You are on page 1of 23

Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

Asro Pun Blog


Beranda
Tentang Saya

Statistik
54,343 hits

Halaman
Tentang Saya

Kategori
APC
Custody Metering
Instrument & Kontrol
JCCP-TR-21-09
Laboratory Instrument
Process Control
Process Equipment Control
Project Management
Si Kuncup
SIS
Umum

Komentar Terakhir
Hery pada Algoritma PID pada DCS Honeywell Experion PKS
Nanda pada Process Equipment Control : (1) Heat Exchanger Control.
deni pada Algoritma PID pada DCS Honeywell Experion PKS
ikhsan anugrah pada Pengukuran Kinematic Viscosity ASTM D-445
wahyu N pada Tentang Saya

Blogroll
Bale Nagi
Budi TJ
Nova Kurniawan
WordPress.com
WordPress.org

Meta
Daftar
Masuk log

Berlangganan
Masukan (RSS)

1 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

Komentar (RSS)

Process Equipment Control : (7) Distillation Control Reboiler Control


Ditulis oleh asro di/pada 3 Juli 2009

Pada serie sebelumnya sudah dijelaskan bahwa pemisahan material yang terjadi dalam kolom distilasi dilakukan
dengan cara mempertemukan liquid dan vapor dalam arah berlawanan (countercurrently contact), liquid dari arah
atas dan vapor dari arah bawah. Yang menyediakan liquid dari atas adalah reflux, sedangkan yang menyediakan
vapor dari bawah adalah reboiler. Untuk menghasilkan produk sesuai spesifikasi yang dikehendaki, maka keduanya,
reflux dan reboiler perlu dikontrol. Pengontrolan reflux sudah dibahas pada serie sebelumnya, pada serie ini akan
dibahas mengenai pengontrolan reboiler.

Salah satu konfigurasi reboiler control adalah seperti pada gambar berikut.

Dalam konfigurasi ini, jumlah vapor yang dihasilkan dikontrol dengan cara mengatur aliran panas ke reboiler, dalam
hal ini aliran steam/uap. Jumlah produk bawah (bottom product) yang diuapkan menjadi vapor ditentukan dari
besarnya setpoint steam flow control (FC). Semakin besar setpoint FC, semakin banyak vapor yang dihasilkan.
Jumlah produk bawah yang dikeluarkan/dihasilkan dikontrol dengan menggunakan level control (LC).

Konfigurasi diatas digunakan pada kettle type reboiler. Sedangkan untuk reboiler tipe thermo-syphon atau forced-
circulation, konfigurasi berikut bisa digunakan.

Pada konfigurasi ini, produk bawah (residue) diambil/dikeluarkan langsung dari column.

2 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

Konfigurasi lainnya adalah aliran uap (steam flow) diatur oleh reboiler level control (LC), sedangkan aliran produk
dikontrol oleh flow controller (FC) seperti gambar berikut.

Selain menggunakan pemanas steam seperti beberapa konfigurasi diatas, reboiler juga terkadang menggunakan
pemanas yang berasal dari produk kolom distilasi (kolom utama seperti CDU atau FCCU). Konfigurasi kontrol
reboiler yang menggunakan pemanas jenis ini diperlihatkan pada gambar berikut.

Pada konfigurasi ini, selain digunakan untuk reboiler, media pemanas juga digunakan untuk menghasilkan steam
pada steam generator. Flow control (FC) yang terletak sesudah tie, digunakan untuk menstabilkan steam yang
dihasilkan pada steam generator. Konfigurasi lainnya yang mirip dengan ini seperti pada gambar berikut.

3 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

Pada konfigurasi terakhir ini, flow control ditempatkan sebelum tie, sehingga steam generator lebih stabil
dibandingkan dengan konfigurasi sebelumnya (letak flow control sesudah tie).

Pada konfigurasi yang sudah dibahas diatas, reboiler dikontrol dengan menggunakan flow control maupun
temperature control. Selain itu, reboiler juga bisa dikontrol dengan menggunakan heat input control. Pada jenis
kontrol ini, yang dikontrol adalah jumlah panas/heat yang diberikan ke sistem reboiler. Jumlah panas tersebut dapat
dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Q = DeltaT x Cp x roh x F

Q adalah panas yang diberikan, DeltaT adalah perbedaan temperature fluida pemanas yang masuk dan keluar
reboiler, Cp adalah specific heat medium pemanas dan roh adalah density medium pemanas. Konfigurasi heat input
control pada reboiler dapat dilihat pada gambar berikut.

Selain pemanas jenis heat exchanger (HE) seperti diatas, tidak jarang furnace/fire heater juga digunakan sebagai
reboiler. Apabila menggunakan heater, maka sistem kontrol yang digunakan adalah temperature control dengan
konfigurasi seperti dijelaskan pada pembahasan mengenai sistem kontrol fire heater.

Ditulis dalam Process Equipment Control | 2 Komentar - komentar

SIS : (7) Penentuan SIL


Ditulis oleh asro di/pada 24 Juni 2009

Penentuan safety integrity level (SIL) merupakan tahapan yang penting dalam SIL design life cycle. Proses
penentuan SIL ini bukan pekerjaan yang mudah, dia bukan hanya tugas seorang control engineer, tetapi merupakan
tugas tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu.

Ada beberapa metode penentuan SIL yang bisa digunakan, ada yang bersifat kualitatif dan ada pula yang kuantitatif.
Perlu ditegaskan bahwa tidak ada metode yang lebih baik dari yang lainnya. Masing-masing memiliki kelebihan dan

4 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

kekurangannya. Akan tetapi semua metode (khususnya kuantitatif) didasarkan pada isu yang sama (common issue)
yaitu evaluasi dilakukan terhadap 2 komponen risiko, probabilitas dan severitas. Yang membedakan hanya pada
pembagian tingkat/levelnya serta pada struktur/cara pembobotannya.

Perlu diketahui bahwa dalam suatu unit proses bisa terdapat bebagai tingkat bahaya, sehingga SIL untuk satu safety
function dengan safety function lainnya juga akan berbeda-beda bergantung pada tingkat sumber bahaya yang
ditanganinya. Sebagai contoh, dalam sebuah sistem vessel terdapat pengukuran pressure, flow, temperature dan
level. Pengukuran pressure berguna untuk mencegah terjadinya overpressure dan explosive, sehingga tingkat
SIL-nya tinggi. Low flow atau low level mungkin hanya untuk mencegah kavitasi pompa sehingga tingkat SIL-nya
lebih rendah. Temperature yang tinggi mungkin berdampak pada product offspec, sehingga tingkat SIL-nya juga
berbeda. Jadi intinya adalah penentuan SIL bukan satu angka/tingkat untuk seluruh unit proses, melainkan untuk
masing-masing safety function.

Metode I Kualitatif. Metode ini pertama kali dikembangkan dan digunakan oleh U.S. Military (MIL STD 882).
Pada metode ini, probabilitas dan severitas dibagi menjadi 5 tingkat/level. Langkah pertama, probabilitas atau
frekuensi di-rank dari 1 s/d 5 atau dari low s/d high atau jenis tingkatan lainnya, seperti contoh pada tabel berikut ini.

