You are on page 1of 14

Dikta Ekonomi Perdana Wahyu Santosa

PROFITABILITAS, STRUKTUR MODAL DAN PERSEPSI PASAR


PT CIPUTRA DEVELOPMENT, Tbk: ASSET LOADED MANAGER

Perdana Wahyu Santosa 1


Universitas YARSI
perdana.wahyu@yarsi.ac.id

Abstract
This study used financial ratio and trend analysis about long-term performance of PT Ciputra
Development, Tbk (CTRA) as one of leading real estate and property companes at Indonesia
Stock Exchange (IDX). The main financial data sources for this study are the audited annual
reports of CTRA. The analysis focused on 2002-2008 period and interested in return volatility,
compound annual growth rate (CAGR), sales and net income, profitability, economic value
added, capital structure and degree of combined leverage, total assets turnover, market value
added and market risk. This research also use growth value matrix to analysis the market
perception of CTRA in 2008 that combined current performance with future growth opportunity.
The findings of the study informed us that CAGR of CTRA for Sales (19.52%), Operating Profit
(37.59%), Net income (-20.71%), Total Equity (95.28%) and Total Assets (11.33%). During
2002-2007, profitability CTRA is very weak and volatile also from negataive teritory to
1128.55%. Debt to Assets ratio of CTRA fluctuated around 44.79-104.52%. This DAR ratio
indicated that CTRA was not financially healthy especially from 2002 to 2006. Market value
added CTRA fluctuated significantly from -752.17 to 1125.46% for period 2004-2005. The
results of market perception analysis faund that CTRA has underperformance both of current
performance index and the future growth opportunity index is just belowt the average level.
Keywords: CAGR, profitability, capital structure, market perception and asset loaded manager.

I. PENDAHULUAN. (35,22%), Credit Suisse Singapore (7,99%),


dan Rollic Holding Limited (5,25%), sisanya
1.1 Latar Belakang dimiliki publik melalui pasar modal.
PT Ciputra Development, Tbk Perusahaan ini didirikan oleh pengusaha
adalah salah satu perusahaan real estate dan properti ternama alumni ITB yaitu Ir. Ciputra.
properti terpandang di Indonesia yang listing Sampai saat ini, Ciputra Development
di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 28 telah mengembangkan dan mengelola 21
Maret 1994, dengan kode CTRA berada pada properti perumahan dan komersial yang
sektor properti, real estate, dan konstruksi tersebar di 14 kota besar di seluruh Indonesia.
bangunan, dengan sub sektor properti dan real Properti komersial yang telah dikembangkan
estate. Struktur kepemilikan saham CTRA meliputi pusat perbelanjaan, hotel, apartemen
mayoritas dimiliki oleh PT Sang Pelopor servis dan lapangan golf. Ciputra

1
Penulis adalah Wakil Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi Universitas YARSI, Dosen School of Business &
Management ITB, PPM School of Management, Chief Knowledge Officer CAPITAL PRICE serta penulis puluhan
artikel Pasar Modal dan Investasi, Jl Letjen. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta, 10510.
Web: http://wisdomarket.blogspot.com dan http://smartmarket.wordpress.com

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 157


Dikta Ekonomi Perdana Wahyu Santosa

Development memiliki 5 anak perusahaan, pertumbuhan rata-rata tahunan CAGR


dengan 2 diantaranya telah go public, (Compound Annual Growth Rate) terkait 5
yaitu PT Ciputra Surya Tbk (CTRS.IJ) dan PT (lima) faktor kunci perusahaan yaitu:
Ciputra Property Tbk (CTRP.IJ). Anak Penjualan (Sales), Laba Operasi
perusahaan lainnya yang terus berkembang (Operating Profit), Laba Bersih (Net
adalah PT Ciputra Residence, PT Ciputra income), Total Aset dan Total Ekuitas.
Indah, dan PT Ciputra Graha Mitra. 2. Analisis profitabilitas perusahaan menjadi
Sektor properti merupakan salah satu faktor penentu keputusan investasi yang
sektor yang stabil pertumbuhannya yaitu meliputi Return on Equity (ROE), Return
sekitar 20% – 30% pertahun. Walaupun terjadi on Assets (ROA) dan Total Assets
krisis subprime mortgage di Amerika Serikat Turnover (TAT). Kemampu-labaan jangka
yang berdampak pada krisis ekonomi global, panjang emiten yang merefleksikan
namun tidak terlalu terasa pada sektor properti efesiensi dan efektivitas manajemen dalam
tanah air, meskipun diakui ada pengurangan mengelola perusahaan.
pertumbuhan. Hingga akhir tahun 2008, 3. Analisis jangka panjang terhadap Biaya
jumlah kapitalisasi perumahan non subsidi Modal (Cost of Capital), Return of
yang terkumpul sekitar Rp 125 triliun. Invested Capital serta nilai tambah
Sedangkan pada 2007, kapitalisasinya hanya ekonomi (Economic Value Added)
sekitar Rp 100 triliun. Pemerintah sudah merupakan hal yang harus
menaikan anggaran untuk perumahan dipertimbangkan.
bersubsidi di 2009 sebesar Rp 3,5 triliun. 4. Analisis struktur modal (capital structure)
Anggaran itu naik tiga kali lipat bila yang terkait erat dengan struktur ekuitas
dibandingkan dengan 2008 sebesar Rp 800 dan hutang perusahaan sebagai leverage.
miliar. Pemerintah untuk juga sudah Rasio Debt-Equity merupakan salah satu
menurunkan BI rate sampai 8% (Maret 2009). faktor penting bagi para investor.
Kebijakan ini diharapkan dapat turut 5. Aspek terpenting berikutnya adalah
membantu meredam dampak krisis ekonomi persepsi pasar (market perception) para
dunia terhadap sektor properti di Indonesia. analis dan pelaku pasar BEI terhadap
Diprediksi, tahun depan sektor properti emiten PT Ciputra Development, Tbk
bakalan tetap menjadi ujung tombak tersebut. Persepsi pasar dikuantifikasikan
pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5% dengan dari 2 (dua) faktor penting yaitu: kinerja
pertumbuhan sebesar 25%. keuangan saat ini (current performance)
dengan peluang tumbuh dimasa depan
1.2 Identifikasi Masalah (future growth opprtunity). Persepsi pasar
Masalah-masalah terkait dengan terhadap emiten CTRA akan menentukan
kinerja keuangan merupakan fokus dari tren pergerakan harga sahamnya dimasa
penelitian ini karena menjadi pertimbangan mendatang.
penting bagi investor ekuitas di BEI. Masalah 6. Hal-hal penting lainnya adalah meliputi
keuangan perusahaan dapat teridentifikasi perkembangan terbaru (recent
salah satunya melalui analisis kinerja development), aksi korporasi (corporate
fundamental dalam periode jangka panjang. action) dan good corporate governance
Beberapa hasil analisis keuangan agar para (GCG) emiten sebagai tanggung jawab
investor dapat mengambil keputusan investasi profesionalisme manajemen terhadap para
jangka panjangnya dengan lebih baik dan investor.
akurat adalah:
1. Analisis kinerja fundamental jangka 1.3 Perumusan Masalah
panjang sebagai acuan utama jejak rekam Berbagai masalah yang teridentifikasi,
(track record) kinerja perusahaan meliputi baik saat harga nikel terus meningkat selama

