Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
JIMBARAN-BALI
2009
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis aturkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena
atas berkat dan rahmatnya, tugas makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya .
Tugas makalah ini merupakan perwujudan usaha saya untuk senantiasa
menambah wawasan. Dalam pelaksaan ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak yang tidak mungkin disebut satu persatu. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah
membantu pelaksanaan penulisan ini.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kata
sempurna sehingga penulis tidak menutup diri untuk menerima kritik dan
sarandari pembaca, pada akhir kata, besar harapan penulisan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Hal
JUDUL ........................................................................................................ i
ABSTRAK................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................... vi
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................ 7
iv
4.2.1 Kegagalan asasi (intrinsik).......................................................... 8
4.2.2 Kegagalan elektromekanik ......................................................... 9
4.2.3 Kegagalan streamer ................................................................... 10
4.2.4 Kegagalan termal ....................................................................... 11
4.2.5 Kegagalan Erosi ......................................................................... 12
4.2.6 Kegagalan Bahan Isolasi Padat Dalam Praktek ........................... 15
4.2.6.1 Kegagalan Kimia Dan Elektro-kimia .............................. 15
4.2.6.2 Kegagalan Tracking Dan Treeing ................................... 16
4.3 Mekanisme Kegagalan Bahan Isolasi Cair .............................................. 18
4.3.1 Kemampuan Konduksi Dan Peristiwa Kegagalan Benda Cair .... 19
4.3.1.1 Mekanisme Partikel Yang Melayang .............................. 19
4.3.1.2 Mekanisme gelembung atau Kavitasi pada Zat Zair......... 20
4.3.1.3 Mekanisme Kegagalan Termal ....................................... 22
4.3.1.4 Mekanisme Volume Minyak Yang Tertekan.................... 23
4.3.2 Kegagalan Elektronik pada Zat Cair ........................................... 24
4.3.3 Kegagalan Bola Cair dalam Zat Cair .......................................... 25
4.3.4 Kegagalan Butiran Padat dalam Zat Cair .................................... 26
4.3.5 Kegagalan Campuran Zat Cair-Padat .......................................... 27
4.3.6 Pengamatan Kegagalan Di Dalam Minyak Pada Waktu Percobaan
................................................................................................... 28
4.4 Mekanisme Kegagalan Bahan Isolasi Gas............................................... 30
4.4.1 Mekanisme Kegagalan Townsend .............................................. 30
4.4.2 Mekanisme Kegagalan Streamer ................................................ 31
v
DAFTAR GAMBAR
Hal
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Dari kekurangan bahan isolasi tersebut maka terlintas apa saja yang
membuat bahan isolasi itu menjadi kurang baik. Bahan isolasi yang kurang baik
itu pasti ada penyebab kegagalan dari bahan isolasi tersebut.
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Merupakan tugas akhir dari mata kuliah bahan listrik.
1.4 Manfaat
Manfaat dari tugas makalah yang saya buat adalah saya dapat
mengetahui bagaimana cara penulisan makalah yang benar serta memberi
pangetahuan kepada para pembaca agar mengetahui dan memahami mekanisme
kegagalan dari suatu bahan isolasi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ada 3 jenis bahan isolasi yaitu : gas, padat, cair. Berikut ini adalah
penjelasan dari ketiga jenis bahan isolasi tersebut.
Bahan isolasi adalah digunakan sebagai pengisolasi dan sekaligus sebagai media
penyalur panas. Bahan gas yang biasa digunakan adalah udara dan sulfur
hexafluida (SF6).
1. Udara
3
Sulphur Hexa Fluorida (SF6) merupakan suatu gas bentukan antara unsur
1. Isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan
isolasi gas, sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi menurut
hukum Paschen.
2. Isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dan secara
serentak melalui proses konversi menghilangkan panas yang timbul akibat
rugi energi.
3. Isolasi cair cenderung dapat memperbaiki diri sendiri (self healing) jika
terjadi pelepasan muatan (discharge). Namun kekurangan utama isolasi cair
adalah mudah terkontaminasi
Bahan isolasi padat adalah bahan isolasi yang berbentuk padat. Ada
beberapa jenis bahan isolasi padat seperti : kayu, kertas, mika, porselin, kaca,
sitol, dan lain-lain.
