Professional Documents
Culture Documents
Di susun oleh:
Mariyana 705070015
Fakultas Psikologi
Universitas Tarumangara
Jakarta
2009
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada hakekatnya perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh
hasrat, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Menurut Johan (1993), ada
tiga tipe hubungan seksual antara lain hubungan seks yang terjadi antara pria
(homoseksual), hubungan seks antar wanita (lesbian) dan hubungan seks antara
pria dan wanita. Menurut Reuben (Wirawan, 1981) seks mempunyai tiga fungsi.
Pertama, tujuan reproduksi yaitu untuk memperoleh keturunan. Kedua, seks untuk
penyataan cinta yaitu seks yang dilakukan dengan ikatan cinta. Ketiga, seks untuk
lama dan mampu mengalami kenikmatan tanpa merugikan salah satu pihak.
kepuasaan fisik, dan merupakan respon dari bentuk perilaku seksual yang berupa
segala macam tingkah laku yang didorong oleh hasrat baik dengan lawan jenis atau
sesama jenis dari perasaan tertarik sampai tingkah laku kencan, bercumbu dan
Pada era globalisasi sekarang ini, semakin banyak timbulnya beragam fenomena
seksual, seperti topik yang akan peneliti gali lebih dalam mengenai gambaran
konsep diri bagi wanita dewasa awal yang telah melakukan hubungan seksual
2
pranikah. Remaja kota kini semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah.
Berdasarkan survey yang ada, 63% remaja d Indonesia usia remaja adalah
melakukan hubungan seksual di luar nikah. Menurut dr. Boyke Dian Nugraha,DSOG
ahli kebidanan dan kandungan pada RS.Dharmais, 16-20% dari remaja yang
antara lain disebabkan empat hal yaitu, (a) oleh pergaulan bebas, (b) rendahnya
pendidikan seks dalam diri anak sejak dini, (c) pola asuh orang tua yang kurang
menerapkan ajaran agama dan moralitas, dan (d) kurangnya kontrol dari orang tua
serta kurangnya kontrol diri pada diri individu itu sendiri. Perilaku seseorang
ditentukan oleh konsep diri yang ada pada dirinya. Konsep diri adalah semua ide,
pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen,
1992). Apa yang individu pikirkan dan rasakan tentang dirinya berkaitan erat dengan
tingkah laku yang dimunculkan dalam kehidupannya. Sama halnya dengan para
Sumber konsep diri berasal dari dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah konsep diri yang dibangun oleh dirinya sendiri. Faktor
eksternal adalah konsep diri yang dibangun oleh diri sendiri yang berasal dari
keluarga, masyarakat dan lingkungan sosial lainnya. Individu dan konsep diri yang
3
positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal,
intelektual, dan penguasaan lingkungan (Anna Keliat, 1992). Individu dengan konsep
diri yang sehat akan memiliki keseimbangan dalam kehidupan khususnya perilaku
Bagaimana gambaran umum konsep diri pada wanita dewasa awal yang
Penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya, para psikolog, dan
para praktisi pendidikan untuk memahami gambaran umum konsep diri wanita
dewasa awal yang melakukan hubungan seksual di masa remaja. Penelitian ini
diharapkan bermanfaat bagi pihak yang terkait, khususnya para remaja (wanita)
dampak yang akan muncul kemudian hari. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat
4
untuk menambah pengetahuan keluarga, agar pihak keluarga lebih memahami dan
mendukung wanita dewasa awal yang sudah melakukan hubungan seksual pranikah
saat remaja. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadinya pengucilan pada wanita
5
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
Konsep diri ialah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang
bahwa konsep diri adalah suatu pandangan dan perasaan seseorang tentang dirinya
serta persepsi tentang dirinya. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan,
Dasar dari konsep diri individu ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak dan
menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya dikemudian hari. Konsep diri
adalah hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan
yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya. Grinder (1978) juga
sendiri, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun moral. Menurut Carl Rogers (dikutip
oleh Feist & Feist, 2006), konsep diri adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai
pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan
aku.
Konsep diri ini terbagi menjadi dua yaitu konsep diri riil dan konsep diri ideal.
McCrae dan Costa (dikutip oleh Feist & Feist, 2006 ) juga menambahkan bahwa
konsep diri merupakan sebuah adaptasi karakter. Namun, dia memiliki kotaknya
6
sendiri karena dia adaptasi yang penting. Konsep diri terdiri dari beberapa bagian,
yaitu: (a) gambaran diri (body image), (b) ideal diri, (c) harga diri, (d) peran diri dan,
(e) identitas diri. William H. Fitts (1971, dalam Agustiani 2006) mengemukakan
bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep
dalam lingkungan. Konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang.
Dengan mengetahui konsep diri seseorang maka akan lebih mudah meramalkan
Menurut Argyle konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (a)
Reaksi dari orang lain; caranya dengan mengamati pencerminan perilaku seseorang
terhadap respon orang lain, dapat dipengaruhi dari diri orang itu sendiri, (b)
perbandingan dengan orang lain; Konsep diri seseorang sangat tergantung pada
cara orang tersebut membandingkan dirinya dengan orang lain, (c) peranan
seseorang; Setiap orang pasti memiliki citra dirinya masing-masing, sebab dari
situlah orang tersebut memainkan perannanya, dan (d) identifikasi terhadap orang
lain. Pada dasarnya seseorang selalu ingin memiliki beberapa sifat dari orang lain
yang dikaguminya (dikutip oleh Handry & Heyes, 1989). Fitts (1971, dalam
Agustiani, 2006) menambahkan bahwa konsep diri dapat juga dipengaruhi oleh (a)
perasaan berharga; (b) kompensasi dalam area yang dihargai oleh individu dan
orang lain; (c) aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi
dari (a) Aspek fisik yang terdiri dari penilaian individu terhadap segala sesuatu yang
7
dimilikinya, (b) aspek sosial yang meliputi bagaimana peranan sosial yang
dimainkan oleh individu dan sejauh mana penilaian terhadap kerjanya, (c) aspek
moral meliputi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang memberi arti dan arah bagi
kehidupan seseorang dan (d) aspek psikis yang meliputi pikiran, perasaan, dan
sikap individu terhadap dirinya sendiri (dikutip oleh Burns, 1993). Perkembangan
manusia.
