You are on page 1of 33

hermaprodhite protogyni

Transisi perubahan jenis kelamin mulai terjadi pada ukuran panjang tubuh
66 cm – 72 cm (0,6 kg). Pada ukuran panjang tubuh ini merupakan ikan
berjenis kelamin betina. Sedangkan ukuran panjang tubuh 74 cm (3 kg)
merupakan ikan berjenis kelamin jantan dengan kondisi testis yang masak.
Induk kerapu hasil seleksi dipelihara dalam jaring terapung ukuran 3 x 3 x 3 m2 di
laut dan bak beton volume 100 ton. Pakan yang diberikan berupa ikan rucah segar
sebanyak 3 – 5 % setiap hari pada musim pemijahan dan 10 % setiap hari diluar
musim pemijahan. Musim pemijahan ikan kerapu bebek selama bulan Oktober.
Ikan rucah yang dipilih harus mengandung kadar protein tinggi dan kadar
lemak relatif rendah. Ikan-ikan rucah tersebut diantaranya ikan tanjan, jepuh atau
kuniran.
Secara periodik setiap bulan dilakukan pemeriksaan tingkat kematangan
gonad dengan cara biopsi (memasukkan selang kanula diameter  2 mm ke dalam
urogenital ikan dan diambil beberapa telur untuk mengukur diameter telur) dan
stripping (pengurutan bagian perut ikan jantan untuk melihat ada tidak sperma /
cairan milt).
Teknik Pemijahan
Pemijahan Alami (Natural Spawning)
Pemijahan ikan kerapu secara alami ini dilakukan dengan manipulasi
lingkungan, yaitu dengan menaikkan dan menurunkan volume air dalam bak
pemijahan. Penurunan tinggi permukaan air pada siang hari dimaksudkan untuk
menaikkan suhu air sebesar 3 oC dan salinitas sebesar 1 ppt. Adanya perubahan
suhu dan salinitas secara drastis ini akan menimbulkan stimulasi bagi induk betina
dan jantan yang telah matang gonad (dipelihara dalam jaring apung) untuk
melakukan pemijahan.
Prinsip pemijahan dengan manipulasi lingkungan ini adalah meniru kondisi
lingkungan alami yang dperlukan untuk merangsang terjadinya pemijahan. Kondisi
tersebut mirip dengan yang terjadi di alam, dimana ikan kerapu memijah pada saat
peralihan antara musim kemarau dengan musim hujan. Hal yang terjadi pada
peralihan musim ini adalah berkurangnya pasok air dan meningkatnya salinitas
(penurunan volume air pada akhir musim kemarau menyebabkan kadar garam naik)
serta meningkatnya suhu air. Menjelang peralihan ke musim hujan, secara
mendadak akan terjadi penambahan volume air (menyebabkan salinitas mulai
menurun) dan menurunnya suhu air. Dua faktor lingkungan disini yang dapat
dimanipulasi adalah suhu air dan salinitas dengan cara menurunkan dan menaikkan
volume air laut dalam bak pemijahan induk.

Ukuran bak pemijahan induk memiliki volume 5, 10 dan 30 m3. Umumnya induk ikan
kerapu bebek ini akan memijah pada malam hari sekitar pukul 22.00 – 24.00.
Perlakuan manipulasi lingkungan dengan menurunkan volume air pada bak
pemijahan hingga menyisakan air dalam bak setinggi 100 cm pada pagi hari (pukul
06.00) selama 8 – 11 jam dan kemudian volume air bak kembali dinaikkan sampai
setinggi 2 m setiap hari selama 11 – 14 hari mampu memberikan pengaruh kuat
pada induk untuk memijah.
Pemijahan Buatan (Artificial Spawning)
Pemijahan secara buatan pada induk kerapu bebek banyak menggunakan
hormon sintetis yang disuntikkan ke dalam tubuhnya secara intramuskular. Hormon
sintetis yang umum digunakan untuk induced breeding tersebut adalah campuran
HCG (Human Chorionic Gonadotrophine) dosis 1000 – 2000 IU dan Puberogen
dengan dosis 75 – 150 RU per kg berat tubuh. Penyuntikkan pada induk jantan
maupun induk betina dilakukan hanya sekali yaitu pagi hari, dan biasanya 40 – 45
jam setelah penyuntikkan induk akan memijah.

Sebelum dilakukan penyuntikkan hormon pada kedua induk ikan, perlu terlebih
dahulu dilakukan pembiusan dengan MS 222 dosis 50 ppm untuk memudahkan
kegiatan penyuntikkan.
Setelah telur keluar (menghasilkan 1 – 1,5 juta butir telur dengan tingkat
pembuahan 50 – 70 %) dan menyebar dalam bak pemijahan kemudian
dipindahkan ke dalam bak penetasan atau bak pemeliharaan larva untuk proses
inkubasi sampai telur menetas. Bak penetasan dan bak pemeliharaan larva berupa
bak semen atau bak fibberglass berukuran 10 – 20 m3 yang dilengkapi dengan
aerasi. Suhu air bak yang sesuai untuk penetasan berkisar 27 – 29 oC. Kepadatan
telur dalam bak penetasan 40 – 60 butir per liter dan telur akan menetas setelah
inkubasi selama 18 – 22 jam dengan derajat penetasan berkisar antara 60 – 70 %.
Pemeliharaan Larva
Larva kerapu bebek yang baru menetas mempunyai panjang tubuh 1,69 – 1,79 mm.
Umumnya cadangan makanan berupa kuning telur yang terdapat pada kantung larva
terserap habis pada saat larva berumur 3 hari (D.3). Setelah 3 hari menetas larva
harus segera memperoleh makanan dari luar yang sesuai.
Makanan yang dapat diberikan berupa rotifera (Brachionus plicatilis), Artemia salina
atau zooplankton lain yang memiliki nutrisi cukup tinggi. Keseimbangan kualitas air
dan populasi makanan alami tersebut dapat dipertahankan dengan pemberian
fitoplankton yaitu Chlorella sp. dan Tetraselmis chuii.
Chlorella sp. diberikan sejak larva berumur D.1 dengan kepadatan 1 – 5 . 105 sel/ml.
Rotifera diberikan dengan kepadatan 5 – 20 ekor/ml diberikan sejak umur D.3 sampai
D.5. Selanjutnya kepadatan rotifera dikurangi sampai 3 – 6 ekor/ml hingga ikan
berumur D.25 – D.30. Selain itu diberikan pula nauplii Artemia 1 – 3 ekor/ml hingga
umur D.20. Pada umur D.25 – D.35 mulai diberikan Artemia muda dengan kepadatan
1 ekor/ml. Burayak umur D.35 – D.45 mulai diberikan pakan Artemia dewasa dan
cacahan udang jambret.
Benih kerapu bebek selama 45 hari pemeliharaan di bak pemeliharaan larva memiliki
ukuran panjang 2 – 3 cm (bobot rata-rata 1,2 g). Tahap ini disebut dengan benih
yang siap untuk dipasarkan. Pada ukuran ini tingkat kanibalisme cukup tinggi
sehingga diperlukan penggolongan ukuran (grading) untuk menekan sifat buas ikan
yang akan timbul apabila terjadi perbedaan ukuran. Oleh karena itu perlu dipelihara
dalam bak terkontrol yang memudahkan penanganan dan pengawasan benih melalui
penyeragaman ukuran yang dilakukan setiap 2 bulan sekali.

You might also like