Berikutnya, severitas dikategorikan berdasarkan berbagai faktor yang terkenah risiko seperti personil/orang,
peralatan, proses produksi, lingkungan dsbnya, seperti contoh pada tabel berikut.

Perlu diketahui bahwa pembagian tingkatan pada kedua tabel diatas hanya contoh, pembobotannyapun sangat
subyektif, antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya mungkin berbeda. Kemudian kedua tabel, probabilitas
dan severitas diatas digabung dalam satu tabel seperti berikut.

5 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

Langkah terakhir adalah menghubungkan tingat risiko pada tabel terakhir ini dengan tingkat kinerja dari SIS (atau
yang dikenal dengan safety integrity level atau SIL), seperti tabel berikut.

Bentuk lainnya dari metode ini yang digunakan oleh salah satu perusahaan kilang minyak adalah seperti pada
gambar berikut.

Metode II Kualitatif. Metode ini diadop IEC dari German National Standard (DIN/VDE 19250). Gambar berikut

6 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

adalah contoh penentuan SIL dengan menggunakan metode ini.

Contoh pada gambar diatas hanya untuk dampak risiko terhadap orang/personil. Dengan cara yang sama, ranking
untuk faktor yang terkenah risiko lainnya seperti peralatan, proses produksi, lingkungan bisa dilakukan. Pelaksanaan
pembobotan risiko dimulai dari sebelah kiri gambar, yaitu menyangkut akibat yang ditimbulkan, dengan mengajukan
pertanyaan sbb: Apa akibatnya terhadap orang/personil yang terlibat? Berikutnya menyangkut masalah frekuensi
keberadaan personil dan paparan, dengan mengajukan pertanyaan sbb: Seberapa sering (frekuensi) dan seberapa
besar mereka terpapar oleh suatu risiko? Berikutnya adalah berkaitan dengan kemungkinan menghindari
kecelakaan/accident, dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut: Apakah reaksi proses cukup lamban
sehingga orang/personil dapat melakukan aksi? Apakah ada local indicator sehingga operator dapat mengetahui
apa yang akan terjadi dengan proses? Apakah mereka sudah cukup dilatih untuk mengetahui apa yang harus
dilakukan ketika terjadi situasi berbahaya? Apakah ada jalur evakuasi sehingga mereka dapat meninggalkan
lokasi ketika terjadi kondisi berbahaya? Kemudian aspek yang terakhir adalah probabilitas dari kejadian dengan
mengajukan pertanyaan berikut: Apakah tidak sering, sering atau sangat sering terjadinya kondisi berbahaya?
Perlu diketahui bahwa semua yang dilakukan ini sifatnya sangat subyektif.

Metode III Kuantitatif. Ada juga engineer yang tidak terlalu suka dengan kedua metode kualitatif yang
dijelaskan sebelumnya. Mereka mempertanyakan repeatability dari kedua metode tersebut. Sebagai gambaran,
apabila suatu kasus diberikan kepada 5 group untuk mengevaluasinya, hasilnya kemungkinan besar akan berlainan,
bisa saja ada yang menghasilkan SIL 1, ada yang SIL 2 dan ada juga yang SIL 3, lalu apa yang akan disimpulkan
dengan hasil ini? Oleh karena itu dikembangkan metode kuantitatif, dimana penentuan kinerja SIS yang dibutuhkan
(required safety system performance) bergantung pada: 1) target safety goal; dan 2) demant rate, yang dinyatakan
dengan formula berikut:

Required RRF = Target Safety Goal/Deman Rate.

Sebagai contoh, yang menjadi target safety goal adalah mean time between accident, diambil sebesar 3,000 tahun.
Deman rate adalah perkiraan seberapa sering suatu masalah akan terjadi di proses dan seberapa sering diperlukan
suatu SIS berfungsi untuk mengatasinya. Misalnya dalam sistem compressor, rata-rata terjadinya overpressure
pada vessel adalah sekali tahun. Maka untuk sistem compressor diperoleh RRF sebesar (3,000 tahun)/(1 kali/tahun)
= 3,000 kali; sehingga diperlukan SIS dengan kinerja sampai dengan SIL 3 (lihat tabel sebelumnya).

Meskipun metode ini murni kuantitatif, tetapi ia membutuhkan suatu target, yang umumnya sangat sulit/tidak
bijaksana untuk ditentukan karena menyangkut aspek moral seperti yang pernah dijelaskan pada serie sebelumnya.
Penentuan target juga terkadang mendatangkan masalah hukum, khususnya di USA. Misalnya, targetnya adalah
waktu antara bahaya/terjadi kecelakaan sebesar seribu tahun. Orang hukum mungkin akan mempertanyakannya,

7 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

misalnya mengapa tidak dipilih sepuluh ribu tahun? Selain itu, target seribu tahun tidak berarti bahwa sebelum
seribu tahun bahaya/kecelakaan tidak akan terjadi . Karena jika terdapat seribu instalasi proses sejenis, maka dalam
satu tahun satu dari seribu instalasi tersebut mungkin bermasalah. Jadi penentuan SIL secara kuantitatif juga tidak
sesederhana yang dibayangkan.

Ditulis dalam SIS | Tinggalkan sebuah komentar

Fault-Tolerant Fieldbus
Ditulis oleh asro di/pada 15 Juni 2009

Teknologi fieldbus, khususnya Foundation Fieldbus (FF) memberikan banyak keuntungan dibandingkan dengan
teknologi analog 4 20 mA yang saat ini paling banyak digunakan, diantaranya kemampuan online diagnostic dan
penghematan perangkat keras terutama kabel. Secara umum, dalam satu segmen FF, bisa diakomodir hinga 32 field
devices dan untuk aplikasi intrinsically safe dibatasi hingga 8 s/d 16 field devices.

Pada awal peluncurannya, teknologi ini diperkirakan akan cepat menggantikan teknologi DCS dengan 4 20
mA-nya yang saat itu paling banyak digunakan. Akan tetapi setelah lebih dari 10 tahun sejak peluncuran
pertamanya, prediksi tersebut belum/tidak terbukti, penggunaan teknologi ini masih sangat sedikit. Menurut
pendapat saya, salah satu kekurangan teknologi ini yang menyebabkan penerimaan user terhadapnya masih sangat
lamban adalah karena issue redundant/fault-tolerant. Pada dasarnya segmen FF tidak dirancang untuk konfigurasi
redundant/fault-tolerant. Bayangkan, jika satu segmen FF bermasalah maka akan ada 32 devices yang tidak bisa
bekerja, apalagi jika ke-32 devices tersebut menangani lup yang kritis (critical loop) maka akan sangat
membahayakan operasi plant.

