You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan usaha yang
sangat strategis dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia baik
fisik maupun mental yang akhirnya bermuara pada peningkatan
kualitas manusia Indonesia sebagai obyek dan pelaku pembangunan.
Melihat penting serta strategisnya masalah kesehatan ini, maka
diperlukan pembangunan fasilitas, sistem manajemen dan
pelaksanaan yang memadai. Peningkatan pembangunan kesehatan
bukan semata-mata tangggungjawab pemerintah, tetapi juga
tanggung jawab seluruh masyarakat, khususnya yang berperan dalam
penyediaan sarana dan pengolahan jasa menyesuaikan dengan
perubahan tersebut agar mereka tetap eksis pelayanan kesehatan.
Rumah Sakit yang merupakan bagian dari sistem kesehatan
nasional dituntut untuk meningkatkan kualitas penyediaan fasilitas,
pelayanan dan kemandirian. Dengan demikian rumahsakit merupakan
salah satu pelaku pelayanan kesehatan dalam bentuk badan usaha
yang kompetitif harus dikelola oleh pelaku yang mempunyai jiwa
wirausaha yang mampu menciptakan efisiensi, keunggulan dalam
kualitas dan pelayanan, keunggulan dalam inovasi serta unggul dalam
merespon kebutuhan pasien.
Dengan perkembangan yang ada , Rumah Sakit telah masuk
kedalam suatu industri pelayanan kesehatan yang kompetitif
sehingga Rumah Sakit harus berusaha untuk selalu mengetahui posisi
dirinya dalam persaingan.
Dalam perkembangannya, pelayanan rumah sakit tidak terlepas
dari pembangunan ekonomi masyarakat. Perkembangan ini tercermin
pada perubahan fungsi klasik rumah sakit yang pada awalnya hanya

1
memberi pelayanan yang bersifat penyembuhan terhadap pasien
melalui rawat inap. Pelayanan rumah sakit kemudian bergeser karena
kemajuan ilmu pengetahuan (teknologi kedokteran) dan peningkatan
pendapatan serta pendidikan masyarakat. Pelayanan kesehatan rumah
sakit saat ini tidak hanya bersifat penyembuhan tetapi juga bersifat
pemulihan (rehabilitasi) yang dilaksanakan secara terpadu melalui
upaya promosi kesehatan dan pencegahan
Otonomi daerah di Indonesia yang dimulai pada tahun 1988
dengan didasarkan pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1999 tentang perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah, kemudian mengalami perubahan dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004,
membuat perubahan yang sangat mendasar dalam sistem
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan sistem pengelolaan
sumber pendapatan daerah. Undang-Undang tersebut menegaskan
bahwa pembangunan kesehatan merupakan salah satu bidang
pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah daerah
(propinsi) dan bertanggungjawab sepenuhnya dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan dalam meningkatkan taraf kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah daerah memiliki peran yang
sangat penting dan strategis dalam upaya mempercepat derajat
kesehatan masyarakat
Kondisi ini baik secara langsung maupun tidak langsung
berimbas pada paradigma RSD sebagai salah satu Satuan Kerja
Instansi Pemerintah (SKPD) yang dulu merupakan lembaga yang cost
centre, kini harus merubah orientasinya dengan memadukan service
public oriented dan profit oriented serta mengedepankan terciptanya
suatu lembaga publik yang berorientasi pada value for money.
Rumah Sakit Daerah (RSD) kini harus merubah orientasinya
dengan memadukan service public oriented dan profit oriented.

2
Sebagai salah satu sarana kesehatan di daerah, keberadaan RSD
masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Kondisi ini
disebabkan perlengkapan medis yang masih minim dan pelayanan
yang diberikan belum bisa memberikan harapan masyarakat (pasien).

B. Permasalahan
Rumah Sakit yang berfokus pada pelanggan mempunyai
informasi unggulan tentang kebutuhan-kebutuhan pelanggan ( pasien )
yang terus berubah dan menggunakan keunggulan kompetitif ini untuk
mempertahankan hunian
Saat ini, rumahsakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan
menghadapi tekanan berupa tingginya biaya operasional, terbatasnya
sumberdaya, tuntutan terhadap peningkatan pelayanan kesehatan dan
resiko yang ditimbulkan oleh kesalahan medis (medical error). Untuk
dapat menjawab permasalahan-permasalahan tersebut harus
merespon terhadap perubahan lingkungan dengan menggunakan
pendekatan manajemen pemasaran strategis.
Rumah Sakit Umum Daerah Kepahiang yang merupakan unit
pelayanan masyarakat yang terintegral dengan pemerintah daerah
Kabupaten Kepahiang melaksanakan upaya pengembangan untuk
meningkatkan pelayanan yang bermutu, terjangkau dan memperluas
akses bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan sebagai pusat
rujukan kesehatan tertinggi di Kabupaten Kepahiang.
Dalam mengembangkan pelayanan yang berorientasi pada
service public oriented dan profit oriented , RSUD Kepahiang
melakukan strategi pemasaran dengan melakukan analisis pada
konsumen.