Selama masa anak pertengahan dan akhir, kelompok teman sebaya mulai
memainkan peran yang dominan, menggantikan orangtua sebagai orang yang turut
berpengaruh pada konsep diri mereka. Selama masa anak akhir konsep diri yang
terbentuk sudah agak stabil tetapi dengan mulainya masa pubertas terjadi
perubahan drastis pada konsep diri. Remaja yang masih muda mempersepsikan
dirinya sebagai orang dewasa dalam banyak cara, namun bagi orangtua tetap masih
remaja pada hampir semua area kehidupan, konsep diri juga berada dalam keadaan
terus berubah pada periode ini. Pada usia 25 – 30 tahun biasanya ego orang
dewasa sudah terbentuk dengan lengkap, namun mulai dari sini konsep diri menjadi
8
2.1.1 Pembagian Konsep Diri
Menurut Stuart & Sundeen (1991) konsep diri dibagi menjadi; (a) ideal diri, (b)
Ideal diri
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu (Stuart &
Sundeen, 1991, hal. 375). Ideal diri juga akan menwujudkan cita-cita dan harapan
Menurut Keliat (1998) ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu (a)
kebutuhan yang realistis, (c) keinginan untuk menghindari kegagalan, (d) perasaan
cemas dan rendah diri. Agar individu mampu berfungsi dan mendemonstrasikan
kecocokan antara persepsi diri dan ideal diri. Ideal diri ini hendaknya ditetapkan tidak
terlalu tinggi, tetapi masih lebih tinggi dari kemampuan agar tetap menjadi
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuard & Sundeen, 1991,
hal. 376). Frekuensi pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah
atau harga diri yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri
rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama adalah di
9
cintai dan menerima penghargaan dari orang lain (Keliat, 1992). Biasanya harga diri
Harga-diri itu adalah bagaimana seseorang merasakan dirinya (how you feel
about yourself). Kata "bagaimana" di situ mengarah pada adanya kualifikasi rendah
dan tinggi atau positif dan negatif (low and high self-esteem). Sedangkan kata
"merasakan" di sini, menurut Dr. Nathaniel Branden (Nase, 2004) dan lain-lain,
"merasakan" di situ bukan merasa yang asal merasa (mere feeling), tetapi lebih
merupakan "experiencing" dan "dealing with". Jadi, orang yang harga-dirinya bagus
itu adalah orang yang mengalami proses hubungan yang positif dengan dirinya,
punya perasaan positif terhadap dirinya, punya penilaian yang bagus terhadap
dirinya (self-concept). Pengalaman dan proses hubungan yang positif inilah yang
kemudian melahirkan sikap dan tindakan yang positif yaitu terpuji atau terhormat
Harga diri tinggi terkait dengan kecemasan yang rendah, efektif dalam kelompok
dan diterima oleh orang lain. Sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan
interpersonal yang buruk dan resiko terjadi depresi dan skizofrenia. Gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk
hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara
situasional (trauma) atau kronis (negatif self evaluation yang telah berlangsung
lama), dan dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung (nyata atau
tidak nyata). Menurut Crocker dan Wolfe (dikutip oleh Myers, 2005), wilayah atau
daerah yang penting terhadap harga diri seseorang yaitu kita harus membuat
10
seseorang merasakan diri mereka menarik, atletis, berpengetahuan luas, dan
selebihnya. Harga diri yang rendah lebih berpotensi terhadap meningkatnya (a)
lainnya.
Seseorang dengan harga diri yang tinggi cenderung (a) lebih inisiatif, (b) berdaya
2003). Sisi gelap dari harga diri yang tinggi ditemukan pada seseorang yang
dengan masalah klinis termasuk kecemasan, kesepian, dan kelainan pola makan.
Ketika merasakan perasaan yang tidak baik atau merasa dipermainkan, mereka
memandang semuanya itu hanya dari sisi gelapnya saja yaitu orang lain menyadari
dan hanya mengingat tingkah laku buruk mereka serta merasa bahwa rekannya
tidak mencintai mereka (Myers, 2005). Tidak seperti harga diri yang mudah sekali
retak atau hancur, harga diri yang aman atau relatif tinggi lebih kondusif terhadap
kesejahteraan yang lebih panjang (Kernis, 2003; Schimel & others, 2001). Menurut
Crocker dan Park (dikutip oleh Myers, 2005), mereka yang mengejar harga diri
dengan menjadi lebih cantik, kaya secara material, terkenal, akan kehilangan
pandangan atau pengetahuan mengenai apa yang membuat hidup menjadi benar-
benar berkualitas. Lebih jauh lagi, jika tujuan kita adalah merasakan perasaan yang
baik terhadap diri kita, maka kita akan menjadi (a) Kurang terbuka terhadap kritikan,
(b) lebih suka menyalahkan daripada berempati terhadap orang lain dan, (c)
11
Gambaran Diri (Body Image)
Gambaran diri (Feist & Feist, 2006) adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya
secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang
ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu
individu (Stuart & Sundeen, 1991). Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian
lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan (Keliat, 1992).
tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan
Individu yang stabil, realistis, dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan
sukses dalam kehidupan. Menurut Rogers (dikutip oleh Feist & Feist, 2006), self-
bagaimana ia menilai dirinya sendiri atau disebut juga self-image, dan bagaimana ia
permanen dan mencakup dua faktor yaitu hal yang dapat diobservasi secara
langsung (seperti tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, dan sebagainya), dan
12
orang lain tentang dirinya. Self-concept yang dimiliki orang bermental sehat adalah
seseorang bisa memiliki sebuah self-concept yang aneh dan berbeda dengan
perasaan mereka yang sebenarnya agar dapat mendapat pengakuan dari orang
lain, secara sosial maupun profesional. Ini meliputi bagaimana mereka menekan
impuls dan perasaan mereka yang sebenarnya, yang secara tidak disadari dapat
membuat mereka: (a) Terasing dari diri mereka sendiri, (b) mendistorsi pengalaman
mereka di dunia, dan (c) membatasi kemampuan untuk mencapai aktualisasi diri
Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat
characteristics are directly related to reproduction and include the sex organs
(genitalia). Secondary sexual characteristics are attributes other than the sex
organs that generally distinguish one sex from the other but are not essential
Encyclopedia, 2002).
penting pada laki-laki dan perempuan. Pada remaja putra tumbuh rambut kemaluan,
kulit menjadi kasar, otot bertambah besar dan kuat, suara membesar dan lain,lain.
