Professional Documents
Culture Documents
Abstract
This study used financial ratio and trend analysis about long-term performance of PT Ciputra
Development, Tbk (CTRA) as one of leading real estate and property companes at Indonesia
Stock Exchange (IDX). The main financial data sources for this study are the audited annual
reports of CTRA. The analysis focused on 2002-2008 period and interested in return volatility,
compound annual growth rate (CAGR), sales and net income, profitability, economic value
added, capital structure and degree of combined leverage, total assets turnover, market value
added and market risk. This research also use growth value matrix to analysis the market
perception of CTRA in 2008 that combined current performance with future growth opportunity.
The findings of the study informed us that CAGR of CTRA for Sales (19.52%), Operating Profit
(37.59%), Net income (-20.71%), Total Equity (95.28%) and Total Assets (11.33%). During
2002-2007, profitability CTRA is very weak and volatile also from negataive teritory to
1128.55%. Debt to Assets ratio of CTRA fluctuated around 44.79-104.52%. This DAR ratio
indicated that CTRA was not financially healthy especially from 2002 to 2006. Market value
added CTRA fluctuated significantly from -752.17 to 1125.46% for period 2004-2005. The
results of market perception analysis faund that CTRA has underperformance both of current
performance index and the future growth opportunity index is just belowt the average level.
Keywords: CAGR, profitability, capital structure, market perception and asset loaded manager.
1
Penulis adalah Wakil Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi Universitas YARSI, Dosen School of Business &
Management ITB, PPM School of Management, Chief Knowledge Officer CAPITAL PRICE serta penulis puluhan
artikel Pasar Modal dan Investasi, Jl Letjen. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta, 10510.
Web: http://wisdomarket.blogspot.com dan http://smartmarket.wordpress.com
periode 2002-2007 dan setelah harga nikel tersebut. Dan yang terakhir adalah
dunia mengalami penurunan signifikan terkait memberikan landasan yang kuat dan andal
krisis ekonomi global berpengaruh besar dalam menyusun prediksi atau proforma
terhadap kinerja keuangan fundamental CTRA keuangan dengan realistis melalui asumsi-
selama periode 2002-2008 adalah: asumsi yang sesuai dengan informasi dan
1. Bagaimana pola umum volatilitas imbal analisis financial review. Dalam penelitian ini
hasil (return) saham CTRA? digunakan ratio analysis sebagai dasar
2. Bagaimana Compound Annual Growth financial review.
Rate (CAGR) Sales, Operating Profit, Net Ratio analysis adalah sebuah proses
Income, Total Asset dan Total Equity investigasi dan analisis hubungan penting
perusahaan CTRA? antara berbagai akun pada neraca (balance
3. Bagaimana tren kinerja Pendapatan dan sheet), laporan rugi-laba (income statement)
Laba perusahaan CTRA? dan arus kas (cash flow statement). Analisis
4. Bagaimana tren tingkat kemampu-labaan rasio pada penelitian ini diarahkan untuk
(profitability) perusahaan CTRA? menghubungkan berbagai rasio keuangan
5. Bagaimana tren tingkat Market Value secara multiple time periods yang biasa
Added (MVA) dan Market Risk disebut ratio trend analysis (Frykman &
perusahaan? Tolleryd, 2003) . Hal ini penting kita lakukan
6. Bagaimana persepsi pasar BEI untuk karena tren historis finansial dapat
CTRA? menggambarkan kondisi keuangan perusahaan
dengan lebih jelas lagi sesuai dengan periode
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN analisis rasio keuangannya. Teknik ini juga
KERANGKA PEMIKIRAN berguna untuk menyusun proforma analysis
yang bertujuan memprediksi kinerja keuangan
2.1 Tinjauan Pustaka dalam jangka pendek: 1-2 tahun ke depan.
Financial review adalah suatu proses Hal lain yang dapat digali dari analisis
analisis, evaluasi dan penjelasan financial rasio keuangan perusahaan adalah comparing
history dari sebuah perusahaan yang ratios overtime sesuai dengan sektor, industri
merupakan elemen penting dari proses due lainnya bahkan indeks pasar yang juga
diligence yang sangat diperlukan bagi menggunakan rasio-rasio keuangan penting
pengambilan keputusan investasi ataupun secara komposit. Penggunaan analisis rasio
penawaran akuisisi strategik (Ferris & Pettit, berdasarkan metode DuPont Model yang
2002). Dalam financial review terdapat empat cukup baik untuk menjelaskan area
fungsi penilaian penting dalam menganalisis profitabilitas dan manajemen aset perusahaan.
