You are on page 1of 15

ALIRAN-A;IRAN SUFI DI INDONESIA DAN

SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas pada


mata kuliah Akhlak Tasawuf

Disusun
o
l
e
h

Dosen Pengampu :

INSTITUS AGAMA ISLAM SUNAN GIRI


(INSURI)
PONOROGO
2007
BAB I

I. PENDAHULUAN
Aliran-aliran sufi di Indonesia diawali atau dimulai ada sejak zaman
Wali songo (wali yang sembilan). Pada masa ini tasawuf mengalami
perkembangan yang cukup pesat di Indonesia. Wali songo (sembilan wali)
yang merupakan pelopor dan pengembangan agama Islam (Islamisasi) di pulau
jawa pada abad ke-15.
Perkembangan tasawuf sudah dimulai sejak zaman/masa Rasulullah.
Kemudian pada sahabaht dan terus berkembang hingga pada periode
perkembangan.

II. RUMUSAN MASALAH


A. Aliran-aliran sufi di Indonesia
1) Walisongo
2) Gerakan Kebatinan
B. Sejarah perkembangan tasawuf
1) Pada masa Rasulullah
2) Pada masa Sahabat
3) Periode Perkembangan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aliran-aliran sufi di Indonesia


1) Walisongo
Walisongo (Sembilan Wali), sembilan ulama yang merupakan
pelopor dan pejuang pengembangan agama Islam (islamisasi) di pulau
Jawa pada abad ke-15 (maka kesultanan Demak). Kata “wali” (arab)
antara lain berarti pembela, teman dekat, dan pemimpin; dan
pemakaiannya, wali biasanya diartikan sebagai orang yang dekat dengan
Allah swt. (waliyullah). Adapun kata “songo” (jawa) berarti sembilan.
Walisongo secara umum dapat diartkan sembilan wali yang dianggap telah
dekat dengan Allah swt. terus menerus beribadah kepada-Nya, serta
memiliki keramatan dan kemapuan-kemampuan lain diluar kebiasaan
manusia.
Dalam penyiaran Islam di jawa, w alisongo dianggap sebagai
kepala kelompok dari sejumlah besar mubaligh Islam yang mengadakan
dakwah di daerah-daerah yang belum memeluk agama Islam. Mereka
adalah 1. Sunan Gresik, 2 sunan Ampel, 3 Sunan Bonang, 4 Sunan Giri, 5
Sunan Drajat, 6 Sunan Kalijaga, 7 Sunan Kudus, 8 Sunan Muria, 9 Sunan
Gunung Jati.
Sunan Gresik “Malik Ibrahim, Maulana”
Sunan Ampel (Campa, Aceh, 140 – Ampel, Surabaya, 1481)
namanya Raden Rahmat. Ia adalah putra Maulana Malik Ibrahim dan
terkenal sebagai perencana pertama kerajaan Islam di jawa. Ia mulai
aktivitasnya dengan mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat
Surabaya, sehingga ia dikenal sebagai pembina pondok pesantren di jawa
Timur.
Menurut Babat Diponegoro, Sunan Ampel sangat berpengaruh
dikalangan Islam Majapahit, bahkan istrinyapun berasal dari kalangan
istana. Sunan Ampel tidak mendapatkan hambatan berarti bahkan
mendapatkan izin dari penguasan kerajaan. Sunan Ampel tercatat sebagai
perancang kerajaan pertama di pulau jawa dengan ibukota di Bintaro,
Demak. Dialah yang mengangkat Raden Fatah sebagai sultan pertama
Demak, yang dipandang punya jasa paling besar dalam meletakkan peran
politik umat Islam di nusantara.
Disamping itu Sunan Ampel juga ikut mendirikan masjid Agung
Demak pada tahun 1479 bersama wali-wali yang lain. Ketika mendirikan
masjid tersebut para wali mengadakan tugas. Sunan Ampel diserahi tugas
membuat salah satu dari saka gurui (tiang kayu raksasa) yang kemudian
dipasang di bagian tenggara. Tiga tiang besar yang lain dikerjakan oleh
Sunan Kalijaga untuk yang sebelah timur laut (bukan berupa tiang utuh,
tetapi berupa beberapa balok yang diikat menjadi satu yang disebut “saka
tatal”) Sunan Bonang untuk tiang sebelah barat laut. Sunan Gunung Jati
untuk tiang sebelah barat daya. Semenatara bagian-bagian lain dikerjakan
oleh para wali yang lain.
Pada awal Islamisasi pulau jawa, Sunan Ampel menginginkan agar
masyarakat menganut keyakinan yang murni, ia tidak setuju dengan