13
Sedangkan pada remaja putri ditandai dengan pinggul melebar, payudara mulai
tumbuh, tumbuh rambut kemaluan, mulai mengalami haid, dan lain-lain. Seiring
dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada remaja ke arah kematangan yang
seksualnya. Hal tersebut merupakan suatu yang wajar karena secara alamiah
dorongan seksual ini memang harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara
Setiap manusia normal memiliki dan merasakan adanya dorongan seksual atau
gairah seksual. Dorongan seksual mulai dirasakan sejak masa remaja, akibat
keinginan yang bersifat erotis yang mendorong orang untuk melakukan aktivitas
seksual dan hubungan seksual. Dorongan seksual akan semakin kuat jika ada
rangsangan seksual dari luar, baik berupa rangsangan fisik maupun psikis. Berbagai
macam rangsangan seksual yang bersifat fisik, seperti ciuman dan rabaan, dapat
bahkan hubungan seksual. Aktivitas seksual adalah segala bentuk perilaku yang
kecuali hubungan seksual. Aktivitas itu seperti mulai dari melakukan ciuman,
pelukan, rabaan, sampai oral seks. Aktivitas ini dapat berlanjut sampai ke hubungan
14
banyak pasangan, cenderung dilakukan dengan siap saja yang disukai dan bersedia
melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah
mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan
suami-istri. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari
perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Obyek
seksual dapat berupa orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam
khayalan atau diri sendiri. Sedangkan perilaku seks pranikah merupakan perilaku
seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum
hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja, oleh karena
itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai (menikah) maka harus dilakukan usaha
untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut. Adapun faktor-
tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan,
karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus
meningkat untuk perkawinan dan, (c) norma-norma agama yang berlaku, dimana
15
remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-
hal tersebut.
pendidikan seksual bagi anak sedini mungkin. Beberapa hal penting dalam
memberikan pendidikan seksual, seperti yang diuraikan oleh Gunarsa (1995) berikut
ini, mungkin patut diperhatikan: (a) Cara menyampaikannya harus wajar dan
sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu; (b) isi uraian yang disampaikan
agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol
bahwa uraiannya tetap rasional; (c) pendidikan seksual harus diberikan secara
perkembangan tidak sama untuk setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka
cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak dan; (d)
dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
dengan tahap perkembangan anak. Pada anak umur 9 atau 10 tahun belum perlu
16
2.3 Dewasa Awal
Menurut Hurlock (1999) pada tahap dewasa awal individu akan mengalami
perubahan, baik secara fisik maupun psikologis. Perubahan yang terjadi seperti
perubahan penampilan, minat, sikap, dan perilaku. Hal ini dikarenakan tekanan-
penyesuaian diri yang harus dihadapi diri individu. Menurut Dariyo (2003) individu
dewasa awal (young adulthood) secara fisik menampilkan profil yang sempurna
mencapai posisi puncak. Mereka yang tergolong dewasa awal ialah mereka yang
termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition), transisi
secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role
trantition).
Dari pertumbuhan fisik, menurut Santrock (dikutip oleh Dariyo, 2003) diketahui
bahwa pada dewasa awal, penampilan fisik benar-benar matang sehingga siap
dan mempunyai anak. Masa perubahan fisik ini ditandai dengan misalnya tumbuh
secara intelektual pada dewasa awal yaitu mencapai tahap postformal thought.
Menurut Piaget (dikutip oleh Papalia, Olds, & Feldman, 2001), orang dewasa
17
thought merupakan tipe yang matang, percaya pada pengalaman subjektif dan
intuisi yang masuk akal dan berguna untuk berhubungan dengan ketidakyakinan,
Transisi peran sosial menurut Erikson (dikutip oleh Papalia, et al., 2001) ialah
masa untuk membentuk suatu hubungan intimasi yang dalam dengan orang lain
ataupun hubungan sesama yang berarti. Jika individu dewasa awal tidak dapat
dan kompromi namun Erikson juga menambahkan bahwa keintiman bukan semata-
mata perasaan orgasme dari hubungan genital heteroseksual. Pada masa ini,
personality traits dan gaya hidup seseorang cenderung stabil, namun perubahan
perilaku dapat terjadi ketika terjadi hal yang benar-benar berpengaruh. Keputusan
akan keintiman dan tipe hubungan personal telah ditentukan (termasuk dalam
kohabitasi). Pada tahap ini, banyak yang sudah memulai membangun keluarganya
sendiri, dan malah ada juga yang telah menjadi orangtua (Papalia, et al., 2001).
mengembangkan hubungan yang dekat dengan orang lain dan mereka juga
dewasa awal mempengaruhi pertentangan antara kebutuhan akan intimasi dan rasa
tanggung jawab dengan kebutuhan akan mandiri dan kebebasan (dikutip oleh Hoyer
18
2.3.2 Wanita Dewasa Awal
emosi, rasio dan suasana hati yang berhubungan dengan hakekatnya sebagai
wanita. Logika berpikirnya wanita dikuasai oleh kesatuan tersebut, didasari oleh
aspek emosi, perasaan dan suasana hatinya. Pikiran, perasaan dan kemampuan
memberikan respon-respon yang lebih kuat dan lebih emosional terhadap masalah-
masalah yang dihadapi. Sifat wanita lebih emosional dibandingkan dengan pria.