calon saham/emiten yang akan dibeli. Analisis DuPont ini meliputi beberapa rasio
Pertama, memberikan informasi yang penting yang bermuara pada Return on Asset
diperlukan untuk para investor terkait kondisi perusahaan melalui tiga area analisis yaitu:
keuangan target emiten/saham yang diminati. 1. Mengukur efetivitas perusahaan dalam
Kedua, mengidentifikasi kekuatan (strengths) menggunakan asetnya untuk menciptakan
dan kelemahan (weaknesses) keuangan pendapatan (revenue/sales).
emiten/ perusahaan yang mana dapat menjadi 2. Mengukur investasi perusahaan pada
faktor penentu prospek kinerja keuangan di modal kerja (working capital) untuk
masa depan. Ketiga, membantu dan menjalankan operasional yang efisien serta
memberikan referensi penting terkait dengan ongoing.
fundamental business model 3. Mengukur investasi perusahaan pada
emiten/perusahaan serta mengidentifikasi periode jangka panjang (long-term
pendapatan utama (key revenue) dan biaya investment) melalui konsep revenue-
pokok (cost drivers) dari bisnis emiten producing assets.
a. Compound Annual Growth Rate (CAGR) Dengan demikian, semakin tinggi nilai NPM
semakin efektif manajemen menciptakan laba
Merupakan ukuran penting untuk aktual dari pendapatan. Beberapa literatur
menilai tingkat pertumbuhan kumulatif rerata menyebut NPM sebagai net margin (marjin
tahunan perusahaan selama periode tertentu bersih). NPM kerap dijadikan tolok ukur untuk
yang diperhitungkan. Compound Annual melakukan komparasi antara perusahaan yang
Growth Rate (CAGR) dihitung dari akar ke-n dianalisis dengan perusahaan sejenis.
persentase total pertumbuhan, dengan n adalah
jumlah tahun dalam periode yang dianalisis. c. Efektivitas Perusahaan dalam
Persamaan perhitungan CAGR adalah sebagai Menggunakan Aset
berikut: Untuk mengukur seberapa efektif
⎛ 1 ⎞
⎜ ⎟ perusahaan mampu memanfaatkan aset-
⎡ Ending Value ⎤ ⎝ #Years ⎠
CAGR = ⎢ ⎥ −1 (1) asetnya, baik aset lancar (current assets)
⎣ Beginning ⎦ maupun aset tetap (fixed assets/non current
assets) untuk menciptakan pendapatan (sales).
Analisis CAGR dapat memberikan gambaran Untuk mengetahui ukuran tersebut, digunakan
umum pertumbuhan kumulatif rerata rasio Total Assset Turnover (TAT) yang
keuangan perusahaan sehingga para investor merupakan rasio antara sales terhadap total
memahami dengan baik berbagai pertumbuhan assets. TAT dirumuskan sebagai berikut ini:
keuangan perusahaan sesuai dengan periode
yang dinalisis. Pada umumnya, analisis CAGR Net Sales
terkait dengan akun perusahaan yang dinilai TAT = (3)
Average Total Assets
penting seperti sales, operating profit, net
income, total equity dan total assets.
Rasio TAT mewakili ukuran tingkat efisiensi
perusahaan dalam menggunakan aset yang
b. Efektivitas Perusahaan Mengelola
dimiliki untuk menghasilkan sales. Semakin
Biaya
tinggi rasio TAT semakin efisien perusahaan
Dalam melakukan pengukuran
dalam menggunakan asetnya (Frykman &
efektivitas perusahaan dalam menghasilkan
Tolleryd, 1999).
pendapatan digunakan laporan keuangan rugi-
laba (income statement) terutama akun-akun
d. Profitabilitas Perusahaan
biaya yang terkait dengan Cost of Goods Sold
Tujuan utama manajemen perusahaan
(COGS), General & Administrative Expenses
adalah memaksimalkan kekayaan pemegang
(S, G & A), Interest rate, dan income tax.
