You are on page 1of 28

BAB II

GIZI SEIMBANG
UNTUK IBU HAMIL

A. Kehamilan
Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka
melanjutkan keturunan sehingga menghasilkan janin yang
tumbuh di dalam rahim seorang wanita Tanda-tanda kehamilan
menurut Dainur (1994) :
1. Haid yang biasanya teratur pada bulan berikutnya berhenti.
2. Payudara mulai membesar dan mengeras.
3. Pagi hari sering muntah-muntah, kadang-kadang pusing dan
mudah letih.
4. Perut makin lama membesar dan pada hamil 6 bulan puncak
rahim sekitar setinggi pusat.
5. Sifat-sifat ibu berubah-ubah, misalnya ibu lebih suka makan
yang asam-asam, rujak, mudah tersinggung dan sebagainya
adalah normal.
Kehamilan merupakan masa kehidupan yang penting.
Dimasa ini ibu harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk
menyambut kelahiran bayinya. Ibu yang sehat akan melahirkan
bayi sehat. Salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap
kesehatan ibu adalah keadaan gizi ibu (Depkes RI, 2000).
Para ahli sepakat bahwa perawatan gizi pra-kehamilan juga amat
penting. Artinya, setidaknya tiga bulan sebelum anda berencana
hamil, anda harus mempersiapakn diri melalui makanan bergizi
dan kesehatan badan, dan mulai mengubah kebiasaan makan

1
anda yang kurang sehat demi kesehatan bayi anda nantinya.
Sehingga pada saat anda hamil, badan anda sudah terkondisikan
dengan sangat baik untuk pertumbuhan janin. Minggu-minggu
pertama kehamilan adalah masa di mana organ tubuh yang
penting terbentuk. Kekurangan gizi pada saat ini dapat
menimbulkan kelainan pada bayi atau bahkan kelahiran
prematur. Karena itu, gizi seimbang penting untuk pertumbuhan
janin. Susunlah menu makananan anda secara seimbang dan
bervariasi selama kehamilan anda. Pastikan anda mengkonsumsi
makanan segar untuk memaksimalkan asupan vitamin. Kapsul
vitamin dan obat suplemen bukanlah pengganti gizi makanan
seimbang.
Ketika seorang wanita dinyatakan hamil, perubahan
fisiologis tubuh turut berubah, sehingga kebutuhan gizinya pun
juga berubah. Perubahan paling nyata adalah bertambahnya
berat badan. Selama kehamilan 9 bulan, berat badan wanita
hamil umumnya bertambah sekitar 6 - 12 kg. Selama tiga bulan
pertama, pertambahan berat badan sangat lambat yakni sekitar
1,5 kg. Pada trimester kedua dan ketiga pertambahan berat
badan ibu hamil akan mencapai 4 ons per minggu sehingga
pada akhir kehamilan beratnya bertambah 12 kg. Berat badan
selama hamil adalah cerminan output dari produk kehamilan
dan perubahan dalam tubuh ibu itu sendiri. Seperti
bertumbuhnya fetus (janin), plasenta, dan cairan amnion. Berat
totalnya bisa mencapai 5 kg. Sisanya sekitar 7 kg berisi deposit
lemak yang menempel pada tubuh ibu, pertambahan volume
darah ibu serta pertambahan ukuran payudara dan rahim.

B. Kebutuhan Gizi Masa Hamil


Masa kehamilan merupakan masa yang sangat
menentukan kualitas sumber daya manusia masa depan, karena
tumbuh kembang anak sangat ditentukan kondisinya dimasa

GIZI
2 REPRODUKSI
janin dalam kandungan. Dengan demikian jika keadaan
kesehatan dan status gizi ibu hamil baik, maka janin yang
dikandungnya akan baik juga dan keselatan ibu sewaktu
melahirkan akan terjalin. Sebaliknya jika keadaan kesehatan dan
status gizi ibu hamil kurang baik (anemia) maka akan dapat
berakibat janin lahir mati (prenatal death) dan bayi lahir dengan
berat badan lahir dengan berat badan kurang dari normal (low
birth weight) yang dikenal dengan istilah berat badan lahir
rendah.
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme
energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat
selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,
pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi
dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi
tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin
tumbuh tidak sempurna. Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua
zat gizi memerlukan tambahan, namun yang seringkali menjadi
kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral seperti
Zat Besi dan Kalsium. Kebutuhan energi untuk kehamilan yang
normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa
kurang lebih 280 hari.  Hal ini berarti perlu tambahan  ekstra
sebanyak  kurang lebih 300 kalori setiap hari selama  hamil
(Nasution, 1988).           
Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak
5180 kkal, dan lemak 36.337 Kkal.  Agar energi ini bisa ditabung
masih dibutuhkan tambahan energi sebanyak 26.244 Kkal, yang
digunakan untuk mengubah energi yang terikat dalam makanan
menjadi energi yang bisa dimetabolisir.  Dengan demikian
jumlah total energi yang harus tersedia selama kehamilan adalah
74.537 Kkal, dibulatkan menjadi 80.000 Kkal.  Untuk
memperoleh besaran energi per hari, hasil penjumlahan ini
kemudian dibagi dengan angka 250 (perkiraaan lamanya

