Professional Documents
Culture Documents
Twinblock
Twinblock
Oleh :
KELOMPOK 5
Yogyakarta
2010
I. PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah
2. Etiologi
Ada beberapa faktor yang merupakan etiologi dari maloklusi. Klas II yang
disebabkan faktor keturunan tergolong tipe skeletal atau dentoskeletal, dimana tidak hanya
gigi-giginya saja yang menyebabkan anomali klas II, tetapi gigi geligi dan kedudukan
rahang mendorong terjadinya maloklusi ini. Selain faktor keturunan, maloklusi klas II dapat
disebabkan karena kebiasaan buruk, misalnya menghisap ibu jari atau bibir bawah.
Kebiasaan ini menyebabkan gigi dan rahang atas terdorong maju(Mochtar, 1974).
Mendorong gigi atas dengan lidah pada waktu menelan juga dapat menyebabkan
terjadinya maloklusi klas II. Pada anak yang mempunyai kelainan pada jalan nafasnya
seperti adanya polyp hidung, tonsil yang membesar, sering mempunyai kebiasaan
membuka mulutnya terutama pada waktu tidur. Kebiasaan ini dapat menyebabkan gigi dan
rahang atas menjadi maju, rahang ayas menyempit, dan terjadi maloklusi klas II
Angle(Mochtar, 1974).
Kebiasaan jelek menyebabkan otot-otot di sekitar mulut berfungsi abnormal,
sehingga hasil perawatan yang diperoleh akan merupakan hasil yang stabil apabila
kebiasaan buruk itu sudah dihilangkan sama sekali dan kekuatan otot-otot sudah seimbang
kembali dengan keadaan yang baru diperoleh. Retainer yang dipakai dalam hal ini tidak
bersifat selama-lamanya, tetapi sampai dicapainya keadaan otot-otot yang
seimbang(Mochtar, 1974).
3. Perawatan
Perbaikan hubungan mesiodistal dari rahang atas terhadap rahang bawah itu banyak
tergantung atas faktor pertumbuhan dan perkembangan. Jika perawatan dilakukan pada
periode dimana masih terdapat pertambahan dari pertumbuhan, maka koreksi hubungan
mesiodistal ini jauh lebih mudah. Berhasilnya mandibula itu maju ke depan tergantung dari
aktivitas ujung condilus untuk mengadakan proliferasi dari jaringan pengikatnya, yang
kemudian dari jaringan pengikat itu diubah menjadi tulang. Selain itu, proses aposisi dan
resorpsi dari bagian anterior dan posterior ramus dan elongasi gigi posterior juga
bertanggung jawab terhadap majunya mandibula. Dengan memasangkan alat ortodontik,
kita merangsang agar mandibula itu bertambah maju kedudukannya sehingga mempunyai
relasi yang bagus terhadap maxilla. Sampai berapa jauh kita dapat memajukan mandibula
untuk tujuan perbaikan, kita dibatasi oleh pola yang telah ditentukan keturunan(Mochtar,
1974).
Perawatan klas II divisi 1 memerlukan pencabutan jika memang ditemukan adanya
lengkung basal yang lebih kecil dari lengkung coronal. Ruang bekas pencabutan gigi
haruslah diperlukan untuk mengatur gigi yang terdapat di luar lengkung. Alat yang dipakai
pada klas II divisi 1 antara lain adalah kekuatan ekstra oral, aktivator, bite plate, dan fixed
appliance. Gigi yang biasanya dikorbankan untuk perawatan klas II divisi 1 adalah
premolar kedua atas. Kadang-kadang jika didapati gigi depan bawah yang berinklinasi jauh
ke labial, pencabutan premolar satu rahang bawah juga diperlukan, sehingga dalam kasus
demikian dikorbankan keempat premolar satu atas dan bawah(Mochtar, 1974).
Seperti pada klas II divisi 1, perawatan klas II divisi 2 juga dipengaruhi oleh faktor
pertumbuhan. Gigi depan atas mempunyai posisi karakteristik klas II divisi 2, yaitu
inklinasi dari incisivi centralis yang tegak atau ke lingual dengan incisivi lateralis yang
mesiolabio torsiversi, sehingga menyebabkan crowded ringan atau disertai dengan
bukoversi gigi caninus yang mengakibatkan crowded yang berat. Selain itu, adanya gigitan
yang curam menandai adanya klas II divisi 2 ini(Mochtar, 1974).
