You are on page 1of 13

4

TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa Sawit

Kelapa sawit berakar serabut yang terdisi atas akar primer, skunder, tertier

dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar

skunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar

kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar

kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman 1

meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Risza, 2008).

Batang kelapa sawit tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase

muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi

pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk

batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan.

Di batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh (Sunarko,

2008).

Daun dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap bulan, biasanya akan tumbuh

dua lembar daun. Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut

1350. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah

pertumbuhan daun pupus tegak lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun

(leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120 lembar (Sastrosayono, 2008).

Kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai

mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong

memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit

mengadakan penyerbukan bersilang (cross pollination). Artinya bunga betina dari

Universitas Sumatera Utara


5

pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan

perantaan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2008).

Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Daun kelapa sawit setiap tahun

tumbuh sekitar 20-24 helai. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan

daunnya semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin menurun. Meskipun

demikian, tidak berarti hasil produksi minyaknya menurun. Hal ini disebabkan

semakin umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar

minyak yang dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa

sawit bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg (Sastrosayono, 2008).

Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat

tumbuh di daerah antara 120 Lintang Utara 120 Lintang Selatan. Curah hujan

optimal yang dikehendaki antara 2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian

yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5-

7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-380C. Ketinggian di atas

permukaan laut yang optimum berkisar 0-500 meter (Risza, 2008).

Di daerah-daerah yang musim kemaraunya tegas dan panjang,

pertumbuhan vegetatif kelapa sawit dapat terhambat, yang pada gilirannya akan

berdampak negatif pada produksi buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Suhu berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap laju reaksi

biokimia dan metabolisme dalam tubuh tanaman. Sampai batas tertentu, suhu

yang lebih tinggi menyebabkan meningkatnya produksi buah. Suhu 200C disebut

sebagai batas minimum bagi pertumbuhan vegetatif dan suhu rata-rata tahunan

sebesar 22-230C diperlukan untuk berlangsungnya produksi buah

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Universitas Sumatera Utara


6

Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di

wilayah tropika. Persyaratan mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti

persyaratan faktor iklim. Hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya jenis

tanah untuk menjamin ketersediaan air dan ketersediaan bahan organik

dalam jumlah besar yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan air

(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Kemiringan tanah yang dianggap masih baik bagi tanaman kelapa sawit

adalah antara 0-150. Sedangkan di atas kemiringan 150 harus dibuat teras kontur.

Pada topografi datar di daerah Sumatera Timur biasanya dijumpai tanah gley

humik atau hidromorfik. Sedangkan tanah organosol (tanah gambut) vegetasinya

terdiri dari hutan lebat dan terendam air (Risza, 2008).

Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai

tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase

yang jelek bisa menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses

nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N).

Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit

harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang

(Sunarko, 2008).

Mucuna bracteata

Tanaman ini tidak dapat berbuah bila ditanam di dataran rendah, di tempat

asalnya tanaman ini tumbuh di ketinggian 5.000 kaki di atas permukaan laut.

Sulur dengan nodus yang kontak langsung dengan tanah dapat membentuk akar

yang dapat menembus ke dalam tanah 2-3 m, laju pertumbuhan akar cukup tinggi,

Universitas Sumatera Utara


7

sehingga pada umur di atas tiga tahun akar utamanya dapat mencapai kedalaman 3

m (Subronto dan Harahap, 2002).

Daun dewasa (trifoliat) berwarna hijau gelap dengan ukuran 15x10 cm.

Helaian daun akan menutup apabila suhu tinggi (termonastik), sehingga sangat

efisien dalam mengurangi penguapan. Karangan bunga seperti buah anggur

panjang 10-30 cm, terdiri dari 40-100 hiasan bunga berwarna hitam keunguan

(Subronto dan Harahap, 2002).

Mucuna bracteata memiliki hampir keseluruhan syarat LCC ideal dan

nyata lebih unggul dibandingkan dengan LCC konvensional. Selain itu, salah satu

sifat yang dimiliki LCC ini adalah tidak disukai oleh ternak. Hal ini disebabkan

karena kandungan senyawa 3-(3.4-dihydroxyphenyl)-L-alanine (dikenal sebagai

L-Dopa) yang tinggi pada LCC ini (Mathews, 1998).