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 158


Dikta Ekonomi Perdana Wahyu Santosa

periode 2002-2007 dan setelah harga nikel tersebut. Dan yang terakhir adalah
dunia mengalami penurunan signifikan terkait memberikan landasan yang kuat dan andal
krisis ekonomi global berpengaruh besar dalam menyusun prediksi atau proforma
terhadap kinerja keuangan fundamental CTRA keuangan dengan realistis melalui asumsi-
selama periode 2002-2008 adalah: asumsi yang sesuai dengan informasi dan
1. Bagaimana pola umum volatilitas imbal analisis financial review. Dalam penelitian ini
hasil (return) saham CTRA? digunakan ratio analysis sebagai dasar
2. Bagaimana Compound Annual Growth financial review.
Rate (CAGR) Sales, Operating Profit, Net Ratio analysis adalah sebuah proses
Income, Total Asset dan Total Equity investigasi dan analisis hubungan penting
perusahaan CTRA? antara berbagai akun pada neraca (balance
3. Bagaimana tren kinerja Pendapatan dan sheet), laporan rugi-laba (income statement)
Laba perusahaan CTRA? dan arus kas (cash flow statement). Analisis
4. Bagaimana tren tingkat kemampu-labaan rasio pada penelitian ini diarahkan untuk
(profitability) perusahaan CTRA? menghubungkan berbagai rasio keuangan
5. Bagaimana tren tingkat Market Value secara multiple time periods yang biasa
Added (MVA) dan Market Risk disebut ratio trend analysis (Frykman &
perusahaan? Tolleryd, 2003) . Hal ini penting kita lakukan
6. Bagaimana persepsi pasar BEI untuk karena tren historis finansial dapat
CTRA? menggambarkan kondisi keuangan perusahaan
dengan lebih jelas lagi sesuai dengan periode
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN analisis rasio keuangannya. Teknik ini juga
KERANGKA PEMIKIRAN berguna untuk menyusun proforma analysis
yang bertujuan memprediksi kinerja keuangan
2.1 Tinjauan Pustaka dalam jangka pendek: 1-2 tahun ke depan.
Financial review adalah suatu proses Hal lain yang dapat digali dari analisis
analisis, evaluasi dan penjelasan financial rasio keuangan perusahaan adalah comparing
history dari sebuah perusahaan yang ratios overtime sesuai dengan sektor, industri
merupakan elemen penting dari proses due lainnya bahkan indeks pasar yang juga
diligence yang sangat diperlukan bagi menggunakan rasio-rasio keuangan penting
pengambilan keputusan investasi ataupun secara komposit. Penggunaan analisis rasio
penawaran akuisisi strategik (Ferris & Pettit, berdasarkan metode DuPont Model yang
2002). Dalam financial review terdapat empat cukup baik untuk menjelaskan area
fungsi penilaian penting dalam menganalisis profitabilitas dan manajemen aset perusahaan.
calon saham/emiten yang akan dibeli. Analisis DuPont ini meliputi beberapa rasio
Pertama, memberikan informasi yang penting yang bermuara pada Return on Asset
diperlukan untuk para investor terkait kondisi perusahaan melalui tiga area analisis yaitu:
keuangan target emiten/saham yang diminati. 1. Mengukur efetivitas perusahaan dalam
Kedua, mengidentifikasi kekuatan (strengths) menggunakan asetnya untuk menciptakan
dan kelemahan (weaknesses) keuangan pendapatan (revenue/sales).
emiten/ perusahaan yang mana dapat menjadi 2. Mengukur investasi perusahaan pada
faktor penentu prospek kinerja keuangan di modal kerja (working capital) untuk
masa depan. Ketiga, membantu dan menjalankan operasional yang efisien serta
memberikan referensi penting terkait dengan ongoing.
fundamental business model 3. Mengukur investasi perusahaan pada
emiten/perusahaan serta mengidentifikasi periode jangka panjang (long-term
pendapatan utama (key revenue) dan biaya investment) melalui konsep revenue-
pokok (cost drivers) dari bisnis emiten producing assets.