B. Twin Block
1. Definisi
Twin blok merupakan alat yang terdiri dari plat atas dan bawah dengan
menggunakan bukal blok, bidang inklinasi untuk protusif mandibula (Heasman, 2003).
Tujuan utama terapi dengan Twin Blok yaitu untuk menambahkan panjang mandibula
dengan menstimulasi kenaikan pertumbuhan kartilago kondilus dan membatasi
pertumbuhan maksila (Baccetti dkk sit Sidlauskas, 2005).
Twin blok dibuat untuk gigitan protrusif dengan mengubah bidang inklinasi oklusal
menggunakan bidang inklinasi akrilik pada blok gigitan oklusal. Tujuannya yaitu
memajukan mandibula untuk mengoreksi maloklusi kelas II skeletal. Twin blok didesain
untuk digunakan selama 24 jam dalam sehari untuk mendapat manfaat yang maksimal dari
seluruh tekanan fungsional dengan menggunakan sistem alat sederhana yang diberikan
pada gigi geligi, termasuk tekanan mastikasi. (Clark, 2002).
Desain twin blok yang menjadi favorit orang dewasa adalah desain yang dibuat oleh
Dr. Broadbent dengan mengurangi akrilik yang berada di sekitar gigi anterior sehingga
pergerakan di daerah insisal menjadi lebih fleksibel dan pasien lebih nyaman dalam
berbicara (Clark dkk, 2004).
Dr. Mahony menciptakan desain twin blok yang memberi ruang bagi gigi yang
belum erupsi. Keuntungan dari desain ini adalah mengijinkan gigi premolar bawah tumbuh
sepanjang gigi molar bawah. Hal tersebut dapat mengurangi kebutuhan alat saat tahap
support. Adanya klamer di sepanjang rahang bawah memberikan kekuatan tambahan bagi
twin blok. Pada bagian oklusal diberi groove dan permukaan yang lebih kasar dengan
tujuan memudahkan pasien saat makan. Selain itu di daerah insisal diberi bitting surface
yang bertujuan membantu mastikasi. Labial arch pada rahang atas berperan sebagai
tambahan retensi, menjaga supaya insisal tetap pada lengkunganya serta menghentikan efek
headgear. Bukal groove pada akriliki bertujuan untuk mencegah distorsi pada klamer,
sehingga baik dokter ataupun pasien tidak perlu khawatir kehilangan retensi (Clark dkk,
2004).
Desain standar untuk maloklusi kelas II divisi 1 dengan deep bite. Desain ini
diindikasikan untuk gigi yang tidak berjejal dan rahang bawah yang masih dalam masa
perkembangan. Perkembangan rahang atas sekitar 2 mm untuk menyesuaikan rahang
bawah ketika oklusi kelas I sudah tercapai. Blok pada twin blok berfungsi untuk
mengkoreksi kelas II dan perkembangan vertikal. Pada rahang atas terdapat sekrup
ekspansi. Adanya jarak vertikal bertujuan agar molar bawah ekstrusi dengan mengurangi
blok pada molar atas sebanyak ½ mm setiap kontrol. Ekspansi rahang atas dengan memutar
skrup 1 putaran setiap minggu sampai rahang atas sesuai dengan rahang bawah.
Desain twin blok pada kasus kelas II divisi 1 dengan deep bite dan lengkung rahang
yang kecil maka baik pada rahang atas maupun plat rahang bawah diberi sekrup ekspansi.
Pada desain ini juga dilakukan pengurangan blok pada gigi molar atas agar molar bawah
erupsi. Pemutaran sekrup juga dilakukan 1 putaran setiap minggu, pada pasien anak-anak
dapat dilakukan 2 putaran setiap minggu hingga diperoleh lengkung rahang yang
diharapkan.
Untuk kasus kelas II divisi 2 dengan gigi anterior berjejal, maka pada pelat aktif
baik rahang atas dan bawah diberi sekrup ekspansi untuk perkembangan rahang ke arah
sagital. Penambahan panjang lengkung rahang dilakukan dengan pemutaran sekrup 1
putaran 4 hari sekali. Seperti halnya desain twin blok yang lain, dilakukan pengurangan
pada blok molar rahang atas sebanyak ½ mm agar molar rahang bawah erupsi
Twin blok dengan 3 sekrup digunakan pada kasus kelas II divisi 2 atau kondisi
anterior berjejal dan lengkung rahang yang sempit. Tiga buah sekrup tersebut bertujuan
untuk ekspansi rahang kea rah lateral dan antero-posterior. Beberapa kasus tertentu rahang
atas membutuhkan empat sekrup untuk memaksimumkan perkembangan rahang.
