You are on page 1of 6

Studi Pengaruh Konfigurasi Peralatan pada Saluran Distribusi 20 kV

Terhadap Performa Perlindungan Petir Menggunakan Simulasi ATP/EMTP


Augusta Wibi Ardikta– 2205100094

Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember


Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya - 60111

Abstrak : saluran distribusi tegangan menengah. Oleh karena itu,


Penyaluran daya listrik dengan saluran distribusi pemodelan nilai tegangan puncak induksi petir pada saluran
tegangan menengah kemungkinan melalui daerah distribusi tegangan menengah bertujuan untuk meningkatkan
dengan potensi sambaran petir yang cukup tinggi upaya perlindungan saluran distribusi terhadap adanya
sehingga dapat mengalami gangguan akibat sambaran gangguan berupa tegangan lebih.
petir. Ada berbagai macam sambaran petir, yaitu
sambaran langsung dan sambaran tidak langsung. Pada II. SISTEM DISTRIBUSI DAN FENOMENA PETIR
sambaran tidak langsung petir akan menginduksi
jaringan distribusi tegangan menengah sehingga 2.1 Saluran Distribusi
mengakibatkan tegangan lebih pada jaringan. Sistem distribusi dibagi menjadi beberapa bagian
Pada tugas akhir ini akan membahas simulasi dan yaitu:
pemodelan konfigurasi sistem distribusi tegangan 1. Distribusi Primer
menengah 20 kV terhadap performa perlindungan petir 1.1 Sistem Loop
dengan simulasi ATP-EMTP. Hasil simulasi 1.2 Sistem Radial
dibandingkan dengan Teori Rusck. Pada kasus ini akan 1.3 Sistem Mesh
diambil contoh penyulang Darmo Harapan yang 1.4 Sistem Spindel
merupakan salah satu penyulang yang berada dalam 2. Distribusi Sekunder
wilayah UPJ Darmo Permai di Area Pelayanan dan
Jaringan (APJ) Surabaya Selatan. Hasil simulasi ATP Saluran distribusi primer (tegangan menengah)
menunjukkan bahwa arus puncak petir, posisi sambaran menghubungkan antara gardu induk dengan saluran distribusi
petir serta waktu tegangan impuls petir berpengaruh sekunder (tegangan rendah). Dari distribusi sekunder listrik
terhadap besarnya tegangan induksi yang ditimbulkan disuplai ke konsumen. Atau bisa saja distribusi primer
oleh sambaran petir tersebut. mensuplai langsung ke konsumen yang biasanya berupa
industri. Saluran distribusi primer mempunyai rating
Kata kunci: Saluran Distribusi Tegangan Menengah, tegangan 20 kV. Sedangkan distribusi sekunder mempunyai
Tegangan Induksi Petir, ATP-EMTP rating 380/220 V. Tipe jaringan distribusi primer yang sering
digunakan adalah topologi radial.
I. PENDAHULUAN
2.2 Petir
Letak negara Indonesia yang berada pada daerah Petir merupakan kejadian alam di mana terjadi
tropis, memiliki tingkat sambaran petir yang lebih tinggi loncatan muatan listrik antara awan dengan tanah. Indonesia
dibandingkan dengan negara subtropis. Pada saluran terletak di negara tropis yang sangat panas dan lembab.
distribusi yang melalui daerah dengan potensi sambaran petir Kedua faktor ini sangat penting dalam pembentukan awan
cukup tinggi maka probabilitas terkena sambaran petir akan Cumulonimbus (Cb) penghasil petir. Petir atau kilat yang
cukup besar. menyambar saluran distribusi tegangan menengah dibedakan
Sambaran petir pada saluran distribusi tegangan menjadi dua macam menurut terjadinya sambaran, yaitu
menengah menyebabkan tegangan induksi pada saluran. sambaran langsung dan sambaran tidak langsung. Saluran
Tegangan induksi inilah yang dapat menyebabkan terjadinya distribusi tegangan menengah mempunyai ketinggian tiang
tegangan lebih pada saluran yang dapat membahayakan yang lebih rendah daripada saluran transmisi sehingga
isolator pada saluran, serta peralatan-peralatan listrik lainnya. sambaran petir akibat induksi lebih sering terjadi daripada
Masalah yang bisa ditimbulkan oleh tegangan lebih akibat sambaran petir langsung.
induksi petir sangat kompleks.
Dengan menggunakan teori simulasi perangkat lunak 2.2.1 Sambaran Langsung
EMTP (ElectroMagnetic Transient Program) akan Yang dimaksud dengan sambaran langsung adalah
didapatkan besarnya tegangan lebih akibat induksi petir pada apabila kilat menyambar langsung pada kawat fasa (untuk

