Professional Documents
Culture Documents
Atas Kelas X
Materi Semester 1 dan 2
1
Daftar Isi
Semester 1
Bab 1Hakikat bangsa dan negara
A. Makna manusia, bangsa dan negara 1
1. Manusia Sebagai Makhluk Individu Dan Makhluk Sosial 1
2. Makna Bangsa 1
3. Negara 2
4. Unsur-Unsur Terbentuknya Negara 4
5. Fungsi Dan Tujuan Negara 8
B. Sikap semangat kebangsaan (Nasionalisme dan patriotisme)
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara 10
1. Nasionalisme 10
2. Patriotisme 11
Bab 2 Sistem Hukum Dan Peradilan Nasional
A. Sistem Hukum 13
1. Pengertian Sistem 13
2. Pengertian Hukum 13
3. Tujuan Hukum 13
4. Sumber Hukum 14
5. Penggolongan Hukum 15
6. Sanksi Hukum 15
7. Perbedaan Hukum Pidana dan Hukum Perdata 15
B. Peradilan Nasional 16
C. Menunjukkan sikap yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku 18
D. Upaya Pemberantasan Korupsi Di Indonesia 18
1. Pengertian Korupsi 18
2. Sebab-Sebab Terjadinya KKN 18
3. Akibat Terjadinya KKN 18
4. Fenomena Korupsi di Indonesia 19
E. Peran Serta Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi Di Indonesia 19
1. Upaya Pencegahan (Perventif) 19
2. Upaya Penindakan (Kuratif/Refresif) 19
3. Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa 20
4. Upaya Edukasi LSM 20
5. Peran Seta Masyarakat Dalam Pemberantasan Korupsi Di Indonesia 20
Bab 3 Pemajuan, Penghormatan, dan Perlindungan HAM
A. Pengertian Dan Macam-Macam HAM 22
1. Pengertian HAM 22
2. Macam-Macam HAM 22
3. Sejaran HAM 23
B. Peran Serta Dalam Upaya Pemajuan, Penghormatan, Dan Penegakan HAM di Indonesia 24
1. Perkembangan HAM di Indonesia 24
2. HAM dalam UUD 1945 25
3. UU RI No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM 26
i
4. Peran Seta dalam Upaya Penegakan HAM di Indonesia 26
5. Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia 27
C. Hambatan Dan Tantangan Dalam Upaya Pemajuan, Penghormatan, Dan
Penegakan HAM di Indonesia 27
1. Hambatan Penegakan HAM 27
2. Tantangan Penegakan HAM 28
3. Rencana Aksi Nasional HAM Indonesia 28
D. Instrumen Hukum dan Peradilan Internasional HAM
1. Instrumen Hukum Internasional HAM 29
2. Peradilan Internasional HAM 29
3. Pelanggaran dan Proses Peradilan HAM Internasional 30
Semester 2
Bab 4Hubungan Dasar Negara Dengan Konstitusi
A. Hubungan dasar negara dengan konstitusi
1. Pengertian Dasar Negara 33
2. Pengertian Konstitusi 33
3. Substansi Konstitusi Negara 33
B. Kedudukan Pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan RI Tahun 1945
1. Kedudukan Pembukaan UUD 1945 35
2. Makna yang Terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 36
3. Makna Pembukaan UUD 1945 Bagi Perjuangan Bnagsa Indonesia 36
4. Pokok-Pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945 37
5. Hubungan Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945 37
6. Tata Urutan Peraturan Perundangan-Undangan yang Berlaku di Indonesia 38
C. Pebandingan Konstitusi pada Negara Republik Indonesia dengan
Negara Liberal dan Negara Komunis
1. Konstitusi Negara Republik Indonesia 38
2. Konstitusi Pada Negara Liberal 39
3. Konstitusi pada Negara Komunis 40
D. Sikap Positif terhadap Konsitusi Negara 41
Bab 5 Persamaan Kududukan Warga Negara
A. Kewarganegaraan Republik Indonesia 43
1. Rakyat dalam Suatu Negara 43
2. Asas Kewarganegaraan 44
3. Penduduk dan Warga Indonesia 44
4. Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia 45
B. Kedudukan Warga Negara dan Pewarganegaraan
1. Kedudukan warga negara 45
2. Hak dan kewajiban dasar warga negara 45
3. Pewarganegaraan di Indonesia 46
4. Kehilangan kewarganegaraan republik Indonesia 47
C. Persamaan kedudukan warga negara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
1. Makna Persamaan 47
2. Jaminan Persamaan Hidup (Pendekatan Kultural) 47
ii
3. Jaminan Persamaan Hidup dalam Konstitusi Negara 48
D. Menghargai persamaan kedudukan warga negara tanpa membedakan Ras, agama, gender, golongan, budaya
dan suku 49
Bab 6 Sistem Politik Indonesia
A. Sistem Politik 50
1. Pengertian Sistem Politik 50
2. Ciri-ciri umum sistem politik 50
3. Macam-macam sistem politik 51
4. Demokrasi sebagai sistem politik 51
B. Insfrakstuktur dan Suprastruktur Politik di Indonesia
1. Infrastruktur Politik 51
2. Suprastruktur Politik 55
C. Perbedaan Sistem Politik di Berbagai Negara
1. Pendekatan Sistem Politik Negara 55
2. Perbedaan Sistem Politik 56
3. Model-model sistem politik 59
4. Sistem kepartaian dunia 59
5. Dinamika politik indonesia 60
6. Peran serta dalam sistem politik di indonesia 62
iii
BAB 1
HAKIKAT BANGSA DAN NEGARA
A. MAKNA MANUSIA, BANGSA DAN NEGARA
1. Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial
Kata manusia berasal dari kata manu ( Sansekerta ), atau mens ( Latin ) yang berarti berpikir, berakal budi, atau Homo
yang berarti seorang yang dilahirkan dari tanah, humus = tanah. Pengertian etimologis tentang “manusia”, dapat
memberi petunjuk tentang hakikat manusia. Disatu pihak manusia adalah makhluk bumi seperti manusia lainnya ; dilain
pihak manusia melampui cakrawala bumi dan mencita-citakan dunia yang luhur. Hal prinsip yang membedakan manusia
dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia secara kodrati telah dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan dan
keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya di bumi. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dengan
derajat paling tinggi diantara ciptaan yang lain.
Manusia sebagai makhluk individu, terdiri dari unsur jasmani ( raga) dan rohani ( jiwa ) yang merupakan satu
kesatuan. Jiwa dan raga membentuk individu, telah dibekali potensi atau kemampuan (akal, pikiran, perasaan dan
keyakinan) sehingga sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Setiap manusia, senantiasa akan
berusaha mengembangkan kemampuan pribadinya guna memenuhi semua kebutuhan dan mempertahankan hidupnya (
survival ).
a. Akal dan pikiran manusia, dapat digunakan untuk menaklukkan alam dan makhluk lain serta sekaligus dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Contoh, manusia dapat menggunakan tenaga kerbau, sapi atau
kuda untuk mengangkut barang, manusia dapat melakukan inovasi dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi
informasi, komunkasi, dsb.
b. Perasaan dan keyakinan manusia, merupakan anugrah Tuhan yang tidak di berikan kepada makhluk lainnya sehingga
manusia dapat membedakan yang baik dan buruk, yang benar dan salah. Dengan perasaan dan keyakinan, manusia
mampu berhubungan dengan dimensi moral dan spiritual, yakni Tuhan Yang Maha Esa sebagai perwujudan nalar (
akal dan pikiran ) manusia dalam menemukan titik/pusat keTuhanan ( God Spot ) sang pencipta.
Manusia sebagai makhluk sosial, sering disebut zoon politicon, yaitu makhluk yang pada dasarnya ingin bergaul
dengan sesama manusia lainnya ( Aristoteles, 384-322 M ).