4
BAB III
METODELOGI
Data kegagalan bahan isolasi ini diperoleh dari internet dan berbagai
literatur. Pembuatan tugas ini dilakukan di tempat tinggal saya yaitu di Jln. Dukuh
Sari Gg. Kaliasem no.5a, Sesetan Denpasar Bali. Waktu dari pencarian bahan
sampai pengerjaan dilakukan pada bulan April Mei 2009.
3.2 Data
3.2.1 Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dari berbagai buku literatur serta beberapa
dokumen dari internet dalam berbagai bentuk file yang membahas mengenai
peranan pendidikan TIK yang dapat diterapkan pada anak berkebutuhan khusus.
Data kemudian disusun dan diolah agar dapat dipakai sebagai suatu acuan di
dalam menyusun makalah ini.
Data yang digunakan dalam menganalisis adalah data sekunder yang berasal
dari kajian pustaka dengan data-data sebagai berikut :
Bahan-bahan listrik untuk Politeknik
Oleh : Drs.Muhaimin
Dasar-dasar elektro teknik
Teknologi Material Isolasi
Oleh : DR.Ir. Salama Manjang
5
3.2.3 Metode Pengumpulan Data
Adapun alur analisis dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
6
BAB IV
PEMBAHASAN
7
4.2 Mekanisme Kegagalan Bahan Isolasi Padat
8
mencapai nilai tertentu yaitu 106 volt/cm dalam waktu yang sangat singkat yaitu
10-8 detik.
9
Jika kekuatan asasi (intrinsik) tidak tercapai pada maka zat isolasi akan
gagal bila tegangan V dinaikkan lagi. Jadi kekuatan listrik maksimumnya
adalah . Dimana :
10
menimbulkan medan lokal yang cukup tinggi (sekitar 10 MV/cm). Karena medan
ini melebihi kekuatan intrinsik maka akan terjadi kegagalan pada zat padat. Proses
kegagalan ini terjadi sedikit demi sedikit yang dapat menyebabkan kegagalan
total.
U0 = U1+U2, dimana
11
dimana :
Cv : panas spesifik
k : konduktivitas termal
d : konduktivitas listrik
E: tekanan listrik.
Karena adanya faktor ini, maka rugi rugi pada medan arus bolak balik
lebih besar dari arus searah. Akibatnya kuat gagal termal pada tegangfan AC lebih
kecil daripda kuat gagal termal medan arus DC. Kuat gagal termal untuk medan
bolak balik juga menurun dengan naiknya frekuensi tegangan.
Pada pembuatan suatu isolasi dari kabel bawah tanah dan alat lainnya
kadang-kadang tidak sempurna, sehingga sering terdapat rongga dalam isolasi.
Rongga ini berisi udara atau benda lain, yang mempunyai kekuatan medan atau
kekuatan dielektrik yang berbeda dengan kekuatan dielektrik dari bahan isolasi.
Bila rongga berisi udara maka akan terdapat konsentrasi medan listrik. Karena itu,
pada nilai tegangan normal kekuatan medan pada rongga dapat bernilai melebihi
kekuatan kegagalan, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kegagalan. Kekuatan
medan dalam reongga ditentukan oleh perbandingan dari permitivitas dan bentuk
rongga. Pada setiap pelepasan muatan terjadilah panas, dan lama kelamaan muka
dari rongga akan terjadi karbonisasi dan dapat merusak susunan kimia isolasi dan
terjadinya erosi
12
Kegagalan Erosi, adalah kegagalan yang disebabkan zat isolasi pada
tidak sempurna, karena adanya lubang lubang atau rongga dalam bahan isolasi
padat tersebut. Lubang/rongga akan terisi oleh gas atau cairan yang kekuatan
gagalnya lebih kecil dari kekuatan zat padat. Gambar kegagalan isolasi dan
rangkaian ekivalennya ditunjukkan oleh gambar dibawah ini:
Untuk t <<< d yang mecerminkan keadaan sebenarnya, bila rongga terisi gas,
maka tegangan pada C1 adalah V1= e r. t/dt Va
dimana :
13
V1 :Tegangan pada rongga
Va :Tegangan terminal
14
lucutan, Va : tegangan yang diterapkan n : nilai antara 3 dan 10 dan A adalah
konstanta.