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 1


saluran tanpa kawat tanah) atau pada kawat tanah (untuk Sampai saat ini sebab – sebab dari gelombang berjalan
saluran dengan kawat tanah). Pada waktu kilat menyambar yang diketahui adalah:
kawat tanah atau kawat fasa akan timbul arus besar dan a. sambaran kilat secara langsung pada kawat
gelombang berjalan yang merambat pada kawat. Arus yang b. sambaran kilat tidak langsung pada kawat induksi
besar dapat membahayakan peralatan-peralatan yang ada c. operasi pemutusan (switching operations)
pada saluran. Makin tinggi tegangan sistem serta tinggi d. busur tanah (arcing grounds)
tiangnya, makin banyak pula jumlah sambaran petir ke Bentuk umum suatu gelombang berjalan dari
saluran itu. sambaran petir tak langsung digambarkan sebagai berikut:
Spesifikasi dari suatu gelombang berjalan :
2.2.2 Sambaran Tidak Langsung (Sambaran Induksi) a. Puncak (crest) gelombang, E (kV) yaitu amplitudo
Sambaran tidak langsung atau sambaran induksi maksimum dari gelombang.
merupakan sambaran di titik lain yang letaknya jauh tetapi b. Waktu muka gelombang, t1 (mikrodetik), yaitu
obyek terkena pengaruh dari sambaran sehingga dapat waktu dari permulaan sampai puncak. Dalam
menyebabkan kerusakan pada obyek tersebut. praktek ini diambil 10%E sampai 90%E, seperti
Sambaran induksi dapat terjadi bila awan petir ada terlihat pada Gambar 2.7.
diatas peralatan yang berisolasi. Awan ini akan c. Ekor gelombang, yaitu bagian di belakang puncak.
menginduksikan muatan listrik dalam jumlah besar dengan d. Waktu ekor gelombang, t2 (mikrodetik), yaitu waktu
polaritas yang berlawanan dengan awan petir itu. Hal ini dari permulaan sampai titik 50%E pada ekor
akan menimbulkan muatan terikat. Bila terjadi pelepasan gelombang.
muatan dari awan petir itu, maka muatan terikat itu kembali e. Polaritas, yaitu polaritas dari gelombang, positif
bebas dan menjadi gelombang berjalan. Hal inilah yang atau negatif
disebut dengan fenomena transien pada saluran dengan kata
lain bila terdapat sebuah petir yang menyambar ke tanah di Untuk mendapatkan besarnya tegangan puncak dari
dekat saluran maka akan terjadi fenomena transien yang tegangan induksi petir dapat digunakan persamaan Teori
diakibatkan oleh medan elektromagnetis di kanal petir. Rusck:
Akibat dari kejadian ini akan timbul tegangan lebih dan
gelombang berjalan yang merambat pada sisi kawat saluran Z0 I0h 1 1
Vmax 1
distribusi yang berada di dekat sambaran terjadi. d 2 1 0.5 2