Salah satu cara untuk menyiasati issue redundant/fault-tolerant ini yang pernah kami lakukan sepuluh tahun lalu
ketika kami membuat spesifikasi salah satu proyek yang kami tangani adalah dengan mensyaratkan bahwa satu
segmen fieldbus hanya boleh mengakomodir satu lup kontrol, tidak boleh lebih. Sedangkan sisanya hanya boleh
untuk monitoring loop ditambah spare. Persyaratan ini dibuat untuk meningkatkan kehandalan dan untuk memenuhi
standard API RP 554 yang dengan jelas menyatakan bahwa setiap komponen (perangkat/module) yang menangani
lebih dari dua lup kontrol harus redundant.

Cara lainnya untuk mengatasi issue redundant/fault-tolerant FF adalah melalui modifikasi/duplikasi secara
menyeluruh , yang membutuhkan tambahan perangkat lunak khusus (additional special software) untuk melakukan
voting (one-out-of-two atau two-out-of-three), juga penanganan khusus lainnya pada saat operasi maupun
pemeliharaan. Berikut adalah konfigurasi duplex system dari segmen FF yang biasa dilakukan, sebut saja sebagai
conventional duplex system (sebuatan conventional ini hanya untuk membedakannya dari konfigurasi FF fault-
tolerant lainnya yang muncul belakangan seperti yang akan dijelaskan di bawah ini). Pada konfigurasi tersebut, kabel
yang digunakan masih satu buah/tunggal.

8 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

Konfigurasi redundant/fault-tolerant lainnya adalah yang dikembangkan oleh MooreHawke (salah satu divisi Moore
Industries), diluncurkan tahun 2007. Konfigurasi baru ini menggunakan duplex cable, sehingga memiliki MTBF
lebih tinggi dibandingkan dengan konfigurasi konvensional di atas. Selain menggunakan duplex cable, konfigurasi
baru ini memiliki kelebihan lainnya yaitu tanpa menggunakan perangkat lunak khusus seperti pada konfigurasi
konvensional. Berikut adalah konfigurasinya.

Konfigurasi FF fault tolerant baru ini sudah digunakan dengan beberapa merek DCS dan diinstal di beberapa
platforms di Laut Cina Selatan. Untuk menghemat biaya, fault tolerant system ini hanya untuk lup yang kritis
(critical loop), sedangkan untuk lup lainnya (misalnya monitoring loop atau kontrol lup yang tidak kritis)
menggunakan konfigurasi simplex. Informasi lebih jauh tentang konfigurasi fault-tolerant baru ini terutama aspek
ekonomiknya silahkan baca di sini

Ditulis dalam Instrument & Kontrol | 2 Komentar - komentar

Si Kuncup : (12) Selamat Tinggal


Ditulis oleh asro di/pada 9 Juni 2009

Mami tersayang,

Surat saya yang terakhir ini hanya buat Mami. Surat ini bukan untuk menghukum Mami melainkan memberi ampun.
Memang sangat menyedihkan harus memberi ampun kepada ibu sendiri! Mungkin karena itulah maka Yesus yang
Mahakuasa menginginkan seorang ibu yang tak tercela, yang tidak memerlukan pengampunan.

Saya menulis kepada Mami untuk mengucap Selamat Tinggal!

Semoga Mami dapat hidup bahagia banyak tahun lagi meskipun saya sangsikan apakah mungkin. Semoga Mami
dapat melupakan peristiwa sedih ini dalam hidup Mami selanjutnya. Kini datang saat-saat kegelisahan bagi Mami.
Saya dapat mendengar isak tangis Mami. Saya dapat merasakan gejolak hati Mami.

Tetapi itu semua baru titik awal dari sekian banyak air mata yang akan Mami curahkan secara diam-diam, tanpa
diketahui oleh orang lain. Air mata itu merupakan air mata penyesalan, air mata tobat dan kesedihan. Seorang ibu
tak dapat melupakan buah kandungannya sendiri. Mami tak akan sanggup melupakan Si Kuncupnya Mami.
Mustahil; itu melawan kondrat. Jika Mami mempunyai anak-anak yang lain, setiap kali Mami memandang mereka,

9 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

Mami akan memandang wajahku, wajah yang tak pernah Mami lihat. Setiap kali Mami mencium mereka, akan
terlintas dalam pikiran Mami tentang mencium saya, seorang anak yang keburu dimatikan.

Mami, saya ampuni Mami; saya doakan Mami; saya masih cinta akan Mami. Selamat Tinggal!

SI KUNCUP

Ditulis dalam Si Kuncup | Tinggalkan sebuah komentar

Process Equipment Control : (7) Distillation Column Control


Reflux Control
Ditulis oleh asro di/pada 2 Juni 2009

Seperti yang dijelaskan pada serie sebelumnya bahwa pemisahan material yang terjadi dalam kolom distilasi
dilakukan dengan cara mempertemukan liquid dan vapor dalam arah berlawanan (countercurrently contanct), liquid
dari arah atas dan vapor dari arah bawah. Dalam hal ini, yang menyediakan liquid secara terus menerus adalah
reflux sedangkan yang menyediakan vapor adalah reboiler. Sejumlah liquid dari reflux dan sejumlah vapor dari
reboiler saling bersentuhan untuk menghasilkan produk dengan kuantitas dan komposisi tertentu berdasarkan feed
tertentu. Oleh karena itu, untuk menghasilkan produk sesuai spesifikasi yang dikehendaki, aliran reflux perlu
dikontrol, begitu juga dengan produk (distillate).

Salah satu konfigurasi reflux control adalah seperti pada gambar berikut.

Dalam konfigurasi ini, aliran reflux dikontrol dengan menggunakan flow control, sedangkan aliran distillate dikontrol
dengan menggunakan accumulator level control.

Karena pemisahan material dalam distilasi didasarkan pada perbedaan tekanan uap (vapor pressure) dan karena
tekanan uap bergantung pada temperature, maka temperature bisa digunakan untuk mengindikasi/mewakili
komposisi produk. Sehingga aliran reflux lebih baik jika dikontrol dengan menggunakan temperature control, seperti
pada gambar berikut.

Terkadang produk suatu kolom distilasi akan digunakan sebagai feed untuk kolom distilasi/unit lainnya yang
memerlukan feed yang konstan. Untuk kasus ini, aliran produk lebih baik dikontrol dengan menggunakan flow
control, dalam hal ini product flow control di-cascaded dari accumulator level control, seperti diperlihatkan pada

10 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

gambar di atas.

Apabila overhead pressure tidak bisa dijaga konstan, agar pemisahan tetap berlangsung dengan baik, bisa juga
digunakan pressure compensated temperature control seperti gambar dibawah ini.

Compensated temperature dapat dihitung dengan rumus berikut

Tb = T x K x (Pb P)

Tb adalah compensated temperature, T adalah overhead temperature, K adalah konstanta, Pb adalah base pressure
dan P adalah overhead pressure. Perhitungan ini dijalankan di blok kalkulasi TY.

Untuk kasus tertentu, dimana flow reflux jauh lebih besar dari produk (mendekati total reflux), maka flow reflux
sebaiknya dikontrol dari accumulator level control, sedangkan flow product dari temperature control, seperti gambar
berikut.

