You are on page 1of 17

KASUS NOTARIS DAN BANK

MELAKUKAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM

KASUS POSISI:

 Juned Adiwidjaja dengan Ny. Ratnawati menikah di Catatan Sipil Kodya Bandung
tanggal 29 Oktober 1968, dalam Akte Perkawinan No. 371/1968 tercatat nama Kwa
Hong Djoen dan Oei Kiem Nio. Kemudian Kwa Hong Djoen ganti nama menjadi
Juned Adiwidjaja dan Oei Kiem Nio ganti nama menjadi Ratnawati.

 Waktu perkawinan dilangsungkan sepakat tidak mengadakan Perjanjian Kawin juga


tidak membuat Perjanjian Pemisahan Harta baik yang diperoleh sebelum maupun
sesudah perkawinan.

 Berkat usaha keras selama perkawinan kedua suami istri tersebut memperoleh harta
kekayaan yang dianggap sebagai harta bersama berupa tanah berikut bangunannya
yaitu:

1. Sertifikat Hak Milik No. 128 atas nama Ratnawati terletak di Jalan
Kampung Jambe No. 283 Semarang;

2. Sertifikat Hak Milik No. 247 atas nama Ratnawati terletak di Jalan
Kampung Jambe No. 282 B Semarang;

3. Sertifikat Hak Milik No. 198 atas nama Ratnawati terletak di Jalan
Kampung Jambe No. 282 C Semarang;

 Juned Adiwidjaja dan Ny. Ratnawati tinggal berumah di Jalan Lingga Raya
No. 11 A Semarang sebagai pengusaha.

 Hartanto yang berdomisili di Jalan A. Yani No. 109 Kudus kenal baik dengan
Ny. Ratnawati dalam hubungan mitra bisnis. Pernah Hartanto meminjam
emas-emas batangan pada Ny. Ratnawati tetapi emas pinjaman itu telah
dikembalikan tepat waktu yang dijanjikan.

 Dari PT Bank Rama Cabang Semarang, Hartanto mendapat angin baik akan
mendapat kredit, tetapi terbentur tidak mempunyai cukup agunan.

 Hartanto berusaha mendekati dan membujuk Ny. Ratnawatii meminjam 3


sertifikat tanah berikut bangunan hak milik Ny. Ratnawati, sebagai barang
agunan untuk memperoleh kredit yang disyaratkan PT Bank Rama Cabang
Semarang.

 Semula Ny. Ratnawati berkeberatan meminjamkan 3 sertifikatnya kepada


Hartanto. Untuk meyakinkan; Ny. Ratnawati diajak Hartanto melihat rumah
di Jalan Tanjung Karang No. 8 Kudus yang telah dibelinya, tapi sertifikatnya
belum dibalik nama. Pemilik rumah membenarkan rumahnya telah dibeli
Hartanto hanya tinggal menunggu pelunasannya saja.

 Ny. Ratnawati juga diajak melihat pabrik panci di Jalan Darsalam Kudus yang
diakuinya sebagai milik Hartanto.

 Terlalu percaya omongan Hartanto; 3 sertifikat tersebut di atas dipinjamkan


kepada Hartanto oleh Ny. Ratnawati tanpa sepengetahuan suaminya.

 Beberapa hari setelah 3 sertifikat berada di tangan, Hartanto mengajak Ny.


Ratnawati turut menghadap Notaris Hadi Wibisono, S.H. di Jalan Pemuda
No. 167 Semarang. Maksudnya agar Ny. Ratnawati bersedia sebagai
penjamin hutang Hartanto pada PT Bank Rama Cabang Semarang,
sehubungan 3 sertifikat yang dipinjam dijadikan sebagai agunan atas kredit
Hartanto.

 Ny. Ratnawati menolak sebagai penjamin dan menandatangani akte yang


sudah dipersiapkan sebelumnya, tetapi Hartanto membujuk Ny. Ratnawati
tentang pinjaman 3 sertifikat hanya sementara saja. Apabila sertifikat
rumahnya di Jalan Tanjung Karang No. 8 Kudus sudah selesai dibalik nama
ke Hartanto, 3 sertifikat Ny. Ratnawati yang dijadikan agunan ditarik pada
bank sebagai kompensasinya akan dimasukkan sertifikat Hartanto. Akhirnya
Ny. Ratnawati mau sebagai penjamin hutangnya Hartanto pada PT. Bank
Rama Cabang Semarang.

 PT. Bank Rama Cabang Semarang sebagai kreditur merealisir permohonan


kredit Hartanto sebesar Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dengan Akta
Pengakuan Hutang No. 97 dibuat di hadapan Notaris Hadi Wibisono, S.H.
Kemudian pada hari dan tanggal yang sama dibuat Akta Kuasa Untuk
Memasang Hipotik No. 98, tanggal 9 Juni 1990.

 Dalam Akta No. 98 Ny. Ratnawati telah mengikatkan diri sebagai penjamin
atas hutangnya Hartanto, sehingga 3 sertifikat hak miliknya dipegang oleh
PT. Bank Rama Cabang Semarang, perbuatan hukum tersebut sama sekali
tanpa izin suaminya.

