Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
Abstrak
Sarana umum dapat dinyatakan memenuhi syarat kesehatan lingkungan apabila telah
memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah penularan penyakit antar pengguna,
penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan
terjadinya kecelakaan. Gedung bioskop adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya dengan membayar
dapat menonton film di tempat tersebut. Sanitasi Bioskop memberikan berbagai indikator yang harus
diperhatikan dengan indicator dan parameter antara lain Letak gedung, Lingkungan Bioskop dengan
parameter sanitasi antara lain mencakup persyaratan pada halaman dan gedung. Sound system yang
baik digunakan di gedung bioskop adalah sound system stereo dengan peletakan pengeras suara pada
dinding dalam jarak yang sama antara yang satu dengan yang lain, sehingga suara akan diterima
merata oleh penonton. Suara diukur dengan satuan decibel (dB) antara 80 85 dB. Sistem
pencahayaan tidak boleh menyilaukan mata maksimal 150 lux. Jarak ideal layar dengan proyektor
40 m sedangkan jarak antara layar dengan kursi terdepan adalah minimal 10 m. Bagian tepi layar atas,
bawah dan samping kiri dan kanan berturut-turut maksimum membentuk sudut 60-80 dengan titik
mata untuk penonton terdepan. Tiap penonton harus dapat melihat dengan sudut pandang maksimal
30. Jarak antara kursi penonton dengan kursi lain minimal 40 cm.
Karya Ilmiah ini bertujuan untuk Dari hasil pengumpulan data, kemudian data
mengetahui sejauh mana pengaruh peralatan dianalisis, dikontruksi dan diolah sesuai dengan
bioskop memancarkan radiasi gelombang rumusan masalah yang telah ditetapkan,
elektromagnetik terhadap kesehatan manusia. kemudian disajikan secara deskriptif.
Dalam penelitian hukum normatif, yang
dianalisis bukanlah data, melainkan dilakukan
METODE PENELITIAN secara deskriptif, interpretatif, evaluatif,
argumentatif dan sistematis. Bahan hukum yang
Tipe penelitian ini tergolong kedalam dikumpulkan akan disajikan secara utuh,
penelitian hukum normatif dan penelitian hukum kemudian dianalisis. Adapun analisis yang
kepustakaan maka titik berat penelitian dikemukakan bersifat deskriptif artinya uraian
mempergunakan bahan hukum bukan data, apa adanya terhadap suatu kondisi atau posisi
sehingga data primer yang dipergunakan hanya dari proporsi-proporsi hukum atau non hukum.
bersifat memperkuat, melengkapi dan Interpretatif adalah analisis dengan cara
menunjang, kemudian sumber data sekunder menginterprestasi atau menjelaskan penggunaan
dilakukan melalui sumber data kepustakaan jenis-jenis penafsiran dalam ilmu hukum, seperti
(library research) yang terdiri dari bahan hukum penafsiran yang sistematis dan gramatikal.
primer dan bahan hukum sekunder. Penafsiran secara sistematis artinya terdapat
Adapun bahan hukum primer yang hubungan antara pasal satu dengan pasal-pasal
digunakan terutama berpusat dan bertitik tolak yang lainnya. Sedangkan penafsiran secara
pada peraturan perundang-undangan yang gramatikal adalah penafsiran berdasarkan arti
berlaku di Indonesia seperti Kep. Menkes kata. Evaluatif yakni melakukan evaluasi atau
288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman penilaian tepat atau tidak tepat, setuju atau tidak
Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. setuju, benar atau salah, sah atau tidak oleh
Berikutnya dipergunakan pula bahan hukum peneliti terhadap suatu pandangan, proporsi,
sekunder berupa pendapat hasil-hasil penelitian, pernyataan rumusan, norma, keputusan baik yang
kegiatan ilmiah dan beberapa informasi dari tertera dalam bahan hukum primer maupun
media masa. bahan hukum sekunder.