Reflux dari accumulator yang masuk ke column yang biasa disebut external reflux akan berubah menjadi uap oleh
panas yang berasal dari vapor yang naik dari bawah column. Sementara vapor yang memberikan panasnya tersebut
terkondensasi menjadi internal reflux. Hubungan antara internal reflux dan external reflux dinyatakan oleh
persamaan berikut.

Internal reflux = External reflux x (1 + Cp/Hv x (To Tr)

Cp adalah external reflux heat capacity, Hv adalah external reflux heat of vaporization, To adalah overhead
temperature dan Tr adalah external reflux temperature.

Pada kondisi tertentu, mengontrol internal reflux jauh lebih baik dibandingkan dengan external reflux seperti diatas.
Gambar dibawah ini merupakan konfigurasi internal reflux control.

11 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

Ditulis dalam Process Equipment Control | Tinggalkan sebuah komentar

Hurdle Rate
Ditulis oleh asro di/pada 22 Mei 2009

Modal (capital) merupakan dana yang disiapkan oleh suatu perusahaan untuk membiayai investasi yang
dilaksanakannya. Modal itu memiliki biaya (cost of capital), yang secara umum didefinisikan sebagai tingkat
pengembalian (return) yang diharapkan oleh pemiliknya ketika ia berinvestasi dalam suatu investasi yang berisiko.
Suatu investasi menguntungkan apabila rate of return (IRR) investasi tersebut lebih besar dari biaya modal yang
digunakannya. Oleh karena itu, dalam berinvestasi biaya modal ini disebut juga dengan hurdle rate.

Umumnya, modal yang digunakan untuk investasi terdiri dari beberapa komponen, yaitu hutang/pinjaman, saham
preferen, laba ditahan dan saham biasa. Biaya setiap komponen modal berbeda-beda, sehingga biaya modal yang
akan digunakan untuk perhitungan hurdle rate adalah nilai rata-rata tertimbang (WACC : weight average cost of
capital) dari komponen modal, yang diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut:

WACC = wdkd(1 T) + wps kps + ws ks + we ke

wd : persentase hutang terhadap keseluruhan modal.


kd : biaya hutang (tingkat bunga hutang sebelum pajak).
T : pajak.
wps : persentase saham preferen terhadap keseluruhan modal.
kps : biaya saham preferen.
ws : persentase laba ditahan terhadap keseluruhan modal.
ks : biaya laba ditahan.
we : persentase saham biasa baru terhadap keseluruhan modal.
ke : biaya saham biasa baru.

Utang/Pinjaman. Biaya hutang sebelum pajak kd mapun pajak bisa diperoleh dengan mudah dari data perusahaan.

Saham Preferen. Biaya saham preferen kps merupakan tingkat keuntungan yang didapat pembeli saham preferen,
yang dihitung dengan fermula kps = Dp/Pn, dengan Dp adalah dividen saham preferen tahunan dan Pn adalah harga
saham preferen bersih yang diterima perusahaan penerbit (setelah dikurangi biaya peluncuran/flotation cost).

Laba Ditahan. Perusahaan dapat menahan sebagian laba yang diperolehnya untuk modal sendiri. Apakah laba
yang ditahan ini memiliki biaya? Ya, tentu saja, kalau tidak pemegang saham/investor akan rugi. Lalu berapa biaya
untuk laba ditahan kstersebut? Apabila laba tidak ditahan, maka pemegang saham/investor dapat
menginvestasikannya, seperti misalnya membeli saham, obligasi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, perusahaan
harus memberikan keuntungan kepada pemegang saham/investor atas laba yang ditahan tersebut sama dengan jika
mereka menginvestasikannya pada investasi lain yang memiliki risiko yang sama dengan risiko perusahaan.
Keuntungan inilah yang akan diperhitungkan sebagai biaya laba ditahan ks itu. Biaya laba ditahan dapat dihitung
dengan 3 cara/pendekatan, yaitu CAPM (capital asset prising model), DCF (discounted cash flow) dan Bond-Yield-
Plus-Risk Premium.

Dengan CAPM, biaya laba ditahan dihitung dengan rumus berikut:

12 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

ks = krf + (km krf)b

krf : risk free rate


km : market portofolio rate.
b : beta factor

Dengan DCF, biaya laba ditahan dihitung dengan formula berikut:

P0 = Div1/(1+ks)1 + Div2/(1+ks)2 + + (Divh + Ph)/(1+ks)h

Apabila pertumbuhan dividen konstan, maka bisa menggunakan Gordon model berikut:

P0 = Div0 (1 + g)/ks g.

P0 : harga jual saham.


Div : dividen saham.
h : tahun.
g : dividen growth.

Cara perhitungan biaya laba ditahan lainnya adalah dengan menggunakan metode Bond-Yield-Plus-Risk Premium.
Metode ini didasari dari kenyataan bahwa membeli saham lebih berisiko dari membeli obligasi yang memberikan
penghasilan relatif tetap dan pasti. Oleh karena itu, investor yang membeli saham akan mengharapkan premi risiko
di atas keuntungan obligasi. Sehingga dengan pendekatan ini biaya laba ditahan dihitung dengan rumus berikut:

ks = Tingkat keuntungan obligasi perusahaan + premi risiko.

Saham Biasa. Perusahaan juga dapat memperoleh modal sendiri dari penjualan saham biasa. Akan tetapi hanya
perusahaan yang sudah matang (mature) yang menerbitkan saham biasa, karena biaya flotationnya yang tinggi.
Perhitungan biaya saham biasa ke dapat menggunakan Gordon model berikut.

ke = (Div0 / P0 (1 F)) + g

P0 : harga jual saham.


F : flotation cost.
Div0 : dividen saham pada t = 0.
g : dividen growth.

Contoh Investasi di PT. Yoas. PT. Yoas adalah suatu perusahaan dalam negeri yang bergerak di sektor hulu
perminyakan (exploration & production). Saat ini, dalam membiayai investasi, PT. Yoas menggunakan dua jenis
modal, yaitu modal sendiri (equitas) dan hutang jangka panjang.

Biaya hutang jangka panjang dan pajak bisa diperoleh dari data perusahaan. Sedangkan biaya ekuitas dihitung
dengan menggunakan metode CAPM, dengan rumus seperti yang dijelaskan diatas, yaitu:

ks = krf + (km krf)b

Akan tetapi, karena saham PT. Yoas belum diperdagangkan di pasar saham, maka km yang relefan tidak tersedia,
sehingga rumus yang dipakai sedikit dimodifikasi menjadi sbb:

ks = krf + (RPM)b

Dengan RPM : Risk Premium = Country Risk Premium + Equity Market Risk Premium.

Dengan asumsi bahwa Country Risk Premium mempunyai dampak yang sama terhadap semua dunia usaha di
Indonesia maka persamaan diatas dimodifikasi lagi menjadi:

ks = krf + Country Risk Premium + (Equity Market Risk Premium)b.