 Ternyata PT. Bank Rama Cabang Semarang dan Notaris Hadi Wibisono,
S.H. tidak meneliti secara cermat obyek barang jaminan/agunan Ny.
Ratnawati yang dibuat dalam Akta Kuasa Untuk Memasang Hipotik No. 98
secara yuridis terdapat cacat hukum karena dibuat berdasarkan sebab-
sebab yang TIDAK halal;

1. Obyek barang jaminan (3 sertifikat) adalah harta bersama suami istri


antara Juned Adiwidjaja dengan Ny. Ratnawati yang diperoleh mereka
selama dalam perkawinan;
2. Juned Adiwidjaja tidak pernah diminta persetujuan oleh Hartanto maupun
Ny. Ratnawati dengan demikian perbuatan itu merupakan perbuatan
melawan hukum.

 Hartanto tidak mengembalikan 3 sertifikat tersebut kepada Ny. Ratnawati sesuai


dengan janjinya, ternyata rumah di Jalan Tanjung Karang No. 8 Kudus sudah dioper
Hartanto kepada orang lain, malah Hartanto menghilang dan tidak diketahui
alamatnya yang pasti.

 Karena merasa ditipu oleh Hartanto, maka tanggal 19 November 1990 Ny. Ratnawati
melaporkan Hartanto ke Poltabes Semarang, atas dasar tindak pidana penipuan.

 Juned Adiwidjaja memasang pengumuman di Harian Suara Merdeka Semarang,


terbitan tanggal 8 Desember 1990 intinya diberitahukan kepada khalayak agar
TIDAK MELAKUKAN SEGALA TRANSAKSI/MEMINDAHKAN HAK DALAM
BENTUK APAPUN terhadap 3 sertifikat tersebut di atas.

 Melihat fakta tersebut Juned Adiwidjaja merasa sangat dirugikan dan khawatir akan
akibat berikut tindakan selanjutnya Hartanto dan PT. Bank Rama Cabang Semarang
terhadap tanah serta bangunan 3 sertifikat yang dijadikan agunan akan dipindah
tangankan dengan cara apapun.

 Juned Adiwidjaja mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Semarang terhadap para


Tergugat:

1. Hartanto, sebagai Tergugat I;


2. PT. Bank Rama Cabang Semarang, sebagai Tergugat II;
3. Ny. Ratnawati, sebagai Turut Tergugat I;
4. Notaris Hadi Wibisono, S.H., sebagai Turut Tergugat II;

 Dalam gugatannya Juned Adiwidjaja sebagai Penggugat memohon Sita


Jaminan terhadap barang-barang dalam sengketa: tanah dan bangunan
dengan sertifikat Hak Milik No. 128, No. 247 dan No. 198 tersebut diatas.
- Sebuah rumah berikut segala isinya di Jalan A. Yani No. 109 Kudus milik
Tergugat I;
- Sebuah bangunan berikut tanah serta harta kekayaan yang berada di
dalamnya terletak di Jalan Alon-alon Selatan No. 2 Semarang, milik
Tergugat II (PT. Bank Rama Cabang Semarang) dan Sita Revindicatoir
terhadap sertifikat-sertifikat milik Penggugat dan Turut Tergugat I.
 Tuntutan (petitum) gugatan Penggugat sebagai berikut:

Dalam Provisi:

1. Memerintahkan Tergugat I, Tergugat II dan Turut Tergugat II untuk tidak


melakukan tindakan-tindakan/perbuatan apa pun (status quo) terhadap tanah
dan bangunan tanpa terkecuali yang ada dan tertanam di atas tanah dan
bangunan antara lain tanah dan bangunan Hak Milik No. 128, tanah Hak
Milik No. 247 dan tanah Hak Milik No. 198, kesemuanya terletak di desa
Karangtempel Kecamatan Semarang Utara Kotamadya Semarang;

2. Menghukum Tergugat I, Tergugat II untuk membayar uang paksa masing-


masing sebesar Rp 1.250.000,- (satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah)
setiap hari atas pelanggaran isi keputusan dalam perkara ini.

Dalam Pokok Perkara:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan Penggugat adalah sebagai pemilik sah terhadap tanah Hak Milik
No. 128, tanah Hak Milik No. 247 dan tanah Hak Milik No. 198 yang
dihasilkan selama dalam perkawinan antara Penggugat dengan turut
Tergugat ke I (isteri Penggugat);

3. Menyatakan hukumnya sah dan berharga sita jaminan dan sita revindikator
yang diletakkan tersebut;

4. Menyatakan Tergugat I dan Tergugat II telah melakukan perbuatan melawan


hukum (Onrechtmatige daad) atau setidak-tidaknya dinyatakan batal
terhadap akte kuasa untuk memasang Hipotik No. 98 yang dibuat di hadapan
Notaris/Turut Tergugat II pada tanggal 9 Juni 1990;

5. Menyatakan batal demi hukum (nietig) atau setidak-tidaknya dinyatakan batal


terhadap akte kuasa untuk memasang Hipotik No. 98 yang dibuat di hadapan
Notaris/Turut Tergugat II pada tanggal 9 Juni 1990;

6. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II untuk mengembalikan sertifikat-


sertifikat tanah Hak Milik No. 128 sertifikat Hak Milik No. 247 dan sertifikat
Hak Milik No. 198, yang dihasilkan dalam perkawinan antara Penggugat
dengan Turut Tergugat I, segera kepada Penggugat setelah putusan
Pengadilan diucapkan dengan hukuman untuk membayar uang paksa
(dwangsom) sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap hari
keterlambatan untuk melaksanakan isi keputusan dalam perkara ini;

