Professional Documents
Culture Documents
KASUS POSISI:
Juned Adiwidjaja dengan Ny. Ratnawati menikah di Catatan Sipil Kodya Bandung
tanggal 29 Oktober 1968, dalam Akte Perkawinan No. 371/1968 tercatat nama Kwa
Hong Djoen dan Oei Kiem Nio. Kemudian Kwa Hong Djoen ganti nama menjadi
Juned Adiwidjaja dan Oei Kiem Nio ganti nama menjadi Ratnawati.
Berkat usaha keras selama perkawinan kedua suami istri tersebut memperoleh harta
kekayaan yang dianggap sebagai harta bersama berupa tanah berikut bangunannya
yaitu:
1. Sertifikat Hak Milik No. 128 atas nama Ratnawati terletak di Jalan
Kampung Jambe No. 283 Semarang;
2. Sertifikat Hak Milik No. 247 atas nama Ratnawati terletak di Jalan
Kampung Jambe No. 282 B Semarang;
3. Sertifikat Hak Milik No. 198 atas nama Ratnawati terletak di Jalan
Kampung Jambe No. 282 C Semarang;
Juned Adiwidjaja dan Ny. Ratnawati tinggal berumah di Jalan Lingga Raya
No. 11 A Semarang sebagai pengusaha.
Hartanto yang berdomisili di Jalan A. Yani No. 109 Kudus kenal baik dengan
Ny. Ratnawati dalam hubungan mitra bisnis. Pernah Hartanto meminjam
emas-emas batangan pada Ny. Ratnawati tetapi emas pinjaman itu telah
dikembalikan tepat waktu yang dijanjikan.
Dari PT Bank Rama Cabang Semarang, Hartanto mendapat angin baik akan
mendapat kredit, tetapi terbentur tidak mempunyai cukup agunan.
Ny. Ratnawati juga diajak melihat pabrik panci di Jalan Darsalam Kudus yang
diakuinya sebagai milik Hartanto.
Dalam Akta No. 98 Ny. Ratnawati telah mengikatkan diri sebagai penjamin
atas hutangnya Hartanto, sehingga 3 sertifikat hak miliknya dipegang oleh
PT. Bank Rama Cabang Semarang, perbuatan hukum tersebut sama sekali
tanpa izin suaminya.
Ternyata PT. Bank Rama Cabang Semarang dan Notaris Hadi Wibisono,
S.H. tidak meneliti secara cermat obyek barang jaminan/agunan Ny.
Ratnawati yang dibuat dalam Akta Kuasa Untuk Memasang Hipotik No. 98
secara yuridis terdapat cacat hukum karena dibuat berdasarkan sebab-
sebab yang TIDAK halal;
Karena merasa ditipu oleh Hartanto, maka tanggal 19 November 1990 Ny. Ratnawati
melaporkan Hartanto ke Poltabes Semarang, atas dasar tindak pidana penipuan.
Melihat fakta tersebut Juned Adiwidjaja merasa sangat dirugikan dan khawatir akan
akibat berikut tindakan selanjutnya Hartanto dan PT. Bank Rama Cabang Semarang
terhadap tanah serta bangunan 3 sertifikat yang dijadikan agunan akan dipindah
tangankan dengan cara apapun.
Dalam Provisi:
2. Menyatakan Penggugat adalah sebagai pemilik sah terhadap tanah Hak Milik
No. 128, tanah Hak Milik No. 247 dan tanah Hak Milik No. 198 yang
dihasilkan selama dalam perkawinan antara Penggugat dengan turut
Tergugat ke I (isteri Penggugat);
3. Menyatakan hukumnya sah dan berharga sita jaminan dan sita revindikator
yang diletakkan tersebut;
Atau:
Apabila Bapak Ketua Pengadilan Negeri Semarang tidak sependapat dengan
kami mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).
Pengadilan Negeri:
Atas gugatan Penggugat tersebut, Tergugat II mengajukan Eksepsi dan
Jawaban pada pokoknya sebagai berikut:
Tentang Eksepsi:
2. Kedua akte tersebut tegas terbaca pihak Kreditur dalam perkara ini
adalah PT BANK RAMA berkedudukan di Jakarta, bukan PT Bank Rama
Cabang Semarang.