Emosi wanita yang kuat mengakibatkan wanita lebih cepat mereaksi dengan hati
penuh ketegangan, lebih cepat kecil hati, bingung, takut, dan cemas (Kartono,1992).
pribadi yang sudah punya bentuk dan relatif stabil. Dengan adanya kestabilan ini
dimungkinkan usaha untuk memilih apa yang ia kehendaki. Dalam usia dewasa
muda wanita mulai memahami konstitusi diri sendiri. Ia memahami keadaan sendiri,
Gilligan (dikutip oleh Dariyo, 2003) menyatakan bahwa pada diri wanita juga
moral wanita menjadi tiga tahap, yaitu (a) Orientation of individual survival (transisi I:
19
goodness to truth), dan (c) morality of nonviolence. Tahap pertama yaitu orientasi
memikirkan dan mengusahakan hal-hal yang terbaik untuk hidup diri sendiri. Yang
penting adalah agar dirinya bisa bertahan dalam kehidupannya secara praktis.
diri dengan kaum laki-laki agar nantinya dapat menduduki posisi pekerjaan yang
Transisi pertama adalah dari diri sendiri menuju rasa tanggung jawab. Wanita
menyadari bahwa dirinya mempunyai relasi dengan orang lain dalam lingkungan
secara moral kepada orang lain (Dariyo, 2003). Tahap kedua adalah kebaikan
sebagai pengorbanan diri. Pada tahap ini wanita cenderung melakukan kebaikan
dan menjadikannya sebagai prinsip hidup, yaitu bagaimana dirinya berkorban dari
segi waktu, tenaga ataupun materi (biaya) demi kebaikan orang lain. Kenyataannya,
karena faktor gender, sering kali seorang wanita lebih banyak mengorbankan
Transisi kedua adalah dari kebaikan menuju kebenaran. Wanita menilai bahwa
setiap keputusan yang diambil bukanlah bergantung pada orang lain, tetapi karena
berdasarkan keyakinan diri dan hati nurani yang mantap yang berpijak pada
kebenaran. Dengan dasar keyakinan yang benar, seorang wanita mau mengambil
keputusan sebagai langkah konkret guna mewujudkan kebenaran itu sendiri (Dariyo,
2003). Tahap ketiga adalah moralitas yang tidak berdasarkan pada kekerasan. Sifat
20
dasar wanita adalah kelembutan dan kehalusan budi pekerti sebab hal ini
merupakan refleksi dari sifat feminitasnya. Oleh karena itu wanita selalu menentang
segala tindak kekerasan baik yang dilakukan orang lain terhadap orang lain maupun
Konsekuensi dari sikap tersebut, wanita tidak akan melakukan kekerasan dalam
dan seluas mungkin. Banyak dari perilaku mereka merupakan perilaku menyimpang
merupakan suatu hal yang tabu dilakukan namun fakta menunjukkan bahwa
kebanyakan dari para remaja telah melakukan hubungan seksual di luar nikah. Pada
masa remaja, individu mengalami perubahan dari segi fisik dan biologis selain itu
juga mengalami perkembangan sosial yaitu adanya ketertarikan yang besar pada
lawan jenis. Perubahan dari segi fisik menimbulkan adanya hasrat atau dorongan
Meski perilaku seksual pranikah masih marak terjadi pada tiap lapis golongan
21
terjadi. Setiap manusia mempunyai konsep diri yang berbeda satu sama lainnya.
Konsep diri mendasari setiap perilaku yang kita munculkan, baik perilaku yang
sesuai norma maupun perilaku yang tidak sesuai norma hukum dan sosial.
konsep diri seseorang, termasuk juga pengalaman yang kurang baik. Konsep diri
Konsep diri seseorang dapat dibangun oleh diri sendiri maupun lingkungan
sekitarnya. Seseorang yang membangun konsep diri dari dirinya sendiri akan teguh
dan cenderung tidak akan terpengaruh pihak luar. Lain halnya dengan seseorang
mereka cenderung lebih rentan terhadap perubahan konsep diri mereka sendiri.
Seseorang yang melakukan tindakan yang sesuai dengan norma sosial memiliki
konsep diri yang sehat. Sebaliknya terjadi dengan seseorang yang kerap kali
yang berlaku. Konsep diri yang rusak dapat menyebabkan individu menjadi tidak
mengetahui tujuan hidupnya dan tidak mengenal dirinya sendiri sebagai pribadi yang
sehat.
Pada usia dewasa awal, individu akan mengalami perubahan minat, sikap, dan
perilaku. Usia dewasa muda individu akan menginjak fase postformal thought yang
merupakan level kognisi tertinggi, berada dalam tahap yang matang dan percaya
terbentuk konsep diri yang lebih sesuai dengan diri seseorang. Oleh karena itu,
22
peneliti perlu mengetahui bagaimana gambaran konsep diri wanita dewasa awal
yang sudah pernah melakukan hubungan seksual pranikah saat remaja dan faktor-
23
BAB III
METODE PENELITIAN
Subjek yang dipilih adalah mereka yang sudah memasuki usia dewasa awal yaitu
berkisar antara 20-30 tahun. Subjek berjenis kelamin perempuan dan pernah
pasangannya.
sangkut paut yang erat dengan sifat atau ciri-ciri populasi yang sudah diketahui
sudah ada tujuannya dan sudah tersedia rencana sebelumnya. Biasanya sudah ada
24
3.1.3 Jumlah Sampel
butuhkan oleh peneliti berkaitan dengan topik pada penelitian ilmiah yang dilakukan
subjek pertama, Tanjung Gedong Raya pada subjek kedua, dan Gading Serpong
pada subjek ketiga. Instrumen dari penelitian ini adalah digital recorder, batu baterai,
alat tulis berupa pensil dan ballpen, informed consent, pedoman wawancara, buku
kosong untuk mencatat, laptop, dan alat telekomunikasi. Digital recorder digunakan
untuk merekam informasi yang diberikan oleh subjek dalam bentuk suara selama
wawancara berlangsung.
Alat tulis dan buku kosong digunakan untuk mencatat hal-hal yang penting dan
hal-hal yang ganjil untuk dipertanyakan kembali kepada subjek yang bersangkutan.
melenceng dari topik penelitian yang ada. Laptop digunakan sebagai alat untuk
25
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Persiapan
Kelompok mencari sebuah konsep penelitian yang akan dilaksanakan dan masih
tentang konsep diri wanita dewasa awal yang melakukan hubungan seks di luar
nikah. Ini dikarenakan topik yang dipilih oleh kelompok dianggap masih harus
dilakukan penelitian untuk dapat lebih menjawab fenomena seks di luar nikah.