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 159


Dikta Ekonomi Perdana Wahyu Santosa

a. Compound Annual Growth Rate (CAGR) Dengan demikian, semakin tinggi nilai NPM
semakin efektif manajemen menciptakan laba
Merupakan ukuran penting untuk aktual dari pendapatan. Beberapa literatur
menilai tingkat pertumbuhan kumulatif rerata menyebut NPM sebagai net margin (marjin
tahunan perusahaan selama periode tertentu bersih). NPM kerap dijadikan tolok ukur untuk
yang diperhitungkan. Compound Annual melakukan komparasi antara perusahaan yang
Growth Rate (CAGR) dihitung dari akar ke-n dianalisis dengan perusahaan sejenis.
persentase total pertumbuhan, dengan n adalah
jumlah tahun dalam periode yang dianalisis. c. Efektivitas Perusahaan dalam
Persamaan perhitungan CAGR adalah sebagai Menggunakan Aset
berikut: Untuk mengukur seberapa efektif
⎛ 1 ⎞
⎜ ⎟ perusahaan mampu memanfaatkan aset-
⎡ Ending Value ⎤ ⎝ #Years ⎠
CAGR = ⎢ ⎥ −1 (1) asetnya, baik aset lancar (current assets)
⎣ Beginning ⎦ maupun aset tetap (fixed assets/non current
assets) untuk menciptakan pendapatan (sales).
Analisis CAGR dapat memberikan gambaran Untuk mengetahui ukuran tersebut, digunakan
umum pertumbuhan kumulatif rerata rasio Total Assset Turnover (TAT) yang
keuangan perusahaan sehingga para investor merupakan rasio antara sales terhadap total
memahami dengan baik berbagai pertumbuhan assets. TAT dirumuskan sebagai berikut ini:
keuangan perusahaan sesuai dengan periode
yang dinalisis. Pada umumnya, analisis CAGR Net Sales
terkait dengan akun perusahaan yang dinilai TAT = (3)
Average Total Assets
penting seperti sales, operating profit, net
income, total equity dan total assets.
Rasio TAT mewakili ukuran tingkat efisiensi
perusahaan dalam menggunakan aset yang
b. Efektivitas Perusahaan Mengelola
dimiliki untuk menghasilkan sales. Semakin
Biaya
tinggi rasio TAT semakin efisien perusahaan
Dalam melakukan pengukuran
dalam menggunakan asetnya (Frykman &
efektivitas perusahaan dalam menghasilkan
Tolleryd, 1999).
pendapatan digunakan laporan keuangan rugi-
laba (income statement) terutama akun-akun
d. Profitabilitas Perusahaan
biaya yang terkait dengan Cost of Goods Sold
Tujuan utama manajemen perusahaan
(COGS), General & Administrative Expenses
adalah memaksimalkan kekayaan pemegang
(S, G & A), Interest rate, dan income tax.
saham sebagai principle goal. Oleh karena itu,
Seluruh akun-akun tersebut membentuk Total
ukuran kemampulabaan perusahaan atau
Cost perusahaan dan Net income (laba bersih)
profitabilitas merupakan hal yang sangat
dapat diperoleh melalui perhitungan: Sales –
penting bagi para investor dalam menilai
Total Cost = Net income. Maka Net Profit
kualitas profesionalisme manajemen
Margin (NPM) dapat dihitung melalui rasio:
mengelola aset perusahaan dan penciptaan
laba bersih (Damodaran, 2006). Salah satu
Net Income
NPM = (2) rasio yang secara luas digunakan adalah
Net Sales Return on Equity (ROE) yang dirumuskan
sebagai berikut ini:
Nilai NPM mengindikasikan kemampuan
manajemen mengkonversikan pendapatan
(sales) menjadi laba aktual (net income).

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 160


Dikta Ekonomi Perdana Wahyu Santosa

Net Income after Tax-Preferred Stock Dividends


ROE = (4)
Average Common Stockholder's Equity
ROE = Profitability x Financial Leverage
Net Income after Tax Average Total Assets (5)
= x
Average Total Assets Avg Shareholders's Equity

Disamping ROE, ukuran profitabilitas bagaimana perusahaan dimodali (financed)


perusahaan lainnya adalah Return on Assets serta seberapa besar manajemen mampu
(ROA) yang terkait dengan financial leverage. mengungkit investasi para pemilik. ROA
Financial leverage menjelaskan kepada kita secara umum dirumuskan sebagai berikut ini:

Profitability = Net Profit Margin x Asset Turnover


Net Income after Tax Net Sales (6)
= x
Net Sales Avg Total Assets

Apabila dikomposisikan antara ROE dengan financial leverage diperoleh persamaan berikut ini:

ROE = (Net Profit Margin x Assets Turnover) x Financial Leverage (7)

e. Economic Value Added Semakin tinggi nilai EVA maka nilai


Economic value added (EVA) adalah sebuah perusahaan (value of the firm) akan semakin
ukuran finansial perusahaan yang merupakan baik sehingga akan menciptakan nilai tambah
tingkat keberhasilan perusahaan (emiten) ekonomis bagi para pemegang sahamnya.
dalam menciptakan nilai tambah ekonomi. Artinya nilai EVA positif menunjukkan bahwa
Ukuran yang digunakan untuk EVA tidak manajemen memiliki kemampuan
berbasis rasio-rasio keuangan seperti return of mentransformasikan Net sales menjadi EVA
investment (ROI), return on equity (ROE) dan positif dengan menutup biaya operasi, pajak
return on asset (ROA). Nilai EVA dapat dan biaya modal. Selama tingkat
dihitung dengan cara (Young & O’Byrne, pengembalian yang diperoleh dari aktiva
2001): bersih (net assets) yang merupakan jumlah
kas, kebutuhan modal kerja (working capital
Penjualan Bersih (Net Sales) requirement/WCR), dan aktiva tetap (fixed
(-) Biaya Operasi (Operating Cost) assets) melebihi biaya modal yang
diinvestasikan maka EVA akan positif.
= Laba Operasi (Operating Profit) Pengembalian pada aktiva bersih (return on
(-) Pajak (Tax) assets/RONA):
= Laba Operasi Bersih Sesudah Pajak NOPAT
(Net Operating Profit After RONA = (8)
Tax/NOPAT) Net Assets
(-) Biaya Modal (Modal Diinvestasikan x Sedangkan net assets adalah invested capital,
Biaya Modal)=(Invested Capital x maka:
WACC)
= NOPAT
EVA RONA = (9)
Invested Capital

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 161


Dikta Ekonomi Perdana Wahyu Santosa

RONA atau ROIC merupakan ukuran perubahan selisih EBIT-Interest. Sedankan


efektivitas perusahaan dalam menggunakan DCL merangkum pengaruh DOL dan DFL
modal bagi operasionalnya. Ketika RONA terhadap net income perusahaan yang
lebih besar dari WACC maka EVA positif, disebabkan oleh fluktuasi sales (Sembel &
begitu pula jika RONA lebih kecil dari WACC Santosa, 2009). Lebih jauh, DCL mengukur
maka dengan sendirinya EVA negatif karena: sensitivitas persentase perubahan EPS
terhadap persentase perubahan sales. Semakin
EVA = ( RONA − WACC ) x Invested Capital (10) tinggi DCL, semakin besar biaya tetap dan
Dan Weighted Average Cost of Capital semakin rentan perubahan net CTRAme
(WACC): terhadap perubahan sales namun perusahaan
dengan DCL yang lebih tinggi tidak berarti
D E lebih berisiko dibandingkan perusahaan
WACC = ⋅ rD (1 − T ) + ⋅ rE (11)
D+E D+E dengan DCL yang rendah.

D : Total Hutang (Debt)


III. METODE PENELITIAN
E : Total Ekuitas
rD : rate biaya hutang Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis laporan
rE : rate biaya ekuitas keuangan (financial report analysis) selama
T : rate pajak (tax) periode 2002-2008. Dalam penelitian ini
digunakan ratio analysis sebagai dasar
WACC merupakan biaya modal yang financial review. Analisis dilakukan secara
ditanggung perusahaan yang menggambarkan komphrehensif dan disajikan dalam bentuk
expected return (tingkat imbal hasil yang grafik/charts yang berurutan dari tahun ke
diharapkan) dari semua sumber pembiayaan tahun (time series) agar mudah dipahami. Data
yang digunakan perusahaan baik modal disetor penelitian yang digunakan adalah laporan
investor maupun hutang yang diperoleh pihak keuangan perusahaan PT Ciputra
bank atau pihak lainnya. WACC dihitung Development, Tbk teraudit oleh Kantor
berdasarkan rata-rata tertimbang dari biaya Akuntan Publik (KAP) dan disetujui diterima
semua modal yang digunakan perusahaan. oleh otoritas BEI secara resmi sebagai
keterbukaan informasi emiten yang
f. Leverage profesional dan dapat dipertanggung
Leverage adalah ukuran penggunaan jawabkan. Periode laporan keuangan teraudit
hutang untuk membiayai operasi dan/atau yang dianalisis adalah 2002-2008.
aset-aset perusahaan untuk meningkatkan
earnings before interest and taxes (EBIT) dan Rancangan Analisis Fundamental
earnings per share (EPS). Untuk menganalisis Keuangan
ukuran efektivitas leverage perusahaan. Rancangan analisis keuangan
Terdapat tiga rasio leverage: degree of merupakan framework yang menjadi acuan
operating leverage (DOL), degree of financial analisis penelitian ini. Secara substansial, ROE
leverage (DFL), dan degree of combined merupakan ukuran profitabilitas akhir yang
leverage (DCL). DOL merupakan ukuran dibentuk oleh 3 (tiga) analisis utama yaitu: (1)
sensitivitas persentase perubahan EBIT Profitabilitas, (2) Assets Turnover dan (3)
dibandingkan persentase perubahan sales. Financial Leverage.
DFL dijadikan ukuran sensitivitas persentase
perubahan EBIT dibandingkan persentase