Risk Free Rate (krf) menggunakan referensi US T-Bond selama 10 tahun.

Country Risk Premium Indonesia diperoleh dengan membandingkan yield spread antara Global bon Indonesia dan

13 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

US Treasury Note. Informasi ini bisa diperoleh dari Laporan Bank Indonesia. Yield spread ini merupakan spread
dalam pasar obligasi sehingga diperlukan penyesuaian ke dalam equity market, dengan cara mengalikannya dengan
relative equity market volatility (std dev in country equity market/std dev in country bond).

Equity Market Rsk Premium menggunakan referensi dari mature market yaitu US average premium.

Beta Coefficient menggunakan referensi data industri di emerging market. Beta coefficient emerging market yang
relefan dengan bisnis PT. Yoas adalah Oil Company (E&P) dengan nilai sebesar 1.45.

WACC menggambarkan risiko rata-rata keseluruhan investasi yang dijalankan oleh PT. Yoas, sehingga WACC
hanya bisa digunakan sebagai hurdle rate untuk investasi yang tingkat risikonya sama dengan rata-rata keseluruhan
investasi perusahaan. Karena setiap investasi memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda maka hurdle rate untuk
setiap kelompok investasi juga akan berbeda. Untuk memperoleh hurdle rate suatu kelompok investasi dibutuhkan
penyesuaian dari WACC yang relefan dengan besaran Specific Property Risk Premium. Specific Property Risk
Premium pada dasarnya membandingkan volatilitas return satu jenis investasi dengan volatilitas return portofolio
seluruh investasi.

Berikut adalah contoh perhitungan hurdle rate PT Yoas

Ditulis dalam Project Management | Tinggalkan sebuah komentar

SIS: (6) Risiko


Ditulis oleh asro di/pada 8 Mei 2009

Berbicara tentang SIS tidak bisa lepas dari risiko (risk), karena SIS itu ada untuk menekan adanya risiko. Untuk itu,
serie kali ini akan membahas sedikit mengenai risiko.

Bekerja di kilang minyak jelas mengandung risiko, tapi jangan disangka duduk di rumah nonton TV sambil
makan-makan itu tidak berisiko! Pernah dengar orang meninggal gara-gara keselek baso saat sedang makan baso?
Jadi jelas, risiko ada dimana-mana. Yang membedakan antara satu dengan yang lainnya adalah besarnya, satu
mungkin lebih berisiko dari yang lainnya.

Bekerja di kilang minyak jelas lebih berisiko dari hanya sekedar duduk-duduk di rumah, oleh karena itu banyak
upaya yang dilakukan untuk menekan tingkat risiko di kilang minyak (atau pabrik-pabrik petro kimia lainnya),

14 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

termasuk dengan menggunakan SIS. Tapi pertanyaannya seberapa besar tingkat risiko di kilang minyak yang akan
ditekan? Apakah hingga ke tingkat yang sama dengan risiko duduk-duduk di rumah? Upaya pengurangan risiko
membutuhkan biaya, semakin rendah risiko yang dikurangan semakin mahal biayanya.

Apa itu risiko? Banyak kalimat yang dibuat untuk menjelaskan risiko, salah satunya adalah risiko merupakan
gabungan antara probabilitas dan severitas. Atau dengan kata lain, seberapa seringkah ia dapat terjadi dan
seberapa jelek akibat yang ditimbulkannya? Risiko dapat dievaluasi/diukur dengan cara kualitatif maupun
kuantitatif.

Presepsi orang terhadap risiko. Presepsi orang terhadap risiko sangat beragam, bergantung pada pengetahuan dan
kebiasaan mereka terhadap risiko tersebut. Pada jaman sekarang, orang-orang sudah terbiasa mengendarai
mobil/motor, sehingga risiko dalam berkendaraan dianggap rendah. Bandingkanlah, jika tiba-tiba ada sebuah pabrik
petrokimia didirikan di dekat perkampungan. Karena pengetahuan tentang pabrik petrokimia umumnya sangat
rendah bagi orang kebanyakan, maka mereka langsung mengklaim pabrik yang dibangun tersebut memiliki risiko
yang tinggi, meskipun mungkin perusahaan tersebut sudah mengoperasikan banyak pabrik sejenis dan belum pernah
terjadi kecelakaan fatal.

Presepsi orang terhadap risiko juga bergantung pada jumlah kemungkinan yang meninggal pada suatu kejadian.
Misalnya, jumlah orang meninggal akibat kecelakaan di jalan raya pertahun jauh lebih besar dari kecelakaan di
kilang minyak. Akan tetapi karena satu kecelakaan di jalan raya umumnya hanya menyebabkan satu atau sedikit
yang meninggal, maka ia tidak sehebo meledaknya sebuah kilang minyak yang bisa menewaskan puluhan hingga
ratusan orang, walaupun itu jarang sekali terjadi.

Umumnya melihat risiko itu sifatnya sangat subyektif dan intuitif, apalagi risiko pribadi. Sebagai contoh, seorang ibu
yang takut pesawat terbang, tidak akan mengijinkan seluruh anggota keluarganya menggunakan satu pesawat saat
berpergian. Padahal ketika berangkat menuju bandara, mereka semua menggunakan satu mobil dan ia tahu bahwa
pesawat terbang merupakan sarana transportasi yang lebih aman dibandingkan dengan transportasi darat. Contoh
lainnya, dengan alasan keselamatan seorang kawan selalu menggunakan safety belt saat mengendarai mobilnya.
Tapi di sisi lain kawan ini adalah seorang perokok berat, dan dia tahu bahwa dampak merokok itu cukup tinggi
terhadap kematian.

Voluntary vs involuntary risk. Risiko bisa dibedakan menjadi voluntary dan involuntary. Contoh risiko voluntary
adalah mengendarai mobil, merokok, dsbnya. Sedangkan contoh risiko involuntary adalah perokok pasif. Suatu
risiko, bisa bersifat voluntary bagi seseorang, tapi involuntary bagi yang lainnya. Sebagai contoh pabrik petrokimia
yang didirikan di dekat perkampungan. Bagi sebagian orang yang sudah mendiami perkampungan tersebut sebelum
pabrik didirikan, keberadaan pabrik dianggap sebagai risiko voluntary. Tetapi bagi mereka yang baru saja membeli
rumah di perkampungan sesudah adanya pabrik, keberadaan pabrik merupakan risiko involuntary.

Tingkat risiko. Secara umum ada 3 tingkat risiko. Tingkat paling bawah adalah tingkat risiko yang sangat rendah
sehingga bisa diabaikan (neglible risk). Contoh untuk ini adalah tersambar petir, walaupun ada juga yang tersambar
petir, namun ini tidak membuat orang susah tidur hanya karena pikiran takut tersambar petir. Tingkat risiko
berikutnya adalah yang dapat diterima (acceptable/tolerable risk). Suatu risiko bisa diterima apabila potensi
keuntungan yang didapat lebih besar dari kerugian. Contoh yang paling jelas adalah mengendara mobil, walaupun
sering terjadi kecelakaan, tapi ini tidak membuat orang berhenti mengendarai. Tingkat risiko yang paling atas adalah
yang tidak bisa diterima (unacceptable risk). Contoh risiko ini adalah reaktor nuklir di Indonesia saat ini. Sebagian
besar masyarakat Indonesia saat ini masih menolak rencana pembangunan reaktor nuklir baru.