PT Bank Rama Cabang Semarang hanya merupakan wakil yang
bertindak untuk kepentingan dan atas nama (qualitatequa) PT Bank
Rama berkedudukan di Jakarta. Seharusnya yang digugat adalah
pemberi kredit yaitu PT Bank Rama yang berkedudukan di Jakarta. Oleh
karena itu gugatan Penggugat keliru subyek tergugatnya (error in
subyekto), maka gugatan Penggugat harus ditolak, setidak-tidaknya
dinyatakan tidak dapat diterima.
Berdasarkan akte No. 97 juncto Akte No. 98 keduanya dibuat tanggal 9 Juni
1990 oleh/dihadapan Ntoaris Hadi Wibisono, S.H. Semarang, Tergugat II
telah memberikan pinjaman uang kepada Tergugat I sebesar Rp
100.000.000,- (seratus juta rupiah) syarat-syarat dan beban-beban
ditentukan dalam akte tersebut.
Turut Tergugat I jelas dan tegas mengikatkan diri menjaminkan hutang
Tergugat I, dengan memberikan barang agunan miliknya 3 bidang tanah:
Hak Milik No. 128, No. 247 dan No. 198, semuanya terletak di Desa
Karangtempel, Kodya Semarang, sertifikat tertulis atas nama Ratnawati.
Pinjaman uang dan jaminan itu diikat dengan akte-akte Notaris yaitu akte
otentik (bahkan akte Grosse), semua pihak yang terikat mempunyai
kecakapan dan kewenangan untuk bertindak.
Perjanjian dibuat mengenai sesuatu hal tertentu dan ada sesuatu yang halal.
Debitur (Tergugat I) dan Penjamin (Ny. Ratnawati) turut Tergugat I tidak bisa
mengingkari akte-akte Notaris tersebut, mereka berkewajiban untuk menaati
apa yang telah disepakati karena merupakan "hukum" bagi mereka pula; vide
pasal 1338 KUHPerdata/BW.
Tergugat II tidak boleh dan tidak etis untuk mengetahui hubungan yang
terjadi antara:
1. Tergugat I dengan Turut Tergugat I;
2. Penggugat dengan Tergugat I;
3. Penggugat dengan Turut Tergugat I.
Adalah tidak masuk akal 3 sertifikat tanah Hak Milik yang merupakan harta kekayaan
yang berharga dimiliki suami-istri dalam satu rumah yang dijadikan jaminan tanpa
sepengetahuan Penggugat.
Petitum angka 5 agar akte Kuasa No. 98 tanggal 9 Juni 1990 dibatalkan, namun
Penggugat tidak minta agar No. 97 tanggal 9 Juni 1990 juga dibatalkan, kedua kata
itu tidak dipisahkan karena akta No. 97 tidak akan dibuat tanpa adanya akte No. 98.
Tergugat II, memohon kepada Majelis Hakim agar memberikan putusan sebagai
berikut:
Dalam Eksepsi:
Menyatakan eksepsi yang dikemukakan oleh Tergugat II adalah benar dan beralasan.
Menolak gugatan Penggugat seluruhnya, setidak-tidaknya gugatan Penggugat
dinyatakan tidak dapat diterima.
Tidak mengetahui, tidak mungkin mengetahui, dan tidak ingin mengetahui serta tidak
etis untuk mengetahui segala hal ihwal hubungan-hubungan di antara:
- Penggugat dan Tergugat I, Penggugat dan Tergugat II, Penggugat dan Turut
Tergugat I, Tergugat I dan Tergugat II, Tergugat I dan Turut Tergugat II,
Tergugat II dan Turut Tergugat I.
Notaris melayani dan memenuhi semua permintaannya para clientnya sepanjang
permintaan-permintaan client tidak bertentangan dengan hukum dan perundang-
undangan yang berlaku, serta kesusilaan dan ketertiban umum.
