You are on page 1of 13

PENYELESAIAN SENGKETA

LINGKUNGAN MENURUT
UNDANG-UNDANG
LINGKUNGAN HIDUP
NO 23 TAHUN 1997

Pusat Penerangan Hukum


Kejaksaan Agung R.I
2008
Pendahuluan :
Lingkungan Hidup di Indonesia menyangkut tanah, air, dan udara dalam
wilayah negara Republik Indonesia. Semua media lingkungan hidup tersebut
merupakan wadah tempat kita tinggal, hidup serta bernafas. Media lingkungan
hidup yang sehat, akan melahirkan generasi manusia Indonesia saat ini serta
generasi akan datang yang sehat dan dinamis.
Pembangunan industri, eksploitasi hutan serta sibuk dan padatnya arus lalu
lintas akibat pembangunan yang terus berkembang, memberikan dampak
samping. Dampak samping tersebut berakibat pada tanah yang kita tinggali, air
yang kita gunakan untuk kebutuhan hidup maupun udara yang kita hirup. Apabila
tanah, air dan udara tersebut pada akhirnya tidak dapat lagi menyediakan suatu
iklim atau keadaan yang layak untuk kita gunakan, maka pencemaran atau
kerusakan lingkungan hidup telah terjadi.
Pencemaran lingkungan hidup, bukan hanya akan berdampak buruk bagi
kehidupan masyarakat yang ada sekarang namun juga akan mengancam
kelangsungan hidup anak cucu kita kelak.
Oleh karena itu baik masyarakat, maupun pemerintah berhak dan wajib
untuk melindungi lingkungan hidup. Masyarakat diharapkan secara aktif dapat
berperan serta aktif dalam pelestrian lingkungan sedangkan pemerintah berupaya
dengan memberikan perlindungan bagi lingkungan hidup negaranya dan
masyarakat yang tinggal dalam lingkungan hidup negaranya melalui berbagai
peraturan perundang-undangan.
UU Lingkungan Hidup No. 23 tahun 1997 adalah suatu produk pemerintah
untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup sekaligus memberi perlindungan
hukum bagi masyarakat agar selalu dapat terus hidup dalam lingkungan hidup
yang sehat.
METODE PENYELESAIAN PERKARA
LINGKUNGAN

PENCEMARAN/KERUSAKAN
LINGKUNGAN HIDUP

PENYELESAIAN
PENEGAKAN HKM
SENGKETA SANKSI
PERTNGGJWBN PERTNGGJWBN PERDATA
LH DI LUAR ADMINISTRASI
PIDANA PERDATA (HAK GUGAT)
Pasal 38 UULH PENGADILAN Pasal 25 UULH
Pasal 31, 33 UULH

GUGATAN
SENGAJA KELALAIAN PRWKLN
Pasal 41,43 UULH Pasal 42, 44 UULH KELOMPOK
Pasal 37(1) UULH

TNGGJWB
PERTNGGJWBN
BERDSRKN
MUTLAK
KESALAHAN
Pasal 35 UULH
Pasal 34 UULH
Beberapa Pengertian:
• “Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup
oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungi sesuai dengan
peruntukannya.”

• “Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan


langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan/atau hayatinya yang
mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang
pembangunan berkelanjutan”

(Definisi yang digarisbawahi merujuk pada ketentuan peraturan pelaksana


lingkungan hidup yang lain, dengan melihat kepada standard baku mutu
lingkungan, media lingkungan yang dicemari/dirusak)

• “Baku mutu lingkungan adalah, ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsure pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsure
lingkungan hidup “
ATURAN PROSEDUR PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG LINGKUNGAN HIDUP
( UULH ) NOMOR 23 TAHUN 1997
Penyidikan
memenuhi syarat
tekhnis dan
Penyidik
yuridis dan di
Polri
dalam
pengambilan
barang bukti SPDP
Penyidik ilmiah dengan Penyidik
PPNS menggunakan Polri
metode mata
rantai Hasil
pembuktian tidak Penyidikan/
terputus Berkas
Perkara

Kejaksaan

JPU

Pengadilan Pertemuan sebelum sidang dengan saksi ahli Dakwaan menggunakan bentuk dakwaan berlapis pasal
41, 42, atau 43, 44 atau 45, 46 UULH
Ketentuan Pidana

Ketentuan Pidana dalam perkara lingkungan hidup ditentukan dengan


memperhatikan niat batin seseorang (mens rea atau mental elements) yang
sering disebut sebagai kesalahan si pelaku (schuld-verband). Niat batin
seseorang di dalam pertanggungjawaban pidana di dalam hukum
lingkungan dibedakan atas kesengajaan dan kelalaian.