Konsep penelitian yang sudah jelas dan tetap membantu kelompok untuk dapat
mulai melakukan tahap berikutnya yaitu mencari sumber referensi yang valid seperti
dari jurnal dan buku-buku ilmiah. Sumber referensi yang dipakai oleh kelompok
berasal dari buku-buku milik pribadi dari anggota kelompok maupun dari
perpustakaan psikologi.
kemudian disusun menjadi sebuah pedoman wawancara. Pedoman ini yang menjadi
pewawancara akan melakukan sedikit bahkan banyak perubahan. Ini dilakukan oleh
kelompok adalah yang memiliki hubungan pertemanan cukup dekat dengan subjek.
26
Kelompok memutuskan untuk tidak meminta izin secara tertulis seperti proposal
karena status subjek yang masih merupakan teman dekat. Kelompok menjamin
pada para subjek bahwa data yang telah diberikan akan dijaga kerahasiaanya dan
buku kosong untuk mencatat hal-hal penting, alat tulis, dan digital recorder. Selain
adalah kendaraan pribadi dan kendaraan umum untuk menghemat biaya serta lebih
3.3.2 Pelaksanaan
September 2009 pada pukul 16.00 WIB dengan durasi waktu wawancara 17 menit.
September 2009 pada pukul 14.33 WIB dengan durasi waktu wawancara 12 menit
salah satu Mall yang berada di kawasan Jakarta Barat, pada pukul 19.00 WIB
27
Pewawancara hanya membutuhkan waktu singkat untuk melakukan wawancara,
ini dikarenakan subjek cukup terbuka walau masih dirasa kurang oleh pewawancara.
untuk membantu setiap pewawancara. Dalam penelitian ini, kelompok memakai tiga
pengerjaan verbatim karena merekalah yang paling mengerti isi dan kondisi saat
wawancara dilakukan.
28
BAB IV
ANALISIS DATA
Subyek I
berumur 20 tahun dan beragama katolik. Subyek berasal dari suku bangsa
Tionghua. Pendidikan terakhir subyek yaitu SMA (Sekolah Menengah Atas) dan saat
ini subyek masih berkuliah di salah satu universitas swasta di Jakarta. Tinggi dan
berat badan subyek yaitu 162 cm dengan berat 48 kg. Pada waktu wawancara
dilakukan subyek memakai kaos bewarna kuning dengan celana jeans panjang
bewarna biru.
Ciri fisik subyek seperti rambut yaitu hitam, lurus, dan panjagnya sebahu. Kulit
subyek bewarna putih. Subyek juga memakai aksesoris pada saat wawancara
Ekspresi wajah : cukup tenang selama wawancara walau subyek sedikit malu-malu
Subyek II
22 tahun 8 bulan. Subyek berasal dari suku bangsa Tionghua. Jawa, dan
29
Palembang. Pendidikan terakhir subyek yaitu SMA (Sekolah Menengah Atas) dan
saat ini subyek masih berkuliah di salah satu universitas swasta di Jakarta. Tinggi
dan berat badan subyek yaitu 165 cm dengan berat badan sekitar 50 kg.
Pada saat wawancara, subyek mengenakan kaos putih dan jaket berwarna biru
laut. Ia juga mengenakan celana jeans berwarna biru dan sendal jepit. Subyek juga
mengucir rambutnya seadanya, dan tidak mengenakan make up. AKsesoris yang ia
gunakan hanyalah anting emas. Subyek terlihat santai dan tenang dalam proses
wawancara, hal ini baik karena dapat disimpulkan bahwa subyek sudah mengenal
Ekspresi wajah subyek terlihat santai (pada awal wawancara) dan mulai terlihat
psikologis, namun setelah dijelaskan lebih jauh, akhirnya subyek mengerti dan dapat
Subyek III
20 tahun dan beragama Kristen protestan. Subyek berasal dari suku bangsa
Tionghua. Pendidikan terakhir subyek yaitu SMA (Sekolah Menengah Atas) dan saat
ini subyek masih berkuliah di salah satu universitas di Jakarta. Tinggi dan berat
badan subyek yaitu 165 cm dan 45 kg. Pada waktu wawancara dilakukan subyek
30
Ciri fisik subyek seperti rambut yaitu hitam dan panjangnya sebahu. Kulit subyek
berlangsung seperti tas berukuran sedang bewarna hitam, memakai kosmetik, jepit
rambut dan anting-anting. Pada saat wawancara subyek tidak mengikat rambutnya
tetapi hanya menggunakan jepit rambut. Ekspresi wajah subyek pada saat
wawancara berlangsung yaitu cukup cerah dalam namun saat ditanya mengenai
anggapan dirinya sendiri terhadap dirinya, subyek menunjukkan wajah yang sedih
namun kembali cerah dan bersemangat setelah ditanya mengenai harapan untuk
masa depannya. Secara umum subyek mengerti apa yang peneliti tanyakan
padanya.
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu (Stuart dan
Sundeen, 1991).
Subyek I
Subyek I berkata bahwa “...saya lebih mikirin seorang wanita yang ideal tuh wanita
yang setia, jadi ya mereka sama. Kalo emang mau ngelakuin hubungan seksual ya
Subyek II
Subyek II berkata bahwa ”... kalau menurut gua, cewek itu mesti setia, e.. trus, lebih
31
penting lagi kalau dia tuh e.. e.. melakukan hubungan seks itu sama pasangannya
aja.”
Subyek III
Subyek III berkata bahwa “...Ingin jadi cewek yang setia, cewek yang baik, cewek
Kesimpulan
Kesamaan tentang bagaimana ideal diri seorang wanita dijawab ketiga subyek
dengan jawaban yang sama, yakni seharusnya seorang wanita yang ideal adalah
Harga-diri itu adalah bagaimana seseorang merasakan dirinya (how you feel
rendah dan tinggi atau positif dan negatif (low and high self-esteem). Sedangkan
kata "merasakan" di sini, menurut Dr. Nathaniel Branden (Nase, 2004) dan lain-lain,
"merasakan" di situ bukan merasa yang asal merasa (mere feeling), tetapi lebih
merupakan "experiencing" dan "dealing with". Jadi, orang yang harga-dirinya bagus
itu adalah orang yang mengalami proses hubungan yang positif dengan dirinya,
punya perasaan positif terhadap dirinya, punya penilaian yang bagus terhadap
dirinya (self-concept). Pengalaman dan proses hubungan yang positif inilah yang
kemudian melahirkan sikap dan tindakan yang positif (terpuji atau terhormat) (dikutip
32
Subyek I
Subyek I berkata bahwa “...Kadang- kadang saya ngerasa hancur sih, gimana
ya..ehm, saat kesuciannya diambil bukan oleh satu orang itu terus, tapi bisa aja
ganti.”
