You are on page 1of 124

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI DESA


TERTINGGAL KECAMATAN PANGURURAN
KABUPATEN SAMOSIR
TAHUN 2008

SKRIPSI

Oleh:

AGUSTARIA GINTING
NIM. 061000212

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
ii

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI DESA
TERTINGGAL KECAMATAN PANGURURAN
KABUPATEN SAMOSIR
TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

AGUSTARIA GINTING
NIM. 061000212

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI DESA
TERTINGGAL KECAMATAN PANGURURAN
KABUPATEN SAMOSIR
TAHUN 2008

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh

AGUSTARIA GINTING
NIM. 061000212

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi


Pada Tanggal 09 Januari 2009 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH drh. Hiswani, M.Kes


NIP. 130702002 NIP. 132084988

Penguji II Penguji III

Drh. Rasmaliah, M.Kes Drs. Jemadi ,M.Kes


NIP.390009523 NIP. 131996168

Medan, Maret 2009


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, MSi


NIP: 131124053

i
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
iv

ABSTRAK

Penyakit kecacingan merupakan salah satu penyakit yang ditularkan melalui


tanah, dengan dampak mengganggu perkembangan fisik, kecerdasan, mental,
prestasi, dan menurunkan ketahanan tubuh. Hasil survei Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara di Sekolah Dasar ditemukan prevalensi kecacingan 68%. Survei Sub
Program P2P dan PL Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir di 44 Sekolah Dasar
ditemukan prevalensi kecacingan 25,49%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan
dengan kejadian kecacingan pada anak SD Negeri di desa tertinggal Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir. Penelitian bersifat observasional analitik dengan
desain cross sectional. Populasi 202 orang anak dan sampel adalah total sampling.
Hasil penelitian ditemukan prevalensi kecacingan 56,40%. Prevalensi
Ascaris lumbricoides 38,60%. Proporsi berdasarkan jenis infeksi campuran 47,40%.
Proporsi kelompok umur 6-8 tahun 48,50%, laki-laki 57,40% dan makan obat
cacing ≥ 6 bulan 81,70%. Proporsi tidak memiliki jamban 76,70%, tempat biasa
pembuangan tinja di kebun 52,00%, personal higiene kategori sedang 68,30%.
Proporsi Ascaris lumbricoides + Trichuris trichiura 40,70%. Derajat infestasi
Ascaris lumbricoides ringan 89,74%, Trichuris trichiura ringan 100% dan
Hookworm ringan 95,12%. Prevalensi kelompok umur ≥ 12 tahun 65,50%,
perempuan 58,10%, dan makan obat cacing ≥ 6 bulan 68,50%. Hasil uji Chi Square
Tidak ada hubungan bermakna antara faktor umur, jenis kelamin, kepemilikan
jamban, tempat biasa buang air besar dengan kejadian kecacingan. Ada hubungan
bermakna antara personal higiene, makan obat cacing dengan kejadian kecacingan
(p < 0,05) .
Kepada pihak sekolah agar senantiasa memberikan pengetahuan pentingnya
personal higiene dan penyediaan sarana air bersih serta jamban untuk mencegah
terjadinya infeksi kecacingan. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir dan
Puskesmas Buhit supaya meningkatkan pembinaan dan melaksanakan program
penanggulangan kecacingan yang sudah berjalan.

Kata Kunci : Infeksi Kecacingan, Anak Sekolah, Desa Tertinggal

iia

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
v

ABSTRACT

Worm Infections is one of the soil transmitted diseases that have impacted in
influencing physic, intelligence, and body resistance. The results of a survey have
done by the Provincial of Health of North Sumatra at Elementary schools found
that 68% of the pupils have infected by worms. A survey done by the CDC and
Healthy Environment at District of Health Samosir found that from 44 Elementary
schools 25.49% of school children have infected by worms.
This study was designed to determine the association of factors with the state
of worm infection among the pupils at public elementary schools in undeveloped
villages in the Sub-district of Pangururan, District of Samosir. The study was done
by analytical observation using cross sectional study. Population consist of 202
children and sample is total sampling.
The results of the study showed that 56.40% of the pupils were infected by
worms. The proportion of Ascaris lumbricoides was 38.60%. The proportion of
mixed infections was 47.40%. The proportion of infected children in the age-group
of 6-8 years was 48.50%, males 57.40%, and having taken medicine against worms
> 6 months was 81.70%. The proportion of them not having access to a toilet was
76.70%. The proportion of them who usually defecate in the garden is 52.00%, have
moderate personal hygiene 68.30%. The proportion of Ascaris lumbricoides and
Trichuris trichiura 40.70%. Have infections of Ascaris lumbricoides 89.74%,
Tirchuris trichiura 100% and Hookworm 95.12%. The prevalence rate of infections
in the age group of > 12 years was 65.50%, female 58.10% and having taken
medicine against worms > 6 months 68.50%. The results of the Chi square test
showed that no significant association between the factors of age, sex, having
access to a toilet, and the place of defecation, with being infected by worms. There
was a significant association between personal hygiene and having taken medicine
against worms with being infected by worms (p < 0.05).
Suggest to the school teachers to keep the personal hygiene of school
children and to provide clean water and toilets to avoid infection by worms. The
Department of Health at Samosir District and the Buhit Health Centre should have
to increase their educational programs and to continue implementing their present
programs in minimizing the worms infection.

Keywords : Worm infection, Elementary schools children, undeveloped villages

iib

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Agustaria Ginting

Tempat/ Tanggal Lahir : Juhar, 15 Agustus 1972

Agama : Kristen Katolik

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat Rumah : Jl. Beringin III No. 9 Helvetia


Medan, Sumatera Utara

Riwayat Pendidikan :

1. SD Impres No. 043944, Juhar Kab. Karo : Tahun 1979-1986

2. SLTP Negeri Juhar, Kab. Karo : Tahun 1986-1989

3. SLTA Negeri Tigabinanga, Kab. Karo : Tahun 1989-1992

4. Akademi Perawat St. Elisabet Medan : Tahun 1994-1997

5. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, Medan : Tahun 2006-2009

iii
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas segala berkat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak

Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir

Tahun 2008” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Dalam Penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH, selaku Kepala Departemen

Epidemiologi dan Pembimbing I yang telah membantu, membimbing dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu drh. Hiswani M.kes, selaku Dosen pembimbing II yang telah membantu

dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu drh. Rasmaliah M.Kes, selaku Dosen penguji I yang memberi saran dan

kritik untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Jemadi M.Kes, selaku Dosen penguji II yang memberi saran dan

kritik untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

iv
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
viii

6. Ibu dr. Halinda Sari Lubis M.KKK, selaku Pembimbing Akademik selama

perkuliahan yang ikut berperan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Sumihar Sinaga selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri No. 137637

Sigumbang dan Ibu Kartini Sitanggang selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri

No. 176385 Huta Tinggi Kecamatan Pangururan yang telah banyak

membantu dan memberikan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini.

8. Bapak Manigor Simbolon SKM, sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Samosir yang telah memberi dukungan dalam penelitian ini.

9. Ibu dr. Friska Situmorang sebagai Kepala Puskesmas serta Staf Puskesmas

Buhit yang ikut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

10. Bapak Julianus Barus dan Ibu Agnes Sembiring selaku petugas laboratorium

yang telah memberikan bantuan yang tak terhingga bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

11. Ibu Veronika, dr. Endang, dr. Nimpan Karo-karo, Helpi Sitanggang, Natalia

Sitinjak, Riama, Novi, Dosma, Rosmani Manihuruk, Susan Lumban Tobing

terima kasih atas bantuan, dukungan dan doannya.

12. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/i di lingkungan Departemen Epidemiologi,

serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga

ikut berperan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

v
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
ix

Teristimewa ucapan terima kasih kepada orang tua tercinta, S. Ginting dan

R. br. Tarigan, yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik penulis sejak kecil,

serta Ordo dan Persaudaraan Kapusin Emmaus Helvetia yang senantiasa

memberikan dukungan doa, materi, moral sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan ini.

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih perlu disempurnakan, maka dari itu

penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun

dan memperkaya materi skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu menyertai dan memberkati kita

semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkannya.

Medan, Januari 2009

Penulis

vi
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
x

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... i
ABSTRAK ..................................................................................................... iia
ABSTRACT .................................................................................................. iib
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ...................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
1.3.1. Tujuan Umum ................................................................... 5
1.3.2. Tujuan Khusus ………………………………………….. 5
1.4. Manfaat Penelitian ……………………………………………… 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………….. 8


2.1. Definisi Kecacingan ................................................................... 8
2.2. Penyebab dan Morfologi ............................................................ 8
2.3. Daur Hidup ................................................................................ 12
2.4. Epidemiologi Penyakit Kecacingan ............................................ 15
2.4.1. Distribusi dan Frekuensi Penyakit Kecacingan ............... 15
2.4.2. Faktor Lingkungan ......................................................... 17
2.5. Cara Penularan ........................................................................... 19
2.6. Diagnosa ................................................................................... 20
2.7. Tanda dan Gejala ....................................................................... 20
2.8. Upaya Pencegahan ..................................................................... 20
2.8.1. Pencegahan Primer ........................................................ 20
2.8.2. Pencegahan Sekunder .................................................... 21

BAB 3 KERANGKA KONSEP …………………………………………….. 22


3.1. Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 22
3.2. Definisi Operasional ................................................................. 22

BAB 4 METODE PENELITIAN


4.1. Jenis Penelitian .......................................................................... 26
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 26
4.2.1. Lokasi Penelitian ............................................................ 26
4.2.2. Waktu Penelitian ............................................................ 26
4.3. Populasi dan Sampel ..................................................................... 27
4.3.1. Populasi ............................................................................ 27
4.3.2. Sampel ............................................................................... 27

vii
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xi

4.4. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 27


4.4.1. Data Primer ........................................................................ 27
4.4.2. Data Sekunder ................................................................... 28
4.5. Aspek Pengukuran ......................................................................... 28
4.6. Instrumen Penelitian ..................................................................... 29
4.7. Teknis Analisa Data ..................................................................... 30

BAB 5 HASIL PENELITIAN


5.1. Data Sekunder ............................................................................ 31
5.1.1. Kondisi Geografis ........................................................... 31
5.1.2. Demografi ....................................................................... 32
5.1.2.1. Jumlah Penduduk .............................................. ... 32
5.1.2.2. Sarana Kesehatan ................. .............................. 33
5.1.2.3. Data Sepuluh Penyakit Terbesar di Puskesmas
Buhit................... .................................................. 33
5.1.2.4. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan ................ .... 34
5.2. Data Primer ................................................................................ 35
5.2.1. Prevalensi Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar ............ 35
5.2.2. Prevalensi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis
Cacing Pada Anak Sekolah Dasar ..................................... 35
5.2.3. Proporsi kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis Infeksi
Cacing..................................... .......................................... 36
5.2.4. Proporsi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis
Cacing Campuran..................................... ......................... 36
5.2.5. Karakteristik Anak Sekolah Dasar ................................... . 37
5.2.6. Lingkungan Anak Sekolah Dasar ..................................... 38
5.2.7. Kejadian Kecacingan Berdasarkan Berat Ringannya
Infeksi Kecacingan ........................................................... 39
5.2.8. Analisis Hubungan Umur Dengan Kejadian Kecacingan . 40
5.2.9. Analisis Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kejadian
Kecacingan ..................................................................... 41
5.2.10. Analisis Hubungan Kepemilikan Jamban Dengan
Kejadian Kecacingan ....................................................... 42
5.2.11. Analisis Hubungan Tempat Biasa Pembuangan Tinja
Dengan Kejadian Kecacingan........................................... 43
5.2.12. Analisis Hubungan Personal Higiene Dengan
Kejadian Kecacingan ...................................................... .. 44
5.2.13. Analisis Hubungan Frekuensi Makan Obat Cacing
Dengan Infeksi Kecacingan ............................ .................. 45

BAB 6 PEMBAHASAN ……………………………………………………... 46


6.1. Prevalensi Kejadian Kecacingan Anak Sekolah Dasar …. ............ 46
6.2. Prevalensi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis Cacing
Anak Sekolah Dasar ...................................................................... 47

viii
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xii

6.3. Proporsi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis Infeksi


Cacing Anak Sekolah Dasar ........................................................ .. 49
6.4. Proporsi Kejadian Kecacingan berdasarkan Jenis Infeksi Cacing
Campuran Anak Sekolah Dasar ................................................ .... 51
6.5. Karakteristik Anak Sekolah Dasar .............................................. 53
6.6. Lingkungan Anak Sekolah Dasar ................................................. 55
6.7. Berat Ringannya Infeksi Kecacingan Anak Sekolah Dasar ......... 59
6.8. Hubungan Umur Dengan Kejadian Kecacingan Anak
Sekolah Dasar ............................. ................................................. 61
6.9. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kejadian Kecacingan
Anak Sekolah Dasar ......... ........................................................... 63
6.10. Hubungan Kepemilikan Jamban Dengan Kejadian
Kecacingan Anak Sekolah Dasar... .............................................. 64
6.11. Hubungan Tempat Biasa Pembuangan Tinja Dengan
Kejadian Kecacingan Anak Sekolah Dasar .................................. 66
6.12. Hubungan Personal Higiene Dengan Kejadian Kecacingan
Anak Sekolah Dasar .................................................................... 68
6.13. Hubungan Frekuensi Makan Obat Cacing Dengan
Kejadian Kecacingan Anak Sekolah Dasar ……………………. .. 70

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 73


7.1. Kesimpulan ................................................................................. 73
7.2. Saran .......................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian
2. Hasil Pemeriksaan Feses Anak SD Negeri Kecamatan Pangururan
3. Master Data Hasil Penelitian
4. Hasil Output Analisis Univariat dan Bivariat
5. Surat Izin Penelitian
6. Surat Keterangan Selesai Penelitian
7. Klasifikasi Kelurahan Kecamatan Pangururan
8. Surat Keputusan Bupati Samosir
9. Jawaban Atas Pertanyaan
10. Peta Kecamatan Pangururan

ix
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xiii

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun
2007 ......................................................................................... 32

Tabel 5.2. Jumlah Sarana Kesehatan Di Kecamatan Pangururan


Kabupaten Samosir Tahun 2007 . .............................................. 33

Tabel 5.3. Jenis Penyakit dan Jumlah Penderita di Puskesmas Buhit


Tahun 2007. .............................................................................. 33

Tabel 5.4. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Buhit


Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2007. .......... 34

Tabel 5.5. Distribusi Prevalensi Kejadian Kecacingan Pada Anak SD di


Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir
Tahun 2008 ............................................................................... 35

Tabel 5.6. Prevalensi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis Cacing


Pada Anak SD di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan
Kabupaten Samosir Tahun 2008. ............................................... 35

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis


Infeksi Cacing di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan
Kabupaten Samosir Tahun 2008. ............................................... 36

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis


Infeksi Cacing Campuran Pada Anak SD di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008 ........... 36

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan


Karakteristik di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan
Kabupaten Samosir Tahun 2008. ............................................... 37

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan


Lingkungan di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan
Kabupaten Samosir Tahun 2008. ............................................... 38

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Kejadian Kecacingan Berdasarkan


Berat Ringannya Infeksi Cacing Ascaris lumbricoides,
Trichuris trichiura, Hookworm Pada Anak Sekolah Dasar di
Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir
Tahun 2008 ............................................................................... 39

x
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xiv

Tabel 5.12. Tabulasi Silang Hubungan Umur Dengan Kejadian Kecacingan


Pada Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008. ............................ 40

Tabel 5.13. Tabulasi Silang Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kejadian


Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008. .......... 41

Tabel 5.14. Tabulasi Silang Hubungan Kepemilikan Jamban Dengan


Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar di Desa
Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun
2008........... ............................................................................... 42

Tabel 5.15. Tabulasi Silang Hubungan Tempat Biasa Pembuang Tinja


Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar di
Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir
Tahun
2008.................................................................................. ........... 43

Tabel 5.16. Tabulasi Silang Hubungan Personal Higiene Dengan Kejadian


Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun
2008........... ............................................................................... 44

Tabel 5.17. Tabulasi Silang Hubungan Frekuensi Makan Obat Cacing


Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar di
Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir
Tahun 2008.......... ..................................................................... 45

xi
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Cacing Ascaris lumbricoides Dewasa. ....................................... 9

Gambar 2.2. Ascaris lumbricoides: A. Betina; B; Jantan. .............................. 10

Gambar 2.3. Cacing Trichuris trichiura dewasa (Kiri : Betina, Kanan :


Jantan)... ................................................................................... 10

Gambar 2.4. Cacing Ancylostoma duodenale Dewasa. .................................. 11

Gambar 2.5. Cacing Necator americanus Dewasa. ........................................ 12

Gambar 2.6. Siklus hidup Cacing Ascaris lumbricoides ................................ 13

Gambar 2.7. Siklus Hidup Cacing Trichuris trichiura. .................................. 14

Gambar 2.8. Siklus hidup Cacing Hookworm.. .............................................. 15

Gambar 6.1. Distribusi Prevalensi Kejadian Kecacingan Anak Sekolah


Dasar di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten
Samosir Tahun 2008..... ............................................................ 46

Gambar 6.2. Distribusi Prevalensi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis


Cacing Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008 ............................. 48

Gambar 6.3. Distribusi Proporsi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis


Infeksi Cacing Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008..... ...... 50

Gambar 6.4. Distribusi Proporsi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis


Cacing Campuran Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008..... ...... 51

Gambar 6.5. Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan umur di


Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir
Tahun 2008..... .......................................................................... 53

Gambar 6.6. Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Jenis


Kelamin di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan
Kabupaten Samosir Tahun 2008.................. .............................. 54

Gambar 6.7. Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan


Frekuensi Makan Obat Cacing di Desa Tertinggal Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008..... ........................ 55

xii
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xvi

Gambar 6.8. Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan


Kepemilikan Jamban di Desa Tertinggal Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008..... ........................ 56

Gambar 6.9. Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Tempat


Biasa Pembuangan Tinja di Desa Tertinggal Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008 ............................. 57

Gambar 6.10. Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Personal


Higiene di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten
Samosir Tahun 2008 ................................................................. 58

Gambar 6.11. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Umur Dengan Kejadian
Kecacingan Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008 ........... 61

Gambar 6.12. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin Dengan
Kejadian Kecacingan Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008 ........... 63

Gambar 6.13. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Kepemilikan Jamban


Dengan Kejadian Kecacingan Anak Sekolah Dasar di Desa
Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun
2008.......................................................................................... 64

Gambar 6.14. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Tempat Biasa


Pembuangan Tinja Dengan Kejadian Kecacingan Anak
Sekolah Dasar di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan
Kabupaten Samosir Tahun 2008................................................ 66

Gambar 6.15. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Personal Higiene


Dengan Kejadian Kecacingan Anak Sekolah Dasar di Desa
Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun
2008.......................................................................................... 68

Gambar 6.16. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Frekuensi Makan Obat
Cacing Dengan Kejadian Kecacingan Anak Sekolah Dasar
Negeri di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten
Samosir Tahun 2008 ................................................................. 70

xiii

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan Pembukaan UUD 1945 termaktub tujuan bangsa Indonesia,

yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan pardamaian

abadi dan kehidupan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakan

program pembangunan nasional secara berkelanjutan, terencana dan terarah,

termasuk di dalamnya pembangunan bidang kesehatan.1

Kebijakan pembangunan kesehatan telah ditetapkan beberapa program dan

salah satu program yang mendukung bidang kesehatan ialah program upaya

kesehatan masyarakat. Adapun tujuan program ini antara lain meningkatkan mutu

kesehatan, mencegah terjadinya penyebaran penyakit menular, menurunkan angka

kesakitan, kematian, yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan.2

Pencegahan dan pengobatan penyakit menular seperti infeksi kecacingan,

pemerintah dan masyarakat telah bersama-sama melaksanakan berbagai program

pemberantasan infeksi kecacingan, terutama di sekolah dasar. Kegiatan tersebut

meliputi penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna, higiene

keluarga dan higiene pribadi. 3

Infestasi cacing pada manusia banyak dipengaruhi faktor perilaku,

lingkungan tempat tinggal dan manipulasi terhadap lingkungan. Penyakit kecacingan