3
kehamilan dalam hari) sehingga diperoleh angka 300 Kkal. 
Kebutuhan  energi pada trimester I meningkat secara minimal.
Kemudian sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus
meningkat sampai akhir kehamilan.  Energi tambahan selama
trimester II diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti
penambahan volume darah, pertumbuhan uterus, dan
payudara, serta penumpukan lemak.  Selama trimester III energi
tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan
plasenta.           
Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama
hamil, maka WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150
Kkal sehari pada trimester I, 350 Kkal sehari pada trimester II
dan III.  Di Kanada, penambahan untuk trimester I sebesar 100
Kkal dan 300 Kkal untuk trimester II dan III.  Sementara di
Indonesia berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi
VI tahun 1998 ditentukan angka 285 Kkal perhari selama
kehamilan.  Angka ini tentunya tidak termasuk penambahan
akibat perubahan temperatur ruangan, kegiatan fisik, dan
pertumbuhan.  Patokan ini berlaku bagi mereka yang tidak
merubah kegiatan fisik selama hamil.           
Sama halnya dengan energi, kebutuhan wanita hamil akan
protein juga meningkat, bahkan mencapai 68 % dari sebelum
hamil.  Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir
kehamilan diperkirakan sebanyak 925 g yang tertimbun dalam
jaringan ibu, plasenta, serta janin.  Di Indonesia melalui Widya
Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 menganjurkan
penambahan protein 12 g/hari selama kehamilan.  Dengan
demikian dalam satu hari asupan protein dapat mencapai 75-
100 g (sekitar 12 % dari jumlah total kalori); atau sekitar 1,3 g/
kgBB/hari (gravida mature), 1,5 g/kg BB/hari (usia 15-18 tahun),
dan 1,7 g/kg BB/hari (di bawah 15 tahun). Bahan pangan yang
dijadikan sumber protein sebaiknya (2/3 bagian) pangan yang
bernilai biologi tinggi, seperti daging tak berlemak, ikan, telur,

GIZI
4 REPRODUKSI
susu dan hasil olahannya.  Protein yang berasal dari tumbuhan
(nilai biologinya rendah) cukup 1/3 bagian. Kenaikan volume
darah  selama kehamilan akan meningkatkan  kebutuhan Fe
atau Zat Besi.  Jumlah Fe pada bayi  baru lahir kira-kira 300
mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia
akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg.  Selama
kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih
1.000 mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan
hemoglobin ibu sendiri.  Berdasarkan Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi Tahun 1998, seorang ibu hamil perlu tambahan
zat gizi rata-rata 20 mg perhari.  Sedangkan kebutuhan sebelum
hamil atau pada kondisi normal rata-rata 26 mg per hari (umur
20 – 45 tahun).
Saat hamil seorang wanita memerlukan asupan gizi lebih
banyak. Mengingat selain kebutuhan gizi tubuh, wanita hamil
harus memberikan nutrisi yang cukup untuk sang janin Masa
kehamilan menjadi saat yang dinanti dan membahagiakan.
Untuk menjaga kondisi tubuh tetap sehat dan buah hati
berkembang normal, wanita hamil harus memiliki pola hidup
yang sehat. Seperti makan makanan yang bergizi, cukup
olahraga, istirahat, serta menghindari alkohol dan tidak merokok.
Tentu dengan harapan janin dapat berkembang dengan normal
dan telrahir dengan selamat dan sehat. Selain untuk mencukupi
kebutuhan tubuh, ibu hamil juga harus mencukupi berbagi
nutrisi dengan janin. Karenanya wanita hamil memerlukan angka
Kecukupan gizi (AKG) yang lebih tinggi dibandingkan wanita
yang sedang tidak hamil. Kekurangan gizi selama kehamilan bisa
menyebabkan anemia gizi, bayi terlahir dengan berat badan
rendah, bahkan bisa menyebabkan bayi lahir cacat.Masalah
yang dijumpai pada masa kehamilan salah adalah anemia gizi
besi. Dan KEK. Anemi merupakan suatu keadaan dimana kadar
hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah dari pada nilai
normal menurut kelompok orang tertentu Sebagian besar

5
penyebab anemia di Indonesia adalah kekurangan besi yang
berasal dari makanan yang dimakan setiap hari dan diperlukan
untuk pembentukan hemoglobin sehingga disebut “anemia
kekurangan besi.Anemia Gizi Besi (AGB) terutama banyak
diderita oleh wanita hamil, wanita menyusui dan wanita usia
subur pada umumnya, karena fungsi kodrati (haid, hamil,
melahirkan dan menyusui). Karena itu menyebabkan kebutuhan
Fe atau zat besi pada masa hamil relatif lebih tinggi ketimbang
kelompok lain. Kelompok lain yang rawan AGB adalah anak
balita, anak usia sekolah dan buruh serta tenaga kerja
berpenghasilan rendah (Depkes RI, 1995).
Defisiensi Fe di Indonesia merupakan problema defisiensi
nasional, dan perlu ditanggulangi secara serius dengan liputan
nasional pula. Upaya prevensi belum diprogramkan secara
menyeluruh, baru diberikan suplemer preparat ferro kepada
para ibu hamil yang memeriksakan diri ke Puskesmas, RS atau
dokter. Banyak berpantang makanan tertentu dan pola makan
yang tidak baik selagi hamil dapat memperburuk keadaan
anemia gizi besi, pola makan yang tidak memenuhi gizi seimbang
dan sedikit bahan makanan sumber Fe seperti daging, ikan, hati
atau pangan hewani lainnya merupakan salah satu faktor.
Penyebab anemia. Karena pangan hewani merupakan sumber
zat besi yang tinggi absorbsinya. Untuk itu pandangan yang salah
mengenai makanan pantangan ketika ibu hamil harus dihapus
untuk mengurangi resiko anemia zat besi pada ibu hamil
(Wirakusumah, 1998).
Oleh sebab itu, pemeliharaan gizi semasa hamil sangat
penting. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pemeliharaan gizi ibu yang sedang hamil adalah sebagai berikut
1. Pengawasan dan pemantauan pertumbuhan janin
2. Pencegahan dini terhadap defisiensi gizi. Berbagai defisiensi
gizi sering terjadi semasa kehamilan. Anemia gizi karena