Subyek II
Pas awal-awal gue lakuin itu, gue nyesel gue sempet nangis juga,
pikiran gue yang lain...gue juga sayang dia gitu lho. Mmmmm....dan
dia juga sayang sama gue dan dia juga sebenernya sih,
Subyek III
Subyek III berkata bahwa “... Pertama sih menyesal, takut ditinggalin, tapi ya sudah
sih karena ternyata banyak juga yang sudah pernah. Biasanya merasa sudah tidak
berharga lagi gitu, kayak gitu sih biasanya hal yang gampang dilepas.”
Kesimpulan
Hasil wawancara dari ketiga subyek mengenai harga dirinya setelah melakukan
hubungan seks di luar nikah menunjukkan bahwa harga diri subyek mengalami
penurunan. Hal ini terlihat jelas dari penuturan ketiga subyek yang merasa menyesal
33
telah melakukan seks di luar nikah dan merasa sudah bukan wanita yang sempurna.
seks di luar nikah dirasa sebagai pengalaman yang buruk dan mengakibatkan
timbulnya suatu perasaan negatif terhadap diri mereka seperti perasaan tidak
beharga, penyesalan, dan lainnya. Sesuai dengan teori bahwa perasaan negatif ini
timbul dari adanya pengalaman para subyek dengan lingkunganya yang tidak sesuai
Gambaran diri (Feist & Feist, 2006) adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya
secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang
ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu
Subyek I
Subyek I berkata bahwa “…. Tapi sekarang saya ngerasa kok saya sedikit binal
ya..kayaknya walaupun saya cuma ngelakuin sama pacar saya, Cuma saya ngerasa
udah gak pure aja seratus persen perempuan yang bisa jaga diri.”
Subyek II
minta, gue takut hamil atau gimana gitu...tapi gue selalu nganjurin dia klo
34
juga masih mau. Pada saat gue remaja kan gue masih mau lulus, buat lulus
sekolah lah...kalau misalnya sampai orang tua gue tau ya...emang orang tua
ga tau pada saat gue melakukan hubungan seks itu...ya gue agak-agak takut
aja sama orang tua gue. Klo mereka sampai tahu tiba-tiba gue hamil
Subyek III
Kalo cewek yang belum pernah kan seperti kertas kosong dan ada coretan-
coretan kehidupan, garis kehidupan tapi kertas itu sudah penuh jadi tinggal
sisa sedikit untuk pasangan hidup kita yang berikutnya. Kita memberi orang
yang kita sayangi dengan sepenuhnya, kasian kan kalau cuman setengah-
setengah.
Kesimpulan
Ketiga subyek, yang merupakan seorang wanita dewasa awal yang melakukan
hubungan seksual pranikah. Mereka miliki gambaran diri yang merasa seakan
mereka tidak bisa mengikuti aturan, tidak alim seperti dahulu, menganggap dunia
seks.
35
penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu, (b) penyaluran tersebut tidak dapat
segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum
yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk
perkawinan dan, (c) norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang
untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak
Subyek I
pertama ya..dia minta aja, minta trus memang sempet maksa seh,
saya sudah gak kasih. Ya, bisa dibilang setengah diperkosa gitu,
Subyek II
…Mmm.. tapi karena gue antara terpojok, gue sayang sama pasangan gue
paksaan itu kayak misalnya mmm cowok gue bilang ah lu kan pacar
gue….mmm…suatu saat lu bakal nikah ma gua kan ... klo gue ga kasih dia
36
Subyek III
Subyek III berkata bahwa “Hmm..mungkin napsu ya.. trus sayang, dikira bakal
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapat dari ketiga subyek yang merupakan faktor utama
terjadinya seks pranikah di kalangan remaja ialah karena adanya rasa keterikatan
(rasa kasih sayang) antar kedua pasangan dan didasari nafsu atau hasrat seksual
37
BAB V
5.1 Kesimpulan
Data penelitian mengenai seks di luar nikah yang didapatkan dari ketiga
subyek yakni subyek I dengan inisial A, subyek II dengan inisial H dan subyek III
dengan inisial P. Data penelitian berhasil kami dapatkan dengan proses wawancara
yang telah kami lakukan beberapa waktu lalu. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan kepada ketiga subyek, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
diri ideal (ideal self) seorang wanita. Ketiga subyek menyatakan bahwa seharusnya
wanita yang ideal adalah wanita yang setia terhadap pasangannya dan tidak
berganti-ganti pasangan. Harga diri (self esteem) subyek I, II dan III terlihat jelas
nikah. Orang yang harga dirinya bagus itu adalah orang yang mengalami proses
hubungan yang positif dengan dirinya, punya perasaan positif terhadap dirinya,
Subyek H dan P merasa telah tidak berharga, dan menganggap negatif dirinya
sebagai seorang wanita yang sudah tidak sempurna lagi karena telah melakukan
hubungan seks di luar nikah, dan mempunyai rasa takut untuk ditinggalkan oleh
38
terenggut bukan oleh satu pria saja. Ketiga subyek menyatakan tentang gambaran
diri mereka secara sadar maupun tidak sadar, yang mencakup tentang persepsi, dan
perasaan tentang ukuran, bentuk tubuh dan fungsi tubuh. Ketiga subyek merasa
gambaran diri mereka telah berubah yaitu mereka memiliki pandangan yang lebih
luas atau terbuka mengenai alasan seseorang melakukan hubungan seks pranikah,
merasa bahwa dirinya tidak sebaik dulu pada saat belum melakukan hubungan
seksual serta mereka tidak lagi dapat mengikuti aturan dan norma dari orang tua.