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 162


Dikta Ekonomi Perdana Wahyu Santosa

Gambar 1.
Kerangka Rancangan Analisis

Return on Equity

Profitablity Asset Turnover Financial Leverage

• COGS:revenues • CA turnover • Quick Ratio


• Gross Profit:revenues • AR turnover • Opr cash flow ratio
• SG&A : revenues • Inventory turnover • Debt-Equity ratio
• R & D Expense: revenues • Acc Payable’s turnover • Debt-Assets ratio
• Interest Exp:revenues • Day’s payable period • Interest coverage
• IBT:revenues Properti, plant, equipment
• Income taxes:revenues turnover

Sumber: Frykman & Tolleryd (2003)

Ketiga faktor fundamental utama perusahaan mencetak rekor new high dalam sejarah pasar
CTRA tersebut merupakan acuan analisis modal Indonesia hingga kisaran Rp. 1000,- per
keuangan penelitian ini seperti terlihat pada lembar. Begitu juga sebaliknya, kejatuhan BI
gambar 1. rate hingga 6,5% karena karena krisis
ekonomi global pada dua triwulan terkahir
2008, membuat harga saham CTRA
IV. HASIL PENELITIAN DAN terperosok sangat dalam hingga level di bawah
PEMBAHASAN Rp. 200,- yang merupakan harga terendah
dalam 5 tahun terakhir.
4.1 Pergerakan Harga CTRA 2002-2009
Secara umum pergerakan harga saham Gambar 2.
CTRA sangat erat korelasinya dengan Pergerakan Harga Saham CTRA 2002-
fluktuasi indikator ekonomi makro nasional 2009
maupun dunia karena saham CTRA
merupakan saham berbasis discount rate. Hal
ini disebabkan hampir semua aktivitas
finansial CTRA mengandalkan tingkat suku
bunga seperti kredit konstruksi, kredit
pemilikan rumah atau apartemen dan laionnya.
Semakin tinggi tingkat interest rate maka
harga saham CTRA akan mengikutinya
dengan korelasi sekitar 78% bahkan memiliki
interdependensi yang signifikan. Saat tingkat
BI rate mencapai puncaknya 9,5% pada
Triwulan terakhir 2007, harga saham CTRA Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2009

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 163


Dikta Ekonomi Perdana Wahyu Santosa

Analisis pergerakan harga saham Pertumbuhan struktur modal CTRA


CTRA dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian membukukan CAGR sepanjang 2002-2008
utama yaitu Periode 1: Januari 2002-Januari untuk total assets dan total equity masing-
2006; di mana pada periode ini pergerakan masing sebesar 95,28% dan 11,33%.
harga cenderung up trend dengan volatilitas Pertumbuhan total equity dinilai terlalu tinggi
yang relatif tinggi. Periode 2: Januari 2006- dibandingkan dengan total asset dinilai kurang
Januari 2008, terjadi peningkatan harga saham berimbang sehingga teridentifikasi adanya
CTRA yang sangat tinggi dari Rp. 380 masalah leverage dan beban finansial jangka
menjadi Rp. 1.100,- perlembar. dan Periode 3: panjang. Hasil analisis CAGR pada Tabel 1,
Januari 2008-Januari 2009, sejak Januari 2008 menujukkan bahwa CTRA mempunyai
hingga 31 Oktober 2008, harga saham kemampuan finansial yang kurang baik
perusahaan turun 88,32%, di sisi lain, pada dengan rerata pertumbuhan net income dengan
periode yang sama, IHSG mengalami -20,71%, dalam periode 2002-2008. Selain itu,
kejatuhan hingga 53,99%. Tingkat volatilitas struktur modal CTRA teridentifikasi kurang
return saham pada April 2008 rerata sekitar begitu sehat karena proporsi CAGR total
67,84%. Angka tersebut lebih tinggi equity dengan total assets yang tidak
dibandingkan IHSG dengan volatilitas sekitar seimbang.
37,40%. Maka market risk (beta) saham
CTRA berkisar 1,53 pada 2008 yang terus 4.3 Analisis Tren Pendapatan & Laba
meningkat dalam lima tahun terakhir. Hasil analisis pendapatan dan laba
menunjukkan sekalipun perekonomian dunia
4.2 Analisis Compound Annual Growth Rate melemah dan daya beli masyarakat
Sepanjang tahun 2002-2008, mengalami penurunan, CTRA tetap mampu
perusahaan real estate ini mampu membukukan keuntungan pada tahun 2008.
meningkatkan sales dengan rata-rata Penjualan tahunan CTRA tercatat berhasil
pertumbuhan per tahun (Compound Annual mencapai rekor tertinggi ketiga dalam sejarah
Growth Rate-CAGR) sebesar 19,52%. perusahaan pada tahun 2007 sebesar Rp.
Sedangkan Profitabilitas perusahaan 1,347,518,000,000,-. Pendapatan CTRA terus
khususnya operating profit juga terus meningkat hingga 2007, namun mengalami
meningkat signifikan dengan CAGR 37,59%. sedikit penurunan pada tahun 2008.
Namun disayangkan CAGR net income Sedangkan marjin laba bersih (net profit
perusahaan justru masih negatif - margin/NPM)) CTRA sejak tahun 2003
20,71%. Pertumbuhan rata-rata tahunan berfluktuasi antara -29,69% -hingga 48,25%.
(CAGR) Sales dan Operating Profit relatif NPM mewakili tingkat efektivitas perusahaan
tinggi dan konsisten menunjukkan bahwa dalam mengelola biaya-biaya untuk
bisnis perusahaan cukup menjanjikan di masa mengkonversi sales menjadi laba aktual.
depan, namun tingkat efisiensinya masih perlu
ditingkatkan. Gambar 3.
Tabel 1. Tren Sales & Profit CTRA 2002-2008
Compound Annual Growth Rate CTRA
2002-2008
Growth 2002-2008
CAGR CAGR
Sales 19.52% Total Equity 95.28%
Operating Profit 37.59% Total Assets 11.33%
Net Income -20.71%
Sumber: CTRA (2010)

