You are on page 1of 43

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

PT PLN ( persero ) merupakan perusahaan penyedia listrik untuk


umum satusatunya di Indonesia. Permasalahan utama yang dihadapi PLN
adalah mulai terjadinya krisis energi yang mengglobal. Harga bahan bakar
minyak di tingkat internasional terus meningkat. Hal ini menyebabkan PT
PLN ( persero ) harus melakukan efisiensi di segala sektor, dan yang
paling utama adalah di sektor penyediaan tenaga listrik.
Salah satu langkah efisiensi yang dilakukan PT PLN adalah
menekan losses seminimal mungkin, baik losses teknik maupun non
teknik. Penekanan losses teknik yang dilakukan oleh PT PLN Distribusi
Kwandang dan Sekitarnya salah satunya adalah dengan pemeliharaan
jaringan listrik semaksimal mungkin, sehingga losses teknik akibat
jaringan dapat diminimalisir.
Berdasarkan perhitungan dari kwh beli dari P3B dan kwh jual ke
pelanggan, di desa Ilangata Kec. Anggrek terjadi selisih antara energi yang
terjual dan energi digunakan pelanggan sebesar 12,1%. Hal ini
mengindikasikan losses yang terjadi di desa Ilangata Kec. Anggrek
sedemikian besar. Losses ini terdiri dari losses teknik dan non teknik.
Untuk memberikan kontribusi dalam hal efisiensi, dalam telaahan
staff ini mencoba mengevaluasi peran pemerataan beban dalam program
pengurangan losses teknik, dengan jalan mengurangi arus balikan yang
melalui hantaran netral.

1.2. BATASAN MASALAH

Penyusunan Laporan Telaahan Staff ini difokuskan pada analisis


beban tak seimbang pada sistem distribusi tegangan rendah. Program
meminimalisir arus yang melewati hantaran netral adalah arus yang timbul
karena beban tidak seimbang. Dalam beberapa perhitungan digunakan
beberapa asumsi, antara lain penggunaan arus oleh pelanggan diwakili
dengan daya kontrak pelanggan. penggunaan arus oleh pelanggan terus-
menerus 24 jam nonstop. Asumsi lain adalah pembagian arus netral yang
melalui suatu konduktor di sepanjang jaringan dilakukan secara
[Type text] Page 1
proporsional sesuai dengan besar daya kontrak dan pengukuran arus di
gardu.

1.3. Metodologi Penyusunan

Penyusunan Laporan ini, menggunanakan metode:


Metode Pengumpulan data:
o Pengumpulan data dilakukan dengan jalan mengukur beban
gardu ke lapangan. Selain data beban juga diperlukan data
pencatatan kwh pantau dan kwh pelanggan, sebelum dan
sesudah kegiatan pemerataan beban.
Studi Pustaka
o Mengumpulkan bahan-bahan literatur yang berkaitan dengan
beban tak seimbang dan losses akibat beban tak seimbang.
Wawancara
o Konsultasi langsung dengan orang orang terkait yang sudah
berpengalaman di jaringan tegangan rendah.

1.4. Profil Industri

Profil Industri PT PLN (persero)

Kelistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke 19,pada saat


beberapa perusahaan Belanda, antara lain pabrik gula dan pabrik the
mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Kelistrikan
untuk kemanfaatan umum mulai pada saat perusahaan swasta Belanda
yaitu NV. NIGEM yang semula bergerak di bidang gas memperluas
usahanya di bidang listrik untuk kemanfaatan umum. Pada tahun 1927
pemerintah Belanda membentuk SLANDS WATER KRACH
BEDRIJVEN(LWB )yaitu perusahaan listrik Negara yang mengelola
PLTA Plengan, PLTA Bengkok Dago,PLTA Ubrung dan kracak di jawa
barat, PLTA Giringan di madium, PLTA Tes diBengkulu, PLTA

[Type text] Page 2


Konsealama di sulawesi utara, dan PLTU di Jakarta. Selain itu,dibeberapa
kotapraja di bentuk perusahaan-perusahaan listrik kotopraja.

Dengan menyerahkan pemerintah Belanda kepada jepang dalam perang


dunia II maka Indonesia dikuasai jepang. Oleh karena itu, perusahaan
listrik dan gas yang diambil alih oleh jepang dan semua personil dalam
peusahaan listrik tersebut diambil alih oleh orang-orang jepang. Dengan
jatuhnya jepang ke tangan sekutu dan diproklamasikan kemerdekaan RI
pada tanggal 17 Agustus 1945,maka kesempatan yang baik ini di
manfaatkan oleh pemuda dan buruh listrik dan gas untuk mengambil alih
perusahaan- perusahaan listrik dan gas yang dikuasai jepang.

Setelah berhasil merebut perusahaan listrik dan gas dari tangan


kekuasaan jepang kemudian pada September 1945 Delegasi dari buruh /
pegawai listrik dan gas yang diketuai oleh Kobarsjhi menghadap pimpinan
KNI Pusat yang pada waktu itu diketahui oleh Mr. Kasman Singodimedjo
untuk melaporkan hasil perjuangan mereka. Selanjutnya delegasi
Kobarsjhi bersama-sama dengan pimpinan KNI Pusat menghadap Presiden
Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan listrik dan gas
kepada pemerintah RI. Penyerahan tersebut diterima oleh Presiden
Soekarno dan kemudian dengan penetapan pemerintah tahun 1945 No. 1
tertanggal 27 oktober 1945,maka dibentuklah jawatan listrik dan gas
dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga.

[Type text] Page 3


Dengan adanya Agresi Belanda I dan II sebagian besar perusahaan-
perusahaan listrik dikuasai kembali oleh pemerintah Belanda. Pegawai-
pegawai yang tidak mau bekerjasama kemudian mengungsi dan
menggabungkan diri pada kantor-kantor jawatan lisrik dan gas di daerah-
daerah RI yang bukan daerah pendudukan Belanda untuk meneruskan
perjuangan. Para pemuda kemudian mengajukan Mosi yang dikenal
dengan Mosi Kobarsjih tentang Nasionalisasi perusahaan listrik dan gas
swasta kepada parlemen RI. Selanjutnya dikeluarkan keputusan presiden
RI No. 163 tanggal 3 Oktober 1953 tentang Nasionalisasi perusahaan
listrik milik bangsa asing di Indonesia jika waktu konsesinya habis.

Sejalan dengan meningkatnya perjuangan bangsa Indonesia untuk


membebaskan Irian jaya dari cengkeraman penjajahan Belanda, maka
dikeluarkan undang-undang No.86 tahun 1958 tanggal 27 desember 1958
tentang nasionalisasi disemua perusahaan Belanda, dan peraturan
pemerintah No. 86 tahun 1958 tanggal 27 desember 1958 tentang
nasionalisasi di semua perusahaan Belanda, dan peraturan pemerintah
No.18 tahun 1958 tentang Nasionalisasi perusahaan listrik dan gas milik
Belanda. Dengan adanya undang-undang tersebut, maka seluruh
perusahaan listrik Belanda berada di tangan bangsa Indonesia.

Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia mengalami pasang surut


sejalan dengan pasang surutnya perjuaangan bangsa. Tanggal 27 Oktober
1945 kemudian dikenal sebagai Hari Listrik Dan Gas. Hari tersebut telah
diperingati untuk pertamakali pada tanggal 27 Oktober 1946 bertempat di

[Type text] Page 4


Gedung Badan Pekerja Komite Nasional Pusat ( BPKNIP ) Yogyakarta.
Penepatan secara resmi tanggal 27 Oktober 1945 sebagai Hari Listrik dan
Gas berdasarkan keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik
No. No.20 tahun 1960. Namun kemudian berdasarkan keputusan Menteri
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listirk No. 235/KPTS/1975 TANGGAL 30
September 1975 peringatan hari listrik dan gas digabung dengan hari
kebaktian Pekerjaan Umum Tenaga Listrik yang jatuh pada tanggal 3
Desember. Mengingat pentingnya semangat dan nilai-nilai hari listrik.
Maka berdasarkan keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi
No.1134.K/43.PE/1992 tanggal 31 Agustus 1992 ditetapkan tanggal 27
Oktober sebagai Hari Listrik Nasional.

kerjasama ini maka terjadi kekompakan antara pimpinan dan bawahan.


Dan hal demikian sering terjadi.

Dalam menjalankan tugasnya seorang karyawan tentu tidak dapat


menjalankan tugas tanpa adanya kerja sama atau kekompakan antara yang
satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu,setiap karyawan harus mampu
bekerja sama dengan yang lainnya. Dengan demikian walaupun masih
terdapat hal yang tidak di inginkan pada karyaawan seperti disiplin waktu
ataupun tanggung jawab akan tetapi antara pimpinan,karyawan dan
karyawati masih memiliki hubungan kerja sama atau kekompakan antara
satu dengan yang lainnya. Hubungan kerja sama adalah merupakan satu
hal yang sangat penting bagi mereka.

[Type text] Page 5


A. Sejarah Singkat PLN Wilayah VII SULUTTENGGO

Berdirinya kantor PLN Wilayah VII Suluttenggo yaitu pada tanggal


27 Desember 1941,dimana perusahaan masih milik belanda dengan
KEPRES No.163/1953 yang terdiri dari :

A. ANIM

B. OEEM

C. EBALON

Khusus daerah gorontalo yaitu EBALON (ELETRIK BAT


LOMBOK) yang berdiri pada tahun 1930. dimana kantor PLN pada waktu
itu masih berbadan swasta,kemudian pada tanggal 10 Desember
1957,Kantor PLN dilakukan dengan Undang-Undang Nasionalisme
dengan No.1567/1958 dan PP No.18/1959 menjadi PLN yang berpusat di
Jakarta,yang terdiri dari :

a. Perusahaan milik Negara


b. Perusahaan yang dinasionalisasikan
PLN Wilayah VII Suluttenggo Cabang Gorontalo ini adalah salah satu
Unit dari PLN Exploitasi V manado,kemudian muncul lagi PP no.18/1972
tertanggal 3 juni 1972 ditangani oleh Departemen PUTC.

Pada tahun 1977 ditangani langsung oleh Departemen pertambangan


dan energi,pada waktu PLN dirubah menjadi PLN Wilayah VII Manado
dan PLN Wilayah VII Cabang Gorontalo adalah salah satu Unit PLN
Wilayah manado yang meliputi:

a. Wilayah VII meliputi sulawesi utara dan tengah


b. Cabang gorontalo meliputi wilayah kerja kota dan kab gorontalo.
[Type text] Page 6
Dilihat dari situasi dan kondisi kegiatan maka daerah gorontalo sudah
dapat memenuhi syarat untuk berdiri sendiri sebagai kantor pelayanan
kepentingan masyarakat yang bergerak di bidang jasa. Adapun PLN
wilayah VII Suluttenggo sudah 10 kali mengalami pergantian pimpinan

B. Sejarah Singkat PLN (persero) Ranting Kwandang

PT. PLN ( Persero ) Ranting Kwandang merupakan perusahaan


Negara yang bergerak dalam bidang kelistrikan. Perusahaan ini didirikan
guna demi kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia listrik merupakan suatu
kebutuhan yang amat penting untuk menunjang kelancaran di berbagai
bidang usaha. Hal ini dilihat dari segi dunia usaha yang ada di Indonesia.
Kita melihat semakin banyak orang menggunakan listrik bahkan disebuah
rumah tanggapun orang pasti menggunakan listrik. Oleh karena itu, listrik
boleh dikatakan sebagai kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan.
Perusahaan ini memberikan pelayanan listrik terhadap masyarakat yang
ada diwilayah Kwandang dan sekitarnya. Bagi rakyat, listrik itu sangat
penting demi menunjang kelangsungan hidup. Hal ini di sebabkan oleh
perubahan zaman. Di Negara Negara kecil pun orang sering
menggunakan listrik. Biasanya orang menggunakan tenaga listrik untuk
keperluaan tertentu saja,sebagai contoh pada perusahaan-
perusahaan,mereka menggunakan untuk kelancaran usahanya. Pada
perusahaan industri misalnya mereka menggunakan listrik. Seperti
pemakaian alat-alat yang menggunakan tenaga listrik. Hal ini di gunakan
untuk mengolah bahan agar menjadi seperti yang diharapkan. Selain itu,
listrik juga digunakan sebagai penerang dan lain lain.

[Type text] Page 7


Masyarakat menyadari berapa pentingnya listrik bagi kehidupan,
maka sudah tidak diragukan lagi mengapa Negara Indonesia menggunakan
listrik. Oleh karena itu kita diharapkan melakukan penghematan dalam
penggunaan listrik atau dengan kata lain hanya menggunakannya pada hal
hal yang dianggap penting saja karena begitu banyak yang
memerlukannya. PLN ini sangat penting karena adanya listrik dan listrik
sangat penting dibutuhkan walaupun orang membayar listrik dangan biaya
yang terlalu besar dalam pemakaian penggunaan tenaga listrik, akan tetapi
menurut mereka itu adalah suatu kebutuhan dimana untukmenunjang
kelangsungan hidup. PLN ini pun masih menggunakan listrik kerena
usahanya pun memerlukan tenaga listrik demi kelancaran usahanya.
Misalnya,penggunaan computer,mesin Epson,air dan lain-lain. Itu semua
menggunakan listrik,tanpa adanya listrik tidak dapat digunakan.

Biasanya PLN ini sering kali melakukan pemadaman untuk setiap


daerah atau kawasan tertentu secara bergiliran. Hal ini disebabkan karena
mesin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik dalam keadaan
rusak. Jadi PLN harus melakukan pemadaman.

[Type text] Page 8


1.5 Visi Dan Misi PT. PLN ( persero )

VISI

Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang


unggul dan terpercaya dengan bertumpuh pada potensi insani.
MISI

Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang


terkait,berorientasi pada kepuasan pelanggan ,anggota
perusahaan,dan pemegang saham.
Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat.
Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
Menjalankan kegiatan usahanya berwawasan lingkungan.