subyek karena adanya faktor hormonal yang disebabkan adanya perubahan hormon
yang terjadi saat remaja / masa pubertas sehingga menimbulkan adanya hasrat
untuk melakukan hubungan seksual dan adanya faktor rasa kasih sayang yang
5.2 Diskusi
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan self-esteem atau
harga diri dari ke tiga subyek mengalami penurunan setelah melakukan hubungan
seks pranikah pada saat remaja. Penurunan harga diri yang dialami oleh ketiga
subyek terkait dengan pengalaman hubungan seksual pranikah yang membuat para
subyek menyesal akan tindakan tersebut. Bagi wanita keperawanan adalah sesuatu
yang sangat beharga dan patut dijaga, namun ketika hal itu hilang akan
39
self esteem yaitu bagaimana seseorang merasakan dirinya (how you feel about
yourself). Kata "bagaimana" di situ mengarah pada adanya kualifikasi rendah dan
tinggi atau positif dan negatif (low and high self-esteem). Sedangkan kata
Pertama, pengertian "merasakan" di situ bukan merasa yang asal merasa, tetapi
lebih merupakan "experiencing" dan "dealing with". Jadi, orang yang harga-dirinya
bagus itu adalah orang yang mengalami proses hubungan yang positif dengan
dirinya, punya perasaan positif terhadap dirinya, punya penilaian yang bagus
terhadap dirinya (self-concept). Pengalaman dan proses hubungan yang positif inilah
yang kemudian melahirkan sikap dan tindakan yang positif (terpuji atau terhormat)
( dikutip oleh Rubino, 2004). Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Dr.
Nathaniel, ketiga subyek merasakan dan menilai bahwa dirinya bukan lagi wanita
yang sempurna akibat dari hubungan atau pengalaman negatif yang pernah dialami
ketiga subyek dan pada akhirnya mengakibatkan penurunan harga diri. Seperti yang
dikatakan subyek A bahwa kesucian seorang wanita telah direnggut bukan hanya
Pada awalnya ketiga subyek memang merasakan dan menilai dirinya secara
Para subyek merasa dirinya hancur dan tidak berharga lagi. Tetapi seiring
berjalannya waktu peneliti melihat adanya suatu kekuatan untuk ingin menjadi
wanita yang lebih baik lagi guna mencapai ideal diri pada diri masing-masing
subyek. Hal ini terlihat pada subyek H yang tetap berpikir positif terhadap dirinya
40
walaupun ia menyesal telah melakukan hubungan ini. Menurut Stuard dan Sundeen
self esteem adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi (Stuard
Sesuai dengan teori di atas, harga diri para subyek sekarang menjadi lebih baik
karena para subyek berusaha untuk tidak melakukan hubungan seksual pranikah
dengan pasangannya yang sekarang. Para subyek lebih menjaga diri dan tidak ingin
wanita yang lebih baik lagi atau mencapai ideal diri yang ada pada masing-masing
subyek. Hal ini dapat terlihat pada subyek A, H, dan P yang hingga saat ini belum
samping itu peneliti menemukan bahwa ketiga subyek yang merupakan wanita usia
dewasa awal menganggap bahwa seorang wanita yang ideal adalah wanita yang
bijaksana, dan taat pada Tuhan. Ideal diri adalah persepsi individu tentang
personal tertentu. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai
Sesuai dengan teori di atas, ketiga subyek mengetahui apa yang harus mereka
seksual pranikah dengan pasangannya yang sekarang. Ini membuktikan bahwa para
subyek berperilaku berdasarkan tujuan personal terentu yang dapat tercermin dari
41
komitmen para subyek mengenai hubungan seksual pranikah. Nilai-nilai yang ingin
dicapai oleh ketiga subyek sebagai wanita adalah nilai kesetiaan terhadap pasangan
dan menjaga diri dengan hanya melakukan hubungan seksual dengan satu orang
saja setelah menikah kelak. Hal ini dapat terlihat pada pasangan subyek H yang
menolaknya. Begitupun dengan subyek P dan A yang hingga saat ini menutup rapat-
rapat kejadian ini pada banyak orang untuk bisa ke jenjang yang lebih serius.
Gambaran diri ketiga subyek yang merupakan wanita usia dewasa awal setelah
melakukan hubungan seksual pra nikah menjadi lebih menilai buruk dirinya, seperti
merasa tidak bisa menunjukkan aturan lagi, merasa bukan wanita yang sempurna,
dan merasa dirinya tidak alim (baik) seperti dahulu. Mereka juga takut akan dampak-
dampak negatif dari hubungan seksual pranikah, seperti hamil. Gambaran diri
adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini
mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan
dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan
dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Feist & Feist, 2006).
Menurut Rogers (dikutip oleh Feist & Feist, 2006), self-concept seseorang dapat
sendiri atau disebut juga self-image, dan bagaimana ia menilai lingkungannya. Self-
image adalah gambaran mental yang umumnya bersifat permanen dan mencakup
dua faktor yaitu hal yang dapat diobservasi secara langsung (seperti tinggi badan,
berat badan, jenis kelamin, dan sebagainya), dan pengalaman pribadi, yang
42
Seperti dikatakan oleh Heiman, Lopiccolo, dan Lopiccolo (1976): Saat kita dewasa,
kita telah belajar untuk mengenali dan mengontrol rasa lapar, sakit, dan letih;
pengontrolan akan fungsi seksual kita. Mungkin pemikiran seksual dan aktivitas
seksual membuat subyek merasa akan dihukum, dan dipercaya bahwa hal tersebut
adalah dosa. Mereka merasa sangat dalam ketika melakukan hubungan seksual dan
yang menjadi penyebab terjadinya hubungan seks pranikah dari ketiga subyek.
Ketiga subyek mengalami beberapa kejadian identik yang mendorong mereka untuk
paksaan secara halus maupun kasar dari pasangan, rasa kasih sayang terhadap
pasangan serta keinginan atau nafsu yang bangkit akibat perubahan hormonal di
masa remaja. Menurut Pangkahila (2001) dorongan seksual akan semakin kuat jika
ada rangsangan seksual dari luar, baik berupa rangsangan fisik maupun psikis.