7. Memerintahkan kepada Tergugat I, Tergugat II, Turut Tergugat I, Turut


Tergugat II untuk tunduk dan patuh terhadap isi keputusan dalam perkara ini;

8. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II untuk membayar ganti rugi uang


sebesar Rp 55.000.000,- (lima puluh lima juta rupiah) kepada Penggugat
dengan perincian sebagai berikut:
Kerugian dalam bentuk materiel Rp 25.000.000,-
Kerugian dalam bentuk morial Rp 30.000.000,-
Jumlah Rp 55.000.000,-
9. Menyatakan menurut hukum keputusan dalam perkara ini dapat dijalankan
terlebih dahulu (uit voerbaar bij voorraad) meskipun ada banding, verzet,
kasasi dan upaya hukum lain;

10. Memerintahkan kepada Turut Tergugat II untuk membatalkan Akta Kuasa


Untuk Memasang Hipotik No. 98 tertanggal 9 Juni 1990;

11. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II secara tanggung renteng untuk


membayar ongkos perkara yang timbul dalam perkara ini;

Atau:
Apabila Bapak Ketua Pengadilan Negeri Semarang tidak sependapat dengan
kami mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Pengadilan Negeri:
 Atas gugatan Penggugat tersebut, Tergugat II mengajukan Eksepsi dan
Jawaban pada pokoknya sebagai berikut:

 Tentang Eksepsi:

 1. Gugatan Penggugat yang menyangkut bank/Tergugat II adalah mengenai


perjanjian "Pengakuan Hutang" dibuat antara Tergugat II PT Bank Rama
berkedudukan di Jakarta dengan Hartanto (Tergugat I) akta No. 97 juncto
Akta No. 98 mengenai "Kuasa Untuk Memasang Hipotik" kedua Akte
dibuat oleh/dihadapan Notaris Hadi Wibisono, .S.H. di Semarang tanggal
9 Juni 1990.

2. Kedua akte tersebut tegas terbaca pihak Kreditur dalam perkara ini
adalah PT BANK RAMA berkedudukan di Jakarta, bukan PT Bank Rama
Cabang Semarang.
PT Bank Rama Cabang Semarang hanya merupakan wakil yang
bertindak untuk kepentingan dan atas nama (qualitatequa) PT Bank
Rama berkedudukan di Jakarta. Seharusnya yang digugat adalah
pemberi kredit yaitu PT Bank Rama yang berkedudukan di Jakarta. Oleh
karena itu gugatan Penggugat keliru subyek tergugatnya (error in
subyekto), maka gugatan Penggugat harus ditolak, setidak-tidaknya
dinyatakan tidak dapat diterima.

Jawaban Dalam Pokok Perkara:

 Berdasarkan akte No. 97 juncto Akte No. 98 keduanya dibuat tanggal 9 Juni
1990 oleh/dihadapan Ntoaris Hadi Wibisono, S.H. Semarang, Tergugat II
telah memberikan pinjaman uang kepada Tergugat I sebesar Rp
100.000.000,- (seratus juta rupiah) syarat-syarat dan beban-beban
ditentukan dalam akte tersebut.
 Turut Tergugat I jelas dan tegas mengikatkan diri menjaminkan hutang
Tergugat I, dengan memberikan barang agunan miliknya 3 bidang tanah:
Hak Milik No. 128, No. 247 dan No. 198, semuanya terletak di Desa
Karangtempel, Kodya Semarang, sertifikat tertulis atas nama Ratnawati.

 Pinjaman uang dan jaminan itu diikat dengan akte-akte Notaris yaitu akte
otentik (bahkan akte Grosse), semua pihak yang terikat mempunyai
kecakapan dan kewenangan untuk bertindak.

 Perjanjian dibuat mengenai sesuatu hal tertentu dan ada sesuatu yang halal.

 Debitur (Tergugat I) dan Penjamin (Ny. Ratnawati) turut Tergugat I tidak bisa
mengingkari akte-akte Notaris tersebut, mereka berkewajiban untuk menaati
apa yang telah disepakati karena merupakan "hukum" bagi mereka pula; vide
pasal 1338 KUHPerdata/BW.

 Tergugat II tidak boleh dan tidak etis untuk mengetahui hubungan yang
terjadi antara:
1. Tergugat I dengan Turut Tergugat I;
2. Penggugat dengan Tergugat I;
3. Penggugat dengan Turut Tergugat I.

 Apakah gugatan ini bermotivasi "sandiwara" guna menghindari kewajiban membayar


kepada Kreditur dengan maksud merugikan bank pemberi pinjaman, diserahkan
penilaiannya kepada Pengadilan yang memutusnya.

 Adalah tidak masuk akal 3 sertifikat tanah Hak Milik yang merupakan harta kekayaan
yang berharga dimiliki suami-istri dalam satu rumah yang dijadikan jaminan tanpa
sepengetahuan Penggugat.

 Petitum gugatan yang tidak benar:


Posita gugatan tanah-tanah Hak Milik yang dijaminkan adalah barang persatuan
dalam perkawinan Penggugat dengan Turut Tergugat I, -quod non- namun petitum
angka 2 minta agar tanah-tanah Hak Milik itu hanya dinyatakan milik Penggugat saja.

