Professional Documents
Culture Documents
2010
STRATEGI INDUSTRIALISASI
INDONESIA
Editor:
Mister Candera (Pend
Ekonomi ’08)
Di susun oleh:
Mister Candera
Lulus Yuni Tika R
Maemunah
Syahidah Rohmah
STRATEGI
INDUSTRIALISASI
INDONESIA
Oleh:
Mister Candera
Lulus Yuni Tika R
Maemunah
Syahidah Rohmah
Editor:
Mister Candera (Pend Ekonomi ’08)
UNIVERSITAS JAMBI
Hak cipta dilindungi:
Dilarang keras memperbanyak, memfotocopi sebagian atau seluruh
Isi buku ini, serta memperjualbelikannya tanpa mendapat izin tertulis dari
Penulis/editor
Pertama dan yang paling utama, penulis mengucapkan puji syukur khadiat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat serta Hidayah-Nya dalam penyusunan makalah
yang berjudul “Strategi Industri Indonesia” ini.
1. Dosen pengampu mata kuliah ekonomi industri DR. Muazza, M.Si yang telah
memberikan masukkan serta bimbingan dalam penyusunan makalah ini
2. Tim jajaran dalam kelompok Ekonomi Industri yang telah bekerja sama dalam
penyelesaian makalah ini.
3. Para teman-teman yang telah memberikan partisipasi baik itu moril, materi
maupun material
Makalah ini disusun dari berbagai refrensi yang relevan dengan mata kuliah
ekonomi industri, sehingga penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunannya,
sebagai manusia biasa pasti ada kesalahan dan kekhilafan baik itu materi, maupun
bahasanya. Maka dari pada itu penulis mengharapkan kepada para pembaca agar dapat
memberikan saran ataupun kritik yang membangun sebagai acuan penyusunan makalah
kedepan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar belakang Penulisan ......................................................................... 1
1.2Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.4Manfaat Penulisan .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Industrialisasi Berbasis Pertanian ........................................................... 3
2.2 Tantangan yang Dihadapi Sektor Industri .............................................. 3
2.3 Strategi Industri: Dari Substitusi Impor Ke Substitusi Ekspor ............... 4
2.4 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Industri Nasional ...................... 6
2.5 Kebijakan Pengembangan Industri Kecil dan Menengah ....................... 9
2.6 Strategi Baru dalam Mengahadapi ACFTA: Mendorong Kemandirian . 10
2.7 Butir-Butir Kebijakan Pengembangan Industri ..................................... 10
2.8 Alternatif Strategi Industrialisasi ............................................................ 14
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ................................................................................................. 18
3.2 Saran ....................................................................................................... 18
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam situasi yang seperti itu, maka untuk mempercepat proses industrialisasi,
menjawab tantangan dari dampak negatif gerakan globalisasi dan liberalisasi ekonomi
dunia, serta mengantisipasi perkembangan di masa yang akan datang, pembangunan
industri nasional memerlukan arahan dan kebijakan yang jelas. Kebijakan yang mampu
menjawab pertanyaan, kemana dan seperti apa bangun industri Indonesia dalam jangka
menengah, maupun jangka panjang.
(http://www.setneg.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=215&Itemid=76)
Dari berbagai permasalahan yang telah dijelaskan di atas penulis menarik sebuah
judul yaitu “Strategi Industrialisasi Indonesia”
Tidak dapat diingkari bahwa krisis ekonomi yang dialami Indonesia selama
periode 1997-1999, salah satu penyebabnya adalah karena kesalahan strategi
industrialisasi selama pemerintahan orde baru yang tidak berbasis pada sektor yang
mana Indonesia mamiliki keunggulan komparatif yang sangat besar, yaitu pertanian.
Selama krisis terbukti bahwa sektor pertanian masih mampu memiliki laju pertumbuhan
yang positif, walaupun dalam persentase yang kecil. Sedangkan sektor industri
manufaktur mengalami laju pertumbuhan yang negatif di atas satu digit.
Ada beberapa alasan kenapa pembangunan sektor pertanian yang kuat esensial
dalam proses industrialisasi di Negara seperti Indonesia, yakni sebagai berikut:
1. Sektor pertanian yang kuat, berarti ketahanan pangan terjamin. Hal ini
merupakan salah satu prasyarat penting agar proses industrialisasi pada khususnya
dan pembangunan ekonomi pada umumnya bisa berlangsung dengan baik.
2. Dari sisi permintaan agregat, pembangunan sektor pertanian yang kuat
membuat tingkat pendapatan riil perkapita di sektor tersebut tinggi.
3. Dari sisi penawaran, sektor pertanian merupakan salah sumber input
bagi sektor industri manufaktur yang mana Indonesia memiliki keunggulan
komparatif. Dalam perkataan lain, lewat keterkaitan produksi, pertumbuhan
produktivitas atau output di sektor pertanian bisa menjadi sumber pertumbuhan
output di sektor industri manufaktur.