dengan
III. SAMBARAN PETIR TIDAK LANGSUNG PADA
SALURAN DISTRIBUSI TEGANGAN
MENENGAH 1 0
Z0 30
4 0
Dalam kasus sambaran petir, kerusakan
struktur/konstruksi disebabkan oleh muatan arus yang kuat Vmax = tegangan puncak induksi petir (Volt)
dalam tanah yang bergantung besarnya medan listrik dan Z0 = impedansi pada ruang hampa (ohm)
medan magnet yang ada pada lokasi tersebut. I0 = arus puncak petir (kA)
Tegangan induksi yang terjadi merupakan tegangan d = jarak antar tiang distribusi (m)
akibat adanya fenomena kopling. Diasumsikan bahwa h = tinggi tiang distribusi (m)
menara atau tiang distribusi berada pada sumbu y positif β = rasio antara kecepatan sambaran balik dan kecepatan
berupa suatu penghantar tegak lurus dengan bidang x. Arus cahaya
petir diasumsikan menyambar pada menara distribusi atau µ0 = permeabilitas magnet ruang hampa (1.26 x 10-6 H/m)
pada kawat tanah dari saluran distribusi tersebut. Tegangan ε0 = permitivitas ruang hampa (8.85 x 10-12 F/m)
induksi yang terjadi adalah akibat medan magnetik dan
medan listrik akibat arus petir yang mengalir pada menara Kecepatan sambaran balik berkisar antara 2,9.107
distribusi menuju ke pentanahan.. sampai 24.107 m/s. Sedangkan besarnya kecepatan cahaya
adalah 3.108 m/s. Jadi besarnya nilai β berkisar antara 0,1 -
0,8. Pada tugas akhir ini, nilai β diasumsikan sebesar 0,8.
Pada tugas akhir ini ada parameter yang ditetapkan
yaitu tinggi menara (33 meter), kecepatan cahaya (3x10 8
m/s) dan jarak kawat dengan sambaran kilat (30 m).
Sedangkan parameter lainnya merupakan variabel berubah
yang digunakan pada simulasi.
Pada Tugas Akhir kali ini data diambil dari Penyulang
Darmo Harapan yang berada dalam wilayah Unit Pelayanan
dan Jaringan (UPJ) Darmo Permai di bawah pengawasan dari
PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Pelayanan
Gambar 1 Spesifikasi Gelombang Berjalan dan Jaringan (APJ) Surabaya Selatan.

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 2


Gambar 2 Single Line Diagram Penyulang Darmo
Harapan

IV. SIMULASI DAN ANALISA TEGANGAN INDUKSI


AKIBAT SAMBARAN PETIR MENGGUNAKAN
ATP/EMTP Gambar 3 Pemodelan Sistem pada ATP/EMTP