Akte No. 97 dan No. 98 masing-masing dibuat tanggal 9 Juni 1990 benar dibuat
Turut Tergugat II selaku Notaris berkedudukan di Semarang.
Akte-akte itu dibuat memenuhi semua persyaratan yang diharuskan menurut undang-
undang dan peraturan-peraturan lainnya sehingga tiada cacatnya.
Tanggal 9 Juni 1990, Tergugat I, Tergugat II, Turut Tergugat I, datang menghadap
Turut Tergugat II, membawa 3 buku Sertifikat.
Ratnawati menyatakan 3 sertifikat milik pribadinya, sanggup dan sukarela menjamin
hutang Tergugat I kepada Tergugat II, dan menyerahkan 3 bidang tanah miliknya
sebagai barang jaminan hutang Tergugat I kepada Tergugat II.
Sebagai pemilik sertifikat yang mandiri, pedagang dan pengusaha yang aktif dalam
masyarakat Ratnawati boleh melakukan perbuatan hukum terhadap hak kemilikannya
baik perbuatan pengurusan maupun perbuatan kemilikan (beheer en beschikkings
daden);
HAKIM PERTAMA:
Tentang Eksepsi:
Hakim Pertama menolak eksepsi yang diajukan Tergugat II, penolakan eksepsi ini
didasari atas pertimbangan sebagai berikut:
- Karena yang mengadakan perjanjian adalah Tergugat I dengan Tergugat II (antara
Hartanto dengan PT Bank Rama Cabang Semarang), Tergugat II dengan Turut
Tergugat I (PT Bank Rama Cabang Semarang dengan Ny. Ratnawati), maka
gugatan Penggugat sudah benar, dan mengenai PT Bank Rama Cabang Semarang
dengan Bank Rama Jakarta, itu urusan intern mereka.
Berdasarkan atas bukti surat P-01 sampai dengan P-07 yang diajukan Penggugat,
dalam kaitannya satu sama lain telah terbukti kejadian sebagai berikut:
Sejak tahun 1968 Penggugat dengan Ny. Ratnawati adalah suami-istri terhitung mulai
tanggal 29 Oktober 1968 (P-01), dalam perkawinan tidak ada "PERJANJIAN
KAWIN" mengenai pemisahan harta perkawinan, jadi harta campuran menjadi satu,
semua harta bersama yang diperoleh dalam perkawinan merupakan harta bersama
gono-gini;
Tanah dan rumah yang disengketakan Hak Milik No. 128, No. 247 dan No. 198,
semuanya atas nama Ratnawati, diperoleh dalam tenggang sesudah perkawinan
Penggugat dengan Ratnawati yaitu tahun 1972, 1985 dan tahun 1979, sebagaimana
terbukti P-02, 03, 04, jo. bukti T02 dari Tergugat II;
PT Bank Rama Cabang Semarang memberikan kredit pada Hartanto dengan jaminan
tanah dan bangunan Hak Milik No. 128, No. 247 dan No. 198 atas nama Ratnawati
yang dipinjamkan kepada Hartanto oleh Ratnawati tanpa izin suaminya;
Di depan Notaris Hadi Wibisono, S.H. sesuai dengan kemauan pihak-pihak yang
menghadap dibuatkan akta No. 98 dan akta No. 97 tanggal 9 Juni 1990;
Sampai sekarang Hartanto belum mengembalikan surat tanah, bahkan Hartanto tidak
diketahui lagi alamatnya yang pasti;
Penggugat memasang iklan di harian Suara Merdeka tanggal 8 Desember 1990, agar
tanah-tanah sengketa diketahui oleh khalayak ramai; tidak melakukan segala
transaksi/memindahkan hak dalam bentuk apapun;
Tentang Perbuatan melawan hukum Tergugat I (Hartanto) dan Tergugat II (PT. Bank
Rama Cabang Semarang);
Tergugat I telah dipanggil secara patut, namun yang bersangkutan tidak pernah
datang ataupun menyuruh orang lain untuk mewakilinya, menurut hukum; orang
tersebut tidak akan membela hak-haknya dan dianggap pula mengakuinya;
