Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan usaha yang
sangat strategis dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia baik
fisik maupun mental yang akhirnya bermuara pada peningkatan
kualitas manusia Indonesia sebagai obyek dan pelaku pembangunan.
Melihat penting serta strategisnya masalah kesehatan ini, maka
diperlukan pembangunan fasilitas, sistem manajemen dan
pelaksanaan yang memadai. Peningkatan pembangunan kesehatan
bukan semata-mata tangggungjawab pemerintah, tetapi juga
tanggung jawab seluruh masyarakat, khususnya yang berperan dalam
penyediaan sarana dan pengolahan jasa menyesuaikan dengan
perubahan tersebut agar mereka tetap eksis pelayanan kesehatan.
Rumah Sakit yang merupakan bagian dari sistem kesehatan
nasional dituntut untuk meningkatkan kualitas penyediaan fasilitas,
pelayanan dan kemandirian. Dengan demikian rumahsakit merupakan
salah satu pelaku pelayanan kesehatan dalam bentuk badan usaha
yang kompetitif harus dikelola oleh pelaku yang mempunyai jiwa
wirausaha yang mampu menciptakan efisiensi, keunggulan dalam
kualitas dan pelayanan, keunggulan dalam inovasi serta unggul dalam
merespon kebutuhan pasien.
Dengan perkembangan yang ada , Rumah Sakit telah masuk
kedalam suatu industri pelayanan kesehatan yang kompetitif
sehingga Rumah Sakit harus berusaha untuk selalu mengetahui posisi
dirinya dalam persaingan.
Dalam perkembangannya, pelayanan rumah sakit tidak terlepas
dari pembangunan ekonomi masyarakat. Perkembangan ini tercermin
pada perubahan fungsi klasik rumah sakit yang pada awalnya hanya
1
memberi pelayanan yang bersifat penyembuhan terhadap pasien
melalui rawat inap. Pelayanan rumah sakit kemudian bergeser karena
kemajuan ilmu pengetahuan (teknologi kedokteran) dan peningkatan
pendapatan serta pendidikan masyarakat. Pelayanan kesehatan rumah
sakit saat ini tidak hanya bersifat penyembuhan tetapi juga bersifat
pemulihan (rehabilitasi) yang dilaksanakan secara terpadu melalui
upaya promosi kesehatan dan pencegahan
Otonomi daerah di Indonesia yang dimulai pada tahun 1988
dengan didasarkan pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1999 tentang perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah, kemudian mengalami perubahan dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004,
membuat perubahan yang sangat mendasar dalam sistem
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan sistem pengelolaan
sumber pendapatan daerah. Undang-Undang tersebut menegaskan
bahwa pembangunan kesehatan merupakan salah satu bidang
pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah daerah
(propinsi) dan bertanggungjawab sepenuhnya dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan dalam meningkatkan taraf kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah daerah memiliki peran yang
sangat penting dan strategis dalam upaya mempercepat derajat
kesehatan masyarakat
Kondisi ini baik secara langsung maupun tidak langsung
berimbas pada paradigma RSD sebagai salah satu Satuan Kerja
Instansi Pemerintah (SKPD) yang dulu merupakan lembaga yang cost
centre, kini harus merubah orientasinya dengan memadukan service
public oriented dan profit oriented serta mengedepankan terciptanya
suatu lembaga publik yang berorientasi pada value for money.
Rumah Sakit Daerah (RSD) kini harus merubah orientasinya
dengan memadukan service public oriented dan profit oriented.
2
Sebagai salah satu sarana kesehatan di daerah, keberadaan RSD
masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Kondisi ini
disebabkan perlengkapan medis yang masih minim dan pelayanan
yang diberikan belum bisa memberikan harapan masyarakat (pasien).