kebiasaan adat jawa seperti kenduri, selamatan, sesaji, dan sebagainya
tetapi hidup dalam sistem sosial kultural masyarakat yang telah memeluk
agama Islam. Namun wali-wali yang lain berpendapat bahwa untuk
sementara kebiasaan tersebut harus dibiarkan karena masyarakat sulit
meninggalkannya secara serentak. Akhirnya Sunan Ampel
mentoleransinya.
Sunan Bonang (Ampel Denta, Surabaya 1465-Tuban 1525)
Dianggap sebagai pencipta gending pertama dalam rangka
mengembangkan ajaran Islam dipesisir utara jawa timur. Setelah belajar
Islam di pasai, aceh Sunan Bonang kembali ke Tuban, Jawa Timur, untuk
mendirikan Pondok pesantren. Santri-santrinya berdatangan dari berbagai
daerah di nusantara. Setelah sunan ampel wafat, pesantren yang
ditinggalkannya tidak lagi mempunyai pemimpin resmi. Maka untuk
mengisi kekosongan itu sunan Bonang memprakarsai musyawarah para
wali untuk membicarakan siapa yang akan mempimpin pesantren tersebut.
Hasilnya Raden Fatah yang menjadi pengganti almarhum Sunan Ampel.
Dalam menyebarkan Islam Sunan Bonang dan para wali yang
lainnya selalu menyesuaiakan diri dengan corak kebbudayaan masyarakat
jawa yang sangat menggemari wayang serta musik gamelan. Mereka
memanfaatkan pertunjukan tradisional itu sebagai media dakwah Islam,
dan menyisipkan nafas Islam kedalamnya. Syair lagu gamelan ciptaan para
wali tersebut berisi pesan tauhid, sikap menyembah Allah swt. dan tidak
menyekutukan-Nya. Setiap bait lagu diselingi dengan syahadatain (ucapan
dua kalimat syahadat); gamelan yang mengiringinya kini dikenal dengan
istilah sekaten. Yang berasal dari syahadatain.
Sunan Bonang memusatkan dakwahnya di sekitar jawa timur.
Dalam aktifitas dakwahnya beliau mengganti nama-nama dewa dengan
nama-nama malaikat dengan tujuan agar para penganut Hindu-Budha
mudah diajak masuk Islam. Catatan-catatan pendidikan sunan bonang kini
dikenal dengan “suluk Bonang” atau “Primbon sunan Bonang”. Buku ini
berbentuk prosa jawa, kalimatnya sangat banyak dipengaruhi bahasa arab.
Sunan Giri (Blambangan, pertengahan abad ke-15-Giri, 1506).
Nama aslilnya Raden Paku disebut juga prabu Satmata. Kadang-kadang
disebut Sultan Abdul Fakih. Ketika usianya beranjak dewasa, raden paku
belajar agama di pondok pesantren Ampel Denta dan disana berteman baik
dengan Raden Maulana Makdum Ibrahim, putra Sunan Ampel yang
dikenal dengan sunan Bonang. Dalam suatu perjalanan haji menuju
Mekah, kedua santri ini lebih dahulu memperdalam pengetahuan di pasai.
Disini Raden paku sampai pada tingkat ilmu Laduni. Sehingga gurunya
menganugerahinya gelar ‘ain al Yakin. Karena itu ia kadang-kadang
dikenal masyarakat dengan sebutan Raden ‘ainul Yakin.
Sunan Giri dikenal sebagai pendidik yang berjiwa demokratis. Ia
mendidik anak-anak melalui berbagai permainan yang berjiwa agama. Ia
juga dipandang sebagai orang yang sangat berpengaruh terhadal jalannya
roda kesultanan Demak Bintaro (Kesultanan Demak)
Sunan Drajat (Ampel Denta, Surabaya, sekitar tahun 1470-Sedayu,
Gresik pertengahan abad ke-16). Nama aslinya atau Syarifuddin, karena ia
dimakamkan di daerah Sedayu, maka kebanyakan masyarakat awam
mengenalnya sebagai sunan Sedayu.
Hal yang paling menonjol dalam dakwah sunan Drajat adalah
perhatiannya sangat serius kepada masalah-masalah sosial. Ia terkenal
mempunyai jiwa sosial da teman-teman dakwahnya selalu berorientasi
pada keotong royongan. Ia selalu mempertahankan kepada umum,
menyantuni anak yatim dan fakir sebagai suatu bentuk proyek sosial yang
dianjurkan oleh agama Islam.
Sunan Kalijaga (akhir abad ke-14 – pertengahan abad ke-15)
terkenal sebagai seorang wali yang berjiwa besar, berpandangan jauh,