1
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
ii

banyak ditemukan di daerah dengan kelembaban tinggi dan terutama mengenai

kelompok masyarakat dengan personal higiene dan sanitasi lingkungan yang kurang

baik.4

Kerugian dan dampak akibat infeksi kecacingan tidak menyebabkan manusia

mati mendadak akan tetapi dapat mempengaruhi pemasukan, pencernaan,

penyerapan dan metabolisme makanan. Selain dapat menghambat perkembangan

fisik, kecerdasan, mental, prestasi, dapat menurunkan ketahanan tubuh sehingga

mudah terkena penyakit lain.5

Penyakit kecacingan yang ditularkan melalui tanah atau Soil Transmitted

Helminths yang sering dijumpai pada anak usia Sekolah Dasar yaitu Ascaris

lumbricoides, Trichuris trichiura dan Hookworm.6

WHO tahun 2006, mengatakan bahwa kejadian penyakit kecacingan di dunia

masih tinggi yaitu 1 miliar orang terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides, 795 juta

orang terinfeksi cacing Trichuris trichiura dan 740 juta orang terinfeksi cacing

Hookworm.7

Hasil survei kecacingan Sekolah Dasar di 27 Propinsi Indonesia menurut

jenis cacing tahun 2002–2006 didapatkan bahwa pada tahun 2002 prevalensi Ascaris

lumbricoides 22,0%, Trichuris trichiura 19,9% dan Hookworm 2,4%. Tahun 2003

prevalensi Ascaris lumbricoides 21,7%, Trichuris trichiura 21,0% dan Hookworm

0,6%. Tahun 2004 prevalensi Ascaris lumbricoides 16,1%, Trichuris trichiura 17,2%

dan Hookworm 5,1%. Tahun 2005 prevalensi Ascaris lumbricoides 12,5%, Trichuris

trichiura 20,2% dan Hookworm 1,6% dan pada tahun 2006 prevalensi Ascaris

lumbricoides 17,8%, Trichuris trichiura 24,2% dan Hookworm 1,0%. 8

2
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
iii

Berdasarkan Survei Seksi P2ML Sub Dinas P2P & PL, Dinas Kesehatan

Tingkat I Sumatera Utara pada anak Sekolah Dasar di tiga belas Kabupaten/Kota

tahun 2003-2006 diperoleh hasil yaitu prevalensi Ascaris lumbricoides 39%,

Trichuris trichiura 24%, dan Hookworm 5%.9

Menurut Profil Kesehatan Kabupaten Samosir (2004) penderita kecacingan

sebanyak 790 orang dan penyakit ini berada pada urutan ke 10 dari sepuluh penyakit

terbesar. Menurut laporan Bidang Yankes Kabupaten Samosir (2006) ditemukan

penderita kecacingan sebanyak 2.252 orang dan penyakit ini berada pada urutan ke

6 dari 10 penyakit terbesar. Angka penderita kecacingan tahun 2007 sebanyak 2.352

orang dan berada pada urutan 7 dari 10 penyakit terbesar. Hasil survei kecacingan

yang dilaksanakan oleh Sub Program P2P dan PL Dinas Kesehatan Kabupaten

Samosir (2007) di 44 Sekolah Dasar diperoleh prevalensi cacing Ascaris

lumbricoides 23%, Trichuris trichiura 2% dan Hookworm 0,49%. 10, 11, 12,13

Kecamatan Pangururan mempunyai luas wilayah 121,43 km2, dengan 28

desa. Pekerjaan penduduk sebahagian besar mempunyai mata pencaharian petani dan

berkebun. Daerah ini masih banyak dijumpai pemukiman yang belum memenuhi

sanitasi lingkungan, faktor utamanya ialah tingkat sosial ekonomi dan pendidikan

yang masih rendah. Beberapa desa seperti desa Parmonangan, Aek Nauli,

Pardomuan Nauli, Parbaba Dolok, Huta Tinggi, Parhorasan, berada pada daerah atau

desa yang tertinggal. Daerah atau desa tertinggal ialah daerah atau desa yang relatif

kurang berkembang dibandingkan dengan daerah atau desa lain dalam sekala

nasional. Adapun kriterianya ialah (1) Secara geografis yaitu: sulit dijangkau karena

letaknya perbukitan/pegunungan oleh transportasi, (2) Sumber daya alam yaitu:

3
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
iv

sumber daya alam yang terbatas, (3) Sumber daya Manusia yaitu: daerah ini

mempunyai tingkat pendidikan yang rendah serta keterampilan yang relatif rendah,

(4) Prasarana dan Sarana yaitu: keterbatasan transportasi, pendidikan, irigasi dan air

bersih, (5) Daerah Rawan Bencana dan Konflik Sosial yaitu seringnya suatu daerah

mengalami bencana alam dan konflik sosial dan (6) Kebijakan Pembangunan yang

kurang memihak pembangunan daerah.14,15

Jumlah penduduk Kecamatan Pangururan 28.553 jiwa, 4.213 orang

merupakan anak Sekolah Dasar yang terdaftar di 37 Sekolah Dasar Negeri dan 208

terdaftar di Sekolah Dasar Swasta. Sekolah Dasar Negeri No. 173763 Sigumbang

desa Parhorasan dan SD Negeri No. 176385 desa Huta Tinggi berada pada daerah

atau desa tertinggal dengan sanitasi lingkungan kurang baik dengan kriteria WC

belum ada / tidak berfungsi dengan baik, air bersih yang kurang, beberapa lantai

rungan Sekolah Dasar Negeri tersebut sudah terkelupas dan berdebu. Pada tahun

2006 penyakit kecacingan di kecamatan ini berada pada urutan ke delapan dari 10

penyakit terbesar dengan jumlah sebanyak 1.127 orang dan pada tahun 2007

penyakit kecacingan berada pada urutan ke 4 dengan jumlah sebanyak 578 orang.

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kecacingan pada anak

Sekolah Dasar di desa tertinggal dan sanitasi lingkungannya yang kurang baik.

4
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
v

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

kecacingan pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan

Kabupaten Samosir tahun 2008.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

kecacingan pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan

Kabupaten Samosir tahun 2008.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui prevalensi kejadian kecacingan pada anak SD di desa

tertinggal tahun 2008.

b. Untuk mengetahui prevalensi kejadian kecacingan berdasarkan jenis cacing

pada anak SD di desa tertinggal.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi kejadian kecacingan berdasarkan jenis

infeksi cacing pada anak SD di desa tertinggal.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi kejadian kecacingan berdasarkan jenis

cacing campuran pada SD di desa tertinggal.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi anak sekolah dasar berdasarkan

karakteristik (umur, jenis kelamin, frekuensi makan obat cacing) pada anak

SD di desa tertinggal.

5
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
vi

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi anak sekolah dasar berdasarkan

lingkungan (kepemilikan jamban, tempat biasa pembuangan tinja, personal

higiene) pada anak SD di desa tertinggal.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi kejadian kecacingan berdasarkan berat

ringannya infeksi cacing usus pada anak SD di desa tertinggal.

h. Untuk mengetahui prevalensi kejadian kecacingan berdasarkan karakteristik

(umur, jenis kelamin, frekuensi makan obat cacing) pada anak SD di desa

tertinggal.

i. Untuk mengetahui hubungan umur dengan kejadian kecacingan pada anak

SD di desa tertinggal.

j. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan kejadian kecacingan pada

anak SD di desa tertinggal.

k. Untuk mengetahui hubungan kepemilikan jamban dengan kejadian

kecacingan pada anak SD di desa tertinggal.

l. Untuk mengetahui hubungan tempat biasa pembuangan tinja dengan kejadian

kecacingan pada anak SD di desa tertinggal.

m. Untuk mengetahui hubungan personal higiene dengan kejadian penyakit

kecacingan anak SD di desa tertinggal.

n. Untuk mengetahui hubungan frekuensi makan obat cacing dengan kejadian

kecacingan pada anak SD di desa tertinggal.

6
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
vii

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi staf pengajar di Sekolah Dasar agar dapat memberikan

pengarahan/penyuluhan tentang pencegahan penyakit kecacingan di Kecamatan

Pangururan Kabupaten Samosir.

2. Sebagai sumbangan pemikiran terhadap upaya penanggulangan penyakit

kecacingan serta bahan evaluasi dalam program penanggulangan penyakit

kecacingan pemerintah khususnya Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

7
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
viii

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Kecacingan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) dengan memberi imbuhan ke

dan akhiran an terhadap suatu kata benda maka terhadap kata tersebut mengandung

arti menderita atau mengalami kejadian. Dengan demikian, kata kecacingan berarti

seseorang yang mengalami kecacingan. Sedangkan Menurut Dinkes Jawa Timur

(2003) Kecacingan ialah penyakit yang disebabkan karena masuknya parasit (berupa

cacing) ke dalam tubuh manusia.16,17

2.2. Penyebab dan Morfologi

Helmint (cacing) adalah salah satu kelompok parasit yang dapat merugikan

manusia. Berdasarkan taksonomi, helmint dibagi menjadi dua yaitu:

1. Nemathelminthes (cacing gilik)

2. Plathyhelminthes (cacing pipih)

Cacing yang termasuk Nemathelminthes yaitu kelas Nemotoda yang terdiri

dari Nematode usus dan Nematoda jaringan. Sedangkan yang termasuk

Plathyhelminthes adalah kelas Trematoda dan Cestoda.18

Namun yang akan dibahas di bawah ini adalah kelompok Nematoda usus.

Sebab sebagian besar dari Nematoda usus ini merupakan penyebab kecacingan yang

sering dijumpai pada masyarakat Indonesia khususnya pada usia Sekolah Dasar.

Diantara Nematoda usus ini yang sering menginfeksi manusia ditularkan melalui

tanah atau disebut ”soil transmitted helminths” yakni :

8
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
ix

a. Ascaris lumbricoides

b. Trichuris trichiura

c. Hookworm (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)19

a. Ascaris lumbricoides

Cacing Ascaris lumbricoides salah satu penyebab kecacingan pada manusia yang

disebut penyakit askariasis. Cacing dewasa mempunyai ukuran paling besar di antara

Nematoda intestinalis yang lain. Bentuknya silindris (bulat panjang), ujung anterior

lancip. Bagian anterior dilengkapi oleh tiga bibir yang tumbuh dengan sempurna. 18,20

Cacing betina berukuran lebih besar jika dibandingkan dengan cacing jantan,

dengan ukuran panjangnya 20-35 cm. Pada cacing betina bagian posteriornya

membulat dan lurus. Tubuhnya berwarna putih sampai kekuning kecoklatan dan

diselubungi oleh lapisan kutikula yang bergaris halus. Cacing jantan panjangnya

10-30 cm, warna putih kemerah-merahan. Pada cacing jantan ujung posteriornya

lancip dan melengkung ke arah ventral dilengkapi pepil kecil dan dua buah spekulum

berukuran 2 mm. 19,20,21

Gambar 2.1. Cacing Ascaris lumbricoides Dewasa31

9
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
x

Gambar 2.2. Ascaris lumbricoides: A. Betina; B; Jantan31

b. Trichuris trichiura

Dalam bahasa Indonesia cacing ini dinamakan cacing cambuk karena secara

menyeluruh bentuknya seperti cambuk. Hospes defenitifnya adalah manusia. Cacing

ini lebih sering ditemukan bersama-sama dengan cacing Ascaris lumbricoides.

Cacing dewasa hidup di dalam usus besar manusia terutama di daerah sekum dan

kolon. Penyakit yang disebabkannya disebut trikuriasis. 18,20

Telur Trichuris trichiura berbentuk bulat panjang dan memiliki “sumbat” yang

menonjol di kedua ujungnya, dan dilengkapi dengan tutup (operkulum) dari bahan

mucus yang jernih. Telur berukuran 50-54 x 32 mikron. Kulit luar telur berwarna

kuning tengguli dan bagian dalam jernih. Cacing jantan panjangnya ± 4 cm, dan

cacing betina penjangnya ± 5 cm.19,21

Gambar 2.3. Cacing Trichuris trichiura dewasa(Kiri : betina, Kanan : jantan)31

10
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xi

c. Hookworm

Ada beberapa spesies cacing tambang yang penting dalam bidang medik,

namun yang sering menginfeksi manusia ialah cacing Necator americanus dan

Ancylostoma duodenale. Hospes dari kedua cacing ini adalah manusia. Dan kedua

cacing ini menyebabkan penyakit Nekatoriasis dan Ankilostomiasis.20

Telur cacing tambang sulit dibedakan, karena itu apabila ditemukan dalam

tinja disebut sebagai telur hookworm atau telur cacing tambang. Bentuk telurnya

oval, dinding tipis dan rata, warna putih. Larva pada stadium rhabditiform dari

cacing tambang sulit dibedakan. Panjangnya 250 mikron, ekor runcing dan mulut

terbuka. Larva pada stadium filariform (Infective larvae) panjangnya 700 mikron,

mulut tertutup ekor runcing dan panjang oesophagus 1/3 dari panjang badan. 19,21

Cacing dewasa jantan berukuran 8 sampai 11 mm sedangkan betina

berukuran 10 sampai 13 mm. Cacing Necator americanus betina dapat bertelur

±9.000 butir/hari sedangkan cacing Ancylostoma duodenale betina dapat bertelur

±10.000 butir/hari. 18,21

Gambar 2.4. Cacing Ancylostoma duodenale Dewasa 31

11
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xii

Gambar 2.5. Cacing Necator americanus Dewasa 31

2.3. Daur Hidup

a. Ascaris lumbricoides

Manusia dapat terinfeksi cacing ini karena mengkonsumsi makanan,

minuman yang terkontaminasi telur cacing yang telah berkembang. Telur yang telah

berkembang tadi menetas menjadi larva di dalam usus halus. Selanjutnya larva tadi

akan bergerak menembus pembuluh darah dan limfe di usus untuk kemudian

mengikuti aliran darah ke hati atau aliran limfe ke ductus thoracicus menuju ke

jantung. Setelah sampai di jantung larva ini akan dipompakan ke seluruh tubuh

antara lain ke paru-paru. Larva di dalam paru-paru ini mencapai alveoli dan tinggal

selama 10 hari untuk berkembang lebih lanjut. Bila larva ini telah mencapai ukuran

1,5 mm, ia mulai bermigrasi ke saluran nafas, ke epiglotis dan kemudian ke

esofagus, lambung akhirnya kembali ke usus halus dan menjadi dewasa yang

berukuran 15-35 cm.22

Seekor cacing betina mampu menghasilkan 200.000-250.000 telur perhari.

Telur yang telah dibuahi akan menjadi matang di tanah yang lembab dalam waktu ±3

12
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xiii

minggu dan dapat hidup lama serta tahan terhadap pengaruh cuaca buruk.

Keseluruhan siklus hidup ini berlangsung kurang lebih 2-3 bulan. Cacing dewasa ini

akan tahan hidup di dalam rongga usus halus hospes selama 9-12 bulan.18,22

Gambar 2.6. Siklus hidup Cacing Ascaris lumbricoides 31

b. Trichuris trichiura

Manusia terinfeksi cacing ini melalui makanan yang terkontaminasi telur

cacing yang telah berembrio. Telur yang tertelan akan menetas di duodenum dan

larva yang keluar akan melekat di villi usus. Untuk perkembangan larvanya cacing

ini tidak mempunyai siklus paru-paru. Larva ini akan tetap tinggal di villi usus

selama 20-30 hari untuk kemudian bergerak ke coecum dan kolon bagian proximal.

Pada infeksi yang berat, cacing dapat pula ditemukan di ileum, appendix, bahkan

seluruh usus besar. Cacing dewasa membenamkan bagian anteriornya di mukosa

13
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xiv

usus dan mulai memproduksi telur sebanyak 2000-7000 telur perhari. Telur yang

dihasilkan cacing ini akan keluar dari tubuh bersama tinja. Di luar tubuh, di tempat

yang lembab dan hangat, telur ini akan mengalami pematangan dalam waktu 2- 4

minggu dan siap menginfeksi host lain. Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan

mulai dari telur sampai menjadi dewasa adalah ± 1-3 bulan.20,22

Gambar 2.7. Siklus Hidup Cacing Trichuris trichiura 32


Sumber : Prof. Dr. Sri Oemijati

c. Hookworm

Cacing jantan dan betina dewasa berhabitat di usus kecil terutama jejenum,

tetapi pada infeksi yang berat, cacing ini dapat pula ditemukan di lambung. Telur

yang dihasilkan betinanya akan dikeluarkan bersama-sama tinja, 2-3 hari kemudian

menetas dan keluar larva rhabditiform, selama 2 hari larva rhabditiform tumbuh

menjadi larva filariform (infektif) yang tahan terhadap perubahan iklim dan dapat

14
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xv

hidup selama 7-8 minggu di tanah lembab. Larva filariform menembus kulit, masuk

ke pembuluh darah kapiler dan mengikuti peredaran darah masuk ke jantung kanan,

kemudian paru-paru, lalu ke pharynx, kemudian ke usus halus dan di sana menjadi

dewasa.19

Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit. Infeksi Ancylostoma

duodenale juga mungkin dengan menelan larva filariform.20

Gambar 2.8. Siklus hidup Hookworm 32

2.4. Epidemiologi Penyakit Kecacingan

2.4.1. Distribusi dan Frekuensi Penyakit Kecacingan

a. Orang

Penyakit kecacingan dapat menyerang semua golongan umur dan jenis

kelamin. Menurut Depkes RI (2004) infeksi kecacingan yang disebabkan cacing

15
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xvi

”soil transmitted helminths” terjadi pada semua golongan umur sebesar 40%-60%,

sedangkan pada usia Sekolah Dasar (7-15 tahun) sebesar 60%-80%. 3

Menurut penelitian Ginting (2001-2002) pada anak Sekolah Dasar di

Kabupaten Tanah Karo dari 120 sampel ditemukan 84 orang yang positif kecacingan

dengan rincian anak laki-laki sebanyak 51orang (60,7%) dan anak perempuan

sebanyak 33 orang (39,3%). 23

Sejak tahun 2002 angka kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar

terlihat mengalami fluktuasi yaitu dari 33,3%, menurun menjadi 33,0% pada tahun

2003, tahun 2004 meningkat menjadi 46,8%, kemudian menurun lagi tahun 2005

yaitu 28,4%, dan pada tahun 2006 meningkat kembali menjadi 32,6%. 8

b. Tempat

Penyakit kecacingan umumnya terjadi pada daerah yang mempunyai sanitasi

lingkungan yang jelek dan kurang tersedianya air bersih dan sosial ekonomi yang

rendah. Dari hasil penelitian Hiswani (1997) di Nias menemukan prevalensi cacing

yang ditularkan melalui tanah ”soil transmitted helminths” masih cukup tinggi yaitu

Ascaris lumbricoides sebesar 35% sedangkan prevalensi cacing Trichuris trichiura

5,7%.20,24

Pada tahun 2002 prevalensi kecacingan dari hasil survei di 10 propinsi

Indonesia dengan sasaran anak Sekolah Dasar sangat bervariasi yaitu 4,8%-83,0%

dengan prevalensi tertinggi di Propinsi Nusa Tenggara Barat dan diikuti Propinsi

Sumatera Utara, sedangkan yang terkecil di Propinsi Jawa Timur. Hasil survei

prevalensi kecacingan tahun 2003 dengan sasaran dan lokasi yang sama pada tahun

2002 menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Prevalensi cacingan keseluruhan

16
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xvii

42,26% dengan rincian Ascaris lumbricoides 22,26%, Trichuris trichiura 20,30%

dan Hookworm 0,7%.25

c. Waktu

Penyakit Kecacingan menunjukkan fluktuasi musiman. Biasanya insiden

meningkat pada permulaan musim hujan, karena curah hujan sangat erat kaitannya

dengan kelembaban tanah tempat telur cacing berkembang biak. Lingkungan tanah

liat sangat menguntungkan bagi cacing Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura

sedangkan lingkungan yang mengandung pasir sangat menguntungkan bagi cacing

Hookworm.22

2.4.2. Faktor Lingkungan

Penyakit kecacingan merupakan salah satu penyakit yang berbasis

lingkungan oleh karena itu pemberantasan penyakit cacing ini harus melibatkan

berbagai pihak. Faktor lingkungan seperti tanah, air, tempat pembuangan tinja

tercemar oleh telur atau larva cacing serta berakumulasi dengan perilaku manusia

yang tidak sehat pula yaitu personal higiene maka dapat menimbulkan kejadian

kecacingan. 3,26

Keadaan lingkungan yang menyebabkan faktor penyebab kejadian

kecacingan adalah

a. Sumber air

Air merupakan sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia

akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci

17

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xviii

(bermacam-macam cucian) dan sebagainya. Supaya air tetap sehat dan terhindar dari

kuman maka air yang digunakan harus diolah terlebih dahulu. 27

Adapun sumber dan cara pengolahan air yang sering digunakan oleh

masyarakat yaitu:

i. Sumber air : air hujan, air permukaan (sungai, danau, mata air, air sungai), air

tanah (sumur dangkal, sumur dalam)

ii. Pengolahan air (seperti pembuangan benda-benda yang terapung/melayang,

pengendapan, penyaringan, penyimpanan) 28

b. Jamban

Jamban adalah salah satu sarana dari pembuang tinja manusia yang penting,

karena tinja manusia merupakan sumber penyebaran penyakit yang multikompleks.

Penyebaran penyakit yang bersumber pada faeces dapat melalui berbagai macam

jalan atau cara seperti air, tangan, lalat, tanah, makanan dan minuman sehingga

menyebakan penyakit. Jadi bila pengolahan tinja tidak baik, jelas penyakit akan

mudah tersebar. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara

lain: tipus, kolera dan bermacam-macam cacing. Maka untuk menghindari

penyebaran penyakit lewat tinja ini setiap orang diharapkan menggunakan jamban

sebagai penampung tinjanya27

c. Personal Higiene

Kebersihan diri yang buruk merupakan cerminan dari kondisi lingkungan dan

perilaku individu yang tidak sehat. Pengetahuan penduduk yang masih rendah dan

kebersihan yang kurang baik mempunyai kemungkinan lebih besar terkena infeksi

cacing.

18
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xix

Usaha kesehatan pribadi (personal higiene) adalah daya upaya dari seseorang

untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri meliputi:

i. Memelihara kebersihan diri (mandi 2x/hari, cuci tangan sebelum dan

sesudah makan), pakaian, rumah dan lingkungannya (BAB pada

tempatnya).

ii. Memakan makanan yang sehat dan bebas dari bibit penyakit.

iii. Cara hidup yang teratur.

iv. Meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan jasmani.

v. Menghindari terjadinya kontak dengan sumber penyakit.

vi. Melengkapi rumah dengan fasilitas-fasilitas yang menjamin hidup sehat

seperti sumber air yang baik, kakus yang sehat.

vii. Pemeriksaan kesehatan.29

2.5. Cara Penularan

Cacing Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan Hookworm

dikelompokkan sebagai cacing yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted

helminths) karena cara penularannya pada setiap orang sama yaitu melalui tanah.