GIZI
6 REPRODUKSI
kekurangan zat besi (Fe) merupakan jenis defisiensi yang
paling banyak terjadi.
3. Pengaturan makanan semasa hamil.
Ada beberapa keadaan yang mengharuskan pengaturan
makanan dengan baik semasa hamil yaitu:
a. Kebutuhan gizi ibu yang meningkat dengan pesat, bukan
saja untuk keperluan pertumbuhan janin tetapi juga
karena metabolisme meningkat oleh terjadinya
perubahan keseimbangan hormonal.
b. Pada awal kehamilan sering nafsu makan tidak begitu
baik karena timbulnya rasa mual dan pusing.
c. Ibu juga harus memberikan cadangan beberapa jenis
zat gizi dalam jumlah yang cukup dalam tubuh bayinya
pada waktu bayi itu lahir.
d. Gizi buruk karena kesalahan dalam pengaturan
makanan membawa dampak yang tidak
menguntungkan bukan hanya bagi ibu tetapi juga bagi
bayi yang akan lahir (Sjahmien Moehji, 2003).
Pola makan adalah cara seseorang atau kelompok orang
dalam memilih makanan dan memakannya sebagai tanggapan
terhadap pengaruh fisiologi, psikologi budaya dan sosial.
Sedangkan makanan adalah bahan yang dimakan untuk
memenuhi kebutuhan tubuh untuk pertumbuhan, kerja dan
perbaikan jaringan tubuh). Pada wanita hamil kebutuhan zat
gizi akan mengalami penambahan kebutuhan dan dipengaruhi
juga oleh status gizi sebelum ia hamil. Penambahan kebutuhan
ini terjadi karena pertumbuhan janin hampir sama sekali
tergantung pada penyediaan zat gizi dari tubuh wanita yang
hami).
Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka
ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai,
sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna
pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan

7
serta pertumbuhan dan perkembangan. Pedoman pola menu
seimbang yang dikembangkan sejak tahun 1950 dan telah
mengakar dikalangan masyarakat luas adalah pedoman menu
4 sehat 5 sempurna. Pedoman ini pada tahun1995 telah
dikembangkan menjadi pedoman umum gizi seimbang yang
memuat 13 pesan dasar gizi seimbang.
Dalam pedoman umum gizi seimbang (PUGS) susunan
makanan yang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan
zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi
beraneka ragam makanana tiap hari. Tiap makanan dapat saling
melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya.
Pengelompokan bahan makanan disederhanakan yaitu
didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi yaitu sebagai :
1. Sumber energi atau tenaga
2. Sumber zat pembangun dan
3. Sumber zat pengatur.
Untuk mencapai gizi seimbang hendaknya susunan
makanan sehari terdiri dari campuran ketiga kelompok bahan
makanan tersebut. Dari tiap kelompok dipilih satu atau lebih
jenis bahan makanan. Bahan makanan yang terdapat dalam
tiap kelompok bahan makan sebagai berikut :
1. Sumber energi atau tenaga : Padi-padian, tepung, umbi-
umbian, sagu, pisang.
2. Sumber zat pengatur : sayur-sayuran dan buah-buahan
3. Sumber zat pembangun : ikan , daging, telur, susu, kacang-
kacangan dan hasil olahannya seperti tempe, tahu dan
oncom.
Gizi dalam masa kehamilan sangat penting. Bukan saja
karena makanan yang diperoleh mempengaruhi hasil kehamilan
tetapi juga pada keberhasilan menyusui. Wanita hamil
membutuhkan gizi lebih banyak dari pada wanita tidak
hamil.Selama kehamilan, terjadi penyesuaian metabolisme dan
fungsi tubuh terutama dalam hal mekanisme dan penggunaan

GIZI
8 REPRODUKSI
energi. Wanita hamil harus betul-betul mendapat perhatian
susunan dietnya, terutama mengenai jumlah kalori, protein yang
berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan turunnya kadar
hemoglobin (anemia), abortus, perdarahan pasca persalinan,
sepsis puerperalis. Zat-zat yang diperlukan protein, karbohidrat,
zat lemak, mineral atau bermacam-macam garam terutama
kalsium, fosfor dan zat besi, vitamin dan air diperoleh dari
konsumsi makanan setiap hari. Konsumsi makanan adalah jumlah
makanan tunggal/beragam yang dimakan oleh seseorang atau
kelompok orang dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis dan sosiologis. Tujuan konsumsi makanan ditinjau dari
aspek gizi adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh. Untuk menilai tingkat konsumsi makan
diperlukan suatu baku angka kecukupan gizi yang dianjurkan
(AKG).
Makanan Ibu Hamil, pada kehamilan Tri Wulan I biasanya
nafsu makan ibu kurang dan sering timbul rasa mual dan ingin
muntah. Namun makanan ibu hamil harus tetap diberikan seperti
biasa. Berikan makanan dengan porsi kecil tetapi sering dan yang
segar-segar, misalnya susu, telur, buah-buahan seperti sari buah-
buahan, jeruk, sup dan lain-lain atau makanan ringan lainnya
seperti biskuit atau selera ibu masing-masing. Pada kehamilan
Tri Wulan II nafsu makan ibu biasanya sudah meningkat,
kebutuhan akan zat seperti : nasi, roti, singkong, mie dan lain-
lain lebih banyak dibandingkan kebutuhan saat tidak hamil,
demikian juga kebutuhan zat pembangun dan zat pengatur
seperti lauk pauk, sayuran dan buah-buahan berwarna. Untuk
memenuhi kebutuhan zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur, di perlukan tambahan konsumsi makanan sehari-hari
berupa:
1. Nasi ½ piring
2. Ikan ½ potong

9
3. Tempe 1 potong
4. Sayuran 1½ Mangkok
5. Susu 1 Gelas
6. Air 2 Gelas
Kehamilan Tri Wulan III,Pada saat ini janin mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Umumnya
nafsu makan ibu sangat baik dan ibu sering merasa lapar. Jangan
makan berlebihan sehingga berat badan naik terlalu banyak.
Bahan makanan yang banyak mengandung lemak dan hidrat
arang, seperti makanan yang manis-manis dan gorengan
dikurangi, bahan makanan sumber zat pembangun dan penyalur
perlu diberikan lebih banyak disbanding pada kehamilan Tri
Wulan II karena selain untuk pertumbuhan janin yang sangat
pesat juga diperlukan ibu untuk persiapan persalinan. Pada masa
ini lambung menjadi terdesak, dan ibu merasa kepenuhan,
karena itu di berikan makanan dalam porsi kecil, asal saja sering
agar zat gizi ini yang diperlukan ibu terpenuhi.
Tabel 2
Kebutuahan Makan Ibu Hamil/Hari

