Professional Documents
Culture Documents
:Oleh
TENGKU MUHAMMAD
ACEH PIDIE
2010
SEJARAH TAFSIR DAN ASAL USUL
PERKEMBANGANNYA
BAB I.
PENDAHULUAN
Pertama: Penulisan Al Qur'an di masa Rasulullah saw. Atas perintah Nabi saw.,
Al Qur'an ditulis oleh penulis-penulis wahyu di atas pelepah kurma, kulit binatang,
tulang dan batu. Semuanya ditulis teratur seperti yang Allah wahyukan dan belum
terhimpun dalam satu mushaf. Di samping itu ada beberapa sahabat yang menulis
sendiri beberapa juz dan surat yang mereka hafal dari Rasulullah saw.
Kedua: Penulisan Al Qur'an di masa Abu Bakar As Shiddiq. Atas anjuran Umar
ra., Abu Bakar ra. memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan ayat-
ayat Al Qur'an dari para penulis wahyu menjadi satu mushaf.
Ketiga: Penulisan Al Qur'an di masa Usman bin 'Affan. Untuk pertama kali Al
Qur'an ditulis dalam satu mushaf. Penulisan ini disesuaikan dengan tulisan aslinya
yang terdapat pada Hafshah bt. Umar. (hasil usaha pengumpulan di masa Abu Bakar
ra.).
Penulis tidak membagi pembahasan tentang sejarah tafsir menjadi dua bagian
yaitu sejarah metode tafsir dan sejarah pembukuan tafsir, ini karena terbatasnya
makalah yang ingin ditulis.
Takwil menurut Ibnu Al-jauzi adalah menukar maksud asli lafadz tersebut dengan
maksud yang lain karena ada hal yang menunjukkan ke arah tersebut.
BAB II
Sejarah Tafsir
Metode penafsiran Al-Qur’an pada zaman Nabi adalah penjelasan secara langsung
oleh beliau sendiri, sebab orang yang paling memahami Al-Qur’an adalah Rasulullah,
beliau selalu memberikan penjelasan kepada sahabatnya. Contohnya hadits yang
diriwayatkan Muslim dari Uqbah bin ‘Amir Al-juhani berkata :
Metode sahabat dalam menafsirkan al-Qur’an adalah melalui tiga macam cara;
Menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, menafsirkan Al-Qur’an dengan sunnah
Rasulullah, dengan kemampuan ijtihad dan cerita Israiliyat.
Cara penafsirannya adalah melalui beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara
lain:
3.Mengetahui kondisi kaum Yahudi dan Nashrani di kepulauan Arab pada waktu
turun Al-Qur’an.
Cara penafsirannya adalah melalui berita yang berasal dari orang-orang Yahudi
dan Nashrani. Rasulullah pernah bersabda "jika dikisahkan padamu tentang Ahlul
kitab maka janganlah dibenarkan dan jangan pula dianggap dusta". Maksudnya ialah
supaya kaum muslimin menyelidiki dahulu kebenaran hal tersebut, setelah nyata
kebenarannya barulah diambil sebagai pegangan.
Di antara tokoh mufassir pada masa ini adalah: Khulafaurrasyidin (Abu Bakar,
Umar, Utsman, Ali), Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin Ka’ab,
Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair dan Aisyah. Namun yang paling banyak
menafsirkan dari mereka adalah Ali bin Abi Tholib, Abdullah bin Mas’ud dan
Abdullah bin Abbas.
Metode penafsiran yang digunakan pada masa ini tidak jauh berbeda dengan masa
sahabat, karena para tabi’in mengambil tafsir dari mereka. Dalam periode ini muncul
beberapa madrasah untuk kajian ilmu tafsir di antaranya:
2.Madrasah Madinah atau Madrasah Ubay bin Ka’ab, yang menghasilkan pakar
tafsir seperti Zaid bin Aslam, Abul ‘Aliyah dan Muhammad bin Ka’ab Al-
Quradli.
Ahli sejarah berpendapat zaman ini sekitar abad ke 3 Hijriah atau zaman
sesudah zaman Tabi'in. di zaman inilah munculnya para imam-imam mazhab dalam
fiqh. Metode penafsiran yang digunakan pada masa ini mulai mencantumkan nama
guru tempat mereka mengambil hadits yang sanadnya sampai ke Rasulullah Saw.
Penulis tafsir yang terkenal di zaman ini antaranya Al-Waqidi (wafat 207), sesudah
itu ibnu Jarir Ath-thabarri (wafat 310).
15. Tafsir Dan Metodenya Pada Abad 4 H – 12 H.
Ahli sejarah berpendapat zaman ini sekitar abad ke 4 Hijriah atau zaman sesudah
zaman salaf. Metode penafsiran yang digunakan pada masa ini tidak hanya mengutip
riwayat dari sahabat, tabi'in dan tabi' tabi'in saja tetapi telah mulai bekerja menyelidiki
dan membuat perbandingan penafsiran sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan saat itu, di mana logika dan ilmu filsafat telah dipelajari. Buku tafsir di
periode awal seperti nik wal 'uyun oleh Al-mawardi, bahrul ulum oleh samrqandi,
tafsir al-bughawi dan lain-lain. Pada zaman ini banyak sekali melahirkan buku tafsir
dengan berbagai gaya penafsiran seperti gaya sastra bahasa, gaya kisah-kisah, gaya
filsafat, gaya teologi, gaya penafsiran ilmiah, gaya fiqih atau hukum, gaya tasawuf
dan lain-lain.
Metode penafsiran yang digunakan pada masa ini sastra budaya kemasyarakatan
yang mencakup berbagai hal kemasyarakatan seperti unsur kesehatan dan kejiwaan.
Kebanyakan tafsir yang menjelaskan petunjuk-petunjuk ayat-ayat Al-Qur’an yang
berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat, serta usaha-usaha untuk
menanggulangi penyakit-penyakit atau masalah-masalah mereka berdasarkan
petunjuk ayat-ayat, dengan mengemukakan petunjuk-petunjuk tersebut dalam bahasa
yang mudah dimengerti tapi indah didengar10. Di antara tokoh di zaman ini Syaikh
Muhammad 'Abduh, Abu A'la Al-Maududi, Sayid Qutb dan lain-lain.
BAB III
Setelah umat Islam tersebar di berbagai pelosok dunia maka keinginan untuk
mengetahui Al-Qur’an dengan bahasanya sendiri semakin meningkat maka timbullah
usaha untuk menterjemahkan Al-Qur’an ke berbagai bahasa dunia.
Terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Eropa terjadi pada tahun 1135 M untuk
keperluan biara Clugny, kemudian menyusul dalam bahasa Jerman oleh Boysen tahun
1773. adapun terjemahan dalam bahasa Inggris pertama kali oleh A. Ross yang
merupakan terjemahan dari bahasa Perancis tahun 1647. terjemahan Al-Qur'an yang
paling terkenal di dunia Barat dan Timur ialah Abdullah Yusuf Ali, The Holy Qur'an
Text tahun 1934.
SIMPULAN
Terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan secara literal teks Al-
Qur'an yang tidak dibarengi dengan usaha interpretasi lebih jauh. Terjemahan secara
literal tidak boleh dianggap sebagai arti sesungguhnya dari Al-Qur'an. Sebab Al-
Qur'an menggunakan suatu lafadz dengan berbagai gaya dan untuk suatu maksud
yang bervariasi; terkadang untuk arti hakiki, terkadang pula untuk arti majazi (kiasan)
atau arti dan maksud lainnya.
DAFTAR PUSTAKA