You are on page 1of 14

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

STRATEGI PENINGKATAN HASIL BELAJAR


PADA MATA PELAJARAN ELEKTRONIKA DIGITAL DAN KOMPUTER
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL
DI KELAS 1 AV 2 SMK KARYA GUNA 1 BEKASI

Disusun oleh :

NAMA : Muhammad Fahmi Arif


No.Reg : 5215 06 7283
JURUSAN : Pend. Teknik Elektronika

JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITS NEGERI JAKARTA
2010
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia saat ini sedang memasuki era alih teknologi dalam rangka
menyongsong pembangunan jangka panjang. Pada saat ini pembangunan sedang giat-giatnya
dilaksanakan, begitu pula di bidang pendidikan.

Pembangunan dibidang pendidikan khususnya pendidikan teknologi dan kejuruan


berangsur-angsur ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas serta diselaraskan
dengan kebutuhan di lapangan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demi
memenuhi kebutuhan lapangan dan menyelaraskan dengan laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Akhirnya lembaga pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan
teknologi dan kejuruan dituntut untuk mampu mempersiapkan sumber daya manusia yang
tampil.

Terkait dengan mutu pendidikan, khususnya SMK saat ini kurang memuaskan dalam artian
mereka banyak yang belum siap untuk memasuki dunia kerja. Hal ini disebabkan karena nilai
kompetensi mereka banyak yang berada pada batas minimal. Siswa SMK lebih suka praktek
dibandingkan dengan belajar teori, pada saat belajar teori banyak siswa yang malas ataupun
cepat bosan. Melihat kondisi tersebut dirasa perlu mengambil langkah untuk meningkatkan hasil
belajar siswa, salah satunya adalah menggunakan media Audio Visual ( music dan gambar
animasi ) dalam proses belajar mengajar di kelas. Dengan memakai media tersebut diharapkan
siswa akan memiliki minat dan semangat untuk belajar

B. Sasaran Tindakan

Siswa Program Keahlian Teknik Audio Video Tingkat I.

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah tersebut dapat


diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Apakah dengan menggunakan media Audio Visual dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran Elektronika Digital dan Komputer?
2. Jenis media Audio Visual apa yang sesuai untuk pembelajaran Elektronika Digital dan
Komputer ?
3. Bagaimana cara meningkatkan minat belajar siswa dalam mata pelajaran Elektronika
Digital dan Komputer?
4. Suara dan animasi pilihan siapa yang sesuai untuk meningkatkan minat siswa saat belajar
Elektronika Digital dan Komputer ? Pilihan siswa atau pilihan guru ?
D. Pembatasan Masalah
Karena begitu luasnya permasalahan yang ada dan waktu penelitian yang terbatas maka
penelitian tindakan kelas ini hanya dibatasi pada masalah : Apakah minat belajar siswa dapat
ditingkatkan dengan memanfaatkan suara dan gambar animasi untuk meningkatkan minat belajar
siswa saat belajar Elektronika Digital dan Komputer?

E. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah
maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana cara meningkatkan minat
belajar siswa saat belajar teori elektronika Digital dan Komputer dengan menggunakan media
Audio Visual? F. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pemecahan
masalah atas minat belajar siswa terhadap pelajaran Elektronika Digital dan Komputer yaitu
dengan menggunakan media Audio Visual pada saat proses pembelajaran.

G. Manfaat Penelitian

Diharapkan dengan penelitian ini akan dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Elektronika Digital dan Komputer.
BAB II.

KAJIAN PUSTAKA

Penelitian ini memilih media Audio Visual sebagai pemecahan masalah atas minat
belajar siswa pada saat belajar teori Elektronika Digital dan Komputer di kelas. Hubungan
tersebut di dapat dari landasan teori yang ada sebagai berikut :

Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktifitas,
tanpa ada yang memerintah. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya.

Mengembangkan suatu minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa
melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari atau dilakukan
dengan dirinya sendiri sebagai dirinya sendiri sebagai individu. Semakin kuat atau dekat
hubungan tersebut, semakin besar minat itu.

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu persyaratan yang menunjukan bahwa
siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya.

Di dalam belajar peran minat sangatlah penting. Belajar yang disertai minat akan
mendorong siswa belajar untuk lebih giat dan lebih baik dari pada siswa yang belajar tanpa
disertai minat. Minat timbul pada diri siswa yang belajar tanpa disertai minat. Minat timbul pada
diri siswa karena tertarik akan sesuatu kebutuhan atau merasakanbahwa sesuatu yang akan
dipelajarinya itu dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun bila minat itu tidak disertai dengan
usaha yang baik, maka belajar akan sulit berhsil dengan baik.