Pendekatan masalah yang dipakai terhadap Sedangkan analisis yang bersifat
penelitian ini, adalah beberapa pendekatan yang argumentatif tidak bisa dilepaskan dari teknik
dikenal dalam hukum normatif, yaitu pendekatan evaluasi karena penilaian harus didasarkan pada
kasus (the case approach), pendekatan alasan-alasan yang bersifat penalaran hukum.
perundang-undangan (the statute approach), Dalam pembahasan permasalahan hukum makin
pendekatan analisis konsep hukum (analitical banyak argumen makin menunjukkan kedalam
conceptual approach). penalaran hukum. Sistematis, adalah berupa
Jenis bahan hukum yang dipergunakan upaya mencari kaitan rumusan suatu konsep
berupa bahan-bahan hukum primer seperti hukum atau proposisi hukum antara peraturan
peraturan perundang-undangan, surat keputusan perundang-undangan yang sederajat maupun
Menteri, peraturan daerah, sedangkan bahan- antara yang tidak sederajat.
bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang
erat kaitannya dengan bahan-bahan hukum HASIL DAN PEMBAHASAN
primer dapat membantu menganalisis dan
memahami hukum primer adalah : a) hasil karya Bioskop adalah tempat atau gedung dengan
ilmiah para sarjana; b) hasil penelitian ; c) segala fasilitas didalamnya, dimana masyarakat
laporan-laporan, media massa dapat berkumpul dan menonton film dengan
Bahan-bahan hukum tersier, yaitu bahan- membayar tiket masuk.
bahan yang memberikan informasi tentang
bahan-bahan hukum primer dan bahan hukum Hubungan Bioskop Dengan Kesehatan
sekunder meliputi bibliografi. Manusia
Adapun metode pengumpulan bahan hukum Bioskop mempunyai peranan penting dalam
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penularan penyakit, timbulnya kecelakaan dan
metode gabungan antara bola salju (snowball gangguan-gangguan lain. Gangguan-gangguan
methode) dengan metode sistematis (systematic yang dapat ditimbulkan antara lain: (Munif
methode). Arifin, 2009)
1. Letak kursi bagian terdpan yang terlalu dekat - Ditempat yang tinggi dan kering, tidak dekat
dengan layar ( kurang dari 6m) dapat merusak rawa atau derah banjir.
mata.
2. Letak pintu, jendela dan lain-lain lobang b. Halaman Gedung Bioskop
ventilasi yang keliru menimbulkan gerak - Halaman sangat penting untuk gedung bioskop,
angin yang keras dan penonton dapat sakit digunakan untuk parkir kendaraan dan
karenanya. hendaknya cukup luas.
3. Ventilasi yang kurang baik, menimbulkan - Halaman harus bersih, tidak terdapat sampah-
tidak adanya gerak udara dalam gedung, sampah yang berserakan, genangan air, oli, dll.
sehingga keadaan dalam gedung dapat panas - Pagi malam hari halaman bioskop perlu
sekali dan menimbulkan pusing kepala. penerangan minimal 3 cm pada permukaan
4. Letak lampu bahaya diatas pintu-pintu yang tanah.
menyilaukan dapat mengganggu mata para - Halaman perlu diberi pagar sebagai pembatas.
penonton. - Arah-arah lalu lintas dibuat teratur baik untuk
5. Kurangnya pemeliharaan kebersihan pada penonton maupun untuk kendaraan-kendaraan
tempat-tempat duduk/kursi, menjadikan kursi yang keluar masuk halaman.
tersebut menjadi tempat bersarang dan - Sisa peralatan yang tidak digunakan untuk
berkembang biaknya binatang pengganggu parkir dapat dibuat pertamanan dengan
antara lain kutu busuk, yang dapat tumbuh-tumbuhan, bunga-bunga untuk
menimbulkan gangguan kepada para menambah keindahan sekitarnya.
penonton
6. Pemakaian film proyektor yang rusak c. Tempat Sampah
(misalnya bergetar) atau lensa yang sudah Tersedianya tempat-tempat sampah dan
kabur akan menimbulkan kerusakan mata. tempat pengumpulan sampah sementara.