B. Permasalahan
Rumah Sakit yang berfokus pada pelanggan mempunyai
informasi unggulan tentang kebutuhan-kebutuhan pelanggan ( pasien )
yang terus berubah dan menggunakan keunggulan kompetitif ini untuk
mempertahankan hunian
Saat ini, rumahsakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan
menghadapi tekanan berupa tingginya biaya operasional, terbatasnya
sumberdaya, tuntutan terhadap peningkatan pelayanan kesehatan dan
resiko yang ditimbulkan oleh kesalahan medis (medical error). Untuk
dapat menjawab permasalahan-permasalahan tersebut harus
merespon terhadap perubahan lingkungan dengan menggunakan
pendekatan manajemen pemasaran strategis.
Rumah Sakit Umum Daerah Kepahiang yang merupakan unit
pelayanan masyarakat yang terintegral dengan pemerintah daerah
Kabupaten Kepahiang melaksanakan upaya pengembangan untuk
meningkatkan pelayanan yang bermutu, terjangkau dan memperluas
akses bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan sebagai pusat
rujukan kesehatan tertinggi di Kabupaten Kepahiang.
Dalam mengembangkan pelayanan yang berorientasi pada
service public oriented dan profit oriented , RSUD Kepahiang
melakukan strategi pemasaran dengan melakukan analisis pada
konsumen.
C. Tujuan
Tujuan Umum dari penulisan makalah ini sebagai tugas pengganti
Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Manajemen Pemasaran.
3
Tujuan khusus:
• Melakukan analisis konsumen dengan menggunakan Blue
Ocean Strategy di RSUD Kepahiang
• Menyusun strategi pemeliharaan konsumen di RSUD
Kepahiang melalui hasil analisis konsumen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Manajemen Pemasaran
manajemen pemasaran adalah :
Suatu proses perencanaan dan pelaksanaan dari perwujudan dari
pemberian harga, promosi, dan distribusi dari barang-barang, jasa dan
gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran
yang memenuhi tujuan pelayanan organisasi.
4
sasaran.
Inti pemasaran strategis modern terdiri atas tiga langkah pokok yaitu
Segmentasi, Penentuan Pasar Sasaran dan Positioning. Ketiga langkah
ini sering disebut STP (Segmenting, Targetting, Positioning).
TARGET PASAR
Untuk menentukan konsumen yang akan dijadikan sebagai
target pasar, maka pasar yang ada perlu dibagi atas beberapa segmen
tertentu. Hal ini disebabkan bahwa di setiap pasar, konsumen
mempunyai kebutuhan yang berbeda, pola pembelian dan pendapatan
yang berbeda serta tanggapan yang tidak sama untuk setiap
kebijaksanaan pemasaran yang diterapkan.
Pada dasarnya segmentasi pasar dapat dilakukan atas, dasar :
5
Faktor demografi, seperti : umur, kepadatan penduduk, jenis
kelamin; agama, pendidikan, tingkat penghasilan dan sebagainya.
Faktor sosiologis, seperti : kelompok budaya, kelas-kelas sosial dan
sebagainya.
Faktor psikologis/psikografis, seperti : kepribadian, sikap, manfaat
produk yang diinginkan, dan sebagainya.
6
Strategi Samudra Biru
• Menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya
• Menjadikan kompetisis tidak relevan
• Menciptakan dan menangkap permintaan baru
• Mendobrak pertukaran nilai-biaya
• Memadukan keseluruhan sistem kegiatan perusahaan dalam
mengejar diferensiasi dan biaya rendah
7
Kerangka Kerja Analisis Samudra Biru
a. Kanvas Strategi
Kanvas strategi adalah kerangka aksi sekaligus diagnosis untuk
membangun strategi samudra biru.
Dalam kerangka kerja ini, dilakukan pengarahan kembali focus strategi
dari pesaing ke alternative, dan dari konsumen ke nonkonsumen.
Fungsi :
Merangkum situasi terkini dalam ruang pasar yag sudah dikenal
Hapuskan
Faktor-faktor apa yg
harus dihapuskan dari
factor-faktor yang
telah diterima begitu
saja oleh industri
Ciptakan
Kurangi
Faktor-faktor apa yang
Faktor-faktor apa
belum pernah
yang harus dikurangi KURVA ditawarkan industri
hingga di bawah NILAI sehingga harus
standar industri BARU diciptakan?