Berdasarkan pengaruhnya terhadap kesuburan tanah ternyata kacangan

penutup tanah Mucuna bracteata memenuhi syarat sebagai tanaman penutup

tanah. Tanaman ini penghasil bahan organik vang tmggi dan akan sangat

bermanfaat jika ditanam di daerah yang sering mengalami kekeringan dan pada

daerah dengan kandungan bahan organik rendah. Nilai nutrisi dalam jumlah

serasah yang dihasilkan pada naungan sebanyak 8,7 ton dan di daerah terbuka

sebanyak 19,6 ton. Jumlah ini sama dengan 263 kg dan 531 kg (NPKMg dengan

75-83% N). Sedangkan Pueraria japonica hanya menghasilkan 4,8 ton serasah

yang ekuivalen dengan 173 kg (NPKMg). Kanaungan karhon, total P, K tertukar

dan KTK dalam tanah yang ditumbuhi M. bracteata meningkat sangat tajam

dibanding dengan lahan vang ditumbuhi gulma (Subronto dan Harahap, 2002).

Keunggulan Mucuna bracteata antara lain:

Universitas Sumatera Utara


8

- Pertumbuhan yang cepat dan menghasilkan biomassa yang tinggi.

- Mudah ditanam dengan input yang rendah.

- Tidak disukai ternak karena kandungann fenol yang tinggi.

- Toleran terhadap serangan hama dan penyakit.

- Memiliki sifat alelopati sehingga memiliki daya kompetisi yang tinggi

terhadap gulma.

- Memiliki perakaran yang dalam, sehingga dapat memperbaiki sifat fisik tanah

dan menghasilkan serasah yang tinggi sebagai humus yang terurai lambat,

sehingga menambah kesuburan tanah.

- Mengendalikan erosi.

- Sebagai legumninosa dapat menambat N bebas dari udara.

- Tahan nanungan dan kekeringan. (Subronto dan Harahap, 2002).

Ketebalan vegetasi ini dapat mencapai 40-100 cm dari permukaan tanah.

Pada kultur teknis yang standar, laju penutupan kacangan pada masa awal

penanaman dapat mencapai 2-3 m2 per bulan. Penutupan areal secara sempurna

dicapai saat memasuki tahun ke-2 dengan ketebalan vegetasi berkisar

40-100 cm dan biomassa berkisar antara 9-12 ton bobot kering per ha

(Subronto dan Harahap, 2002).

Pemupukan M. Bracteata menggunakan Rock phosphate. Pemupukan

pertama dilakukan pada umur 6 bulan dengan dosis 50 kg per ha. Pemupukan

berikutnya pada umur 12 bulan dengan dosis 100 kg per ha. Pada awal

penanaman, sekitar umur 3 bulan dapat juga diberikan pupuk cair untuk

meningkatkan kecepatan pertumbuhan. Pemupukan setelah umur 12 bulan

umumnya tidak diperlukan lagi (Subronto dan Harahap, 2002).

Universitas Sumatera Utara


9

Produksi awal kelapa sawit pada areal yang menggunakan penutup tanah

Mucuna bracteata lebih tinggi dibandingkan dengan areal yang menggunakan

penutup tanah konvensional. Tingkat kesuburan yang relatif tinggi dan

kelembaban yang selalu terjaga diduga menjadi penyebab utama produktivitas

tanaman di areal berpenutup tanah Mucuna bracteata lebih tinggi dibanding pada

areal berpenutup tanah kovensional. Serasah yang berasal dari biomassa penutup

Mucuna bracteata yang jumlahnya sangat besar merupakan sumber hara penting

bagi peningkatan kesuburan tanah dibandingkan dengan areal berpenutup tanah

konvensional (Sebayang, dkk, 2004).

Pupuk Hayati

Pupuk hayati adalah mikroorganisme hidup yang ditambahkan ke dalam

tanah dalam bentuk inokulan atau bentuk lain untuk memfasilitasi atau

menyediakan hara tertentu bagi tanaman. Formulasi mikroba dan bahan pembawa

mempengaruhi efektifitas pupuk hayati (Hasibuan, 2009). Beberapa contoh pupuk

hayati adalah Bioteks, Rhiposant, dan Miza Plus.