Tantangan utama yang dihadapi oleh industri nasional saat ini adalah
kecenderungan penurunan daya saing industri di pasar internasional. Penyebabnya
antara lain adalah meningkatnya biaya energi, ekonomi biaya tinggi, penyelundupan
serta belum memadainya layanan birokrasi. Tantangan berikutnya adalah kelemahan
struktural sektor industri itu sendiri, seperti masih lemahnya keterkaitan antar industri,
baik antara industri hulu dan hilir maupun antara industri besar dengan industri kecil
menengah, belum terbangunnya struktur klaster (industrial cluster) yang saling
mendukung, adanya keterbatasan berproduksi barang setengah jadi dan komponen di
dalam negeri, keterbatasan industri berteknologi tinggi, kesenjangan kemampuan
ekonomi antar daerah, serta ketergantungan ekspor pada beberapa komoditi tertentu.
Di sisi lain, industri kecil dan menengah (IKM) yang memiliki potensi tinggi
dalam penyerapan tenaga kerja ternyata masih memiliki berbagai keterbatasan yang
masih belum dapat diatasi dengan tuntas sampai saat ini. Permasalahan utama yang
dihadapi oleh IKM adalah sulitnya mendapatkan akses permodalan, keterbatasan
sumber daya manusia yang siap, kurang dalam kemampuan manajemen dan bisnis, serta
terbatasnya kemampuan akses informasi untuk membaca peluang pasar serta mensiasati
perubahan pasar yang cepat.
Strategi inward-looking
2. Industri padat modal dan tenaga trampil, dengan ciri-ciri : berorientasi pasar
domestik, sebagian besar kendali ada di pemerintah atau PMA, dan tingkat
konsentrasi yang tinggi.
3. Industri padat sumber daya alam, dengan ciri-ciri : orientasi ekspor yang tinggi,
sebagian besar kepemilikan di tangan swasta, dan tingkat konsentrasi yang
rendah.
6. Menjadi salah satu pilar penopang penting bagi pertahanan negara dan
penciptaan rasa aman masyarakat.
Bertitik tolak dari hal-hal tersebut dan untuk menjawab tantangan di atas maka
kebijakan dalam pembangunan industri manufaktur diarahkan untuk menjawab
tantangan globalisasi ekonomi dunia serta mampu mengantisipasi perkembangan
perubahan lingkungan yang sangat cepat. Persaingan internasional merupakan suatu
perspektif baru bagi semua negara berkembang, termasuk Indonesia, sehingga fokus
dari strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing
industri manufaktur yang berkelanjutan di pasar internasional. Untuk itu, strategi
pembangunan industri manufaktur ke depan dengan memperhatikan kecenderungan
pemikiran terbaru yang berkembang saat ini, adalah melalui pendekatan klaster dalam
rangka membangun daya saing industri yang kolektif.
Bangun susun sektor industri yang diharapkan harus mampu menjadi motor
penggerak utama perekonomian nasional dan menjadi tulang punggung ketahanan
perekonomian nasional di masa yang akan datang. Sektor industri prioritas tersebut
dipilih berdasarkan keterkaitan dan kedalaman struktur yang kuat serta memiliki daya
saing yang berkelanjutan serta tangguh di pasar internasional.
Perkuatan basis industri manufaktur ditujukan bagi kelompok industri yang telah
ada dan sudah berkembang saat ini, agar ketergantungannya terhadap sumber daya alam
dan sumber daya manusia yang relatif kurang terampil menjadi berkurang, industri pada
kelompok ini harus didorong agar mampu menjadi industri kelas dunia.
Industri Kecil dan Menengah (IKM) mempunyai peran yang strategis dalam
perekonomian nasional, terutama dalam penyerapan tenaga kerja, meningkatkan
pendapatan masyarakat serta menumbuhkan aktivitas perekonomian di daerah. Di
samping itu, pengembangan IKM merupakan bagian integral dari upaya pengembangan
ekonomi kerakyatan dan pengentasan kemiskinan.
Dengan strategi baru industrialisasi, seperti gambaran itu juga dapat mendorong
kemandirian pertumbuhan industri nasional dengan target penguasaan dan pendalaman
teknologi tepat guna baik teknologi tinggi, menengah, maupun sederhana bergantung
pada kebutuhan skala ekonomi dan prioritas. Terlebih lagi dalam menghadapi ACFTA,
langkah untuk menggalakkan produksi dalam negeri yang berulang-ulang disuarakan
kalangan pemerintah, pengamat, dan dunia usaha patut didukung. Tapi semestinya
dikaitkan juga dengan sebuah grand strategy untuk kebangkitan dan kemandirian
industri nasional dalam berbagai skala usaha (kecil, menengah, dan besar) dengan
pengembangan, penguasaan, dan pendalaman teknologi tepat guna yang dibutuhkan. Itu
biasanya akan dikritik bahkan disabet oleh kalangan ekonom neolib domestik maupun
asing karena terutama kalangan asing tak mau kehilangan pangsa pasar produk barang
dan jasa mereka.