Tingkatkan
Faktor-faktor apa
yang harus
ditingkatkan hingga
di atas standar
industri
8
c. Skema Hapuskan-Kurangi-Tingkatkan-Ciptakan
Alat ini adalah alat analisis pelengkap bagi kerangka kerja empat
langkah. Skema ini mendorong perusahaan untuk tidak hanya
menanyakan empat pertanyaan dari analisa sebelumnya, tetapi juga
bertindak berdasarkan keempat pertanyaan untuk menciptakan suatu
kurva nilai baru
Skema berikut :
Skema Hapuskan-Kurangi-Tingkatkan-Ciptakan
Menghapuskan Meningkatkan
Istilah dan Sebutan Khusus Harga versus produk biasa
Kualitas Usia Keterlibatan perusahaan ritel
Pemasaran above the line
Mengurangi Menciptakan
Kerumitan produk Kemudahan dalam pelayanan
Ragam Produk produk
Prestise Produk Kemudahan dipilih
9
dari kompetisi dan mencipatakan samudra biru
Enam Langkah merekonstruksi batasan-batasan Pasar :
a). Mencermati industri-industri alternatif
Alternatif mencakup produk atau jasa yang memiliki fungsi dan bentuk
berbeda, tetapi tujuan sama.
10
social.
• Menggunaka
n umpan-
balik itu
untuk
membangun
strategi
masa depan
terbaik
11
Perusahaan harus menentang dua praktik strategi konvensional,
pertama, berfokus pada konsumen yang ada.
Kedua, dorongan mempertajam segmentasi demi mengakomodasi
perbedaan di pihak pembeli.
Biaya
Bisakah mencapai sasaran
12
strategis demi meraih laba pada
harga strategis?
Ya Tidak Pikirkan-Ulang
Pengadopsian
Apakah hambatan-hambatan Tidak Pikirkan-Ulang
pengadopsian dalam mewujudkan
ide bisnis? Ide Samudra Biru
Ya yang Layak secara
Apakah sudah menangani
Komersil
hambatan-hambatan itu secara
langsung?
an
Kenyamanan
Risiko
Keceriaan
dan Citra
Keramahan
Terhadap
lingkungan
13
strategis.
• Keterbatasan Sumber Daya
Semakin besar pergeseran dalam strategi, semakin besar
sumber daya yang dibutuhkan untuk mengeksekusi strategi.
• Motivasi
Staf yag tidak mempunyai motivasi
• Rintangan Politis
Penolakan
Pelanggaran Pelecehan Ketidakpercaya
untuk
Proses yang Emosional dan an dan
Mengeksekusi
Adil Intelektual Penolakan
Strategi
14
C. Gambaran Umum Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menkes RI Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006, Rumah
Sakit didefinisikan sebagai suatu fasilitas pelayanan kesehatan
perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang
memberikan pelayanan kesehatan jangka pendek dan jangka panjang
yang terdiri dari observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif
untuk orang-orang yang menderita sakit, cidera, dan melahirkan.
Rumah Sakit
RS Pemerintah RS Swasta
Depkes TNI/POLRI
Pemda BUMN
Dep. lain
15
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit
Umum dan ditegaskan oleh Per Menkes 1045 tahun 2006, klasifikasi ini
mengalami sedikit perubahan dimana Rumah Sakit Umum Pemerintah
Pusat dan Daerah diklasifikasikan menjadi rumahsakit umum Kelas A,
B, C, dan D, sebagai berikut :
1. RSU Kelas A adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan
subspesialistik luas.
2. RSU Kelas B adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11
spesialistik dan subspesialistik terbatas.