Sumber: CTRA (diolah) dan CAPITAL PRICE ( 2009

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 164


Dikta Ekonomi Perdana Wahyu Santosa

Penjualan 2008 tercatat lebih rendah global. Nilai penjualan (sales) CTRA pada
dari tahun 2007, disebabkan adanya 2008 menunjukkan penurunan yang tidak
penurunan permintaan seiring melemahnya signifikan karena ekspektasi pemulihan
daya beli masyarakat akibat krisis keuangan ekonomi global pada 2009-2010.

Gambar 4.
Presales vs Lending Rates CTRA

4.4 Analisis Tren Profitabilitas bidang real estate dan property ternyata belum
Selama 2002-2007, return on equity mampu menunjukkan kinerja profitabilitas
(ROE) dan return on assets (ROA) perusahaan yang positif. Tren penguatan harga selama
mengalami penurunan yang sangat signifikan, periode 2004-2008 ternyata tidak
dari 2003 hingga 2008 menunjukkan kinerja mencerminkan kinerja perofitabilitas
profitabilitas yang sangat rendah. Sedangkan perusahaan secara objektif. Diduga CTRA
Total assets turnover (TAT) CTRA secara mengalami ketidak efisienan biaya operasional
konsisten meningkat sejak 2002 hingga 2006 dan/atau beban utang jangka penjang yang
selanjutnya mengalami penurunan pada 2007- berlebihan selama ini.
2008. Rasio TAT mewakili ukuran tingkat
efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset Gambar 6.
yang dimiliki untuk menghasilkan sales. Retained Earnings vs Net Income CTRA
Semakin tinggi rasio TAT semakin efisien 1997-2010
perusahaan dalam menggunakan asetnya
(Frykman & Tolleryd, 1999).

Gambar 5.
Tren ROE, ROA & TAT CTRA 2002-2008

Sumber: CTRA & CIMB (2010)

Pada gambar 6, terlihat bahwa sejak


1997 hingga 2010 CTRA tidak pernah
Sumber: CTRA (diolah) dan CAPITAL PRICE ( 2009) mencetak laba bersih (net income) yang positif
Secara umum dapat diidentifikasi bahwa atau selalu mengalami kerugian kecuali pada
CTRA yang merupakan perusahaan ternama di 2002. Hal ini membuktikan bahwa

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 165


Dikta Ekonomi Perdana Wahyu Santosa

profitabilitas perusahaan sangat buruk dan Temuan tersebut mengindikasikan


belum memberikan indikasi yang positif bahwa secara umum struktur modal CTRA
dalam periode 12 tahun terakhir. Di samping yang sebelumnya kurang baik berubah
itu, laba ditahan (retained earnings) CTRA menjadi solid dan kembali manajemen
juga selalu berada pada teritori negatif kecuali mempunyai ruang yang untuk menambah
pada 1997 dan 2010. Namun profitabilitas porsi utangnya untuk mendukung kegiatan
CTRA masih memberikan harapan karena produksi di masa depan. Dengan demikian,
sekalipun selalu berada pada wilayah negatif, saat ini CTRA mempunyai kekuatan finansial
net income perusahaan membentuk tren positif yang stabil untuk terus berekspansi karena
yang konsisten sejak 2004 hingga 2010 mempunyai kemampuan mengelola utangnya
(estimasi). dengan efisien.

4.5 Analisis Tren Struktur Modal 4.6 Analisis Tren MVA & Market Risk
Tren struktur modal CTRA 2006-2008 Market Value Added (MVA)/BV
menunjukkan bahwa tingkat rasio struktur adalah selisih antara harga saham (market
modal debt to equity (DER) terlihat meningkat value) perusahaan dengan nilai buku ekuitas
secara kurang proporsional dari tahun ke tahun (book value). Nilai MVA/BV yang positif
(up trend), begitu pula rasio antara equity-to- memberikan indikasi bahwa CTRA telah
assets yang cukup stabil dan konsisten memberikan nilai tambah terhadap nilai buku
pertumbuhannya. Pada periode sebelumnya, ekuitasnya. Semakin tinggi nilai MVA CTRA
2002-2005, struktur modal CTRA agak maka nilai yang diberikan kepada investor
memprihatinkan dengan DAR yang sangat semakin tinggi. Pada periode April 2003,
tinggi. Debt-to-assets ratio (DAR) yang MVA CTRA masih berada pada wilayah
mewakili penggunaan hutang dalam proporsi positif 43,15% sehingga tidak memberikan
aset CTRA.Pada 2005-2006, rasio debt-to- nilai tambah yang memadai kepada
assets (DAR) mengalami penurunan (down investornya. Kondisi ini dipengaruhi oleh
trend) dari level 100% menjadi sekitar 40- belum pulihnya ekonomi dunia akibat krisis
50%. Penurunan tersebut disebabkan moneter 1998 lalu sehingga nilai tambahnya
masuknya modal (equity) baru sehingga rasio menjadi kurang memuaskan. Namun
DER menjadi lebih baik. Pada periode 2006- memasuki 2004, nilai MVA sudah meningkat
2008 tampak nilai DAR mengalami kenaikan sangat signifikan menjadi 1125.46%.
kembali ke tingkat 50-55%.
Gambar 8.
Gambar 7. Tren MVA & Market Risk CTRA 2002-008
Tren Struktur Modal CTRA 2002-2008