Terdapat beberapa jenis kegagalan yang tidak dapat dijelaskan baik dari
kegagalan intrinsik maupun pada kegagalan termal, tetapi dalam kenyataannya,
fenomena ini terjadi setelah tegangan operasi ditingkatkan dalam waktu yang
lama. Kegagalan ini, misalnya adanya penjejakan karbon (tracking) pada material
padat porselin, terutama pada keadaan kering yang menyebabkan terbentuknya
celah konduksi pada permukaan isolasi. Penjejakan ini berperan sebagai celah
konduksi pada permukaan isolator yang mendorong terjadinya kegagalan bertahap
di sepanjang permukaan isolator. Jenis kegagalan lainnya dalam kategori ini
adalah kegagalan elektron-kimia yang disebabkan oleh transformasi kimiawi,
seperti elektrolisis, pembentukan ozon, dan lain-lain. Tambahan pula, kegagalan
juga dapat terjadi dalam hal adanya pelepasan muatan sebagian (partial discharge)
yang terbentuk karena adanya kantong udara di dalam isolator padat tersebut.
Kegagalan jenis ini sangat penting diketahui, terutama panggunaan isolator kertas
yang digunakan pada kabel dan kapasitor tegangan tinggi.
15
b. Hidrolisis : Ketika uap air dan embun muncul di atas permukaan suatu
material padat, maka hidrolisis akan terjadi dan material tersebut dan
menyebabkan material akan kehilangan atau berkurang sifat listrik maupun
sifat mekanisnya. Hidrolisis biasanya terjadi pada material padat seperti
kertas, kain dan beberapa material seluler akan mengalami perubahan sifat
kimiawi yang sangat cepat. Perubahan kimia (hidrolisis) juga terjadi pada
material padat lainnya seperti plastik (polyethilene) yang menyebabkan
penurunan umur pakai dari material tersebut (aging).
c. Aksi Kimiawi. Meskipun tidak terdapat medan listrik yang tinggi, namun
peningkatan penurunan sifat kimia pada material isolasi dapat menyebabkan
terjadinya berbagai proses material isolasi dapat menyebabkan terjadinya
berbagai proses ketidakstabilan kimiawi karena adanya temperatur yang
tinggi, oksidasi maupun terbentuknya ozon. Meskipun material isolasi padat
digunakan pada berbagai kepentingan penggunaan dan kondisi yang berbeda,
reaksi kimia akan terjadi pada berbagai material yang dapat mandorong
terjadinya penurunan sifat listrik maupun sifat mekanis yang pada akhirnya
dapat menyebabkan terjadinya kegagalan isolasi.
Jika suatu bahan isolasi padat diterapkan tekanan listrik dalam jangka
waktu yang lama maka akan mengalami kegagalan. Secara umum, terdapat dua
gejala yang dapat diamati pada material tersebut, yaitu: (a) Adanya bagian
16
konduksi pada permukaan isolator. (b) Suatu mekanisme yang bekerja yang
menyebabkan arus bocor melalui bagian konduksi yang pada akhirnya mendorong
ke arah pembentukan suatu percikan (discharge). Percikan yang terjadi akan
menyebar selama proses penjejakan karbon (tracking) dan membentuk cabang-
cabang yang menyerupai pohon (pepohonan) yang dikenal dengan istilah
treeting.
Pada sisi yang lain, treeing terjadi karena erosi dari material pada ujung
percikan. Erosi mengakibatkan permukaan menjadi kasar, dan oleh sebab itu
dapat menjadi sumber pengotoran dan pencemaran. Kejadian ini akan
meningkatkan konduktivitas, dan pada sisi yang lain akan membentuk jembatan
antara bagian konduksi tadi dengan elektroda yang selanjutnya mengakibatkan
kegagalan mekanik (keretakan ) pada bahan isolator.
Umumnya, tracking terjadi pada tegangan yang rendah yaitu sekitar 100
V, sedang treeing terjadi pada tegangan tinggi. Treeing dapat dicegah melalui
usaha membersihkan permukaan material, menciptakan keadaan kering, dan pada
permukaan yang halus (yang tidak terjadi kekasaran permukaan). Oleh karena itu
pemilihan material harus didasarkan pada material yang mempunyai resistansi
yang tinggi terhadap fenomena treeing.