C. Tujuan
Tujuan Umum dari penulisan makalah ini sebagai tugas pengganti
Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Manajemen Pemasaran.

3
Tujuan khusus:
• Melakukan analisis konsumen dengan menggunakan Blue
Ocean Strategy di RSUD Kepahiang
• Menyusun strategi pemeliharaan konsumen di RSUD
Kepahiang melalui hasil analisis konsumen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Pemasaran
manajemen pemasaran adalah :
Suatu proses perencanaan dan pelaksanaan dari perwujudan dari
pemberian harga, promosi, dan distribusi dari barang-barang, jasa dan
gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran
yang memenuhi tujuan pelayanan organisasi.

Strategi pemasaran adalah rencana pemasaran untuk menentukan


pasar dan konsep bauran pemasaran. E.Jerome McCarthy dan StanlY
J.Saphiro mendefenisikan strategi pemasaran sebagai berikut :
"Marketing strategy is a target market and a related marketing
mix"
Strategi pemasaran adalah pasar sasaran dan bauran
pemasaran yang berhubungan.

Dalam hal ini menurutnya terdapat dua bagian yang saling


berhubungan :
1. Pasar sasaran : kelompok konsumen yang relatif sama yang
ingin diraih perusahaan
2. Bauran pemasaran : variabel-variabel yang terkontrol yang
dilaksanakan oleh perusahaan untuk memuaskan kelompok

4
sasaran.

Inti pemasaran strategis modern terdiri atas tiga langkah pokok yaitu
Segmentasi, Penentuan Pasar Sasaran dan Positioning. Ketiga langkah
ini sering disebut STP (Segmenting, Targetting, Positioning).

Langkah-langkah dalam Segmentasi Pasar, Penetapan Pasar


Sasaran dan
Penetapan Posisi.

TARGET PASAR
Untuk menentukan konsumen yang akan dijadikan sebagai
target pasar, maka pasar yang ada perlu dibagi atas beberapa segmen
tertentu. Hal ini disebabkan bahwa di setiap pasar, konsumen
mempunyai kebutuhan yang berbeda, pola pembelian dan pendapatan
yang berbeda serta tanggapan yang tidak sama untuk setiap
kebijaksanaan pemasaran yang diterapkan.
Pada dasarnya segmentasi pasar dapat dilakukan atas, dasar :

5
Faktor demografi, seperti : umur, kepadatan penduduk, jenis
kelamin; agama, pendidikan, tingkat penghasilan dan sebagainya.
Faktor sosiologis, seperti : kelompok budaya, kelas-kelas sosial dan
sebagainya.
Faktor psikologis/psikografis, seperti : kepribadian, sikap, manfaat
produk yang diinginkan, dan sebagainya.

B. Blue Ocean Strategy


Strategi ini menantang perusahaan untuk keluar dari persaingan
dengan cara menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya,
dengan kompetisis pun tidak menjadi relevan.
Strategi Samudra Biru mengikuti logika strategis yang disebut
inovasi nilai. Inovasi nilai memberikan penekanan setara pada nilai dan
inovasi. Inovasi nilai terjadi hanya ketika perusahaan memadukan
inovasi dengan utilitas, harga dan posisi biaya.
Inovasi nilai diciptakan dalam wilayah dimana tindakan
perusahaan secara positif mempengaruhi struktur biaya dan tawaran
nilai bagi pembeli. Penghematan biaya dilakukan dengan
menghilangkan dan mengurangi factor-faktor yang menjadi titik
persaingan dalam industri.
Penciptakan samudera biru adalah soal menekan biaya sembari
meningkatkan nilai bagi pembeli. Nilai Pembeli berasal dari utilitas
dan harga yang ditawarkan perusahaan kepada pembeli. Nilai
Perusahaan dihasilkan dari harga dan struktur biaya.
Inovasi nilai tercapai hanya ketika keseluruhan sistem kegiatan
utilitas, harga, dan biaya perusahaan terpadu dengan tepat.
Pendekatan keseluruhan sistem ini yang menjadikan penciptaan
samudera biru sebagai sebuah strategi berkesinambungan.