MOTO

Listrik untuk kehidupan yang lebih baik (ELECTRICITY FOR A


BETTER LIFE

[Type text] Page 9


1. Struktur Organisasi PT PLN (persero) Ranting Kwandang

[Type text] Page 10


Manajer Ranting
Manajer Ranting
Alpons
Alpons
Salindeho
Salindeho

Suv Pelayanan
Supervisor Dist Suv Pelayanan
Supervisor Dist Pelanggan
Pelanggan
Nazarudin Yunus
Nazarudin Yunus Suv YUNUS UMAR
Suv YUNUS UMAR
Administrasi/keungan
Administrasi/keungan
Hj.
Hj. Marta
Marta Buka
Buka
Loket Off Line
Junior Oficel Loket Off Line
Junior Oficel SATPAM
SATPAM Susanti Otoluwa
Jainudin Gusti Susanti Otoluwa
Jainudin Gusti HASAN BIMA
TEKNIK DISTRIBUSI HASAN BIMA Novie Bolongkod
Novie Bolongkod
HAMSA BASIRU
Suswitno Ardani HAMSA BASIRU
Koordinator
Koordinator Cater
Cater
TEKNIK DISTRIBUSI
Kasmul Sunge
Noval
Noval Basiru
Basiru
Suswitno Ardani
Masdar Polohi
Kasmul Sunge CATER
Mohamad Pakaya CATER
Masdar Sunaryo Karim
MuhtarPolohi
Uno Sunaryo Karim
Mohamad Pakaya Marten Negawa
Ismail Pakuu
Muhtar Uno Erman Hiola
Muis Buka
Ismail
Erwin SPakuu
Sano
Muis Buka

Erwin S Sano

BAB II

PRA ANGGAPAN
[Type text] Page 11
Pemerataan beban merupakan salah satu cara untuk menekan losses
teknik. Penekanan losses terjadi dengan prinsip mengurangi arus yang
mengalir di hantaran netral. Idealnya arus yang mengalir di sepanjang
hantaran netral adalah nol, tetapi karena pengaruh dari beban yang tidak
seimbang maka hantaran netral akan berarus. Sedangkan hantaran netral
merupakan konduktor yang memiliki nilai resistansi, sehingga arus yang
melalui hantaran ini sebagian berubah menjadi panas yang didisipasikan
ke lingkungan sekitar sebagai losses.
Meskipun di sepanjang jaringan tegangan rendah, pada beberapa
titik terdapat pentanahan netral. Tetapi hasil ukur arus netral di
gardu..................................desa Ilangata Kec. Anggrek menunjukkan suatu
nilai yang cukup signifikan. Hal ini terjadi karena pentanahan netral tidak
mampu membuang arus netral yang cukup besar akibat dari beban yang
tidak seimbang. Sehingga permasalahan ini harus dapat diselesaikan oleh
PT PLN (Persero) Ranting Kwandang.
Salah satu cara yang paling mudah adalah dengan pemerataan beban
pada jaringan tegangan rendah. Pemerataan beban dilakukan dengan jalan,
memindah beban (sambungan rumah) dari phase yang berat(pada JTR) ke
phase yang lebuh ringan. Arus yang mengalir dari tiap phase akan melalui
hantaran netral dengan melalui peralatan pelanggan terlebih dahulu
(menjadi arus netral). Ketika beban menjadi lebih seimbang, maka arus
netral ini akan memiliki nilai yang relatif kecil, karena arus dari tiap phase
akan saling meniadakan. Proses saling meniadakan terjadi karena arus dari
tiap phase akan memiliki beda phase kurang lebih sebesar 120 (tergantung
dari besar faktor daya dari masing masing beban).

BAB III

DASAR TEORI
[Type text] Page 12
A. SISTEM DISTRIBUSI

3.1.sistem distribusi pada umumnya


Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat pusat pembangkit listrik
seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD dengan tegangan yang
biasanya merupakan tegangan menengah 20 kV. Pada umumnya pusat
pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pengguna tenaga listrik, untuk
mentransmisikan tenaga listrik dari pembangkit ini, maka diperlukan
penggunaan tegangan tinggi 150/70 kV (TT), atau tegangan ekstra tinggi 500
kV (TET). Tegangan yang lebih tinggi ini diperoleh dengan transformator
penaik tegangan (step up transformator).

Pemakaian tegangan tinggi ini diperlukan untuk berbagai alasan efisiensi,


antara lain, penggunaan penampang penghantar menjadi efisien, karena arus
yang mengalir akan menjadi lebih kecil, ketika tegangan tinggi diterapkan.
Setelah saluran transmisi mendekati pusat pemakaian tenaga listrik, yang dapat
merupakan suatu daerah industri atau suatu kota, tegangan, melalui gardu induk
(GI) diturunkan menjadi tegangan menengah (TM) 20kV.

Setiap GI sesungguhnya merupakan Pusat Beban untuk suatu daerah


pelanggan tertentu, bebannya berubah-rubah sepanjang waktu sehingga daya
yang dibangkitkan dalam pusat-pusat Listrik harus selalu berubah. Perubahan
daya yang dilakukan di pusat pembangkit ini bertujuan untuk mempertahankan
tenaga listrik tetap pada frekuensi 50 Hz. Proses perubahan ini dikoordinasikan
dengan Pusat Pengaturan Beban (P3B). Tegangan menengah dari GI ini melalui
saluran distribusi primer, untuk disalurkan ke gardu - gardu distribusi(GD) atau
pemakai TM. Dari saluran distribusi primer, tegangan menengah (TM)
diturunkan menjadi tegangan rendah (TR) 220/380 V melalui gardu
distribusi (GD). Tegangan rendah dari gardu distribusi disalurkan melalui
saluran tegangan rendah ke konsumen tegangan.

[Type text] Page 13


Gambar 3.1. Gambaran Umum Distribusi Tenaga Listrik

3.2. JARINGAN TEGANGAN MENENGAH

Jaringan Tegangan Menengah adalah jaringan tenaga listrik yang


berfungsi untuk menghubungkan gardu induk sebagai suplay tenaga listrik
dengan gardugardu distribusi. Sistem tegangan menengah yang digunakan
[Type text] Page 14
di Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang pada umumnya adalah 20 kV.
Jaringan ini mempunyai struktur/pola sedemikian rupa, sehingga dalam
pengoperasiannya mudah dan handal.

3.2.1. Sistem / pola Radial

Pola ini merupakan pola yang paling sederhana dan umumnya


banyak digunakan di daerah pedesaan / sistem yang kecil. Umunya
menggunakan SUTM(Saluran Udara Tegangan Menengah), Sistem Radial
tidak terlalu rumit, tetapi memiliki tingkat keandalan yang rendah.

Gambar 3.2. Sistem Radial


3.2.2. Sistem / pola open loop

Merupakan pengembangan dari sistem radial, sebagai akibat dari


diperlukannya kehandalan yang lebih tinggi dan umumnya sistem ini dapat
dipasok dalam satu gardu induk. Dimungkinkan juga dari gardu induk lain
tetapi harus dalam satu sistem di sisi tegangan tinggi, karena hal ini
diperlukan untuk manuver beban pada saat terjadi gangguan.

[Type text] Page 15


Gambar 3.3. Sistem Open Loop

3.2.3. Sistem / pola Close Loop

Sistem close loop ini layak digunakan untuk jaringan yang dipasok
dari satu gardu induk, memerlukan sistem proteksi yang lebih rumit
biasanya menggunakan rele arah(bidirectional). Sistem ini mempunyai
kehandalan yang lebih tinggi dibanding sistem yang lain.