Pada tugas akhir ini disimulasikan petir akan Model dari arus petir yang digunakan adalah tipe
menyambar di dekat menara saluran distribusi tegangan Heidler. Pada simulasi kali ini waktu tegangan impuls yang
menengah. Peristiwa ini akan menyebabkan induksi pada digunakan adalah 1/60 µs. Seperti ditunjukkan Gambar 3
saluran. Pemodelan menggunakan ATP-EMTP digunakan penyulang dimisalkan sepanjang 2500 m dibagi menjadi lima
untuk mengetahui seberapa besar tegangan induksi yang subsection (A, B, C, D, E) dengan lima beban yang berbeda
mengalir sepanjang saluran. Perlu diketahui saluran tegangan dimana antar setiap subsection memiliki panjang masing
menengah yang akan disimulasikan mencakup jaringan masing-masing 500 m.
distribusi saluran udara tegangan menengah hingga
transformator distribusi. Berikut ini adalah single line 4.1 Pengaruh Arus Puncak Petir Terhadap Tegangan
diagram yang disimulasikan dalam ATP/EMTP dan Puncak Induksi Petir
parameter dari trafo distribusi. Arus puncak petir yang memiliki probabilitas tertinggi
pada sambaran petir berkisar antara 20-120 kA. Nilai inilah
Tabel 1 Parameter Trafo Distribusi yang digunakan acuan untuk variabel yang digunakan pada
simulasi ATP-EMTP. Sedangkan untuk parameter lain yaitu
Nama
Jenis Elemen Nilai tinggi menara 33 meter, dan jarak sambaran 500 meter.
Elemen
Nilai tegangan induksi yang ditunjukkan pada hasil
R Tahanan 500 Ohm
simulasi ATP-EMTP dibandingkan dengan hasil perhitungan
R_1 Tahanan 558.5405 Ohm
teori yang dikemukakan oleh Rusck.
R_2 Tahanan 3822.4695 Ohm
R_3 Tahanan 1 mikro Ohm Tabel 2 Nilai Tegangan Lebih Akibat Induksi Petir
R_4 Tahanan 50 Ohm Berdasarkan Arus Puncak Petir
R_5 Tahanan 3000 Ohm Arus Tegangan Induksi (kV) Error
C_1 Kapasitor 0.0211 mikro Farad Puncak Teori Rusck Simulasi (%)
C_2 Kapasitor 0.00303 mikro Farad Petir ATP-EMTP
C_3 Kapasitor 0.0051 mikro Farad (kA)
C_4 Kapasitor 0.0001389 mikro Farad 20 66.816 43.495 34.9033
C_5 Kapasitor 0.0004221 mikro Farad 50 167.040 288.74 72.8568
C_6 Kapasitor 0.0001915 mikro Farad 75 250.561 382.95 52.83703
L_1 Induktor 0.00856 mili Henry 90 300.673 477.7 58.87692
L_2 Induktor 0.0046 mili Henry 100 334.081 525.29 57.23432
L_3 Induktor 0.036897 mili Henry 120 400.897 649.1 61.91191
L_4 Induktor 0.068493 mili Henry

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 3


Dari perbandingan antara hasil perhitungan Teori Dari perbandingan antara hasil perhitungan Teori
Rusck dan hasil simulasi ATP-EMTP ada error yang cukup Rusck dan hasil simulasi ATP-EMTP ada error yang cukup
besar, terutama pada arus besar. Hal ini karena Teori Rusck besar, terutama pada jarak yang semakin jauh. Hal ini karena
tidak mengikutsertakan parameter-parameter yang ada dalam Teori Rusck tidak mengikutsertakan parameter-parameter
model trafo distribusi. yang ada dalam model trafo distribusi.

Gambar 4 Grafik Perbandingan Tegangan Induksi Teori Gambar 5 Grafik Perbandingan Tegangan Induksi
Rusck dan Simulasi ATP-EMTP Berdasarkan Arus Menurut Teori Rusck dan Simulasi ATP-EMTP
Puncak Petir Berdasarkan Letak Sambaran Petir

