You are on page 1of 9

KEJANG DEMAM

A. Defenisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rectal diatas 38oc) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.1,2
Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam kemudian kejang demam
kembali tidak masuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur
kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. 2,4 Begitu pula kejang yang
disertai demam yang terjadi pada anak yang memiliki gangguan keseimbangan elektrolit
dan metabolik yang berat tidak termasuk dalam kejang demam.3,4

B. Epidemiologi
Kejang demam paling sering ditemukan pada anak terutama yang berusia 6 bulan
sampai 4 tahun yaitu sekitar 2-4%.2 Sekitar 80% merupakan kejang demam sederhana
sedangkan 20% merupakan kejang demam kompleks. 4 Terjadinya bangkitan kejang
demam bergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu meningkat. Faktor hereditas
juga mempunyai peranan penting, sekitar 41,2% keluarga penderita memiliki riwayat
kejang.1,6

C. Klasifikasi
Berdasarkan consensus UKK Neurologi IDAI 20062,3,5
1. Kejang demam kompleks
Dikatakan kejang demam kompleks apabila memiliki salah satu dari gejala berikut :
- Kejang berlangsung lama, yaitu 15 menit atau lebih
- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang
parsial. Ini merupakan criteria penting untuk kejang demam kompleks.
- Kejag berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam, diantara 2 kejang anak sadar
kembali.

1
2. Kejang demam sederhana
Kejang demam sederhana berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, bangkitan
kejang tonik klonik umum, serangan seingkali berhenti sendiri tanpa gerakan fokal
dan tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam sederhana tidak disertai kelainan
neurologis sebelum dan sesudah kejang.

D. Patofisiologi

Keseimbangan potensial membran dibentuk oleh beberapa komponen misalnya


ion Natrium yang dalam jumlah besar berada di luar sel juga ion kalium yang dalam
jumlah besar berada dalam sel. Ion Natrium pada dasarnya lebih sulit untuk masuk ke
dalam sel, sedangkan kalium lebih mudah untuk masuk ke dalam sel. Untuk menjaga
keseimbangan ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada
permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya:

 Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.


 Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya.
 Perubahan patofiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan kenaikan


metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen meningkat 20%. Pada seorang anak
berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan
orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi
perubahan keseimbangan pada membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi
difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel lain dengan bantuan
neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda,
mungkin disebabkan oleh kekurangan antikonvulsan alamia misalnyagamma-
aminobutirat acid (GABA) sehingga neuron-neuron kortikal anak ini mudah terganggu
dan bereaksi dengan mengeluarkan muatan listriknya secara menyeluruh. Selain itu suhu

2
yang tinggi menyebabkan reseptor GABA-A yang berfungsi untuk menghambat aktiitas
yang berlebihan dari otak akan menghilang, sehingga terjadi kejang. Kejang tersebut
kebanyakan terjadi bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang
disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, infeksi pada
telinga, dan infeksi saluran pernafasan lainnya.1,3,6

E. Manifestasi Klinik
Kejang demam biasanya diawali oleh demam tinggi. Anak akan terlihat aneh
untuk beberapa saat, kemudian kaku lalu kedutan, dan memutar matanya. Nak tidak
responsive untuk beberapa saat, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap
dari biasanya. Setelah kejang anak akan normal kembali seperti biasanya.5

Kejang yang terjadi bersifat kejang tonik-klonik atau grand mal, pingsan yang
berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang
mengalami kejang demam). Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang
biasanya berlangsung selama 10-20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot
yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau pipinya
tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau
tinja diluar kesadarannya), gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan kulitnya
kebiruan. 1,3,4,6
Kejang umumnya berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak tidak memberi
reaksi apapun untuk sejenak, tetapi beberapa detik/menit kemudian anak akan terbangun
dan sadar kembali tanpa kelainan saraf. Kejang demam yang berlangsung singkat
umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi kejang yang
berlangsung lama (> 15 menit) sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kerusakan
permanen dari otak.7,8

3
F. Penatalaksanaan Kejang Demam
1. Langkah diagnostik2
a. Anamnesis :
- menentukan adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu
sebelum/saat kejang, frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab demam diluar
susunan saraf pusat.
- riwayat perkembangan, riwayat kejang dalam keluarga, riwayat epilepsi dalam
keluarga.
- singkirkan penyebab kejang lainnya.

b. Pemeriksaan fisis
- Kesadaran
- Suhu tubuh
- Tanda rangsang meningeal
- Tanda peningkatan tekanan intracranial
- Tanda infeksi diluar SSP

c. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab kejang
demam, pemeriksaan dapat meliputi : pemeriksaan darah perifer lengkap, gula
darah, elektrolit, kalsium serum, urinalisis, biakan darah, urin atau feses.
- Pemeriksaan imaging (CT Scan atau MRI) hanya atas indikasi : (1) kelainan
neurologic fokal yang menetap (u); (2) paresis N. VI, (3) Papil Edema.
- Elektroensefalografi dilakukan pada kejang demam tidak khas, misalnya pada
kejang kompleks anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.