Gambar 3.4. Sistem Close Loop

3.2.4. Sistem / pola Spindel


Sistem ini pada umumnya banyak digunakan di Distribusi Jakarta
Raya dan Tangerang. Memiliki kehandalan yang relatif tinggi karena
disediakan satu expres feeder / penyulang tanpa beban dari gardu induk
sampai gardu hubung. Biasanya pada tiap penyulang terdapat gardu tengah
(middle point) yang berfungsi untuk titik manufer apabila terjadi gangguan
pada jaringan tersebut.

[Type text] Page 16


Gambar 3.5. Sistem Spindel

3.2.5. Sistem / pola Cluster

Sistem cluster sangat mirip dengan sistem spindel, juga disediakan


satu feeder khusus tanpa beban(feeder expres).

Gambar 3.6. Sistem Cluster

3.3. TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

Trafo distribusi yang umum digunakan adalah trafo step down


20/0,4 kV, tegangan fasa-fasa sistem JTR adalah 380 Volt, karena terjadi
drop tegangan maka tegangan pada rak TR dibuat diatas 380 Volt agar
tegangan pada ujung beban menjadi 380 Volt.
Pada kumparan primer akan mengalir arus jika kumparan primer
dihubungkan ke sumber listrik arus bolak-balik, sehingga pada inti
transformator yang terbuat dari bahan ferromagnet akan terbentuk
sejumlah garis-garis gaya magnet ( flux = ) Karena arus yang mengalir
merupakan arus bolak-balik maka flux yang terbentuk pada inti akan
mempunyai arah dan jumlah yang berubah-ubah. Jika arus yang mengalir
berbentuk sinus maka flux yang terjadi akan berbentuk sinus pula.

[Type text] Page 17


Karena flux tersebut mengalir melalui inti yang mana pada inti
tersebut terdapat lilitan primer dan lilitan sekunder maka pada lilitan
primer dan sekunder tersebut akan timbul ggl ( gaya gerak listrik ) induksi,
tetapi arah dari ggl induksi primer berlawanan dengan arah ggl induksi
sekunder sedangkan frekuensi masing-masing tegangan tersebut sama
dengan frekuensi sumbernya. Hubungan transformasi tegangan adalah
sebagai berikut :

E1 N1
= =a
E2 N2

atau E1 = a E2 E1 I1 = E2 I2
atau I1 N1 = I2N2

3.4. JARINGAN TEGANGAN RENDAH

Berdasarkan penempatan jaringan, jaringan tegangan rendah


dibedakan menjadi dua:

3.4.1. Saluran Udara Tegangan Rendah(SUTR)

Saluran ini merupakan penghantar yang ditempatkan di atas tiang(di


udara). Ada dua jenis penghantar yang digunakan, yaitu penghantar tak
berisolasi(kawat) dan penghantar berisolasi(kabel). Penghantar tak
berisolasi mempunyai berbagai kelemahan, seperti rawan pencurian dan
rawan terjadi gangguan phase-phase maupun phase-netral.
Tetapimemiliki keunggulan harga yang relatif murah dan mudah
dalam hal pengusutan gangguan. Sedang penghantar berisolasi memiliki
keuntungan dan kerugian yang saling berlawanan dengan penghantar tak
berisolasi.
Pada umumnya PT PLN Distribusi Kwandang dan sekitarnya,
menggunakan SUTR dengan isolasi(kabel pilin), dengan inti alumunium.
Standar ukuran kabel yang digunakan adalah 3x 70 + 50 mm2. Dengan
karakteristik elektris sebagai berikut:

Tabel 3.1. Karakteristik Twisted Kabel Alumunium (NFA 2x)


Phase Neutral Public Lighting
Size of Cable Resistance Max Current Resistance Resistance Max Current
ohm/km A ohm/km ohm/km A

[Type text] Page 18


2x10 3.08 54 3.08 - -
2x16 1.91 72 1.91 - -

2x25+1x25 1,2 130 1,38 - -


2x35+1x25 0,868 125 1,38 - -
2x50+1x70 0,641 154 0,986 - -

2x70+1x50 0,443 196 0,69 - -


2x95+1x70 32 242 0,45 - -
Phase Neutral Public Lighting
Size of Cable Resistance Max Current Resistance Resistance Max Current
ohm/km A ohm/km ohm/km A
3x25+1x25 1,2 130 1,38 - -
3x35+1x25 0,868 125 1,38 - -
3x50+1x35 0,641 154 0,986 - -

3x70+1x50 0,443 196 0,69 - -


3x95+1x70 0,32 242 0,45 - -

3x25+1x25+16 1,2 130 1.38 1,91 72


3x35+1x25+16 0,868 125 1.38 1,91 72
3x25+1x35+16 0,641 154 0,968 1,91 72

3x70+1x50+16 0.433 196 0,69 1.91 72


3x95+1x70+16 0.32 242 0,45 1,91 72

3x25+1x25+16 1,2 130 1.38 1,91 72


3x35+1x25+16 0,868 125 1.38 1,91 72
3x25+1x35+16 0,641 154 0,968 1,91 72

3x70+1x50+16 0.433 196 0,69 1.91 72


3x95+1x70+16 0.32 242 0,45 1,91 72

3.4.2. Saluran Kabel Tegangan Rendah (SKTR)

Saluran ini menempatkan kabel di bawah tanah. Tujuan utama


penempatan di bawah tanah pada umumnya karena alasan estetika,
sehingga penggunaan SKTR umumnya adalah kompleks perumahan dan
daerah perindustrian. Keuntungan penggunaan kabel ini adalah estetika
yang lebih indah, tidak terganggu oleh pengaruh-pengaruh cuaca.
Kelemahan kabel ini adalah jika terjadi gangguan sulit menemukan
lokasinya dan jika terjadi pencurian dengan suntikan di bawah tanah
petugas P2TL kesulitan mengungkapnya.

3.5. RAK TR

[Type text] Page 19


Merupakan Perangkat Hubung Bagi (PHB) tegangan rendah gardu
distribusi. Rak TR terpasang pada gardu distribusi pada sisi tegangan
rendah atau sisi hulu dari instalasi tenaga listrik. Fungsinya adalah sebagai
alat penghubung sekaligus sebagai pembagi tenaga listrik ke instalasi
pengguna tenaga listrik(konsumen). Kapasitas Rak TR yang digunakan
harus disesuaikan dengan besarnya trafo distribusi yang digunakan. Rak
TR terdiri dari beberapa jurusan yang akan dibagi-bagi ke pelanggan.
RAK TR terhubung dengan trafo pada sisi sekunder menggunakan kabel
single core TR dengan diameter 240 mm2.