Pemutaran sekrup tergantung keinginan dokter. Semua sekrup dapat diputar sekaligus
dalam satu waktu satu putaran setiap minggu untuk mendapatkan perkembangan rahang
yang utuh. Bisa juga dilakukan pemutaran hanya pada sekrup di daerah midline satu
putaran setiap minggu, setelah dirasa cukup baru dilakukan pemutaran pada sekrup yang
lain.
Pada periode gigi bercampur dengan maloklusi kelas II maka dilakukan ekspansi
rahang. Pada plat atas dan bawah di beri sekrup di daerah midline. Retensi sangat
diharapkan pada periode gigi berjejal. Pada periode gigi bercampur tidak memerlukan
perkembangan rahang ke arah vertikal, sehingga blok pada gigi molar tidak perlu dikurangi.
Sekrup diputar satu putaran setiap minggu atau dua kali dalam seminggu jika perlu.
Twin blok juga dapat digunakan untuk mengkoreksi maloklusi kelas II dengan
open bite pada region anterior. Pada kasus ini, sudut 70º pada bagian interface sangat
penting dan harus diperhatikan. Ada kemungkinan molar bawah ekstrusi sehingga nantinya
menimbulkan open bite. Untuk mencegah hal tersebut, pada saat membuat gigitan pada
malam, kenyamanan pasien saat dokter melakukan reposisi mandibula sangat diperhatikan.
Twin blok diberi labial arch untuk menjaga gigi antertior tetap pada lengkung yang
diharapkan. Crib digunakan untuk menjaga lidah supaya tidak mendorong gigi anterior.
Pada plat rahang atas diberi sekrup di daerah midline untuk ekspansi rahang atas ke lateral.
Sama halnya dengan twin blok pada periode gigi bercampur, blok pada gigi molar tidak
perlu dikurangi, karena tidak membutuhkan perkembangan gigi ke arah vertikal. Sekrup di
aktifkan satu putaran setiap minggu.
Pencatatan gigitan dapat juga dilakukan dengan menggunakan the exactobiter atau
projet bite gauge yang didesign untuk merekam catatan interoklusal yang protrusif atau
pencatatan gigitan pada wax untuk pembuatan alat twin block (Clark, 2002). Dilakukan
gigitan dengan hubungan incisal yang edge to edge dengan 2-3 mm gigitan terbuka antara
incisivus sentralis (Jena and Duggal., 2010). Hal ini akan menyediakan ruang pada
pemisahan anterior dari incisivus dengan variasi pada openbite posterior ( Lee dkk., 2007).
A. Lama Perawatan
Waktu yang digunakan pada fase-fase perawatan dari alat Twin Block dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Untuk fase aktif : penggunaan alat selama kurang lebih 6-9 bulan hingga tercapai
pengurangan overjet yang diinginkan dengan relasi gigi anterior yang baik, dan hubungan
oklusi distal
2. Untuk fase pendukung : penggunaan alat selama kurang lebih 3-6 bulan hingga gigi
molar rahang bawah memiliki oklusiyang baik dengan gigi molar rahang atas dan gigi
premolar rahang bawah erupsi untuk dapat berkontak dengan gigi premolar rahang atas.
3. Untuk fase retensi : penggunaan alat selama 9 bulan, dan lama waktu penggunaan dapat
dikurangi jika kontak antara gigi-gigi rahang bawah terhadap gigi-gigi rahang atas tercapai
(Clark, 2002)
Gambar 4. Twin Block Rahang Atas Gambar 5.Twin Block Rahang bawah
Perawatan dengan menggunakan alat twin block dilanjutkan ke tahap akhir yaitu
tahap retensi. Tahap retensi inii menggunakan alat yang sama denganfase pendukung yaitu
alat Hawley dengan peninggi gigitan anterior. Apabila hubungan antara gigi-gigi rahang
bawah dan rahang atas sudah cukup adekuat, penggunaan alat dapat dibatasi hanya
digunakan pada mala hari saja.