1. Visual ( belajar dengan cara melihat )

Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya
belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal
ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada
peragaan / media, ajak mereka ke obyek - obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau
dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan
tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka
gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat
melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar
lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran
bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya
untuk mendapatkan informasi.
Ciri - ciri gaya belajar visual :

Bicara agak cepat


Pembaca cepat dan tekun
Lebih suka musik dari pada seni
Tidak mudah terganggu oleh keributan
Lebih suka membaca dari pada dibacakan
Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali
minta bantuan orang untuk mengulanginya

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :

a. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.


b. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
c. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
d. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
e. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.

2. Auditori ( belajar dengan cara mendengar )

Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang - sedang saja.


Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat
pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat
pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan
menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat
mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch ( tinggi rendahnya ), kecepatan
berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang
minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal
lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

Ciri-ciri gaya belajar auditori :

Penampilan rapi
Mudah terganggu oleh keributan
Biasanya ia pembicara yang fasih
Berbicara dalam irama yang terpola
Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri
Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara
Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang
dilihat

Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :

1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam
keluarga.
2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3. Gunakan suara musik untuk mengajarkan anak.
4. Diskusikan ide dengan anak secara verbal.
5. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk
mendengarkannya sebelum tidur.

Karena memang belajar adalah proses internal dalam diri manusia maka guru bukanlah
merupakan satu-satunya sumber belajar, namun merupakan salah satu komponen dari sumber
belajar yang disebut orang. AECT (Associationfor Educational Communication and Technology)
membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu:

1. Pesan; didalamnya mencakup kurikulum (GBPP) dan mata pelajaran.


2. Orang; didalamnya mencakup guru, orang tua, tenaga ahli, dan sebagainya.
3. Bahan;merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan
pembelajaran,seperti buku paket, buku teks, modul, program video, cd pembelajaran,
OHT (over head transparency), program slide,alat peraga dan sebagainya (biasa disebut
software).
4. Alat; yang dimaksud di sini adalah sarana (piranti, hardware) untuk menyajikan bahan
pada butir 3 di atas. Di dalamnya mencakup proyektor OHP, slide, dvd, dan sebagainya.
5. Teknik; yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam membeikan
pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya mencakup
ceramah,permainan/simulasi, tanya jawab, sosiodrama (roleplay), dan sebagainya.
6. Latar (setting) atau lingkungan; termasuk didalamnya adalah pengaturan ruang,
pencahayaan, dan sebagainya.

Bahan & alat yang kita kenal sebagai software dan hardware tak lain adalah media
pendidikan.
Media Pendidikan

Kata media berasal dari bahasa Latin yang adalah bentuk jamak dari medium batasan
mengenai pengertian media sangat luas, namun kita membatasi pada media pendidikan saja
yakni media yang digunakan sebagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran.

Mengapa perlu media dalam pembelajaran? Pertanyaan yang sering muncul


mempertanyakan pentingnya media dalam sebuah pembelajaran.Kita harus mengetahui dahulu
konsep abstrak dan konkrit dalam pembelajaran,karena proses belajar mengajar hakekatnya
adalah proses komunikasi,penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa
isi/ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata& tulisan)
maupun non-verbal, proses ini dinamakan encoding. Penafsiran simbol-simbol komunikasi
tersebut oleh siswa dinamakan decoding.

Ada kalanya penafsiran berhasil, adakalanya tidak. Kegagalan / ketidakberhasilan dalam


memahami apa yang didengar, dibaca,dilihat atau diamati. Kegagalan / ketidakberhasilan atau
penghambat dalam proses komunikasi dikenal dengan istilah barriers atau noise. Semakin
banyak verbalisme semakin abstrak pemahaman yang diterima.

Secara umum media mempunyai kegunaan:

1. memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.


2. mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
3. menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber
belajar.
4. memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual,
auditori & kinestetiknya.
5. memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan
persepsi yang sama.

Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Kemp and Dayton, 1985:

1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar


2. Pembelajaran dapat lebih menarik
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan
7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat
ditingkatkan 8. Peran guru berubahan kearah yang positif
Untuk itu perlu dicermarti daftar kelompok media instruksional menurut Anderson, 1976
berikut ini :
No KELOMPOK MEDIA MEDIA INSTRUKSIONAL
1. Audio pita audio (rol atau kaset)
piringan audio
radio (rekaman siaran)
2. Cetak buku teks terprogram
buku pegangan/manual
buku tugas
3. Audio Cetak buku latihan dilengkapi kaset
gambar/poster (dilengkapi audio)
4. Proyek Visual Diam film bingkai (slide)
film rangkai (berisi pesan verbal)
5. Proyek Visual Diam dengan film bingkai (slide) suara
Audio film rangkai suara
6. Visual Gerak film bisu dengan judul (caption)
7. Visual Gerak dengan Audio film suara
video/vcd/dvd
8. Benda benda nyata
model tirual (mock up)
9. Komputer media berbasis komputer; CAI (Computer Assisted
Instructional) & CMI ( Computer Managed Instructional )

Dari teori di atas di dapat bahwa ada tiga ( 3 ) modalitas belajar seseorang yaitu suara,
penglihatan dan gerakan. Yang terkait dengan penelitian ini adalah audio dan visual. Melihat dua
( 2 ) tipe ini, akan cocok apabila diterapkan pembelajaran dengan menggunakan media audio
visual, oleh karenanya penelitian ini akan menerapkan poin 1 dan 7 pada tabel di atas yaitu
musik sebagai pengiring dan materi pembelajaran dengan gambar animasi diikuti dengan suara.
BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Operasional

Tujuan penelitian ini untuk menemukan macam-macam suara dan gambar animasi yang
sesuai untuk meningkatkan minat belajar Elektronika Digital dan Komputer.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan berlangsung pada bulan Januari Mei 2010 di kelas I AV 2 Semester
2, Sekolah Menengah Kejuruan Karya Guna 1 Bekasi, Jl. Cirebon Komp. Perumahan Duren
Jaya, BEKASI TIMUR, KOTA BEKASI, 17111

C. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif dan dilakukan dengan metode Classroom
Action Research. Penelitian akan dilakukan dalam siklus siklus yang masing masing terdiri
dari perencanaan tindakan, memonitor pelaksanaan dan peninjauan kembali. Pada siklus
berikutnya dimungkinkan adanya revisi tindakan untuk tujuan yang belum mencapai indikator.

Siklus ini dijalankan berdasarkan frekuensi pembelajaran, satu siklus terdiri dari dua
pertemuan.

Pengertian PTK atau action research secara singkat dapat didefinisikan sebagai suatu
bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana
praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut,
PTK itu dilaksanakan berupa proses kajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap.

Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pengamatan
4. Refleksi

1) Perencanaan
Bagian ini berisikan perlakuan yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan yang
tertulis pada rencana tindakan. Di luar itu adalah pembelajaran-biasa yang telah Anda lakukan
sehari-hari, tidak perlu dituliskan di sini. Harus dibedakan benar antara pembelajaran biasa
dengan PTK. Yang dituliskan dalam siklus hanyalah bagian yang diteliti saja.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan akan menguraikan apakah hal yang direncanakan dapat direalisasikan secara
penuh. Jika tidak, perlu dilihat polanya dalam periode tertentu; mungkin hanya sebagian yang
dapat dilaksanakan. Tentu saja dapat dielaborasikan pelaksanaan ini secara detail, sampai hal-hal
yang otentik.

3) Pengamatan
Bagian ini berisikan hasil pengamatan menggunakan berbagai instrument Yang perlu
diperhatikan dalam hal ini adalah sifat triangulasi dan saturasi data. Hasil-hasil pekerjaan siswa
yang otentik dapat disajikan di sini.

4) Refleksi
Refleksi berisikan penjelasan tentang keberhasilan atau kegagalan yang terjadi setelah
selang waktu tertentu. Refleksi diakhiri dengan perencanaan kembali untuk siklus berikutnya.
Adapun model dan penjelasan untuk masing masing tahap adalah sebagai berikut :
Instrumen Penelitian
Data yang akan diambil berupa observasi Kegiatan Belajar Mengajar.
Tabel 1 Observasi Kegiatan Belajar Mengajar

Keterangan :
a. Tanda persegi panjang mewakili posisi siswa dalam kelas.
b. Pengisian dilakukan setiap 20 menit sekali pada saat kegiatan belajar mengajar. Siswa yang
melakukan tingkah laku di bawah ini akan dinomeri pada peta kelas sesuai dengan nomor urutan
tingkah laku yang telah dibuat sebelumnya. Jika tidak melakukan tingkah laku yang diamati,
maka persegi panjang tetap kosong.