Acceptable risk di industri proses. Meskipun semua kecelakaan di industri proses tidak boleh terjadi, akan tetapi
menghilangkannya seratus persen itu tidak akan mungkin. oleh karena itu perlu ditentukan seberapa banyakkah
jumlah kejadian yang masih bisa diterima.

Konsep tingkat risiko yang dapat diterima (acceptable risk) ini tidak semata-mata merupakan isu teknis tetapi juga
menyangkut aspek filosofis dan moral, sehingga sangat sulit untuk ditentukan.

Bagaimana kita harus mengestimasi kejadian yang sangat jarang terjadi? Katakanlah, probabilitas terjadinya
kecelakaan di sebuah pabrik petrokimia dibatasi 10-6 per-tahun. Bagaimana mengartikan angka statistik ini di dunia
nyata? Apakah kita harus membangun sepuluh ribu pabrik petrokimia, lalu mengoperasikannya selama seratus tahun
baru bisa mendapatkan angka ini?

Dari sisi jumlah kematian akibat kecelakaan misalnya, berapa jumlah kematian maksimum yang diijinkan? Apakah 1
orang dalam 1 tahun atau 10 tahun atau a00 tahun? Katakan 1 orang dalam 10 tahun, apakah perusahaan berani

15 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

mempublikasikan angka ini? Karena angka ini oleh masyarakat bisa dipresepsikan sebagai perusahaan mengijinkan
untuk membunuh 1 orang dalam 10 tahun. Jadi acceptable risk tidak sekedar angka statistik, tapi menyangkut aspek
moral.

Dengan adanya kesulitan seperti tersebut di atas, maka jarang sekali perusahaan/lembaga yang berani menentukan
angka acceptable risk ini, apalagi mempublikasikannya.

Ditulis dalam SIS | Tinggalkan sebuah komentar

Process Equipment Control : (6) Distillation Column Control


Pressure Control
Ditulis oleh asro di/pada 4 Mei 2009

Kolom distilasi (distillation column) merupakan peralatan proses yang banyak digunakan dalam industri proses
termasuk kilang minyak. Kolom distilasi digunakan untuk memisahkan suatu bahan yang mengandung dua atau lebih
komponen bahan menjadi beberapa komponen berdasarkan perbedaan volatility (kemudahan menguap) dari masing-
masing komponen bahan tersebut.

Kolom distilasi merupakan serangkaian peralatan proses yang terdiri dari preheater, column, condenser,
accumulator, reboiler serta peralatan pendukungnya, dengan konfigurasi seperti pada gambar berikut.

Kolom (column) atau sering disebut tower memiliki dua kegunaan; yang pertama untuk memisahkan feed (material
yang masuk) menjadi dua porsi, yaitu vapor yang naik ke bagian atas (top/overhead) kolom dan porsi liquid yang
turun ke bagian bawah (bottom) kolom; yang kedua adalah untuk menjaga campuran kedua fasa vapor dan liquid
(yang mengalir secara counter-current) agar seimbang, sehingga pemisahannya menjadi lebih sempurna.

Overhead vapor akan meninggalkan bagian atas kolom dan masuk ke condenser, vapor yang menjadi liquid akan
dikumpulkan di accumulator. Sebagian liquid dari accumulator dikembalikan ke kolom sebagai reflux, sedangkan
sebagian lainnya sebagai overhead product atau distillate.

Bottom liquid keluar dari bagian bawah kolom dan dipanaskan ke reboiler. Sebagian liquid menjadi vapor dan
dikembalikan ke kolom, dan sebagian lainnya akan dikeluarkan sebagai bottom product atau residue.

Ini adalah konfigurasi kolom yang relative sederhana, pada aplikasi yang lebih kompleks, sebagian vapor atau liquid
ditarik dari beberapa titik di bagian samping kolom (sidestream) sebagai intermediate product dan/atau sebagai
reflux.

Pada umumnya bahan yang akan dipisahkan (feed) dimasukkan kedalam kolom melalui bagian samping kolom
tersebut. Komponen yang lebih ringan akan menguap menjadi vapor dan naik ke bagian atas (overhead) kolom ,
sedangkan komponen yang lebih berat berbentuk liquid akan jatuh ke bagian bawah (bottom) kolom. Agar

16 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

pemisahan dapat terjadi secara efektif, maka kedua fasa vapor dan liquid harus ada sepanjang kolom. Untuk
menjaga tercapainya kondisi seperti ini, maka kondisi operasi kolom harus dijaga dengan menggunakan sistem
kontrol.

Sacar garis besar sistem kontrol pada kolom distilasi terdiri dari:

Pressure control.
Reflux control.
Reboiler control.
Pump arround control.
Feed control.

Serie ini akan membahas pressure control pada kolom distilasi, sedangkan sistem kontrol lainnya akan dibahas pada
serie selanjutnya.

Pressure control sangat penting dalam kolom distilasi karena berguna untuk menjaga kestabilan kondisi equilibrium
material dalam kolom. Bila pressure kolom berubah-ubah maka proses pemisahan menjadi tidak sempurna (upset).
Pemilihan setpoint untuk pressure control merupakan hasil kompromi dua kepentingan. Di satu sisi, pressure harus
diambil cukup tinggi agar proses kondensasi overhead vapor oleh condensor (heat exchanger dengan medium
pendingin) bisa terjadi, namun disisi lain pressure harus cukup rendah agar proses vaporisasi bottom liquid oleh
reboiler (heat exchanger dengan medium pemanas) juga bisa terjadi. Pemilihan pressure ini dilakukan pada saat
design karena akan menentukan ukuran/spec dari peralatan yang digunakan terutama condensor dan reboiler.

Konfigurasi pressure control yang akan digunakan sangat bergantung pada jenis phase product/stream yang
dihasilkan dan bergantung juga pada kandungan uncondensable materials (material yang tidak terkondensasi) dalam
overhead vapor.

Berikut akan dibahas beberapa konfigurasi pressure control yang didasarkan pada kondisi yang berhubungan dengan
phase product serta kehadiran uncondensable materials seperti berikut:

1. Produk berupa vapor dan ada uncondensable materials.


2. Produk berupa vapor dan tidak ada uncondensable materials.
3. Produk berupa liquid dan tidak ada uncondensable materials.
4. Produk berupa liquid dan ada uncondensable materials.

1. Produk berupa vapor dan ada uncondensable materials. Pada kasus ini, overhead product yang dihasilkan
berupa vapor. Oleh karena itu, maka pressure control dapat langsung mangatur aliran/flow produk, seperti gambar
2a dan 2b. Dengan konfigurasi seperti ini, response pressure control cukup cepat.