Secara gambaran epidemiologi, ”soil transmitted helminths” biasa terdapat di daerah

beriklim tropis dan daerah beriklim sedang dan perbedaannya hanya terletak pada

jenis spesies dan beratnya penyakit yang ditimbulkan. Adapun cara cacing ini

menginfeksi manusia yakni dengan menembus kulit manusia oleh larva infectious

(larva matang) atau menelan telur cacing yang lengket pada makanan atau minuman

yang tidak dimasak dengan matang.19,22

19
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xx

2.6. Diagnosa

Diagnosa dapat ditegakkan dengan menemukan telur cacing Ascaris

lumbricoides, Trichuris trichiura dan Hookworm. Dan pada cacing Ascaris

lumbricoides dewasa dapat keluar melalui mulut, hidung, maupun anus.19,22

2.7. Tanda dan Gejala

a. Terdapat ”loeffler sindrome” dengan gejala: demam, batuk, infiltrasi paru-paru,

malaise, bahkan pneumonitis.

b. Pada infeksi ringan gangguan Gastro Intestinal ringan.

c. Pada infeksi berat dapat meyebabkan gejala mual, muntah, anoreksia bahkan ileus.

d. Menimbulkan penyakit ”Ground itch” (cotaneous larva migrans) dengan gejala :

gatal-gatal, erythema, papula, erupsi dan vesicula pada kulit.

e. Badan terasa lemah, neusea, sakit perut, lesu, anemia, penurunan berat badan dan

kadang-kadang diare dengan tinja berwarna hitam.

f. Menimbulkan anemia pada penderita.19,21,22

2.8. Upaya Pencegahan

2.8.1. Pencegahan Primer

Pencegahan cacing usus ini dapat dilakukan dengan memutuskan rantai daur

hidup dengan cara: berdefekasi di kakus, menjaga kebersihan, cukup air di kakus,

mandi dan cuci tangan secara teratur. Melakukan Penyuluhan kesehatan kepada

masyarakat mengenai sanitasi lingkungan yang baik dan personal higiene serta cara

menghindari infeksi cacing seperti : tidak membuang tinja di tanah, tidak

menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman, membiasakan mencuci tangan sebelum

20
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xxi

makan, membiasakan menggunting kuku secara teratur, membiasakan diri buang air

besar di jamban, membiasakan diri membasuh tangan dengan sabun sehabis buang

air besar, membiasakan diri memakai alas kaki bila keluar rumah, membiasakan diri

mencuci semua makanan lalapan mentah dengan air yang bersih.18,20,22,30

2.8.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder cacing usus ini dapat dilakukan dengan memeriksakan diri

secara teratur ke Puskesmas, Rumah Sakit serta menganjurkan makan obat cacing 6

bulan sekali khususnya masyarakat yang rentan terinfeksi cacing.20,30

21
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xxii

BAB 3
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Karakteristik Anak

1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Makan Obat Cacing

Agent
1. Ascaris lumbricoides Penyakit
2. Trichuris trichiura
3. Hookworm Kecacingan
4. Campuran

Lingkungan
1. Kepemilikan Jamban
2. Tempat Biasa
Pembuangan Tinja.
3. Personal Higiene

3.2 Definisi Operasional

3.2.1. Infeksi kecacingan ialah ditemukannya satu atau lebih telur cacing usus pada

responden melalui pemeriksaan tinja dengan menggunakan metode Kato

Katz dan dikelompokkan menjadi:

1. Positif (+) mengandung telur cacing


2. Negatif (-) mengandung telur cacing

22
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xxiii

3.2.2. Jenis cacing ialah cacing yang termasuk ke dalam kelas Nematoda yang

menginfeksi responden dan dikelompokkan menjadi:

1. Ascaris lumbricoides
2. Trichuris trichiura
3. Hookworm
4. Campuran

3.2.3. Umur adalah umur responden dihitung sejak ia lahir sampai penelitian ini

dilakukan dan dikelompokkan menjadi :

1. 6 - 8 tahun
2. 9 - 11 tahun
3. ≥ 12 tahun

3.2.4. Jenis kelamin adalah jenis kelamin responden berdasarkan data di SD dan

dikelompokkan menjadi:

1. Laki-laki
2. Perempuan

3.2.5. Makan obat cacing adalah waktu responden makan obat cacing dalam 6 bulan

terakhir dan dikelompokkan menjadi:

1. ≥ 6 bulan
2. < 6 Bulan

3.2.6. Kepemilikan jamban adalah ketersediaan jamban yang digunakan responden

setiap kali BAB dan dikelompokkan menjadi:

1. Tidak ada
2. Ada

23
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xxiv

3.2.7. Tempat biasa pembuangan tinja adalah tempat pembuangan tinja yang biasa

digunakan responden sebagai tempat buang air besar dan dikelompokkan

menjadi:

1. Kebun
2. Sembarangan
3. Jamban sendiri (WC)

3.2.8. Personal higiene ialah tindakan kesehatan personal responden terhadap

penyakit kecacingan pada setiap responden dan dikelompokkan menjadi: 33

1. Baik (apabila skor >75%-100% bila nilai 29-38)


2. Sedang (apabila skor 45%-74% bila nilai 17-28)
3. Buruk (apabila skor ≤ 44%) bila nilai ≤ 16)

3.2.9. Jenis cacing campuran ialah cacing yang menginfeksi penderita lebih dari

satu jenis cacing dan dikelompokkan menjadi:

1. Ascaris lumbricoides + Trichuris trichiura


2. Ascaris lumbricoides + Hookworm
3. Hookworm + Trichuris trichiura
4. Ascaris lumbricoides + Trichuris trichiura + Hookworm

3.2.10. Berat ringannya infeksi cacing Ascaris lumbricoides ialah infeksi yang

disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides dengan ditemukan telur cacing

pada tinja responden setelah diperiksa di laboratorium dan dikelompokkan

menjadi:

1. Ringan (ditemukan telur cacing 1-5000 telur )


2. Sedang (ditemukan telur cacing 5001-50.000 telur)
3. Berat (ditemukan telur cacing >50.000 telur)

3.2.11. Berat ringannya infeksi cacing Trichuris trichiura ialah infeksi yang

disebabkan oleh cacing Trichuris trichiura dengan ditemukan telur cacing

24
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xxv

pada tinja responden setelah diperiksa di laboratorium dan dikelompokkan

menjadi:34

1. Ringan (ditemukan telur cacing 1-1000 telur)


2. Sedang (ditemukan telur cacing 1001-10.000 telur)
3. Berat (ditemukan telur cacing >10.000 telur)

3.2.12. Berat ringannya infeksi Hookworm ialah infeksi yang disebabkan oleh

Hookworm dengan ditemukan telur cacing pada tinja responden setelah

diperiksa di laboratorium dan dikelompokkan menjadi:34

1. Ringan (ditemukan telur cacing 1-2000 telur)


2. Sedang (ditemukan telur cacing 2001-7000 telur)
3. Berat (ditemukan telur cacing >7000 telur)

3.2.13. Prevalensi kecacingan adalah jumlah positif infeksi kecacingan dibagi

dengan jumlah spesimen yang diperiksa. Angka prevalensi kecacingan

dirinci seluruh jenis cacing dan tiap jenis cacing.

 Prevalensi seluruh kecacingan =

Jumlah specimen positif infeksi cacing x 100%


Jumlah specimen yang diperiksa

 Prevalensi Ascaris lumbricoide

Jumlah specimen positif telur Ascaris lumbricoides


x 100%
Jumlah specimen yang diperiksa
 Prevalensi Trichuris trichiura

Jumlah specimen positif telur Trichuris trichiura


x 100%
Jumlah specimen yang diperiksa
 Prevalensi Hookwoorm

Jumlah specimen positif telur Hookworm


x 100%
Jumlah specimen yang diperiksa

25
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xxvi

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

desain cross sectional.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah dilaksanakan di SD Negeri No. 173763 di dusun

III (Sigumbang) desa parhorasan. SD Negeri No. 176385 berada di dusun I desa

Huta Tinggi. Jarak tempuh anak sekolah dasar dari tempat tinggal penduduk

bervariasi, yakni antara ±300 meter sampai ±3 km. Ke dua lokasi penelitian ini

berada di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir dengan alasan bahwa Sekolah

Dasar Negeri tersebut berada di desa yang tertinggal dari semua desa yang ada di

Kecamatan Pangururan (data terlampir). Sekolah Dasar Negeri tersebut terletak di

daerah pertanian dan mayoritas penduduknya adalah petani, serta Sekolah Dasar

Negeri tersebut tidak mempunyai sumber air bersih.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2008 - Januari 2009, dimulai survei

awal, bimbingan proposal, pengumpulan data, penulisan skripsi sampai dengan ujian

skripsi.

26

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xxvii

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid kelas I-VI SD Negeri No.

173763 Sigumbang desa Parhorasan dan SD Negeri No. 176385 desa Huta Tinggi di

Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir tahun 2008, yang berjumlah 204 orang.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah seluruh murid kelas I-VI SD Negeri No. 173763 Sigumbang

desa Parhorasan dan SD Negeri No. 176385 desa Huta Tinggi Kecamatan

Pangururan tahun 2008, di mana besar sampel sama dengan jumlah populasi.

Selama penelitian 2 orang tidak diikutkan sebagai sampel karena sakit, maka jumlah

sampel seluruhnya adalah 202 orang.

4.4. Metode Pengumpulan Data

4.4.1. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari anak SD secara langsung

dengan metode wawancara yang menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan

sebelumnya dan observasi terhadap lingkungan. Dalam kunjungan ke sekolah

peneliti dibantu oleh 4 orang tenaga kesehatan (AKBID) yang membantu wawancara

dan observasi langsung. Wawancara dengan menggunakan kuesioner di sekolah dan

mengadakan observasi ke tempat tinggal anak Sekolah Dasar dengan panduan daftar

pertanyaan. Pemeriksaan feses dilakukan dilaboratorium Poliklinik Bersalin Santa

Elisabet Pangururan oleh tenaga analis Rumah Sakit Santa Elisabet Medan.

27
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xxviii

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari :

1. SD Negeri No. 173763 Sigumbang desa Parhorasan dan SD Negeri No.

176385 Huta Tinggi, Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir tahun

2008.

2. Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir tahun 2006.

3. Kantor Camat Pangururan Kabupaten Samosir tahun 2007.

4.5. Aspek Pengukuran

a. Personal Higiene

Item-item pertanyaan tentang personal higiene bervariasi yaitu; Kebiasaan

mencuci tangan dan mandi sebanyak 6, Kebiasaan kontak dengan tanah sebanyak 3,

Penggunaan alas kaki sebanyak 2, kebersihan kuku 3, dan sanitasi lingkungan 5

pertanyaan, dengan kriteria baik, sedang, buruk. Skor jawaban buruk adalah 0, skor

jawaban sedang adalah 1 dan skor jawaban baik adalah 2 sehingga didapat aspek

pengukuran personal higiene sebagai berikut:

1. Baik (skor ≥ 75%) bila nilai 29-38.

2. Sedang (skor 45%-74%) bila nilai 17-28

3. Buruk (skor ≤ 44% ) bila nilai ≤ 16 33

b. Penilaian Berat Ringannya Infeksi Cacing Usus.

Untuk jenis infestasi cacing dilihat keberadaan cacing Ascaris lumbricoides,

Trichuris trichiura dan Hookworm pada hasil pemeriksaan telur cacing. Sedangkan

28
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xxix

derajat infestasi cacing ditentukan oleh banyaknya jumlah telur cacing/gram tinja

yang diperoleh dari hasil pemeriksaan.

Pengkategorian berat ringannya infeksi cacing usus yang dibuat oleh WHO

tahun 2003 adalah sebagai berikut:34

Jenis Cacing Ringan Sedang Berat


Ascaris lumbricoides 1-5000 5001-50.000 > 50.000
Trichuris trichiura 1-1000 1001-10.000 >10.000
Hookworm 1-2000 2001-7000 > 7000

4.6. Instrumen Penelitian

a. Kuesioner

Kuesioner yang ditujukan kepada anak Sekolah Dasar mencakup identitas

diri anak (umur, jenis kelamin), daftar pertanyaan yang menyangkut kepemilikan

jamban, tempat pembuangan tinja, personal higiene, makan obat cacing terhadap

infeksi kecacingan.

b. Metode Kato-katz

Peralatan dan bahan;

1. Mikroskop

2. Slide atau gelas objek

3. Kertas cellophane yang telah direndam dengan larutan Kato.

4. Karton yang tebalnya 1.37 mm dan alat pelobang kertas berdiameter 6

mm. Karton ini dilobangi dengan pelobang kertas tersebut yang gunanya

sebagai alat ukur tinja yang diperiksa. Berat tinja dalam satu lobang ini

diperkirakan kira-kira 48 mg.

29
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xxx

5. Kawat kasa yang halus 2x2 cm, untuk menyaring tinja.

6. Kertas tissue untuk mengisap cairan tinja yang encer.

7. Lidi untuk mengambil tinja.

Teknik Pemeriksaaan:

1. Kepermukaan object glass diletakkan karton yang telah berlobang, diatasnya

diletakkan saringan kawat kasa, tinja diletakkan keatas kawat kasa di atas

lobang dan disaring dengan mengoles sampai lobang tersebut penuh.

2. Karton dan kawat kasa dibuang sehingga tinja tertinggal pada object glass

sebanyak isi lobang karton.

3. Tinja ditutup dengan sepotong kertas cellophan kato dan diratakan.

4. Ditunggu selama kira-kira 15 menit.

5. Hitung telur cacing yang ditemukan x 21 (1000:48) maka didapatlah jumlah

telur di dalam 1 gram tinja.35,36

4.7. Teknis Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer SPSS 12.0 for

Windows. Analisa data dilakukan terhadap data primer dengan menggunakan

perhitungan statistik (Chi Square). Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi,

tabel dan grafik.

30
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xxxi

BAB 5
HASIL PENELITIAN

5.1. Data Sekunder

5.1.1. Kondisi Geografis

Kecamatan Pangururan berada di Wilayah Pemerintahan Kabupaten Samosir,

Propinsi Sumatera Utara. Luas Wilayah Kecamatan Pangururan 121,43 Km2, luas

Danau Toba 50,37 Km2, dengan ketinggian 900-1414 meter dari permukaan laut.

Terdiri dari dataran tinggi dan rendah. Adapun batas-batas Wilayah Kecamatan

Pangururan adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Simanindo

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Palipi

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sianjur Mulamula

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ronggur Nihuta

Secara Administrasi Wilayah Kecamatan Pangururan terdiri dari 3 kelurahan dan

25 desa. Adapun kelurahan yang di Kecamatan Pangururan yaitu Kelurahan

Pangururan, Siogung-Ogung dan Pintu Sona. Kemudian yang termasuk desa di

Kecamatan Panguruan yaitu: desa Rianiate, Parmonangan, Huta Namora, Pardomuan

I, Tanjung Bunga, Parsaoran I, Sait Nihuta, Lumban Pinggol, Sianting-Anting,

Parlondut, Aek Nauli, Pardugul, Panampangan, Sitoluhuta, Sinabulan, Siopat Sosor,

Huta Bolon, Situngkir, Sialanguan, Pardomuan Nauli, Lumban Suhi-Suhi Dolok,

Lumban Suhi-Suhi Toruan, Parbaba Dolok, Parhorasan dan Huta Tinggi.

Sekolah Dasar Negeri No. 173763 Sigumbang berada di desa Parhorasan. Jumlah

murid sebanyak 86 orang, Guru sebanyak 10 orang, kelas sebanyak 6 ruangan, luas

31
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xxxii

tanah 4200 m2 dan luas bangunan 594 m2. Sekolah Dasar Negeri No.176385 berada

di desa Huta Tinggi. Jumlah murid sebanyak 118 orang, Guru sebanyak 12 orang,

kelas sebanyak 6 ruangan, luas tanah 5000 m2, luas bangunan 315 m2.

5.1.2. Demografi

5.1.2.1. Jumlah Penduduk

Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis


Kelamin di Kecamatan Pangururan Tahun 2007

No Golongan Jenis Kelamin f %


Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan
1 0-4 1.529 1.782 3.311 11,60
2 5-9 1.737 1.752 3.489 12,22
3 10-14 1.807 1.605 3.412 11,95
4 15-19 1.827 2.041 3.868 13,55
5 20-24 1.347 799 2.146 7,52
6 25-29 967 851 1.818 6,36
7 30-34 723 992 1.715 6,01
8 35-39 514 614 1.128 3,95
9 40-44 691 696 1.387 4,85
10 45-49 541 684 1.225 4,29
11 50-54 707 878 1.585 5,55
12 55-59 480 529 1.009 3,53
13 60-64 401 592 993 3,48
14 >64 743 724 1.467 5,14
Total 14.014 14.539 28.553 100
Sumber : BPS Kab.Samosir 2007

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kecamatan

Pangururan pada tahun 2007 adalah 28.553 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak

14014 jiwa sedangkan perempuan 14.539 jiwa. Kelompok umur yang paling banyak

adalah golongan umur 15-19 tahun, diikuti dengan golongan umur 5-9 tahun dan

paling sedikit pada golongan umur 60-64 tahun.

32
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xxxiii

5.1.2.2. Sarana Kesehatan

Tabel 5.2. Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Pangururan Kabupaten


Samosir Tahun 2007

No Sarana Kesehatan f
1. Rumah Sakit Umum 1
2. Puskesmas 1
3. Puskesmas Pembantu 5
4. Posyandu 48
5. Balai Pengobatan 1
6. Praktek Dokter Umum 4
8. Bidan Praktek 1
9. Apotik 1
10. Toko Obat 6
Total 68
Sumber BPS Kecamatan Samosir tahun 2007.

Berdasarkan tabel 5.2. dapat diketahui bahwa sarana kesehatan yang paling

banyak di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir adalah Posyandu sebanyak 48.

5.1.2.3. Data Sepuluh Penyakit Terbesar di Puskesmas Buhit

Tabel 5.3. Jenis Penyakit dan Jumlah Penderita di Puskesmas Buhit Tahun
2007

No Jenis Penyakit f
1 Infeksi Saluran Pernafasan Atas 6.928
2 Tukak Lambung 1.115
3 Hipertensi 900
4 Cacingan 578
5 Disentri 510
6 Bronchitis 415
7 Scabies 404
8 Diare 384
9 Rematik 238
10 TB Paru 83
Total 11.555
Sumber: Profil Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Tahun 2007

33
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xxxiv

Berdasarkan tabel 5.3. dapat diketahui bahwa penyakit terbesar pada tahun

2007 adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas sebanyak 6.928 orang dan

penyakit kecacingan berada pada urutan ke empat sebanyak 578 orang, serta

penyakit yang terkecil yaitu penyakit TB Paru sebanyak 83 orang.

5.1.2.4. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan


Tabel 5.4. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Buhit Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2007
No Jenis Tenaga Kesehatan f
1. Doker Umum 3
2. Dokter Gigi 1
3. Akademi Bidan 27
4. Akademi Perawat 8
5. Akademi Gizi 1
6. Akademi Kesling 1
7. Akademi Analis 1
8. Akademi Farmasi 1
9. Bidan 11
10. Perawat 8
11. Perawat Gigi 1
12. Pekarya Kesehatan 2
Total 65
Sumber: Profil Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Tahun 2007

Berdasarkan tabel 5.4. dapat diketahui bahwa jenis dan jumlah tenaga

kesehatan yang paling banyak di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir adalah

Akademi Bidan sebanyak 27 orang.

34

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xxxv

5.2. Data Primer

Berdasarkan hasil pengumpulan data mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar Negeri

No.173763 dan No.176385 di desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten

Samosir diperoleh hasil sebagai berikut:

5.2.1. Prevalensi Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar

Tabel 5.5. Distribusi Prevalensi Kejadian Kecacingan Pada Anak SD di Desa


Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

N0 Kejadian Kecacingan f %
1 Positif 114 56,4
2 Negatif 88 43,6
Total 202 100

Berdasarkan tabel 5.5. dapat diketahui bahwa hasil pemeriksaan feses anak

Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir

menunjukkan bahwa anak Sekolah Dasar yang positif infeksi kecacingan sebanyak

114 orang (56,4%) dan negatif sebanyak 88 orang (43,6%).

5.2.2. Prevalensi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis Cacing Pada Anak


Sekolah Dasar
Tabel 5.6. Prevalensi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis Cacing Pada
Anak SD di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten
Samosir Tahun 2008

Kejadian Kecacingan Total


N0 Jenis Cacing Positif (+) Negatif (-)
f % f % f %
1 Ascaris lumbricoides 78 38,6 124 61,4 202 100
2 Trichuris trichiura 57 28,2 145 71,8 202 100
3 Hookworm 41 20,3 161 79,7 202 100
4 Campuran 54 26,7 148 73,3 202 100

35
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xxxvi

Berdasarkan tabel 5.6. dapat diketahui bahwa kejadian kecacingan

berdasarkan jenis cacing pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan

Pangururan adalah Ascaris lumbricoides sebanyak 78 orang (38,6%), Trichuris

trichiura 57 orang (28,2%), Hookworm sebanyak 41 orang (20,3%), campuran 54

orang (26,7%).

5.2.3. Proporsi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis Infeksi Cacing

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis Infeksi


Cacing di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten
Samosir Tahun 2008

N0 Jenis Infeksi f %
1 Ascaris lumbricoides 30 26,3
2 Trichuris trichiura 21 18,4
3 Hookworm 9 7,9
4 Campuran 54 47,4
Total 114 100

Berdasarkan tabel 5.7. dapat diketahui bahwa kejadian kecacingan

berdasarkan jenis infeksi cacing pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal

Kecamatan Pangururan adalah infeksi Ascaris lumbricoides sebanyak 30 orang

(26,3%), Trichuris trichiura sebanyak 21 orang (18,4%), Hookworm sebanyak 9

orang (7,9%) dan infeksi campuran sebanyak 54 orang (47,4%).