Sumber: CTRA (diolah) dan CAPITAL PRICE ( 2009)

Periode April 2005-2006, ekonomi


Sumber: CTRA (diolah) dan CAPITAL PRICE ( 2009) global mengalami booming dan berimbas
positif bagi indikator perekonomian nasional

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 166


Dikta Ekonomi Perdana Wahyu Santosa

namun kinerja MVA CTRA kembali anjlok ke dan tidak stabil mengindikasikan bahwa
wilayah negatif -547.21% dan -752.17%. kinerja perusahaan memang tidak konsisten.
Kemudian pada periode April 2007 MVA Hasil analisis rasio equity market performance
CTRA kembali mengalami perbaikan ke CTRA secara umum dapat disimak pada Tabel
wilayah positif yaitu 113.16% dan kembali 2 di bawah ini:
anjlok menjadi -14.69% pada April 2007.
Kondisi tren MVA CTRA yang berfluktuasi

Tabel 2.
Equity Market Performance CTRA 2003-2008
Equity Market Performance
Apr-03 Apr-04 Apr-05 Apr-06 Apr-07 Apr-08
Return volatility (annualized) 52.31% 155.16% 76.31% 55.67% 71.38% 67.84%
Average return (annualized) -49.14% 286.66% 76.10% -26.00% 112.75% -22.84%
Market risk (β) 0.93 1.37 1.68 1.47 1.67 1.57
Book Value (BV) 44.71 34.93 -139.08 -59.80 446.62 579.07
Market Value (MV)–Average April 64.00 428.00 622.00 390.00 952.00 494.00
Earnings Per Share (EPS) 504.56 77.63 -135.98 49.14 165.00 25.68
Price to Book Value (PBV) 1.43 12.25 -4.47 -6.52 2.13 0.85
Price-Earnings Ratio (PER) 0.13 5.51 -4.57 7.94 5.77 19.24
Market Value Added (MVA) / BV 43.15% 1125.46% -547.21% -752.17% 113.16% -14.69%
Sumber: CTRA (diolah) dan CAPITAL PRICE ( 2009)

4.7 Analisis Market Perception Map pertumbuhan bisnis perusahaan di masa depan
Analisis growth value matrix untuk atau future growth opportunity (FGO) berada
saham CTRA menujukkan hasil bahwa hingga di bawah (undeperformance) rata-rata pospek
2008, ekspektasi pasar terhadap profitabilitas bisnis perusahaan lainnya. Hasil pemetaan
perusahaan jangka pendek atau current persepsi pasar ini menujukkan bahwa saham
performance (CP) masih di bawah rerata CTRA hanya mampu berada pada wilayah
perusahaan lainnya. Begitu pula dengan kuadran I yaitu asset loaded manager saja.
ekspektasi pasar terhadap prospek

Gambar 9
Pemetaan Persepsi Pasar CTRA 2008

Sumber: CAPITAL PRICE (2009)

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 167


Dikta Ekonomi Perdana Wahyu Santosa

Land Banking investor untuk mengukur sejauh mana prospek


Penilaian para investor terhadap bisnis CTRA di masa depan. Untuk itu,
saham-saham sektor real estate dan properti analisis terhadap penguasaan lahan harus
tidak lepas dari analisis land banking yang dibagi menjadi dua bagian: 1). Lahan yang
dikuasai emiten yang bersangkutan. Hal developed dan 2). Raw land (lahan mentah).
tersebut sangat penting untuk diketahui

Gambar 10.
Land Banking CTRA 2010

Sumber: CTRA dan CIMB (2010)

V. SIMPULAN sebesar 37,59% dan Net income memiliki


CAGR yang negatif 20,71%. Temuan-
Beberapa kesimpulan yang dapat temuan ini menunjukkan bahwa
disajikan sesuai dengan perumusan masalah fundamental keuangan saham CTRA
pada penelitian ini adalah sebagai berikut: relatif kurang baik dan kurang menjanjikan
1. Pola volatilitas imbal hasil saham (return) prospek bisnis yang cerah dikemudian
CTRA sepanjang April 2003-April 2008 hari.
berfluktuasi antara 52,31% hingga 3. Sales CTRA terus meningkat dengan
155,16%. Ditemukan volatilitas imbal konsisten dari Rp. 447,119 miliar pada
hasil yang ekstrem perbedaannya pada 2002 hingga mencapai level tertingginya
periode 2003-2004 yaitu dari 52,31% pada 2007 yaitu sebesar Rp 1,347 triliun
menjadi 155,16%. Volatilitas return pada seiring melonjaknya daya beli masyarakat
tahun 2005 adalah 76,31%; pada 2005 terhadap residential landed. Untuk 2007,
turun menjadi 55,67%; psedangkan pada sales perusahaan meningkat 13,65%
2007 tercatat 71,38% dan pada 2008 dibanding tahun sebelumnya. Demikian
menurun hingga 67,84%. juga dengan marjin laba bersih atau net
2. Analisis menunjukkan bahwa rata-rata profit margin (NPM) perusahaan,
pertumbuhan per tahun (CAGR) sepanjang berfluktuasi selama periode 2006-2007
2002-2008 untuk CTRA adalah sales antara -29,69%-181,96.
dengan rata-rata pertumbuhan per tahun 4. CTRA mencatatkan CAGR total equity
sebesar 19,52%. Profitabilitas operasional dan total assets masing-masing sebesar
CTRA yang diwakili Operating Profit 95,28% dan 11,33%. Selama 2002-2007,
tercatat sangat baik yaitu dengan CAGR debt-to-assets ratio (DAR), yang mewakili