 Petitum angka 5 agar akte Kuasa No. 98 tanggal 9 Juni 1990 dibatalkan, namun
Penggugat tidak minta agar No. 97 tanggal 9 Juni 1990 juga dibatalkan, kedua kata
itu tidak dipisahkan karena akta No. 97 tidak akan dibuat tanpa adanya akte No. 98.

 Tergugat II, memohon kepada Majelis Hakim agar memberikan putusan sebagai
berikut:

 Dalam Eksepsi:
 Menyatakan eksepsi yang dikemukakan oleh Tergugat II adalah benar dan beralasan.
 Menolak gugatan Penggugat seluruhnya, setidak-tidaknya gugatan Penggugat
dinyatakan tidak dapat diterima.

 Dalam Pokok Perkara:


1. Menolak gugatan Penggugat seluruhnya, setidak-tidaknya gugatan Penggugat
yang dinyatakan tidak dapat diterima.
2. Menghukum Penggugat membayar semua biaya perkara ini.

Jawaban Turut Tergugat I:


 Pada pokoknya jawaban Turut Tergugat I mendukung maksud dan tuntutan
Penggugat, dan memohon putusan sebagai berikut:
- Menyatakan sertifikat-sertifikat tanah Hak Milik No. 247, No. 198 dan No. 128
adalah harta bersama antara Penggugat dan Turut Tergugat I;
- Menghukum Tergugat I dan Tergugat II serta Turut Tergugat II, harus membayar
biaya perkara yang timbul dalam perkara ini;

Jawaban Turut Tergugat II:


 Selaku Notaris telah bekerja menurut dan harus sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku, i.c. semua perundang-undangan yang ada termasuk Peraturan
Jabatan Notaris;

 Tidak terbukti bekerja secara menyimpang dari ketentuan-ketentuan perundang-


undangan yang berlaku dalam kasus ini.

 Tidak mengetahui, tidak mungkin mengetahui, dan tidak ingin mengetahui serta tidak
etis untuk mengetahui segala hal ihwal hubungan-hubungan di antara:
- Penggugat dan Tergugat I, Penggugat dan Tergugat II, Penggugat dan Turut
Tergugat I, Tergugat I dan Tergugat II, Tergugat I dan Turut Tergugat II,
Tergugat II dan Turut Tergugat I.
 Notaris melayani dan memenuhi semua permintaannya para clientnya sepanjang
permintaan-permintaan client tidak bertentangan dengan hukum dan perundang-
undangan yang berlaku, serta kesusilaan dan ketertiban umum.

 Akte No. 97 dan No. 98 masing-masing dibuat tanggal 9 Juni 1990 benar dibuat
Turut Tergugat II selaku Notaris berkedudukan di Semarang.

 Akte-akte itu dibuat memenuhi semua persyaratan yang diharuskan menurut undang-
undang dan peraturan-peraturan lainnya sehingga tiada cacatnya.

 Tanggal 9 Juni 1990, Tergugat I, Tergugat II, Turut Tergugat I, datang menghadap
Turut Tergugat II, membawa 3 buku Sertifikat.
 Ratnawati menyatakan 3 sertifikat milik pribadinya, sanggup dan sukarela menjamin
hutang Tergugat I kepada Tergugat II, dan menyerahkan 3 bidang tanah miliknya
sebagai barang jaminan hutang Tergugat I kepada Tergugat II.

 Ternyata Turut Tergugat I menyatakan berstatus "kawin" dan mempunyai suami,


tetapi tidak membuat akte perkawinan di Kantor Catatan Sipil, di dalam akte
berdasarkan keterangannya tidak disebutkan "Nyonya" dicantumkan kata "Wanita."

 Sebagai pemilik sertifikat yang mandiri, pedagang dan pengusaha yang aktif dalam
masyarakat Ratnawati boleh melakukan perbuatan hukum terhadap hak kemilikannya
baik perbuatan pengurusan maupun perbuatan kemilikan (beheer en beschikkings
daden);

 Dengan dalil jawabannya tersebut, Turut Tergugat II memohon putusan sebagai


berikut:
- Menolak gugatan Penggugat seluruhnya, setidak-tidaknya gugatan Penggugat
dinyatakan tidak dapat diterima.

HAKIM PERTAMA:

 Hakim Pertama yang mengadili perkara ini dalam putusannya memberikan


pertimbangan hukum pada pokoknya sebagai berikut:

Tentang Eksepsi:
 Hakim Pertama menolak eksepsi yang diajukan Tergugat II, penolakan eksepsi ini
didasari atas pertimbangan sebagai berikut:
- Karena yang mengadakan perjanjian adalah Tergugat I dengan Tergugat II (antara
Hartanto dengan PT Bank Rama Cabang Semarang), Tergugat II dengan Turut
Tergugat I (PT Bank Rama Cabang Semarang dengan Ny. Ratnawati), maka
gugatan Penggugat sudah benar, dan mengenai PT Bank Rama Cabang Semarang
dengan Bank Rama Jakarta, itu urusan intern mereka.