Tingkat kebutuhan hidup manusia menurut Abraham Maslow, antara lain sebagai berikut :
1. Kebutuhan hidup fisiologis 3. Kebutuhan kasih sayang 5. Kebutuhan akan aktualisasi diri
2. Kebutuhan rasa aman 4. Kebutuhan akan penghargan diri
2. Makna Bangsa
Sebagian ahli berpendapat bahwa bangsa itu mirip dengan komunitas etnik, meskipun tidak sama. Bangsa adalah
suatu komunitas etnik yang ciri-cirinya adalah : memiliki nama wilayah tertentu, mitos leluhur bersama, kenangan
bersama, satu atau beberapa budaya yang sama dan solidaritas tertentu
Dalam pengertian sosiologis, bangsa termasuk “kelompok paguyuban” yang secara kodrati ditakdirkan untuk hidup
bersama dan senasib sepenanggungan dalam suatu Negara.
Berikut ini pendapat beberapa ahli kenegaraan ternama dalam mendefinisikan sebuah bangsa :
a. Hans Kohn
Bangsa adalah hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah. Suatu bangsa merupakan golongan yang beraneka ragam dan
tidak bisa dirumuskan secara eksak
b. Ernest Renan
Bangsa adalah suatu akal yang terjadi dari dua hal, yaitu rakyat yang harus bersama-sama menjalankan satu riwayat, dan
rakyat kemudian harus mempunyai kemampuan atau keinginan hidup untuk menjadi satu.
c. Otto Bauer
Bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai kesamaan karakter. Karakteristik tumbuh karena adanya kesamaan
nasib.
d. F. Ratzel
Bangsa terbentuk karena adanya hasrat bersatu. Hasrat itu timbul karena adanya rasa kesatuan antara menusia dan
tempat tinggalnya (paham geopolitik).
e. Jacobsen dan Lipman
Bangsa adalah kesatuan budaya ( cultural unity ) dan kesatuan politik ( political unity ).
f. Stalin
Bangsa bukanlah suatu ras dan bukan pula karena kesatuan suku bangsa melainkan umat yang terbentuk secara historis.
1
g. Soekarno
Bangsa adalah pengertian politis dan historis.
Unsur-Unsur Terbentuknya Bangsa
a. Frederich Hertz
Dalam bukunya “Nationally in History and Politic”, ia menyatakan bahwa setiap bangsa mempunyai unsur aspirasi :
1. Keinginan mencapai kesatuan national, yaitu kesatuan di bidang sosial ekonomi, politik, agama, kebudayaan,
komunikasi dan solidaritas
2. Keinginan untuk mencapai kemerdekaan dan kebebasan nasional, maksud bebas dari dominasi dan campur tangan
bangsa asing terhadap urusan dalam negerinya.
3. Keinginan dan kemandirian, individualitas, keasliaan atau kekhasan, misalnya menjungjung tinggi bahasa nasional
4. Keinginan untuk menonjol (unggul) di antara bangsa-bangsa dalam mengejar kehormatan, pengaruh, dan prestise.
b. Hans Kohn
Kebanyakan bangsa terbentuk karena adanya factor-faktor objektif tertentu yang membedakannya dari bangsa lain,
yakni kesamaan keturunan, wilayah, bahasa, adat-istiadat, kesamaan politik, perasaan dan agama. Dengan demikian,
factor objektif terpenting bagi terbentunya suatu bangsa ialah adanya kehendak atau kemauan bersama atau
“nasionalisme“.
Secara umum, unsur-unsur terbentuknya bangsa : Memiliki persamaan nasib atau sejarah, Memiliki persaman karakter,
Memiliki ikatan persatuan yang kuat, Memiliki tanah air yang sama, dan Memiliki persamaan cita-cita dan tujuan.
3. NEGARA
a. Makna Negara
NO NAMA TOKOH PENDAPAT YANG DIKEMUKAKAN
1. George Jellinek Negara adalah organisasi kekuasaaan dari sekelompok manusia yang mendiami wilayah tertentu
Negara adalah organisasi kesusilaan yang muncul sebagai sintesis dari kemerdekaan individual
2. G.W.F.Hegel dan kemerdekaan universal
3. Mr. Kranenburg Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena adanya kehendak dari suatu golongan atau
bangsa
Negara adalah alat kelas yang berkuasa (kaum borjuis/kapitalis) untuk menindas atau
4. Karl Marx mengeksploitasi kelas yang lain (proletariat/butuh)
Negara adalah organisasi kemasyarakatan (ikatan kerja) yang mempunyai tujuan untuk mengatur
Prof. Dr. J. H.A.
5. dan memelihara masyarakat tertentu dengan kekuasaannya. Organisasi itu adalah ikatan-ikatan
Logeman
fungsi atau lapangan-lapangan kerja tetap
Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur atau mengendalikan
6. Roger F. Soltau
persoalan bersama atas nama rakyat
Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang
7. Harold J. Laski bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang
merupakan bagian dari masyarakat
8. Aristoteles Negara dalah persekutuan dari keluarga dan desa untuk mencapai kehidupan yang sebaik-
baiknya.
b. Sifat Hakikat Negara
1. Memaksa, dalam arti mempunyai kekuatan fisik secara legal.
2. Monopoli, menetapkan tujuan bersama masyarakat.
3. Mencakup semua (All embracing), peraturan perundang-undangan berlaku untuk semua orang tanpa kecuali.
c. Terjadinya Negara
1). Pertumbuhan Primer dan Skunder
a). Pertumbuhan Primer
2
Fase Genootschaft(Persekutuan Masyarakat)
Kehidupan manusia diawali dari sebuah keluarga, kemudian suku dengan dipimpin kepala suku (primus interpares)
Fase Kerajaan (Rijk)
Primus interpares (orang pertama diantara yang sederajat), kemudian menjadi seorang raja dengan cakupan wilayah lebih
luas.
Fase Negara nasional
Pada awalnya dipimpin oleh raja yang absolut dan tersentraslisasi. Hanya ada satu identitas kebangsaan.
Fase Negara demokrasi
Rakyat semakin sadar dan tidak ingin diperintah oleh raja yang absolut. Ada keinginan rakyat untuk mengendalikan dan
memilih pemimpinnya sendiri yang dianggap dapat mewujudkan aspirasi mereka. Fase ini lebih dikenal “kedaulatan
rakyat”.
b). Pertumbuhan Sekunder
Selalu dihubungkan dengan Negara yang telah ada sebelumnya. Berdasarkan pandangan ini maka suatu Negara
dianggap sah sebagai Negara jika telah diakui oleh Negara lain.
2). Pendekatan Faktual
(a). Occopatie (Pendudukan)
Contoh : Liberia yang didiami oleh budak-budak Negro kemudian menjadi Negara merdeka pada tahun 1847.
(b). Fusi (Peleburan)
Contoh : Terbentuknya Federasi Kerajaan Jerman pada tahun 1871.
(c). Cessie (Penyerahan)
Contoh ; Wilayah Sleewijk diserahkan oleh Austria kepada Prussia (Jerman) karena adanya perjanjian bahwa Negara
yang kalah perang harus memberikan Negara yang dikuasainya kepada negara yang menang. Austria adalah salah satu
Negara yang kalah pada Perang Dunia I.
(d). Accesie (Penaikan)
Contoh : Negara Mesir yang terbentuk dari delta sungai Nil.
(e). Anexatie (Pencapolokan / Penguasaan)
Contoh : Ketika dibentuk pada tahun 1948, Negara Israel banyak mencaplok daerah Palestina, Suriah, Yordania, Mesir.
(f). Proclamation (Proklamasi)
Contoh : NKRI yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 dari penjajahan Belanda dan Jepang.
(g). Innovation (Pembentukan Negara Baru)
Contoh : Negara Kolumbia yang pecah dan lenyap. Kemudian di wilayah Negara tersebut muncul Negara baru, yaitu
Venezuela dan Kolumbia Baru.
(h). Separatisme (Pemisahan)
Contoh : Pada tahun 1939 Belgia memisahkan diri dari Belanda dan menyatakan kemerdekaan.
3). Pendekatan Teoritis
4
Berdasarkan hubungannya dengan pemerintah, rakyat dapat dibedakan menjadi :
1. Warga Negara
Mereka yang berdasarkan hukum tertentu merupakan anggota dari suatu Negara, dengan status kewarganegaraan
warga Negara asli atau warga Negara keturunan asing.