Bioteks

Bioteks adalah pupuk bioorganik berbahan aktif fungi Trichoderma sp.

bakteri Rhizobium sp. dan Auksin berupa IAA. Serta, mengandung bahan organik

berupa bahan humat, kascing, dan serum lateks. Hasil uji Bioteks pada beberapa

jenis tanaman pangan dan perkebunan menunjukkan bahwa penggunaan Bioteks

terbukti mampu menurunkan penggunaan pupuk kimia hingga 50% dari dosis

anjuran yang berarti akan sangat menghemat biaya operasional kebun

(http://www.ibriec.org, 2009c).

Universitas Sumatera Utara


10

Rhizobium

Rhizobium adalah jenis bakteri yang mampu melakukan fiksasi nirogen

(N2) dari udara menjadi senyawa-senyawa nitrat yang dapat digunakan oleh jenis-

jenis kacangan (legum) dalam suatu hubungan simbiosis dengan kacangan

tersebut. Pada akar kacangan, bakteri ini membentuk bintil-bintil akar (nodul).

Tanpa inokulasi bintil-bintil akar tersebut akan terbentuk juga jika dalam tanah

terdapat populasi rhizobium. Tetapi, dengan inokulasi pembentukan bintil-bintil

akar akan lebih cepat (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Tanaman kacang-kacangan, terutama tanaman penutup tanah leguminosa,

kedelai dan leguminosa pohon pada dasarnya memerlukan bantuan bakteri

pembentuk bintil akar yang infektif dan efektif untuk dapat tumbuh dan

berproduksi secara optimal. Kebutuhan ini menjadi sangat vital jika tanaman

tersebut diusahakan pada tanah-tanah marginal yang umum terdapat di Indonesia.

Pada tanah jenis ini, aktivitas mikroba secara umum tergolong sangat rendah,

sehingga untuk tanaman kacang-kacangan inokulum bakteri tersebut mutlak

diperlukan untuk mencapai hasil yang ekonomis. Selain itu, kadar fosfat pada

tanah ini juga sangat rendah atau jika ada, terdapat dalam bentuk terikat kuat oleh

partikel tanah, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Untuk meningkatkan

pasokan fosfat dari tanah dan pupuk ke tanaman, inokulum bakteri pelarut fosfat

yang sesuai dengan kondisi tanah masam sangat diperlukan. Isolat Rhizobium dan

bakteri pelarut fosfat lokal yang adaptif dengan kondisi tanah-tanah marginal di

Indonesia telah diseleksi sehingga diperoleh isolat unggul. Formulasi bahan

pembawa yang tepat memungkinkan inokulan bakteri tersebut mampu bertahan

hidup dan bekerja efektif di lapang (http://www.ibriec.org, 2009b).

Universitas Sumatera Utara


11

Bakteri Rhizobium hidup bersimbiosis dengan akar tanaman kacang

kacangan dengan membentuk nodula. Proses terjadinya nodula akar pada tanaman

sehubungan dengan hadirnya Rhizobium dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Bakteri Rhizobium berkerumun di sekitar rambutrambut akar (secara alami)

maupun pada media buatan dengan pemberian inokulan (preparat hidup

bakteri Rhizobium),

b. Sehubungan dengan berkerumunnya bakteri tersebut, rambut akar akan

mengekskresi/mengeluarkan triftofan, yang selanjutnya oleh bakteri diubah ke

indol asetat,

c. Kehadiran indol asetat mengakibatkan rambutrambut akar mengeriting

(mengkerut), sedang kegiatan bakteri lebih lanjut menghasilkan sejenis enzim

yang dapat melarutkan senyawa pektat yang terdapat dalam fibril (sellulosa)

kulit/selaput rambut akar sehingga terikat,

d. Adanya larutan pektat menyebabkan bakteri rhizobium berubah bentuk

menjadi bulat, kecilkecil, dan dapat bergerak,

e. Senyawa pektat tersebut mengikat sellulosa, sehingga hal ini berpengaruh

pada selaput rambut akar yang menjadi sangat tipis dan mudah ditembus oleh

bakteri Rhizobium,

f. Bakteri masuk ke dalam rambutrambut akar dan berkembang/berlipat ganda

dan selanjutnya masuk ke dalam akar dengan membentuk benang infeksi,

dengan demikian pada setiap sel akar didapatkan kolonikoloni bakteria,

g. Proses terakhir yaitu dengan terbentuknya nodula/bintil akar. (Sutedjo, dkk, 1991).