6
Strategi Samudra Biru
• Menciptakan ruang pasar yang belum ada pesaingnya
• Menjadikan kompetisis tidak relevan
• Menciptakan dan menangkap permintaan baru
• Mendobrak pertukaran nilai-biaya
• Memadukan keseluruhan sistem kegiatan perusahaan dalam
mengejar diferensiasi dan biaya rendah

Enam Prinsip Strategi Samudra Biru


Prinsip-prinsip Perumusan Faktor Risiko yang ditangani oleh
setiap prinsip
1. Merekontruksi batasan- Kurangnya Risiko pencarian
batasan pasar
2. Fokus pada gambaran Kurangnya Risiko perencanaan
besar, bukan pada angka
3. Menjangkau melalui Kurangnya risiko skala
permintaan yang ada
4. Melakukan rangkaian Kurangnya risiko model bisnis
strategis dengan tepat

Prinsip-prinsip Faktor Risiko yang ditangani oleh


Eksekusi/Pelaksanaan setiap prinsip
Kurangnya risiko organisasi
5. Mengatasi hambatan-
hambatan utama dalam Kurangnya risiko manajemen
Organisasi
6. Mengintegrasikan eksekusi
ke dalam strategi

7
Kerangka Kerja Analisis Samudra Biru
a. Kanvas Strategi
Kanvas strategi adalah kerangka aksi sekaligus diagnosis untuk
membangun strategi samudra biru.
Dalam kerangka kerja ini, dilakukan pengarahan kembali focus strategi
dari pesaing ke alternative, dan dari konsumen ke nonkonsumen.
Fungsi :
Merangkum situasi terkini dalam ruang pasar yag sudah dikenal

b. Kerangka Kerja Empat Langkah


Kerangka yang merekonstruksi elemen-elemen nilai pembeli dalam
membuat kurva nilai baru.

Hapuskan
Faktor-faktor apa yg
harus dihapuskan dari
factor-faktor yang
telah diterima begitu
saja oleh industri

Ciptakan
Kurangi
Faktor-faktor apa yang
Faktor-faktor apa
belum pernah
yang harus dikurangi KURVA ditawarkan industri
hingga di bawah NILAI sehingga harus
standar industri BARU diciptakan?

Tingkatkan
Faktor-faktor apa
yang harus
ditingkatkan hingga
di atas standar
industri

8
c. Skema Hapuskan-Kurangi-Tingkatkan-Ciptakan
Alat ini adalah alat analisis pelengkap bagi kerangka kerja empat
langkah. Skema ini mendorong perusahaan untuk tidak hanya
menanyakan empat pertanyaan dari analisa sebelumnya, tetapi juga
bertindak berdasarkan keempat pertanyaan untuk menciptakan suatu
kurva nilai baru
Skema berikut :

Skema Hapuskan-Kurangi-Tingkatkan-Ciptakan
Menghapuskan Meningkatkan
Istilah dan Sebutan Khusus Harga versus produk biasa
Kualitas Usia Keterlibatan perusahaan ritel
Pemasaran above the line

Mengurangi Menciptakan
Kerumitan produk Kemudahan dalam pelayanan
Ragam Produk produk
Prestise Produk Kemudahan dipilih

Ciri Strategi yang Baik


Strategi samudra biru yang efektif memiliki tiga kualitas yang saling
melengkapi, yaitu :
• Fokus
• Gerak menjauh (divergensi)
• Moto utama

Rumusan Strategi Samudra Biru


1. Merekonstruksi batasan-batasan pasar untuk menjauh

9
dari kompetisi dan mencipatakan samudra biru
Enam Langkah merekonstruksi batasan-batasan Pasar :
a). Mencermati industri-industri alternatif
Alternatif mencakup produk atau jasa yang memiliki fungsi dan bentuk
berbeda, tetapi tujuan sama.

b). Mencermati kelompok-kelompok Strategis dalam Industri


Sekelompok perusahaan dalam suatu industri yang mengejar strategi
sama yan diperingkatkan dalam sebuah tatanan hierarkis kasar yang
dibangun berdasarkan dua dimensi, yaitu harga dan kinerja.
c). Mencermati Rantai Pembeli
Dengan mencermati kelompok pembeli, perusahaan bias
mendapatkan pengetahuan baru mengenai bagaimana cara
mendesain ulang kurva nilai mereka untuk berfokus pada kelompok
pembeli yang sebelumnya diabaikan.

d). Mencermati Penawaran Produk dan Jasa Pelengkap

e). Mencermati Daya Tarik Emosional atau Fungsional bagi Pembeli


Industri berorientasi emosional menawarkan banyak kelebihan yang
meningkatkan harga tanpa meningkatkan fungsionalitas.
Industri berorientasi fungsional sering bisa menyuntikkan jiwa baru
kepada produk-produk komoditas dengan menambahkan emosi dan
dengan melakukan itu, bisa merangsang permintaan baru.

f). Mencermati Waktu


Dengan mencermati waktu, dari nilai yang diberikan pasar saat ini ke
nilai yang mungkin diberikan pasar di masa depan, dapat membentuk
masa depan dan membuka samudra biru baru.
Ada tiga prinsip dalam menilai tren lintas-waktu, diskontinuitas dalam
teknologi, munculnya gaya hidup baru, perubahan atau lingkungan

10
social.