Bahan Wanita Dewasa Ibu Hamil


Makanan Tidak Hamil Tri Wulan I Tri Wulan II Tri Wulan III
Nasi 3 ½ Piring 3 ½ Piring 3 ½ Piring 3 ½ Piring
Ikan 1 ½ Potong 1 ½ Potong 1 ½ Potong 1 ½ Potong
Tempe 3 Piring 3 Piring 3 Piring 3 Piring
Sayuran 1 ½ Mangkok 1 ½ Mangkok 1 ½ Mangkok 1 ½ Mangkok
Buah 2 Potong 2 Potong 2 Potong 2 Potong
Gula 5 Sendok Makan 5 Sendok Makan 5 Sendok Makan 5 Sendok Makan
Susu - 1 Gelas 1 Gelas 1 Gelas
Air 4 Gelas 4 Gelas 4 Gelas 4 Gelas

Sumber : Depkes 1999

Berikut daftar beberapa zat gizi yang paling penting untuk


perkembangan janin. Pastikan zat gizi ini selalu anda konsumsi
selama kehamilan:
1. Asam Folat: Zat ini ada di dalam serealia, kacang-kacangan,
sayuran hijau, jamur, kuning telur, jeruk, pisang, dan lain
lain.

GIZI
10 REPRODUKSI
2. Kalsium, sangat penting untuk pembentukan tulang dan gigi.
Zat ini dapat dijumpai di dalam susu dan produk susu (keju,
yoghurt), ikan yang bisa dimakan tulangnya (seperti ikan
teri, sarden), biji-bijian (biji bunga matahari, wijen), produk
kedelai (tempe, tahu), sayuran hijau, dan buah-buahan
kering.
3. Zat besi, sangat penting karena pada masa kehamilan volume
darah anda meningkat 25%, dan juga penting untuk bayi
anda membangun persediaan darahnya. Dapat dijumpai di
hati, daging merah, sayurn hijau, wijen, buah-buahan kering,
kuning telur, serealia, dan sarden. Penyerapan zat besi dapat
terbantu dengan konsumsi vitamin C.

C. Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil


Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai
dengan umur kehamilan. Berat badan yang bertambah dengan
normal, menghasilkan anak yang normal. Demikian juga
sebaliknya. Kenaikan berat badan bukan satu-satunya ukuran,
karena kenaikan berat badan ibu hamil berisikan beberapa
unsur. Sebagian memuat unsur anak, sebagian lagi memuat
unsur ibu (Nadesul, 1995).
Tabel 3
Unsur-unsur yang berkembang saat usia kehamilan cukup bulan

Unsur Berat (kg)


1. Bayi 3-3,5
2. Ari-ari 0,5
3. Air Ketuban 1
4. Pembesaran rahim 1,25
5. Pembesaran payudara 1,5
6. Penambahan darah ibu 2
7. Cadangan makanan ibu 2-4
Sumber : Huliana, 2001

11
Mungkin saja kenaikan berat badan ibu sudah cukup,
tetapi kenaikan itu lebih banyak menambah berat badan ibu
dibanding untuk menambah berat anak. Dengan demikian,
kenaikan berat badan ibu yang besar belum tentu menghasilkan
anak yang besar, begitu juga sebaliknya. Penambahan berat
badan ibu memang harus dinilai. Penambahan berat badan ibu
hamil sudah lebih dari 12,5 kg, tetapi anak yang dikandungnya
kecil maka berat badan masih perlu ditambah (Nadesul, 1995).
Di indonesia, berat badan ideal calon ibu saat mulai
kehamilan (start hamil) adalah antara 45-65 kg. Jika kurang
dari 45 kg, sebaiknya berat badan dinaikkan lebih dahulu hingga
mencapai 45 kg sebelum hamil. Sebaliknya, bila berat badan
diturunkan sampai dibawah 65 kg sebelum hamil (Siregar,
2005).
Kondisi fisik dan kenaikan berat badan normal bagi wanita
hamil pada setiap trimester, sebagai berikut :
a. Trimester I (0-12 minggu)
Umunya nafsu makan ibu berkurang, sering timbul rasa mual
dan ingin muntah. Pada kondisi ini, ibu harus tetap berusaha
untuk makan agar janin dapat tumbuh dengan baik.
Kenaikan normal antara 0,7-1,4 kg.
b. Trimester II (sampai dengan usia 28 minggu)
Nafsu makan sudah pulih kembali, kebutuhan makan harus
diperbanyak. Kenaikan berat badan normal antara 6,7-7,4
kg.
c. Trimester III (sampai dengan usia 40 minggu)
Nafsu makan sangat baik, tetapi jangan berlebihan. Kenaikan
berat badan normal antara 12,7-13,4 kg.
Berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat
badan selama hamil kurang (underweight) atau lebih
(overweight) dari normal akan membuat kehamilan menjadi
berisiko (low risk). Berat badan ibu yang kurang akan berisiko
melahirkan bayi dengan berat badan kurang atau Berat Bayi

GIZI
12 REPRODUKSI
Lahir Rendah (BBLR). Bayi dengan BBLR tentu akan terganggu
perkembangan dan kecerdasannya, selain kesehatan fisiknya
yang juga kurang bagus. Sedangkan berat badan ibu berlebih
atau sangat cepat juga berisiko mengalami perdarahan atau bisa
jadi merupakan indikasi awal terjadinya keracunan kehamilan
(pre-eklampsia) atau diabetes. Mula-mula overweight, lalu tensi
naik, bengkak kaki, ginjal bermasalah, akhirnya keracunan
kehamilan. Bayi juga akan berisiko terhambatnya pertumbuhan
janin, pengiriman makanan ke janin jadi berkurang karena
adanya penyempitan pembuluh darah. Bila penyempitan
pembuluh darah menghebat, bisa berakibat fatal bagi janin. Berat
badan ibu yang berlebihan juga bisa mempengaruhi proses
persalinan.
Jadi berat badan ideal akan mempermudah berjalannya
kelahiran tanpa komplikasi. Kalaupun ada, hanya sedikit (low
risk), nifas juga akan segera usai. Berat badan yang ideal selama
hamil akan segera mengembalikan bentuk tubuh ke berat semula
setelah melahirkan (Siregar, 2005).