Universitas Sumatera Utara


12

Indole Asetic Acid (IAA)

Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan senyawa sintetis yang mempunyai

aktifitas kerja yang sama seperti halnya hormon tanaman, dimana dengan

konsentrasi tertentu dapat mendorong ataupun menghambat pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Beberapa peranan auksin adalah :

Bersama Sitokinin mendorong pembelahan sel.

Merangsang pertumbuhan akar lateral/samping.

Mencegah gugur daun.

Merangsang pembungaan pada kelompok tanaman Bromelia. (Hartanto, 2007).

Auksin adalah asam indol asestat (IAA) atau C10H9O2N. IAA merupakan

suatu kelompok dan senyawa-senyawa lain, misalnya asam naftalin asestat

(C12H10)2) dan asam 2, 4 diklorofenoksi asetat (C8H6)3Cl2) atau disingkat 2,4 D.

Efek karakteristik auksin adalah kemampuannya mendorong pembengkokan suatu

benih dan efek ini berhubungan dengan adanya suatu kelompok atom di dalam

molekul auksin tersebut. Struktur IAA :

CH2COOH

NH

(Heddy, 1996).

Kascing

Salah satu mahluk hidup penghuni tanah adalah cacing. Cacing tanah

tergolong dalam kelompok binatang avertebrata (tidak bertulang belakang) yang

hidupnya di tanah yang gembur dan lembab. Ada sekitar 1.800 jenis cacing tanah

Universitas Sumatera Utara


13

yang dikenal para ilmuwan. Tetapi hanya sembilan spesies yang dimanfaatkan

untuk menghasilkan pupuk organik. Kesembilan jenis tersebut adalah Lumbricus

terrestris, Lumbricus rubellus, Eisenia foetida, Allolobophora caliginosa,

Allolobophora chlorotica, Pheretima asiatica, Perionyx excavatus, Diplocordia

verrucosa, dan Eudrilus eugeuniae. Dari sembilan spesies itu, hanya empat

spesies yang dibudi dayakan yaitu L. rubellus, E. foetida, P. asiatica, E.

eugeuniae. Cacing tanah dapat mencerna bahan organik seberat badannya bahkan

lebih (http://www.baungcamp.com., 2008).

Kascing yaitu tanah bekas pemeliharaan cacing merupakan produk

samping dari budidaya cacing tanah yang berupa pupuk organik sangat cocok

untuk pertumbuhan tanaman karena dapat meningkatkan kesuburan tanah.

Kascing mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

tanaman yaitu suatu hormon seperti giberellin, sitokinin dan auxin, serta

mengandung unsur hara (N, P, K, Mg dan Ca) serta Azotobacter sp yang

merupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya

unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman (Zahid, 1994).

Kelebihan Kompos cacing dari kompos biasa adalah :

1. Waktu penguraian sampah lebih cepat karena tidak hanya diuraikan oleh

kumpulan mikro organisme tetapi juga dibantu oleh cacing

2. Cacing menghasilkan bahan nutrisi yang lebih mudah diserap oleh tumbuhan.

3. Tidak memerlukan panas dan tidak perlu dibolak-balik.(http://www.mail-archive.com, 2007).

Kompos ini mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur makro dan

mikro yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Komposisi kimia kascing Eisenia

foetida meliputi nitrogen (N)0,63%, fosfor (P) 0,35%, kalium (K) 0,20%, kalsium

Universitas Sumatera Utara


14

(Ca) 0,23%, magnesium (Mg) 0,26%, natrium (Na) 0,07%, tembaga (Cu) 17,58%,

seng (Zn) 0,007%, manganium (Mn) 0,003%, besi (Fe) 0,79%, boron (B) 0,21%,

molibdenum (Mo) 14,48%, KTK 35,80 meg/100mg, kapasitas

menyimpan air 41,23%, dan asam humus 13,88%

(http://pengalamanbertaniorganik.blogspot.com, 2006).

Tricoderma spp

Bahan kimia yang banyak digunakan dalam bidang pertanian dapat

membahayakan kesehatan manusia maupun lingkungannya. Kesadaran

masyarakat untuk mengkonsumsi bahan makanan yang bergizi tinggi dan tidak

tercemar bahan kimia juga se-makin tinggi. Untuk dapat memenuhi tuntutan

tersebut penggunaan bahan kimia terutama pestisida harus ditekan

serendah mungkin. Pengembangan produk biofungisida Trichoderma sebagai

salah satu alternatif yang men-janjikan telah berhasil dilaksanakan

(http://www.ipard.com, 2009).