 Mengenai materi Pokok Perkara, Hakim Pertama berpendirian sebagai berikut:

 Berdasarkan atas bukti surat P-01 sampai dengan P-07 yang diajukan Penggugat,
dalam kaitannya satu sama lain telah terbukti kejadian sebagai berikut:

 Sejak tahun 1968 Penggugat dengan Ny. Ratnawati adalah suami-istri terhitung mulai
tanggal 29 Oktober 1968 (P-01), dalam perkawinan tidak ada "PERJANJIAN
KAWIN" mengenai pemisahan harta perkawinan, jadi harta campuran menjadi satu,
semua harta bersama yang diperoleh dalam perkawinan merupakan harta bersama
gono-gini;

 Tanah dan rumah yang disengketakan Hak Milik No. 128, No. 247 dan No. 198,
semuanya atas nama Ratnawati, diperoleh dalam tenggang sesudah perkawinan
Penggugat dengan Ratnawati yaitu tahun 1972, 1985 dan tahun 1979, sebagaimana
terbukti P-02, 03, 04, jo. bukti T02 dari Tergugat II;

 PT Bank Rama Cabang Semarang memberikan kredit pada Hartanto dengan jaminan
tanah dan bangunan Hak Milik No. 128, No. 247 dan No. 198 atas nama Ratnawati
yang dipinjamkan kepada Hartanto oleh Ratnawati tanpa izin suaminya;

 Sertifikat-sertifikat yang dipinjam Hartanto hanya untuk sementara, sebab kalau


rumah dan tanah yang dibeli Hartanto di Kudus sudah dibalik nama atas nama
Hartanto akan dikembalikan pada Ratnawati.

 Di depan Notaris Hadi Wibisono, S.H. sesuai dengan kemauan pihak-pihak yang
menghadap dibuatkan akta No. 98 dan akta No. 97 tanggal 9 Juni 1990;

 Sampai sekarang Hartanto belum mengembalikan surat tanah, bahkan Hartanto tidak
diketahui lagi alamatnya yang pasti;

 Ratnawati atas kejadian tersebut melaporkan kepada yang berwajib/ kepolisian,


karena merasa ditipu Hartanto, pada tanggal 1990;

 Penggugat memasang iklan di harian Suara Merdeka tanggal 8 Desember 1990, agar
tanah-tanah sengketa diketahui oleh khalayak ramai; tidak melakukan segala
transaksi/memindahkan hak dalam bentuk apapun;

 Tentang Perbuatan melawan hukum Tergugat I (Hartanto) dan Tergugat II (PT. Bank
Rama Cabang Semarang);

 Tergugat I telah dipanggil secara patut, namun yang bersangkutan tidak pernah
datang ataupun menyuruh orang lain untuk mewakilinya, menurut hukum; orang
tersebut tidak akan membela hak-haknya dan dianggap pula mengakuinya;

 Tergugat II tanpa meneliti dengan seksama, telah memberikan kredit kepada


Tergugat I dengan jaminan tanah dan rumah sengketa (Hak Milik No. 128, 247 dan
198);

 Turut Tergugat I (Ny. Ratnawati) memberi jaminan/pinjaman pada Hartanto atas


kredit yan diberikan Tergugat II;

 Ny. Ratnawati merasa ditipu Hartanto, terbukti Ratnawati telah melaporkan pada
yang berwajib (Kepolisian) tanggal 19 November 1990 (Bukti T. Tgt-06);

 Tergugat II (PT Bank Rama Cabang Semarang) telah lalai/kurang teliti, seharusnya
sebelum memberikan kredit, seharusnya sepatutnya karena jaminannya merupakan
tanah dan rumah harus minta persetujuan lebih dahulu daripada suami Turut Tergugat
I;
 Dengan tidak dimintainya atau tidak mendapat persetujuan tersebut, merupakan
tindakan yang mengalihkan barang-barang tersebut atau mengasingkan harta milik
bersama/gono-gini, ini termasuk perbuatan melawan hukum;

 Berdasarkan uraian tersebut, perbuatan Tergugat I, II dan Turut Tergugat I, telah


melakukan tindakan perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige daad)

 Tentang tindakan perbuatan melawan hukum Notaris dalam membuat Akta No. 98
tanggal 9 Juni 1990 (Akta Kuasa Memasang Hipotik);
- Akta Perkawinan No. 371/1968 tanggal 1 November 1968; tepatnya sejak tanggal
29 Oktober 1968, Ratnawatii dahulu OEI KIEM NIO sudah resmi menjadi istri
Penggugat (Juned Adiwidjaja d/h KWA HONG DJOEN);

- Memperhatikan KTP tanggal 6 Januari 1987 No. 1002436699 No. KTP


160141001/570555 dikeluarkan oleh Pemda tingkat II Semarang, disitu tertulis
nama lengkap: NY. RATNAWATI;

- Tindakan Notaris tanpa menghadirkan suami Ratnawati untuk dimintai


persetujuannya, merupakan suatu tindakan yang tidak patut (kelalaian),
seharusnya Notaris meneliti surat-surat identitas yang bersangkutan termasuk
KTP (seharusnya fotocopy dilampirkan dalam berkas yang bersangkutan);

- Dengan tidak mendapat persetujuan lebih dahulu daripada suami Turut Tergugat
I, tindakan Notaris dan Turut Tergugat I merupakan tindakan mengalihkan
barang/mengasingkan harta milik bersama/gono gini, ini termasuk perbuatan
melawan hukum;

 Atas pertimbangan tersebut, Akta Kuasa Untuk Memasang Hipotik No. 98 yang
dibuat di hadapan Notaris Turut Tergugat II pada tanggal 9 Juni 1990 batal demi
hukum (nietig) atau setidak-tidaknya dinyatakan batal; dan memerintahkan kepada
Turut Tergugat II untuk membatalkan Akta Kuasa Untuk Memasang Hipotik No. 98
tanggal 9 Juni 1990 tersebut.