5.2.4. Proporsi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis Cacing Campuran

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis Infeksi


Cacing Campuran Pada Anak SD di Desa Tertinggal Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

N0 Jenis Cacing Campuran f %


1 Ascaris +Trichuris 22 40,70
2 Ascaris + Hookworm 18 33,30
3 Ascaris +Trichuris +Hookworm 8 14,80
4 Trichuris+ Hookworm 6 11,20
Total 54 100

36
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xxxvii

Berdasarkan tabel 5.8. dapat diketahui bahwa kejadian kecacingan

berdasarkan jenis infeksi cacing campuran ditemukan cacing Ascaris lumbricoides +

Trichuris trichuris sebesar 40,70%, Ascaris lumbricoides+ Hookworm sebesar

33,30%, Ascaris lumbricoides + Trichuris trichuris+ Hookworm sebesar 14,80%,

sementara Trichuris trichuris+Hookworm sebesar 11,20% pada anak Sekolah Dasar

di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

5.2.5. Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Karakteristik


di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir
Tahun 2008

1 Umur (Tahun) f %
6- 8 98 48,5
9-11 80 39.6
≥ 12 24 11.9
Total 202 100
2 Jenis Kelamin
Laki-Laki 116 57,4
Perempuan 86 42,6
Total 202 100
3 Makan Obat Cacing
≥ 6 bulan 165 81,7
< 6 bulan 37 18,3
Total 202 100

Berdasarkan tabel 5.9. dapat diketahui bahwa hasil wawancara dari 202

responden didapatkan bahwa kelompok umur 6-8 tahun sebanyak 98 orang (48,5%),

kelompok umur 9-11 tahun sebanyak 80 orang (39,6%) dan kelompok umur ≥ 12

tahun sebanyak 24 orang (11,9%).

Jenis kelamin responden terbanyak laki-laki sebanyak 116 (57,4%),

perempuan sebanyak 86 orang (42,6%).

37
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xxxviii

Responden yang makan obat cacing ≥ 6 bulan terakhir sebanyak 165 orang

(81,7%) sedangkan makan obat cacing < 6 bulan terakhir ini sebanyak 37 orang

(18,4%) pada anak Sekolah Dasar di desa Tertinggal Kecamatan Pangururan

Kabupaten Samosir.

5.2.6. Lingkungan Anak Sekolah Dasar

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Lingkungan


di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir
Tahun 2008

1 Kepemilikan Jamban f %
Tidak Ada 155 76,7
Ada 47 23,3
Total 202 100
2 Tempat Biasa Pembuangan
Tinja
Kebun 105 52,0
Sembarangan 58 28,7
Jamban Sendiri 39 19,3
Total 202 100
3 Personal Higiene
Baik 20 9,9
Sedang 138 68,3
Buruk 44 21,8
Total 202 100

Berdasarkan tabel 5.10. dapat diketahui bahwa hasil wawancara dari 202

responden yang tidak memiliki jamban didapatkan sebanyak 155 orang (76,7%)

sedangkan responden yang memiliki jamban sebanyak 47 orang (23,3%). Tempat

responden biasa membuang tinja ditemukan paling banyak di kebun sebanyak 105

orang (52,0%) dan paling sedikit di jamban sendiri 39 orang (19,3%). Kebersihan

responden sebagian besar berada pada personal higiene kategori sedang yaitu

38
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xxxix

sebanyak 138 orang (68,3%) sedangkan paling sedikit ditemukan dengan personal

higiene kategori baik yaitu sebanyak 20 orang (9,9%).

5.2.7. Kejadian Kecacingan Berdasarkan Berat Ringannya Infeksi Kecacingan

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Berat


Ringannya Infeksi Cacing Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura,
Hookworm Pada Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

1 Ascaris lumbricoides f %
Ringan 70 89,74
Sedang 8 10,26
Total 78 100
2 Trichuris trichiura
Ringan 57 100
Total 57 100
3 Hookworm
Ringan 39 95,12
Sedang 2 4,88
Total 41 100

Berdasarkan tabel 5.11. dapat diketahui bahwa infeksi kecacingan

berdasarkan berat ringannya infeksi menunjukkan bahwa pada cacing Ascaris

lumbricoides ditemukan infeksi ringan sebanyak 70 orang (89,74%) dan infeksi

sedang sebanyak 8 orang (10,26%) sementara infeksi berat tidak ditemukan. Pada

cacing Trichuris trichiura ditemukan hanya infeksi ringan sebanyak 57 orang

(100%) sementara infeksi sedang dan berat tidak ditemukan. Pada cacing Hookworm

ditemukan infeksi ringan sebanyak 39 orang (95,12%) dan infeksi sedang sebanyak 2

orang 4,88% namun infeksi berat tidak ditemukan.

39
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xl

5.2.8. Hubungan Umur Dengan Kejadian Kecacingan

Tabel 5.12. Tabulasi Silang Hubungan Umur Dengan Kejadian Kecacingan


Pada Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

Kelompok Kejadian Kecacingan Total


N0 Umur (tahun) Positif (+) Negatif (-)
f % f % f %
1 6-8 51 52,0 47 48,0 98 100
2 9-11 48 60,0 32 40,0 80 100
3 ≥ 12 15 62,5 9 37,5 24 100
χ2 = 1,542 df= 2 p= 0,462

Berdasarkan tabel 5.12. dapat diketahui hasil tabulasi silang antara umur

dengan kejadian kecacingan pada anak SD Negeri di desa tertinggal Kecamatan

Pangururan menunjukkan bahwa 98 orang berada pada kelompok umur 6-8 tahun

ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 51 orang (52,0%) sedangkan negatif

sebanyak 47 orang (48,0%). Pada kelompok umur 9-11 tahun berjumlah 80 orang

ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 48 orang (60,0%) sedangkan negatif

sebanyak 32 orang (40,0%). Pada kelompok umur ≥ 12 tahun berjumlah 24 orang

ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 15 orang (62,5%) sedangkan negatif

sebanyak 9 orang (37,5%)

Berdasarkan hasil Uji Chi-Square diperoleh p > 0,05 berarti tidak ada

hubungan yang bermakna secara statistik antara umur responden dengan kejadian

kecacingan pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan

Kabupaten Samosir.

40
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xli

5.2.9. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kejadian Kecacingan

Tabel 5.13. Tabulasi Silang Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kejadian


Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

N0 Jenis Kejadian Kecacingan Total


Kelamin Positif (+) Negatif (-)
f % f % f %
1 Laki-laki 64 55,2 52 44,8 116 100
2 Perempuan 50 58,1 36 41,9 86 100
χ2 = 0,177 df= 1 p= 0,674

Berdasarkan tabel 5.13. dapat diketahui hasil tabulasi silang antara jenis

kelamin dengan kejadian kecacingan pada anak SD Negeri di desa tertinggal

Kecamatan Pangururan menunjukkan bahwa 116 responden berjenis kelamin laki-

laki ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 64 orang (55,2%) sedangkan

negatif sebanyak 52 orang (44,8%). Kemudian dari 86 responden berjenis kelamin

perempuan ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 50 orang (58,1%)

sedangkan negatif sebanyak 36 orang (41,9%).

Berdasarkan Hasil Uji Chi-square diperoleh P > 0,05 berarti tidak ada

hubungan yang bermakna secara statistik antara jenis kelamin dengan kejadian

kecacingan pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan

Kabupaten Samosir.

41
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xlii

5.2.10. Hubungan Kepemilikan Jamban Dengan Kejadian Kecacingan

Tabel 5.14. Tabulasi Silang Hubungan Kepemilikan Jamban Dengan Kejadian


Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

N0 Kepemilikan Kejadian Kecacingan Total


Jamban Positif (+) Negatif (-)
f % f % f %
1 Tidak Ada 88 56,8 67 43,2 155 100
2 Ada 26 55,3 21 44,7 47 100
2
χ = 0,031 df= 1 p= 0,860

Berdasarkan tabel 5.14. dapat diketahui hasil tabulasi silang antara

kepemilikan jamban dengan kejadian kecacingan pada anak SD Negeri di desa

Tertinggal Kecamatan Pangururan menunjukkan bahwa 155 responden tidak

memiliki jamban ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 88 orang (56,8%)

sedangkan negatif sebanyak 67 orang (43,2%). Kemudian 47 responden memiliki

jamban ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 26 orang (55,3%) sedangkan

negatif sebanyak 21 orang (44,7%).

Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p > 0,05 berarti tidak ada

hubungan yang bermakna secara statistik antara faktor kepemilikan jamban dengan

kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan

Pangururan Kabupaten Samosir.

42
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xliii

5.2.11. Hubungan Tempat Biasa Pembuangan Tinja Dengan Kejadian


Kecacingan

Tabel 5.15. Tabulasi Silang Hubungan Tempat Biasa Pembuangan Tinja


Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar di Desa
Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun
2008

N0 Tempat Biasa Kejadian Kecacingan Total


Pembuangan Positif (+) Negatif (-)
Tinja f % f % f %
1 Kebun 59 56,2 46 43,8 105 100
2 Sembarangan 36 62,1 22 37,9 58 100
3 Jamban Sendiri 19 48,7 20 51,3 39 100
χ2 = 1,696 df= 2 p= 0,428

Berdasarkan tabel 5.15. dapat diketahui bahwa hasil tabulasi silang antara

kepemilikan jamban dengan kejadian kecacingan pada anak SD Negeri di desa

tertinggal Kecamatan Pangururan menunjukkan bahwa 105 responden biasa buang

air besar di kebun ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 59 orang (56,2%)

sedangkan negatif sebanyak 46 orang (43,8%). Dari 58 responden biasa buang air

besar secara sembarangan ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 36 orang

(62,1%) sedangkan negatif sebanyak 22 orang (37,9%). Kemudian dari 39 responden

biasa buang air besar di jamban sendiri ditemukan positif infeksi kecacingan

sebanyak 19 orang (48,7%) sedangkan negatif sebanyak 20 orang (51,3%).

Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p > 0,05 berarti tidak ada

hubungan yang bermakna secara statistik antara faktor tempat biasa pembuangan

tinja dengan kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal

Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

43
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xliv

5.2.12. Hubungan Personal Higiene Dengan Kejadian Kecacingan

Tabel 5.16. Tabulasi Silang Hubungan Personal Higiene Dengan Kejadian


Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

Personal Kejadian Kecacingan Total


N0 Higiene Positif (+) Negatif (-)
f % f % f %
1 Baik 7 35,0 13 65,0 20 100
2 Sedang 71 51,4 67 48,6 138 100
3 Buruk 36 81,8 8 18,2 44 100
χ2 = 16,664 df= 2 p= 0,000

Berdasarkan tabel 5.16. dapat diketahui hasil tabulasi silang antara personal

higiene dengan kejadian kecacingan pada anak SD Negeri di desa tertinggal

Kecamatan Pangururan menunjukkan bahwa 20 responden mempunyai personal

higiene baik ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 7 orang (35,0%)

sedangkan negatif sebanyak 13 orang (65,0%). Kemudian 138 responden

mempunyai personal higiene sedang ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak

71 orang (51,4%) sedangkan negatif sebanyak 67 orang (48,6%). Dari 44 responden

mempunyai personal higiene buruk ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak

36 orang (81,8%) sedangkan negatif sebanyak 8 orang (18,2%).

Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05 berarti ada

hubungan yang bermakna secara statistik antara faktor personal higiene dengan

kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal Kecamatan

Pangururan Kabupaten Samosir.

44
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xlv

5.2.13. Hubungan Frekuensi Makan Obat Cacing Dengan Kejadian Kecacingan

Tabel 5.17. Tabulasi Silang Hubungan Frekuensi Makan Obat Cacing Dengan
Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

Frekuensi Kejadian Kecacingan Total


N0 Makan Obat Positif (+) Negatif (-)
Cacing f % f % f %
1 ≥ 6 bulan 113 68,5 52 31,5 165 100
2 < 6 bulan 1 2,7 36 97,3 37 100
χ2 = 53,194 df= 1 p= 0,000

Berdasarkan tabel 5.17. dapat diketahui hasil tabulasi silang antara frekuensi

makan obat cacing dengan infeksi kecacingan pada anak SD Negeri di desa

tertinggal Kecamatan Pangururan menunjukkan bahwa 165 responden tidak makan

obat cacing ≥ 6 bulan terakhir ditemukan positif infeksi kecacingan sebanyak 113

orang (68,5%) sedangkan negatif sebanyak 52 orang (31,5%). Kemudian 37

responden makan obat cacing < 6 bulan terakhir ditemukan positif infeksi

kecacingan sebanyak 1 orang (2,7%) sedangkan negatif sebanyak 36 orang (97,3%).

Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05 berarti ada

hubungan yang bermakna secara statistik antara faktor frekuensi makan obat cacing

dengan kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan

Pangururan Kabupaten Samosir.

45
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xlvi

BAB 6
PEMBAHASAN

6.1. Prevalensi Kejadian Kecacingan Anak Sekolah Dasar

Prevalensi kejadian kecacingan Anak Sekolah Dasar di desa tertinggal

Kecamatan Pengururan Kabupaten Samosir tahun 2008 dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Gambar 6.1. Distribusi Prevalensi Kejadian Kecacingan Anak Sekolah Dasar


di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir
Tahun 2008

43,60%
Positif
Negatif
56,40%

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui hasil pemeriksaan feses yang

dilakukan pada 202 sampel anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan

Pangururan Kabupaten Samosir. Adapun hasil yang diperoleh prevalensi kecacingan

sebesar 56,40%.

Hasil survei Dinas Kesehatan Tingkat I Sumatera Utara pada anak Sekolah

Dasar di tiga belas Kabupaten/Kota tahun 2003-2006 diperoleh hasil yaitu prevalensi

infeksi kecacingan sebesar 68%. 9

46
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xlvii

Hasil penelitian Ginting, (2003) dengan desain cross sectional dari 120 anak

Sekolah Dasar di 5 SD Kabupaten Karo menemukan bahwa prevalensi kecacingan

sebesar 70%.23

Hasil penelitian Dly Zukhriadi (2008) dengan desain cross sectional di tiga

Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sibolga Kota menemukan bahwa prevalensi

kecacingan sebesar 55,8%. 37

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa bila dibandingkan dengan

angka Nasional infeksi kecacingan yaitu < 10% (Depkes, 2004), maka angka ini

masih sangat tinggi, hal ini menunjukkan bahwa rendahnya upaya pencegahan

infeksi kecacingan pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan

Pangururan Kabupaten Samosir sehingga mengakibatkan tingginya prevalensi

kecacingan.

Perbedaan infeksi kecacingan pada masing-masing daerah disebabkan oleh

adanya perbedaan faktor resiko di beberapa lokasi penelitian, terutama yang

berhubungan dengan kondisi sanitasi lingkungan, higiene perorangan, umur

penduduk dan kondisi alam atau geografi.18

6.2. Prevalensi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis Cacing Anak Sekolah


Dasar

Prevalensi kejadian kecacingan berdasarkan jenis cacing pada anak Sekolah

Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir dapat dilihat

pada gambar di bawah ini:

47

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xlviii

Gambar 6.2. Distribusi Prevalensi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis


Cacing Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa prevalensi kejadian kecacingan

yang menginfeksi anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan

Kabupaten Samosir yaitu cacing Ascaris lumbricoides sebesar 38,60%, Trichuris

trichiura sebesar 28,20% , Hookworm sebesar 20,30%, campuran sebesar 26,7%.

Hasil survei Depkes bagian P2ML tahun 2004 di 10 propinsi sentinel Indonesia

ditemukan prevalensi cacing Ascaris lumbricoides (17,74%), cacing Trichuris

trichiura (17,74%), dan cacing Hookworm (6,46%)28

Hasil survei kecacingan yang dilaksanakan oleh Sub Program P2P dan PL

Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir (2007) di 44 Sekolah Dasar diperoleh

prevalensi cacing Ascaris lumbricoides 23%, Trichuris trichiura 2% dan

Hookworm 0,49%

48
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
xlix

Hasil Penelitian Dly Zukhriadi (2008) dengan desain cross sectional di tiga

Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Sibolga Kota menemukan prevalensi cacing

Ascaris lumbricoides sebesar (54,2) cacing Trichuris trichiura sebesar (22,5%)

sedangkan cacing Hookworm tidak ditemukan.37

Tingginya prevalensi kecacingan pada penelitian ini dapat disebabkan oleh

pencemaran tanah dengan tinja yang mengandung telur cacing, hal ini tampak pada

wawancara langsung bahwa sebagian besar anak Sekolah Dasar yang biasa buang air

besar di kebun sendiri serta di sembarang tempat. Hal lain yang menarik pada

penelitian ini ialah penderita cacing Hookworm yang cukup tinggi bila dibandingkan

dengan hasil suvei Depkes dan Dinkes Samosir serta penelitian Zukhriadi.

Infeksi cacing hookworm ini banyak dijumpai pada anak Sekolah Dasar di

desa tertinggal ini, hal ini memungkinkan karena anak sekolah Dasar di tempat

penelitian ini dapat dikatakan bahwa kebanyakan tidak memakai sandal atau alas

kaki bila keluar dari rumah, serta tidak menjaga kebersihan kaki dengan baik. Hal ini

berhubungan erat sekali dengan siklus hidup dan cara penularan sebagian besar

cacing Hookworm.

6.3. Proporsi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis Infeksi Cacing Anak

Sekolah Dasar

Proporsi kejadian kecacingan berdasarkan jenis infeksi cacing pada anak

Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir dapat

dilihat pada gambar di bawah ini:

49
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
l

Gambar 6.3. Distribusi Proporsi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis


Infeksi Cacing Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

7,90%

18,40%
Campuran
47,40% Ascaris lumbricoides
Trichuris trichiura
Hookworm

26,30%

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa proporsi kejadian kecacingan

yang menginfeksi anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan

Kabupaten Samosir ditemukan infeksi terbanyak yaitu cacing campuran (Ascaris +

Trichuria, Ascaris + Hookworm, Trichuris + Hookworm, Ascaris + Trichuris +

Hookworm) sebesar 47,40%, dan terkecil Hookworm sebesar 7,90%.

Sedangkan hasil penelitian Siregar (2008) dengan desain cross sectional di

SD Negeri 06 Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis, di mana proporsi kejadian

kecacingan berdasarkan jenis infeksi cacing terbanyak pada cacing Ascaris

lumbricoides sebesar 53%, dan terkecil cacing Hookworm sebesar 4,1%.38

Hasil penelitian Sadjimin (2000) dengan desain cross sectional di siswa SD

Kecamatan Ampana Kota Kabupaten Poso Sulawesi Tengah, menemukan proporsi

kejadian kecacingan berdasarkan jenis infeksi cacing terbanyak pada cacing Ascaris

lumbricoides sebesar 28,3%, dan terkecil cacing Hookworm sebesar 1%. Perbedaan

50
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
li

proporsi kejadian kecacingan pada setiap individu dapat saja terjadi, hal ini

dipengaruhi beberapa faktor resiko seperti cuaca, geografis, kebersihan perorangan. 4

6.4. Proporsi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis Cacing Campuran anak

Sekolah dasar

Proporsi kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar berdasarkan jenis

cacing campuran dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 6.4. Distribusi Proporsi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Jenis


Cacing Campuran Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

11,20%

Ascaris +Trichuris
14,80%
40,70% Ascaris + Hookworm

Ascaris +Trichuris
+Hookworm
Trichuris+ Hookworm

33,30%

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa jenis cacing campuran

masing-masing ditemukan (infeksi cacing Ascaris lumbricoides (A.l) + Trichuris

trichiura (T.t) sebesar 40,70%, infeksi cacing Ascaris lumbricoides (A.l) +

Hookworm (H) sebesar 33,30%, infeksi cacing Ascaris lumbricoides (A.l)+ Trichuris

trichiura (T.t) + Hookworm (H) sebesar 14,80% dan infeksi cacing Trichuris

trichiura (T.t) + Hookworm (H) sebesar 11,20%.

51
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lii

Gandahusada (2004) mengatakan bahwa infeksi cacing Ascaris lumbricoides

sering sekali disertai infeksi cacing Trichuris trichiura. Namun cacing Ascaris

lumbricoides, Trichuris trichiura, Hookworm juga dapat ditemukan secara

bersamaan karena cara penularannya pada setiap orang sama yaitu melalui tanah

(soil transmitted helminths).

Tingginya kejadian cacing Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura dapat

dipengaruhi oleh beberapa hal yang menguntungkan parasit seperti keadaan tanah

dan curah hujan serta temperatur optimal perkembang biakan yang hampir sama.

Telur Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura tumbuh lebih baik di tanah liat

karena kelembaban tanah seperti ini sangat cocok bagi pertumbuhannya. Kurang

disadarinya pemakaian jamban keluarga yang baik oleh masyarakat dapat

menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, dibawah

pohon dan di tempat-tempat pembuangan sampah. 20,22

Penularan dan siklus hidup cacing Hookworm kebanyakan melalui tanah.

Tanah yang sangat baik untuk pertumbuhan larvanya yaitu tanah yang berpasir.

Larvanya akan lebih mudah bergerak di pasir daripada di tanah liat sebab diameter

pasir lebih besar dari diameter tanah liat. Selain faktor tanah yang sangat

menguntungkan Hookworm, curah hujan yang belum lebat (misalnya permulaan

musim hujan), arus air yang ditimbulkannya masih lambat. Arus air yang lambat ini

merupakan perangsang bagi larva Hookworm bergerak kepermukaan tanah dan

mempermudah terjadinya infeksi.