TINGKAH LAKU YANG DIAMATI ASPEK MINAT YANG DIAMATI

1. Tidak memperhatikan guru 1. Perhatian, rasa ingin tahu


2. Berbicara dengan teman diluar 2. Perhatian ( negatif )
pelajaran 3. Perhatian ( negatif )
3. Mengganggu siswa lain 4. Perhatian ( negatif )
4. Izin keluar kelas 5. Perhatian, rasa ingin tahu, ketekunan
5. Menyimak dengan seksama 6. Ketekunan
6. Mencatat pelajaran 7. Keaktifan, motivasi
7. Aktif menjawab pertanyaan guru 8. Keaktifan
8. Menjawab pertanyaan guru yang 9. Keaktifan, rasa ingin tahu, motivasi
diajukan padanya 10. Keaktifan, rasa ingin tahu, motivasi
9. Aktif bertanya pada guru
10. Ingin mencoba demonstrasi yang
dilakukan guru
E. Dokumen siswa
Dokumen siswa berupa catatan siswa untuk menunjang lembar observasi berkurangnya
kemalasan maupun kebosanan siswa. Dokumen siswa dilihat dan dicatat peneliti pada setiap
akhir pelajaran.

F. Catatan Lapangan
Catatan catatan lapangan diperlukan untuk merekam kejadian kejadian selama proses
pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan
refleksi. Berdasarkan dari hasil refleksi ini peneliti dapat melakukan perbaikan perbaikan
terhadap rencana awal.

G. Wawancara dengan siswa


Wawancara dengan siswa dilaksanakan setiap akhir siklus dengan pemilihan siswa yang
diwawancarai secara acak sesuai dengan kebutuhan refleksi untuk perbaikan pada tindakan
siklus berikutnya. Pedoman wawancara dengan siswa menitikberatkan pada tanggapan dan
kesulitan belajar siswa selama proses pembelajaran berikutnya.

H. Teknik Analisa Data


Hasil penelitian yang berasal dari lembar observasi kegiatan belajar mengajar akan
ditampilkan dalam bentuk teabel persiklus. Sementara hasil wawancara dengan siswa akan
dijelaskan secara deskriptif. Data yang diambil dari lembar Observasi Kegiatan Belajar
Mengajar yaitu jumlah siswa yang melakukan kegiatan yang telah disebutkan pada lembar
observasi kelas, akan dibuat tabel sebagai berikut.
Tabel 2 Observasi Kegiatan Belajar Mengajar

Setelah diuraikan secara deskriptif, kemudian dari data tersebut akan dibuat perbandingan
dengan indikator yang dimaksudkan.
Tujuan penelitian ini akan tercapai apabila jumlah siswa yang mengikuti kegiatan belajar
dengan baik meningkat dan jumlah siswa yang mengikuti kegiatan belajar dengan tidak baik
menurun.
BAB IV

PENUTUP KESIMPULAN

Untuk meningkatkan minat belajar dan lebih mudah mempelajari konsep-konsep yang
relative sulit dipahami diperlukan model pembelajarn yang menarik seperti model pembelajaran
menggunakan media audio visual. Selain membantu dalam pengembangan pemahaman konsep,
model pembelajaran menggunakan media audio visual semacam ini akan sangat bermanfaat
untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswa. Agar proses belajar dapat berlangsung
secara efektif dan berdampak positif diperlukan model pembelajaran menggunakan media audio
visual yang menarik, berkualitas dan mudah diaplikasikan. Model pembelajaran menggunakan
media audio visual ini perlu pula diaplikasi pada mata pelajaran lainnya agar hasil belajar siswa
dapat tercapai secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara.

Bachtiar, Harsja. 2006. Media Pendidikan. Jakarta: Pustaka Teknologi Pendidikan

Depdikbud. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud


Raka Joni, T. 1999. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PCP PPGSM Ditjen Dikti.

Simarta, Janner. 2006. Pengenalan Teknologi Komputer dan Informasi. Yogyakarta:


Andi

Supriadi. 2006. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka

Suryosubroto,B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Tim Pelatih PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
Jakarta: DEPDIKBUD

Yasin, Burhanuddin, dkk. 2002. Penelitian Tindakan Kelas (Pendekatan Efektif -


Perbaikan Mutu Pembelajaran dan Prestasi Siswa ).Jakarta: Bumi Aksara.

http://www.e-psikologi.com/anak/index.htm

http://nuritaputranti.wordpress.com/2007/12/28/gaya-belajar-anda-visual-auditori-atau-
kinestetik/

http://teknologipendidikan.wordpress.com/

http://teknologipendidikan.wordpress.com/2006/03/21/prinsip-pengembangan-media-
pendidikan-sebuah-pengantar/

You might also like