3. RSU Kelas C adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar.
4. RSU Kelas D adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis dasar.
Berdasarkan Kep Menkes Nomor 806b/Menkes/SK/XII/1987 tentang
Klasifikasi RS Swasta, klasifikasi RS Swasta terdiri dari :
1. Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, memberikan pelayanan
medik bersifat umum.
2. Rumah Sakit Umum Swasta Madya, memberikan pelayanan
medik bersifatumum dan spesialistik dalam 4 cabang.
3. Rumah Sakit Umum Swasta Utama, memberikan pelayanan
medik bersifat umum, spesialistik, dan subspesialistik.
16
b) pelayanan medik spesialistik dan sub spesialistik
2) Pelayanan penunjang medik :
a) Laboratorium
b) Anestesi
c) Gizi
d) Farmasi
e) Rehabilitasi medik
3) Pelayanan penunjang :
a) Administrasi
b) Pemeliharaan : Bahan linen
Pengadaan air
Kelistrikan
Bangunan dan pertamanan
Peralatan
Mesin
Sanitasi/kebersihan lingkungan
c) Pelayanan: Komunikasi
Transportasi
Pengamanan
Perawatan jenazah
17
BAB III
ANALISIS KONSUMEN DI RSUD KEPAHIANG
KABUPATEN KEPAHIANG PROPINSI BENGKULU
18
direvisi menjadi undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, memberikan peluang bagi pemerintahan daerah
untuk menyelenggarakan pemerintahannya secara mandiri, dengan
wewenang yang seluas-luasnya baik ditingkat propinsi, kabupaten/kota
maupun ditingkat kecamatan dan desa/kelurahan.
Sebagai dampak disahkannya undang-undang otonomi daerah,
di Propinsi Bengkulu diberlakukan undang-undang nomor 39 tahun
2003 tentang Pembentukan Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten
Lebong dari Kabupaten Rejang Lebong. Sehingga mulai tahun 2003
terbentuklah Pemerintahan Kabupaten Kepahiang.
Kabupaten kepahiang dengan luas wilayah 664,80 Km2 pada tahun
2004 sampai dengan pertengahan 2005 memiliki 4 Kecamatan dan 84
Desa, dan pada tahun 2006 Kabupaten Kepahiang memiliki 8
Kecamatan dan 91 Desa dan 3 Kelurahan.
Kabupaten Kepahiang mempunyai batas wilayah sebagai berikut:
• Utara berbatasan dengan Kecamatan Curup, Kecamatan
Sindang Kelingi dan Kecamatan Padang Ulak Tanding
Kabupaten Rejang Lebong
• Timur berbatasan dengan Kecamatan ulu musi Kabupaten
Lahat Propinsi sumatera Selatan
• Selatan berbatasan dengan Kecamatan Taba Penanjung
Kabupaten Bengkulu Utara
• Barat berbatasan dengan Kecamatan Pagar Jati Kabupaten
bengkulu utara dan Kecamatan bermani Ulu Kabupaten
Rejang lebong.
Kependudukan
Penduduk Kabupaten Kepahiang tahun 2006 sebesar 130.056
jiwa dengan persebaran yang cukup bervariasi. Secara umum tingkat
kepadatan penduduk di daerah Kabupaten Kepahiang masih relatif
19
sangat rendah dibanding dengan daerah lainnya, dikarenakan
perbandingan antara jumlah penduduk dan luas wilayah masih sangat
kecil. Selain itu penyebaran pemukiman penduduk masih
terkonsentrasi pada daerah perkotaan atau daerah pusat kegiatan
ekonomi.
Bila dilihat jumlah penduduk setiap Kecamatan dimana
Kecamatan yang terbanyak penduduknya adalah Kecamatan
Kepahiang dengan jumlah penduduk 34.903 jiwa dan terendah adalah
Kecamatan Seberang Musi dengan jumlah penduduk 7782 Jiwa.
a. Komposisi Penduduk
1. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Distribusi penduduk Kabupaten Kepahiang pada tahun 2006
menurut kelompok umur menunjukkan bahwa 62,49 % berusia
produktif (15-64 tahun), 32.24 % berusia muda (0-14 tahun) dan 5,28
% berusia 65 tahun keatas sehingga angka beban tanggungan
(depedency ratio) penduduk sebesar 60,04 %.
2. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan data Profil Kesehatan Puskesmas di Kabupaten
Kepahiang tahun 2006, dari total penduduk sebanyak 13.0056 jiwa,
50,59 % atau 65.789 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 49,41 % atau
64.267 berjenis kelamin perempuan. Berarti rasio jenis kelamin (sex
ratio) penduduk Kabupaten Kepahiang adalah sebesar 102,4
b. Persebaran Penduduk
Kepadatan Penduduk
Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Kepahiang Tahun 2006
20
meningkat dari 193 jiwa/Km2 menjadi 196 jiwa/Km2. dengan kepadatan
tertinggi di Wilayah Kerja Kecamatan Kepahiang sebesar 404 jiwa/Km2
dan terendah di wilayah kerja Kecamatan Bermani Ilir sebesar 93
jiwa/Km2.
Keadaan Ekonomi
Secara umum tingkat pendapatan penduduk Kabupaten
Kepahiang tahun 2004 yang tercermin dari nilai PDRB perkapita atas
dasar harga berlaku mengalami peningkatan dibandingkan dengan
PDRB perkapita tahun 2003. Tahun 2004 PDRB perkapita penduduk
Kabupaten Kepahiang terjadi peningkatan sebesar 8,27 % atau
menjadi 6.165.999 rupiah. Walaupun sudah terjadi peningkatan tetapi
PDRB perkapita penduduk masih dibawah rata-rata nasional.
Perkembangan PDRB perkapita Kabupaten Kepahiang atas dasar harga
berlaku.
Sementara itu bila ditinjau dari harga konstan, maka tingkat
pendapatan atau nilai riil PDRB perkapita penduduk Kabupaten
Kepahiang pada tahun 2004 mengalami peningkatan sebesar 3,72 %
21
dibandingkan dengan tahun 2003 yakni dari 4.443.407 rupiah menjadi
4.608.801 rupiah. Rendahnya tingkat pertumbuhan PDRB perkapita
dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Kepahiang disebabkan pertambahan jumlah penduduk Kabupaten
Kepahiang yang relatif besar. (Indikator Ekonomi Kabupaten Kepahiang
2004;BPS Rejang Lebong).
Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat kabupaten Kepahiang sebagian besar
tidak atau belum tamat Sekolah Dasar (46,2%), tamat SD (27,7%) dan
sisanya tamat SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi.
Sosiologis
Dengan tingkat pendidikan yang relatif masih rendah tersebut
tentunya sangat berpengaruh pada pola pikir dan pandangan
masyarakat terhadap kesehatan. Namun kondisi tersebut saat ini
mulai mengalami perubahan dimana seiring dengan peningkatan
sektor ekonomi masyarakat yang berakibat meningkatnya kesadaran
dalam memenuhi tingkat pendidikan kecenderungan yang positif
terhadap keberadaan RSUD Kepahiang.
Psikologis/ Psikografis
Faktor ini memperlihatkan kepribadian dari konsumen, sikap
konsumen, manfaat dari produk yang diinginkan. Di Kabupaten
Kepahiang belum pernah ada penilaian terhadap factor ini, sehingga
tidak didapat data mengenai factor ini.
22
Melakukan segmentasi pasar dilakukan dengan merangkum situasi
terkini dalam ruang pasar yang sudah dikenal, yaitu :
a. Faktor demografi
• Umur
Distribusi umur terbanyak di kabupaten Kepahiang adalah berusia
produktif (15-64 tahun).