3.6. BEBERAPA KOMPONEN JARINGAN TEGANGAN RENDAH

Adalah peralatan yang digunakan pada Jaringan Tegangan Rendah


(JTR), sehingga JTR dapat menjalankan fungsinya sebagai penyalur energi
listrik ke pelanggan. Komponen pada JTR antara lain:

Kabel Schoen
Kabel Schoen digunakan untuk menghubungkan rel pada panel
hubung bagi dengan penghantar kabel tegangan rendah (kabel
obstyg). Kabel Schoen dipres pada kabel obstig dan dibaut di
rel panel hubung bagi.
Konektor
Adalah peralatan yang digunakan untuk menghubungkan (meng-
connect) penghantar dengan pedengan SR(Sambungan Rumah).
Jenis konektor yang umum digunakan PT PLN(Persero) Distribusi
Kwandang dan sekitarnya ada dua jenis:
Konektor kedap air (piercing connector)
Konektor ini dapat dipasang dalam kondisi jaringan bertegangan dan
tanpa mengupas isolasinya. Konduktansi terjadi karena pada
konektor ini terdapat gigi penerus arus.Sehingga gigi penerus arus
ini harus tajam dan tegak untuk dapat menembus bagian isolasi
kabel, serta harus diberi gemuk untuk melindungi bagian kontak dari
korosi.
Konektor Pres
Pemasangan konektor jenis ini, biasanya harus tanpa tegangan,
karena diperlukan pengupasan isolasi kabel untuk membentuk
konduktifitas. Konduktivitas yang dihasilkan konektor jenis ini lebih
baik, karena luas permukaan kontak lebih besar.

[Type text] Page 20


3.7. SISTEM TIGA FASE

Kebanyakan sistem listrik dibangun dengan sistem tiga fase. Hal


tersebut didasarkan pada alasan-alasan ekonomi dan kestabilan aliran daya
pada beban. Alasan ekonomi dikarenakan dengan sistem tiga fase,
penggunaan penghantar untuk transmisi menjadi lebih sedikit. Sedangkan
alasan kestabilan dikarenakan pada sistem tiga fase daya mengalir sebagai
layaknya tiga buah sistem fase tunggal, sehingga untuk peralatan dengan
catu tiga fase, daya sistem akan lebih stabil bila dibandingkan dengan
peralatan dengan sistem satu fase.
Sistem tiga fase atau sistem fase banyak lainnya, secara umum akan
memunculkan sistem yang lebih kompleks, akan tetapi secara prinsip
untuk analisa, sistem tetap mudah dilaksanakan. Sistem tiga fase dapat
digambarkan dengan suatu sistem yang terdiri dari tiga sistem fase
tunggal, sebagai berikut :nghantar. Misal antara kabel obstyg dan TIC-Al,
TIC-Al

Gambar 3.7. Sistem tiga fase sebagai tiga sistem fase tunggal.
va = V cos@t
2
vb =V cos@t
3

2
vb =V cos@t +
[Type text] Page 21
3

Sedangkan bentuk gelombang dari sistem tiga fase yang merupakan


fungsi waktu ditunjukkan pada gambar berikut

Gambar 3.8 Bentuk gelombang pada sistem tiga fase

Pada gambar nampak bahwa antara tegangan fase satu dengan yang
lainnya mempunyai perbedaan fase sebesar 120o atau 2 /3. Pada umumnya
fase dengan sudut fase 0o disebut dengan fase R, fase dengan sudut fase
120o disebut fase S dan fase dengan sudut fase 240o disebut dengan fase
T. Perbedaaan sudut fase tersebut pada pembangkit dimulai dari adanya
kumparan yang masingmasing tersebar secara terpisah dengan jarak 120o.

3.7.1. SISTEM Y DAN DELTA

Sistem Y merupakan sistem sambungan pada sistem tiga fase yang


menggunakan empat kawat, yaitu fase R, S, T dan N. Sistem sambungan
tersebut akan menyerupai huruf Y, yang memiliki empat titik sambungan
yaitu pada ujung-ujung huruf dan pada titik pertemuan antara tiga garis
pembentuk huruf. Sistem Y dapat digambarkan dengan skema berikut.

[Type text] Page 22


Gambar 3.9 Sistem Y dan Sistem Delta

Sistem hubungan atau sambungan Y, sering juga disebut sebagai


hubungan bintang. Sedangkan pada sistem yang lain yang disebut sebagai
sistem Delta, hanya menggunakan fase R, S dan T untuk hubungan dari
sumber ke beban, sebagaimana gambar diatas.Tegangan efektif antar fase
umumnya adalah 380 V dan tegangan efektif fase dengan netral adalah
220 V.

3.7.2. BEBAN SEIMBANG TERHUBUNG DELTA

Pada sitem delta, bila tiga buah beban dengan impedansi yang sama
disambungkan pada sumber tiga fase, maka arus di dalam ketiga
impedansai akan sama besar tetapi terpisah dengan sudut sebesar 120o,
dan dikenal dengan arus fase atau arus beban. Untuk keadaan yang
demikian, maka dalam rangkaian akan berlaku :

Vdelta = V line

Idelta = I line / 3

Zdelta = Vdelta / Idelta = 3 V line / I line

Sdelta = 3 x Vdelta x Ideltaa = 3 Vline x I line

= 3 x Vline / Zdelta = Iline x Zdelta

P = S cos
Q = S sin

3.7.3. BEBAN SEIMBANG TERHUBUNG Y

Untuk sumber dan beban yang tersambung bintang (star) atau Y,

[Type text] Page 23


hubungan antara besaran listriknya adalah sebagai berikut :

Vstar = V line / 3

Istar = Iline

Zstar = V line / Istar = V line / 3

Sstar = 3 x Vstar x Istar = 3 Vline x I line

= Vline / Z star = 3 x Iline x Z star

P = S cos

Q = S sin

3.7.4. BEBAN TAK SEIMBANG TERHUBUNG DELTA

Penyelesaian beban tak seimbang tidaklah dapat disamakan dengan beban


yang seimbang sebagaimana dijelaskan diatas. Penyelesaiannya akan
menyangkut perhitungan arus-arus fase dan selanjutnya dengan hukum
arus Kirchhoff akan didapatkan arus-arus saluran pada masing-masing
fase.

[Type text] Page 24


Gambar 3.10. Beban tak seimbang terhubung Delta
IRS = VRS/ ZRS
ITR = VTR/ ZTR
IST = VST/ ZST

IR = IRS - ITR
IT = IST - IRS
IS = ITR - IST

3.7.5. BEBAN TAK SEIMBANG TERHUBUNG Y


Pada sistem ini masing-masing fase akan mengalirkan arus yang tak
seimbang menuju Netral (pada sistem empat kawat). Sehingga arus netral
merupakan penjumlahan secara vector arsu yang mengalir dari masing-
masing fase.

[Type text] Page 25


Gambar 3.11. Beban tak seimbang terhubung bintang empat kawat

Pada sistem dengan empat kawat, akan berlaku :

IR = VRN/ ZR
IT = VTN/ ZT
IS = VSN/ ZS

Diagram fasor untuk beban tak seimbang dengan tiga kawat, salah satu
contohnya adalah sebagai berikut :

[Type text] Page 26


Gambar 3.12 Diagram Fasor Beban tak Seimbang

3.8. LOSSES PADA JARINGAN DISTRIBUSI

Yang dimaksud losses adalah perbedaan antara energi listrik yang


disalurkan ( Ns) dengan energi listrik yang terpakai (NI).