Trichoderma spp. Dapat ditemui di hampir semua jenis tanah dan pada

berbagai habitat. Jamur ini dapat berkembang biak dengan cepat pada daerah

perakaran. Disamping itu trichoderma spp merupakan jamur parasit yang dapat

menyerang dan mengambil nutrisi dari jamur lain. Peranan trichoderma spp yang

mampu menyerang jamur lain namun sekaligus berkembang biak pada daerah

perakaran menjadikan keberadaan jamur ini dapat berperan sebagai biocontrol dan

memperbaiki pertumbuhan tanaman (Harman, 2003).

Universitas Sumatera Utara


15

Bahan Humat

Bahan humat atau yang lebih dikenal sebagai humus yang merupakan hasil

akhir proses dekomposisi bahan organik bersifat stabil. Terdiri atas fraksi asam

humat, asam fulfat dan humin. Humus menyusun 90% bagian bahan organik

tanah. Asam humat merupakan bahan makromolekul polielektrolit yang memiliki

gugus fungsional sehingga memiliki peluang untuk membentuk kompleks dengan

ion logam. Adanya senyawa organik memungkinkan terjadinya khelat yaitu

senyawa organik yang berikatan dengan kation logam dalam tanah dan akan

mengurangi pengikatan P oleh oksida sehingga P menjadi lebih tersedia

(Ariyanto, 2006).

Rhiphosant

Rhiphosant adalah inokulan berbahan aktif bakteri penambat N dan pelarut

P unggul hasil isolasi dan seleksi dari mikroba indigenous Indonesia yang dapat

berfungsi membantu menambat nitrogen (N) dari udara dan melarutkan senyawa

fosfat (P) sukar larut di dalam tanah (http://www.ibriec.org, 2009b).

Bakteri penambat N dari udara yang digunakan berasal dari jenis

Bradyrhizobium japonicum. Kemampuan bakteri ini adalah menangkap N bebas

dalam udara tanah melalui produksi enzim reduktase urea. Bakteri ini

bersimbiosis dengan akar tanaman dan hidup di dalam bintil akar. Dengan adanya

simbiosis ini kebutuhan N tanaman dapat dipenuhi sebagian besar atau

seluruhnya tanpa perlu atau sedikit memerlukan tambahan pupuk N. Di pihak

lain, bakteri pelarut P yang digunakan adalah Aeromonas punctata yang memiliki

kemampuan menghasi lkan enzim fosfatase, asam-asam organik, dan polisakarida

ekstra sel beraktivitas tinggi pada kondisi tanah masam dengan kadar P rendah.

Universitas Sumatera Utara


16

Senyawa-senyawa tersebut akan membebaskan unsur P dari senyawa-senyawa

pengikatnya, sehingga P yang tersedia bagi tanaman meningkat. Selain itu,

mikroba ini juga mampu meningkatkan kelarutan Kalium dalam tanah.

(http://www.ibriec.org, 2009b).

Miza Plus

Miza Plus adalah pupuk hayati berbasis mikoriza arbuskula dan telah

diformulasi dengan memadukan sinergisme antara mikroba simbiotik dan non

simbiotik. Secara fungsional mikroba tersebut bersinergi dalam penyediaan unsur

makro P, N, dan zat pengatur tumbuh tanaman. Perbaikan rhizosfer tanaman

dibuktikan dapat memperbaiki akar dan daerah perakaran tanaman sehingga

pemberian Miza Plus di samping secara aktif menyediakan hara tanaman juga

memperbaiki lingkungan tumbuh tanaman secara berkesinambungan. Mikroba

terseleksi yang terkandung dalam Miza Plus adalah bakteri penambat N non

simbiotik, bakteri pelarut fosfat, dan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman

(http://www.ibriec.org, 2009a).

Ketersediaan P sangat diperlukan dalam pembentukan bintil akar. Dalam

memfiksasi N bakteri bintil akar memerlukan P yang hanya dapat di ambil dari

tanaman inang. (Fitriatin, dkk., 1999). Dalam fiksasi Nitrogen, P berfungsi

sebagai sumber energi dalam proses nitrogenase. (Marschner, 1995).

Universitas Sumatera Utara

You might also like