17
(a) (b)
Gambar 4.6 Pepohonan (treeing) listrik di dalam isolasi polimer (a) Proses awal terbentunya
treeing, (b) Treeing menjembatangi kedua elektroda
18
4.3.1 Kemampuan Konduksi Dan Peristiwa Kegagalan Benda Cair
Pada kebanyakan jenis benda cair tingkat kemurniannya cair tidak begitu
tinggi kerena biasanya masih terdapat gelembung gas, partikel asing, dan lain-lain.
Hal ini tentu akan mengurangi ketahanan benda cair terhadap peristiwa kegagalan.
Macam mekanisme kegagalan juga dipengaruhi oleh keberadaan benda-benda
asing tersebut. Misalnya ketika terjadi kegagalan benda cair, gelembung gas yang
terdapat pada benda cair partikel-partikel benda padat saling membentuk formasi
yang baru. Lalu permukaan elektroda menjadi labil, kemudian akan terdengar
suara ledakan yang berasal dari pembangkitan tekanan impuls yang melewati
benda cair tersebut.
19
1 ( 2 1 )
F grad E2
2r 21 2
3
Apabila nilai > 1 ; misalnya pada benda cair terdapat partikel kertas,
maka arah tekanan F akan menuju area bertekanan maksimum. Sebaliknya jika
nilai 2 < 1; misalnya partikel melayang tersebut hanya berupa gelembung gas,
maka arah tekanan F akan menuju area bertekanan rendah. Lalu apabila tegangan
listrik disalurkan secara terus-menerus (DC) atau jika waktu tegangan listrik
disalurkan dalam durasi waktu yang lama (AC), maka tekanan F ini akan
mengarahkan partikel menuju area bertekanan maksimum.
Apabila jumlah partikel yang melayang sangat banyak, partikel-partikel
tersebut akan membentuk semacam jembatan yang menghubungkan kedua
elektroda, sehingga mengakibatkan terjadinya peristiwa kegagalan. Namun bila
hanya terdapat sebuah partikel, dia akan membuat perluasan area medan (local
field enhancement), yang luasnya ditentukan oleh bentuk partikel itu sendiri. Jika
perluasan area medan ini melebihi ketahanan benda cair, maka terjadilah peristiwa
kegagalan setempat (local breakdown), yaitu terjadi di dalam partikel asing
tersebut. Hal ini akan membuat terbentuknya gelembung-gelembung gas yang
pada akhirnya juga menyebabkan peristiwa kegagalan pada benda cair tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa pada benda cair yang murni, nilai
ketahanannya dari peristiwa kegagalan pasti lebih besar bila dibandingkan dengan
nilai ketahanan pada benda cair yang tidak murni. Ketidakmurnian suatu jenis
benda cair akan menurunkan nilai ketahanannya dari peristiwa kegagalan.
Semakin besar ukuran partikel yang melayang dalam benda cair tersebut, semakin
besar pula penurunan kekuatan benda cair terhadap peristiwa kegagalan.
20
Permukaan elektroda tidak rata, sehingga terjadi kantong kantong udara
dipermukaannya
Adanya tabrakan elektron sehingga terjadi produk-produk baru berupa gas
Penguapan cairan karena adanya lucutan pada bagian bagian elektroda yang
tajam dan tidak teratur
Zat cair mengalami perubahan suhu dan tekanan
Medan listrik dalam gelembung gas yang ada dalam isolasi zat cair
dimana e 1 adalah permitivitas zat cair dan E0 adalah medan listrik dalam zat cair
tanpa gelombung.
Bila Eb sama dengan batas medan ionisasi gas, maka akan terjadi lucutan
pada gelombung. Hal ini akan mempercepat pembentukan gas karena
dekomposisi zat cair dan dapat mengakibatkan kegagalan isolasi. Bentuk
pengaruh medan terhadap gelembung udara ditunjukkan pada gambar 4.7.
Karena pengaruh medan yang kuat diantara elekroda maka gelobung gelombung
udara dalam cairan tersebut akan berubah menjadi memanjang searah dengan
medan. gelembung gelembung tersebut akan saling sambung menyambung dan
21
membentuk jembatan yang akhirnya akan mengawali terjadinya kegagalan seperti
dalam gambar:
dimana e 1 dan e 2 adalah permitivitas zat cair dan permitivitas gelembung , r jari
jari awal gelembung (dianggap bola), Vb jatuh tegangan dalam gelembung dan
adalah gaya tegang (tension) permukaan zat cair.