7. Lantai yang tidak memenuhi syarat misalnya Penempatan dan jumlah tempat sampah
licin akan menimbulkan kecelakaan kepada memadai.
penonton, dan lantai yang berdebu akan Adapun syarat-syraat dari tempat sampah
mengganggu penonton. tersebut adalah : (Munif Arifin, 2009)
8. WC dan urinoir yang tidak dirawaat akan - Kedap Air
menimbulkan bau tidak dan mengganggu - Ertutup rapat
keyamanan penonton. - Mudah diangkat
- Dapat menampung jumlah sampai pada setiap
Persyaratan Bioskop pertunjukan.
1. Bagian Luar Gedung
a. Letak Gedung Bioskop d. Saluran Pembuangan Air Hujan
Letak atau lokasi gedung biskop perlu Saluran air hujan unuk gedung bioskop perlu
diperhatikan karena letak berpengaruh terhadap ada hal ini untuk menjaga agar air hujan tidak
kenyamanan dari gedung bioskop. Bentuk letak menggenang. Karena dengan terdapatnya
ini perlu diperhatikan sebagai berikut: (Munif genangan air akan dapat menimbulkan gangguan
Arifin, 2009) kepada para penonton, selain itu genangan air
- Ditempat yang luas dengan alasan agar akan dapat digunakan untuk perkembangbiakan
memberikan tampat untuk parkir mobil dan vektor panyakit.
lain-lain kendaraan, serta memberikan
keleluasan dan kepuasan para pengunjung 2. Bagian Dalam Gedung Bioskop
untuk mamandang keindahan sekitarnya. Agar Sebenarnya yang dimaksud dengan gedung
kendaraan dapat diparkir dengan rapih/teratur bioskop adalah bagian luar gedung bioskop (
perlu adanya rambu untuk tempat parkir. Eterior Gedung ) dan bagian dalam gedung
- Ditempat yang strategis yaitu ditengah-tengah bioskop ( interior Gedung )
dekat perumahan penduduk agar mudah dicapai
dengan berjalan atau dengan kendaraan, serta a. Exterior Gedung :
ditengah-tengah tempat rekreasi lain. Halaman yang ada didalam gedung bioskop
- Ditempat yang jauh dari faktor penganggu, tatapi terletak diluar ruangan pertunjukan ( diluar
seperti tempat pembuangan sampah, industri dinding yang membatasi tempat pertunjukan )
yang gaduh dan terlalu ramai. dibioskop yang modern, maka pada exterior
gedung ini antara lain adalah (Munif Arifin, Air Conditioning (AC)
2009) AC yang baik untuk gedung bioskop adalah
menggunakan AC central. Air Conditioning
1. Dinding (AC), prinsip kerjanya adalah penyaringan,
Dinding gedung pertunjukkan dibuat anti gema pendinginan, pengaturan kelembaban serta
suara dengan menerapkan sistem acoustic pengaturan suhu dalam ruangan. Yang perlu
dengan maksud : diperhatikan bila menggunakan AC adalah
mencegah gema suara yang memantul dan ruangan harus tertutup rapat dan orang tidak
menggaduhkan bunyi asli. boleh merokok didalam ruangan.
mencegah penyerapan suara (absorpsi)
sehingga suara hilang dan menjadi kurang jelas. 4. Tempat Duduk atau Kursi
membantu resonansi (menguatkan suara). Persyaratan dari tempat duduk atau kursi adalah :
Konstruksi cukup kuat dan tidak mudah untuk
2. Lantai bersarangnya binatang pengganggu antara lain
Lantai dibuat dari bahan yang kedap air, keras, kutu busuk atau serangga lainnya.
tidak licin dan mudah dibersihkan. Ukuran kursi yaitu :
Kemiringan dibuat sedemikian rupa sehingga i. Lebih kurang 40-50 cm.
pemandangan penonton yang dibelakang tidak ii. Tinggi kursi dari lantai sebaiknya 48 cm.
terganggu oleh penonton yang dimuka. iii.Tinggi sandaran 38-40 cm dengan lebar
Menurut hasil penyelidikan yang dilakukan oleh sandaran disesuaikan dengan kenyamanan.