17 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

Cara kerjanya adalah sbb: Apabila pressure turun pressure control bereaksi menutup control valve banyak
vapor yang terakumulasi menaikan pressure kembali. Apabila pressure naik pressure control bereaksi
membuka kontrol valve vapor dibuang keluar menurunkan pressure kembali. Apabila parameter pressure
controller di-tunning dengan benar, maka akan diperoleh kondisi stabil dimana pressure akan berada pada nilai
sesuai setpointnya.

Liquid hasil kondensasi di condenser yang tertampung di accumulator hanya digunakan untuk kebutuhan reflux.
Level pada accumulator dijaga dengan beberapa cara, yaitu: 1) mengatur aliran cooling system, gambar 2a dan 2b,
atau 2) flow cooling system dijaga constant dan level control memanipulasi aliran condensate yang dilewatkan ke
mini vaporizer kemudian vapor tersebut digabung dengan line yang berasal dari pressure control valve, gambar 2c,
atau 3) memanipulasi vapor yang di-bypass dari condenser, gambar 2d.

Konfigurasi level control seperti gambar 2a dan 2b digunakan hanya bila condenser mempunyai water residence time
yang pendek sehingga tidak menyebabkan time lag yang panjang pada level control. Jika tida, maka sebaiknya
menggunakan konfigurasi gambar 2c atau 2d.

2. Produk berupa vapor dan tidak ada uncondensable materials. Apabila produknya berupa vapor dan tidak
ada uncondensable materials, maka pressure kolom dibuat dengan jalan memasukkan inert gas atau fuel gas ke
proses/kolom lalu dibuang lagi ke venting/flare (gambar 3a atau 3b). Pada konfigurasi seperti ini, pressure dijaga
dengan cara mengatur aliran inert gas/fuel gas yang masuk dan aliran ke venting/flare. Gambar 3b digunakan
apabila hendak menghilangkan impurity/soluble gas dalam liquid.

18 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

Cara kerjanya adalah sbb: Apabila pressure turun pressure control bereaksi membuka control valve injection dan
menutupp control valve venting pressure akan naik. Apabila pressure naik pressure control bereaksi menutup
control valve injection dan membuka control valve venting pressure akan turun. Apabila parameter pressure
control di-tunning dengan benar, maka akan diperoleh kondisi stabil dimana pressure akan berada pada nilai sesuai
setpointnya. Dalam konfigurasi ini, kedua control valve injection dan venting bisa dibuat split-range.

Konfigurasi level control pada accumulator dapat menggunakan salah satu dari konfigurasi yang dijelaskan pada
item 1 diatas (gambar 2a, 2b, 2c atau 2d).

3. Produk berupa liquid dan tidak ada uncondensable materials. Sama seperti produk berbentuk vapor, maka
idealnya pressure dijaga dengan memanipulasi aliran produk. Akan tetapi karena produknya liquid dan diambil
(draw-off) dari accumulator, maka time lag-nya cukup besar yang dapat menyebabkan kinerja pressure control
menjadi jelek. Oleh karena itu, cara yang paling baik untuk dilakukan adalah dengan mengatur kecepatan
terbentuknya liquid di condenser, dimana penggunaannya sangat bergantung pada konstruksi mekanis dari condenser
tersebut.

19 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

a) Konfigurasi pertama adalah dengan mengatur aliran cooling system (gambar 4a). Cara kerjanya adalah sbb:
Apabila pressure naik yang berarti banyak vapor yang terakumulasi di condenser, pressure control akan membuka
control valve cooling system sehingga memperbesar aliran cooling yang masuk yang menyebabkan lebih banyak
vapor yang terkondensasi. Dengan banyak vapor yang terkondensasi, pressure kembali turun. Bila pressure turun,
pressure control akan menutup control valve cooling system sehingga memperkecil aliran cooling yang masuk yang
mengurangi vapor yang terkondensasi. Pengurangan vapor yang terkondensasi ini akan menaikan pressure. Apabila
parameter pressure controller di-tunning dengan benar, maka akan diperoleh kondisi stabil dimana pressure akan
berada pada nilai sesuai setpointnya. Konfigurasi ini digunakan jika residence time cooling system pendek, karena
jika tidak maka lag time pressure control menjadi besar yang menyebabkan kinerja control jelek.

b) Konfigurasi kedua adalah dengan mengatur aliran liquid dari condenser ke accumulator, (gambar 4b dan 4c).
Cara kerjanya adalah sbb: Apabila pressure-nya naik, yang biasanya disebabkan condenser berisi banyak liquid
sehingga ruangan/permukaan condenser menjadi sedikit yang menyebabkan banyak vapor tidak terkondensasi, maka
pressure control akam membuka control valve sehingga liquid pada condenser mengalir ke accumulator. Dengan
membukanya control valve ini, liquid pada condenser berkurang sehingga ruang kondensasi bertambah yang
menyebabkan banyak vapor yang terkondensasi sehingga pressure kembali turun. Sebaliknya, apabila pressure turun
maka pressure control akan menutup control valve, liquid yang terakumulasi di condenser bertambah sehingga
memperkecil ruangan/permukaan kondensasi. Hal ini akan menyebabkan sedikit vapor yang terkondensasi sehingga
pressure naik.

c) Konfigurasi ketiga adalah dengan mengatur aliran vapor ke accumulator yang di-bypass terhadap condenser
(gambar 4d). Konfigurasi ini digunakan bila elevasi condenser dibawah accumulator. Cara kerjanya adalah sbb:
Apabila pressure naik, yang biasanya disebabkan condenser berisi banyak liquid sehingga ruangan/permukaan
kondensasi menjadi sedikit yang menyebabkan banyak vapor yang tidak terkondensasi, maka pressure control akan
menutup control valve yang menyebabkan adanya perbedaan pressure antara line vapor dan accumulator.

20 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

Perbedaan pressure ini menyebabkan liquid dari condenser akan mengalir ke accumulator. Dengan mengalirnya
liquid ke accumulator, maka liquid pada condenser berkurang sehingga ruang kondensasi bertambah yang
menyebabkan banyak vapor yang terkondensasi sehingga pressure kembali turun. Sebaliknya, apabila pressure turun
maka pressure control akan membuka control valve, yang menyebabkan pressure pada line vapor dan condenser
sama. Karena elevasi condenser lebih rendah dari accumulator maka condenser akan terisi dengan liquid yang
memperkecil ruangan kondensasi. Hal ini akan menyebabkan sedikit vapor yang terkondensasi sehingga pressure
kembali naik.