D. Dampak Gizi Kurang pada Ibu Hamil


Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin  yang sedang dikandung. 
Bila gtatus gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil
kemungkinan besar akan melahirkan  bayi yang sehat, cukup
bulan dengan berat badan normal.  Dengan kata lain kualitas
bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu
sebelum dan selama hamil. 
Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah dengan
mengukur berat bayi pada saat lahir. Seorang ibu hamil akan
melahirkan bayi yang sehat bila tingkat kesehatan dan gizinya
berada pada kondisi yang baik.  Namun sampai saat ini masih

13
banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi khususnya gizi
kurang seperti Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia gizi
(Depkes RI, 1996).  Hasil SKRT 1995 menunjukkan bahwa 41
% ibu hamil menderita KEK dan 51% yang menderita anemia
mempunyai kecenderungan melahirkan bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR).
Ibu hamil yang menderita KEK dan Anemia mempunyai
resiko kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III
kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal.  Akibatnya
mereka mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan
bayi dengan BBLR, kematian saat persalinan, pendarahan, pasca
persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami
gangguan kesehatan (Depke RI, 1996).  Bayi yang dilahirkan
dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan
lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat
mengganggu kelangsungan hidupnya.
Selain itu juga akan meningkatkan resiko kesakitan dan
kematian bayi karena  rentan terhadap infeksi saluran pernafasan
bagian bawah, gangguan belajar, masalah perilaku dan lain
sebagainya (Depkes RI, 1998).
Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun  janin, seperti
diuraikan berikut ini.
1. Terhadap Ibu, Gizi kurang pada ibu hamil dapat
menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain:
anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah
secara normal, dan terkena penyakit infeksi.
2. Terhadap Perslinan, Pengaruh gizi kurang terhadap proses
persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama,
persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan

GIZI
14 REPRODUKSI
setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi 
cenderung meningkat.
3. Terhadap Janin, Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan kegururan , abortus, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra
partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan
lahir rendah (BBLR)
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengetahui status gizi ibu hamil antara lain memantau
pertambahan berat badan selama hamil, mengukur Lingkar
Lengan Atas (LILA), dan mengukur kadar Hb.  Pertambahan
berat badan selama  hamil sekitar 10 – 12 kg, dimana pada
trimester I pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3
kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini
juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin.
Pengukuran LILA dimaksudkan untuk  mengetahui apakah
seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan
pengukuran kadar Hb untuk mengetahui kondisi ibu  apakah
menderita anemai gizi.
Gizi yang baik diperlukan  seorang ibu hamil agar
pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya
akan melahirkan bayi dengan berat normal.  Dengan kondisi
kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita
sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun
saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat
daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.  Ibu
dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

15
E. Anemia pada Ibu Hamil
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar
Hb berada di bawah normal.  Di Indonesia Anemia umumnya
disebabkan oleh kekurangan Zat Besi, sehingga lebih dikenal
dengan istilah  Anemia Gizi Besi.  Anemia defisiensi besi
merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama
kehamilan.  Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi
sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang
dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal.  Selanjutnya
mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu
turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. 
Anemi merupakan suatu keadaan dimana kadar
hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah dari pada nilai
normal menurut kelompok orang tertentu Sebagian besar
penyebab anemia di Indonesia adalah kekurangan besi yang
berasal dari makanan yang dimakan setiap hari dan diperlukan
untuk pembentukan hemoglobin sehingga disebut “anemia
kekurangan besi”. (Depkes RI, 2000).
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau
hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel
otak.  Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin 
didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada
bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan
mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih
tinggi.  Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat
meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi,
kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih
besar.
Anemia Gizi Besi (AGB) terutama banyak diderita oleh
wanita hamil, wanita menyusui dan wanita usia subur pada
umumnya, karena fungsi kodrati (haid, hamil, melahirkan dan
menyusui). Karena itu menyebabkan kebutuhan Fe atau zat besi

GIZI
16 REPRODUKSI
pada masa hamil relatif lebih tinggi ketimbang kelompok lain.
Kelompok lain yang rawan AGB adalah anak balita, anak usia
sekolah dan buruh serta tenaga kerja berpenghasilan rendah
(Depkes RI, 1995).
Defisiensi Fe di Indonesia merupakan problema defisiensi
nasional, dan perlu ditanggulangi secara serius dengan liputan
nasional pula. Upaya prevensi belum diprogramkan secara
menyeluruh, baru diberikan suplemer preparat ferro kepada
para ibu hamil yang memeriksakan diri ke Puskesmas, RS atau
dokter.
Banyak berpantang makanan tertentu dan pola makan
yang tidak baik selagi hamil dapat memperburuk keadaan
anemia gizi besi, pola makan yang tidak memenuhi gizi seimbang
dan sedikit bahan makanan sumber Fe seperti daging, ikan, hati
atau pangan hewani lainnya merupakan salah satu faktor.
penyebab anemia. Karena pangan hewani merupakan sumber
zat besi yang tinggi absorbsinya. Untuk itu pandangan yang salah
mengenai makanan pantangan ketika ibu hamil harus dihapus
untuk mengurangi resiko anemia zat besi pada ibu hamil.
Dalam rangka menanggulangi masalah anemia tersebut
telah dilakukan upaya Program Perbaikan Program yang telah
dilakukan oleh pemerintah meliputi :
1. Peningkatan suplementasi tablet besi pada ibu hamil dengan
memperbaiki sistem distribusi dan monitoringnya secara
terintegrasi dengan program lainnya seperti UPGK,
pelayanan ibu hamil dll.
2. Suplementasi tablet besi kepada anak sekolah remaja putri
dan wanita pekerja yang tinggal di daerah miskin sedangkan
di daerah lain suplementasi berlandaskan kepada
kemandirian yang didukung dengan kegiatan kampanye
peningkatan konsumsi tablet besi