Departemen Penerangan bersama Lembaga Ilmu iv.Sandaran tangan berfungsi juga sebagai
Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan pembatas.
bahwa : Jarak antara sandaran kursi adalah lebih v. Sandaran pengguna tidak boleh terlalu tegak.
kurang 90 cm, dengan sudut penurunan ideal ke Letak kursi agar diatur sedemikian rupa
arah layar 6,28 terhadap garis horizontal, berarti sehingga semua penonton dapat melihat
perbedaan tinggi kepala kursi yang berurutan 10 gambar secara penuh dengan tidak terganggu.
cm. Jarak antara kursi dengan kursi didepannya
minimal 40 cm yang berfungsi untuk jalan ke
3. Ventilasi tempat kursi yang dituju.
Ventilasi untuk gedung bioskop adalah Tiap penonton harus dapat melihat dengan
penting oleh karena untuk mengatur sirkulasi sudut pandang maksimal 30. Penonton yang
udara, agar udara kotor dalam ruangan keluar duduk di baris terdepan harus masih dapat
dan udara bersih masuk sehingga penonton melihat seluruh gambar sepenuhnya. Artinya
merasa nyaman. Untuk atau kamar normal 27C bagian tepi layar atas, bawah dan samping kiri
dan kelembaban yang baik adalah 40%. dan kanan berturut-turut maksimum
(Soebagio Reksosoebroto, 2009) Suhu ruang membentuk sudut 60-80 dengan titik mata.
antara 20C-25C, dengan kelembaban diantara
40%-50%. (Rudi Gunawan, 2008) 5. Pintu darurat
Sistem ventilasi pada umumnya terbagi atas Persyaratan pintu darurat adalah:
dua yaitu: - Lebar minimal pintu darurat adalah 2 kali lebar
a) Ventilasi Alami (Natural Ventilation System) pintu biasa (160 cm)
Ventilasi alam ini dapat dibuat dengan jalan - Jarak pintu darurat yang satu dengan lain
memasang jendela dan lubang-lubang angin atau sedikit-dikitnya 5 m dengan tinggi 1,8 dan
dengan menggunakan bahan bangunan yang membuka kearah ke luar.
berpori-pori. - Letak pintu darurat sebelah kiri dan sebelah
b) Ventilasi Buatan (Artificial Ventilation kanan ruang pertunjukkan harus simetris.
System) - Selama pertunjukan berlangsung pintu darurat
Untuk ventilasi buatan ini dapat berupa : tidak boleh di kunci.
Fan (kipas angin), fungsinya hanya memutar - Di atas pintu harus dipasang lampu merah
udara didalam ruangan, sehingga masih dengan tulisan yang jelas Pintu Darurat.
diperlukan ventilasi alamiah.
Exhauster (pengisap udara), prinsip kerjanya 6. Pencahayaan
adalah mengisap udara kotor dalam ruangan Pada dasarnya pencahayaan diperlukan sebelum
sehingga masih diperlukan ventilasi alamiah. dan setelah pertunjukkan. Hal-hal yang perlu
gedung bioskop suara justru harus diserap tingkat absorpsi suara di ruangan tersebut, maka
sebanyak mungkin. Pada gedung bioskop, semakin jauh pulalah jarak kritisnya. Desain
pantulan suara harus diminimalisasi. Penyerapan ruangan akustik yang baik diusahakan memiliki
suara biasanya disiasati dengan pemasangan kain Critical Distance sejauh mungkin dari sumber
tirai pada dinding samping kiri dan kanan, serta suara.
dinding pada bagian belakang. Selain itu bahan
jok dan sandaran kursi harus dipilih yang tidak Selain itu, ada standard
menyerap suara, tetapi tetap membuat penonton kenyamanan sistem audio yang
nyaman. Prinsipnya, dalam keadaan kosong atau disebut THX. Speakernya sistem satelit, artinya
diduduki, diusahakan agar tingkat penyerapan speakernya tersebar di seluruh ruang bioskop itu.