Dari grafik tersebut dapat diketahui tegangan induksi Dari Gambar 5, terlihat bahwa nilai tegangan puncak
terendah pada saat arus puncak petir 20 kA yaitu. Sedangkan induksi petir terkecil terjadi saat petir menyambar tiang A
nilai tegangan induksi tertinggi pada ketika arus puncak petir (2500 meter). Sedangkan nilai tegangan puncak induksi petir
120 kA. Hubungan antara arus puncak petir dan tegangan terbesar pada saat petir menyambar tiang E (500 meter).
puncak induksi adalah berbanding lurus. Semakin kecil arus Semakin jauh letak petir menyambar, semakin kecil tegangan
puncak petir, maka semakin rendah tegangan induksinya. puncak induksi yang terjadi. Semakin dekat letak petir
Sebaliknya, semakin besar arus puncak petir maka semakin menyambar, semakin besar pula tegangan puncak induksi
tinggi nilai tegangan induksinya yang terjadi. Sehingga hubungan antara besar tegangan
puncak induksi petir dengan letak sambaran berbanding
4.2 Pengaruh Posisi Sambaran Petir Terhadap Tegangan terbalik.
Puncak Induksi Petir
Pada simulasi ini, terdapat 5 buah tiang distribusi 4.3 Pengaruh Waktu Tegangan Impuls Petir Terhadap
yaitu tiang A, B, C, D, dan E. jarak antar menara transmisi Tegangan Puncak Induksi Petir
adalah 500 meter, sehingga total jarak adalah 2500 meter. Bentuk tegangan surja petir dapat didefinisikan
Parameter arus puncak petir adalah 20 kA dan waktu sebagai tegangan impuls yaitu tegangan yang naik dalm
tegangan impuls petir adalah 1/60 µs. Pada simulasi kali ini waktu sangat singkat, disusul dengan penurunan menuju nol
variabelnya adalah letak petir menyambar di dekat tiang. yang lambat. Penyelidikan melalui eksperimen menunjukkan
Petir akan disimulasikan menyambar masing-masing gelombang mempunyai kenaikan waktu (waktu muka) 0.5
di`dekat tiang A, B, C, D, dan E. Hasil keluaran berupa sampai 50 μs dan waktu hilang 50% dari nilai puncak (waktu
tegangan lebih akibat induksi petir saat arus puncak petir 20 ekor) pada nilai 30 sampai 200 μs. Waktu tegangan impuls
kA. petir sesuai standar internasional adalah 1,2/50 μs.
Nilai tegangan induksi yang ditunjukkan pada hasil
simulasi ATP-EMTP dibandingkan dengan hasil perhitungan 4.3.1 Pengaruh Waktu Muka (Front Time)
teori yang dikemukakan oleh Rusck
Tabel 4 Nilai Waktu Muka Tegangan Impuls dan
Tabel 3 Nilai Tegangan Puncak Induksi Petir Tegangan Puncak Induksi Petir Saat Waktu Ekor 60 μs
Berdasarkan Letak Sambaran Petir Tegangan Puncak Induksi
Letak Tegangan Induksi (kV) Error Waktu Muka (μs)
Petir (kV)
Tiang Teori Simulasi ATP- (%) 0.5 74.941
Rusck EMTP 0.8 54.33
E (500 m) 66.816 59.84 10.441 1.2 34.589
D (1000 m) 33.408 58.733 75.80444 2 14.389
C (1500 m) 22.272 45.944 106.285 3.5 4.308
B (2000 m) 16.704 44.07 163.8279 5 1.577
A (2500 m) 13.363 43.49 225.4446
Waktu muka (τr) adalah waktu antara 10-90 % dari
tegangan puncak induksi petir. Pada studi ini, akan dianalisa

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 4


pengaruh waktu muka terhadap tegangan puncak induksi
petir. Simulasi ATP-EMTP menggunakan arus puncak petir
20 kA, dan waktu ekor 60 µs. Hasilnya dapat dilihat pada
Tabel 4 di atas.