Ny. Ratnawati merasa ditipu Hartanto, terbukti Ratnawati telah melaporkan pada
yang berwajib (Kepolisian) tanggal 19 November 1990 (Bukti T. Tgt-06);
Tergugat II (PT Bank Rama Cabang Semarang) telah lalai/kurang teliti, seharusnya
sebelum memberikan kredit, seharusnya sepatutnya karena jaminannya merupakan
tanah dan rumah harus minta persetujuan lebih dahulu daripada suami Turut Tergugat
I;
Dengan tidak dimintainya atau tidak mendapat persetujuan tersebut, merupakan
tindakan yang mengalihkan barang-barang tersebut atau mengasingkan harta milik
bersama/gono-gini, ini termasuk perbuatan melawan hukum;
Tentang tindakan perbuatan melawan hukum Notaris dalam membuat Akta No. 98
tanggal 9 Juni 1990 (Akta Kuasa Memasang Hipotik);
- Akta Perkawinan No. 371/1968 tanggal 1 November 1968; tepatnya sejak tanggal
29 Oktober 1968, Ratnawatii dahulu OEI KIEM NIO sudah resmi menjadi istri
Penggugat (Juned Adiwidjaja d/h KWA HONG DJOEN);
- Dengan tidak mendapat persetujuan lebih dahulu daripada suami Turut Tergugat
I, tindakan Notaris dan Turut Tergugat I merupakan tindakan mengalihkan
barang/mengasingkan harta milik bersama/gono gini, ini termasuk perbuatan
melawan hukum;
Atas pertimbangan tersebut, Akta Kuasa Untuk Memasang Hipotik No. 98 yang
dibuat di hadapan Notaris Turut Tergugat II pada tanggal 9 Juni 1990 batal demi
hukum (nietig) atau setidak-tidaknya dinyatakan batal; dan memerintahkan kepada
Turut Tergugat II untuk membatalkan Akta Kuasa Untuk Memasang Hipotik No. 98
tanggal 9 Juni 1990 tersebut.
Terhadap sita conservatoir, sesuai dengan penetapan Majelis Hakim, tanggal 10 April
1991 permohonan sita jaminan dikabulkan dan dinyatakan sah dan berharga;
I. DALAM EKSEPSI:
1. Menyatakan Eksepsi Tergugat II tidak tepat dan tidak berdasarkan alasan hukum;
2. Menyatakan Penggugat adalah sebagai pemilik sah terhadap tanah HM No. 128, HM
No. 247, dan HM No. 198 yang dihasilkan selama dalam perkawinan antara
Penggugat dengan Turut Tergugat I (istri Penggugat);
3. Menyatakan hukumnya sah dan berharga Sita Jaminan yang diletakkan tersebut;
7. Memerintahkan kepada Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II untuk menaati isi
putusan dalam perkara ini;
PENGADILAN TINGGI:
PT Bank Rama Cabang Semarang, menolak putusan Hakim Pertama tersebut dan
mohon pemeriksaan banding ke Pengadilan Tinggi Jawa Tengah di Semarang;
Dalam Eksepsi:
Hakim Banding mengatakan putusan Hakim Pertama yang menolak Eksepsi Tergugat
II, karena pertimbangan-pertimbangan dan pendapat Hakim Pertama sudah tepat dan
benar;
Dalam Provisi:
Tuntutan Provisi ternyata tidak dipertimbangkan dan tidak diputus oleh Hakim
Pertama, padahal Hakim wajib memutus/mengadili setiap tuntutan yang
dikemukakan (ps. 178 (2) HIR), dengan demikian Ketentuan dalam Hukum Acara
tersebut tidak dilaksanakan;
Mengenai perjanjian kredit itu sendiri tidak dipermasalahkan oleh Penggugat, yang
dituntut adalah: pembatalan surat kuasa memasang hipotik dan pengembalian
sertifikat-sertifikat;
Tuntutan provisi ini merupakan suatu rangkaian dengan dan tergantung dari hasil
pembuktian atas tuntutan-tuntutan dalam pokok perkaranya, dengan kata lain hal-hal