2. Fokus pada Gambaran Besar, Bukan pada Angka


Empat langkah dalam memvisualkan strategi
1.Kebangkitan 2. Eksplorasi 3. Pameran 4. Komunikasi
Visual Visual Strategi Visual Visual

• Membandi • Pergi ke • Menggambar • Tuangkan


ngkan bisnis lapangan kanvas profil
dengan bisnis untuk strategi strategis
pesaing menjelajahi masa depan yang lalu
dengan enam jalan berdasarkan dan akan
menggambar penciptaan pada datang untuk
kanvas samudra wawasan dibandingka
strategi yang biru yang didapat n
ada dari
• Mengamati pengamatan • Dukung
• Melihat keunggulan di lapangan hanya
perubahan khas dari proyek-
apa yang produk dan • Mendapatka proyek dan
perlu jasa n umpan- langkah-
dilakukan alternative balik langkah
pada strategi mengenai operasional
kanvas yang
• Melihat strategi memungkink
factor apa alternative an
yang harus dari perusahaan
dihapuskan, konsumen, menutup
diciptakan konsumen celah demi
atau diubah pesaing, dan mewujudkan
nonkonsume strategi baru
n.

• Menggunaka
n umpan-
balik itu
untuk
membangun
strategi
masa depan
terbaik

3. Menjangkau Melampaui Permintaan yang Ada

11
Perusahaan harus menentang dua praktik strategi konvensional,
pertama, berfokus pada konsumen yang ada.
Kedua, dorongan mempertajam segmentasi demi mengakomodasi
perbedaan di pihak pembeli.

Tiga Tingkatan Nonkonsumen


Untuk mengubah permintaan laten menjadi permintaan riil dalam
bentuk banyaknya konsumen baru, perusahaan perlu memahami
mengenai dunia non konsumen.
Tingkat pertama, yang terdekat dengan pasar yaitu berada di tubir
pasar yang merupakan pembeli yang meski melakukan pembelian atas
produk suatu industri karena kebutuhan, tetapi secara mental
merupakan nonkonsumen dari industri. Pada tingkatan ini, siap
berpindah jika diberikan lompatan nilai sehingga mampu
meningkatkan frekuansi pembelian serta menjadikan permintaan laten
yang besar.
Tingkat Kedua, Nonkonsumen penolak yang secara sadar memilih
untuk berada di luar pasar.
Tingkat Ketiga, Nonkonsumen yang belum dijajaki yang berada di
pasar yang letaknya jauh dari pasar kita, yang tidak pernah berpikir
bahwa penawaran dari industri kita adalah suatu pilihan.
4. Menjalankan Rangkaian Strategis Secara Benar
Rangkaian Strategi Samudra Biru
Utilitas bagi pembeli Tidak-Pikirkan
Apakah dalam ide bisnis terdapat Ulang
Ya
utilitas yang istimewa bagi
pembeli?
Harga
Apakah harga bisa terjangkau
oleh massa pembeli?
YA Tidak-Pikirkan Ulang

Biaya
Bisakah mencapai sasaran

12
strategis demi meraih laba pada
harga strategis?
Ya Tidak Pikirkan-Ulang

Pengadopsian
Apakah hambatan-hambatan Tidak Pikirkan-Ulang
pengadopsian dalam mewujudkan
ide bisnis? Ide Samudra Biru
Ya yang Layak secara
Apakah sudah menangani
Komersil
hambatan-hambatan itu secara
langsung?

Menguji Utilitas Istimewa


Enam Tahap dari Siklus Pengalaman Pembeli
1 2 3 4 5 6
Pembelia Pengrim Pengguna Pelengk Perawat Pembuang
n an an ap an an
Produktifitas
Konsumen
Kesederhana
Enam Lapisan Utilitas

an

Kenyamanan

Risiko

Keceriaan
dan Citra
Keramahan
Terhadap
lingkungan

5. Mengatasi Rintangan-rintangan Utama Organisasi


Strategi samudra biru dilandaskan pada pergeseran dari konvergensi
ke divergensi ke dalam kurva nilai dengan biaya rendah. Hal ini
meningkatkan kadar kesulitan eksekusi.
Empat rintangan :
• Rintangan Kognitif
Yaitu menyadarkan karyawan akan pentingnya perpindahan

13
strategis.
• Keterbatasan Sumber Daya
Semakin besar pergeseran dalam strategi, semakin besar
sumber daya yang dibutuhkan untuk mengeksekusi strategi.
• Motivasi
Staf yag tidak mempunyai motivasi
• Rintangan Politis

6. Mengintegrasikan Eksekusi ke dalam Strategi


Agar dapat membangun kepercayaan dan komitmen orang-orang
dalam hierarki dan mendorong kerja sama sukarela, maka perusahaan
harus mengintegrasikan eksekusi ke dalam strategi sejak awal.