• kepadatan penduduk
kepadatan tertinggi di Wilayah Kerja Kecamatan Kepahiang sebesar
404 jiwa/Km2
• Jenis kelamin
50,59 % atau 65.789 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 49,41 %
atau 64.267 berjenis kelamin perempuan
• Agama
75 % penduduk Kepahiang beragama Islam
• Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat kabupaten Kepahiang sebagian
besar tidak atau belum tamat Sekolah Dasar (46,2%)
• Tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan penduduk Kabupaten Kepahiang tahun 2004
yang tercermin dari nilai PDRB perkapita yaitu 6.165.999 rupiah,
masih di bawah rata-rata nasional
b. Faktor sosiologis
Pola pikir dan pandangan masyarakat terhadap kesehatan masih
rendah.
c. Faktor psikologis/psikografis
Di Kabupaten Kepahiang belum pernah ada penilaian terhadap factor
ini, sehingga tidak didapat data mengenai factor ini
23
Kerangka yang merekonstruksi elemen-elemen nilai pembeli dalam
membuat kurva nilai baru.
a). Menghapuskan
• faktor jenis kelamin dihapuskan karena tidak terdapat perbedaan
yang signifikan pada jumlah pria dan wanita.
• Faktor Pendidikan, tidak ada pembedaan pendidikan untuk
perlakuan pada konsumen
• Faktor umur, tidak hanya yang berusia produktif yang menjadi
konsumen RS
b). Mengurangi
• Faktor Kepadatan Penduduk
c). Meningkatkan
• Faktor Tingkat Pendapatan, pelayanan kepada seluruh konsumen
• Faktor Sosiologis, meningkatkan pola pikir konsumen tentang
kesehatan
d). Menciptakan
• Faktor kepribadian Konsumen
• Faktor agama
• Faktor Sikap Konsumen
• FAktor manfaat Produk bagi Konsumen
3. Skema Hapuskan-Kurangi-Tingkatkan-Ciptakan
Alat ini adalah alat analisis pelengkap bagi kerangka kerja empat
langkah,
Menghapuskan Meningkatkan
Perbedaan Gender Tingkat Pendapatan
Kualitas Pendidikan Konsumen Pola Pikir tentang Kesehatan
Kualitas Umur
24
Mengurangi Menciptakan
Segmen hanya Penduduk Pelayanan pada kepribadian
kecamatan Kepahiang Konsumen
Pemberian Pelayanan disesuaikan
dengan agama konsumen
Pelayanan pada sikap konsumen
Benefit konsumen
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
Menghapuskan Meningkatkan
Perbedaan Gender Tingkat Pendapatan
Kualitas Pendidikan Konsumen Pola Pikir tentang Kesehatan
25
Kualitas Umur
Mengurangi Menciptakan
Segmen hanya Penduduk Pelayanan pada kepribadian
kecamatan Kepahiang Konsumen
Pemberian Pelayanan disesuaikan
dengan agama konsumen
Pelayanan pada sikap konsumen
Benefit konsumen
26
BAB V
PENYUSUNAN PROGRAM
27
berkesinambungan proses-proses RS agar dapat memenuhi dan
melebihi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan.
Perlu dipastikan adanya keseimbangan antara kepuasan
pelanggan dengan pihak lain yang berkepentingan, seperti pemilik,
karyawan, pemasok, pemodal, masyarakat, dan negara.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran maka program fungsi RSUD
Kepahiang adalah :
Pelayanan Kesehatan
Pemulihan Kesehatan
Pelayanan Instalasi Pemeliharaan Sarana
BAB VI
PENUTUP
1. Kesimpulan
28
b. Banyak hambatan dalam meniru strategi Samudra Biru, dimana
inovasi nilai serta analisis yang digunakan tidak dapat
terimplementasikan dengan sesuai di konteks rumah sakit.
c. RSUD Kepahiang sebagai rumah sakit daerah dalam melakukan
perubahan strategi dengan menggunakan samudra biru harus
menuntut adanya perubahan politik dan hal ini sulit dilakukan.
2. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
29
Rumah Sakit Umum Daerah Kepahiang, 2007, Laporan Tahunan RSUD
Kepahiang Tahun 2006
30