17
3. Peningkatan KIE untuk meningkatakan konsumsi tablet besi
dan bahan makanan alamiah sumber zat besi
Oleh karena itu upaya Program Perbaikan Program yang
telah dilakukan oleh pemerintah dievaluasi, dikaji, dan di analisis
sehingga bagi Pemda, khususnya TIM PANGAN dan GIZI dapat
dijadikan sebagai bahan masukan untuk perencanaan program
perbaikan gizi di masa yang akan datang .
Pada ibu hamil anemia juga disebabkan oleh suatu keadaan
di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi
hemoglobin menurun. Sebagai akibatnya, ada penurunan
transportasi oksigen dari paru ke jaringan perifer. Selama
kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh
defisiensi besi, sekunder terhadap kehilangan darah sebelumnya
atau masukan besi yang tidak adekuat. (Taber, 1994)
Pertambahan volume darah sekitar 50% untuk memenuhi
kebutuhan pertambahan sirkulasi darah khususnya untuk
placenta jaringan, kebutuhan ibu dan anak. Jumlah sel darah
merah juga meningkat, tetapi kenaikan sel darah merah tidak
seimbang dengan kenaikan volume darah. Sebagai akibatnya
terjadi anemia. Penurunan ini mulai terjadi pada umur kehamilan
3-5 bulan dan mencapai batas terendah pada bulan ke 5-8.
Kemudian naik dan kembali normal pada minggu ke 6 setelah
melahirkan.
Bahwa kekurangan besi dapat menurunkan kekebalan
individu, sehingga sangat peka terhadap serangan bibit penyakit.
Berkembangnya anemia kurang besi melalui beberapa tingkatan
dimana masing-masing tingkatan berkaitan dengan
ketidaknormalan indikator rematologis tertentu.
Tingkatan pertama “anemia besi laten”, dimana banyaknya
cadangan besi (iron stores) berkurang di bawah normal namun
besi di dalam sel darah merah dan jaringan masih tetap normal.
Tingkatan kedua “anemia kurang besi dini”, dimana penurunan

GIZI
18 REPRODUKSI
besi cadangan terus berlangsung sampai habis atau hampir habis,
tetapi besi dalam sel darah merah dan dalam jaringan belum
berkurang. Tingkatan ketiga “anemia kurang besi lanjut”,
merupakan perkembangan lanjut dari anemia kurang besi dini,
dimana besi dalam sel darah merah sudah mengalami
penurunan, namun besi dalam jaringan belum berkurang.
Tingkatan keempat “kurang besi jaringan”, terjadi setelah besi
dalam jaringan juga berkurang. Dengan demikian pada tingkatan
ini semua kompartemen besi dalam tubuh telah terganggu.

1. Penyebab Anemia Gizi Besi


Penyebab Langsung, banyak berpantang makanan tertentu
selagi hamil dapat memperburuk keadaan anemia gizi besi,
biasanya ibu hamil enggan makan daging, ikan, hati atau
pangan hewani lainnya dengan alasan yang tidak rasional.
Selain karena adanya pantangan terhadap makanan hewani
faktor ekonomi merupakan penyabab pola konsumsi
masyarakat kurang baik, tidakl semua masyarakat dapat
mengkonsumsi lauk hewani dalam setiap kali makan.
Padahal pangan hewani merupakan sumber zat besi yang
tinggi absorbsinya (Wirakusumah, 1998).
Kekurangan besi dalam tubuh tersebut disebabkan karena:
kekurangan konsumsi makanan kaya besi, terutama yang
berasal dari sumber hewani., kekurangan besi karena
kebutuhan yang meningkat seperti pada kehamilan, masa
tumbuh kembang serta pada penyakit infeksi (malaria dan
penyakit kronis lainnya misalnya TBC), kehilangan besi yang
berlebihan pada perdarahan termasuk haid yang berlebihan,
sering melahirkan dan pada infestasi cacing,
ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh akan besi
dibandingkan dengan penyerapan dari makanan (Depkes
RI, 1996).

19
Klasifikasi anemia dalam kehamilan digolongkan sebagai
berikut :
a. Anemia Defisiensi Gizi Besi
Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan
hipokromik serta keadaan tersebut paling banyak dijumpai.
b. Anemia Megaloblastik
Anemia ini biasanya berbentuk makrosistik/perniosa.
penyebabnya adalah karena kekurangan asam folat, jarang
terjadi.
c. Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik disebabkan oleh hipofungsi sumsum
tulang dalam membentuk sel-sel darah merah baru.
d. Anemia Hipolitik
Anemia Hipolitik disebabkan oleh penghancuran atau
pemecahan sel darah merah yang lebh cepat dari
pembuatannya.Intensitas anemia dapat didasarkan atas
penilaian kadar Haemoglobin darah. Pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat
Sahli. Hasil pemeriksaan Haemoglobin dengan Sahli dapat
digolongkan sebagai berikut :
Tabel 4
Penggolongan Status Anemia Ibu Hamil

Kadar Haemoglobin Status Anemia


1. 11 Gr % Tidak Anemia
2. 9 – 10 Gr % Anemia Ringan
3. 7 – 8 Gr % Anemia Sedang
4. < 7 Gr % Anemia Berat
Sumber : WHO

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama


kehamilan yaitu pada Trisemestter I dan III, dengan

GIZI
20 REPRODUKSI
pertimbangan bahwa sebagian besar Ibu Hamil mengalami
anemia.

2. Kebutuhan Fe Ibu Hamil


Fe merupakan mineral mikro yang paling banyak
terdapat dalam tubuh, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam
tubuh manusia dewasa. Fe sangat dibutuhkan oleh tenaga
kerja untuk menunjang aktivitas kerjanya. Di dalam tubuh
Fe berperan sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke
jaringan, sebagai alat angkut elektron pada netabolisme
energi, sebagai bagian dari enzim pembentuk kekebalan
tubuh dan sebagai pelarut obat-obatan(Almatsier, 2002).
Makanan sumber Fe yang baik antara lain daging, ayam,
ikan, telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau,
dan pisang ambon. Fe yang berasal dari makanan hewani
lebih mudah diserap oleh tubuh daripada Fe yang berasal
dari makanan nabati. Faktor-faktor yang mempengaruhi
absorpsi Fe yaitu :
a. Bentuk Fe
Besi-hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan
mioglobin yang terdapat dalam daging hewan dapat
diserap dua kali lipat daripada besi-nonhem yang berasal
dari makanan nabati.
b. Asam Organik
Vitamin C dan asam sitrat sangat membantu penyerapan
besi-nonhem dengan merubah bentuk feri menjadi fero.
c. Asam fitat, asam oksalat dan tanin
Ketiga jenis zat tersebut dapat mengikat Fe sehingga
menghambat penyerapannya. Namun pengaruh negatif
ini dapat dikurangi dengan mengkonsumsi vitamin C.