Gambar 7 Grafik Waktu Ekor vs Tegangan Puncak


Induksi Petir Saat Waktu Muka 1 μs

V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Gambar 6 Grafik Waktu Muka vs Tegangan Puncak
Kesimpulan yang didapat dari analisis dan
Induksi Petir Saat Waktu Ekor 60 μs
pembahasan perhitungan adalah :
1. Hubungan antara tegangan puncak induksi petir
Dari Gambar 6, terlihat bahwa nilai tegangan puncak
dengan arus puncak petir adalah berbanding lurus.
induksi petir terbesar pada saat waktu muka 0.5 µs.
Nilai tegangan puncak induksi petir yang terkecil
Sedangkan nilai tegangan puncak induksi petir terkecil saat
terjadi pada saat arus puncak petir terendah (20 kA)
waktu muka 5 µs. Semakin cepat waktu muka sambaran
yaitu 43.495 kV. Sedangkan nilai tegangan puncak
petir, maka nilai tegangan puncak induksi yang terjadi
induksi petir terbesar terjadi pada saat arus puncak
semakin besar, begitu pula sebaliknya. Hubungan antara
petir tertinggi (200 kA) yaitu 649.1 kV.
waktu muka dengan tegangan puncak induksi petir adalah
2. Tegangan puncak induksi petir berbanding terbalik
berbanding terbalik.
dengan letak sambaran. Nilai tegangan puncak
induksi petir yang terbesar terjadi pada jarak
4.3.2 Pengaruh Waktu Ekor (Tail Time)
sambaran terdekat dengan trafo distribusi (500 meter)
Waktu ekor (τs) adalah waktu antara 10% dari
yaitu 59.84 kV. Sedangkan nilai tegangan puncak
tegangan puncak sampai dengan 50% dari gelombang ekor.
induksi terkecil terjadi pada jarak sambaran terjauh
Berdasarkan standar, nilai τs adalah 50 μs.. Pada studi ini,
dari trafo distribusi (2500 meter) yaitu 43.49 kV.
akan dianalisa pengaruh waktu ekor terhadap tegangan
3. Hasil simulasi pada ATP-EMTP relevan dengan teori
puncak induksi petir. Simulasi ATP-EMTP menggunakan
Rusck pada letak sambaran maksimum sekitar 500
arus puncak petir 20 kA, , dan waktu muka 1 µs.
meter dari trafo distribusi dengan batasan error 10%.
Sementara untuk arus puncak, pengukuran yang
Tabel 5 Nilai Waktu Ekor Tegangan Impuls dan
relevan hanya pada besaran arus puncak maksimum
Tegangan Puncak Induksi Petir Saat Waktu Muka 1 μs
sekitar 20 kA dengan batasan error sekitar 30%. Lebih
Tegangan Puncak
Waktu Ekor (μs) dari itu, perbandingan hasil simulasi ATP-EMTP
Induksi Petir (kV)
dengan perhitungan Teori Rusck mempunyai
30 38.178 perbedaan yang besar. Jadi Teori Rusck hanya cocok
50 42.203 digunakan pada perhitungan dengan arus petir rata-
75 45.166 rata sering terjadi (20 kA) dan jarak sambaran yang
120 48.972 dekat.
160 51.131 4. Waktu muka tegangan impuls petir mempengaruhi
200 52.88 nilai tegangan induksi petir. Semakin cepat (kecil)
waktu muka, semakin besar tegangan puncak induksi
Dari Gambar 7, terlihat bahwa nilai tegangan puncak petir. Hubungan antara waktu muka dengan besar
induksi petir terkecil pada saat waktu ekor 30 µs. Sedangkan tegangan induksi petir berbanding terbalik. Waktu
nilai tegangan puncak induksi petir terbesar saat waktu ekor muka tegangan impuls menurut standar adalah 1.2 µs.
200 µs. Hubungan antara waktu ekor dengan tegangan 5. Waktu ekor tegangan impuls petir juga mempengaruhi
puncak induksi petir adalah berbanding lurus. Semakin cepat nilai tegangan induksi petir. Semakin cepat (kecil)
waktu ekor sambaran petir, maka nilai tegangan puncak waktu ekor petir, semakin kecil tegangan puncak
induksi yang terjadi semakin kecil. Sedangkan semakin lama induksi petir. Hubungan antara waktu ekor dengan
waktu ekor sambaran petir, maka nilai tegangan puncak besar tegangan induksi petir berbanding lurus. Waktu
induksi yang terjadi semakin besar ekor tegangan impuls menurut standar adalah 50 µs.