suara sama. Waktu dengung adalah rentang Untuk mendapatkan efek suara optimal sistem
waktu antara saat bunyi terdengar hingga akustiknya juga harus mendukung. Jadi aliran
melenyap. Gedung bioskop dianggap baik ketika suara bagi penonton yang duduk di depan
memiliki waktu dengung sekitar 1,1 detik. maupun di belakang bisa merata. Selain itu Di
Indonesia sendiri, bioskop yang sudah mendapat
akreditasi THX adalah Blitz Megaplex dan The
Premiere. THX pertama kali diperkenalkan oleh
Thomas Holman dari LucasFIlm. Eksperimen ini
dibuat dikarenakan George Lucas yang
menginginkan Star Wars (1983) ditayangkan di
bioskop-bioskop dengan standar kenyaman
menonton yang cukup baik. THX menyatakan
Kebanyakan pemasangan tirai pada dinding standar kualitas bangku penonton, jumlah air-
berhasil mengabsorpsi suara dengan frekuensi conditioning, sistem teknologi (surround) dan
tinggi, tetapi kurang memperhatikan frekuensi tata letak (akustik) speaker. Sekarang ini,
rendah. Oleh Karena itu, diberlakukan prinsip Holman yang juga merupakan pengajar di
1/4 . Bahan penyerap suara yang digunakan University of Southern California sedang
harus diletakkan sejauh 1/4 dari frekuensi mengembangkan teknologi 10.2 channel
terendah yang diserap. Pada contoh di bawah ini, surround sound. Sistem 10.2 ini menggunakan 12
jika frekuensi terendahnya adalah 42 Hz, maka speaker di 10 lokasi pemasangan dan 2
bahan penyerap suara sebaiknya diletakkan pada subwoofers untuk menciptakan kualitas suara
jarak 2 meter dari dinding. Untuk materialnya, yang dikatakan ada di luar batas imajinasi kita.
dapat digunakan rock wool (fibreglass) yang
dikatakan merupakan material dengan 8. Layar Film
kemampuan absorpsi yang cukup tinggi. Material Layar film merupakan alat yang pokok dan
ini dikatakan dapat membuat sebuah ruangan penting dalam bioskop. Adapun syarat-syarat
hampir mendekati ruangan anechoic, dengan layar yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
harga yang cukup murah. - Layar sebaiknya berwarna putih dan diberi
warna gelap di tepi.
- Ukuran harus disesuaikan dengan proyeksi dari
proyektor film yang digunakan.
- Permukaan harus licin dan bersih.
- Jarak antara layar dengan proyektor harus
sesuai sehingga gambar yang di proyeksikan
pada layar benar-benar baik (focus harus tepat)
sehingga tidak menghasilkan gambar yang
kabur.
Hal yang harus diperhatikan lainnya adalah 9. Proyektor Film dan Ruangan
penghitungan Critical Distance atau Jarak kritis. Persyaratan proyector dan ruangan adalah:
Jarak kritis merupakan batas jarak di mana suara - Proyektor tidak boleh bergetar, sehingga
langsung yang berasal dari speaker dan suara gambarpun akan ikut bergetar.
pantul memiliki energi yang sama. Jarak kritis ini - Proyektor harus dapat memproyeksikan gambar
berbeda-beda di segala frekuensi. Semakin tinggi dengan jelas.
- Ruang proyektor harus mempunyai ventilasi - Memasang terali pada lubang ventilasi bagian
yang cukup untuk pertukaran udara didalam bawah
ruangan tersebut (10% 20%) dari luas lantai
sehingga petugas / operator tidak merasa 3. Peryaratan Lain Yang Diperlukan Di
pengap atau panas. Gedung Bioskop
Sanitasi Bioskop memberikan berbagai
10. Pemadam Kebakaran indikator yang harus diperhatikan dengan
- Didalam gedung bioskop harus tersedia indicator dan parameter antra lain Letak gedung,
pemadam kebakaran yang masih berfungsi. Lingkungan Bioskop dengan parameter sanitasi
- Diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan antara lain mencakup persyaratan pada halaman
mudah di jangkau oleh umum. dan gedung.