berfikiran tajam, intelek serta berasal dari suku jawa asli.
Sunan Kalijaga bernama aslli Raden Mas Syahid dan kadang-
kadang dijuluki sykh Malaya. Daerah operasi Sunan Kalijaga tidak
berbatas, bahan sebagai mubalig ia berkeliling dari satu daerah ke daerah
yang lain, karena sistem dakwahnya yang intelek dan aktual, maka para
bangsawan dan cendikiawan sangat simpatik kepadanya, demikian juga
lapisan masyarakat awam, bahkan penguasa.
Sunan Kalijaga mengarang aneka cerita yang bernafaskan Islam,
terutama mengenai etika. Kecintaan masyarakat terhadap wayang
digunakan sebagai sarana untuk menarik mereka masuk Islam. Banyak
corak batik yang oleh Sunan Kalijaga diberi motif burung, burung dalam
bahasa kawi disebu kukula. Kata tersebut ditulis dalam bahasa arab
menjadi qu dan qila yang berarti “peliharalah ucapanmu sebaik-baiknya”.
Dan menjadi salah satu ajaran etika sunan Kalijaga melalui corak batik.
Sunan Kudus (Abad ke-15 Kudus, 1550) Nama aslinya Ja’far
Sadiq, tetapi sewaktu kecil dipanggil Radeng Undung. Kadang-kadang
dipanggil Raden Amir Haji, sebab ketika menunaikan ibadah haji ia
bertindak sebagai pimpinan rombongan (amir).
Sunan Kudus menyiarkan agama Islam di daerah kudus dan
sekitarnya, dan dia memiliki keahlian khusus dalam ilmu agama, terutama
dalam fikih, usul fikih, tauhid, hadits,tafsir, serta logika. Karena itulah
diantara walisongo hanya ia yang mendapatkan julukan sebagai wali al
‘ilmi (orang yang luas ilmunya) dan karena keluasan ilmunya didatangi
oleh banyak penuntut ilmu dari berbagai daerah di nusantara.
Dalam melaksanakan dakwah dengan pendekatan kultural, sunan
Kudus menciptakan berbagai cerita keagamaan, yang paling terkenal ialah
Gending Maskumambang dan Mijil. Ada cerita mengatakan bahwa sunan
Kudus pernah belajar di Baitulmakdis, Palestina dan pernah berjasa
memberantas penyakit yang menelan banyak korban di Palestina. Atas
jasanya itu di beri ijazah wilayah (daerah kekuasan) oleh pemerintah
Palestina di Palestina. Namun Sunan Kudus mengharapkan hadiah tersebut
dipindah di ke pulaua jawa dan oleh Amir permintaan tersebut dikabulkan.
Sekembalinya di jawa ia mendirikan masjid di daerah Loran tahun 1459;
masjid itu diberi nama masjid Al Aqsho atau Al Manar (masjid Menara
Kudus) dan daerah sekitarnya diganti nama menjadi Kudus diambil dari
nama sebuah kota di Palestina Al Quds.
Sunan Muria (abad ke-15 abad ke-16) nama aslinya ialah Raden
Umar Said, atau raden Prawoto, namun ia lebih dikenal dengan nama
Sunan Muria karena pusat dakwahnya dan makamnya terletak di gunung
Muria (18 km disebelah utara kota Kudus sekarang).
Ciri khas sunan Muria dalam upaya menyiarkan agama Islam
adalah menjadikan desa-desa terpencil sebagai tempat operasinya. Ia lebih
suka menyendiri dan bertempat tinggal di desa dan bergaul dengan rakyat
biasa. Cara yang ditempuhnya dalam menyiarkan agama Islam adalah
dengan kursus-kursus bagi kaum pedagang, para nelayan, dan rakyat biasa.
Dalam rangka dakwah melalui budaya ia menciptakan tembang dakwah
Sinom dan Kinanti.
Sunan Gunung Jati (Makah,1448-Gunung Jati, Cirebon, Jawa
Barat,1570) Nama asilnya Syarif Hidayatullah. Dialah pendiri dinasti raja-
raja Cirebon dan kemudian juga Banten. Ia mengembangkan dasar bagi
pengembangan Islam dan perdagangan orang-orang Islam di Banten pada
tahun 1525 atau 1526. ketika ia kembali di Cirebon, Banten diserahkan
kepada anaknya, Sultan Maulana Hasanuddin kemudian menurunkan raja-
raja Banten. Di tangan raja-raja Banten inilah kemudian Pajajaran
dikalahkan. Atas prakarsa sunan Gunung Jati juga penyerangan kesunda
Palapa dilakukan pada tahun 1527, penyerangan ini dipimpin oleh
Faletehan atau Fatahillah (W.1570)