saham sebagai principle goal. Oleh karena itu,
Seluruh akun-akun tersebut membentuk Total
ukuran kemampulabaan perusahaan atau
Cost perusahaan dan Net income (laba bersih)
profitabilitas merupakan hal yang sangat
dapat diperoleh melalui perhitungan: Sales –
penting bagi para investor dalam menilai
Total Cost = Net income. Maka Net Profit
kualitas profesionalisme manajemen
Margin (NPM) dapat dihitung melalui rasio:
mengelola aset perusahaan dan penciptaan
laba bersih (Damodaran, 2006). Salah satu
Net Income
NPM = (2) rasio yang secara luas digunakan adalah
Net Sales Return on Equity (ROE) yang dirumuskan
sebagai berikut ini:
Nilai NPM mengindikasikan kemampuan
manajemen mengkonversikan pendapatan
(sales) menjadi laba aktual (net income).
Apabila dikomposisikan antara ROE dengan financial leverage diperoleh persamaan berikut ini:
Gambar 1.
Kerangka Rancangan Analisis
Return on Equity
Ketiga faktor fundamental utama perusahaan mencetak rekor new high dalam sejarah pasar
CTRA tersebut merupakan acuan analisis modal Indonesia hingga kisaran Rp. 1000,- per
keuangan penelitian ini seperti terlihat pada lembar. Begitu juga sebaliknya, kejatuhan BI
gambar 1. rate hingga 6,5% karena karena krisis
ekonomi global pada dua triwulan terkahir
2008, membuat harga saham CTRA
IV. HASIL PENELITIAN DAN terperosok sangat dalam hingga level di bawah
PEMBAHASAN Rp. 200,- yang merupakan harga terendah
dalam 5 tahun terakhir.
4.1 Pergerakan Harga CTRA 2002-2009
Secara umum pergerakan harga saham Gambar 2.
CTRA sangat erat korelasinya dengan Pergerakan Harga Saham CTRA 2002-
fluktuasi indikator ekonomi makro nasional 2009
maupun dunia karena saham CTRA
merupakan saham berbasis discount rate. Hal
ini disebabkan hampir semua aktivitas
finansial CTRA mengandalkan tingkat suku
bunga seperti kredit konstruksi, kredit
pemilikan rumah atau apartemen dan laionnya.
Semakin tinggi tingkat interest rate maka
harga saham CTRA akan mengikutinya
dengan korelasi sekitar 78% bahkan memiliki
interdependensi yang signifikan. Saat tingkat
BI rate mencapai puncaknya 9,5% pada
Triwulan terakhir 2007, harga saham CTRA Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2009
Penjualan 2008 tercatat lebih rendah global. Nilai penjualan (sales) CTRA pada
dari tahun 2007, disebabkan adanya 2008 menunjukkan penurunan yang tidak
penurunan permintaan seiring melemahnya signifikan karena ekspektasi pemulihan
daya beli masyarakat akibat krisis keuangan ekonomi global pada 2009-2010.
Gambar 4.
Presales vs Lending Rates CTRA
4.4 Analisis Tren Profitabilitas bidang real estate dan property ternyata belum
Selama 2002-2007, return on equity mampu menunjukkan kinerja profitabilitas
(ROE) dan return on assets (ROA) perusahaan yang positif. Tren penguatan harga selama
mengalami penurunan yang sangat signifikan, periode 2004-2008 ternyata tidak
dari 2003 hingga 2008 menunjukkan kinerja mencerminkan kinerja perofitabilitas
profitabilitas yang sangat rendah. Sedangkan perusahaan secara objektif. Diduga CTRA
Total assets turnover (TAT) CTRA secara mengalami ketidak efisienan biaya operasional
konsisten meningkat sejak 2002 hingga 2006 dan/atau beban utang jangka penjang yang
selanjutnya mengalami penurunan pada 2007- berlebihan selama ini.
2008. Rasio TAT mewakili ukuran tingkat
efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset Gambar 6.
yang dimiliki untuk menghasilkan sales. Retained Earnings vs Net Income CTRA
Semakin tinggi rasio TAT semakin efisien 1997-2010
perusahaan dalam menggunakan asetnya
(Frykman & Tolleryd, 1999).
Gambar 5.
