You are on page 1of 2

SUTTA PITAKA

OLEH EDY KUSWOYO


SEBAGIAN DARI KITAB SUCI AGAMA BUDDHA

MAHASACCAKA SUTTA (M. I : IV ; 36)


Mahasaccaka Sutta ini dibabarkan oleh Sang Buddha kepada Saccaka Nigantha, di K
utagara hutan besar dekat kota Vesali.
Latar belakang sutta ini adalah :
Berkenaan dengan Saccaka Nigantha (ahli berdebat) yang ingin bertanya kepada San
g Buddha tentang pengembangan badan jasmani dan batin, Ia mengira bahwa siswa-si
swa Sang Buddha hanyalah melatih batin tapi tidak dengan tekun dalam melatih jas
mani. Pertapa Saccaka Nigantha adalah seorang pertapa yang sangat terkenal denga
n perdebatanya, ia datang menjela Sang Buddha, Dhamma dan Sangha.
Intinya :
- Sang Buddha memberikan ajaran tentang pengembangan batin dan jasmani.
- Sang Buddha menjelaskan tentang latihan dan perenungan untuk membangun batin
melalui samatha dan vipassana.
Penjelasanya :
- Pernyataan Saccaka Nigantha Putta bahwa ada beberapa pertapa dan brahman
a yang melibatkan diri untuk mengajarkan praktek dalam pengembangan jasmani tanp
a harus mengembangakan pikiran.
- Sang Buddha menjelaskan tentang seseorang yang tidak mengembangkan jasma
ni serta tidak merngembangkan pikiran dan menyatakan latihan meditasi melalui ti
ga pengetahuan yang benar, yakni : Sang Buddha menyatakan tiga perumpaan kepada
Saccaka Nigantha Putta, sebagai perumpamaannya adalah :
+ Sepotong kayu yang basah, lapuk terletak di dalam air dan seorang datang untuk
membawa kayu-api dan berpikir “aku akan membuat api, aku akan menghasilkan hawa
panas”.
+ Sepotong kayu yang basah, tergeletak diatas tanah kering jauh dari air dan ses
eorang datang dengan membawa tongkat kayu-api dan berpikir “aku akan menyalakan
api, aku akan menghasilkan panas”.
+ Sepotong kayu yang kering tergeletak di atas tanah yang kering jauh dari air l
alu ada orang yang datang dengan sepotong kayu, aku akan membuat panas”.
- Sang Buddha menyatakan dalam latihan meditasi itu ada tiga pengetahuan y
ang perlu direnungkan yaitu :
+ Pengetahuan benar yang pertama yaitu ketika Sang Buddha dengan kekuatan mata d
ewa (dibacakkhu) kemampuan melihat mahluk mati sesuai dengan kekuatan karma mere
ka. Hal ini dicapai pada masa pertama di malam harinya.
+ Pengetahuan benar yang kedua yaitu : ketika Sang Buddha mencapai pengetahuan p
emusnahan kekotoran batin (noda-noda batin - asavakkhayanana) dan mempunyai abhi
nna – kekuatan tentang penembusan dukkha, hal itu dicapai pada malam hari yang k
edua.
+ Pengetahuan benar yang ketiga yaitu : Sang Buddha mempunyai pengetahuan langsu
ng untuk mengajar dhamma dimana kebodohan, kegelapan itu telah lenyap, kebenaran
sejati dan cahaya terang telah timbul, hal ini dicapainya pada masa hari ketiga
dimalam harinya.

Kesimpulannya :
- Saccaka Nigantha menyatakan kepuasan dan kesepakatan atas penjelasan dan
sabda dari Sang Buddha.
- Sang Buddha menyampaikan tentang tiga perumpamaan yang berkaitan dengan
pengetahuan yang benar.
- Sang Buddha menyampaikan tentang berbagai kondisi praktek ekstrim dan da
lam kondisi lengah atau tidak lengah.
Catatan :
Pokok permasalahan pada bagian ini ialah pendifinisian istilah “latihan jasmani”
dan “latihan batin”. Menurut golongan Nigantha, yang dimaksudkan latihan jasman
i ialah penyiksaan tubuh kendati belakang ini prakteknya kendur. Dalam pengulasa
n ini dinyatakan bahwa pengertian dalam agama Buddha berbeda dengan itu. Yang di
maksudkan dengan latihan jasmani ialah pelaksanaan meditasi pandangan terang (Vi
passana), yaitu menyadari segala gerak-gerik tubuh maupun batin, sedangkan latih
an batin ialah pelaksanaan meditasi ketenangan (Samatha). Perlu dipahami ; bahwa
istilah “kaya” tidak selamnya mengacu pada tubuh jasmani belaka, melainkan juga
bisa berarti “nanakaya” yaitu cara batiniah yang muncul bersama-sama dengan kes
adaran yang belakangan dikenal dengan sebuah cetasika. Sang Buddha tampaknya ber
niat untuk menjelaskan pendifinisian itu supaya pembahasan tidak menjadi kacau d
an tak terarah.
MAHA ASSAPURA SUTTA
Tempat : Kotapraja Assapura, Angga
Latarbelakang : Sang Buddha mengarahkan dan membimbing para bhikkhu agar berting
kahlaku layaknya seorang pertapa karena masyarakat telah mengetahui dan mengen
alnya agar menjadi pertapa yang sesungguhnya.
Persembahan yang dipergunakan membawa pahala yang besar.
Penglepasan keduniawian membuahkan dan perkembangan
Inti : Sang Buddha menguraikan dhamma yang menjadikan pertapa yang sesungguhnya
:
1. Mempunyai rasa malu dan takut berbuat jahat.
2. Mempunyai tindakan yang bersih, terbuka dan tanpa cela.
3. Tidak mengangkat diri dan merendahkan orang lain.
4. Mempunyai ucapan yang bersih
5. Mempunyai pikiran yang bersih
6. Mengendalikan enam indera
7. Tahu batas dalam makan
8. Mempunyai perhatian dan kewaspadaan
9. Tinggal di tempat yang sunyi
PERUMPAMAAN SEORANG SAMANA MELIHAT KERANG DAN KERUMUNAN IKAN DI AIR JERNIH
Memperoleh kemampuan dlm menelusuri kehidupan masa lampau.
Kemampuan dalam melenyapkan noda batin
Mampu melihat 4 kebenaran mulia
Seorang pantas disebut :
Samana : Tenang dari semua kejahatan
Brahmana : Mengapungkan segala kejahatan
Pemandi : Membersihkan dari semua kejahatan
Ahli Veda : Menamatkan segala kejahatan
Cendekia : Menidurkan segala kejahatan
Ariyawan : terjauhkan dari segala kejahatan
Arahat : bebas dari segala kejahatan

You might also like