2) Gerakan Kebatinan
Disamping thariqat-thariqat yang mempunyai hubungan dengan
ilmu tasawuf kita dapati di Indonesia , terutama dalam waktu-waktu krisis
hidup dan kerusakan rohani, sesudah perang dunia ke II, berbagai aliran-
aliran dan gerakan-gerakan batin yang dari azas tujuannya kelihatan
hendak mencari hubungan dengan hidup sufi. Oleh kementrian agama
Bagian aliran dan Gerakan agama, diperbuat laporan tentang gerakan-
gerakan itu, yang disiarkan dalam majalahnya yang resmi “Penuntut”
sebagai berikut :
 Agama Imam Mahdi
Gerakan ini berpusat di Bandung, pemimpinnya yaitu Mahdi
dilahirkan di Tasikmalaya tahun 1911. sejak tahun 1927 tinggal di
Bandung. Gurunya bernama Hasan TarmIzi.
Pada tahun 1942 mengaku menerima wahyu, harus
menyebarkan syahadatnya dan mengganti dahulu, ialah Asyhadu Allah
ilaha illalllah wa asyhadu anna Imam Mahdi Habibullah.
Azas dan tujuannya yaitu memegang teguh syahadatnya dengan
menjalankan pengajarannya, hendak mengajar keselamatan dan
kesuburan seluruh rakyat di dunia dan di akhirat.