2. Bukan Warga Negara
Mereka yang berada di suatu Negara tetapi secara hukum tidak menjadi anggota Negara yang bersangkutan, namun
tunduk pada Pemerintah dimana mereka berada.
b. Wilayah
Merupakan landasan material atau landasan fisik Negara. Secara umum dapat dibedakan menjadi :
1. Wilayah Daratan
Batas wilayah suatu negaradengan Negara lain di darat , dapat berupa : Batas alamiah, batas buatan, batas secara
geografis.
2. Wilayah Lautan
Negara yang tidak memiliki lautan disebut land locked. Sedangkan Negara yang memiliki wilayah lautan dengan
pulau-pulau di dalamnya disebut archipelagic state.
Dewasa ini, yang dijadikan dasar hukum masalah wilayah kelautan suatu Negara adalah Hasil Konferensi Hukum
laut nternasional III tahun 1982 di Montigo Bay (Jamaika) yang diselenggarakan oleh PBB, yaitu UNCLOS (United
Nations Conference on The Law of the Sea).
Batas Lautan :
1). Laut Teritorial (LT)
2). Zona Bersebelahan (ZB)
3). Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
4). Landas Kontinen (LK)
Pemerintah RI pada tanggal 17 Februari 1969, telah mengeluarkan Deklarasi tentang “ Landas Kontinen” dengan
kebiasaan praktik Negara dan dibenarkan pula oleh Hukum Internasional bahwa suatu Negara pantai mempunyai
penguasaan dan yurisdiksi yang ekslusif atau kekayaan mineral dan kekayaan lainnya dalam dasar laut dan tanah
di dalamnya di landas kontinen. Contoh hasil perjanjian landasa kontinen :
(a). Perjanjian RI – Malaysia tetang Penetapan garis Batas Landas Kontinen Kedua Negara (di Selat Malaka dan
Laut Cina Selatan) ditandatangani 27 Oktober 1969 dan mulai berlaku 7 November 1969.
(b). Perjanjian RI – Thailand tentang Landas Kontinen Selat Malaka Bagian Utara dan Laut Andaman,
ditandatangani
17 Desember 1971 dan mulai berlaku 7 April 1972.
(c). Persetujuan RI – Australia tentang Penetapan Atas Batas-Batas Dasar Laut Tertentu di daerah Laut Timor dan
laut Arafuru sebagai tambahan pada persetujuan tanggal 18 Mei 1971, dan berlaku mulai 9 Oktober 1972.
5). Landas Benua (LB)
3. Wilayah Udara
Pasal 1 Konvensi Paris 1919 : Negara-negara merdeka dan berdaulat berhak mengadakan eksplorasi dan eksploitasi
dii wilayah udaranya, misalnya untuk kepentingan radio, satelit, dan penerbangan.
Konvensi Chicago 1944 (Pasal 1) :
Setiap Negara mempunyai kedaulatan yang utuh dan ekslusif di ruang udara di atas wilayahnya
UU RI No. 20 tahun 1982, batas wilayah kedaulatan dirgantara yang termasuk orbit geo- stationer adalah setinggi
35.671km.
4. Wilayah Ekstrateritorial
Wilayah suatu Negara yang berada di luar wilayah Negara itu. Menurut Hukum Internasional, yang mengacu pada
hasil Reglemen dalam Kongres Wina (1815) dan Kongres Aachen (1818), “perwakilan diplomatik suatu Negara di
Negara lain merupakan daerah ekstrateritorial”.
Daerah Ekstrateritorial, mencakup :
(1) Daerah perwakilan diplomatik suatu Negara dan (2) Kapal yang berlayar di bawah bendera suatu Negara
5
c. Pemerintah yang berdaulat
Kata kedaulatan atau “daulat” berasal dari kata daulah (Arab), souvereignty (Inggris), Souvereiniteit (Perancis), supremus
(Latin), yang berarti “kekuasaan tertinggi”. Kekuasaan yang dimiliki pemerintah mempunyai kekuatan yang berlaku
kedalam (interne-souvereiniteit) dan keluar (extrene-souvereiniteit).
Menurut Jean Bodin (1500-1596) kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk menentukan hukum dalam suatu
Negara. Kedaulatan mempunyai sifat-sifat pokok sebagai berikut :
1. Asli : Kekuasaan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi.
2. Permanen : kekuasaan itu tetap ada selama Negara itu berdiri sekalipun pemegang kedaulatan berganti-berganti
3. Tunggal (Bulat) : Kekuasaan itu merupakan satu-kesatuan tertinggi dalam Negara yang tidak diserahkan atau dibagi-
bagikan kepada badan lain.
4. Tidak terbatas (absolute) : kekuasaan itu tidak dibatasi oleh kekuasaan lain. Bila ada kekuasaan lain yang
membatasinya, maka kekuasaan tertinggi yang dimilikinya akan lenyap.
TEORI KEDAULATAN
NO TEORI, TOKOH, PERKEMBANGAN DAN LATAR POKOK-POKOK AJARAN KETERANGAN
BELAKANG
1. Teori Kedaulatan Tuhan (1) Teori ini beranggapan bahwa raja atau (1). Ethipia, masa Raja Haile
Agustinus, Thomas Aquinas, Marsilius, penguasa memperoleh kekuasaan Selassi (Ia merasa diri
F.J.Stahl tertinggi dari Tuhan dipilh oleh Tuhan)
Berkembang pada abad V – XV (2) Kehendak Tuhan menjelma ke dalam diri (2). Belanda dengan raja-raja
Dilatarbelakangi oleh perkembangan agama raja atau penguasa (Paus). Oleh Sebab itu, yang menganggap diri
Kristen dan maraknya Pantheisme, yaitu mereka dianggap sebagai utusan Tuhan/dewa sebagai wakil Tuhan,
(paham yang menyatakan bahwa Tuhan
bukan seorang
6
Peramcis : Liberti, Egalite dan hukum, sedangkan hukum bersumber hukum modern
Fraternite dari rasa keadilan dan kesadaran hukum
(3). Pemerintah (Negara) hanya berperan
sebagai penjaga malam yang melindungi
hak asasi manusia dan tidak boleh
mencampuri urusan sosial-ekonomi
masyarakat (negara hukum murni,
Immanuel Kant)
(4). Negara seharusnya menjadi Negara
hukum. Artinya setiap tindakan Negara
harus didasarkan hukum (H. Krabbe)
(5). Selain sebagai penjaga malam. Negara
berfungsi dan berkewajiban
mewujudkan kesejahteraan rakyat
(welfare state- Kranenburg)
5. Teori Kedaulatan Rakyat (1).Rakyat merupakan kesatuan yang (1). Diterapkan hampir semua Negara,
Solon, John Locke, Montesquoeu, J.J. dibentuk oleh individu-individu melalui namun pelaksanaannya sangat
Rousseau perjanjian masyarakat (sosial contract) tergantung pada rezim yang
Berkembang mulai abad XVII – XIX (2). Rakyat sebagai pemegang kekuasaan berkuasa, ideology, dan
hingga sekarang tertinggi memberikan sebagian haknya kebudayaan masing-masing
Banyak dipengaruhi oleh teori kepada penguasa untuk kepentingan Negara.
kedaulatan hukum yang menempatkan bersama
rakyat tidak hanya sebagai objek, (3). Penguasa dipilih dan ditentukan atas
tetapi juga sebagai subjek dalam dasar kehendak rakyat/umum (volonte
Negara (demokrasi). generale) melalui perwakilan yang
duduk di dalam pemerintahan
(4). Pemerintah yang berkuasa harus
mengembalikan hak-hak sipil kepada
warganya (civil rights)
7
g. Dominion; suatu Negara bekas jajahan Inggris yang mengakui Raja Inggris sebagai rajanya sebagai lambang persatuan
negara
h. Uni; gabungan dua atau lebih Negara merdeka dan berdaulat dengan satu kepala Negara yang sama.