Ns - NI
Losses = x 100%
Ns

3.8.1. LOSSES PADA PENGHANTAR PHASE

Jika suatu arus mengalir pada suatu penghantar, maka pada penghantar
tersebut akan terjadi rugi-rugi energi menjadi energi panas karena pada
penghantar tersebut terdapat resistansi. Rugi-rugi dengan beban terpusat di
ujung dirumuskan:

V = I ( Rcos + X sin ) L
P = 3 . I . R L

Sedangkan jika beban tersebar merata di sepanjang jaringan maka rugi


energi yang timbul adalah:

V = ( ) . ( Rcos + X sin ) L
P = 3 . ( ) . R L

[Type text] Page 27


Dengan:

I : Arus yang mengalir pada penghantar (Ampere)


R : Tahanan pada penghantar (Ohm / km)
X : Reaktansi pada penghantar (Ohm /km)
cos : Faktor daya beban
L : panjang penghantar (km)

3.8.2. LOSSES AKIBAT BEBAN TIDAK SEIMBANG

Akibat pembebanan di tiap phase yang tidak seimbang, maka akan


mengalir arus pada hantaran netral. Jika di hantaran pentanahan netral
terdapat nilai tahanan dan dialiri arus, maka kawat netral akan bertegangan
yang menyebabkan tegangan pada trafo tidak seimbang.

Arus yang mengalir di sepanjang kawat netral, akan menyebabkan


rugi daya di sepanjang kawat netral sebesar:

P = IN .R

3.8.3. LOSSES PADA SAMBUNGAN TIDAK BAIK


(LOSS CONTACT)

Losses ini terjadi karena pada sepanjang JTR terdapat beberapa


sambungan, antara lain:

Sambungan antara kabel obstyg dan kabel TIC-Al


Sambungan saluran JTR, antar kabel TIC-Al
Percabangan saluran JTR
Percabangan Untuk Sambungan Pelayanan

[Type text] Page 28


Gambar 3.13. Sambungan Kabel

Besarnya rugi-rugi energi pada sambungan dirumuskan:

P = I .R

P = Losses yang timbul pada konektor


I = Arus yang mengalir melalui konektor
R = Tahanan konektor.

BAB IV

PEMBAHASAN

[Type text] Page 29


Dalam penyusunan Laporan Telaahan Staff ini, diperlukan data data
pendukung antara lain hasil ukur beban, peta topografi Jaringan Tegangan
Rendah, data konsumen gardu, data karakteristik kabel tembaga
(NYFGBY), data karakteristik kabel alumunium(NFA2X), dan data
pengukuran beban sebelum dan sesudah pemerataan beban. Data hasil
ukur beban dari bidang Operasi Distribusi, digunakan sebagai acuan untuk
mencari dan menentukan gardu yang memiliki beban tidak merata.

Pada umumnya beban yang tidak merata dapat diindikasikan dengan


mudah, dengan melihat hasil pengukuran arus netral. Apabila didapatkan
data arus netral yang lebih besar atau sama dengan arus pada phase, maka
jaringan tersebut patut dicurigai memiliki beban yang tidak seimbang.
Indikasi beban tidak seimbang dapat pula dilihat dari besar arus di masing
masing phase (R-S-T) memiliki perbedaan yang besar.

4.1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan:

1. Mencari data ukur beban dari Unit Operasi Distribusi(posko gangguan)


2. Melakukan survey dan pengukuran langsung di lapangan(pengukuran
beban dan cos ). Hasil pengukuran cos digunakan untuk analisa vektoris.
3. Melakukan pemerataan beban di gardu E 311P dan PM 213, dengan
jalan redistribusi beban.
4. Mencari data peta Jaringan Tegangan Menengah dari aplikasi
Mister2000, untuk mengetahui rute dan panjang jaringan.
5. Mencari data konsumen di gardu E 311P dan PM 213 dari aplikasi
TOAD(merupakan aplikasi untuk download database Mister 2000)
6. Mencari data karakteristik kabel dari unit Logistik.

4.2. Pembahasan Pemerataan Beban Di Gardu E 311 P

Hasil pengukuran beban gardu E 311 P dari unit Operasi Distribusi pada
bulan September 2007 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Pengukuran Gardu Oleh Petugas Posko Condet

[Type text] Page 30


KETERANGAN GARDU JR A R U S ( Amper ) TEGANGAN
S SEKUNDER
R S T N R+S+T TRAFO
(Volt)
Gardu : GK. 53 TRAFO A 4 17. 10 62.8 R S = 387
Type : RMU KVA : 100 kVA
Penyulang : PENA Merk : B 0 5 8 8. 66.6 S T = 387
TRAFINDO 2 3 7. 8 R T = 387
Jml Trap : No.Seri / Thn :
Trap ke : Cubicle : SIEMENS 0 9 6 129.4
18.
Tgl Ukur : 29/01/2010 RAK TR R N = 225
6 4 29. 8
Jam Ukur : 19:15 Jml Jurusan : 2 S N = 225
bh 0 4 4
Jrsn Terpakai : 2 T N = 225
bh

Alamat : JL. Trans Sulawesi DS.


Ilangata Kec. Anggrek

Data di atas digunakan untuk menentukan gardu mana yang layak


digunakan sebagai bahan penelitian pemerataan beban. Dari data
pengukuran beban ini terlihat, bahwa Jurusan A dan Jurusan B mempunyai
arus netral yang lebih besar daripada arus phasenya. Sehingga gardu GK.
53 layak untuk dilakukan penelitian evaluasi losses arus netral akibat
beban tidak seimbang.
Sebelum dilakukan pemerataan beban dilakukan pengukuran ulang,
didapat data yang ditampilkan dalam tabel 4.2. Pada tabel 4.2 ini terlihat
bahwa, beban di jurusan A dan B masih memiliki perbedaan yang sangat
besar dan memiliki arus netral yang sangat besar, bahkan melebihi arus
phase.
Tabel 4.1. Pengukuran Gardu Oleh Petugas Posko Condet
4.2.1. Kegiatan Pemerataan Beban
KETERANGAN GARDU
Jurusan A GK. 53 (SKTR) TEGANGAN
JR A R U S ( Amper )
S SEKUNDER
R S T N R+S+T TRAFO
(Volt)
Gardu : GK. 53 TRAFO A 4 18. 10. 65.1 R S = 387
Type : RMU KVA : 100 kVA
Penyulang : PENA Merk : B 1 6 1 4 67.3 S T = 387
TRAFINDO 2 4 7. 10. R T = 387
Jml Trap : No.Seri / Thn :
Trap ke : Cubicle : SIEMENS 0 0 3 8 132.4
Tgl Ukur : 29/02/2010 RAK TR R N = 225
6 4 29. 21.
Jam Ukur : 19:00 Jml Jurusan : 2 S N = 225
bh 1 6 4 2
Jrsn Terpakai : 2 T N = 225
bh

Alamat : JL. Trans Sulawesi DS.