Konsekuesi Kehadiran dan Ketiadaan Proses yang Adil dalam


Perumusan Strategi terhadap Eksekusi.
Pengakuan
Intelektual dan Kerja sama
Proses yang Emosional Kepercayaan Sukarela dalam
Adil dan Koitmen Eksekusi
Strategi

Penolakan
Pelanggaran Pelecehan Ketidakpercaya
untuk
Proses yang Emosional dan an dan
Mengeksekusi
Adil Intelektual Penolakan
Strategi

14
C. Gambaran Umum Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menkes RI Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006, Rumah
Sakit didefinisikan sebagai suatu fasilitas pelayanan kesehatan
perorangan yang menyediakan rawat inap dan rawat jalan yang
memberikan pelayanan kesehatan jangka pendek dan jangka panjang
yang terdiri dari observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitatif
untuk orang-orang yang menderita sakit, cidera, dan melahirkan.

Skema 1. Klasifikasi RS di Indonesia

Rumah Sakit

RS Pemerintah RS Swasta

Umum Non Umum Lembaga sosial Lembaga profit

Depkes TNI/POLRI

Pemda BUMN

Dep. lain

15
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit
Umum dan ditegaskan oleh Per Menkes 1045 tahun 2006, klasifikasi ini
mengalami sedikit perubahan dimana Rumah Sakit Umum Pemerintah
Pusat dan Daerah diklasifikasikan menjadi rumahsakit umum Kelas A,
B, C, dan D, sebagai berikut :
1. RSU Kelas A adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan
subspesialistik luas.
2. RSU Kelas B adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11
spesialistik dan subspesialistik terbatas.
3. RSU Kelas C adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar.
4. RSU Kelas D adalah RSU yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis dasar.
Berdasarkan Kep Menkes Nomor 806b/Menkes/SK/XII/1987 tentang
Klasifikasi RS Swasta, klasifikasi RS Swasta terdiri dari :
1. Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, memberikan pelayanan
medik bersifat umum.
2. Rumah Sakit Umum Swasta Madya, memberikan pelayanan
medik bersifatumum dan spesialistik dalam 4 cabang.
3. Rumah Sakit Umum Swasta Utama, memberikan pelayanan
medik bersifat umum, spesialistik, dan subspesialistik.

B, Pelayanan di Rumah Sakit


Setiap rumah sakit mempunyai kemampuan berbeda dalam
memberikan pelayanan kepada pasiennya, pada dasarnya pelayanan
di rumah sakit dapat dikelompokkan menjadi :
1) Pelayanan medik :
a) pelayanan medik umum

16
b) pelayanan medik spesialistik dan sub spesialistik
2) Pelayanan penunjang medik :
a) Laboratorium
b) Anestesi
c) Gizi
d) Farmasi
e) Rehabilitasi medik

3) Pelayanan penunjang :
a) Administrasi
b) Pemeliharaan : Bahan linen
Pengadaan air
Kelistrikan
Bangunan dan pertamanan
Peralatan
Mesin
Sanitasi/kebersihan lingkungan
c) Pelayanan: Komunikasi
Transportasi
Pengamanan
Perawatan jenazah

17
BAB III
ANALISIS KONSUMEN DI RSUD KEPAHIANG
KABUPATEN KEPAHIANG PROPINSI BENGKULU

Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Kepahiang (demografi).


Sejak berlakunya undang-undang Nomor 22 tahun 1999 yang

18
direvisi menjadi undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, memberikan peluang bagi pemerintahan daerah
untuk menyelenggarakan pemerintahannya secara mandiri, dengan
wewenang yang seluas-luasnya baik ditingkat propinsi, kabupaten/kota
maupun ditingkat kecamatan dan desa/kelurahan.
Sebagai dampak disahkannya undang-undang otonomi daerah,
di Propinsi Bengkulu diberlakukan undang-undang nomor 39 tahun
2003 tentang Pembentukan Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten
Lebong dari Kabupaten Rejang Lebong. Sehingga mulai tahun 2003
terbentuklah Pemerintahan Kabupaten Kepahiang.
Kabupaten kepahiang dengan luas wilayah 664,80 Km2 pada tahun
2004 sampai dengan pertengahan 2005 memiliki 4 Kecamatan dan 84
Desa, dan pada tahun 2006 Kabupaten Kepahiang memiliki 8
Kecamatan dan 91 Desa dan 3 Kelurahan.
Kabupaten Kepahiang mempunyai batas wilayah sebagai berikut:
• Utara berbatasan dengan Kecamatan Curup, Kecamatan
Sindang Kelingi dan Kecamatan Padang Ulak Tanding
Kabupaten Rejang Lebong
• Timur berbatasan dengan Kecamatan ulu musi Kabupaten
Lahat Propinsi sumatera Selatan
• Selatan berbatasan dengan Kecamatan Taba Penanjung
Kabupaten Bengkulu Utara
• Barat berbatasan dengan Kecamatan Pagar Jati Kabupaten
bengkulu utara dan Kecamatan bermani Ulu Kabupaten
Rejang lebong.