 Tentang sita revindicatoir, karena Pengadilan/Hakim tidak mengadakan atau


meletakkan sita revindicatoir, Majelis Hakim tidak perlu mempertimbangkan;

 Terhadap sita conservatoir, sesuai dengan penetapan Majelis Hakim, tanggal 10 April
1991 permohonan sita jaminan dikabulkan dan dinyatakan sah dan berharga;

 Tentang ganti rugi, karena Penggugat hanya menyebutkan angka Rp 55.000.000,-


tanpa dapat memperlihatkan perincian yang jelas dan nyata darimana angka tersebut
didapat, tidak nampak adanya kerugian tersebut, karena petitum angka 08 harus
dinyatakan ditolak;
 Tentang putusan dapat dijalankan lebih dahulu (uitvoorbaar bij voorraad) meskipun
ada banding, verzet, kasasi maupun upaya hukum lain, belum ada hal-hal yang sangat
mendesak dan belum ada urgensinya, petitum ad. 09 harus dinyatakan ditolak;

 Akhirnya Hakim Pertama Pengadilan Negeri Semarang memberikan putusan sebagai


berikut:

I. DALAM EKSEPSI:

1. Menyatakan Eksepsi Tergugat II tidak tepat dan tidak berdasarkan alasan hukum;

2. Menolak Eksepsi Tergugat II tersebut;

II. DALAM POKOK PERKARA:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebahagian;

2. Menyatakan Penggugat adalah sebagai pemilik sah terhadap tanah HM No. 128, HM
No. 247, dan HM No. 198 yang dihasilkan selama dalam perkawinan antara
Penggugat dengan Turut Tergugat I (istri Penggugat);

3. Menyatakan hukumnya sah dan berharga Sita Jaminan yang diletakkan tersebut;

4. Menyatakan Tergugat I dan Tergugat II telah melakukan perbuatan melawan hukum


(Onrecht matige daad) kepada Penggugat;

5. Menyatakan batal demi hukum (nietig) atau setidak-tidaknya dinyatakan batal


terhadap akta kuasa untuk memasang Hipotik No. 98 yang dibuat di hadapan
Notaris/Turut Tergugat II pada tanggal 09 Juni 1990;

6. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II untuk mengembalikan sertifikat-sertifikat


tanah HM 128, 247 dan HM 198, yang dihasilkan dalam perkawinan antara
Penggugat dengan Turut Tergugat I, segera kepada Penggugat setelah putusan
mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in kracht van gewis jsde), 08 hari setelah di
aanmaning/ditegur oleh Ketua Pengadilan Negeri, dan dengan hukuman untuk
membayar uang paksa (dwangsom), sebesar Rp 1.000.000,- setiap hari keterlambatan
untuk melaksanakan isi putusan dalam perkara ini;

7. Memerintahkan kepada Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II untuk menaati isi
putusan dalam perkara ini;

8. Memerintahkan kepada Turut Tergugat II untuk membatalkan akta kuasa untuk


memasang Hipotik No. 98 bertanggal 9 Juni 1990;

9. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II secara tanggung renteng untuk membayar


ongkos perkara sebesar Rp 270.300,- (dua ratus tujuh puluh ribu tiga ratus rupiah);
10. Menolak gugatan selain dan selebihnya;

PENGADILAN TINGGI:
 PT Bank Rama Cabang Semarang, menolak putusan Hakim Pertama tersebut dan
mohon pemeriksaan banding ke Pengadilan Tinggi Jawa Tengah di Semarang;

 Hakim Banding setelah memeriksa perkara ini dalam pertimbangan hukumnya,


berpendirian sebagai berikut:

Dalam Eksepsi:
 Hakim Banding mengatakan putusan Hakim Pertama yang menolak Eksepsi Tergugat
II, karena pertimbangan-pertimbangan dan pendapat Hakim Pertama sudah tepat dan
benar;

Dalam Provisi:

 Tuntutan Provisi ternyata tidak dipertimbangkan dan tidak diputus oleh Hakim
Pertama, padahal Hakim wajib memutus/mengadili setiap tuntutan yang
dikemukakan (ps. 178 (2) HIR), dengan demikian Ketentuan dalam Hukum Acara
tersebut tidak dilaksanakan;

 Hakim Banding berpendirian dalam putusannya tentang tuntutan provisi sebagai


berikut:

 Tanah serta bangunannya menjadi jaminan/agunan kredit yang diberikan Tergugat II


kepada Tergugat I atas persetujuan Turut Tergugat I, sehingga sekarang sertifikat
tanah berada pada Tergugat II;

 Mengenai perjanjian kredit itu sendiri tidak dipermasalahkan oleh Penggugat, yang
dituntut adalah: pembatalan surat kuasa memasang hipotik dan pengembalian
sertifikat-sertifikat;

 Tuntutan provisi ini merupakan suatu rangkaian dengan dan tergantung dari hasil
pembuktian atas tuntutan-tuntutan dalam pokok perkaranya, dengan kata lain hal-hal
tersebut bukanlah merupakan tuntutan tersendiri, melainkan harus diputus bersama-
sama dengan pokok perkaranya;

 Berdasarkan pertimbangan tersebut, tuntutan provisi ini harus ditolak;

Dalam Pokok Perkara:


 Hakim Banding, dalam putusannya berpendapat lain dengan pendirian Hakim
Pertama:
 Dalam pertimbangan hukumnya Hakim Banding memberikan putusan dengan
berpendirian pada pokoknya sebagai berikut:

 Surat bukti P.1 dan TT.I.1 Petikan Akte Perkawinan Nomor 371/1968, yang
membuktikan tanggal 29 Oktober 1968 berlangsung perkawinan antara Kwa Hong
Djoen dengan Oei Kiem Nio, namun dari berkas perkara, tidak ternyata adanya alat-
alat bukti yang menunjukkan Kwa Hong Djoen berganti nama menjadi Juned
Adiwidjaja (Penggugat), juga mengenai Oei Kiem Nio berganti nama menjadi
Ratnawati (Turut Tergugat I), melainkan hanya dalam jawaban-jawabannya mereka
saling menyebut/mengaku sebagai suami istri;

 Baru kemudian dalam kontra-memori-bandingnya, Penggugat melampirkan


photocopies Surat-surat Pernyataan Ganti Nama masing-masing atas nama Penggugat
dan Turut Tergugat I;

 Kedua photocopies ini belum disesuaikan dengan yang asli dan tidak dibubuhi
meterai yang cukup sebagai surat bukti di Pengadilan, sehingga Hakim Banding tidak
wajib mempertimbangkannya dan harus mengesampingkan sebagai surat bukti;

 Atas pertimbangan tersebut di atas, Hakim Banding berpendirian masih belum ada
kepastian apakah Penggugat adalah suami sah Turut Tegugat I;

 Oleh karena itu tidak perlu dibahas lagi apakah di antara Penggugat dan Turut
Tergugat I dibuat perjanjian kawin atau tidak, meskipun dalam hal ini pun
sebenarnya tidak ada alat-alat bukti yang mendukung;

 Tanah-tanah termaksud bukan merupakan harta bersama Penggugat dan Turut


Tergugat I;

 kesimpulan demikian didukung oleh kenyataan bahwa tanah-tanah termaksud sejak


diperoleh tercatat atas nama Turut Tergugat I, sehingga disimpulkan tanah-tanah
tersebut adalah milik Turut Tergugat I (Ny. Ratnawati);

 Adalah hak Turut Tergugat I untuk meminjamkan sertifikat-sertifikatnya kepada


Tergugat I, kemudian dijaminkan kepada Tergugat II;

 Jika kemudian Turut Tergugat I merasa ditipu/dirugikan Tergugat I, yang berhak


melaporkan penipuan kepada Kepolisian adalah Turut Tergugat I atau memintanya
kembali (menggugat; jadi bukan Penggugat menggugat) sesuai dengan bukti TT.I.6;

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, Penggugat tidak dapat memperlihatkan


alas haknya untuk mengajukan gugatan ini sehingga tanpa perlu membahas tuntutan-
tuntutan selanjutnya maupun alat-alat bukti yang lain, gugatan Penggugat/Terbanding
ini harus ditolak;
 Hakim Banding, akhirnya mengadili sendiri yang pokoknya membatalkan putusan
Hakim Pertama dalam pokok perkara:

 Putusan Hakim Banding selengkapnya berbunyi sebagai berikut:


- Menerima permohonan banding dari kuasa Tergugat II/Pembanding;

Dalam Eksepsi:
 Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Semarang tanggal 2 Juli 1991 No.
18/Pdt/G/1991/PN.Smg., dalam Eksepsi yang dimohonkan banding itu;

Dalam Pokok Perkara:


 Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Semarang tanggal 2 Juli 1991 No.
18/Pdt/G/1991/PN.Smg dalam pokok perkara yang dimohonkan banding ini;

dan mengadili sendiri:

Dalam Provisi:
 Menolak tuntutan Provisi Penggugat/Terbanding;

 Dalam pokok-perkara:

 Menolak gugatan Penggugat/Terbanding untuk seluruhnya;

 Menghukum Penggugat/Terbanding untuk membayar biaya perkara yang timbul


dalam kedua tingkat peradilan, yang dalam tingkat banding sebesar Rp 7.500,- (tujuh
ribu lima ratus rupiah);

MAHKAMAH AGUNG RI:


 Penggugat Juned Adiwidjaja menolak putusan Hakim Banding tersebut di atas dan
mengajukan permohonan kasasi:

 Mahkamah Agung RI setelah memeriksa perkara ini dalam putusannya berpendapat


bahwa pendapat judex facti (Pengadilan Tinggi) terlalu fomalitas, tidak sesuai dengan
kebenaran materiel.

 Mahkamah Agung RI membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Semarang, dan


mengadili sendiri perkara ini dengan menguatkan putusan Pengadilan Negeri
Semarang, yang dianggap telah tepat dan benar yang pertimbangannya diambil alih
Mahkamah Agung sebagai pertimbangannya sendiri.

 Pendirian Mahkamah Agung RI ini didasari oleh pertimbangan hukum yang


intisarinya sebagai berikut:

 Berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan mereka (Pemohon Kasasi/


Penggugat asal dan Turut Termohon Kasasi II/Turut Tergugat I) tidak membantah
bahwa mereka adalah suami-istri dan diperkuat oleh bukti surat yang diajukan lagi
dalam pemeriksaan kasasi ini yaitu bukti surat ganti nama yang sudah dilegalisir oleh
Pengadilan Negeri Semarang dan bermeterai cukup.