4
2. Terapi2
- Medikamentosa
Kejang

Diazepam Rektal

Evaluasi 5 menit

Kejang (+)

Diazepam Rektal

Evaluasi 5 menit

Kejang (+)

Diazepam IV kecepatan 0,5-1mg/mnt (3-5mnt)

Dapat terjadi depresi pernapasan

Evaluasi 5 menit

Kejang (+)

Fenitoin bolus IV 10-20mg/KgBB/kali

Kecepatan 1mg/KgBB/menit

Evaluasi 5 menit

Kejang (+)

Transfer ke PICU

Dosis :

1. Diazepam rectal 0,5 mb/kgBB


atau BB < 10kg = 5mg
BB > 10kg = 10mg
2. Diazepam, IV 0,3-0,5mg/kgBB

5
Profilaksis1
a. Profilaksis intertermitten
Bila kejang berhenti, terapi profilaksis intermitten atau rumatan diberikan berdasarkan kejang
demam sederhana atau komleks dan faktor resikonya,
1. Antipiretik
Tujuan utama pengobatan kejang demam adalah mencegah demam meningkat. Berikan
parasetamol 10-15mg/kgBB/hari, dapat diberikan 4 kali dan tidak lebih dari 5 kali, atau
ibuprofen 5-10mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari.
2. Anti kejang
Beri diazepam oral 0,3mg/kgBB/dosis tiap 8 jam saat demam atau diazepam rectal
0,5mg/KgBB setiap 8 am ada suhu >38,5oC.
3. Pemberian obat rumatan dengan indikasi:
- Kejang >15 menit
- Ada kelainan neurologic nyata sebelum atau sesudah kejang, missal hemiparesis,
serebral palsi, hidrosefalus
- Kejang fokal
- Dipertimbangkan bila:
o Kejang berulang 2 kal atau lebihi dalam 24 jam
o Kejang terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
o Kejang ≥ 4 kai dalam setahun
Jenis obat rumatan, fenobarbital 3-4 mg/kgBB/2 dosis, asam valproat 15-40 mg/kgBB
dalam 2 atau 3 kali pemberian.
4. Vaksinasi
Tidak ada kontraindikasi pada anak kejang demam, dianjurkan diazepam oral dan
parasetamol pada saat imunisasi DPT maupun MMR sekama 3 hari.

6
b. Profilaksis jangka panjang1
Profilaksis jangka panjang bertujuan untuk menjamin terdapatnya dosis terapeutik yang
stabil didalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang dikemudian hari.
Diberikan pada keadaan:
1. Terdapatnya gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi mental
dan mikrosefal
2. Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau diikuti kelainan saraf
yang sementara atau menetap
3. Bila terdapat riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetic pada orangtua atau
saudara kandung

Obat yang dipakai untuk profilaksis jangka panjang adalah ialah1:


1. Fenobarbital
Dosis 4-5 mg/kgbb/hari. Efek samping ialah perubahan sifat anak menjadi hiperaktif,
perubahan siklus tidur (suka tidur), dan kadang-kadang gangguan fungsi kognitif atau
fungsi luhur.
2. Asam valproat
Dosis 20-30 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3 dosis. Efek samping gejala toksis berupa
mual, kerusakan hepar, pankreatitis
3. Fenitoin (dilantoin)
Diberikan pada anak yang sebelumnya hiperaktif sebagai pengganti fenobarbital
Pemberian antikonvulsan untuk profilaksis jangka panjang ini dilanjutkan sekurang-
kurangnya 3 tahun seperti engobati epilepsi. Menghentikan pemberian antikonvulsan
harus perlahan-lahan dengan jalan mengurangi dosis selama 3 atau 6 bulan
4. Mencari dan mengobati penyebab

 Langkah-langkah yang harus dilakukan bila anak kejang:


• Tenang dan Jangan Panik.
• Letakkan anak di tempat yang aman
• Kendorkan Pakaian
• Posisikan anak terlentang dengan kepala miring

7
• Bersihkan muntahan/lendir dari hidung dan mulut, jangan masukkan apapun ke dalam
mulut anak.
• Ukur suhu, observasi & catat lama, sifat kejang, kesadaran anak pasca kejang
• Berikan diazepam rectal. Jangan diberikan bila kejang berhenti.
• Bawa ke dokter/RS bila kejang berlangsung > 5 menit

8
Daftar pustaka
1. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNHAS/SMF Anak RSWS. Standar Pelayanan Medik.
Makassar.2009
2. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta.2005
3. Soetomenggolo T. Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta.1999
4. Anggriani H. Kejang Demam [internet]. 2009 september. [cited april 2010];92(5);
Available from : http://kedokteran.unhas.ac.id/2009/pdf.article
5. Pusponegoro H. Kejang Demam Anak [internet].2008 april. [cited april 2010];104(30);
Available From: http://kedokteran.ums.ac.id/2010/kejang-demam.html
6. Nelson KB, Ellenberg JH. Prognosis in febrile seizures. Pediatrics 1978;
7. Dokterku.net [internet]. Jakarta:dokterku.c2008- [cited april 2010]. Available from:
http://www.dokterku.net/pediatri/2007/kejangdemam.html
8. Ikatan Dokter Anak Indonesia[internet];Jakarta;[update januari 2006;cited april 2010];
Available from : http://www.idai.or.id/kesehatananak/2009/artikel-kejangdemam.html

You might also like