Kependudukan
Penduduk Kabupaten Kepahiang tahun 2006 sebesar 130.056
jiwa dengan persebaran yang cukup bervariasi. Secara umum tingkat
kepadatan penduduk di daerah Kabupaten Kepahiang masih relatif

19
sangat rendah dibanding dengan daerah lainnya, dikarenakan
perbandingan antara jumlah penduduk dan luas wilayah masih sangat
kecil. Selain itu penyebaran pemukiman penduduk masih
terkonsentrasi pada daerah perkotaan atau daerah pusat kegiatan
ekonomi.
Bila dilihat jumlah penduduk setiap Kecamatan dimana
Kecamatan yang terbanyak penduduknya adalah Kecamatan
Kepahiang dengan jumlah penduduk 34.903 jiwa dan terendah adalah
Kecamatan Seberang Musi dengan jumlah penduduk 7782 Jiwa.

a. Komposisi Penduduk
1. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Distribusi penduduk Kabupaten Kepahiang pada tahun 2006
menurut kelompok umur menunjukkan bahwa 62,49 % berusia
produktif (15-64 tahun), 32.24 % berusia muda (0-14 tahun) dan 5,28
% berusia 65 tahun keatas sehingga angka beban tanggungan
(depedency ratio) penduduk sebesar 60,04 %.
2. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan data Profil Kesehatan Puskesmas di Kabupaten
Kepahiang tahun 2006, dari total penduduk sebanyak 13.0056 jiwa,
50,59 % atau 65.789 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 49,41 % atau
64.267 berjenis kelamin perempuan. Berarti rasio jenis kelamin (sex
ratio) penduduk Kabupaten Kepahiang adalah sebesar 102,4

b. Persebaran Penduduk

Kepadatan Penduduk
Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Kepahiang Tahun 2006

20
meningkat dari 193 jiwa/Km2 menjadi 196 jiwa/Km2. dengan kepadatan
tertinggi di Wilayah Kerja Kecamatan Kepahiang sebesar 404 jiwa/Km2
dan terendah di wilayah kerja Kecamatan Bermani Ilir sebesar 93
jiwa/Km2.

Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan dan Puskesmas


Penyebaran Penduduk Kabupaten Kepahiang ditinjau menurut Wilayah
Kerja Puskesmas relatif tidak merata. Hingga tahun 2006 Penduduk
Kabupaten Kepahiang lebih banyak terdapat di wilayah kerja
Puskesmas Pasar Kepahiang sebesar 18 %, dan penyebaran paling
sedikit berada di wilayah kerja Puskesmas Muara Langkap sebesar 3
%. Hal ini terjadi karena Puskesmas Pasar Kepahiang berada di
Kecamatan Kepahiang yang merupakan Pusat administrasi
pemerintahan Kabupaten Kepahiang. Selain itu Kecamatan Kepahiang
juga sebagai pusat kegiatan ekonomi (perdagangan), sehingga
penduduk cenderung untuk bertempat tinggal di Kecamatan
Kepahiang.

Keadaan Ekonomi
Secara umum tingkat pendapatan penduduk Kabupaten
Kepahiang tahun 2004 yang tercermin dari nilai PDRB perkapita atas
dasar harga berlaku mengalami peningkatan dibandingkan dengan
PDRB perkapita tahun 2003. Tahun 2004 PDRB perkapita penduduk
Kabupaten Kepahiang terjadi peningkatan sebesar 8,27 % atau
menjadi 6.165.999 rupiah. Walaupun sudah terjadi peningkatan tetapi
PDRB perkapita penduduk masih dibawah rata-rata nasional.
Perkembangan PDRB perkapita Kabupaten Kepahiang atas dasar harga
berlaku.
Sementara itu bila ditinjau dari harga konstan, maka tingkat
pendapatan atau nilai riil PDRB perkapita penduduk Kabupaten
Kepahiang pada tahun 2004 mengalami peningkatan sebesar 3,72 %

21
dibandingkan dengan tahun 2003 yakni dari 4.443.407 rupiah menjadi
4.608.801 rupiah. Rendahnya tingkat pertumbuhan PDRB perkapita
dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Kepahiang disebabkan pertambahan jumlah penduduk Kabupaten
Kepahiang yang relatif besar. (Indikator Ekonomi Kabupaten Kepahiang
2004;BPS Rejang Lebong).

Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat kabupaten Kepahiang sebagian besar
tidak atau belum tamat Sekolah Dasar (46,2%), tamat SD (27,7%) dan
sisanya tamat SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi.

Sosiologis
Dengan tingkat pendidikan yang relatif masih rendah tersebut
tentunya sangat berpengaruh pada pola pikir dan pandangan
masyarakat terhadap kesehatan. Namun kondisi tersebut saat ini
mulai mengalami perubahan dimana seiring dengan peningkatan
sektor ekonomi masyarakat yang berakibat meningkatnya kesadaran
dalam memenuhi tingkat pendidikan kecenderungan yang positif
terhadap keberadaan RSUD Kepahiang.

Psikologis/ Psikografis
Faktor ini memperlihatkan kepribadian dari konsumen, sikap
konsumen, manfaat dari produk yang diinginkan. Di Kabupaten
Kepahiang belum pernah ada penilaian terhadap factor ini, sehingga
tidak didapat data mengenai factor ini.

Analisa Konsumen di RSUD Kepahiang dengan Menggunakan


Blue Ocean Strategy
1. Kanvas Strategi

22
Melakukan segmentasi pasar dilakukan dengan merangkum situasi
terkini dalam ruang pasar yang sudah dikenal, yaitu :
a. Faktor demografi
• Umur
Distribusi umur terbanyak di kabupaten Kepahiang adalah berusia
produktif (15-64 tahun).
• kepadatan penduduk
kepadatan tertinggi di Wilayah Kerja Kecamatan Kepahiang sebesar
404 jiwa/Km2
• Jenis kelamin
50,59 % atau 65.789 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 49,41 %
atau 64.267 berjenis kelamin perempuan
• Agama
75 % penduduk Kepahiang beragama Islam
• Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat kabupaten Kepahiang sebagian
besar tidak atau belum tamat Sekolah Dasar (46,2%)
• Tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan penduduk Kabupaten Kepahiang tahun 2004
yang tercermin dari nilai PDRB perkapita yaitu 6.165.999 rupiah,
masih di bawah rata-rata nasional

b. Faktor sosiologis
Pola pikir dan pandangan masyarakat terhadap kesehatan masih
rendah.

c. Faktor psikologis/psikografis
Di Kabupaten Kepahiang belum pernah ada penilaian terhadap factor
ini, sehingga tidak didapat data mengenai factor ini

2. Kerangka Kerja Empat Langkah

23
Kerangka yang merekonstruksi elemen-elemen nilai pembeli dalam
membuat kurva nilai baru.
a). Menghapuskan
• faktor jenis kelamin dihapuskan karena tidak terdapat perbedaan
yang signifikan pada jumlah pria dan wanita.
• Faktor Pendidikan, tidak ada pembedaan pendidikan untuk
perlakuan pada konsumen
• Faktor umur, tidak hanya yang berusia produktif yang menjadi
konsumen RS
b). Mengurangi
• Faktor Kepadatan Penduduk
c). Meningkatkan
• Faktor Tingkat Pendapatan, pelayanan kepada seluruh konsumen
• Faktor Sosiologis, meningkatkan pola pikir konsumen tentang
kesehatan
d). Menciptakan
• Faktor kepribadian Konsumen
• Faktor agama
• Faktor Sikap Konsumen
• FAktor manfaat Produk bagi Konsumen

3. Skema Hapuskan-Kurangi-Tingkatkan-Ciptakan
Alat ini adalah alat analisis pelengkap bagi kerangka kerja empat
langkah,
Menghapuskan Meningkatkan
Perbedaan Gender Tingkat Pendapatan
Kualitas Pendidikan Konsumen Pola Pikir tentang Kesehatan
Kualitas Umur

24
Mengurangi Menciptakan
Segmen hanya Penduduk Pelayanan pada kepribadian
kecamatan Kepahiang Konsumen
Pemberian Pelayanan disesuaikan
dengan agama konsumen
Pelayanan pada sikap konsumen
Benefit konsumen

BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

Setelah melakukan analisa terhadap konsumen di RSUD Kepahiang


didapatkan hasil :

Menghapuskan Meningkatkan
Perbedaan Gender Tingkat Pendapatan
Kualitas Pendidikan Konsumen Pola Pikir tentang Kesehatan

25
Kualitas Umur

Mengurangi Menciptakan
Segmen hanya Penduduk Pelayanan pada kepribadian
kecamatan Kepahiang Konsumen
Pemberian Pelayanan disesuaikan
dengan agama konsumen
Pelayanan pada sikap konsumen
Benefit konsumen

Kemudian dilakukan strategi Samudra Biru yang disesuaikan


dengan analisis pada konsumen, yaitu Strategi Menjangkau
Melampaui Permintaan yang Ada, hal ini dilakukan karena pada
analisa konsumen didapatkan hasil factor menciptakan lebih banyak
dibandingkan factor lainnya.
Pada strategi ini RSUD harus menentang dua praktik strategi
konvensional, pertama, berfokus pada konsumen yang ada. Kedua,
dorongan mempertajam segmentasi demi mengakomodasi perbedaan
di pihak pembeli.