Selain faktor di atas yang menguntungkan bagi pertumbuhan Hookworm

dikenal beberapa cara penularan Hookworm yaitu melalui tanah dan transmisi ke

52
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
liii

manusia melalui kulit dan mukosa, melalui makanan yang terkontaminasi dengan

tanah dan kotoran manusia, melalui sayur yang terkontaminasi dengan larva

infeksius.22

Penelitian Ginting, (2003) dengan desain cross sectional pada 120 anak

Sekolah Dasar di 5 SD Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo menemukan infeksi

campuran antara cacing Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Hookworm

dengan prevalensi sebesar 55,8%.23

6.5. Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan kuesioner diketahui

bahwa umur anak Sekolah Dasar yang menjadi responden dalam penelitian ini

adalah antara 6-13 tahun, dimana dalam penelitian ini umur dikelompokkan menjadi

tiga kategori sebagai berikut:

Gambar 6.5. Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Umur di


Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir
Tahun 2008

53

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
liv

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa 48,50% dari responden

berada pada kelompok umur 6-8 tahun dan paling sedikit pada kelompok umur ≥ 12

tahun sebesar 11,90%. Kondisi ini sesuai dengan laporan dari WHO (1998) yang

mengatakan bahwa dari tiga setengah miliar penduduk yang terinfeksi parasit

intestinal berbentuk cacing perut, ternyata empat ratus lima puluh juta di antaranya

mengenai anak-anak. Demikian juga dengan pernyataan Depkes (2004) bahwa

penyakit kecacingan sering dijumpai pada usia anak pra Sekolah dan Sekolah Dasar

yang berumur berkisar 5-15 tahun.3,39

Gambar 6.6. Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Jenis


Kelamin di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten
Samosir Tahun 2008

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa 57,40% dari responden

berjenis kelamin laki-laki dan 42,60% berjenis kelamin perempunan sebesar. Jadi

responden yang mendominasi anak Sekolah Dasar yaitu laki-laki sebesar 57,40%.

Walaupun responden di tempat penelitian ini lebih banyak laki-laki, namun dalam

54
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lv

kenyataannya tidak selalu laki-laki mengalami infeksi kecacingan lebih banyak dari

anak perempuan.40

Gambar 6.7. Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Frekuensi


Makan Obat Cacing di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan
Kabupaten Samosir Tahun 2008

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa 81,70% responden makan

obat cacing ≥ 6 bulan dan sebesar 18,30% yang makan obat cacing < 6 bulan. Dari

data di atas dapat dikatakan bahwa program pemberian obat cacing di daerah ini oleh

tenaga kesehatan belum berjalan dengan semestinya.

6.6. Lingkungan Anak Sekolah Dasar

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar lingkungan

responden belum lengkap dengan sistem pembuangan tinja, tempat biasa

pembuangan tinja dan personal higiene untuk lebih jelas dapat dilihat dalam diagram

sebagai berikut:

55
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lvi

Gambar 6.8. Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan


Kepemilikan Jamban di Desa Tertinggal Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa 76,70% responden tidak

memiliki jamban sedangkan anak yang memilki jamban sebesar 23,30%.

Kusnoputranto, H & Susanna, D. (2000) mengatakan bahwa penyakit dapat

timbul apabila terjadi gangguan keseimbangan lingkungan yang mencakup beberapa

faktor fisik, biologi, dan sosial ekonomi. Gangguan keseimbangan ini biasanya

disebabkan oleh adanya perubahan dari satu faktor atau lebih.

Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara spesifik bahwa peran

lingkungan dalam terjadinya penyakit sangat besar. Cara pandang epidemiologi,

penyakit terjadi karena adanya interaksi antara manusia, agent, dan lingkungan.

Apabila ketiga faktor ini tidak berada pada keadaan seimbang maka benih penyakit

dapat menyerang manusia. Keadaan kesehatan lingkungan yang belum memenuhi

persyaratan sanitasi dapat berakibat timbulnya penyakit-penyakit seperti malaria,

colera, penyakit kulit, dan penyakit kecacingan.

56
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lvii

Seperti yang diuraikan pada bab sebelunya bahwa lingkungan seperti sistem

pembuangan tinja sangat berperan dalam memicu penyebaran penyakit kecacingan,

hal ini disebabkan karena tinja dapat menjadi media transmisi infeksi cacing

terhadap manusia, dengan demikian perlu adanya penanganan sistem pembuangan

tinja yang memenuhi syarat kesehatan.

Berdasarkan data diatas sebagian besar rumah belum memiliki jamban hal ini

dapat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi keluarga atau sumber air untuk keperluan

jamban di daerah ini sangat sulit di dapatkan. Kemudian lahan untuk membuang tinja

di daerah ini masih sangat luas.

Gambar 6.9. Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Tempat


Biasa Pembuangan Tinja di Desa Tertinggal Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa 52,00% responden biasa

buang air besar di kebun dan 28,70% yang biasa buang air besar di sembarang

tempat, sementara yang biasa buang air besar di jamban sendiri sebesar 19,30%.

57
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lviii

Meskipun demikian konstruksi bangunan jamban yang sudah ada masih banyak yang

belum memenuhi syarat baik dari segi kebersihannya. Berdasarkan hasil pengamatan

diketahui bahwa sebagian besar bangunan jamban hanya berdinding semi permanen

dengan air yang terbatas. Dengan minimnya air bersih untuk keperluan jamban maka

banyak dari anak Sekolah Dasar di tempat penelitian ini membuang air besar di

kebun ataupun sembarangan tempat. Hal ini dimugkinkan lagi bahwa bila membuang

air besar dikebun kebutuhan akan air untuk kebersihan jamban tidak diperlukan.

Gambar 6.10. Distribusi Proporsi Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Personal


Higiene di Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten
Samosir Tahun 2008

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa 68,30% responden memiliki

personal higiene dengan kategori sedang, dan paling sedikit ditemukan pada personal

higiene kategori baik sebesar 9,90%. Dari uraian diatas diketahui bahwa aspek

pembentukan perilaku anak pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan

Pangururan, terutama perilaku hidup bersih sehat sebagian besar masih dalam

kategori sedang, namun demikian masih dijumpai tindakan kebersihan perorangan

58
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lix

pada anak Sekolah Dasar yang buruk, hal ini dimungkinkan karena keterbatasan-

keterbatasan keluarga anak sekolah Dasar seperti: keadaan ekonomi, kesadaran akan

pentingnya kesehatan. Faktor lain yang cukup berperan dalam membentuk perilaku

anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan dalam hal mencegah

penyakit kecacingan ini adalah persediaan air bersih, di mana sebagian besar dari

penduduk untuk memenuhi kebutuhan air bersih mereka memanfaatkan mata air

yang tidak terlindung dengan baik dan jaraknya relatif jauh dari tempat tinggal

penduduk. Faktor lain ialah kondisi sanitasi perumahan seperti saluran pembungan

air limbah yang ditemukan hampir semua rumah tidak memiliki saluran air limbah,

penduduk langsung membuang air limbah ke belakang rumah, akibatnya terdapat

sarang lalat sebagai vektor menimbulkan penyakit dan bau yang tidak sedap.

6.7. Distribusi Proporsi Kejadian Kecacingan Berdasarkan Berat Ringannya


Infeksi Kecacingan Anak Sekolah Dasar

Kejadian kecacingan berdasarkan berat ringannya pada anak Sekolah Dasar

di desa tertinggal Kecamatan Pangururan dengan hasil infestasi infeksi cacing

Ascaris lumbricoides ditemukan infeksi ringan sebanyak 70 orang (89,74%), infeksi

sedang sebanyak 8 orang (10,26%) sementara infeksi berat tidak ditemukan. Pada

cacing Trichuris trichiura ditemukan hanya infeksi ringan yaitu sebanyak 57 orang

(100%). Kemudian pada cacing Hookworm ditemukan infeksi ringan sebanyak 39

orang (95,12%) infeksi sedang sebanyak 2 orang (4,88%) sementara infeksi berat

tidak ditemukan.( Tabel 5.10)

59
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lx

Berat ringanya suatu infeksi cacing pada penderita ditentukan oleh virulensi,

kesanggupan migrasi, cara makan dari parasit, jumlah kontak dengan host, ratio seks

cacing (Hookworm) yang menginfeksi host.40

Cara makan cacing juga dapat memperberat infeksi kecacingan pada

penderita. Misalnya cacing Hookworm hidup dalm rongga usus halus tapi melekat

dengan giginya pada dinding usus dengan mengisap darah. Infeksi cacing Hookworm

ini dapat menyebabkan kehilangan darah secara perlahan akibatnya penderita

mengalami kekurangan darah (anemia) sehingga dapat menurunkan gairah kerja

serta menurunkan produktifitas. Di samping kerugian mengisap darah penderita,

cacing ini juga mengakibatkan luka-luka gigitan berdarah berlangsung lama.3,40

Selain cara makan cacing Hookworm sangat merugikan penderita, ratio seks

juga sangat menentukan berat ringannya infeksi kecacingan. Misalnya penderita

diinfeksi dengan 50% cacing Hookworm jantan dan 50% cacing Hookwrom betina

akan bereaksi berbeda bila diinfeksi 70% cacing Hookworm betina dan 30% cacing

Hookworm jantan. Ternyata anemia yang ditimbulkan pada infeksi cara pertama

lebih berat daripada cara ke dua. Keadaan ini di sebabkan oleh ratio seks cacing yang

menginfeksi tidak sama. Hookworm cenderung bermigrasi ke tempat lain atau keluar

dari tubuh host bila ratio seks diantara mereka tidak sama.40

Menurut penelitian Ayu (2003) dengan desain cross sectional pada anak

pemulung di tempat pembuangan akhir sampah desa Namo Bintang Kabupaten Deli

Serdang menemukan infeksi ringan sebesar (88,9%) dan infeksi sedang sebesar

(11,1%) sedangkan infeksi berat tidak ditemukan.41

60
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lxi

Berdasarkan data di atas bahwa anak Sekolah dasar yang mengalami infeksi

cacing ditemukan infeksi ringan dan sedang, sementara infeksi berat tidak

ditemukan. Hal ini dimungkinkan karena dari waktu ke waktu semakin

bertambahnya pengetahuan masyarakat akan kesehatan lewat penyuluhan dan

pengobatan oleh tenaga kesehatan serta adanya program penanggulangan penyakit

kecacingan pada anak Sekolah Dasar.

6.8. Hubungan Umur Dengan Kejadian Kecacingan Anak Sekolah Dasar

Hubungan umur responden dengan kejadian kecacingan pada anak Sekolah

Dasar dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:

Gambar 6.11. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Umur Dengan Kejadian
Kecacingan Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal Kecamatan
Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa prevalensi kecacingan

pada kelompok umur 6-8 tahun sebesar 52,00% positif infeksi kecacingan dan

sebesar 48,00% negatif infeksi kecacingan. Kemudian pada kelompok umur 9-11

61
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lxii

tahun sebesar 60,00% positif infeksi kecacingan dan sebesar 40,00% negatif infeksi

kecacingan. Pada kelompok umur ≥ 12 tahun sebesar 37,50% positif infeksi

kecacingan dan 37,50% negatif infeksi kecacingan. Infestasi kecacingan pada

penelitian ini ditemukan mengenai anak dengan umur lebih tua. Secara epidemiologi

puncak terjadinya infestasi kecacingan adalah pada usia 5-10 tahun.4 Hasil yang

berbeda ini dapat dihubungkan dengan meningkatnya aktifitas bermain dan mobilitas

anak yang lebih tua sehingga resiko tertular cacing lebih besar. Anak yang lebih

muda termasuk higienenya masih dalam pengawasan orang tua sehingga resiko

tertular menjadi lebih kecil.

Berdasarkan hasil Uji Chi-Square diperoleh p > 0,05 berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara umur responden dengan kejadian kecacingan pada

anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

Hal ini sesuai penelitian Ginting (2003) dengan desain cross sectional di 5

Sekolah Dasar desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo yang menemukan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur responden dengan kejadian

kecacingan.(p= 0,811)23

62
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lxiii

6.9. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kejadian Kecacingan Anak Sekolah


Dasar

Hubungan jenis kelamin responden dengan kejadian kecacingan pada anak

Sekolah Dasar dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:

Gambar 6.12. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin Dengan
Kejadian Kecacingan Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa prevalensi kecacingan

pada jenis kelamin laki-laki sebesar 55,20% positif infeksi kecacingan dan sebesar

44,80% negatif infeksi kecacingan. Kemudian prevalensi kecacingan pada jenis

kelamin perempuan sebesar 58,10% positif infeksi kecacingan dan sebesar 41,90%

negatif infeksi kecacingan. Dari data di atas dapat dikatakan bahwa infeksi

kecacingan cenderung pada jenis kelamin perempuan dari pada jenis kelamin laki-

laki. Namun pada dasarnya kejadian kecacingan dapat menginfeksi setiap jenis

kelamin, hal senada dengan pendapat Sandjaja (2007) dalam bukunya bahwa

kejadian kecacingan pada setiap orang tidak membedakan jenis kelamin manusia. 40

63
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lxiv

Berdasarkan hasil Uji Chi-Square diperoleh p > 0,05 berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian kecacingan pada

anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

Hal ini sejalan dengan penelitian Sadjimin, T. (2000) dengan desain cross

sectional di Sekolah Dasar Kecamatan Ampana Kota Sulawesi Tengah yang

menemukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan

kejadian kecacingan.(p= 0,414) 4

6.10. Hubungan Kepemilikan Jamban Dengan Kejadian Kecacingan Anak


Sekolah Dasar

Hubungan kepemilikan jamban responden dengan kejadian kecacingan pada

anak Sekolah Dasar dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:

Gambar 6.13. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Kepemilikan Jamban


Dengan Kejadian Kecacingan Anak Sekolah Dasar di Desa
Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun
2008

64
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lxv

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa prevalensi kecacingan

pada anak yang tidak memiliki jamban ditemukan sebesar 56,80% positif infeksi

kecacingan dan sebesar 43,20% negatif infeksi kecacingan. Kemudian prevalensi

kecacingan pada anak yang memiliki jamban sebesar 55,30% positif infeksi

kecacingan dan sebesar 44,70% negatif infeksi kecacingan. Dari data di atas dapat

diketahui bahwa responden yang tidak memiliki jamban cenderung mengalami

infeksi kecacingan daripada responden yang memiliki jamban.

Berdasarkan hasil Uji Chi-Square diperoleh p > 0,05 berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara kepemilikan jamban dengan kejadian kecacingan

pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten

Samosir.

Penelitian Damanik (2001) dengan desain cross sectional di Sekolah Dasar

Negeri 70 Kelurahan Bagan Deli yang menemukan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara kepemilikan jamban dengan kejadian kecacingan 42

65
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lxvi

6.11. Hubungan Tempat Biasa Pembuangan Tinja Dengan Kejadian


Kecacingan Anak Sekolah Dasar

Hubungan tempat biasa pembuangan tinja responden dengan kejadian

kecacingan pada anak Sekolah Dasar dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:

Gambar 6.14. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Tempat Biasa Pembuangan
Tinja Dengan Kejadian Kecacingan Anak Sekolah Dasar di Desa
Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun
2008

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa prevalensi kecacingan

pada responden yang biasa buang air besar di kebun sebesar 56,20% positif infeksi

kecacingan dan sebesar 43,80% negatif infeksi kecacingan. Kemudian prevalensi

kecacingan pada responden yang biasa buang air besar di sembarang tempat sebesar

62,10% positif infeksi kecacingan dan sebesar 37,9% negatif infeksi kecacingan.

Sementara prevalensi kecacingan pada responden biasa buang air besar di jamban

66
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lxvii

sendiri sebesar 48,70% positif infeksi kecacingan dan sebesar 51,30% negatif infeksi

kecacingan.

Kejadian kecacingan pada anak-anak usia Sekolah Dasar masih tinggi hal ini

disebabkan karena kebiasaan membuang air besar secara sembarangan di dekat

rumah, di kebun tempat ia bekerja dan kurang disadarinya pemakaian jamban

keluarga dapat menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja disekitar rumah, di

bawah pohon, di tempat-tempat pembuangan sampah. Kondisi ini sangat

menguntungkan bagi pertumbuhan telur cacing usus. 18,20

Berdasarkan hasil Uji Chi-Square diperoleh p > 0,05 berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara tempat biasa pembuangan tinja dengan kejadian

kecacingan pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan

Kabupaten Samosir.

Hal ini sesuai dengan penelitian Damanik (2001) dengan desain cross

sectional di Sekolah Dasar Negeri 70 Kelurahan Bagan Deli yang menemukan

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tempat biasa pembuangan tinja

dengan kejadian kecacingan.42

67
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lxviii

6.12. Hubungan Personal Higiene Dengan Kejadian Kecacingan Anak Sekolah


Dasar

Hubungan personal higiene responden dengan kejadian kecacingan pada anak

Sekolah Dasar dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:

Gambar 6.15. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Personal Higiene Dengan
Kejadian Kecacingan Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa prevalensi kecacingan

pada responden dengan personal higiene baik sebesar 35,00% positif infeksi

kecacingan dan sebesar 65,00% negatif infeksi kecacingan. Kemudian prevalensi

kecacingan pada responden dengan personal higiene sedang sebesar 51,40% positif

infeksi kecacingan dan sebesar 48,60% negatif infeksi kecacingan. Sementara

prevalensi kecacingan pada responden dengan personal higiene buruk sebesar

81,80% positif infeksi kecacingan dan sebesar 18,20% negatif infeksi kecacingan.

Infeksi kecacingan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya yaitu

faktor kebersihan perorangan. Kebersihan perorangan khususnya pada usia anak

68
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lxix

Sekolah Dasar sangat penting mengingat pada usia ini infeksi cacing usus yang

ditularkan melalui tanah sangat tinggi. Hal ini terlihat dari hasil penelitian bahwa

responden dengan personal higiene yang buruk mengalami infeksi lebih banyak dari

pada anak yang memiliki personal higiene yang baik. Buruknya personal higiene

seseorang menyebabkan kecacingan yang sering dipengaruhi oleh perilaku anak

yang tidak baik seperti tidak mencuci tangan setelah buang air besar, Setiap kali

mandi tidak menggunakan sabun, tidak mencuci kaki dan tangan dengan sabun

setelah bermain di tanah, tidak menggunakan alas kaki ketika bermain dan keluar

dari rumah, kebersihan kuku tidak dijaga dengan baik, kondisi air yang tidak baik

dan sering mengkonsumsi air yang belum matang.

Higiene yang baik merupakan syarat penting dalam mencegah dan

memutuskan mata rantai penyebaran penyakit menular seperti kecacingan. Namun

lingkungan dan personal higiene buruk akan memperberat kejadian kecacingan pada

anak Sekolah Dasar, karena pada usia Sekolah Dasar ini belum mampu mandiri

untuk mengurus kebersihan diri.3,40

Berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p < 0,05 berarti ada

hubungan yang bermakna antara personal higiene dengan kejadian kecacingan pada

anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

Artinya anak Sekolah Dasar dengan personal higiene yang baik kejadian

kecacingannya lebih rendah dibandingkan dengan anak Sekolah Dasar dengan

personal higiene yang buruk.

Penelitian Dly Zukhriadi (2008) dengan desain cross sectional di 3 Sekolah

Dasar Kota Sibolga menemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

69
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lxx

personal higiene seperti tidak cuci tangan sebelum makan, tidak cuci tangan setelah

buang air besar, tidak cuci tangan setelah bermain di tanah, makan jajanan, tidak

memperhatikan kebersihan kuku dengan kejadian kecacingan. 37

6.13. Hubungan Frekuensi Makan Obat Cacing Dengan Kejadian Kecacingan


Anak Sekolah Dasar

Hubungan frekuensi makan obat cacing responden dengan kejadian kecacingan

pada anak Sekolah Dasar dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:

Gambar 6.16. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Frekuensi Makan Obat
Cacing Dengan Kejadian Kecacingan Anak Sekolah Dasar di
Desa Tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir
Tahun 2008

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa prevalensi kecacingan

pada responden yang makan obat cacing ≥ 6 bulan sebesar 65,50% positif infeksi

kecacingan dan sebesar 31,50% negatif infeksi kecacingan. Kemudian prevalensi

70
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lxxi

kecacingan pada responden yang makan obat cacing < 6 bulan diperoleh sebesar

2,70% positif infeksi kecacingan dan sebesar 97,30% negatif infeksi kecacingan.

Pencegahan dan pemberantasan rantai daur hidup cacing usus dapat dilakukan

dengan berbagai cara seperti berdefekasi di kakus, menjaga kebersihan diri, cukup

air bersih, mandi dan cuci tangan secara teratur. Kemudian cara lain yaitu pemberian

obat antihelmintik yang sangat efektif untuk membunuh telur-telur dari cacing usus

yang ditularkan melalui tanah.18,22

Dari data di atas dapat diperoleh bahwa sebagian kecil pada responden makan

obat cacing < 6 bulan dan sebagian besar responden tidak makan obat cacing ≥ 6

bulan, sehingga infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah di tempat ini

masih tinggi.

Berdasarkan hasil Uji Chi Square menunjukkan p < 0,05 berarti ada hubungan

yang bermakna antara makan obat cacing dengan kejadian kecacingan pada anak

Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir.

Artinya anak Sekolah Dasar yang makan obat cacing < 6 bulan kejadian

kecacingannya lebih rendah dibandingkan dengan anak Sekolah Dasar yang makan

obat cacing ≥ 6 bulan.

Menurut Depkes (2004) pemberian obat cacing pada setiap penderita

kecacingan dapat menyembuhkan penderita cacingan dengan tingkat kesembuhan

sebesar 70% - 99%.3

Menurut penelitian Situmeang dkk (1995) di Sekolah Dasar Negeri II desa

Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara,

menemukan bahwa pemberian obat Pyreantel Pamoat dan Mebendazole pada anak-

71
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lxxii

anak yang menderita cacing usus mendapatkan angka kesembuhan pada cacing

Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Hookworm, masing-masing 100%,

93,48% dan 100%. Jadi dapat dikatakan bahwa pemberian obat antihelmintik dapat

menekan infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted

helminths).43

Menurut penelitian Subahar dkk (1998) pada 5 Sekolah Dasar Negeri di

wilayah Jakarta pusat dan madrasah ibtidaiyah, Jakarta Utara tentang pengaruh obat

oksantel-pirantel pamoat dan mebendazole terhadap perkembangan telur Trichuris

trichiura menunjukkan hasil bahwa dapat menghambat perkembangan telur

Trichuris trichiura.44

72
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lxxiii

BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

7.1.1. Prevalensi kecacingan pada anak Sekolah Dasar di desa tertinggal Kecamatan

Pangururan Kabupaten Samosir tahun 2008 sebesar 56,40%.