C. Efek Perawatan
Penggunaan alat twin block efektif untuk koreksi maloklusi kelas II. Perawatan
dengan alat twin block berdampak pada perubahan posisi gigi-geligi, perubahan sagital, dan
dapat mengurangi overjet maupun overbite.
Penggunaan twin block pada pasien dengan maloklusi kelas II memiliki efek
menahan pertumbuhan maksila dan meningkatkan petumbuhan mandibula. Menurut
Sidlauskas (2005) pemakaian alat twin block secara signifikan akan meningkatkan panjang
mandibula (melalui pengukuran dari titik diskus artikularis ke titik pogonion) sebesar 2,4
mm dalam jangka waktu penggunaan twin block selama 6 bulan dan adanya perubahan titik
pogonin yang lebih maju (1,7 mm). Panjang mandibula yang bertambah juga ditemui pada
penelitian yang dilakukan oleh Lund dan Sandler (1998) di mana setelah penggunaan twin
block selama 12 bulan, panjang mandibula dari titik artikularis ke pogonion sebesar 2,4
mm, sedangkan menurut Toth dan McNamara (1999), terjadi peningkatan panjang
Condylus-Gnathion sebesar 3 mm dari penggunaan twin block selama 16 bulan.
Penggunaan alat twin block secara signifikan akan mengurangi besar overjet
sebanyak 4,8 mm dan pengurangan overbite sebesar 3,3 mm (Sidlauskas, 2005). Penelitian
dari Sidlauskas (2005) tersebut mengindikasikan bahwa koreksi overjet terjadi dari
kombinasi 40 % koreksi skeletal dan 60 % koreksi dentoalveolar. Penelitian dari Lund dan
Sandler (1998) penggunaan twin block dapat mengkoreksi overjet melalui retroklinasi
incisivus maksila sebesar 10,80 dikombinasi dengan proklinasi incisivus mandibula sebesar
7,90. Studi dari Trenouth (2000) menunjukkan bahwa koreksi overjet terjadi dari kombinasi
retroklinasi gigi incisivus atas sebesar (-14,370) dan koreksi sudut ANB (-2,60) yang didapat
dari peningkatan sudut SNB sebesar 2,00 dan pengurangan sudut SNA sebesar 0,6 0, selain
itu twin block juga memberikan pengaruh dilihat dari perhitungan linear (Ar-B + 6,4 mm;
Co-B + 6,43 mm; Ar-Po + 6,57 mm; Co-Po + 7,17 mm)
DAFTAR PUSTAKA
Banks, P., and Carmichael, G., 1999. Stepwise Overjet Reduction with a Modified Twin-
Block Appliance, Journal of Clinical Ortodontics, 33(11):620-623
Clark, W.J., 2002, Twin Block Functional Therapy, 2nd ed., Mosby, Sydney, hal:20-21.
Clark, W., Broadbent, J., Mahony, D., Gerber, J., 2004, Twin Block Designs Manual, Johns
Dental Laboratories Technical Bulletin, 800/457-0504, www.johnsdental.com.
Dyer, F.M.V., Mckeown, H.F., Sandler, P.J., 2001, The Modified Twin Block Appliance in
the Treatment of Class II Division 2 Malocclusions, journal of Orthodontics,
Vol.28:271-280
Illing, H.M., Moris, D.O., Lee, R.T., 1998, A prospective evaluation of Bass, Bionator and
Twin Block appliances. Part I—the hard tissues, European Journal of Orthodontics,
20:501-516.
Jena, A.K and Duggal, R., 2010. Treatment Effects of Twin-Block and Mandibular
Protraction Appliance-IV in the Correction of Class II Maloclution, Angle
Ortodontist, 80(3):485- Kidner, G., Dibiase, A., Dibiase, D., 2003. Class III Twin
Block: A Case Series. Journal of Orthodontics. 30: 197 – 201.491.
Lee, R.T., Kyi, C.S., Mack, G.J., 2007. A Controled Trial of the Effects of the Twin Block
and Dynamax Appliance on the Hard and Soft Tissues, The European Journal of
Orthodontics, 2993):272-282
Shah, A.A., Sandler, J., 2009, How to… Take a Wax Bite for a Twin Block Appliance,
Journal of Orthodontics, 36:10-12
Sidlauskas, A., 2005, The effects of the Twin-Block appliance treatment on the skeletal and
dentoalveolar changes in Class II Division 1 malocclusion, Medicina (Kaunas),
41(5).
www.johnsondental.com