 Agama Islam Isa


Gerakan ini berpusat di Jakarta, Pemimpinnya yaitu S.R.
Parmahan (Sarung Renatus Parmahan atau Situmorang)
Azas dan tujuannya mengucapkan Allahu Akbar = Haleluya.
Dan ia mengaku diangkat oleh Tuhan menjadi nabi Al Masih (bukan
nabi Allah). Katanya untuk menjelaskan dan menyerukan
kedatangannya Rasul Adil (Q 29 : 27) serta disiapkannya sekarang
akan menjadi Rasul al Masih untuk agama Islam – Isa.

 Agama Kemanusiaan (kemanusan)


Pusat gerakan agama ini yaitu di desa Cijorogo kecamatan
Paseh, kawedanan Cicalengka, Bandung. Pemimpinnya yaitu pak
Enokh alis pak Welas.
Azas dan tujuan agama ini ialah hidup aman dan tenteram,
yaitu dengan jalan baik dan benar, tidak menipu dan membohong,
tidak iri hati dan umpat-mengumpat sesama mannusia. Orang berjabat
tangan lalu kelalap berbicara tidak karuan. Dalam gerakannya agama
ini sering mengejek Al Qur’an dan orang sembahyang. Tetapi setelah
agama ini diperingati oleh pamong praja lalu hilang tidak kedengaran
lagi.

 Gerakan-gerakan kebatinanya lainnya :


• Agama Jawa Pasundan
• Agama Islam Sejati Republik
Indonesia (AISRI)
• Agama Hakekat Mikung
• Agama Kejiwaan Islam Sejati
• Agama Jaya Allah
• Agama Muhammad
• Agama Nahiri
• Agama Jaya Asli
• Agama HUK
• Agama Keharingan
• Agama Islam Baru
• Budha Jawi
• Agama Budha
• Badan Kebatinan Indonesia
• Gerakan Anti Keislaman
• Gerakan Sumarah
• Islam Sejati
• Imam Igan Haq
• Imam Ganji
• Ilmu Bengat
• Ilmu Sejati
• Ilmu Ringan, dll

B. Sejarah perkembangan tasawuf


1) Pada masa Rasulullah
Kalau kita kembali kepada arti tasawuf kita banyak menemukan
contoh-contoh kehidupan sufi ini pada diri Rasulullah saw. Dalam
kehidupan belilau sehari-hari yang penuh dengan kehidupan yang sangat
sederhana lagi penuh dengan penderitaan dan beliau habiskan waktu untuk
beribadah kepada Allah.
Begitulah sebelum beliau diangkat menjadi Rasul. Beliau sering
melakukan khalwat (thakanus) dibukit Nur, untuk mendapatkan petunjuk
dari Tuhan. Berulang kali beliau menempuh kehidupn demikian dan untuk
perbekalan dalam khalwat ini hanya yang dibawa beberapa potong roti
kering dengan air minum serta buah-buahan yang menggambarkan
makanan yang sangat sederhana bagi orang sufi.
Di tempat itu beliau bersunyi diri (uzlah) dan memisahkan diri
(infirad)dari masyarakat Qurays yang sudah rusak, yang sudah
menyimpang dari ajaran Tuhan, ajaran yang dibawa oleh nenek moyang
mereka Ibrahim.
Nabi Muhammad mempunyai sifat yang sederhana sehingga
setelah belaiu diangkat menjadi Rasul dan telah menjadi pemimpin dan
kepala Negara, namun kehidupan kesederhanaannya masih sangat nampak.
Dalam rumah tidak terdapat perabot rumah tangga yang mewah
dan makanan yang enak, alat-alat rumah tangga untuk keperluan sehari-
haripun jarang terdapat dan jangankan makanan yang lezat, makanan yang
biasa sehari-haripun belum tentu terdapat pada tiap waktu makan.
Beliau tidur hanya diatas sepotong tikar, sampai berbekas pada pipi
beliau dan makanan yang terutama dirumah yang dapat disajikan oleh istri
beliau hanya terdiri dari roti kering yang terbuat dari tepung yang kasar
dengan cangkir air minum dan sebutir dua butir kurma.
Pada suatu haru Rasulullah pergi ke Masjid dan bertemu dengan
Abu Bakar dan Umar beliau bertanya apakah gerangan kedua orang ini
pergi ke Masjid, keduanya menjawab karena untuk menghibur lapar dan
beliau bersabda “Akupun keluar untuk menghibur lapar”.
Umar bin Khatab sangat terharu ketika masuk kamar Rasulullah
karena di sana ia hanya mendapatkan sebuah bangku yang alasnya terdiri
dari jalinan daun kurma yang tergantung di dinding hanyalah sebuah
quriba tempat air persediaan untuk berwudhu. Karena terharu sehingga
titik air matanya keluar membasahi pipinya. Kemudian Rasulullah
menegur “Kenapa engkau terharu dan air matamu titik wahai Umar?”.
Umar menjawab “bagaimana saya tidak terharu wahai Rasulullah
hanya begini keadaan yang kudapati dalam kamarmu. Tidak ada perkakas,
tidak ada kekayaan. Padahal seluruh kunci timur dan barat telah
tergenggam ditanganmu”.
Lalu beliau menjawab “aku ini adalah pesuruh tuhan ya Umar. Aku
ini bukanlah seorang kaisar dari Persia atau seorang kaisar dari Roma.
Mereka menuntut dunia dan aku menuntut akhirat”.
Diriwayatkan ketika beliau wafat tidak meninggalkan uang sedinar
juapun kepada para keluarga bahkan ketika itu tameng beliau tergadai
pada orang Yahudi untuk nafkah keluarga.
Begitulah kehidupan seorang nabi/Rasul sebagai panglima perang
dan sebagai kepala Negara yang kehidupannya penuh dengan
kesederhanaan dan penderitaan. Hidup beliau disediakan untuk berkhitmat
dan berbakti kepada Allah. Menyampaikan agama Allah kepada seluruh
umat manusia, tidak menghiraukan kepentingan pribadi, tidak
memperhatikan kepentingan kaum keluarga, tetapi seluruh hidupnya
disedikan untuk berbakti dan berkhidmat kepada seluruh umat manusia.