- Jumlah disesuaikan dengan besar kecilnya Beberapa persyaratan aspek sanitasi dengan
gedung bioskop. karakteristik khusus dapat kita temukan pada
- Pada setiap alat pemadam kebakaran perlu sanitasi bioskop ini antara lain : (Munif Arifin,
adanya penjelasan tentang cara pemakaiannya. 2009)
- Pada Pintu Darurat / Pintu Bahaya dengan
11. Sistem Lalu Lintas Dalam Gedung (Traffic indikator antra lain Jarak satu dengan yang lain
System) : 5 m, Simetri : kanan-kiri ruangan, Daun pintu
System lalu lintas dalam ruangan perlu dapatdibuka lebar, Ada label PINTU
diatur untuk kelancaran keluar masuknya BAHAYA. Tidak boleh dikunci selama
penonton sebaiknya dibuat arus lalu lintas searah. pertunjukan
Lalu lintas (Traffic) yang baik untuk gedung - Layar film : Berwarna putih dengan warna
bioskop dibuat menjadi 4 bagian yaitu: gelap ditepi, Ukuran sesuai dengan kekuatan
- Lintas utama (maintraffic) /lebar minimal 2 proyektor, Permukaan bersih & licin, Jarak
meter. ideal layar dengan proyektor 40 m.
- Lintas block (blocktraffic) lebar minimal 80 - Sound system : Suara 80-85 dB, Simetris di
cm. kianan kiri dinding gedung
- Lintas antar kursi (between chair traffic) lebar - Pemadam kebakaran : Perlu disediakan di dlm
minimal 40 cm. gedung pertunjukan, Diletakkan terpencar,
- Lintas keliling ruangan (Round the corner mudah dilihat, mudah dicapai, Perlu disertai
traffic) lebar minimal 50 cm. petunjuk cara penggunaan
- Tempat duduk : Dibuat untuk perorangan, Ada
12. Keadaan Yang Bebas Serangga dan Binatang sandaran belakan, tangan + kaki, Tidak
Pengerat berhimpitan, Jarak dengan tempat duduk
Pencegahan terhadap serangga dapat depannya 40 cm (berfungsi sebagai jalan
dilakukan dengan cara sebagai berikut: pengunjung), Baris terdepan min 6 m dari
- Kebersihan umum baik di luar dan di dalam layar, dengan sudut pandang < 30, Tinggi
gedung harus di jaga. tempat duduk dan lantai sebaiknya 48 cm
- Pemasangan kawat-kawat kasa pada lubang- dengan sandaran 38-40 cm, Tempat duduk
lubang angin. dibuat empuk, mudah dibersihkan
- Pengaturan barang-barang harus teratur jangan - Lalu lintas dlm gedung : Lalu lintas utama ( 4
sampai ada sudut-sudut mati yang menyulitkan m), Lintas block (80 cm), Lintas antar kursi (40
pembersihan. cm), Lintas keliling ruangan (50 cm)
- Pencahayaan harus sempurna agar sinar dapat - Proyektor film & ruangannya : Sebaiknya ada 2
menyinari secara merata keseluruhan ruangan. buah proyektor sehingga tidak ada jeda saat
pergantian antar rol film, harus baik, tidak
Pencegahan terhadap binatang pengerat dapat bergetar, terang sehingga tidak merusak mata,
dilakukan dengan cara sebagai brikut: Ruang untuk proyektor disesuaikan dengan
- Menjaga kebersihan ruangan ukuran proyektor dan jumlah petugas,
- Menghindari adanya sudut-sudut mati dan Kelembaban & suhu yang diperhatikan
ruangan yang gelap.
- Menghindari tempat-tempat yang bisa 4. Sanitasi di tempat-tempat bioskop sangat
digunakan untuk bersarangnya binatang diperlukan
pengerat. Perlunya sanitasi di tempat - tempat bioskop
karena: (Munif Arifin, 2009)
1. Adanya kumpulan manusia yang berhubungan mempunyai ventilasi yang cukup untuk
langsung dengan lingkungan pertukaran udara didalam ruangan tersebut
2. Kurangnya pengertian dari masyarakat (10% 20%) dari luas lantai sehingga
mengenai masalah kesehatan petugas / operator tidak merasa pengap atau
3. Kurangnya fasilitas sanitasi yang baik panas.
4. Adanya kemungkinan besar terjadinya d. Letak lampu pada plafon dengan jarak lampu
penularan penyakit yang satu dengan lampu yang lain maksimal
5. Adanya kemungkinan terjadinya kecelakaan 2,5 meter dengan intensitas cahaya minimal
6. Adanya tuntutan physical dan mental confort 150 lux.
e. Pemeliharaan kebersihan dengan
5. Aspek penting dalam penyelenggaraan menempatkan tempat sampah di dekat pintu
sanitasi tempat-tempat umum keluar.