7.1.2. Prevalensi kecacingan berdasarkan jenis cacing Ascaris lumbricoides 38,60%.

7.1.3. Distribusi proporsi berdasarkan jenis infeksi campuran 47,40%.

7.1.4. Distribusi proporsi berdasarkan jenis cacing campuran Ascaris lumbricoides +

Trichuris trichiura 40,70%.

7.1.5. Distribusi proporsi berdasarkan karakteristik kelompok umur 6-8 tahun

48,50%, laki-laki 57,40% dan makan obat cacing ≥ 6 bulan sebesar 81,70%.

7.1.6. Distribusi proporsi berdasarkan lingkungan, tidak memiliki jamban 76,70%,

tempat biasa pembuangan tinja di kebun 52,00%, personal higiene kategori

sedang 68,30%.

7.1.7. Distribusi proporsi berdasarkan berat ringannya Ascaris lumbricoides ringan

89,74%, Trichuris trichiura ringan 100%, dan Hookworm ringan 95,12%.

7.1.8. Prevalensi kecacingan berdasarkan karakteristik pada kelompok umur ≥ 12

tahun 65,50%, perempuan 58,10%, dan makan obat cacing ≥ 6 bulan 68,50%.

7.1.9. Tidak ada hubungan bermakna antara faktor umur, jenis kelamin, kepemilikan

jamban, tempat biasa pembuang tinja dengan kejadian kecacingan (p > 0,05).

7.1.10. Ada hubungan bermakna antara personal higiene dengan kejadian

kecacingan, antara frekuensi makan obat cacing dengan kejadian

kecacingan (p < 0,05).

73
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lxxiv

7.2. Saran

7.2.1. Untuk pihak sekolah agar memberikan pengetahuan tentang personal higiene

seperti setiap mandi harus pakai sabun, mencuci tangan dengan sabun

sesudah buang air besar, memakai alas kaki bila bermain dan keluar rumah,

memotong kuku anak seminggu sekali, menggunakan air minum yang bersih,

meminum air yang sudah dimasak dengan matang, tidak buang air besar di

sembarang tempat, menyediakan Jamban dan air bersih untuk anak sekolah

dalam mencegah terjadinya infeksi kecacingan.

7.2.2. Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir, dengan tingginya kejadian

kecacingan sebesar (56,4%) maka program pemeriksaan, pencegahan dan

penanggulangan kecacingan secara periodik yang sudah berjalan perlu

ditingkatkan pada semua anak Sekolah Dasar.

7.2.3. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut agar dapat mengetahui lebih jelas

faktor-faktor yang berpengaruh dengan kejadian kecacingan pada anak

Sekolah Dasar.

74
Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lxxv

DAFTAR PUSTAKA

1. Dinkes Propinsi Sumatera Utara. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia. Nomor: 128/MENKES/SK/II/2004/ Tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

2. Depkes RI, 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman


Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota
Sehat. Jakarta.

3. Depkes RI, 2004. Pedoman Umum Program Nasional Pemberantasan


Cacingan di Era Desentralisasi. Jakarta.

4. Sadjimin, T. 2000. Gambaran Epidemiologi Kejadian Kecacingan Pada siswa


Sekolah Dasar di Kecamatan Ampana Kota Kabupaten Poso Sulawesi
Tengah. Jurnal Epidemiologi Indonesia. Vol 4, hal 1-2,6

5. Onggowaluyo, S,. Ismid, I, S. 1998. Gangguan Fungsi Kognitif Akibat


Infeksi Cacingan Yang Ditularkan Melalui Tanah. Majalah
Kedokteran Indonesia. Vol. 48. No.5. Mei, Jakarta.

6. Elmi, Dkk, 2004. 9 September 2008| 20.00 WIB. Status Gizi dan Infestasi
Cacing Usus Pada Anak Sekolah Dasar Desa Tanjung Anom.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak. FK USU. Medan. http://library
.usu.ac.id/download/fk/anak-chairuddin11.pdf

7. WHO, 2006. 9 September 2008| 20.00 WIB Soil Transmitted Helminths.


http://www.who.int/intestinal_worms/en/.

8. Depkes. RI. Kamis. 1 Mei 2008 | 20.00WIB. 2006. Profil Kesehatan


Indonesia.Jakarta.
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kese
hatan%20Indonesia%202006.pdf

9. Dinkes, Prop. Sumatera Utara. 2007. Laporan Hasil Kegiatan Program


Seksi P2ML Sub Dinas P2P & PL Dinas Kesehatan Propinsi
Sumatera Utara. Medan.

10. Dinkes. Kab. Samosir. 2004. Profil Kesehatan Kabupaten Samosir

11. Dinkes. Kab. Samosir. 2006. Profil Kesehatan Kabupaten Samosir.

12. Dinkes Kab. Samosir. 2007. Profil Kesehatan Kabupaten Samosir

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lxxvi

13. Dinkes, Kab. Samosir. 2007. Program Pemberantasan dan


Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2P dan
PL). Samosir.

14. Kec. Pangururan. 2007. Kecamatan Pangururan Dalam Angka.

15. Menteri PDT, 2005. 9 September 2008| 20.00 WIB, Keputusan Menteri
Negara Pembangunan Daerah Tinggal Republik Indonesia.
Nomor:001/KEP/M-PDT/I/2005.
http://www.Legalitas.org/database/puu/2005/PermenPDT01-2005.pdf

16. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Kamus Bahasa Indonesia.


Balai Pustaka. Jakarta.

17. Dinkes, Jawa Timur, Kamis 29 Juli 2008| 20.00 WIB, 2003. Pelaksanaan
Program Kecacingan di Propinsi Jawa Timur.
http://www.dinkesjatim.go.id/berita-datail.html?news-id=137

18. Gandahusada, S., Ilahude, D.H., Pribadi, W. 2003. Parasitologi


Kedokteran. Edisi Ketiga. Gaya Baru. Jakarta.

19. Haryanti, E., 2002. Helmintologi Kedokteran. Bagian Parasitologi Fakultas


Kedokteran USU. Medan.

20. Onggowaluyo,S,J. 2002. Parasitologi Medik I (Helmintologi). Pendekatan


Aspek Identifikasi Diagnosis dan Klinik. Anggota IKAPI. EGC.
Jakarta.

21. Prasetyo, H. 2003. Atlas Berwarna Helmintologi Kedokteran. Cetakan


pertama. Editor Winarko. Airlangga University Press. Anggota
IKAPI. Surabaya.

22. Sandjaja, B. 2007. Helminthologi Kedokteran . Editor Pedo Herri. Cetakan


Pertama. Prestasi Pustaka. Jakarta.

23. Ginting, A, S. 2003. 1 Mei 2008| 20.00 WIB. Hubungan Antara Status
Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak
Sekolah Dasar di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten
Karo Propinsi Sumatera Utara. Bagian Ilmu Kesehatan Anak. FK
USU.Medan.http:/digilib.usu.ac.iddownload/fk/anak-
sri%20alemina.pdf

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lxxvii

24. Hiswani. 1997. Pengaruh Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Terhadap


Prevalensi Infeksi Cacing Yang Ditularkan Melalui Tanah Di
Desa Tertinggal (IDT) Kabupaten Nias Sumatera Utara. FKM.
USU. Medan.

25. Depkes, RI. Kamis.1 Mei 2008| 20.00WIB, 2004. Pemberantasan


Penyakit Menular Langsung.
http://www.pppl.depkes.go.id/images_data/Profil%20P2ML%202004.
pdf

26. Soemirat, J. 2005. Epidemiologi Lingkungan. Cetakan Kedua. Anggota


IKAPI. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

27. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Kedua.


Anggota IKAPI. PT Rineka Cipta. Jakarta.

28. Kusnoputranto,H. & Susanna, D. 2000. Kesehatan Lingkungan. FKM-UI.


Jakarta.

29. Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT Citra Adytia Bakti.


Anggota IKAPI. Bandung.

30. Idehan, B & Pusarawati, S. 2007. Helmintologi Kedokteran. Cetakan


Pertama. Anggota IKAPI. Airlangga University Press. Surabaya.

31. An American Family Physian, 2004. Senin September 2008| 20.00WIB,.


Common Intestinal Parasites. http://www.An.American.
FamilyPhysician.

32. Keputusan Menteri Kesehatan, No. 424. 2006. Senin September 2008|
20.00WIB. Pedoman Pengendalian Kecacingan.
http://125.160.76.194/data/peraturan/Himp.%20Cetak%2006/Cetak%
20Himp.%20Jilid%20V/Kecacingan/Lamp%20KMK%20Cacingan.D
OC

33. Arikunto.2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi


Revisi V. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

34. Parasitology and Entomology Institute For Medical Research. 2003.


Standard Operational Prosedures For Parasitological Diagnosis.
Edition No.1. Schoole Of Dilpoma In Applied Parasitology and
Entomology. Kuala Lumpur.

35. Napitupulu, T. dkk. 2006. Helmintologi Kedokteran. Laboratorium


Parasitologi. FK. USU. Medan.

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lxxviii

36. Hadidjaja. P. 1990. Penuntun Laboratorium Parasitologi Kedokteran.


FK.UI. Jakarta.

37. Dly Zukhriadi,R,R. 2008. Hubungan Personal Higiene Perorangan Siswa


Dengan Infeksi Kecacingan Anak SD Negeri Di Kecamatan
Sibolga Kota. Pasca Sarjana USU. Medan.

38. Siregar, B. 2008. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Infeksi


Kecacingan Yang Ditularkan Melalui Tanah Pada Murid SD
Negeri 06 Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis Tahun 2008.
FKM USU. Medan.

39. Sadjimin, T. & Rini, J. 2000. Hubungan Antara Gejala Dan Tanda Penyakit
Cacing Dengan Kejadian Kecacingan Pada anak Sekolah Dasar Di
Kecamatan Ampana Kota Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Jurnal
Epidemiologi Indonesia. Vol 4, hal 9.

40. Sandjaja, B. 2007. Parasitologi Kedokteran Buku I Protozoologi


Kedokteran. Editor Fitri. Cetakan Pertama. Prestasi Pustaka. Jakarta.

41. Ayu, M,S. 2003. Analisa Perilaku Pemulung Anak Terhadap Infestasi
Cacing Dan Peran Instansi Lintas Sektoral Dalam Upaya
Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Di Tempat Pembuangan
Akhir Sampah Desa Namo Bintang Kabupaten Deli Serdang.
(Tesis Sarjana S2 Yang Tidak Diterbitkan Program Magister
Kesehatan Kerja – USU). Medan

42. Damanik, H, D, L. 2001. Analisis Faktor Yang Berhubungan dengan


Infeksi Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Negeri 70
Kelurahan Bagan Deli Tahun 2001. FKM USU. Medan.

43. Situmeang, R,dkk. 2004. Kamis.20 November 2008| 20.00WIB. Efek Obat
Pyrantel Pamoat dan Mebendazole pada Nematoda Usus. Bagian
Ilmu Kesehatan anak. FK USU. Medan

44. Subahar,R,dkk. 1998. Pengaruh Oksantel-Pirantel Pamoat Dan Mebendazole


Terhadap Perkembangan Telur Trichuris trichiura. Majalah
Parasitologi FKUI. Vol 11, hal 8

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lxxix

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI DESA
TERTINGGAL KECAMATAN PANGURURAN
KABUPATEN SAMOSIR
TAHUN 2008

I. Data Umum Responden


1. Nama :
2. Jenis kelamin :
3. Umur :
4. Alamat :

Lingkari jawaban dibawah ini:

II. Data Khusus

1. Apakah di rumah adik mempunyai jamban/WC?


a. Tidak
b. Ya

2. Di mana adik biasa buang air besar (BAB)?


a. Kebun
b. Sembarangan
c. Jamban sendiri (WC)

III. Data Personal Higiene

a. Kebiasaan cuci tangan dan mandi

1. Sebelum makan apakah adik mencuci tangan?


a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak

2. Apakah sebelum makan adik mencuci tangan dengan sabun?


a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak

3. Setelah buang air besar apakah adik mencuci tangan?


a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lxxx

4. Apakah setelah buang air besar adik mencuci tangan dengan sabun?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak

5. Berapa kali adik mandi satu hari?


a. 2x atau lebih/hari
b. 1x/hari
c. Tidak mandi

6. Setiap kali mandi apakah adik menggunakan sabun?


a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak

b. Kebisaan kontak dengan tanah

7. Apakah adik sering makan sambil bermain di tanah?


a. Tidak
b. Kadang-kadang
c. Ya

8. Setelah bermain di tanah apakah adik membersihkan kaki dan tangan?


a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak

9. Apakah setelah bermain di tanah adik mencuci kaki dan tangan dengan sabun?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak

c. Penggunakan alas kaki

10. Apakah adik menggunakan alas kaki (sandal, sepatu) setiap keluar rumah?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak

11. Pada waktu istirahat sekolah apakah adik memakai sepatu setiap kali bermain?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak

d. Kebersihan kuku

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
lxxxi

12. Apakah seminggu sekali adik memotong kuku?


a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak

13. Apakah adik sering menggigit kuku ketika sedang bermain?


a. Tidak
b. Kadang-kadang
c. Ya

14. Lihat keadaan kuku anak (observasi)


a. Pendek bersih
b. Pendek kotor
c. Panjang kotor

e. Sanitasi Lingkungan

15. Dari mana sumber air minum adik?


a. Mata air
b. Sungai
c. Air hujan

16. Lihat kondisi air bersih (tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna) (observasi)
a. Bersih (tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna)
b. Kurang bersih
c. Tidak bersih

17. Lihat ketersediaan saluran pembuangan air limbah di rumah. (observasi)


a. Ada dan lancar
b. Ada dan tidak lancar
c. Tidak ada

18. Lihat letak WC? (observasi)


a. Di dalam rumah
b. Di luar rumah
c. Tidak punya WC

19. Apakah adik selalu meminum air yang sudah dimasak dengan matang?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Data Makan Obat
1. Apakah adik ada makan obat cacing 6 bulan terakhir ini?
a. Ya
b. Tidak

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
MASTER DATA PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI DESA
TERTINGGAL KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2008
No sex umur umurk P1 P2 Pp1 Pp2 Pp3 Pp4 Pp5 Pp6 Pp7 Pp8 Pp9 Pp10 Pp11 Pp12 Pp13 Pp14 Pp15 Pp16 Pp17

1 1 6 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 0 0 1 0 1 2 2 0 2 0
2 1 6 1 1 1 2 0 0 0 1 1 2 1 0 1 2 0 2 1 2 2 0
3 2 6 1 2 3 2 0 2 0 2 2 2 1 0 1 2 2 2 2 2 2 2
4 2 6 1 1 1 2 1 1 0 1 2 1 1 0 0 2 0 2 1 0 2 0
5 1 6 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 0
6 2 6 1 2 3 2 1 2 2 1 2 2 1 1 0 2 1 2 2 2 2 1
7 2 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 0
8 1 6 1 1 2 2 0 1 0 1 2 2 1 0 0 2 0 1 0 2 1 0
9 1 6 1 1 2 1 0 0 0 1 2 2 1 0 0 2 0 2 0 2 2 0
10 2 6 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1
11 1 6 1 1 1 2 0 1 2 1 2 2 1 0 0 2 0 2 1 2 2 0
12 1 6 1 1 1 2 0 1 0 1 2 2 0 0 0 2 0 1 1 2 2 1
13 2 6 1 1 1 2 0 0 0 1 2 2 1 0 1 1 0 2 1 2 2 0
14 1 6 1 1 1 2 1 0 0 1 2 2 1 1 1 2 0 2 0 0 2 0
15 1 6 1 1 1 2 1 0 0 1 2 2 1 1 2 1 0 2 0 2 2 0
16 2 6 1 1 1 2 0 1 0 1 2 0 1 0 1 2 1 2 2 2 2 0
17 1 6 1 1 1 2 0 0 0 1 2 2 1 0 2 2 2 2 2 2 2 0
18 2 6 1 1 2 2 2 2 0 1 0 2 0 0 1 2 1 2 2 2 2 2
19 2 7 1 1 1 2 0 0 0 1 2 1 0 0 0 2 0 2 1 2 2 0
20 1 7 1 1 2 2 0 0 0 1 2 2 1 1 0 1 0 2 0 2 2 0
21 1 6 1 1 2 2 0 0 0 1 1 2 0 0 0 2 0 2 1 2 2 0
22 1 6 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 0 1 0 0 1 2 2 0
23 1 7 1 1 1 2 0 0 0 1 2 2 0 0 1 2 0 2 1 2 2 1
24 1 7 1 1 1 2 2 0 0 1 2 2 0 0 2 2 1 2 1 2 2 1
25 1 7 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1
26 2 7 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 0 0 0 2 1 2 1 2 2 0
27 1 8 1 1 1 2 0 1 0 1 2 2 0 0 0 2 1 2 1 2 2 1
28 1 7 1 1 1 2 0 1 0 1 2 2 2 2 0 2 0 2 1 2 2 0
29 1 7 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2
30 2 7 1 1 1 2 0 1 0 1 2 2 0 0 0 2 1 2 2 2 2 0

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
2

Pp18 Pp19 totk Ppp1 infek jenas jentri jehok cam jcamp ascar ascark tri trik worm wormk jenis

0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
2 2 1 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 1 1 2 2 2 5 84 1 0 4 0 4 1
0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
2 2 1 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 1 3 1 1 1 2 1 1 2 2205 1 0 4 1008 1 4
0 1 3 1 1 1 1 2 1 1 4410 1 168 1 0 4 4
0 2 1 1 1 1 2 2 2 5 84 1 0 4 0 4 1
0 0 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 1 1 2 2 2 5 252 1 0 4 0 4 1
0 1 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 1 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 0 3 1 1 1 1 2 1 1 42 1 84 1 0 4 4
0 2 2 1 1 2 1 2 2 5 0 4 168 1 0 4 2
0 1 3 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 1 2 2 1 2 5 0 4 0 4 210 1 3
0 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1869 1 0 4 2352 2 4
0 2 2 1 1 1 2 2 2 5 84 1 0 4 0 4 1
0 2 2 1 1 1 2 2 2 5 168 1 0 4 0 4 1
0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 1 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 1 2 1 1 1 1 1 1 4 630 1 21 1 420 1 4

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
3

No sex umur umurk P1 P2 Pp1 Pp2 Pp3 Pp4 Pp5 Pp6 Pp7 Pp8 Pp9 Pp10 Pp11 Pp12 Pp13 Pp14 Pp15 Pp16 Pp17

31 2 7 1 1 1 2 0 1 0 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 0
32 1 9 2 1 2 2 0 1 0 1 2 2 1 0 1 1 1 2 0 2 2 1
33 1 7 1 2 3 2 0 2 0 2 2 2 0 0 0 2 2 2 1 2 2 1
34 1 7 1 2 3 2 0 1 0 1 2 2 0 0 0 2 0 1 1 2 2 1
35 2 7 1 1 1 2 0 1 0 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1
36 2 7 1 1 1 2 0 2 0 0 0 2 2 0 2 2 1 2 2 2 2 0
37 1 7 1 1 1 2 0 0 0 1 2 2 2 0 0 1 0 2 1 2 1 0
38 1 9 2 1 1 2 0 0 0 1 1 2 0 0 0 1 1 1 1 2 1 1
39 1 8 1 1 1 2 1 2 0 1 2 1 0 0 1 1 1 1 1 2 1 1
40 1 8 1 1 1 2 0 0 0 1 2 1 0 0 0 2 1 2 0 2 1 0
41 2 8 1 1 1 2 0 0 0 1 2 1 0 0 0 1 2 1 1 2 2 0
42 2 8 1 1 1 2 0 2 1 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0
43 1 8 1 1 2 2 0 1 1 1 2 1 0 0 0 2 0 1 0 2 2 0
44 2 8 1 1 2 2 0 1 0 1 2 2 1 0 1 2 2 2 2 2 2 0
45 2 8 1 2 1 1 0 1 0 1 2 1 1 1 0 1 0 0 0 2 2 1
46 2 8 1 1 1 2 0 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 0
47 1 8 1 1 1 2 0 0 0 1 2 2 1 0 1 2 1 2 1 2 2 1
48 2 8 1 1 1 2 1 2 0 1 2 1 1 0 2 1 2 2 2 2 2 0
49 1 9 2 1 1 2 0 0 0 1 2 1 0 0 1 1 1 1 1 2 1 1
50 1 9 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 0 1 1 2 1 2 2 0
51 1 9 2 1 2 2 0 1 0 1 2 2 0 0 0 2 0 2 1 2 2 0
52 1 10 2 1 1 2 1 1 0 1 2 2 0 1 0 2 0 2 0 2 2 0
53 1 11 2 1 2 2 1 0 1 1 2 2 1 1 2 2 0 2 1 2 2 0
54 1 9 2 1 2 1 0 0 1 2 2 2 0 0 1 2 0 2 0 2 2 1
55 1 9 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 0 0 1 2 0 2 1 2 2 0
56 1 9 2 1 1 2 0 1 0 1 1 1 1 0 0 2 2 2 1 2 2 0
57 1 10 2 1 2 1 0 0 0 1 2 2 0 1 0 1 0 2 0 2 2 1
58 2 9 2 2 3 2 0 1 0 1 2 2 0 0 0 1 0 2 0 2 2 1
59 1 10 2 1 2 1 0 0 0 1 2 0 0 0 0 1 0 2 0 2 1 1
60 2 11 2 1 1 1 1 0 0 1 2 2 0 0 0 2 0 2 0 2 2 0

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
4

Pp18 Pp19 totk Ppp1 infek jenas jentri jehok cam jcamp ascar ascark tri trik worm wormk jenis