22
dapat disebabkan oleh perpanjangan ukuran gelembung, dan dapat juga
disebabkan oleh terbentuknya jembatan di antara elektroda. Kemudian yang
terjadi selanjutnya adalah terbentuknya lecutan listrik. Berdasarkan mekanisme ini
kekuatan peristiwa kegagalan dipengaruhi oleh tekanan dan struktur molekul
benda cair. Sebagai contoh, sesuai dengan penyelidikan pada n-alkana, kekuatan
peristiwa kegagalannya dipengaruhi oleh panjang rantai molekulnya. Teori ini
dapat berlaku untuk ruang celah yang amat pendek (< 100 mm), dan tidak dapat
menjelaskan mengenai penurunan kekuatan peristiwa kegagalan apabila panjang
ruang celah dinaikkan.
Pada kebanyakan jenis benda cair yang tingkat kemurniannya tidak telalu
tinggi, kekuatan peristiwa kegagalan ditentukan oleh nilai ketidakmurnian yang
terbesar yang tidak memungkinkan atau rantai yang rapuh. Dari data statistik
diperoleh informsi bahwa kekuatan peristiwa kegagalan pada suatu minyak terjadi
pada sebagian area minyak yang rapuh; yaitu area yang mengalami tekanan
maksimum oleh volume minyak, termasuk oleh volume minyak pada area itu
sendiri. Pada medan yang tidak seragam, nilai volume minyak yang tertekan
diambil dari nilai volume yang terkandung diantara kontur tekanan maksimum
Emas dengan kontur 0,9 Emax . Berdasarkan teori ini, kekuatan kegagalan
berbanding terbalik dengan nilai volume minyak yang mengalami tekanan.
23
400
200
x
100 x x
Jika elektroda memiliki bagian permukaan tidak rata (ada yang runcing)
maka kuat medan yang terbesar terdapat pada bagian yang runcing tersebut. Kuat
maksimum ini akan mengeluarkan elektrone1 yang akan memulai terbentuknya
banjiran elektron. Elektron yang dihasilkan e1, e2, e3 dan en yang kemudian akan
menyebabkan timbulnya arus konduksi dalam zat cair pada kuat medan yang
tinggi. Arus yang timbul mempunyai kerapatan (Schottky) :
24
dimana :
Jika suatu zat isolasi cair mengandung sebuah bola cair atau jenis cairan
lain, maka dapat terjadi kegagalan akibat ketidakstabilan bola cair tersebut dalam
medan listrik. Bola cair yang dikenai medan E akan beruabah bentuk menjadi
sferoida seperti ditunjukkan dalam gambar berikut dengan medan di dalamnya
sebesar E2, maka hubungan antara kedua medan adalah
: dan
25
e 1 permitivitas zat cair isolasi dan e 2 adalah permitivitas zat cair
Besarnya gaya yang bekerja pada butiran dalam medan tak homogen (Kok) :
26
Jika e 2 > e 1, maka arah gaya yang bekerja pada butiran searah dengan
tekanan listrik maksmum (FA) sehingga gaya akan mendorong butiran ke arah
bagian yang kuat dari medan.
Untuk medan yang seragam, medan poaling kuat ditempat yang seragam,
disini grad.E2=0. Oleh sebab itu butiran akan tertarik ke tempat dimana medannya
seragam. Akibatnya butiran akan sejajar diantara kedua elektroda dan seolah olah
membentuk jembatan yang mengawali terjadinya kegagalan isolasi. Adanya
butiran penghantar diantara elektroda akan mengakibatkan pembesaran medan
dalam zat cair didekat permukaan butiran. Pembesaran medan ini ditentukan oleh
bentuk butiran.
27
2) Aksi kimiawi pada dielektrik karena ionisasi gas
3) Suhu tinggi di daerah pelepasan.
28
kegagalan karena adanya pemanasan. Mekanisme ini adalah berdasarkan
percobaan pengaliran arus listrik yang besar yang terjadi sesaat sebelum adanya
breakdown. Arus yang besar ini akan mendorong terjadinya gelembung gas yang
disebabkan pemanasan setempat.