Ilangata Kec. Anggrek

[Type text] Page 31


Kegiatan pemerataan beban di jurusan A lebih mudah dan cepat, karena
semua pelanggan langsung tersambung ke panel pembagi melalui MCB-
MCB, sebagai pembatasnya. Wiring pada panel CDT 16409 sebelum
pemerataan beban dapat digambarkan dalam gambar 4.1.
Dari gambar terlihat bahwa phase T tidak mendapat beban sama sekali,
sehingga pada hasil pengukuran terbaca beban T di jurusan C adalah 0
(tabel 4.2), dan phase S mempunyai beban yang sangat besar, sehingga
beban terpusat di phase S. Hal inilah yang menyebabkan arus yang
mengalir di kawat netral menjadi besar, bahkan lebih besar dari pada arus
yang mengalir di phase R(lihat tabel 4.2).
Pada jaringan SKTR, semua beban(pelanggan) langsung terhubung ke
panel, dan pada panel terdapat busbar kecil sesuai dengan urutan phase (R-
S-T). sehingga pemerataan beban pada jaringan ini lebih mudah, dan
pemindahan beban dilakukan dengan acuan beban yang sedang digunakan
pelanggan saat itu. Beban yang sedang digunakan pelanggan dapat dengan
mudah diukur dengan tang ampere. Hasil pengukuran beban pelanggan
adalah sebagai berikut:
NAMA
ID PEL Arus Phase
PELANGAN
547103959167 Ika olii 6,1 R
547103939177 Sofyan harun 3 S
547103791774 Abd.rifal
6 R
Alamri
547103827582 Ike farida 11s R
547103898466 Nining suriana 4s R
547103766504 Hasan latif 2 T
547103791741 Sofyan ahmad 3 S
547103791733 Hasim
2.8 R
mohamad
547103791766 Ratna dauhari 5 T
547103766512 Umar sahib 2s R
547103766490 Irfan djauhari 8.9s R
547103766482 Sunarto
3 T
Djauhari
547104053797 Moh. Latif 8.1 T

Dari hasil ukur beban yang sedang digunakan pelanggan, dapat disusun
[Type text] Page 32
suatu perencanaan pemerataan beban. Perencanaan pemerataan beban
dilakukan
sebagai berikut, pelanggan di phase S dengan beban masing masing 6; 4,2;
8,2 A
dipindah ke phase T dan pelanggan di phase S dengan beban 2,1 A dan 2,3
A
dipindah ke phase R. Perencanaan pemeratan beban di panel CDT 16409
ditabelkan dalam tabel 4.4

BREAKER

R S T

Sesuai dengan perencanaan pemerataan beban seperti di atas, wiring


sambungan rumah pelanggan di panel CDT 16409 diubah menjadi berikut
ini:

[Type text] Page 33


4.2.2. Kegiatan Pemerataan Beban Jurusan B Gd E 311P(SUTR)
Berbeda dengan jaringan SKTR, pada jaringan SUTR pelaksanaan
kegiatan pemerataan beban lebih sulit, karena jaringan(kabel) bercampur
menjadi
satu. Selain hal itu, di sepanjang jaringan kita tidak dapat menentukan
phase suatu
kabel, bahkan kesulitan membedakan jurusan kabel.
Untuk memudahkan penelusuran kabel, maka dibutuhkan peta jaringan
yang sudah dibuat di Mister 2000. Ternyata data Mister 2000 tidak dapat
sepenuhnya diandalkan, karena ketika penelusuran jurusan di lapangan,
terjadi
kesalahan data yang ditunjukkan oleh Mister 2000. Data mister 2000
menggambarkan tiang CDT 10081 merupakan tiang ujung jurusan B gd E
311P.
Ternyata setelah dilakukan pengecekan di lapangan, dengan mematikan
sementara
salah satu fuse phase di Jurusan B, tiang CDT 10081 bukan jurusan B.
karena
pada tiang CDT 10081 semua phase masih bertegangan.
Setelah dilakukan penelusuran, dapat ditemukan jurusan B, ternyata
jurusan B tertukar dengan jurusan D pada data mister 2000. Setelah rute
kabel
ditentukan maka langkah selanjutnya adalah pemerataan beban di tiang
jurusan B.
Dengan melihat peta di mister 2000 dapat ditentukan tiang mana saja yang
terdapat banyak sambungan rumah(SR), sehingga dapat memindahkan
beban
phase yang berat ke phase yang ringan.

[Type text] Page 34


BREAKER

R S T

Data phase pelanggan yang ditunjukkan oleh Mister2000 juga banyak


yang tidak valid, sehingga data phase pelanggan di Mister 2000 tidak
dapat
digunakan sebagai acuan untuk pemerataan beban.
Program pemerataan beban pada penelitian untuk penyusunan laporan
telaahan staff ini dilakukan terhadap 5 tiang di Jurusan B. Data tiang yang
dipindah phase sambungan rumahnya ditampilkan dalam tabel 4.4.
Pelaksanaan pemerataan beban memerlukan data phase pelanggan yang
akurat. Sedangkan data teknik dari Mister 2000 tidak dapat digunakan,
karena
data yang ditampilkan tidak valid. Sehingga dalam program pemerataan
beban ini,
penentuan phase dengan manual, dengan jalan mematikan salah satu fuse
phase di
gardu, kemudian di atas tiang di cek kabel mana yang tidak bertegangan.

[Type text] Page 35


NAMA
ID PEL Arus Phase
PELANGAN
54710395916
Ika olii 6,1 R
7
54710393917
7 Sofyan harun 3 S

54710379177 Abd.rifal
4 6 R
Alamri
54710382758
2 Ike farida 11 R

54710389846 Nining
6 4 R
suriana
54710376650
4 Hasan latif 2 T

54710379174 Sofyan
1 3 S
ahmad
54710379173 Hasim
3 3.1 R
mohamad Cara
54710379176 manual ini
6 Ratna dauhari 5 T sangat

54710376651
2 Umar sahib 1.7 R

54710376649
0 Irfan djauhari 8.9 R

54710376648 Sunarto
2 3 T
Djauhari
54710405379
7 Moh. Latif 8.1 T

mengganggu pemakaian listrik oleh pelanggan,

[Type text] Page 36


karena listrik padam nyala beberapa saat. Idealnya digunakan alat utuk
mendeteksi phase dalam keadaan jaringan tetap nyala. Ketiadaan alat
semacam ini
menyebabkan kegiatan pemerataan beban ini belum optimal.
Meskipun kurang optimal, tetapi dari hasil pemerataan beban ini didapat
hasil berupa penurunan arus netral di Jurusan B dan C. Sehingga
penurunan arus
netral ini merupakan penekanan losses dengan jalan pemerataan beban
Hasil pengukuran beban gardu setelah pekerjaan pemerataan beban adalah:
Tabel 4.6. Hasil Pengukuran Beban Setelah Pemerataan Beban

4.2.3. Perhitungan Penekanan Losses Arus Netral Di Jurusan C


Pengukuran arus netral dilakukan pada rak TR, sehingga hasil ukur arus
netral ini merupakan arus netral total keseluruhan dari jaringan tegangan
rendah
akibat impedansi beban yang tidak seimbang.
Perhitungan losses disini, merupakan suatu perhitungan metode
pendekatan, karena arus netral yang mengalir dari setiap pelanggan sukar
untuk
diukur secara bersamaan. Sehingga perhitungan dilakukan secara
proporsional
berdasar besar MCB pembatas arus pelanggan sesuai daya kontrak.
Perhitungan arus netral dilakukan dengan jalan menghitung arus yang
mengalir melalui hantaran netral SR pelanggan. Besar arus netral tiap
pelanggan
ini sama dengan arus yang mengalir di hantaran phase SR. Perhitungan
arus netral
dilakukan dengan perbandingan arus netral (sesuai daya kontrak) dengan
arus
netral pengukuran dari gardu, sehingga dirumuskan sebagai berikut:
RUMUS