21
d. Tingkat keasaman lambung
Keasaman lambung dapat meningkatkan daya larut besi.
e. Kebutuhan tubuh
Jika tubuh kekurangan Fe atau kebutuhan meningkat
maka penyerapannya juga akan meningkat. Kebutuhan
Fe untuk tenaga kerja laki-laki dewasa adalah 13 miligram
per hari.

Saat kehamilan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh


lebih banyak dibandingkan saat tidak hamil. Zat besi bagi
wanita hamil dibutuhkan untuk memenuhi kehilangan basal,
juga untuk pembentukan sel-sel darah merah yang semakin
banyak serta janin dan plasentanya. Seiring dengan
bertambahnya umur kehamilan, zat besi yang dibutuhkan
semakin banyak. Dengan demikian resiko anemia zat besi
semakin besar (Wirakusumah, 1998).
Bumil yang anemia gizi akan melahirkan bayi yang
anemia pula, yang dapat menimbulkan disfungsi pada
otaknya dan gangguan proses tumbuh kembang otak.
Selanjutnya, maka bumil dianjurkan mengkonsumsi zat besi
sebanyak 60 – 100 mg/hari (Nestle).
Keanekaragaman konsumsi makanan berperan penting
dalam membantu meningkatkan penyerapan Fe di dalam
tubuh. Kehadiran protein hewani, Vitamin C, Vitamin A, Zn,
asam folat, zat gizi mikro lain dapat meningkatkan
penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat lain dari
mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah
terpenuhinya kecukupan vitamin A, karena makanan sumber
zat besi biasanya juga merupakan sumber Vitamin A(Depkes
RI, 1995).

GIZI
22 REPRODUKSI
Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk
mengatasi tingginya prevalensi ibu hamil yang menderita
anemia gizi adalah suplementasi tablet besi pada ibu hamil.
Namun ada masalah yang dihadapi dalam suplementasi
tablet besi ini yaitu ibu hamil sukar untuk mengkonsumsinya
setiap hari dengan alasan lupa, perut merasa perih, enek,
dsb (Ridwan, 1997).
Departemen Kesehatan telah melaksanakan program
penanggulangan AGB dengan membagikan tablet besi atau
Tablet Tambah Darah (TTD) kepada ibu hamil sebanyak 1
tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa
kehamilan (Depkes RI, 1995). Agar penyerapan besi dapat
maksimal, dianjurkan minum tablet zat besi dengan air
minum yang sudah dimasak. Dengan minum tablet Fe, maka
tanda-tanda kurang darah akan menghilang, bila tidak
menghilang, berarti yang bersangkutan bukan menderita
AGB, tetapi menderita anemia jenis lain (Depkes RI, 1995).
Jumlah zat besi yang dibutuhkan pada waktu hamil jauh
lebih besar dari pada tidak hamil. Pada waktu triwulan I
kehamilan, kebutuhan zat besi lebih rendah dari sebelum
hamil karena tidak menstruasi dan jumlah zat besi yang di
transfer kepada janin lebih rendah, pada waktu mulai
menginjak triwulan II, sampai pada triwulan III. Penambahan
massa sel darah merah ini mencapai 35 % dengan
penambahan kebutuhan zat besi sebanyak 450 mg. kenaikan
kebutuhan konsumsi oksigen oleh janin.Keadaan ini
diimbangi dengan menurunnya kadar Hg yaitu sebanyak 1
gr/100ml ( pada wanita tidak hamil batas kadar Hg normal
adalah 12 gr/ 100 ml). fisiologis anemia disebabkan karena
volume plasma naik melebihi dari pertambahan banyak
jumlah red cell mass, sehingga menghasilkan adanya
haemoditulion pada tingkat tertentu.

23
Kebutuhan zat besi menurut Triwulan adalah sebagai
berikut:
a. Pada Triwulan I zat besi yang dibutuhkan adalah 1 mg/
hari yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/ hari ditambah
dengan kebutuhan janin dan red cell mass 30-40 mg.
b. Pada Triwulan II zat besi yang diberlakukan adalah ± 5
mg/ hari yaitu untuk kebutuhan basal 0.8 mg/hari
ditambah dengan kebutuhan red cell mass 300 mg dan
conceptus 115 mg.
c. Pada Triwulan III, zat besi dibutuhkan adalah 5 mg/hari
yaitu untuk kebutuhan basal 0,8/hari ditambah dengan
kebutuhan red cell mass 150 mg dan conceptus 223
mg. Maka kebutuhan pada Triwulan II dan III jauh lebih
besar dari jumlah zat besi yang didapat dari makanan
(Husaini 1989).
3. Cara Pencegahan anemia
a. Selalu menjaga kebersihan dan mengenakan alas kaki
setiap hari.
b. Istirahat yang cukup.
c. Makan makanan yang bergizi dan banyak mengandung
Fe, misalnya : daun pepaya,kangkung,daging sapi,hati
ayam dan susu.
d. Pada ibu hamil,dengan rutin memeriksakan
kehamilannya minimal 4 kali selama hamil untuk
mendapatkan Tablet Besi (Fe) dan vitamin yang lainnya
pada petugas kesehatan, serta makan makanan yang
bergizi 3 X 1 hari,dengan porsi 2 kali lipat lebih banyak.
4. Masalah Kurang Energi Kronik (KEK)
Di Indonesia batas ambang LILA dengan resiko KEK
adalah 23,5 cm hal ini berarti ibu hamil dengan resiko KEK
diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR.  Bila bayi lahir