Tiga Tingkatan Nonkonsumen


Untuk mengubah permintaan laten menjadi permintaan riil dalam
bentuk banyaknya konsumen baru, RSUD Kepahiang perlu memahami
mengenai dunia non konsumen.
Tingkat pertama, yang terdekat dengan pasar yaitu berada di tubir
pasar yang merupakan pembeli yang meski melakukan pembelian atas
produk suatu jasa RS.
Tingkat Kedua, Nonkonsumen penolak yang secara sadar memilih
untuk berada di luar pasar.
Tingkat Ketiga, Nonkonsumen yang belum dijajaki yang berada di
daerah yang letaknya jauh dari RSUD Kepahiang.

26
BAB V
PENYUSUNAN PROGRAM

Pandangan RS terhadap strategi pemasaran harus dilakukan


evolusi yaitu dengan menggunakan Blue Ocean Strategy. Era ini dapat
didefinisikan sebagai sistem manajemen strategi dan integratif yang
melibatkan semua manajer dan karyawan, serta menggunakan
metode-metode kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki secara

27
berkesinambungan proses-proses RS agar dapat memenuhi dan
melebihi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan.
Perlu dipastikan adanya keseimbangan antara kepuasan
pelanggan dengan pihak lain yang berkepentingan, seperti pemilik,
karyawan, pemasok, pemodal, masyarakat, dan negara.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran maka program fungsi RSUD
Kepahiang adalah :
Pelayanan Kesehatan
Pemulihan Kesehatan
Pelayanan Instalasi Pemeliharaan Sarana

BAB VI
PENUTUP

1. Kesimpulan

a. Rumah Sakit yang berfokus pada pelanggan mempunyai informasi


unggulan tentang kebutuhan-kebutuhan pelanggan ( pasien ) yang
terus berubah dan menggunakan keunggulan kompetitif ini untuk
mempertahankan hunian.

28
b. Banyak hambatan dalam meniru strategi Samudra Biru, dimana
inovasi nilai serta analisis yang digunakan tidak dapat
terimplementasikan dengan sesuai di konteks rumah sakit.
c. RSUD Kepahiang sebagai rumah sakit daerah dalam melakukan
perubahan strategi dengan menggunakan samudra biru harus
menuntut adanya perubahan politik dan hal ini sulit dilakukan.

2. Saran-saran

a. Jika Rumah Sakit berorientasi pada pelanggan (paisen), maka yang


perlu diperhatikan adalah kemampuan dalam memperoleh
informasi kebutuhan pasien, informasi ini dapat diperoleh dari kotak
saran maupun dari surat pembaca di surat kabar.
b. Dalam melakukan strategi samudra biru harus memiliki data-data
yang komplit, sehingga diperlukan kerja sama dari berbagai pihak
untuk kelengkapan data.

DAFTAR PUSTAKA

W. Chan Kim, Renee Mouborgne, 2005, Blue Ocean Strategy, HBSP,


Boston

Tcandra Yoga Aditama, 2006, Manajemen Administrasi Rumah Sakit

Dinas Kesehatan Kepahiang, 2007, Profil Kesehatan Kabupaten


Kepahiang Tahun 2006

29
Rumah Sakit Umum Daerah Kepahiang, 2007, Laporan Tahunan RSUD
Kepahiang Tahun 2006

Sujudi dan Sumartini (1997). Prinsip-Prinsip Manajemen Rumah Sakit


UGM,Yogyakarta

Fatcie, Sunardi, Syafie Idrus, Analisis Orientasi Pasar Kearah


Keunggulan Kinerja Rumah Sakit Di Kota Dan Kabupaten Malang

Syahyunan, (2004), Strategi Pemasaran dalam Meningkatkan Volume


Penjualan, USU Digital Library

Nurul Kompyurini, Prasetyono, (2004), Analisis Kinerja Rumah Sakit


Daerah Dengan Pendekatan Balanced Scorecard Berdasarkan
Komitmen Organisasi, Pengendalian Intern Dan Penerapan Prinsip-
Prinsip Good Corporate Governance (Gcg) (Survei Pada Rumah Sakit
Daerah Di Jawa Timur), Simposium Nasional Akuntasi X

30

You might also like