5. FUNGSI DAN TUJUAN NEGARA
A. Fungsi Negara
Menurut para ahli kenegaraan, fungsi-fungsi Negara mencakup hal-hal berikut :
Sebagai stabilisator yaitu sebagai menjaga ketertiban (law and order)
Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
Mengusahakan pertahanan untuk menangkal kemungkinan serangan dari luar
Menegakkan keadilan yang dilaksanakan melalui badan-badan peradilan
(a). Fungsi Negara menurut para ahli :
Para ahli hukum kenegaraan memiliki pandangan yang khas tentang fungsi negara, sebagai berikut :
Montesquieu, menyatakan bahwa fungsi Negara mencakup tiga tugas pokok (teori Trias Politika) :
1. Fungsi legislative; membuat Undang-Undang
2. Fungsi eksekutif; melaksanakan Undang-Undang
3. Fungsi Yudikatif; mengawasi agar semua peraturan ditaati (fungsi mengadili)
Goodnow, membagi fungsi menjadi dua tugas pokok :
1. Policy making ; membuat kebijakan Negara pada waktu tertentu untuk seluruh masyarakat
2. Policy Executing ; melaksanakan kebijakan yang sudah ditentukan
Muhammad Kusnardi, S.H., membagi tugas Negara menjadi dua bagian :
1. Menjamin ketertiban (law and order)
2. Mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
(b) Fungsi atau rugas negara secara umum :
1. Tugas esensial (Tugas asli) ; mempertahanakan Negara sebagai organisasi politik yang berdaulat. Tugas ini
meliputi tugas internal (memelihara perdamaian, ketertiban dan ketentraman serta melindungi hak milik
setiap orang) dan tugas eksternal (mempertahankan kemerdekaan Negara).
2. Tugas fakultatif ; meningkatkan kesejahteraan umum, baik moral, intelektual, sosial maupun ekonomi.
B. Tujuan Negara
Pada umumnya, tujuan Negara untuk menciptakan kesejahteraan, ketertiban dan ketentraman semua rakyat yang
menjadi bagiannya. Di bawah ini ada beberapa teori tentang tujuan Negara :
9
Selama hidupnya, Marx tidak pernah menggeraklkan revolusi. Tetapi pengikutnya yaitu Lenin dan Stalin, yang
berhasil pada bulan Oktober sehingga disebut Revolusi Oktober/Revolusi Bolshevik-Lenin(yang kemudian dilanjutkan
oleh pengikutnya Stalin). Teman seperjuangan Karl Marx adalah Friedrich Engels.
d. Teori Integralistik
Paham ini melihat Negara dan warga Negara sebagai suatu keluarga besar. Menurut paham ini, Negara merupakan
susuna masyarakat yang integral, yang anggota-anggotanya saling terkait sehingga membentuk satu kesatuan yang
organis. Pelopornya adalah Benedictus De Spinozoa, Adam Muller dan Hegel.
Di Indonesia, paham ini pertama kali dikemukakan oleh Prof. Mr. Soepomo. Pada permulaan sidang BPUPKI (badan
penyelidik
usaha persiapan kemerdekaan Indonesia) pada tahun 1945. Menurut Soepomo,
10
2. Patriotisme
Berasal dari kata “patriot” dan “isme”, merupakan sifat kepahlawanan atau jiwa pahlawan (Indonesia) atau
heroism dan patriotsm (Inggris), adalah sikap yang gagah berani, pantang menyerah, dan rela berkorban (harta,
jiwa/raga) demi bangsa dan Negara.
11
MARI BERLATIH !!!
12
BAB 2
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL
A. SISTEM HUKUM
1. Pengertian Sistem
a. Dalam KBBI
Sistem mengandung arti susunan kesatuan-kesatuan yang masing-masing tidak berdiri sendiri, tetapi berfungsi
membentuk kesatuan secara keselurahan.
b. W. J. S. Poerwadarminta
Sistem adalah sekelompok bagian (alat dan sebagainya), yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu
maksud.
c. Prof. Sumantri
Sistem adalah sekelompok bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu maksud.
d. Drs. Musanef
Sistem adalah suatu sarana yang menguasai keadaan dan pekerjaan agar dalam menjalankan tugas dapat teratur,
atau suatu tatanan dari hal-hal yang saling berkaitan dan berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan dan
satu keseluruhan.
4. Sumber Hukum
Adalah segala yang menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan memaksa, yakni aturan-aturan yang pelanggarannya
dikenai sanksi yang tegas dan nyata. Sumber hukum dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Sumber hukum Material (Welborn) : keyakinan dan perasaan (kesadaran) hukum individu dan pendapat umum yang
menentukan isi atau meteri (jiwa) hukum.
b. Sumber hukum Formal (Kenborn) : perwujudan bentuk dari isi hukum material yang menentukan berlakunya hukum
itu sendiri. Macam-macam sumber hukum formal :
1). Undang-Undang
UU dalam arti material; peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang isinya mengikat secara umum. (UUD, TAP
MPR,UU)
UU dalam arti formal; setiap peraturan yang karena bentuknya dapat disebut Undang-undang. (Pasal 5 ayat (1))
2). Kebiasaan (hukum tidak tertulis); perbuatan yang diulang-ulang terhadap hal yang sama dan kemudian diterima serta
diakui oleh masyarakat. Dalam praktik pnyelenggaraan Negara, hukum tidak tertulis disebut konvensi.
3). Yurisprudensi; keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara yang tidak diatur oleh UU dan dijadikan pedoman
oleh hakim lainnya dalam memutuskan perkara yang serupa.
4). Traktat; perjanjian yang dibuat oleh dua Negara atau lebih mengenai persoalan-persoalan tertentu yang menjadi
kepentingan Negara yang bersangkutan.
5). Doktrin; pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan dasar atau asas-asas penting dalam hukum dan
penerapannya.
14
5. Penggolongan Hukum
TERTULIS
WUJUD
TIDAK TERTULIS
P
LOKAL
E
RUANG NASIONAL
M
INTERNASIONAL
B
IUS CONSTITUTUM
A
WAKTU IUS CONSTITUENDUM
G
HUKUM ANTAR WAKTU
I
MATERIIL
CARA
A HUKUM TATA NEGARA
MEMPERTAHANKAN
FORMIL
N HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
H PUBLIK
HUKUM PIDANA
U
HUKUM ACARA
K ISI
HUKUM PERSEORANGAN
U
HUKUM KELUARGA
M PRIVAT
HUKUM KEKAYAAN
MEMAKSA
HUKUM WARIS
SIFAT
MENGATUR
6. Sanksi Hukum
Berdasarkan Pasal 10 KUHP, macam-macam sanksi pidana :
(1) Hukuman Pokok, terdiri dari : hukuman mati, hukuman penjara (hukuman seumur hidup, hukuman sementara
waktu), hukuman kurungan, dan
(2) Hukum tambahan, yang terdiri dari : pencabutan hak-hak tertentu, perampasan (penyitaan) barang-barang
tertentu, pengumuman keputusan hakim.
7. Perbedaan Hukum Pidana dan Hukum Perdata
a. Hukum Pidana
Pelanggaran terhadap norma hukum pidana pada umumnya segera disikapi oleh pengadilan setelah menerima
berkas polisi yang mengadakan penyelidikan dan penyidikan. Tindakan pidana (delik) yang sengaja disebut delik
doloes, sedangkan tindak pidana yang tidak disengaja disebut delik coelpa.
b. Hukum Perdata
Pelanggaran tehadap norma hukum perdata baru dapat disikapi oleh pengadilan setelah ada pengaduan dari pihak
yang merasa dirugikan. Di sini, ada pihak yang mengadu (penggugat) dan pihak yang diadukan (tergugat).