[Type text] Page 37


Untuk menghitung losses di kawat netral, maka harus diketahui
panjangnya penghantar netral untuk menentukan besarnya tahanan
penghantar.
Panjang penghantar jaringan diperoleh dari peta topografi jaringan dari
mister
2000(terlampir), diukur dengan mistar, kemudian panjang sebenarnya
disesuaikan
dengan skala. Skala yang digunakan adalah 1 : 2700.
Selain data panjang penghantar diperlukan pula data karakteristik dari
kabel yang digunakan. Data karakteristik kabel ini didapat dari data sheet
kabel
yang dikeluarkan oleh pihak pabrik kabel Tranka( PT Terang Kita). Pada
Jurusan
C gardu E 311P menggunakan kabel SKTR dengan type NYFGBY dengan
penampang kabel 10 mm2.

4.2.5. Analisa Vektoris


Arus yang mengalir di kawat netral sebenarnya adalah total jumlah arus
(secara vektoris) yang mengalir di hantaran phase. Di lapangan arus netral
ini sulit
untuk menjadi nol, karena beban dari tiap pelanggan tidak mungkin tepat
sama
persis pada saat yang bersamaan. Tetapi kita dapat merencanakan suatu
pemerataan beban, dengan berdasar daya kontrak pelanggan.
Sehingga secara diagram, jaringan tegangan rendah dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 4.4. Penyederhanaan Rangkaian JTR
Gambar 4.4. menggambarkan suatu penyederhanan rangkaian JTR mulai
dari rak TR(V), JTR dan akhirnya ke peralatan pelanggan (Z). Dari
gambar

[Type text] Page 38


terlihat, bahwa setiap perangkat satu phase pelanggan mengalirkan arus ke
netral
dengan besar :
R
R
RZ
IV;
S
S
SZ
IV;
T
T
TZ
IV
Dalam satu jurusan, setiap pelanggan terhubung ke masing-masing phase,
sehingga arus netral didapat dari penjumlahan secara vektoris arus yang
melalui
penghantar phase.
Dari data beban jurusan B pada tabel 4.2 dan tabel 4.5 dapat dibuat suatu
diagram fasor antara arus tiap phase dan besar arus netral berikut besar
sudutnya:
ZR

BAB IV

PENUTUP
KESIMPULAN

Setelah saya melaksanakan Praktik Kerja Industri

(Prakerin) di PT. PLN (persero) dan saya banyak

memperoleh keterangan dan pengetahuan yang

berhubungan dengan kelistrikan. Pada PT. PLN (persero)

[Type text] Page 39


Ranting Kwandang saya mengambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. PT. PLN (persero) adalah BUMN yang bergerak di

bidang energi Kelistrikan untuk umum dan negeri.

2. PT. PLN (persero) adalah sarana yang sangat

membantu bagi masyarakat terutama dibidang

teknologi, karena suatu teknologi identik dengan

energi listrik.

3. Secara reorganisir PT. PLN (persero) Ranting

Kwandang sudah berjalan dengan baik dan pembagian

wewenang sesuai dengan tugas dan fungsi masing-

masing bagian.

4. Pelakuan PT. PLN (persero) Ranting Kwandang

sangat baik dan memuaskan bagi para pengguna jasa,

serta prasarana yang cukup memadai.

5. Lokasi PT. PLN (persero) Ranting Kwandang

Kebumen sangat strategis karena letaknya sangat

dekat dengan konsumen.

[Type text] Page 40


SARAN-SARAN

Setelah saya melaksanakan Prakerin di PT PLN (persero)

Ranting Kwandang, maka saya memberikan saran-saran,

antara lain :

6. Tingkatkan pelayanan kepada masyarakat atau

para pengguna jasa.

7. Usahakan tepat waktu dalam melakukan

pekerjaan karena dengan kedisiplinan akan

memperoleh hasil yang lebih baik.

8. Sebaiknya dibuatkan gudang penyimpanan kabel-

kabel bekas dan kertas kerja yang sudah tidak dapat

digunakan lagi.

PENUTUP

Setelah saya menguraikan hasil peninjauan dan

penelitian PT. PLN (persero) Ranting Kwandang secara

sederhana maka saya hanya dapat mengucapkan sykur

Alhamdulillah kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

terselesaikannya Laporan Prakerin ini dengan baik

[Type text] Page 41


walaupun dalam penyusunan masih banyak sekali

kekurangan-kekurangan.

Bila dalam menyusun Laporan ini saya masih banyak

kekurangan maupun kesalahan-kesalahan tidak lupa

saya minta maaf yang sebesar-besarnya. Oleh karena

itu, sudilah kiranya para pembaca memberikan maaf

pada saya dan saya bersedia menerima kritik dan saran

yang sifatnya membangun agar laporan yang saya susun

lebih sempurna.

Dan saya mengucapkan banyak-banyak terima kasih

kepada Pimpinan dan karyawan PT PLN (persero)

Ranting Kwandang yang telah membimbing saya di

Dunia Industri, sehingga saya dapat menyelesaikan

Laporan ini dengan baik. Dan harapan saya semoga

laporan Prakerin ini dapat menambah pengetahuan bagi

para pembaca. Sekian dan terima kasih.

[Type text] Page 42


DAFTAR PUSTAKA

1. Artono Arismunandar, DR. M.A.Sc, DR. Susumu


Kuwahara. 1975. Buku Pegangan Teknik Tenaga
Listrik Jilid II. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
2. APEI Pusat. 2004. Materi kursus/Pembekalan Uji
Keahlian bidang Teknik tenaga Listrik,
Kualifikasi : AHLI MUDA. Jakarta: APEI.
3. APEI Pusat. 2006. Materi kursus/Pembekalan Uji
Keahlian bidang Teknik tenaga Listrik,
Kualifikasi : AHLI MADYA. Jakarta: APEI.
4. Bambang Djaja. 1984. Distribution & Power
Transformator. Surabaya : B & D.
5. Bonggas L. Tobing. 2003. Dasar Teknik Pengujian
Tegangan Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
6. Bonggas L. Tobing. 2003. Peralatan Tegangan
Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
7. Daryanto Drs. 2000. Teknik Pengerjaan Listrik.
Jakarta: Bumi Aksara.
8. Depdiknas. 2004. Kurikulum SMK 2004 Bidang
Keahlian Teknik Distribusi Tenaga Listrik.
Dirjen Dikdasmen, Direktorat Dikmenjur.
9. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
2004. Sosialisasi Standar Latih Kompetensi (SLK)
Tenaga Teknik Ketenagalistrikan Bidang Distribusi
Tenaga Listrik. Jakarta: Pusat Diklat Energi dan
Ketenagalistrikan.
10. Imam Sugandi Ir, dkk. 2001. Panduan Instalasi
Listrik untuk Rumah berdasarkan PUIL 2000.
Jakarta: Yarsa Printing.

[Type text] Page 43

You might also like