Berbagai macam rangsangan seksual yang bersifat fisik, seperti ciuman dan rabaan,
dapat membangkitkan dorongan seksual. Hal tersebut dilakuakan oleh ketiga subyek
penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia
43
maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan
yang terus meningkat untuk perkawinan dan norma-norma agama yang berlaku,
Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk
paksaan dari pasangan mereka. Paksaan tersebut baik secara verbal maupun
nonverbal. Paksaan secara verbal berupa rayuan dari pasangan mereka dan janji-
janji manis seperti tidak akan meninggalkan subyek, sedang paksaan secara
Hambatan
Secara umum kami mampu mengerjakan dengan cukup baik namun terdapat
yang terjadi di awal penelitian yaitu saat menentukan topik penelitian. Peneliti
mengalami kesulitan saat menemukan karena keinginan peneliti untuk mencari topik
yang lebih spesifik. Peneliti juga memiliki sedikit hambatan dalam mencari subyek
yang sesuai dengan topik penelitian. Awalnya peneliti mendapatkan empat hingga
lima subyek dengan alasan dua subyek yang lain akan di jadikan cadangan
Di samping itu, kesulitan yang kami jumpai selama proses pembuatan makalah
ini terutama pada proses wawancara, karena ada subyek yang jarak tempat
tinggalnya jauh dari kami yaitu di Tangerang. Hal lain yang menjadi hambatan yaitu
44
faktor waktu yang dimaksud berupa penyususunan jadwal pertemuan dengan antar
subyek juga durasi wawancara karena subyek tidak mempunyai banyak waktu untuk
sudah ditentukan jauh sebelumnya namun terdapat beberapa kendala, hal tersebut
dikarenakan subyek kami ada yang bekerja sehingga ia tidak bisa menepati janji
waktu wawancara dengan subyek yang sudah bekerja. Peneliti melihat masih ada
subyek yang tidak terlalu terbuka terhadap peneliti sehingga peneliti harus membuat
proses pembuatan makalah ini yaitu, teori-teori yang kami dapatkan awalnya masih
terlalu luas sehingga pada akhirnya kami harus mencari teori baru yang lebih
spesifik untuk menjelaskan topik utama dari makalah ini. Penambahan teori-teori
ketiga subyek.
5.3 Saran
pada hal yang lebih spesifik seperti masa lalu subyek dan pengaruh budaya
terhadap pola pikir subyek. Perencanaan yang lebih matang lagi dalam pemilihan,
pendekatan atau membangun hubungan yang baik, serta saat mewawancarai untuk
menghindari respon negatif dari subyek yang bisa menyebabkan subyek menjadi
45
subyek laki-laki juga akan sangat membantu untuk memperluas sudut pandang
dalam memahami fenomena seks di luar nikah. Tidak hanya memandang fenomena
ini melalui kacamata perempuan, namun juga dari sudut pandang laki-laki yang
dianggap sebagai pemicu terjadinya hubungan seks di luar nikah pada masa
remaja. Dengan lebih memahami faktor penyebab terjadinya hubungan seks di luar
nikah yang dilakukan remaja, dapat menjadi sebuah kajian psikologi remaja,
seorang wanita tidak seharusnya diberikan dengan gampang kepada siapapun juga
dianggap sebagai suatu hal yang sepele. Para remaja juga harus belajar untuk
mengerti bahwa hubungan seks sendiri bukan perwujudan kasih sayang satu-
satunya dalam suatu hubungan pria dengan wanita sehingga dapat lebih berhati-hati
Para orang tua dari remaja juga dapat belajar untuk menjaga anaknya lebih baik
lagi dalam pergaulan. Pendidikan seks merupakan hal yang penting untuk diberikan
secara dini kepada anak mereka tanpa harus khawatir akan efek negatif dari
pendidikan seks. Jika diberikan dengan benar dan tepat waktunya, maka pendidikan
seks tersebut akan sangat berguna nantinya saat anak mereka mencapai masa
46
remajanya atau ketika mengalami pubertas. Anak-anak yang sudah mendapat
pendidikan seks yang baik dari orangtuanya akan lebih bijak dalam berpikir dan
bertindak ketika mulai bersinggungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan seks,
apakah itu dari teman-temannya ataupun dari media. Orang tua yang anaknya telah
melakukan hubungan seks di luar nikah harus belajar untuk dapat menerima
anaknya apa adanya karena sebenarnya sang anak sangat membutuhkan sebuah
tersebut.
47
Daftar Pustaka
dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja. Bandung: Refika
Aditama.
Berapakah harga diri anda. Di ambil pada tanggal 28 Agustus 2009, dari
http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=429
Widiasarana Indonesia.
Feist, J., & Feist, G. J. (2006). Theories of Personality (6th ed). New York: McGraw-
Hill.
Heiman, J., Lopicollo, L., & Lopiccolo, J. (1976). Becoming orgasmic : A sexual
Hoyer, W. J., & Roodin, P. A. (2003). Adult development and aging (5th ed.). New
York: McGraw-Hill.
Kartono, K. (1992). Psikologi wanita: Mengenal gadis remaja dan wanita dewasa.
48
Keliat, A. (1998). Pembagian konsep diri. Diambil 28 Juli 2009, dari
http://www.masbow .com
http://www.damandiri.or.id/file/loetfiadwiunairbab2.pdf
Myers, D.G. (2005). Social psychology (8th ed. ). New York : McGraw-Hill
Utama.
http://duniapsikologi.dagdigdug.com/2008/12/04/pengertian-seksualitas/
Pendidikan seksual pada remaja. Di ambil pada tanggal 6 September 2009, dari
http://www.ilmupsikologi.com/?p=20=1
hubungan-seksual-pranikah.html
Stuart & Sudeen. (1991). Pembagian konsep diri. Diambil 28 Juli 2009, dari
http://www.masbow.com
49
LAMPIRAN
Pertanyaan
1. Bagaimana hubungan pertemanan anda pada saat remaja dan saat ini?
seksual?
12. Komitmen apa yang dapat anda lakukan untuk diri anda sendiri setelah
50