4. Produk berupa liquid dan ada uncondensable materials. Pada dasarnya konfigurasi pressure control untuk
kondisi ini hampir sama dengan item 3 (produk liquid tanpa uncondensable materials). Yang membedakannya hanya
karena kehadiran uncondensable materials. Sesuai dengan sifatnya yang uncondensable maka materials ini tidak
akan terkondensasi di condenser maka lama kelamaan material ini akan terakumulasi di condenser dan
menutupi/menyelimuti permukaan kondensasi sehingga produk tidak akan terkondensasi, pada akhirnya
menyebabkan pressure di condenser akan bertambah terus tanpa bisa dikendalikan. Oleh karena itu, maka material
ini harus dihilangkan, misalnya dengan membuang ke venting system, flare atau ke low pressure vessel. Agar
pressure di condenser tetap terkendali, maka proses pembuangan uncondensable materials juga dilakukan dengan
menggunakan pressure control, seperti terlihat pada gambar 5a dan 5b.

a) Konfigurasi pertama (gambar 5a) mirip gambar 4a. Prinsip kerjanya adalah sbb: - Apabila liquid sudah banyak
terbentuk di condenser dan uncondensable materials juga sudah banyak terkumpul di atasnya, pressure kolom akan
naik. Kenaikan pressure ini menyebabkan pressure control bereaksi membuka control valve venting sehingga vapor
pada condenser akan terbuang melalui venting valve dan menutup control valve line pendingin sehingga mengurangi
terbentuknya liquid. Sehingga pressure kolom turun. Sebaliknya, penurunan pressure akan menyebabkan
pressure control bereaksi menutup control valve venting dan membuka control valve pendingin, sehingga vapor
kembali kembali terkondenasi menjadi liquid, sedangkan uncondensable materials akan terakumulasi diatasnya
sehingga menyebabkan pressure kolom kembali naik.

b) Konfigurasi kedua (gambar 5b) mirip gambar 4b. Prinsip kerjanya adalah sbb: Apabila liquid sudah banyak
terbentuk di condenser dan uncondensable materials juga sudah banyak terkumpul di atasnya, pressure kolom akan
naik. Kenaikan pressure ini menyebabkan pressure control bereaksi membuka kedua control valve, sehingga vapor
pada condenser akan terbuang melalui venting valve dan liquid akan turun ke accumulator. Dengan demikian
pressure kolom akan turun. - Sebaliknya, penurunan pressure kolom akan menyebabkan pressure control bereaksi
menutup kedua control valve, sehingga vapor kembali terkondensasi menjadi liquid pada condenser, sedangkan
uncondensable materials akan terakumulasi diatasnya sehingga menyebabkan pressure kolom kembali naik.

Ditulis dalam Process Equipment Control | 2 Komentar - komentar

Selamat Pagi
Ditulis oleh asro di/pada 27 April 2009

21 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

Selamat pagi, selamat memasuki hari baru, dengan kesegaran baru.

Ditulis dalam Umum | Tinggalkan sebuah komentar

Si Kuncup : (11) Yesus Tercinta


Ditulis oleh asro di/pada 24 April 2009

Saya telah menulis surat kepada beberapa orang. Sekarang saya menulis juga kepadaMu. Engkau tahu, besok saya
harus mati dan akan bergegas ke hadapanMu. Usiaku baru dua bulan. Saya belum terlalu banyak tahu tentang
Engkau.

Saya telah menulis kepada beberapa orang untuk menuntut hakku, memprotes ketidakadilan yang besar ini. Tetapi
sia-sia. Suaraku terlalu lemah. Saya tidak dapat berteriak di jalan-jalan; saya tidak dapat memimpin demonstrasi
protes; saya tak dapat menggunakan kekerasan; saya tak dapat pergi ke pengadilan.

Tak ada harapan. Saya harus mati, jadi korban pendewaan diri dan kemunafikan keluargaku, keserakahan dokter,
dan kekejaman masyarakat yang tak berperikemanusiaan.

Maka kini, saya naik banding. Saya ajukan perkaraku ke hadapanMu. Saya tahu bahwa semuanya harus tampil ke
hadapanMu. Engkau akan menunjukkan keadilan dan membasmi setiap ketakadilan. Orang kaya tak dapat menyuap
dan menakut-nakuti Engkau; orang cerdik pandai tak dapat lolos dari padaMu; dan kaum munafik tidak dapat
bersembunyi dari hadapanMu.

Dalam beberapa hari ini saya telah mengeluh tentang nasibku, tentang ketakadilan besar terhadapku dan tentang
akan lenyapnya hidupku. Tetapi sakarang terangMu mulai menyinari aku. Saya mengerti bahwa Engkau memiliki
keadilan yang tak ada akhirnya untuk menampakkan kebenaran. Itu sebabnya Engkau begitu tenang dan kadang-
kadang kelihatan seperti tidak mau peduli! Engkau dapat menggantikan ketakadilan terhadapku dengan hidup yang
tak kenal akhir bersamaMu, suatu hidup yang penuh gembira, tidak dijamah oleh kecemasan dan kepahitan. Saya
masih kecil tetapi Engkau bersabda: Biarkanlah anak-anak datang kepadaKu. Kita akan bermain bersama-sama
dalam rumahMu yang indah, dalam taman-tamanMu yang besar. Jutaan anak kecil seperti saya telah berada di sana.
Mereka menantikan kedatangan saya. Maka saya bahagia dapat datang kepadaMu dan tinggal denganMu selama-
lamanya. Orang ceritakan bahwa Engkau sangat baik terhadap anak-anak kecil, bahwa Engkau mencintai mereka
lebih dari semua orang lain!

Batapa bahagianya bila besok siang saya berlari menemuiMu. Penuh Cinta Engkau akan memeluk aku dan
menggendong aku agar dapat memberikan ciuman pertemuan bersamaMu. Kita akan bermain-main selama-lamanya.
Saya tahu Engkau punya banyak kerja tetapi Engkau mencintai anak-anak kecil dan meluangkan waktu untuk
mereka.

Satu hal lagi yang mau saya katakan kepadaMu, Yesus tercinta. Janganlah terlampau keras menghukum semua
mereka yang terlibat dalam kematianku. Mereka buta dan tidak tahu akan apa yang mereka perbuat. Mereka sangka,
mereka akan dapat meluputkan diri dari keadilanMu, pada hal tidak mungkin. Betapa mereka akan merasa sedih
karena jatuh ke dalam tanganMu, Engkau pembela kaum tak terbela, Engkau Bapa para yatim piatu! Betapa
ngerinya neraka! Meskipun mereka melakukan banyak kejahatan terhadapku, semoga Engkau mengampuni mereka,
seperti Engkau telah mengampuni algojo-algojoMu dari atas kayu salib.

22 of 23 6/17/2010 9:40 AM
Asro Pun Blog file:///C:/AzZai%20nitip/%5B2%5D%20Penentuan%20SIL/Asro%20...

Yesus tercinta, saya cinta akan Dikau; saya rindu melihat terang wajahMu, melihat senyumMu. Terlalu gelap di sini!
Saya tak pernah melihat wajah seorangpun!

SI KUNCUP

Ditulis dalam Si Kuncup | Tinggalkan sebuah komentar

Entri Sebelumnya
Entri Berikutnya

Blog pada WordPress.com. | Theme: Andreas09 by Andreas Viklund.

23 of 23 6/17/2010 9:40 AM

You might also like