Perbedaaan Hukum Acara
Titik Perhatian
No Hukum Acara Perdata Hukum Acara Pidana
1. Inisiatif datang dari pihak yang dirugikan Inisiatif datang dari pihak penuntut umum
Pelaksanaan
(penggugat) (jaksa)
15
2. Penuntut adalah pihak yang dirugikan (penggugat), Jaksa sebagai penuntut umum yang memiliki
penuntutan dan berhadapan dengan tergugat wewenang atas nama Negara dan berhadapan
dengan pihak terdakwa
3. 1. Tulisan 1. Tulisan
2. Saksi 2. Saksi
Alat-alat bukti 3. Persangkaan 3. Persangkaan
4. Pengakuan 4. Pengakuan
5. Sumpah
4. Semua pihak mempunyai kedudukan yang sama, Jaksa mempunyai kedudukan yang lebih tinggi
Kedudukan
dan hakim bertindak sebagai wasit dan bersifat dari para terdakwa. Hakim aktif.
para pihak
pasif
5. Macam Hukum dapat berupa denda, atau hukuman Hukum berupa hukuman mati, penjara,
hukuman kurungan sebagai pengganti hukuman denda kurungan, denda dan hukuman tambahan
B. PERADILAN NASIONAL
Ketentuan umum undang-undang nomor 4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman menegaskan bahwa kekuasaan
kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelanggarakan peradilan guna menegakan hukum dan
keadilan berdasarkan pancasila, demi terselanggaranya Negara hukum republik Indonesia.
Berdasarkan pasal 1 undang-undang nomor 4 tahun 2004, kekuasaan kehakiman dilakukan oleh mahkamah agung
dan badan peradilan di bawahnya dalam lingkungan sebagai berikut :
Peradilan umum,
Peradilan agama,
Peradilan milliliter,
Peradilan tata usaha Negara,dan
Mahkamah Konstitusi
Merupakan salah satu lembaga Negara yang melakukan kekuasan kehakiman yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. MK memiliki Sembilan hakim
konstitusi (3 oleh MA, 3 oleh DPR dan 3 oleh Presiden) yang ditetapkan oleh Presiden, dan disyaratkan
harus memiliki interitas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, negarawan yang menguasi konstitusi dan
ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai pekabat Negara.
MK RI memiliki empat kewenangan, Sebagai berikut :
a. Menguji Undang-undang terhadap UUD 1945
b. Memutus sengketa kewenangan Lembaga Negara yang kewenangannya diberikan UUD 1945
c. Memutus perselisihan tentang hasil Pemilu
d. Memutus pembubaran Partai Politik
Kewajiban MK adalah memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh
Presiden dan atau Wakil Presiden menurut UUD 1945 sebelum pendapat tersebut dapat diusulkan untuk
memberhentikannya oleh MPR.
Fungsi MK, adalah sebagai berikut “
Pengawal Konstitusi
Menafsir Konstitusi
Pengawal Demokrasi
Pelindung hak konstitusional Warga Negara
Badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
Komisi Yudisial, yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai
kewenangan lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabar serta
perilaku hakim. Anggota Komisis Yudisial diangkat dan diberhenyikan oleh Presiden dengan
persetujuan DPR.
Kepolisian, yang memegang kewenangan melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus pidana,
Kejaksaan, yang memiliki kewenangan penyidikan dan penuntutan
Komnas HAM, yang memiliki kewenangan penyidikan dan penuntutan khusus untuk kasus
pelanggaran HAM
KPK, memiliki kewenangan penyidikan dan penuntutan khusus untuk kasus korupsi.
16
Berikut adalah susunan badan atau lembaga peradilan yang ada di Indonesia.
MAHKAMAH AGUNG
Pengadilan Tinggi Umum/Sipil Pengadilan Tinggi Militer Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Pengadilan Tinggi
Negara
Pengadilan Negeri Umum/Sipil Pengadilan Negeri Pengadilan Militer Pengadilan Tata Usaha
Negara
Berdasarkan bagan di atas, badan peradilan dapat diklasifikasikan berdasarkan tigkatannya, sebagai berikut:
a. Pengadilan Sipil, terdiri dari :
1). Pengadilan Umum
Adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya. (dalam UU RI No. 8
tahun 2004 tentang Perubahan atas UU RI No. 2 tahun 1986 tentang Peradilan Umum).
Pengadilan Negeri (Berkedudukan di Kabupaten/Kota)
Pengadilan negeri adalah pengadilan tingkat pertama, yang pertama kali mengadakan sidang perkara dalam
lingkungan peradilan umum di wilayah hukum masing-masing (Kabupaten/Kota). Hakim disini, memeriksa fakta
dan menetapkan hukumannya.
Pengadilan Tinggi (Berkedudukan di Provinsi)
Pengadilan Tinggi adalah pengadilan yang mengadili perkara pada tingkat banding, hakim sudah tidak lagi
memeriksa fakta. Tetapi yang dinilai adalah penerapan hukum yang dilakukan oleh Pengadilan negeri.
Mahkamah Agung
Tugas Mahkamah Agung berdasarkan Pasal 24 ayat (1) adalah :
a. Mengadili Tingkat Kasasi
b. Menguji peraturan perundangan di bawah Undang-Undang
c. Wewenang lain yang diberikan Undang-Undang, yaitu :
Memeriksa dan memutus (1) sengketa kewenangan mengadili baik berdasarkan daerah maupun jenis
peradilannya (2) permohonan peninjauan kembali (PK) putusan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
2). Pengadilan Khusus
Pengadilan Agama
Adalah pengadilan khusus bagi umat Islam untuk memeriksa dan memutuskan perkara nikah, talak, rujuk,
waris, wakaf, hibah, dan wasiat. Lembaga yang termasuk dalam peradilan agama adalah : Pegadilan agama
(tingkat Permata) dan Pengadilan Tinggi Agama (tingkat banding)
Pengadilan Adat
Pengadilan Tata Usaha Negara (Administrasi Negara)
Adalah peradilan yang memiliki kewenangan mengadili perkara yaya usaha Negara, yaitu perkara gugatan
seseorang terhadap putusan pehabat tata usaha Negara yang merugikan dan tidak sesuai dengan hukum yang
berlaku.
Masalah-masalah yang menjadi jangkauan PTUN. Adalah sebagai berikut:
(1) Bid. social (gugatan atau permohonan terhadap keputusan administrasi tentang penolakan permohonan
suatu izin)
(2) Bidang Ekonomi (gugatan atau permohonan yang berkaitan dengan perpajakan, merk, agrarian, dsb)
(3) Bidang Function Publique, (gugatan yang berhubungan dengan status atau kedudukan seseorang)
(4) Bidang Hak Asasi Manusia, (gugatan yang berkaitan dengan pencabutan hak milik seseorang serta
penangkapan dan penahaan yang tidak sesuai dengan prosedur hukum.)
b. Pengadilan Militer, terdiri dari :
Adalah peradilan yang khusus mengadili perkara pidana dan tata usaha negara anggota militer Indonesia
1). Pengadilan Militer, merupakan peradilan tingkat pertama, untuk perkara pidana yang dilakukan oleh terdakwa
yang berpangkat kapten kebawah
2). Pengadilan Militer Tinggi, merupakan pengadilan tingkat banding untuk perkara yang diputus pada tingkat
pertama; juga merupakan pengadilan tingkat pertama untuk perkara pidana yang dilakukan oleh terdakwa yang
berpangkat Mayor ke atas dan gugatan sengketa tata usaha Negara militer.
3). Pengadilan Militer Utama, merupakan pengadilan tingkat banding untuk perkara pidana dan sengketa tata usaha
militer yang diputus pada tingkat pertama oleh pengadilan Militer tinggi.
17
4). Pengadilan Militer Pertempuran, merupakan pengadilan tingkat pertama dan terakhir dalam mengadili perkara
pidana yang dilakukan oleh perajurit di daerah pertempuran.
18
4. Fenomena Korupsi di Indonesia
Fenomena umum yang biasanya terjadi di Negara berkembang termasuk Indonesia ialah, proses modernisasi belum
ditunjang oleh kemampuan sumber daya manusia pada lembaga-lembaga politik yang ada. Sementara di sisi lain,
institusi-institusi politik yang ada juga masih lemah. Lemahnya lembaga-lembaga politik tersebut banyak disebabkan
oleh mudahnya “oknum” lembaga tersebut dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan kelompok bisnis/ekonomi, Sosial,
keagamaan, kedaerahan, kesukuan, dan profesi serta kekuatan-kekuatan asing tertentu.