 Akhirnya Mahkamah Agung RI memberikan putusan sebagai berikut:

 Mengabulkan permohonan kasasii dari pemohon kasasi Juned Adiwidjaja tersebut;

 Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Semarang tanggal 17 Februari 1991 No.


793/Pdt/1991/PT.Smg;

MENGADILI SENDIRI;
MENYATAKAN:
I. DALAM EKSEPSI:
1. Menyatakan Eksepsi Tergugat II tidak tepat dan tidak berdasarkan alasan hukum;

2. Menolak Eksepsi Tergugat II tersebut;

II. DALAM POKOK PERKARA:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian.


2. Menyatakan Penggugat adalah sebagai pemilik sah terhadap tanah HM No. 128, HM
No. 247, dan HM No. 198 yang dihasilkan selama dalam perkawinan antara
Penggugat dengan Turut Tergugat I (istri Penggugat);

3. Menyatakan hukumnya sah dan berharga Sita Jaminan yang telah diletakkan tersebut;

4. Menyatakan Tergugat I dan Tergugat II melakukan perbuatan melawan hukum


(Onrecht matige daad) kepada Penggugat;

5. Menyatakan batal demi hukum (nietig) atau setidak-tidaknya dinyatakan batal


terhadap akta kuasa untuk memasang hipotik No. 98 yang dibuat di hadapan
Notaris/Turut Tergugat II pada tanggal 09 Juni 1990;

6. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II untuk mengembalikan sertifikat-sertifikat


tanah HM No. 128, 247 dan 198, yang dihasilkan dalam perkawinan antara
Penggugat dengan Turut Tergugat I, segera kepada Penggugat setelah putusan
mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in kracht van gewijsde), 08 hari setelah
aanmaning/ditegur oleh Ketua Pengadilan Negeri, dan dengan hukuman untuk
membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp 1.000.000,- setiap hari keterlambatan
untuk melaksanakan isi putusan dalam perkara ini;

7. Memerintahkan kepada Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II untuk menaati isi
putusan dalam perkara ini;
8. Memerintahkan kepada Turut Tergugat II untuk membatalkan akta kuasa untuk
memasang hipotik No. 98 tanggal 09 Juni 1990.

9. Menolak gugatan selain dan selebihnya.


Dst .... dst ..... dst ......

CATATAN:
ABSTRAK HUKUM yang dapat diangkat dari putusan Mahkamah Agung tersebut di
atas sebagai berikut:
 Akta Perkawinan yang dibuat di hadapan Pegawai Catatan Sipil, dimana para pihak
yagn kawin tercantum nama bahsa Cina: Kwa Hong Djoen dan Oei Kiem Nio.
Beberapa tahun kemudianmereka berganti nama Indonesia menjadi: Juned
Adiwidjaja dan Ratnawati yang selama persidangan, mereka berdua tidak pernah
membantah bahwa mereka suami istri, yang surat bukti Ganti Nama Indonesia baru
dilegalisir di tingkat kasasi, maka mereka tidak perlu diragukan lagi, sebagai
pasangan suami-istri yang sah (kebenaran materiil).

 Perkawinan antara suami-isteri tersebut, ternyata, tidak pernah dibuat Akta Perjanjian
Kawin, maka menurut hukum semua harta kekayaan yang diperoleh selama
berlangsungnya perkawinan mereka adalah menjadi Harta Bersama suami-istri
tersebut, meskipun harta tersebut ditulis atas nama istrinya. Karena harta tersebut
merupakan Harta Bersama, maka segala perbuatan hukum si istri yang menyangkut
Harta Bersama ini, seperti mengasingkan hak/mengalihkan/atau menjaminkan Harta
Bersama tersebut, harus sepengetahuan atau seizin suaminya. Bilamana tidak seizin
salah satu dari suami/istri, maka perbuatan tersebut merupakan: Perbuatan Melawan
Hukum.

 Bank yang memberikan kredit dengan jaminan rumah/tanah, seharusnya meneliti


lebih dulu, apakah agunan tersebut merupakan harta Bersama sepasang suami-istri
ataukah tidak. Bilamana ternyata merupakan harta Bersama, maka bank wajib minta
persetujuan salah seorang suami atau istri tersebut. Bilamana hal ini tidak dilakukan,
maka bank tersebut dinilai telah melakukan: Perbuatan Melawan Hukum.

 Seorang Notaris yang membuat "Akta Kuasa Memasang Hipotik" seharusnya ia


meminta persetujuan dari salah satu dari suami-istri, bilamana ternyata barang agunan
tersebut merupakan Harta Bersama (Harta gono-gini). Bilamana ia tidak berbuat
demikian, maka Notaris tersebut telah melakukan kelalaiannya yang dikwalifikasi
sebagai Perbuatan Melawan Hukum dengan akibat: Akta yang telah dibuatnya itu
batal demi hukum.

 Jurisprudensi Mahkamah Agung yang sudah berkwalifikasi tetap: M.A.R.I. No.


808.K/Sip/1974 tanggal 30 Juli 1974, intinya: Semua harta kekayaan yang diperoleh
pada waktu perkawinan berlangsung adalah merupakan Harta Bersama, wlaupun
harta tersebut di atas namakan salahs eroang dari suami-istri tersebut." M.A.R.I. No.
1448 K/Sip/1974 tgl. 9 November 1976.
 Demikian catatan atas kasus tersebut diatas.

You might also like