, Azrul. H, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi ketiga, Binarupa


Aksara, Jakarta.996

Badudu, Zain Mohammad Sutan, 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pustaka
Sinar Harapan. Jakarta.

Bouwhuizen, M, 1999. Ilmu Keperawatan, EGC, Jakarta

Daud Mohd. Zahidi, 2003. Budaya Kerja cemerlang. Penerbit Intan

Delila R. Bolilanga, 2006. KTI, Gambaran Penatalaksanaan Oral Hygiene Pada


Pasien Dengan Tingkat Ketergantungan Partial Atau Total Care di
RSUndata Palu. Tidak diterbitkan.

Depkes RI, 1994. Prosedur Perawatan Dasar. Depkes RI, Jakarta

Effendi Nasrul, 1998. Dasar Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. EGC,


Jakarta.

Harahap, Marwali, 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates, Jakarta.

74
Notoatmodjo, S, 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan, edisi I, Andi Offset, Jakarta.

Nursalam. 2001. Proses Dan Dokumentasi Keperawatan, Konsep Dan Praktek.


Salemba Medika, Jakarta

_______, 2002. Manajemen keperawatan, Edisi Pertama. Salemba Medika, Jakarta

Perry A. Patricia, Griffin Anne, Potter, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.
Edisi 4 Volume 2. EGC, Jakarta.

Pusat Pembinaan dan Pembangunan Bahasa, 1989. Kamus bahasa indonesia. Cetakan
Ke dua, Jakarta.

Stevens, P.J.M, dkk. 1999.Ilmu Keperawatan, Jilid 1, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Wartonah, Tarwoto, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.


Edisi 3, Salemba Medika, Jakarta.

Weller, F. Barbara, 2005. Kamus Saku Perawat. Edisi 22, EGC, Jakarta.

Wolf, dkk, 1984. Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan. PT. Gunung Agung, Jakarta.

75

You might also like