Pada kehidupan masyarakat yang mengalami proses perubahan, selalu muncul kelompok-kelompok sosial baru yang
ingin berpartisipasi dalam bidang politik, namun sesungguhnya banyak diantara mereka yang tidak mampu. Di
lembaga-lembaga politik, mereka (politikus instan) sering hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan
kepribadiannya dengan dalih “kepentingan rakyat”. Oleh sebab itu, tidak jarang diantara mereka sering terjebak
pada ambisi pribadi dan kepentingan kelompok tertentu. Sebagai akibatnya, terjadilah runtunan peristiwa sebagai
berikut:
a. Partai-partai politik sering inkonsisten, artinya apa yang diperjuangkan dan menjadi misinya sering berubah-
ubah (pendirian dan ideology) dan “mudah dibeli” sesuai dengan kepentingan politik saat itu.
b. Munculnya ”oknum” pemimpin yang lebih mengedepankan kepentingan pribadi dari pada kepentingan pribadi
dari pada kepentingan umum, sehingga kesejahteraan umum mudah dikorbankan.
c. Sebagian oknum pemimpin politik, partisipan dan kelompoknya, berlomba-lomba untuk mencapai “objek
politik” dalam bentuk keuntungan material dengan mengabaikan kebutuhan rakyat banyak sehingga terjadi
“kehampaan motivasi perjuangan.”
d. Terjadilah erosi loyalitas kepada Bangsa dan Negara, karena lebih menonjolkan dorongan pemupukan harta
kekayaan dan kekuasaan.
e. Di masyarakat, mereka sebagai kelompok Orang-orang Kaya Baru (OKB , nouveauxriches)
E. PERAN SERTA DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA
1. Upaya Pencegahan (Preventif)
a. Menanamkan aspirasi,semangat ,dan spirit nasional yang positif dengan mengutamakan kepentingan nasional,
kejujuran serta pengabdian pada bangsa dan negara melalui sistem pendidikan formal, non-formal, dan pendidikan
agama.
b. Melakukan sistem penerimaan pegawai berdasarkan perinsip achievement atau keterampilan teknis dan tidak lagi
berdasarkan norma ascription yang dapat membuka peluang berkembangnya nepotisme. (Rekruitmen pejabat
secara adil dan terbuka).
c. Para pemimpin dan pejabat selalu dihimbau untuk memberikan keteladanan, dengan mematuhi pola hidup
sederhana, dan memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi. (Pengawasan dari atasan terkait semakin
ditingkatkan)
d. Memiliki kelancaran layanan administrasi pemerintah, untuk para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang
memadai dan ada jaminan masa tua.
e. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi. (Peningkatan kualitas kerja)
f. Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawab etis tinggi; dibarengi sistem kontrol
yang efisien.
g. Kekuasaan herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan “pejabat” yang mencolok.
h. Berusaha untuk melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan, melalui penyederhanaan jumlah
departemen beserta jawatan dibawahnya.
i. Keterlibatan media massa dalam upaya mengurangi terjadinya KKN
j. Pembentukan UU dan lembaga yang mempersempit terjadinya KKN
2. Upaya Penindakan (Kuratif/Refresif):
Dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar dengan diberikan peringatan, pemecatan tidak hormat, dan
dihukum pidana. Bebrapa contoh penanganan kasus :
a. Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia milik Pemda NAD (2004)
b. Menahan konsul jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga melakukan pubngutan liar dalam pengurusan
dokumen keimigrasian
c. Dugaan korupsi dalam proyek program pengadaan BUsway pada pemda DKI Jakarta (2004)
d. Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merigiksn keuangan Negara Rp. 10 Miliyar lebih
(2004)
e. Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement deposito dari BI kepada PT Texmaco
Group melalui Bank BNI (2004)
Adapun upaya penindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
19
1. Pelaku KKN ditindaj tegas dan adil
2. Pemberian hukuman sosial kepada pelaku KKN
3. Menekankan kepada pemerintah dan lembaga penegak hukum untuk segera memproses secara hukum
terhadap pelaku KKN
3. Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa
a. Memiliki rasa tanggung jawab
b. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh
c. Melakukan kontrol sosial
d. Membuka wawasan seluas-luasnya
e. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan
4. Upaya Edukasi LSM
a. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah sebuah organisasi non pemerintah yang mempunyai misi untuk
mengawasi dan melaporkan kepada public mengenai aksi korupsi di Indonesia,
b. Transparancy International (TI) adalah sebuah organisasi internasional yang bertujuan memerangi korupsi
politik.
5. Peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi di Indonesia
Kontrol sosial oleh lembaga Negara
Kontrol sosial oleh lembaga masyarakat
Kontrol sosial oleh masyarakat bersama media massa
Kontrol sosial oleh media massa
20
2. Sosial
3. Politik
4. Budaya
21
BAB 3
PEMAJUAN, PENGHORMATAN, DAN PERLINDUNGAN HAM
22
Dari beberapa pendapat para ahli, dapat dikataka bahwa pada dasarnya HAM meliputi hak untuk hidup, hak untuk
merdeka, dan hak untuk memiliki sesuatu. Dalam perkembangan selanjutnya, terdapat macam-macam hak asasi yang
dapat dikelompokkan sebagai berikut ;
1). Hak asasi pribadi (personal rights), adalah hak asasi yang dimilki manusia secara pribadi; seperti hak untuk memilih
agama dan menjalankan ibadah, hak untuk menyatakan pendapat, dan hak kebebasan untuk bergerak , dan
sebagainya.
2). Hak asasi ekonomi (property rights), adalah hak asasi untuk memiliki sesuatu; seperti hak untuk memebli atau
menjual sesuatu dan hak untuk menyewakan sesuatu.
3). Hak asasi politik (political rights), adalah hak untuk ikut serta dalam pemerintahan; seperti hak untuk memilih
dalam Pemilu, hak untuk dipilih dalam Pemilu dan hak untuk berorganisasi.
4). Hak asasi dalam tata cara peradilan (procedural rights), adalah hak untuk memeperoleh perlakuan tata cara
peradilan dan perlindungan; seperti hak untuk mendapatkan perlakuan yang benar dalam penangkapan dan
penggeledahan.
5). Hak asasi social budaya (social and culture rights), adalah hak untuk memilih pendidikan dan mengembangkan
budaya; seperti hak memiliki pendidikan di SMA atau SMK.
5). Hak asasi mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (rights of legal equality), seperti
hak untuk mendapatkan perlindungan dan jaminan hukum, dan memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
3. Sejarah HAM
Secara konseptual bermila dari pemikir Inggris yaitu John Locke (1632-1704), yang mengemukakan dalam teori
perjanjian masyarakat bahwa setelah Negara terbentuk maka terjadilah kesepakatanantara peguasa dengan
masyarakat pembentuk Negara, bahwa semua hak rakyat diserahkan kepada penguasa kecuali tiga hak yang
diberikan alam kepadanya yaitu hak hidup, hak milik dan hak kebebasan yang harus dilindungi oleh penguasa dalam
bentuk perlindungan konstitusinya.
24
Dalam sejarah politik dan ketatanegaraan Republik Indonesia, pada waktu Indonesia memberlakukan
Konstitusi RIS 1949, hak-hak asasi manusia juga dimasukan dalam konstitusi. Demikian pula, waktu Indonesia
memberlakukan UUD Sementara 1950, hak asasi manusia juga dimuat dalam UUD Sementara 1950. Namun setelah
Dektrit Persiden 5 Juli 1959, Presiden Soekarno kembali memberlakukan UUD 1945. Pada era Presiden Soekarno,
konvensi mengenai hak asasi manusia yang telah disyahkan adalah :
UU No. 68 Tahun 1958 tentang Hak Politik Wanita
UU No. 18 Tahun 1956 tentang Organisasi Buruh
UU No. 80 Tahun 1957 tentang Pengupahan bagi laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya
Bergantinya rezim Soekarno ke Soeharto ada upaya penegakan dan penghormatan terhadap hak asasi
manusia, melalui Ketetapan MPRS No. XIV/MPRS/1966 dibentuk panitia ad hoc yang kemudian berhasil menyusun
Rancangan Piagam HAM dan Hak serta Kewajiban Warga Negara. Tetapi panitia ad hoc tersebut tidak membahas
dalam sidang Umum MPRS tahun 1968 karena lebih mementingkan pembahasan berkaitan dengan peristiwa
pemberontakan G 30 S/PKI. Pada rezim Soeharto ada beberapa konvensi dan kebijakan yang diambil sebagai wujud
penegakan dan penghormatan hak asasi manusia, antara lain :
UU No. 7 Tahun 1984 tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan
Keputusan presiden No. 43 Tahun 1993 yang menentang apartheid dalam olahraga
Keputusan presiden No. 36 Tahun 1990 tentang hak anak.