tersebut bukanlah merupakan tuntutan tersendiri, melainkan harus diputus bersama-
sama dengan pokok perkaranya;
Surat bukti P.1 dan TT.I.1 Petikan Akte Perkawinan Nomor 371/1968, yang
membuktikan tanggal 29 Oktober 1968 berlangsung perkawinan antara Kwa Hong
Djoen dengan Oei Kiem Nio, namun dari berkas perkara, tidak ternyata adanya alat-
alat bukti yang menunjukkan Kwa Hong Djoen berganti nama menjadi Juned
Adiwidjaja (Penggugat), juga mengenai Oei Kiem Nio berganti nama menjadi
Ratnawati (Turut Tergugat I), melainkan hanya dalam jawaban-jawabannya mereka
saling menyebut/mengaku sebagai suami istri;
Kedua photocopies ini belum disesuaikan dengan yang asli dan tidak dibubuhi
meterai yang cukup sebagai surat bukti di Pengadilan, sehingga Hakim Banding tidak
wajib mempertimbangkannya dan harus mengesampingkan sebagai surat bukti;
Atas pertimbangan tersebut di atas, Hakim Banding berpendirian masih belum ada
kepastian apakah Penggugat adalah suami sah Turut Tegugat I;
Oleh karena itu tidak perlu dibahas lagi apakah di antara Penggugat dan Turut
Tergugat I dibuat perjanjian kawin atau tidak, meskipun dalam hal ini pun
sebenarnya tidak ada alat-alat bukti yang mendukung;
Dalam Eksepsi:
Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Semarang tanggal 2 Juli 1991 No.
18/Pdt/G/1991/PN.Smg., dalam Eksepsi yang dimohonkan banding itu;
Dalam Provisi:
Menolak tuntutan Provisi Penggugat/Terbanding;
Dalam pokok-perkara:
MENGADILI SENDIRI;
MENYATAKAN:
I. DALAM EKSEPSI:
1. Menyatakan Eksepsi Tergugat II tidak tepat dan tidak berdasarkan alasan hukum;
3. Menyatakan hukumnya sah dan berharga Sita Jaminan yang telah diletakkan tersebut;
7. Memerintahkan kepada Turut Tergugat I dan Turut Tergugat II untuk menaati isi
putusan dalam perkara ini;
8. Memerintahkan kepada Turut Tergugat II untuk membatalkan akta kuasa untuk
memasang hipotik No. 98 tanggal 09 Juni 1990.
CATATAN:
ABSTRAK HUKUM yang dapat diangkat dari putusan Mahkamah Agung tersebut di
atas sebagai berikut:
Akta Perkawinan yang dibuat di hadapan Pegawai Catatan Sipil, dimana para pihak
yagn kawin tercantum nama bahsa Cina: Kwa Hong Djoen dan Oei Kiem Nio.
Beberapa tahun kemudianmereka berganti nama Indonesia menjadi: Juned
Adiwidjaja dan Ratnawati yang selama persidangan, mereka berdua tidak pernah
membantah bahwa mereka suami istri, yang surat bukti Ganti Nama Indonesia baru
dilegalisir di tingkat kasasi, maka mereka tidak perlu diragukan lagi, sebagai
pasangan suami-istri yang sah (kebenaran materiil).
Perkawinan antara suami-isteri tersebut, ternyata, tidak pernah dibuat Akta Perjanjian
Kawin, maka menurut hukum semua harta kekayaan yang diperoleh selama
berlangsungnya perkawinan mereka adalah menjadi Harta Bersama suami-istri
tersebut, meskipun harta tersebut ditulis atas nama istrinya. Karena harta tersebut
merupakan Harta Bersama, maka segala perbuatan hukum si istri yang menyangkut
Harta Bersama ini, seperti mengasingkan hak/mengalihkan/atau menjaminkan Harta
Bersama tersebut, harus sepengetahuan atau seizin suaminya. Bilamana tidak seizin
salah satu dari suami/istri, maka perbuatan tersebut merupakan: Perbuatan Melawan
Hukum.