0 1 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 1 1 1 1 1 4 315 1 21 1 1113 1 4
0 2 2 1 1 2 1 2 2 5 0 4 105 1 0 4 2
0 1 2 1 1 1 1 2 1 1 63 1 315 1 0 4 4
0 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 1 1 1 1 1 4 189 1 945 1 889 1 4
0 1 3 1 1 2 1 2 2 5 0 4 315 1 0 4 2
0 1 2 1 1 2 1 2 2 5 0 4 63 1 0 4 2
0 1 3 1 1 1 1 2 1 1 462 1 147 1 0 4 4
0 1 3 1 1 1 1 2 1 1 3675 1 483 1 0 4 4
0 2 1 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 1 3 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
1 1 3 1 1 1 1 2 1 1 7749 2 294 1 0 4 4
0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 1 2 1 1 2 1 2 2 5 0 4 42 1 0 4 2
0 1 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 1 3 1 1 1 2 1 1 2 987 1 0 4 1869 1 4
0 1 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 1 2 2 1 2 5 0 4 0 4 798 1 3
0 1 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1722 1 147 1 0 4 4
0 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 1 1 2 2 2 5 168 1 0 4 0 4 1
0 1 3 1 1 2 1 2 2 5 0 4 63 1 0 4 2
1 1 2 1 1 1 2 2 2 5 63 1 0 4 0 4 1
0 1 3 1 1 1 2 1 1 2 3738 1 0 4 105 1 4
0 1 3 1 1 1 1 2 1 1 4431 1 42 1 0 4 4

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
5

No sex umur umurk P1 P2 Pp1 Pp2 Pp3 Pp4 Pp5 Pp6 Pp7 Pp8 Pp9 Pp10 Pp11 Pp12 Pp13 Pp14 Pp15 Pp16 Pp17

61 2 9 2 1 1 2 0 0 0 1 2 2 0 0 1 1 0 2 2 2 1 0
62 1 11 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 0 2 0 2 1 2 1 0
63 1 9 2 1 1 2 0 0 0 2 1 2 0 0 0 1 2 1 2 2 0 0
64 1 10 2 2 3 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 2 0 2 1 2 1 0
65 2 11 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 0 0 2 2 1 0 1 2 2 1
66 1 12 3 1 2 2 0 0 0 1 2 2 1 1 0 1 0 2 0 0 2 0
67 1 10 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 2 2 0
68 1 10 2 1 1 2 0 0 0 1 2 2 0 0 0 1 1 2 2 2 1 1
69 2 10 2 1 2 2 1 0 0 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 0
70 1 11 2 1 1 2 0 1 0 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2
71 2 10 2 1 2 1 0 0 0 1 2 2 0 0 0 1 0 2 2 2 2 0
72 2 10 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 0 1 2 2 2 2 2 2 2
73 2 10 2 1 2 1 0 0 0 1 2 2 0 0 0 2 0 2 1 2 2 0
74 2 10 2 1 2 2 0 1 1 1 2 2 0 0 1 1 0 2 2 2 2 0
75 1 12 3 1 1 2 0 0 0 1 1 2 2 0 0 2 0 2 0 0 2 1
76 1 12 3 1 1 2 0 0 0 1 2 2 2 1 0 2 0 1 0 2 2 1
77 2 12 3 1 1 2 0 0 0 1 2 2 1 1 1 2 0 2 2 2 2 0
78 1 12 3 1 2 2 0 1 0 1 2 2 0 0 0 0 0 2 0 2 2 0
79 1 12 3 1 2 2 1 0 0 1 2 2 2 0 1 1 2 1 1 2 2 0
80 1 12 3 1 2 2 0 0 0 1 2 2 1 1 0 0 2 0 0 0 1 1
81 1 11 2 1 2 2 0 0 0 1 1 2 0 0 1 1 1 1 0 2 2 0
82 1 12 3 1 2 2 0 0 0 1 1 2 1 1 1 1 0 1 0 2 2 0
83 1 11 2 1 2 2 0 0 0 1 2 2 1 1 0 1 1 1 1 2 2 1
84 1 11 2 1 2 2 0 0 0 0 2 2 0 0 0 2 0 2 1 0 2 0
85 2 11 2 2 2 2 0 1 0 1 2 2 1 0 1 1 0 2 0 2 2 2
86 1 6 1 1 2 2 0 1 0 1 2 2 0 0 0 2 0 1 0 2 2 1
87 1 6 1 1 2 2 0 0 0 1 2 2 0 0 1 2 0 2 0 2 2 0
88 1 7 1 1 2 2 0 0 0 1 2 2 0 0 1 2 1 1 1 2 2 1
89 2 7 1 1 1 2 0 2 0 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 0
90 1 7 1 1 1 2 0 1 0 1 2 2 1 0 1 1 1 2 1 2 2 1

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
6

Pp18 Pp19 totk Ppp1 infek jenas jentri jehok cam jcamp ascar ascark tri trik worm wormk jenis

1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 441 1 0 4 789 1 4
0 2 2 1 1 2 2 1 2 5 0 4 0 4 1680 1 3
0 1 3 1 1 2 1 1 1 3 0 4 882 1 63 1 4
1 2 3 1 1 1 1 1 1 4 8652 2 63 1 1638 1 4
0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 1 3 1 1 1 2 1 1 2 714 1 0 4 1533 1 4
0 1 3 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 1 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 1 3 1 1 1 2 1 1 2 168 1 0 4 84 1 4
1 2 1 1 1 1 2 2 2 5 1533 1 0 4 0 4 1
0 1 3 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 1 2 1 1 1 2 2 2 5 42 1 0 4 0 4 1
0 1 3 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 3 1 1 2 1 1 1 3 0 4 21 1 147 1 4
0 1 2 1 1 2 1 2 2 5 0 4 21 1 0 4 2
0 1 3 1 1 1 2 1 1 2 6867 2 0 4 903 1 4
0 1 3 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 1 3 1 1 1 2 2 2 5 252 1 0 4 0 4 1
0 1 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 1 3 1 1 1 2 2 2 5 6825 2 0 4 0 4 1
2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1008 1 168 1 0 4 4
0 1 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 1 2 1 1 1 2 2 2 5 2541 1 0 4 0 4 1
0 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2352 1 0 4 1869 1 4
0 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 1 2 1 1 1 2 2 2 5 84 1 0 4 0 4 1

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
7

No sex umur umurk P1 P2 Pp1 Pp2 Pp3 Pp4 Pp5 Pp6 Pp7 Pp8 Pp9 Pp10 Pp11 Pp12 Pp13 Pp14 Pp15 Pp16 Pp17

91 1 7 1 1 1 2 0 0 0 1 2 2 1 0 0 2 0 2 0 2 2 0
92 1 6 1 2 3 2 0 1 0 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 0
93 2 6 1 1 1 0 0 0 0 1 2 2 1 1 1 2 0 2 0 2 2 0
94 2 6 1 2 3 2 0 0 0 1 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 2 0
95 1 6 1 2 3 2 0 1 0 1 2 2 1 0 0 2 0 2 0 2 2 1
96 1 6 1 2 3 2 0 1 0 1 2 2 0 0 2 2 2 2 1 2 2 0
97 1 6 1 2 3 2 0 0 0 1 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 2 0
98 1 6 1 1 1 2 0 0 0 1 2 2 0 0 2 2 0 2 1 2 2 0
99 1 6 1 1 1 2 2 2 0 1 2 2 0 0 2 2 0 2 2 2 2 0
100 2 6 1 1 1 2 0 2 2 1 2 2 0 0 2 2 2 2 2 2 2 0
101 2 6 1 2 3 2 0 2 2 1 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0
102 1 6 1 1 1 2 2 0 0 1 2 2 0 0 1 1 0 2 2 2 2 1
103 1 7 1 1 1 2 0 2 2 2 2 2 2 0 0 2 0 2 2 2 2 0
104 1 7 1 1 1 2 0 0 0 1 2 2 0 0 0 2 0 2 1 2 2 1
105 1 9 2 1 1 2 0 1 0 1 2 2 0 0 1 2 1 2 0 2 2 0
106 2 8 1 2 3 2 0 2 0 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 2 0
107 1 9 2 1 1 2 0 2 0 2 2 2 0 0 0 2 0 2 1 2 2 1
108 1 7 1 2 3 2 0 2 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 1 2 2 0
109 2 7 1 1 1 2 0 2 0 2 2 2 0 0 2 2 2 2 1 2 2 0
110 2 7 1 1 1 2 1 2 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1
111 2 7 1 1 1 2 0 2 0 2 2 1 0 0 2 2 2 2 1 2 2 0
112 2 7 1 1 1 2 0 1 0 1 2 1 1 0 0 1 0 2 1 2 2 0
113 1 7 1 2 3 2 0 1 1 1 2 2 1 0 1 2 1 1 2 2 2 1
114 1 7 1 1 1 2 0 0 0 1 2 2 0 0 1 2 0 1 0 2 2 0
115 1 8 1 1 2 2 0 0 0 1 2 2 1 0 2 2 1 2 2 2 2 0
116 2 7 1 1 1 2 0 1 0 1 2 2 0 0 0 2 0 2 1 2 2 0
117 2 8 1 2 3 2 0 2 0 1 2 2 1 0 1 2 0 2 1 2 2 0
118 2 7 1 1 1 0 2 0 2 2 2 1 0 2 2 1 2 1 2 2 2 0
119 1 7 1 1 1 2 0 0 0 1 2 2 0 0 1 1 0 2 0 2 2 0
120 2 7 1 1 1 2 0 2 0 2 2 2 0 0 1 1 0 2 1 2 2 0

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
8

Pp18 Pp19 totk Ppp1 infek jenas jentri jehok cam jcamp ascar ascark tri trik worm wormk jenis

0 1 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 252 1 84 1 0 4 4
0 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1743 1 42 1 0 4 4
1 1 2 1 1 2 2 1 2 5 0 4 0 4 504 1 3
2 1 2 1 1 1 1 1 1 4 9450 2 63 1 294 1 4
0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
1 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 2 1 1 2 2 2 5 63 1 0 4 0 4 1
0 2 2 1 1 2 1 1 1 3 0 4 294 1 42 1 4
0 2 2 1 1 2 1 2 2 5 0 4 147 1 0 4 2
2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2688 1 0 4 504 1 4
0 2 2 1 1 1 2 2 2 5 4515 1 0 4 0 4 1
0 2 2 1 1 1 1 1 1 4 2163 1 63 1 189 1 4
0 1 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 1 1 2 1 1 2 4557 1 0 4 651 1 4
2 2 1 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 1 1 1 1 1 4 903 1 63 1 252 1 4
2 2 1 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 1 2 2 1 2 5 0 4 0 4 2247 2 3
0 2 1 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 1 1 2 1 1 2 504 1 0 4 588 1 4
0 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1575 1 0 4 378 1 4
1 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 1 3 1 1 2 1 2 2 5 0 4 63 1 0 4 2
0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 1 2 2 1 2 5 0 4 0 4 339 1 3
0 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1008 1 0 4 1029 1 4
0 1 3 1 1 1 2 2 2 5 210 1 0 4 0 4 1
0 2 2 1 1 2 1 1 1 3 0 4 63 1 861 1 4

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
9

No sex umur umurk P1 P2 Pp1 Pp2 Pp3 Pp4 Pp5 Pp6 Pp7 Pp8 Pp9 Pp10 Pp11 Pp12 Pp13 Pp14 Pp15 Pp16 Pp17

121 1 7 1 1 2 2 0 2 0 1 2 2 0 0 1 1 0 2 0 0 1 1
122 1 7 1 1 1 2 0 2 0 1 2 2 1 0 1 1 1 1 1 2 2 0
123 2 12 3 1 1 2 0 0 0 1 2 2 1 0 2 2 2 2 1 2 2 0
124 2 8 1 2 3 2 0 0 0 1 2 1 0 0 0 1 1 2 1 0 1 0
125 1 8 1 1 1 2 0 1 0 1 2 2 0 0 1 1 1 2 1 2 2 0
126 2 8 1 2 1 2 0 2 0 1 2 2 1 0 1 1 1 2 2 2 1 0
127 1 8 1 1 2 2 0 1 0 1 2 2 0 0 0 2 1 1 0 2 2 0
128 2 8 1 2 3 2 0 2 0 1 2 2 1 0 1 2 2 1 2 2 2 0
129 2 9 2 2 3 2 0 2 0 1 2 2 2 0 2 2 2 2 1 0 1 0
130 1 8 1 1 1 2 0 0 0 1 2 2 0 0 2 2 2 2 1 2 2 0
131 2 8 1 1 1 2 0 2 2 1 2 2 1 0 1 1 1 2 2 0 2 0
132 1 8 1 1 1 2 0 2 1 1 2 2 2 0 2 2 2 1 1 2 2 0
133 1 8 1 1 1 2 0 2 0 2 1 2 2 0 0 2 2 2 1 2 2 0
134 2 8 1 1 1 2 0 0 0 1 2 2 0 0 0 2 1 2 1 2 2 0
135 2 8 1 2 3 2 0 2 0 1 2 2 0 0 2 0 0 1 0 0 1 0
136 1 7 1 2 3 2 0 2 0 2 2 2 1 0 2 2 2 2 2 0 1 0
137 2 9 2 1 1 2 2 0 1 2 2 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 2
138 1 8 1 1 1 2 0 0 0 1 2 2 1 0 1 2 2 2 1 2 2 1
139 2 9 2 2 3 2 0 2 0 1 2 2 0 0 1 2 1 2 0 2 2 0
140 1 9 2 1 1 2 0 2 0 1 1 2 0 0 1 2 0 2 0 2 2 0
141 1 8 1 1 1 2 0 0 0 1 1 2 0 0 2 2 0 1 0 2 2 0
142 1 8 1 1 1 2 0 0 0 1 2 2 1 0 1 1 0 1 0 2 2 0
143 2 8 1 2 3 2 0 2 0 2 2 2 1 0 1 2 1 1 1 2 2 0
144 1 8 1 1 2 2 0 0 1 2 2 0 0 0 2 1 1 1 2 2 0 0
145 1 11 2 1 2 2 2 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 2 2 0
146 2 10 2 2 3 2 0 0 0 2 1 1 0 0 1 1 1 2 1 2 2 2
147 1 10 2 1 2 2 0 2 0 1 2 2 0 1 0 2 0 2 1 2 2 0
148 2 9 2 2 3 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1
149 1 10 2 2 3 2 0 2 0 2 0 2 2 2 1 2 0 2 1 2 1 2
150 1 10 2 1 1 2 0 1 1 2 2 1 0 0 0 0 2 0 1 0 1 1

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
10

Pp18 Pp19 totk Ppp1 infek jenas jentri jehok cam jcamp ascar ascark tri trik wor wormk jenis
m
0 1 3 1 1 1 1 2 1 1 84 1 42 1 0 4 4
0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
1 2 3 1 1 2 1 2 2 5 0 4 42 1 0 4 2
0 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2058 1 189 1 0 4 4
0 1 2 1 1 1 2 2 2 5 168 1 0 4 0 4 1
0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
1 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 1 2 2 1 2 5 0 4 0 4 504 1 3
0 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 1 1 2 1 1 2 378 1 0 4 294 1 4
0 2 2 1 1 1 2 2 2 5 1806 1 0 4 0 4 1
0 2 3 1 1 2 1 2 2 5 0 4 21 1 0 4 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 1 2 1 1 1 3 0 4 441 1 42 1 4
0 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 1 1 2 2 2 5 84 1 0 4 0 4 1
0 1 3 1 1 1 2 2 2 5 63 1 0 4 0 4 1
0 1 3 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 525 1 21 1 0 4 4
0 2 3 1 1 1 2 2 2 5 147 1 0 4 0 4 1
2 2 2 1 1 1 2 2 2 5 63 1 0 4 0 4 1
0 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
1 2 1 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
1 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 1 3 1 1 1 2 1 1 2 7056 2 0 4 273 1 4

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
11

No sex umur umurk P1 P2 Pp1 Pp2 Pp3 Pp4 Pp5 Pp6 Pp7 Pp8 Pp9 Pp10 Pp11 Pp12 Pp13 Pp14 Pp15 Pp16 Pp17

151 2 9 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 1 0 0 1 2 2 2 2 2 1
152 1 9 2 1 2 2 2 0 0 1 2 2 0 0 1 2 1 2 1 2 2 0
153 2 9 2 1 2 2 0 2 0 1 2 2 0 0 0 2 1 2 0 1 2 0
154 2 9 2 1 2 2 0 2 1 2 2 0 0 0 0 2 2 2 2 2 2 0
155 2 9 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 0 1 1 1 2 1 0 1 0
156 2 9 2 1 2 2 0 1 0 1 1 2 0 0 1 2 0 2 1 2 2 0
157 2 9 2 2 3 2 1 2 0 1 2 2 1 1 1 2 0 2 0 2 2 1
158 1 10 2 1 2 2 0 1 1 1 2 1 1 0 1 2 1 2 1 0 2 0
159 2 9 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
160 1 9 2 1 2 2 0 2 0 1 2 2 0 0 0 2 0 1 1 2 2 0
161 2 10 2 1 1 2 0 0 0 1 2 2 0 0 1 2 1 2 0 0 2 0
162 2 9 2 1 2 2 0 0 1 1 2 1 0 0 1 2 0 2 0 0 1 0
163 2 9 2 1 1 2 1 2 0 2 0 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 0
164 2 9 2 1 2 2 0 2 0 1 2 2 2 0 2 1 2 1 0 2 2 0
165 2 9 2 2 3 2 1 0 0 1 1 2 0 0 2 1 2 2 1 2 1 0
166 1 13 3 2 3 2 0 0 0 1 2 2 0 0 0 2 0 2 0 0 1 1
167 2 10 2 1 1 2 0 0 0 1 2 2 1 0 0 2 0 2 0 2 2 1
168 2 11 2 1 1 2 1 0 1 2 2 2 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1
169 1 11 2 1 2 2 0 0 0 1 2 2 0 0 0 2 0 2 1 2 1 0
170 1 13 3 1 2 1 0 0 0 2 2 2 1 1 0 1 0 2 1 2 2 0
171 2 11 2 1 2 2 0 0 0 1 2 2 0 0 1 2 0 2 0 2 2 0
172 2 10 2 1 1 2 0 0 0 1 2 2 0 0 2 2 0 2 0 2 2 0
173 1 10 2 2 3 2 0 0 0 1 1 2 0 0 0 1 0 2 1 2 1 1
174 1 11 2 1 1 2 0 0 0 1 2 2 0 0 0 1 0 2 1 2 1 0
175 1 11 2 1 2 2 0 0 0 1 2 2 0 0 0 0 0 2 1 2 2 0
176 2 10 2 1 1 2 1 0 0 1 1 2 0 0 0 1 0 1 0 2 2 0
177 2 10 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 0 0 1 2
178 1 10 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 0 0 0 2 0 2 1 0 2 2
179 2 10 2 1 2 2 1 0 1 1 2 2 1 0 1 2 0 2 1 2 2 0
180 1 10 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 0 2 2 2 0 2 0 2 2 2

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
12

Pp18 Pp19 totk Ppp1 infek jenas jentri jehok cam jcamp ascar ascark tri trik worm wormk jenis

2 2 1 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 1 2 1 2 2 5 0 4 63 1 0 4 2
0 2 2 1 1 2 1 2 2 5 0 4 21 1 0 4 2
0 2 2 1 1 1 1 2 1 1 82 1 42 1 0 4 4
0 2 2 1 1 1 2 2 2 5 2394 1 0 4 0 4 1
2 2 2 1 1 2 1 2 2 5 0 4 42 1 0 4 2
0 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
1 2 1 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 5838 2 231 1 0 4 4
0 1 3 1 1 1 1 2 1 1 3192 1 63 1 0 4 4
0 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 1 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 441 1 63 1 0 4 4
2 1 3 1 1 1 2 2 2 5 273 1 0 4 0 4 1
0 2 2 1 1 1 1 2 1 1 6888 2 357 1 0 4 4
1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 84 1 42 1 0 4 4
0 1 3 1 1 1 2 2 2 5 294 1 0 4 0 4 1
0 1 2 1 1 2 1 1 1 3 0 4 84 1 357 1 4
0 2 2 1 1 2 1 2 2 5 0 4 21 1 0 4 2
0 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
1 1 3 1 1 1 1 1 1 4 21 1 42 1 1638 1 4
0 2 3 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 1 3 1 1 2 1 2 2 5 0 4 378 1 0 4 2
0 1 3 1 1 2 1 2 2 5 0 4 189 1 0 4 2
1 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1827 1 147 1 0 4 4
0 1 2 1 1 1 2 2 2 5 588 1 0 4 0 4 1
2 2 1 1 1 2 1 2 2 5 0 4 126 1 0 4 2

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
13

No sex umur umurk P1 P2 Pp1 Pp2 Pp3 Pp4 Pp5 Pp6 Pp7 Pp8 Pp9 Pp10 Pp11 Pp12 Pp13 Pp14 Pp15 Pp16 Pp17

181 1 12 3 1 2 1 1 0 0 1 1 2 1 0 0 1 1 1 1 2 1 0
182 2 11 2 1 2 2 0 0 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 0
183 1 12 3 2 1 2 1 0 1 1 2 2 1 1 0 1 1 2 1 2 2 0
184 2 12 3 2 3 2 0 2 1 1 2 2 1 1 0 2 2 2 2 2 2 0
185 2 12 3 2 3 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 0
186 2 12 3 1 1 2 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 2 0 2 2 0
187 1 11 2 1 1 2 0 2 1 2 2 2 1 1 0 1 1 2 1 2 2 0
188 1 12 3 2 3 2 1 2 1 1 2 2 2 1 0 1 1 0 2 0 2 2
189 2 12 3 2 1 2 1 0 0 1 1 2 1 1 0 1 1 2 2 2 2 0
190 1 11 2 1 2 2 0 1 0 1 2 2 1 0 1 1 0 2 0 2 2 0
191 1 11 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 0 1 0 1 1 2 2 1
192 1 11 2 1 1 2 1 1 0 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 0
193 2 11 2 2 3 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 0
194 2 11 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 0 2 1 2 1 2 2 0
195 2 12 3 2 3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 2 1
196 2 12 3 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 0 2 2 1
197 1 12 3 1 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0
198 1 12 3 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1
199 1 11 2 2 3 2 1 0 0 2 2 2 0 1 1 1 0 2 1 0 1 0
200 1 11 2 2 2 2 0 1 1 1 1 2 0 0 0 1 1 2 0 2 2 0
201 1 12 3 2 3 2 1 2 0 1 2 2 2 2 0 1 0 2 1 2 2 2
202 1 12 3 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 0