GIZI
24 REPRODUKSI
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai
resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan
gangguan perkembangan anak. Untuk mencegah resiko KEK
pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah
harus mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA tidak
kurang dari 23,5 cm.  Apabila LILA ibu sebelum hamil 
kurang dari angka tersebut, sebaiknya kehamilan ditunda
sehingga tidak beresiko melahirkan BBLR.
Hasil penelitian Edwi Saraswati, dkk. di Jawa Barat
(1998) menunjukkan bahwa KEK pada batas 23,5 cm belum
merupakan resiko untuk melahirkan BBLR walaupun resiko
relatifnya cukup tinggi.  Sedangkan ibu hamil dengan KEK
pada batas 23 cm mempunyai resiko 2,0087 kali untuk
melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang
mempunyai LILA lebih dari 23 cm.
Sebagaimana disebutkan di atas, berat bayi yang
dilahirkan dapat  dipengaruhi oleh status gizi ibu baik
sebelum hamil maupun saat hamil.  Status gizi ibu sebelum
hamil juga cukup berperan dalam pencapaian gizi ibu saat
hamil.  Penelitian Rosmeri (2000) menunjukkan bahwa 
status gizi ibu sebelum hamil  mempunyai pengaruh yang
bermakna  terhadap kejadian  BBLR.  Ibu dengan status
gizi kurang (kurus) sebelum hamil mempunyai resiko 4,27
kali untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu
yang mempunyai status gizi baik (normal).
Hasil penelitian Jumirah, dkk. (1999) menunujukkan
bahwa ada hubungan kadar Hb ibu hamil dengan berat bayi
lahir, dimana semakin tinggi kadar Hb ibu semakin tinggi
berat badan bayi yang dilahirkan.  Sedangkan penelitian
Edwi Saraswati, dkk. (1998) menemukan bahwa anemia
pada batas 11 gr/dl bukan merupakan resiko untuk

25
melahirkan BBLR. Hal ini mungkin karena belum
berpengaruh terhadap fungsi hormon maupun fisiologis ibu.
Selanjutnya pada analisa bivariat anemia batas 9 gr/dl
atau anemia berat ditemukan secara statistik tidak nyata
melahirkan BBLR. Namun untuk melahirkan bayi mati
mempunyai resiko 3,081 kali. Dari hasil analisa multivariat
dengan memperhatikan  masalah riwayat kehamilan 
sebelumnya menunjukkan bahwa ibu hamil  penderita
anemia berat mempunyai resiko untuk melahirkan BBLR
4,2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak
menderita anemia berat.
Ibu hamil merupakan kelompok yang cukup rawan gizi.
Kekurangan gizi pada ibu hamil mempunyai dampak yang
cukup besar terhadap proses pertumbuhan janin dan anak
yang akan dilahirkan.  Bila ibu hamil mengalami kurang gizi
maka akibat yang akan ditimbulkan  antara lain: keguguran,
bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia
pada bayi, dan bayi lahir dengan BBLR. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa pengaruh gizi kurang terhadap kejadian
BBLR cukup besar pada ibu hamil, apalagi kondisi gizi ibu
sebelum hamil buruk.  Masalah gizi kurang pada ibu hamil
ini dapat dilihat dari  prevalensi Kekurangan Energi Kronis
(KEK) dan kejadian anemia. Untuk memperkecil resiko BBLR
diperlukan upaya mempertahankan kondisi gizi yang baiik
pada ibu hamil.  Upaya yang dilakukan berupa pengaturan
konsumsi makanan, pemantauan pertambahan berat badan,
pemeriksaan kadar Hb, dan pengukuran LILA sebelum atau
saat hamil

GIZI
26 REPRODUKSI
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita, 2002. Prinsip Ilmu Gizi Dasar. Gramedia,


Jakarta.

Berg Alan. 1986. Peranan Gizi Dalam Pembangunan. CV


Rajawali, Jakarta.

Budiyanto, M. Agus Krisno, 2002. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. UMM


Press, Malang.

Dikmar Muh A1980. Anemia Difecienci Kehamilan. Jakarta


:Cermin Dunia Kedokteran

Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1992. 


Pedoman Pelayanan Kesehatan Prenatal di Wilayah
Kerja Puskesmas.  Jakarta.

Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1996. 


Pedoman Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan
Enargi Kronis.  Jakarta.

Depkes RI. 1997.  Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)


1995.  Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.  Jakarta.

Husaini, MA dkk.1989. Study Nutrition Anemia Anassesment


of Information Complication for Mulating National
Policy and Program. Jakarta : Slemba Medika.

Harper. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. UI Press, Jakarta.

Jumirah, dkk. 1999. Anemia Ibu Hamil dan Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Serta Dampaknya pada Berat Bayi Lahir
di Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan. 
Laporan Penelitian.  Medan

Kardjati, S. 1999. Aspek Kesehatan dan Gizi Anak Balita. Yayasan


Obor Indonesia.  Jakarta.

27
Nasution, A.H., dkk.  1988.  Gizi untuk Kebutuhan Fisiologis
Khusus. Terjemahan. PT Gramedia. Jakarta

Pudiadi. 1997.  Ilmu Gizi Klinis pada Anak.  Fakultas


Kedokteran UI.  Jakarta

Manik, R. 2000.  Pengaruh Sosio Demografi, Riwayat Persalinan


dan Status Gizi Ibu terhadap Kejadian BBLR, Studi
Kasus di RSIA Sri Ratu Medan.  Skripsi Mahasiswa FKM
USU. Medan.

Sarimawar, D., dkk.  1991.  Faktor Resiko yang Mempengaruhi


Anemia Kehamilan.  Buletin Penelitian Kesehatan. 
Jakarta.

Sediaoetama. 1987. Ilmu Gizi. Dian Rakyat, Jakarta.

Sediaoetama, Ahmad Djaeni, 2000. Ilmu Gizi . Dian Rakyat,


Jakarta.

Suhardjo, 1992. Gizi Pangan dan Pertanian. Bharatara Karya


Aksara, Jakarta.

Soekirman. 2000.Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Depdiknas, Jakarta.

Saraswati, E. 1998.  Resiko Ibu Hamil Kurang Energi Kronis


(KEK) dan Anemia untuk melahirkan Bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR).  Penelitian Gizi dan
Makanan jilid 21.

Jumirah, dkk. 1999. Anemia Ibu Hamil dan Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Serta Dampaknya pada Berat Bayi Lahir
di Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan. 
Laporan Penelitian.  Medan

GIZI
28 REPRODUKSI

You might also like