Dengan memperhatikan pentingnya wawasan dan pola pikir dan bertolak dari
hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai sampai saat ini, potensi yang dimiliki
bangsa dan Negara Indonesia, serta lingkungan strategis saat itu dan kecenderungan
perkembangannya, sembari memperhatikan kelestarian lingkungan, maka digariskan
kebijakan pola pengembangan industri nasional sebagai berikut:
a. Kebijakan strategis utama
Kebijakan strategis utama berupa pola pengembangan Industri Nasional yang terdii
dari 6 butir kebijakan sebagai berikut:
1. Pendalaman struktur industri
Yang perlu dilakukan adalah pengembangan industri yang sejauh mungkin
dikaitkan dengan sector ekonomi lainnya; upaya ini untuk dapat mengembangkan
idustri hulu, antara, menengah, dan kecil. Dengan demikian langkah ini dapat
memperdalam struktur industri nasional. Apabila didalam neeri tidak terdapat
bahan baku, maka bahan baku tersebut dapat diimpor, asalkan bahan baku tersebu
tersedia secara memadai diluar negeri seperti kapas, gandum, garam industri, kulit.
Selain itu, harus diupayakan agar bahan baku tersebut juga dapat diperoleh dari
beberapa Negara sehingga tidak akan terjadi ketergantungan pada satu-dua Negara
penghasil saja.
2. Pengembangan industri permesinan dan elektonika
Kebijakan kedua adalah pengembangan industri permesinan, mesin
peralatan pabrik, mesin-mesin listrik, elektronika, utamanya yang mempunyai
pasar yang jeas dan berulang – baik dalam negeri maupun ekspor – dan
berkembang, melalui penerapan standard an penguasaan rangcang bangun dan
perekayasaan, baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Upaya
pengembangan teknologi masih sanat berat kita lakukan dan bahkan sebagian
besar industri di negeri kita belum mampu melakukannya, karena itu upaya litbang
terapan harus kita dorong, dengan pemberian fasilitas fiscal.
3. Pengembangan industri kecil
Khusus dalam sektor industri kecil, setiap tahun selalu tumbuh dan
berkemabgn usaha kecil, walaupun sebagian besar lemah. Tumbuh dan
berkembangnya ini perlu kita kita syukuri dn karenanya kita harus memantapkan
system pembinaannya, antara lain dengan penekanan pemecahan masalah
pemasaran melalui kemitraan. Serta bimbingan teknis dan permodalan dengan
dukungan perbankan.
4. Pengembangan ekspor hasil industri.
Pengembangan ekspor hasil industri dengan upaya meningkatkan daya
saing secara kontinyu agar peranan ekspor hasil industri semakin meningkat.
Pengembangan ekspor hasil industri dilandaai atas pola broad based/spectrum.
5. Pengembangan litbang terapan, rancang bangun dan perekayasaan, serta perangkat
lunak
Kebijakan lain yang diperlukan adalah Pengembangan litbang terapan,
rancang bangun dan perekayasaan, serta pengembangan sistem perangkat lunak
lainnya dalam arti luas, baik untuk pembuatan mesin, mesin peralatan pabrik,
pembuatan pabri secar utuh, maupun untuk mengembangkan industri elektronika.
6. Pengembangan kewiraswastaan dan tenga profesi
Hal terakhir dalam arah kebijakan strategi utama adalah perlunya
pengembangan kewiraswastaan dan tenaga profesi termasuk para manajer, enaga
ahli, tenaga trampil, terdidik, dan sebagainya.
c. Langkah operasional
- Langkah makro
- Langkah mikro
Langkah operasional mikro berupa pembinaan dan pengembangan
industri dengan pendekatan komoditi atau cabang industri dengan
memperlihatkan aspek keterkaitan secara luas dan sejauh mungkin dilandasi
dengan studi nasional sekaligus membeikan dorongan kepada dunia usaha untuk
meningkatkan profesionalisme agar dapat memanfaatkan peluang yang tumbuh.
Selain meningkatkan kesempatan kerja, ada tiga tujuan penting lainnya dari
industrialisasi yang harus dicapai,yaitu sebagai berikut:
Dari uraian di atas, jelas bahwa untuk dapat melaksanakan pola industrialisasi
yang tepat di Indonesia dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut, diperlukan sarana
dan prasarana, terutama penyediaan SDM ( termasuk wiraswasta, manajer, tenaga ahli,
tenaga terampil, tenaga terdidik, dan sebagainya ) dengan kualitas tinggi sesuai dengan
kebutuhan saat ini dan yang akan datang; teknologi yang tepat guna dan infrastruktur
fisik dan nonfisik ( termasuk kelembagaan ).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Era perkembangan dan persaingan industri yang semakin meningkat. Di mana
sekarang perkembangan serta kemajuan suatu Negara lebih di tentukan oleh industri-
industri yang dimiliki. Begitu juga dengan Negara kita. Pemerintah sebagai pihak yang
lebih menentukan berbagai kebijakan dalam perspektif industri harus lebih serius dalam
menangani persaingan industri secara global dan kita sebagai bagian dari masyarakat
yang turut campur tangan dalam persaingan tersebut harus lebih mampu berekspresi,
berkarya, dan terus berinovasi terhadap hasil produksi yang lebih mampu bersaing dan
berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=215&Itemid=76.
diakses tanggal 25 mei 2010