Pada era rezim Habibie, penghormatan dan pemajuan hak asasi manusia telah menemukan momentumnya
dimana MPR telah merumuskan dengan ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Disamping
itu ada beberapa konvensi tentang hak asasi manusia yang disahkan, antara lain :
UU No. 5 Tahun 1999 yang menentang penyikasaan dan perlukan kejam lainnya
UU No. 29 Tahun 1999 tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial
Keputusan Presiden No. 83 Tahun 1998 tentang kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi
UU No. 19 Tahun 1999 tentang penghapusan kerja paksa
UU No. 8 Tahun 1999 tentang kebebasan menyatakan pendapat
UU No. 39 Tahun1999 tentang Hak Asasi Manusia
UU RI No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
Pada tanggal 15 Agustus 1998, Presiden Habibie meluncurkan Rencana Aksi Nasional HAM yang bertujuan
untuk memberikan jaminan bagi peningkatan pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia dengan
mempertimbangkan nilai adat istiadat, budaya dan agama. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada 3 hal yang
dilakukan, yaitu :
Persiapan pengesahan perangkat internasional di bidang HAM
Deseminasi informasi dan pendidikan di bidang HAM
Penentuan skala prioritas pelaksanaan HAM
Pada Masa Gus Dur, upaya pemajuan HAM lebih ditingkatkan dan mendapat perhatian cukup serius. Hal ini
dapat dilihat dari adanya :
Upaya penyempurnaan Rencana Aksi Nasional HAM
Pembentukan lembaga baru yaitu Mentri Negara Urusan HAM
Dibentuk pengadilan Hak Asasi Manusia
Dibentuk peraturan perundangan tentang perlindungan anak, penyiaran, ketanagakerjaan
Dibentuk peraturan perundangan tentang pemberantasan tindak pidana terorisme
Dibentuk badan perlindungan Swadaya masyarakat
Di bentuk lembaga Komnas HAM
Pada masa pemerintahan Megawati, ada beberapa peraturan perundangan yang mengatur tentang HAM, yaitu
:
UU No. 11 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Konvensi Internasional Hak ekonomi, Sosial dan Budaya.
UU No. 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Internasional Hak Sipil dan Politik
UU No. 27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
2. HAM dalam UUD 1945
Pernyataan hak asasi manusia yang dituangkan kedalam pasal-pasal UUD 1945 terbagi menjadi 2, yaitu
penuangan bab khusus tentang hak asasi manusia dan penuangan pada bab atau pasal-pasal lainnya
Hak asasi manusia yang di tuangkan secar khusus pada bab XA tentang HAk Asasi Manusia, yang meniputi pasal
28A sampai dengan pasal 28 J. Di samping itu terdapat ketentuan hak asasi manusia di luar Bab tentang Hak Asasi
Manusia, yaitu bab X tentang Warga Negara dan Penduduk pada pasal 27 sampai dengan 32.
Rumusan Hak Asasi Manusia yang termasuk dalam UUD 1945 tersebut dapat di bagi dalam beberapa aspek,
yaitu hak asasi manusia yang berkaitan dengan:
25
1) Hidup dan kehidupan 7). Informasi dan komunikasi
2) Keluarga 8). Rasa aman dan perlindungan dari perlakuan yang
merendahkan
3) Pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi derajat dan martabat manusia
4) Pekerjaan 9). Kesejahteraan Sosial
5) Beragama dan menjalankan ajaran agama 10). Persamaan dan keadilan
6) Bersikap, berpendapat dan berserikat 11). Kewajiban menghargai hak orang lain
Selain hak-hak tersebut di ats, dalam UUD 1945 juga memuat hak-hak khusus, seperti : hak anak atas
kelangsungan hidup, timbuh, dan berkembang dan hak anak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Bahkan, dicantumkan hak-hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun, yaitu :
1) Hak hidup 5). Hak untuk tidak berbudak
2) Hak untuk tudak di siksa 6). Hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum
3) Hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani 7). Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku
surut
4) Hak Bergama
26
5. Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia
Kasus yang sudah diajukan ke sidang pengadilan
No Nama Kasus Tahun Korban Peristiwa Penyelesaian
1. Peristiwa Tanjung 1984 74 Penyerangan terhadap massa yang Pengadilan HAM ad hoc
Priok berunjuk rasa Jakarta tahun 2003-2004
2. Penculikan Aktivis 1984- 23 Pnghilangan secara paksa oleh Militer Pengadilan Militer untuk
1998 1998 terhadap para aktivis pro-demokrasi anggota tim mawar
3. Kasus 27 Juli 1996 1.678 Penyerbuan kantor PDI Pengadilan Koneksitas 2002
4. Penembakan 1998 31 Penembakan aparat terhadap Pengadilan Militer bagi pelaku
Mahasiswa Trisakti mahasiswa yang sedang berunjuk rasa lapangan
5. Kerusuhan Timor- 1999 97 Agresi Militer Pengadilan HAM ad Hoc
Timur Pasca Jajak Jakarta tahun 2002-2003
Pendapat
6. Peristiwa Abepura, 2000 63 Penyisiran membabi buta terhadap Pengadilan HAM di Makasar
Papua pelaku yang diduga menyerang
Mapolsek Abepura
27
b. Faktor komunikasi dan informasi
1) Letak geografis Indonesia yang luas dengan luas, sungai, hutan, dan gunung yang membatasi komunikasi
antardaerah
2) Sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang belum terbangun secara baik yang mencakup seluruh
wilayah Indanesia
3) Sistem informasi untuk kepentingan sosialisasi yang masih sangat terbatas baik sumberdaya manusianya
maupun perangkat (software dan hardware)
c. Faktor kebijakan pemerintah
1) Tidak semua penguasa memiliki kebijakan yang sama tentang pentingnya jaminan hak asasi manusia
2) Ada kalanya demi kepentingan stabilitas nasional, persoalan hak asasi manusia sering diabaikan
3) Peran pengawasan legislative dan control social oleh masyarakat terhadap pemerintah sering diartikan oleh
penguasa sebagai tindakan ‘pembangkangan`
d. Faktor perangkat perundangan
1) Pemerintah tidak segera meratifikasikan hasil-hasil konvensi internasional tentang hak asasi manusia
2) Kalaupun ada, peraturan perundang-undangan masih sulit untuk diimplementasikan
e. Faktor aparat dan penindakannya (Law Enforcement)
1) Masih adanya oknum aparat yang secara intitusi atau pribadi mengabaikan prosedur kerja yang sesuai
dengan hak asasi manusia
2) Tingkat pendidikan dan kesejahteraan sebagian aparat yang dinilai masih belum layak sering membuka
peluang `jalan pintas` untuk memperkaya diri
3) Pelaksanaan tindakan pelanggaran oleh oknum aparat masih diskriminatif, tidak konsekuen, dan tindakan
peyimpangan berupa KKN (korupsi, kolusi, dan Nepotisme)
2. Tantangan Penegakan HAM
Tentang penegakan hak asasi manusia di Indonesia untuk masa-masa yang akan datang telah di gagas oleh
pemerintah Indonesia ( presiden Soeharto) pada saat akan menyampaikan pidatonya di PBB dalam Konferensi
Dunia ke-2 (Juni 1992)
Dengan judul “ deklarasi Indonesia tentang Hak Asasi Manusia”, dalam pidato itu ditandaskan beberapa prinsip,
yaitu:
Prinsip universalitas, yaitu bahwa adanya hak-hak asasi manusia bersifat fundamental dan memiliki keberlakuan
universal,
Prinsip Pembangunan nasionalm, yaitu bahwa kemajuan ekonomi dan social melalui keberhasilan
pembangunan nasional dapat membantu tercapainya tujuan meningkatkan demokrasi dan perlindungan HAM.