Berdasarkan niatnya maka seseorang dapat dituntut pidana atas:


o Dalam perkara yang mengakibatkan pencemaran dan / atau perusakan
lingkungan hidup:
1. dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, ancaman
pidananya penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp. 500. 000. 000,- (lima ratus juta rupiah) (vide pasal 41 UULH)
2. karena kealpaannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp.
100. 000. 000,- (seratus juta rupiah) (vide pasal 42 UULH)
• Dalam perkara penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) (vide PP No. 74 Tahun 2001):

1. dengan sengaja melepaskan atau membuang zat, energi dan/atau


komponen lain yang berbahaya atau beracun masuk di atas atau ke
dalam tanah, ke dalam udara atau ke dalam air permukaan,
melakukan impor, ekspor, memperdagangkan, mengangkut,
menyimpan bahan tersebut, menjalankan instalasi yang berbahaya,
padahal mengetahui atau sangat beralasan untuk menduga bahwa
perbuatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan umum
atau nyawa orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama 6
(enam) tahun dan denda paling banyak Rp. 300. 000. 000,- (tiga ratus
juta rupiah)” (vide pasal 43 UULH)

2. karena kealpaannya melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud


dalam pasal 43, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp. 100. 000. 000,- (seratus juta
rupiah)” (vide pasal 44 UULH)
JALUR HUKUM PERDATA

GUGATAN ATAS PERKARA LINGKUNGAN HIDUP DAPAT


DILAKUKAN OLEH:

 Orang/korban yang terkena langsung pencemaran/perusakan


lingkungan hidup (163 HIR)
 Organisasi Lingkungan Hidup (LSM) yang memiliki hak gugat (ius
standi) berdasarkan undang-undang untuk kepentingan pelestarian
fungsi lingkungan hidup (vide pasal 38 ayat (1) UULH)
 Instansi pemerintah yang bertanggungjawab di bidang lingkungan
hidup, bertindak untuk kepentingan masyarakat jika pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan hidup terjadi sedemikian rupa
sehingga mempengaruhi perikehidupan pokok masyarakat (vide
pasal 37 ayat (2) UULH)
BENTUK GUGATAN ORANG/KORBAN YANG TERKENA LANGSUNG
PENCEMARAN/PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP ADA 2:

1. Gugatan individu (vide pasal 163 HIR)


2. Gugatan perwakilan kelompok (class action) (vide pasal 37 ayat (1) UULH Jo. Per.
MA N0. 1 Tahun 2002)

ISI GUGATAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG LINGKUNGAN HIDUP:

1. Dapat meminta ganti kerugian dan / atau tindakan tertentu kepada pelaku
usaha yang menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang
menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup berdasarkan
kesalahan pelaku usaha (berdasarkan pasal 34 UULH)

2. Dapat meminta ganti kerugian terhadap penanggungjawab usaha yang usaha


dan kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup, yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun, dan / atau menghasilkan
limbah bahan berbahaya dan beracun dengan beban pembuktian pada pelaku
usaha berdasarkan prinsip tanggung jawab mutlak (berdasarkan pasal 35
UULH)

Perkecualian untuk LSM tidak dapat meminta ganti rugi hanya terbatas pada
tindakan tertentu, menyatakan seseorang telah melakukan perbuatan melanggar
hukum dan membuat atau memperbaiki unit pengolah limbah
 Selain ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-undang
ini, terhadap pelaku tindak pidana lingkungan hidup dapat
pula dikenakan tindakan tata tertib berupa:

 perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak


pidana; dan/atau
 penutupan seluruhnya atau sebagian perusahaan;
dan/atau
 perbaikan akibat tindak pidana; dan/atau
 mewajibkan mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa
hak; dan/atau
 meniadakan apa yang dilalaikan tanpa hak;
dan/atau
 menempatkan perusahaan di bawah pengampuan
paling lama 3 (tiga) tahun. (vide pasal 47 UULH)
Penyelesaian Sengketa Lingkungan
di Luar Pengadilan
• Penyelesaian sengketa lingkungan di luar pengadilan hanya dapat
ditempuh pihak-pihak bersengketa dalam masalah perdata seperti
untuk menentukan ganti kerugian maupun menentukan tindakan
tertentu dalam hal pemulihan/perbaikan lingkungan kepada
keadaan semula yang bertujuan untuk menjamin tidak akan terjadi
atau terulangnya dampak negatif terhadap lingkungan

• Jalur ini ditempuh berdasarkan kesepakatan pihak-pihak yang


bersengketa dalam masalah lingkungan dengan menunjuk
mediator/jasa pihak ketiga untuk membantu menyelesaikan
sengketa

• Apabila penyelesaian sengketa di luar pengadilan gagal/tidak


berhasil, upaya selanjutnya yang dapat digunakan oleh para pihak
yang tidak puas dengan penyelesaian di luar pengadilan adalah
mengajukan gugatan ke pengadilan.
• Penerapan Sanksi administrasi dapat berupa upaya paksa
pemerintah yang berupa segala tindakan tertentu bagi para pelaku
usaha untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran
lingkungan, menanggulangi akibat yang ditimbulkan oleh suatu
pelanggaran, pemulihan lingkungan kepada keadaan semula atas
biaya pelaku usaha
(Berupa paksaan pemerintah, uang paksa, penutupan tempat usaha,
penghentian kegiatan mesin perusahaan, dan pencabutan izin)

• Upaya paksa pemerintah itu juga dapat diganti dengan pembayaran


sejumlah uang tertentu/denda

• Pelanggaran lingkungan tertentu juga dapat dijatuhi sanksi


administrasi berupa pencabutan ijin usaha dari pejabat yang
berwenang yang diusulkan oleh Kepala Daerah atau Pihak yang
berkepentingan yang merasa dirugikan atas pelanggaran lingkungan
oleh pelaku usaha tersebut.
Think Globally, Act Locally

(Berpikirlah Global untuk kepentingan


pelestarian lingkungan hidup di dunia dan
bagi masa depan anak cucu kita kelak,
dengan berlaku ikut menjaga lingkungan
hidup yang ada disekitar kita)

You might also like