Tren ROE, ROA & TAT CTRA 2002-2008
4.5 Analisis Tren Struktur Modal 4.6 Analisis Tren MVA & Market Risk
Tren struktur modal CTRA 2006-2008 Market Value Added (MVA)/BV
menunjukkan bahwa tingkat rasio struktur adalah selisih antara harga saham (market
modal debt to equity (DER) terlihat meningkat value) perusahaan dengan nilai buku ekuitas
secara kurang proporsional dari tahun ke tahun (book value). Nilai MVA/BV yang positif
(up trend), begitu pula rasio antara equity-to- memberikan indikasi bahwa CTRA telah
assets yang cukup stabil dan konsisten memberikan nilai tambah terhadap nilai buku
pertumbuhannya. Pada periode sebelumnya, ekuitasnya. Semakin tinggi nilai MVA CTRA
2002-2005, struktur modal CTRA agak maka nilai yang diberikan kepada investor
memprihatinkan dengan DAR yang sangat semakin tinggi. Pada periode April 2003,
tinggi. Debt-to-assets ratio (DAR) yang MVA CTRA masih berada pada wilayah
mewakili penggunaan hutang dalam proporsi positif 43,15% sehingga tidak memberikan
aset CTRA.Pada 2005-2006, rasio debt-to- nilai tambah yang memadai kepada
assets (DAR) mengalami penurunan (down investornya. Kondisi ini dipengaruhi oleh
trend) dari level 100% menjadi sekitar 40- belum pulihnya ekonomi dunia akibat krisis
50%. Penurunan tersebut disebabkan moneter 1998 lalu sehingga nilai tambahnya
masuknya modal (equity) baru sehingga rasio menjadi kurang memuaskan. Namun
DER menjadi lebih baik. Pada periode 2006- memasuki 2004, nilai MVA sudah meningkat
2008 tampak nilai DAR mengalami kenaikan sangat signifikan menjadi 1125.46%.
kembali ke tingkat 50-55%.
Gambar 8.
Gambar 7. Tren MVA & Market Risk CTRA 2002-008
Tren Struktur Modal CTRA 2002-2008
namun kinerja MVA CTRA kembali anjlok ke dan tidak stabil mengindikasikan bahwa
wilayah negatif -547.21% dan -752.17%. kinerja perusahaan memang tidak konsisten.
Kemudian pada periode April 2007 MVA Hasil analisis rasio equity market performance
CTRA kembali mengalami perbaikan ke CTRA secara umum dapat disimak pada Tabel
wilayah positif yaitu 113.16% dan kembali 2 di bawah ini:
anjlok menjadi -14.69% pada April 2007.
Kondisi tren MVA CTRA yang berfluktuasi
Tabel 2.
Equity Market Performance CTRA 2003-2008
Equity Market Performance
Apr-03 Apr-04 Apr-05 Apr-06 Apr-07 Apr-08
Return volatility (annualized) 52.31% 155.16% 76.31% 55.67% 71.38% 67.84%
Average return (annualized) -49.14% 286.66% 76.10% -26.00% 112.75% -22.84%
Market risk (β) 0.93 1.37 1.68 1.47 1.67 1.57
Book Value (BV) 44.71 34.93 -139.08 -59.80 446.62 579.07
Market Value (MV)–Average April 64.00 428.00 622.00 390.00 952.00 494.00
Earnings Per Share (EPS) 504.56 77.63 -135.98 49.14 165.00 25.68
Price to Book Value (PBV) 1.43 12.25 -4.47 -6.52 2.13 0.85
Price-Earnings Ratio (PER) 0.13 5.51 -4.57 7.94 5.77 19.24
Market Value Added (MVA) / BV 43.15% 1125.46% -547.21% -752.17% 113.16% -14.69%
Sumber: CTRA (diolah) dan CAPITAL PRICE ( 2009)
4.7 Analisis Market Perception Map pertumbuhan bisnis perusahaan di masa depan
Analisis growth value matrix untuk atau future growth opportunity (FGO) berada
saham CTRA menujukkan hasil bahwa hingga di bawah (undeperformance) rata-rata pospek
2008, ekspektasi pasar terhadap profitabilitas bisnis perusahaan lainnya. Hasil pemetaan
perusahaan jangka pendek atau current persepsi pasar ini menujukkan bahwa saham
performance (CP) masih di bawah rerata CTRA hanya mampu berada pada wilayah
perusahaan lainnya. Begitu pula dengan kuadran I yaitu asset loaded manager saja.
ekspektasi pasar terhadap prospek
Gambar 9
Pemetaan Persepsi Pasar CTRA 2008
Gambar 10.
Land Banking CTRA 2010