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
14

Pp18 Pp19 totk Ppp1 infek jenas jentri jehok cam jcamp ascar ascark tri trik worm wormk jenis

0 1 3 1 1 1 1 2 1 1 210 1 63 1 0 4 4
0 2 1 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
2 1 2 1 1 2 1 2 2 5 0 4 189 1 0 4 2
1 1 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
2 2 1 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 1 3 1 1 2 2 1 2 5 0 4 0 4 84 1 3
0 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
2 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1722 1 0 4 441 1 4
0 1 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 63 1 0 4 147 1 4
0 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
2 2 1 1 1 1 2 2 2 5 84 1 0 4 0 4 1
0 1 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
2 1 3 1 1 2 1 2 2 5 0 4 84 1 0 4 2
0 2 2 1 1 1 2 2 2 5 147 1 0 4 0 4 1
0 2 1 1 1 1 2 2 2 5 105 1 0 4 0 4 1
0 2 2 1 1 2 2 1 2 5 0 4 0 4 42 1 3
2 2 2 1 1 2 1 2 2 5 0 4 63 1 0 4 2
1 2 2 1 1 1 2 2 2 5 84 1 0 4 0 4 1
1 2 2 1 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5
0 2 2 2 2 2 2 2 2 5 0 4 0 4 0 4 5

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
1

Output Analisis Univariat dan Bivariat

1. Prevalensi kejadian kecacingan

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Positif 114 56.4 56.4 56.4
Negatif 88 43.6 43.6 100.0
Total 202 100.0 100.0

2. Prevalensi kejadian kecacingan berdasarkan jenis cacing

Ascaris lumbricoides

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ascaris
78 38.6 38.6 38.6
lumbricoides
Negatif 124 61.4 61.4 100.0
Total 202 100.0 100.0

Trichuris trichiura

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Trichuris trichiura 57 28.2 28.2 28.2
Negatif 145 71.8 71.8 100.0
Total 202 100.0 100.0

Hookworm

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hookworm 41 20,3 20,3 20,3
Negatif 161 79,7 79,7 100,0
Total 202 100,0 100,0

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
2

3. Proporsi kejadian kecacingan berdasarkan jenis infeksi cacing

Jenis cacing yang menginfeksi anak SD * Infeksi kecacingan pada anak SD Crosstabulation

Infeksi kecacingan
pada anak SD
Positif Negatif Total
Jenis cacing yang Ascaris lumbricoides Count 30 0 30
menginfeksi anak % within Jenis cacing
SD yang menginfeksi 100,0% ,0% 100,0%
anak SD
% within Infeksi
kecacingan pada anak 26,3% ,0% 14,9%
SD
% of Total 14,9% ,0% 14,9%
Trichuris trichiura Count 21 0 21
% within Jenis cacing
yang menginfeksi 100,0% ,0% 100,0%
anak SD
% within Infeksi
kecacingan pada anak 18,4% ,0% 10,4%
SD
% of Total 10,4% ,0% 10,4%
Hookworm Count 9 0 9
% within Jenis cacing
yang menginfeksi 100,0% ,0% 100,0%
anak SD
% within Infeksi
kecacingan pada anak 7,9% ,0% 4,5%
SD
% of Total 4,5% ,0% 4,5%
Campuran Count 54 0 54
% within Jenis cacing
yang menginfeksi 100,0% ,0% 100,0%
anak SD
% within Infeksi
kecacingan pada anak 47,4% ,0% 26,7%
SD
% of Total 26,7% ,0% 26,7%
Negatif Count 0 88 88
% within Jenis cacing
yang menginfeksi ,0% 100,0% 100,0%
anak SD
% within Infeksi
kecacingan pada anak ,0% 100,0% 43,6%
SD
% of Total ,0% 43,6% 43,6%
Total Count 114 88 202
% within Jenis cacing
yang menginfeksi 56,4% 43,6% 100,0%
anak SD
% within Infeksi
kecacingan pada anak 100,0% 100,0% 100,0%
SD
% of Total 56,4% 43,6% 100,0%

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
3

4. Jenis Infeksi Cacing Campuran Anak Sekolah Dasar

jenis sth * Jenis cacing yang menginfeksi anak SD Crosstabulation

Jenis cacing yang menginfeksi anak SD


Ascaris Trichuris
lumbricoides trichiura Hookworm Campuran Negatif Total
jenis ascar Count 30 0 0 0 0 30
sth % within jenis sth 100,0% ,0% ,0% ,0% ,0% 100,0%
% within Jenis cacing
yang menginfeksi 100,0% ,0% ,0% ,0% ,0% 14,9%
anak SD
tri Count 0 21 0 0 0 21
% within jenis sth ,0% 100,0% ,0% ,0% ,0% 100,0%
% within Jenis cacing
yang menginfeksi ,0% 100,0% ,0% ,0% ,0% 10,4%
anak SD
hok Count 0 0 9 0 0 9
% within jenis sth ,0% ,0% 100,0% ,0% ,0% 100,0%
% within Jenis cacing
yang menginfeksi ,0% ,0% 100,0% ,0% ,0% 4,5%
anak SD
ascar + tri Count 0 0 0 22 0 22
% within jenis sth ,0% ,0% ,0% 100,0% ,0% 100,0%
% within Jenis cacing
yang menginfeksi ,0% ,0% ,0% 40,7% ,0% 10,9%
anak SD
ascar + hok Count 0 0 0 18 0 18
% within jenis sth ,0% ,0% ,0% 100,0% ,0% 100,0%
% within Jenis cacing
yang menginfeksi ,0% ,0% ,0% 33,3% ,0% 8,9%
anak SD
tri + hok Count 0 0 0 6 0 6
% within jenis sth ,0% ,0% ,0% 100,0% ,0% 100,0%
% within Jenis cacing
yang menginfeksi ,0% ,0% ,0% 11,1% ,0% 3,0%
anak SD
ascar + tri + hok Count 0 0 0 8 0 8
% within jenis sth ,0% ,0% ,0% 100,0% ,0% 100,0%
% within Jenis cacing
yang menginfeksi ,0% ,0% ,0% 14,8% ,0% 4,0%
anak SD
negatif Count 0 0 0 0 88 88
% within jenis sth ,0% ,0% ,0% ,0% 100,0% 100,0%
% within Jenis cacing
yang menginfeksi ,0% ,0% ,0% ,0% 100,0% 43,6%
anak SD
Total Count 30 21 9 54 88 202
% within jenis sth 14,9% 10,4% 4,5% 26,7% 43,6% 100,0%
% within Jenis cacing
yang menginfeksi 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
anak SD

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
4

5. Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Umur responden

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 6-8 tahun 98 48.5 48.5 48.5
9-11 tahun 80 39.6 39.6 88.1
≥ 12 tahun 24 11.9 11.9 100.0
Total 202 100.0 100.0

Jenis kelamin

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid laki-laki 116 57.4 57.4 57.4
perempuan 86 42.6 42.6 100.0
Total 202 100.0 100.0

Makan obat cacing 6 bulan terakhir

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid < 6 bulan 37 18.3 18.3 18.3
≥ 6 bulan 165 81.7 81.7 100.0
Total 202 100.0 100.0

6. Lingkungan Anak Sekolah Dasar

Responden Yang mempunyai jamban (WC)

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tidak Ada 155 76.7 76.7 76.7
Ada 47 23.3 23.3 100.0
Total 202 100.0 100.0

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
5

Tempat biasa pembuangan tinja

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kebun 105 52.0 52.0 52.0
Sembarangan 58 28.7 28.7 80.7
Jamban Sendiri 39 19.3 19.3 100.0
Total 202 100.0 100.0

Personal Higiene

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 20 9.9 9.9 9.9
Sedang 138 68.3 68.3 78.2
Buruk 44 21.8 21.8 100.0
Total 202 100.0 100.0

7. Berat Ringannya Infeksi Kecacingan Anak Sekolah Dasar

Ascaris lumbricoides

Infeksi ascaris * Berat ringannya infeksi Ascaris lumbricoides Crosstabulation

Berat ringannya infeksi Ascaris


lumbricoides
Ringan Sedang Negatif Total
Infeksi ascar Count 70 8 0 78
ascaris Expected Count 27.0 3.1 47.9 78.0
% within Infeksi ascaris 89.7% 10.3% .0% 100.0%
% of Total 34.7% 4.0% .0% 38.6%
tri Count 0 0 21 21
Expected Count 7.3 .8 12.9 21.0
% within Infeksi ascaris .0% .0% 100.0% 100.0%
% of Total .0% .0% 10.4% 10.4%
hok Count 0 0 9 9
Expected Count 3.1 .4 5.5 9.0
% within Infeksi ascaris .0% .0% 100.0% 100.0%
% of Total .0% .0% 4.5% 4.5%
tri + hok Count 0 0 6 6
Expected Count 2.1 .2 3.7 6.0
% within Infeksi ascaris .0% .0% 100.0% 100.0%
% of Total .0% .0% 3.0% 3.0%
negatif Count 0 0 88 88
Expected Count 30.5 3.5 54.0 88.0
% within Infeksi ascaris .0% .0% 100.0% 100.0%
% of Total .0% .0% 43.6% 43.6%
Total Count 70 8 124 202
Expected Count 70.0 8.0 124.0 202.0
% within Infeksi ascaris 34.7% 4.0% 61.4% 100.0%
% of Total 34.7% 4.0% 61.4% 100.0%

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
6

Hookworm
Infeksi hookworm * Berat ringannya infeksi Hookworm Crosstabulation

Berat ringannya infeksi Hookworm


Ringan Sedang Negatif Total
Infeksi ascar Count 0 0 30 30
hookworm % within Infeksi
.0% .0% 100.0% 100.0%
hookworm
tri Count 0 0 21 21
% within Infeksi
.0% .0% 100.0% 100.0%
hookworm
hok Count 39 2 0 41
% within Infeksi
95.1% 4.9% .0% 100.0%
hookworm
ascar + tri Count 0 0 22 22
% within Infeksi
.0% .0% 100.0% 100.0%
hookworm
negatif Count 0 0 88 88
% within Infeksi
.0% .0% 100.0% 100.0%
hookworm
Total Count 39 2 161 202
% within Infeksi
19.3% 1.0% 79.7% 100.0%
hookworm

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
7

8. Crosstabs Umur Anak Sekolah Dasar

Umur responden * Infeksi kecacingan pada anak SD Crosstabulation

Infeksi kecacingan
pada anak SD
Positif Negatif Total
Umur 6-8 tahun Count 51 47 98
responden Expected Count 55.3 42.7 98.0
% within Umur
52.0% 48.0% 100.0%
responden
% within Infeksi
kecacingan 44.7% 53.4% 48.5%
pada anak SD
% of Total 25.2% 23.3% 48.5%
9-11 tahun Count 48 32 80
Expected Count 45.1 34.9 80.0
% within Umur
60.0% 40.0% 100.0%
responden
% within Infeksi
kecacingan 42.1% 36.4% 39.6%
pada anak SD
% of Total 23.8% 15.8% 39.6%
>12 tahun Count 15 9 24
Expected Count 13.5 10.5 24.0
% within Umur
62.5% 37.5% 100.0%
responden
% within Infeksi
kecacingan 13.2% 10.2% 11.9%
pada anak SD
% of Total 7.4% 4.5% 11.9%
Total Count 114 88 202
Expected Count 114.0 88.0 202.0
% within Umur
56.4% 43.6% 100.0%
responden
% within Infeksi
kecacingan 100.0% 100.0% 100.0%
pada anak SD
% of Total 56.4% 43.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 1.542a 2 .462
Likelihood Ratio 1.545 2 .462
Linear-by-Linear
1.416 1 .234
Association
N of Valid Cases 202
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 10.46.

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
8

9. Crosstabs Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin * Infeksi kecacingan pada anak SD Crosstabulation

Infeksi kecacingan
pada anak SD
Positif Negatif Total
Jenis kelamin laki-laki Count 64 52 116
Expected Count 65.5 50.5 116.0
% within Jenis kelamin 55.2% 44.8% 100.0%
% within Infeksi
kecacingan pada anak 56.1% 59.1% 57.4%
SD
% of Total 31.7% 25.7% 57.4%
perempuan Count 50 36 86
Expected Count 48.5 37.5 86.0
% within Jenis kelamin 58.1% 41.9% 100.0%
% within Infeksi
kecacingan pada anak 43.9% 40.9% 42.6%
SD
% of Total 24.8% 17.8% 42.6%
Total Count 114 88 202
Expected Count 114.0 88.0 202.0
% within Jenis kelamin 56.4% 43.6% 100.0%
% within Infeksi
kecacingan pada anak 100.0% 100.0% 100.0%
SD
% of Total 56.4% 43.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .177b 1 .674
a
Continuity Correction .077 1 .782
Likelihood Ratio .177 1 .674
Fisher's Exact Test .774 .391
Linear-by-Linear
.176 1 .675
Association
N of Valid Cases 202
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 37.
47.

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
9

10. Crosstabs Kepemilikan Jamban Responden

Responden Yang mempunyai jamban (WC) * Infeksi kecacingan pada anak SD Crosstabulation

Infeksi kecacingan
pada anak SD
Positif Negatif Total
Responden Yang Tidak Ada Count 88 67 155
mempunyai jamban (WC) Expected Count 87.5 67.5 155.0
% within Responden
Yang mempunyai 56.8% 43.2% 100.0%
jamban (WC)
% within Infeksi
kecacingan pada 77.2% 76.1% 76.7%
anak SD
% of Total 43.6% 33.2% 76.7%
Ada Count 26 21 47
Expected Count 26.5 20.5 47.0
% within Responden
Yang mempunyai 55.3% 44.7% 100.0%
jamban (WC)
% within Infeksi
kecacingan pada 22.8% 23.9% 23.3%
anak SD
% of Total 12.9% 10.4% 23.3%
Total Count 114 88 202
Expected Count 114.0 88.0 202.0
% within Responden
Yang mempunyai 56.4% 43.6% 100.0%
jamban (WC)
% within Infeksi
kecacingan pada 100.0% 100.0% 100.0%
anak SD
% of Total 56.4% 43.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square .031b 1 .860
Continuity Correction a .000 1 .993
Likelihood Ratio .031 1 .860
Fisher's Exact Test .868 .495
Linear-by-Linear
.031 1 .860
Association
N of Valid Cases 202
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.
48.

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
10

11. Crosstabs Tempat Biasa Pembuangan Tinja


Tempat biasa pembuangan tinja * Infeksi kecacingan pada anak SD Crosstabulation

Infeksi kecacingan
pada anak SD
Positif Negatif Total
Tempat biasa Kebun Count 59 46 105
pembuangan Expected Count 59.3 45.7 105.0
tinja % within Tempat biasa
56.2% 43.8% 100.0%
pembuangan tinja
% within Infeksi
kecacingan pada anak 51.8% 52.3% 52.0%
SD
% of Total 29.2% 22.8% 52.0%
Sembarangan Count 36 22 58
Expected Count 32.7 25.3 58.0
% within Tempat biasa
62.1% 37.9% 100.0%
pembuangan tinja
% within Infeksi
kecacingan pada anak 31.6% 25.0% 28.7%
SD
% of Total 17.8% 10.9% 28.7%
Jamban Sendiri Count 19 20 39
Expected Count 22.0 17.0 39.0
% within Tempat biasa
48.7% 51.3% 100.0%
pembuangan tinja
% within Infeksi
kecacingan pada anak 16.7% 22.7% 19.3%
SD
% of Total 9.4% 9.9% 19.3%
Total Count 114 88 202
Expected Count 114.0 88.0 202.0
% within Tempat biasa
56.4% 43.6% 100.0%
pembuangan tinja
% within Infeksi
kecacingan pada anak 100.0% 100.0% 100.0%
SD
% of Total 56.4% 43.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 1.696a 2 .428
Likelihood Ratio 1.696 2 .428
Linear-by-Linear
.250 1 .617
Association
N of Valid Cases 202
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 16.99.

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
11

12. Crosstabs Personal Higiene Responden


Total Personal Higiene * Infeksi kecacingan pada anak SD Crosstabulation

Infeksi kecacingan
pada anak SD
Positif Negatif Total
Total Personal Baik Count 7 13 20
Higiene Expected Count 11.3 8.7 20.0
% within Total
35.0% 65.0% 100.0%
Personal Higiene
% within Infeksi
kecacingan pada 6.1% 14.8% 9.9%
anak SD
% of Total 3.5% 6.4% 9.9%
Sedang Count 71 67 138
Expected Count 77.9 60.1 138.0
% within Total
51.4% 48.6% 100.0%
Personal Higiene
% within Infeksi
kecacingan pada 62.3% 76.1% 68.3%
anak SD
% of Total 35.1% 33.2% 68.3%
Buruk Count 36 8 44
Expected Count 24.8 19.2 44.0
% within Total
81.8% 18.2% 100.0%
Personal Higiene
% within Infeksi
kecacingan pada 31.6% 9.1% 21.8%
anak SD
% of Total 17.8% 4.0% 21.8%
Total Count 114 88 202
Expected Count 114.0 88.0 202.0
% within Total
56.4% 43.6% 100.0%
Personal Higiene
% within Infeksi
kecacingan pada 100.0% 100.0% 100.0%
anak SD
% of Total 56.4% 43.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 16.664a 2 .000
Likelihood Ratio 17.861 2 .000
Linear-by-Linear
15.810 1 .000
Association
N of Valid Cases 202
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 8.71.

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
12

13. Crosstabs Makan Obat Cacing

Frekuensi makan obat cacing * Infeksi kecacingan pada anak SD Crosstabulation

Infeksi kecacingan
pada anak SD
Positif Negatif Total
Frekuensi makan >= 6 bulan Count 113 52 165
obat cacing Expected Count 93.1 71.9 165.0
% within Frekuensi
68.5% 31.5% 100.0%
makan obat cacing
% within Infeksi
kecacingan pada 99.1% 59.1% 81.7%
anak SD
% of Total 55.9% 25.7% 81.7%
< 6 bulan Count 1 36 37
Expected Count 20.9 16.1 37.0
% within Frekuensi
2.7% 97.3% 100.0%
makan obat cacing
% within Infeksi
kecacingan pada .9% 40.9% 18.3%
anak SD
% of Total .5% 17.8% 18.3%
Total Count 114 88 202
Expected Count 114.0 88.0 202.0
% within Frekuensi
56.4% 43.6% 100.0%
makan obat cacing
% within Infeksi
kecacingan pada 100.0% 100.0% 100.0%
anak SD
% of Total 56.4% 43.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 53.194b 1 .000
Continuity Correctiona 50.552 1 .000
Likelihood Ratio 61.838 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
52.931 1 .000
Association
N of Valid Cases 202
a. Computed only for a 2x2 table
b. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.
12.

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008
13

Jawaban Atas Pertanyaan Kuesioner

No Pernyataan Atas Pertanyaan untuk Jawaban Total


Personal Higiene A B C
Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %
1 Sebelum makan apakah adik mencuci 118 93,1 12 5,9 2 1,0 202 100
tangan?
2 Apakah sebelum makan adik mencuci 13 6,4 51 25,3 138 68,3 202 100
tangan dengan sabun?
3 Setelah buang air besar apakah adik 58 28,7 58 28,7 86 42,6 202 100
mencuci tangan?
4 Apakah setelah buang air besar adik 13 6,4 46 22,8 143 70,8 202 100
mencuci tangan dengan sabun?
5 Berapa kali adik mandi satu hari? 39 19,3 161 79,7 2 1,0 202 100
6 Setiap kali mandi apakah adik 173 85,6 24 11,9 5 2,5 202 100
menggunakan sabun?
7 Apakah adik sering makan sambil 172 85,1 26 12,9 4 2,0 202 100
bermain di tanah?
8 Setelah bermain di tanah apakah adik 23 11,4 84 41,6 95 47,0 202 100
membersihkan kaki dan tangan?
9 Apakah setelah bermain di tanah adik 13 6,4 48 23,8 141 69,8 202 100
mencuci kaki dan tangan dengan sabun?
10 Apakah adik menggunakan alas kaki 46 22,8 74 36,6 82 40,6 202 100
setiap bermain diluar rumah?
11 Pada waktu istirahat sekolah apakah adik 125 61,9 69 34,1 8 4,0 202 100
memakai sepatu setiap kali bermain?

12 Apakah seminggu sekali adik 45 22,3 66 32,7 91 45,0 202 100


memotong kuku?
13 Apakah adik sering menggigit kuku 160 79,2 34 16,8 8 4,0 202 100
ketika sedang bermain?
14 Lihat keadaan kuku anak (observasi) 51 25,2 94 46,5 57 28,2 202 100
15 Dari mana sumber air minum adik? 175 86,6 2 1,2 25 12,4 202 100
16 Lihat kondisi air bersih (tidak berbau, 167 82,7 32 15,8 3 1,5 202 100
tidak berasa, tidak berwarna) (observasi)
17 Lihat ketersediaan saluran pembuangan 15 7,4 49 24,3 138 68,3 202 100
air limbah di rumah. (observasi)
18 Lihat letak WC? (observasi) 26 12,9 21 10,4 155 76,7 202 100

19 Apakah adik selalu meminum air yang 137 67,8 63 31,2 2 1.0 202 100
sudah dimasak dengan matang?

Agustaria Ginting : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Tertinggal
Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, 2009
USU Repository © 2008

You might also like