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 5


5.2. Saran Supply”. PhD Thesis of Electrical Engineering.
Saran yang dapat diberikan setelah mengerjakan University Federico II of Napoli.
Tugas Akhir adalah : [15] <URL: http://www.petir.com>
1. Untuk simulasi atau pemodelan selanjutnya yang lebih
kompleks dan rumit, bisa digunakan perangkat lunak BIODATA PENULIS
EMTP-RV (Restructure Version) yang memiliki
tingkat ketelitian lebih tinggi. Augusta Wibi Ardikta dilahirkan
2. Perlu adanya evaluasi pada pengamanan jaringan di Madiun, 17 Agustus 1987.
distribusi tegangan menengah terhadap sambaran Penulis adalah putra pertama dari
petir. Evaluasi ini ditujukan agar dapat meminimalisir dua bersaudara pasangan Sugijanto
akibat tegangan induksi yang dihasilkan sambaran (alm) dan Martuti Koesni. Penulis
sehingga tidak merugikan pelanggan dan PT. PLN. memulai jenjang pendidikannya di
SD Negeri Pucang IV Sidoarjo
DAFTAR PUSTAKA hingga lulus tahun 1999. Setelah
itu penulis melanjutkan studinya di
[1] Marsudi, Djiteng. 1990. Operasi Sistem Tenaga
SMP Negeri 2 Sidoarjo. Tahun
Listrik. Jakarta: Graha Ilmu.
2002, penulis diterima sebagai
[2] Kadir, A. 2000. Distribusi dan Utilisasi Tenaga
siswa SMA Negeri 1 Sidoarjo
Listrik. Jakarta: Universitas Indonesia.
hingga lulus tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis
[3] Mahmudsyah, Syariffuddin. 2007. Teknik Tegangan
masuk ke Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS lewat jalur SPMB
Tinggi. Handout Kuliah, Jurusan Teknik Elektro ITS,
dan mengambil bidang studi Teknik Sistem Tenaga.
Surabaya.
Pada bulan Juni 2010 penulis mengikuti seminar
[4] Arismunandar, A. 1975. Teknik Tegangan Tinggi.
dan ujian Tugas Akhir di Bidang Studi Teknik Sistem
Jakarta: Pradnya Paramita.
Tenaga Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS sebagai salah satu
[5] Zoro H. Reynaldo. 2004. Proteksi Terhadap
syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknik Elektro.
Tegangan Lebih Petir Pada Sistem Tenaga Listrik.
Catatan Kuliah, Departemen Teknik Elektro ITB,
Bandung.
[6] Mahmudsyah, Syariffuddin. 2007. Teknik Tegangan
Tinggi : Petir dan Permasalahannya. Diktat Kuliah.
Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya.
[7] Sabiha, Nehmdoh and Lehtonen, Matti. 2009.
Investigating Lightning-Induced Overvoltages
Transmitted to Customer Side. International
Conference on Power Systems Transients (IPST2009)
in Kyoto, Japan.
[8] Golde, R. H., 1977. Lightning Protection. London:
Academic Press Inc, vol-2.
[9] L. Tobing, Bonggas. 2003. Peralatan Tegangan
Tinggi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
[10] Hutauruk, T.S. 1989. Gelombang Berjalan dan
Proteksi Surja. Jakarta: Erlangga.
[11] Mengenal Dahsyatnya Petir sebagai Ancaman bagi
Perangkat Infokom yang Rawan, <URL:
http://www.ristinet.com>
[12] Nucci, C.A., Rachidi, F., 1999. ”Lightning-Induced
Overvoltages”. IEEE Transmission and
Distribution Conference, Panel Session
”Distribution Lightning Protection”, New Orleans,
April 14.
[13] Prikler, László dan Hans Kr. Høidalen. 1998.
ATPDraw for Windows 3.1x/95/NT version 1.0:
User’s Manual. Trondheim: SINTEF Energy
Research.
[14] Mottola, Fabio. 2007. ”Methods and Techniques for
the Evaluation of Lightning-Induced Overvoltages
on Power Lines: Application to MV Distribution
Systems for Improving the Quality of Power

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 6

You might also like