You are on page 1of 3

TOKEK/GECKO

Pernahkah anda melihat tokek (Gecko gecko)? Atau saudara kecilnya, cicak? Saya yakin
anda sudah pernah melihatnya. Tokek/cicak dapat berjalan di dinding dengan sudut yang
sangat curam. Bahkan dapat pula berjalan di langit-langit. Mereka dapat menempel
dimana saja. Pada permukaan apa saja. Kaca yang permukaannya halus, atau tembok
dengan permukaan yang tidak rata. Mereka juga dapat menempel pada permukaan yang
kotor dan berdebu.

Pernahkah terbersit pertanyaan bagaimana cara mereka melakukannya. Tentunya akan


sangat berguna jika manusia mampu mengetahui rahasia besar ini.

Baru-baru ini para ilmuan telah berhasil membuat bulu halus yang terdapat pada kaki
tokek yang digunakan untuk menempel. Bulu buatan ini, meski masih belum sempurna,
bekerja mirip dengan jutaan bulu halus pada kaki tokek yang memungkinkan untuk
menempel diatas permukaaan yang berbeda, tidak rata, kotor bedebu, dan lingkungan
dimana lem-adhesive biasa tidak mampu.

Full, besama rekannya di Lewis & Clark College, UC Santa Barbara, dan Stanford
University, melaporkan temuannya tentang rahasia tokek dalam menggunakan bulu
halusnya untuk menempel tanpa penggunaan penghisap, lem, ataupun listrik statis.
Mereka menemukan bahwa sudut antara bulu halus dengan bidang permukaan adalah hal
yang menentukan dalam mengontrol daya menempel dan melepaskan pada tokek.
Ratusan atau ribuan lapisan kecil yang terdapat pada ujung bulu-bulu halus tokek
(disebut spatulae) akan menempel pada permukaan bidang dan berinteraksi secara
molekuler.

Dengan lebih dari 500 ribu bulu halus untuk setiap kaki, dan ratusan sampai ribuan
spatulae per bulu, akan menghasilkan interaksi molekular (dalam kimia di sebut gaya van
der waals) total sebesar 1000 kali berat tubuh tokek.
Awalnya, tim ilmuan menduga daya rekat pada tokek sama dengan pada beberapa
hewan, kodok, serangga, dan beberapa mamalia yang dapat menempel pada permukaan
berdasarkan daya rekat kapiler, mengambil keuntungan dari tegangan permukaan cairan.
Kebanyakan dari hewan-hewan ini memiliki semacam kelenjar pada kakinya yang
menghasilkan cairan yang membuat mereka dapat menempel. Namun diketahui ternyata
tokek tidak memiliki kelenjar seperti itu. Tak diragukan, spatulae pada ujung bulu-bulu
halus di kaki dapat berinteraksi dengan lapisan air sangat tipis yang terdapat pada hampir
seluruh permukaan.

Pada 2005, sebuah tim yang diketuai oleh Kellar Autumn, dosen biologi di Lewis &
Clark College di Portland, Oregon, untuk pertama kalinya berhasil mengungkapkan
bahwa tokek menjaga kaki lengketnya tetap bersih dengan mengebaskan partikel tanah
setiap kali melangkah.

Kaki tokek sangat berlawanan dengan selotip yang menjadi “magnet” untuk menarik
debu serta kotoran dan tidak dapat dipakai ulang. Dengan perekat tokek ini, bisa dibuat
material pertama yang dapat menempel sekaligus membersihkan diri dari debu setiap kali
kontak.

Saat ini ilmuwan di University of California, Berkeley, Amerika Serikat, telah berhasil
menciptakan lem sintetis yang mirip dengan cara kerja kaki lengket tokek. Ini adalah lem
pertama yang dapat membersihkan sendiri kotoran dan debu yang melekat sehabis
digunakan tanpa memerlukan air atau bahan kimia (self-cleaning dry adhesive). Tidak
seperti isolasi yang hanya bisa sekali pakai karena kotoran dan gangguan debu yang ikut
menempel. A self-cleaning dry adhesive akan mempunyai banyak manfaat, seperti pada
teknologi super konduktor, dan dapat menempel di bawah air dan di luar angkasa.

Selain itu juga penemuan ini membawa para ilmuwan itu semakin dekat dengan tujuan
membuat robot segala medan yang dapat memanjat dinding dan langit-langit di
lingkungan alami, bukan cuma di atas kaca yang bersih. Robot ini bisa pergi ke mana pun
diperlukan, mungkin untuk mencari korban yang selamat setelah bencana.
This illustration shows how a dirt particle clinging to the gecko-inspired adhesive becomes more attached to a glass surface than to the
adhesive’s microfibers, resulting in a dry self-cleaning effect. (Fearing lab/UC Berkeley)

Dalam studi terbaru, para ahli merancang perekat dengan serat mikro yang terbuat dari
polimer kaku. Dengan menggunakan bola-bola mikro berdiameter 3-10 mikrometer untuk
mensimulasikan kontaminan, para ilmuwan bisa menunjukkan bahwa serat mikro
menekan partikel bola-bola mikro ke ujung serat ketika perekatnya tidak menyentuh
permukaan. Ketika serat menekan permukaan halus, kontaminan membuat kontak yang
lebih besar dengan permukaan dibanding dengan serat.

You might also like