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 168


Dikta Ekonomi Perdana Wahyu Santosa

penggunaan hutang dalam proporsi aset


CTRA, berfluktuasi pada kisaran 44,79%-
104,52%. Pada tahun 2004, debt-to-assets DAFTAR PUSTAKA
ratio (DAR) mencapai titik tertinggi yaitu
104,52% sebelum akhirnya menurun pada Achaya, Viral A., Julian Franks and Henri
tahun-tahun berikutnya hingga 2006 dan Seraes, 2007, Private Equity: Boom or
2007 DAR terus membaik hanya mencapai Bust, Journal of Corporate Finance 19,
44,79% dan 49,39%. No. 4 (Fall), pp. 44-53.
5. Nilai profitabilitas yang diwakili oleh Brown, Keith C & Gregory D. Brown, 1987,
return on equity (ROE) dan return on Does the Portfolio Composition of the
assets (ROA) perusahaan terus Market Really Matter?, Journal of
berfluktuasi dan tidak stabil. Untuk ROE, Portfolio Management 13, No. 2
titik tertinggi kemampu labaan dicapai (Winter), pp. 22-32
tahun 2002 yaitu 1128,55% dan yang Brown, Keith. C and Frank K. Reiley, 2009,
terendah pada 2007 adalah 4,43%. Analysis of Investments and
Demikian pula, untuk return on assets Management Portfolios, Ninth Edition,
(ROA) perusahaan terus berfluktuasi dan South-Western Cancage Learning,
tidak konsisten dan mencapai tingkat Canada.
terbaiknya yaitu 17,16% pada 2002 yang Damodaran, Aswath, 2006, Damodaran on
terendah -4,42% pada 2004. Kemampuan Valuation: Security Analysis for
manajemen perusahaan dalam Investment and Corporate Finance,
menciptakan profit tergolong kurang baik 2nd Edition, John Willey & Sons, Inc.,
namun laba operasionalnya cukup tinggi Hoboken, New Jersey, USA.
(excellent). Barus, Felicia & Ferry Wong, 2010, Indonesia
6. Kinerja saham perusahaan CTRA Property: Robust 2H09 Pre-Sales,
sepanjang periode 2002-2007 terus Macquaire Equity Research, Asia
meningkat signifikan, namun tidak disertai Specilist, Indonesia.
peningkatan shareholder market value Frykman, David & Jakob Tolleryd, 2003,
added (MVA) terhadap equity book value Corporate Valuation: An Easy Guide
(BV). MVA berfluktuasi dan tidak stabil to Measuring Value, Prentice-Hall-
sehingga tidak memberikan nilai tambah Financial Times, Great Britain, UK.
bagi investornya. Nilai MVA terendah Frykman, David & Jakob Tolleryd,1999,
adalah -547,21% pada 2005 dan yang Valuation of Knowledge Companies-
tertinggi mencapai 1125,46% pada tahun Identifying the Key Drivers, Prentice-
sebelumnya. Hall-Financia Times, Great Britain,
7. Hasil analisis growth value matrix yang UK.
dipetakan pada Market Perception Map Lebowitz, Martin L & Stanley Kogelman,
2008, menunjukkan bahwa perusahaan 1994, Inside the P/E Ratio: The
pertambangan nikel ini berada pada Franchise Factor, Financial Analysis
kuadran I. Posisi CTRA tersebut Journal, Vol 46. No. 6, pp. 17-35
mengindikasikan perusahaan berada pada Miller, Jannet T., 2001, Investment Counseling
level antara asset loaded manager. Kinerja for Privete Clients, III,
saat di di bawah rerata kinerja pasar dan Charlotottesville, VA: AIMR
prospek bisnis yang kurang memadai World Bank, 2010, Global Economic
(underperformance). Prospect: Crisis, Finance and Growth
2010, diunduh pada 22 Januari 2010
dari http://researchrecap.com

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 169


Dikta Ekonomi Perdana Wahyu Santosa

Modigliani, Franco & Leah Modigliani


(1997), Risk-Adjusted Performance,
Journal of Portfolio Management, Vol -------------------------, 2009, Prospek Investasi
23, No. 2 (Winter), pp. 45-54. di Pasar Modal 2010, Artikel
Santosa, Perdana W., 2010, Prospek dan Elektronik,Jakarta
Perkembangan Pasar Modal (http://www.yarsi.ac.id)
Indonesia, Artikel untuk Menko Sembel, Roy., et al, 2009, Capital Market
Perekonomian Republik Indonesia, Trends 2008/2009: Indonesia Stock
Unpublish, Jakarta. Exchange, Research Bundle of
--------------------------, 2010, Prospek Ekonomi Fundamental Analysis, CAPITAL
Global 2010 Versi World Bank, PRICE, Jakarta.
Resume,Jakarta Toisuta, Lydia, 2010, Ciputra Development:
(http://www.kompasiana.com/perdana. Turning Around, CIMB Research,
wahyu Indonesia

Volume 6 Nomor 3, Desembers 09 / Dzulhijjah 1430 H ISSN 1411 – 776 170

You might also like