Semua teori yang dibahas diatas adalah teori dimana besar sela udara
antara kedua elektroda itu tidak diperhitungkan. Didalam percobaan menunjukkan
bahwa kekuatan breakdown dari benda cair juga tergantung pada besarnya sela
udara. Ketergantungan ini dinyatakan seperti berikut ;
Vb = A dn
Dimana :
d = panjang sela elektroda.
A= suatu angka yang tetap
n = angka tetap, lebih kecil dari satu (1).
Cairan komersil adalah isolasi yang berupa cairan yang secara kimia
tidak murni. Ketidakmurniannya disebabkan adanya gelembung gas/udara,
partikel yang melayang dan lainnya. Ketidakmurnian ini menyebabkan
menurunnya kekuatan dari tegangan / kekuatan kegagalannya. Mekanisme dari
kegagalan dari cairan ini ternyata tergantung atas beberapa faktor, seperti bentuk
dan keadaan dari elektroda, sifat fisik dari cairan, ketidakmurnian dan kehadiran
gelembung gas.
29
4.4 Mekanisme Kegagalan Isolasi Gas
Proses dasar dalam kegagalan isolasi gas adalah ionisasi benturan oleh
elektron.
Ada dua jenis proses dasar yaitu :
Mekanisme Townsend
Mekanisme Streamer
a x
Pada medan uniform, a konstan, Ne = N0, x = 0 sehingga Ne = N0 e
Jum;lah elektron yang menumbuk anoda per detik sejauh d dari katoda sama
dengan jumlah ion positif yaitu N+ = N0 e a x
30
Jumlah elektron yang meninggalkan katoda dan mencapai anoda adalah :
Arus ini akan naik terus sampai terjadi peralihan menjadi pelepasan yang
x
Pada jarak dx, jumlah pasangan elektron yang dihasilkan adalah a e a dx
sehingga :
R adalah jari jari banjiran setelah menempuh jarak x, dengan rumus diffusi R=
(2Dt).
31
Dimana t = x/V sehiungga dimana :
2
N : kerapatan ion per cm , e : muatan elektron ( C ), e 0 : permitivitas ruang bebas,
R: jari jari (cm), V : kecepatan banjiran, dan D : koefisien diffusi.
32
ini terjadi sangat cepat dan ruangan dengan arus positif akan ditambahkan pada
katoda dengan sangat cepat sebagai hasil dari pembentukan sebuah pita.
Jalur jalur sempit bercahaya yang muncul pada breakdown saat tekanan
tinggi di sebut pita (streamer) pada saat ujung dari pita mendekati katoda, sebuah
titik katoda akan terbentuk, dan sebuah arus dari elektron-elektron bergerak cepat
dari katoda untuk menetralisir medan positif dari pita, hasilnya adalah sebuah
percikan dan breakdown percikan telah muncul. Tiga tahapan yang berurutan
dalam perkembangan dari pita ini ditunjukkan secara diagram pada gambar 4.13.
dimana (a) menunjukkan tahap dimana longsoran telah menyeberangi celah, (b)
menunjukkan bahwa pita telah menyeberangi setengah dari panjang celah dan (c)
menunjukkan bahwa celah telah dijembatani oleh sebuah saluran konduksi.
33
Gambar 4.13 Streamer langsung katoda
exp( x )
Er 5.27 10 7 V / cm
( x / p)
Dimana adalah koefisien ionisasi pertama Townsend, P adalah
tekanan gas dalam satuan torr, dan x adalah jarak dimana pita telah ditambahkan
dalam celah. Menurut Meek, breakdown tegangan minimum dicapai pada saat Er
= E dan x = d pada persamaan diatas.
E 1 d
d In 14 . 5 In In
p p 2 p
Persamaan ini dapat dipecahkan antara /p dan E/p pada saat dimana p
dan d yang diberikan memenuhi persamaan. Tegangan breakdown diberikan oleh
produk yang berhubungan dengan E dan d.
Kriteria sederhana di atas memungkinkan terjadinya kesesuaian antara
tegangan breakdown yang diperkirakan. Teori ini juga sesuai dengan kawat pijar
yang diobservasi, saluran-saluran melengkung dan saluran-saluran percikan yang
34
bercabang. Banyak keraguan dalam mekanisme Townsend saat ditetapkan pada
breakdown gas bertekanan tinggi yang menyeberangi celah yang lebar.
35
BAB V
PENUTUP
2.1 Simpulan
2.2 Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
37