1. Aspek teknis /hukum (persyaratan H dan S, f. Lantai yang memenuhi syarat dibuat dari
Peraturan dan perundang-undangan sanitasi bahan yang kedap air, keras, tidak licin dan
2. Aspek sosial, yang meliputi pengetahuan mudah dibersihkan
tentang : kebiasaan hidup, adat istiadat, g. Tidak memakai film proyektor yang rusak
kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan, (lensa yang sudah kabur) dan tidak boleh
komunikasi, dan lain-lain bergetar
3. Aspek administrasi dan management, yang h. WC harus dirawat agar tidak menimbulkan
meliputi penguasaan pengetahuan tentang cara bau.
pengelolaan STTU yang meliputi : Man, 7 Persyaratan di bioskop dibagi menjadi bagian
Money, Method, Material dan Machine. yaitu:
a.Bagian luar gedung Bioskop: letak gedung,
SIMPULAN DAN SARAN bioskop dalam gedung, bioskop tempat
sampah saluran pembuangan air hujan
Simpulan b.Bagian dalam gedung bioskop Exterior
1. Tiap penonton harus dapat melihat dengan gedung, misalnya: WC, ruang telepon, runag
sudut pandang maksimal 30 terhadap layar. tunggu, pemadam kebakaran, exterior traffic.
2. Suara yang diterima merata oleh penonton Interior gedung: dinding, lantai, ventilasi,
sebaiknya antara 80 85 dB temapt duduk atau kursi, pintu darurat,
3. Suhu ruang antara 20C-25C, dengan pencahayaan, sound system,layar film,
kelembaban diantara 40%-50% projektor film dan ruangan, pemadam
4. Gedung bioskop adalah suatu tempat termasuk kebakaran, sistem lalu lintas dalam gedung.
fasilitasnya dimana umum dengan membayar
dapat menonton film di tempat tersebut. Dasar Saran
pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Bioskop Untuk lebih meningkatkan kualitas lingkungan
adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 gedung sehingga menjadi lebih baik perlu
tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan diadakan pengawasan yang lebih teratur lagi,
Bangunan Umum. sehingga dapat tercipta lingkungan tempat
5. Pencahayaan Umum untuk ruangan dan area hiburan yang aman, nyaman dan bersih bagi
yang jarang digunakan dan/atau tugas-tugas pengunjungnya serta terlindung dari bahaya
atau visual sederhana khususnya gedung kesehatan.
bioskop sebesar 150 lux.
6. Hubungan bioskop dengan manusia, DAFTAR PUSTAKA
gangguan-gangguan tersebut dapat dicegah
antara lain: [1] Eep . 2008 Membangun Bioskop di Rumah
a. Letak kursi terdepan dengan layar yang (http://eepinside.com/?p=1396 diakses 25
terlalu dekat dengan jarak minimal 10 april 2010)
meter. [2]Moskie. 2009. Lokasi Duduk dengan nyaman
b. Letak pintu, jendela dan ventilasi dengan di Bioskop
jarak yang satu dengan lain sedikit-dikitnya (http://www.adandu.com/blog/moskie/lokasi_
5 m dengan tinggi 1,8 dan membuka kearah duduk_dengan_nyaman_di_bioskop.html,
ke luar. diakses 25 april 2010) [1] Mukono, H. 2006.
c. Ventilasi yang baik digunakan adalah cross Prinsip dasar kesehatan lingkungan edisi ke 2.
ventilasi terutama ruang proyektor harus Surabaya : Airlangga University Press.
Agama : Hindu
Email : turusdi.info@gmail.com
www.facebook.com/turusdi