2) Pada masa Sahabat


Para sahabat yang besar juga mencontoh kehidupan Rasulullah
saw. dalam kehidupan mereka penuh dengan kesederhanaan yang
menunjukan bahwa perhatian mereka hanya tertuju kepada Allah dan
berbakti kepada masyarakat.
Abu Bakar hidup dengan sehelai kain saja bahkan segala harta
bendanya dikorbankan demi kepentingan agama dan Negara. Beliau
serahkan hidupnya untuk berbakti kepada Allah dan masyarakat. Beliaulah
yang menjadi teman Rasulullah dalam gua Tsur ketika hendak berhijrah ke
Madinah, beliaulah orang yang pertama membenarkan Rasulullah ketika
pulang dari Isra’dan Mi’raj.
Dalam menghadapi perang Tabuk, Rasulullah bertanya kepada
para sahabat siapakah yang bersedia memberikan harta bendanya di jalan
Allah, beliau selslu menjawab pertama, “Aku wahai Rasulullah”. Beliau
telah menyerahkan seluruh harta kekayaannya sampai ditanya oleh
Rasulullah apa yang kau tinggalkan padamu lagi kalau harta ini kau
serahkan ?” jawab Abu Bakar “ Cukup bagiku Allah dan Rasulnya”.
Beliau adalah seorang hartawan dan saudagar yang kaya raya d iota
makkah yang menjadi seorang miskin yang kadang-kadang harus
menderita kelaparan. Memang Abu Bakar adalah sahabat yang mempunyai
akhlak yang tinggi yang disegani kawan dan lawan selalu hidup saleh dan
taqwa.
Umar Bin Khatab termasuk orang yang tinggi kasih sayangnya
terhadap sesame manusia. Maka ketika ia menjadi khalifah, beliau selalu
mengadakan pengamatan langsung terhadap keadaan rakyat.
3) Periode Perkembangan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Wali songo (sembilan wali) adalah sembilan ulama yang merupakan
pelopor dan pejuang pengembangan agama Islam (islamisasi) di pulau jawa
pada abad ke-15. dalam penyiaran Islam dijawa, wali songo dianggap sebagai
kepala kelompok dari sejumlah besar mubalig Islam yang mengadakan
dakwah-dakwah yang belum memeluk agama Islam.
Disamping Thariqot-thariqot yang mempunyai hubungan dengan ilmu
tasawuf kita dapati di Indonesia, terutama di dalam waktu-waktu krisis hidup
dan kerusakan rohani.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

You might also like