Prinsip Kesatuan HAM (Indivisibility), yaitu berbagai jenis atau kategori HAM, yang meliputi hak-hak sipil dan
politik, hak ekonomi, social, dan cultural, hak perseorangan, hak masyarakat/bangsa secara keseluruhan
merupakan satu kesatuan.
Prinsip objektivitas atau Non-Selektivitas, yaitu penolakan terhadap pendekatan/penilaian terhadap
pelaksanaan hak-hak asasi pada suatu Negara oleh pihak luar, yang hanya menonjolkan satu jenis HAM saja,
mengabaikan HAM lainnya.
Prinsip keseimbangan, yaitu keseimbangan anatara hak perseorangan dan masyarakat dan bangsa, sesuai
dengan kodrat manusia sebagai makhluk individual dan makhluk social sekaligus.
Prinsip Kompetensi Nasional, yaitu bahwa penerapan dan perlindungan HAM merupakan kompetensi dan
tanggung jawab nasional.
Prinsip Negara hukum, yaitu bahwa jaminan terhadap HAM dalam suatu negara dituangkan dalam aturan-
aturan hukum, baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis.
28
D. INSTRUMEN HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL HAM
1. Intrumen Hukum Internasional HAM
Perhatian dunia internasional terhadap Hak Asasi Manusia tampak meningkat setelah perang dunia II ( 1939-1945).
Besarnya jumlah korban diberbagai belahan dunia melahirkan perhatian yang mendalam terhadap peristiwa
penistaan terhadap nilai kemanusiaan dalam perang besar itu. Keprihatiaan tersebut kemudian mendorong
kesadaran umat manusia untuk mengedepankan pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia.
Selanjutnya,tonggak sejarah bagi diakuinya prinsip-prinsip kebebasaan sipil dan hak asasi dalam konteks
internasional tampak nyata dibentuknya perserikatan bangsa-bangsa yang kemudian melahirkan deklarasi universal
Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of human rights) tahun 1948.
Beberapa instruman hukum tentang HAM internasional pasca-Universal Declaration of human rights tahun 1948,
yaitu
NO Tahun Uraian/keterangan
2. 1966 Covenants of Human Rights telah diratifikasi oleh Negara-negara PBB, yang isinya mencakup:
The international on civil and political rights, yaitu memuat hak-hakdan hak-hak politik (persamaan
hak antara pria dan wanita)
Optional protocol, yaitu adanya kemungkinan seorang warga Negara mengdukan pelanggaran HAM
kepada the human rights commite PBB setelah melalui upaya pengadilan di negaranya.
The international covenant of oconomi,social and cartular rights,yaitu berisi syarat-syarat dan nilai-
nilai bagi system demokrasi ekonomi,sosial, dan budaya.
7. 1998 Konvensi menentang penyiksaan dan pengakuan atau hukuman lain yang kejam,tidak
manusiawi,dan merendahkan martabat manusia.
Pembunuhan Penyiksaan
Perkosaan Penganiayaan kepada keiompok
Pemusnahan Penghilangan orang dengan paksa
Perbudakan Kejahatan apartheid
Penggusuran Tindakan lain yang tidak berperikemanusiaan
Perampasan kemerdekaan
30
mendirikan lembaga yang khusus menangani kasus Falun Gong yakni “kantor 610” yang mirip gestaponya
Adolf Hitler. Karena itu ia harus bertanggung jawab atas kematian lebih dari 800 praktisi.
Para praktisi Falun Gong juga bergantung dengan pemerintah berbagai Negara mendesak mahkamah
internasional PBB untuk mengadili Jiang Zemin. Praktisi yang tersebar diseluruh dunia, saat ini sedang
mengumpulkan dan menata serangkaian bukti penindasan, meliputi kesaksian dari saksi mata, dengan jelas
menerangkan rincian dan kejadian sebagian pratiksi selama ditahan yang disiksa dan dipukul hingga
meninggal, foto-foto almarhum, dan sebuah daftar nama almarhum yang paling jelas yang terakhir ini
diketahui.
b. Proses peradilan hak asasi manusia internasional
Prose paradilan HAM internasionai meliputi beberapa tahapan, antara lain:
1) Pemeriksaan pendahuluan
Penuntut umum, setelah adanya laporan atau pengaduan dari salah satu Negara peserta mengenai suatu
kejahatan, kemudian melakukan evaluasi atas laporan tersebut. Apalagi penuntut umum menyimpulkan
bahwa ada dasar yang beralasan untuk menindak lanjuti dengan penyidikan kepada majelis pra-peradilan
dengan dilengkapi bahan-bahan yang telah dikumpulkan.
Dalam melakukan penyelidikan, tugas dan wewenang penuntut umum adalah:
Mengumpulkan dan memeriksa bukti-bukti
Meminta kehadiran dan bertanya kepada orang yang sedang diselidiki, korban, dan saksi
Mengadakan kerjasama dengan setiap Negara atau organisasi antar pemerintah yang sesuai kewenangan
Membuat persiapan atau kesepakatan yang tidak bertentangan dengan undang-undang untuk
mempermudah kerjasama dengan Negara, organisasi antar pemerintah atau orang
Menjaga kerahasiaan dokumen dan informasi yang diperoleh
Sebelum pemeriksa, penuntut umum boleh melanjutkan penyidikan dan dapat mengubah atau mencabut
setiap dakwaan.
2) Pemeriksaan pengadilan
Dalam pasal 61 International Criminal Court (ICC) ditentukan sebagai berikut:
Pada waktu pemeriksaan, penuntut umum harus mendukung setiap dakwaan dengan bukti yang cukup
Dalam proses pemeriksaan tersangka diperbolehkan:
- Menolak dakwaan
- Membantah bukti yang di ajukan oleh penuntut umum
- Mengajukan bukti
Dalam pimpinan mengangkat majelis pemeriksayang bertanggung jawab terhadap pelaksana setiap
persidangan berikutnya
Terdakwa harus hadir selama pemeriksaan.bila terdakwa hadir dipengadilan terus-menerus menunggu
persidangan, Majelis pemeriksa dapat mengeluarkan terdakwa dan membuat penetapan baginya untuk
mematuhi persidangan dan memberikan intruksi kepada pengacaranya dari luar sidang dengan teknologi
komunikasi
Dalam mulai persidangan, majelis pemeriksa membacakan kepada terdakwa dakwaan yang sebelumnya
telah dikonfirmasikan oleh majelis pra-peradilan. Majelis pemeriksa memberi kesempatan kepada
terdakwa untuk menyatakan pernyataan bersalah atau tidak bersalah.
Hakim ketua memberi petunjuk pelaksanaan persidangan termasuk menjamin bahwa persidangan
dilaksanakan secara adil dan tidak memihak
Majelis pemeriksa memiliki wewenang untuk:
- Mengatur mengenai diterimanya suatu bukti
- Mengambil suatu tindakan yang perlu untuk menjaga ketertiban selama berlangsungnya pemeriksaan
Bila majelis pemeriksa berpendapat bahwa diperlukan adanya fakta-fakta yang lebih lengkap untuk
kepentingan keadilan, terutama korban, maka dapat:
- Menuntut penuntut umum mengajukan bukti tambahan termasuk keterangan saksi-saksi
- Memerintahkan agar pemeriksaan dilanjutkan
Putusan majelis pemeriksa harus berdasarkan evaluasi bukti dari seluruh persidangan
3) Upaya Banding
Berdasarkan pasal 74 International Criminal Court (ICC), putusan pengadilan dapat diajukan banding oleh
penuntut umum atau orang yang dihukum dengan alasan-alasan sebagai berikut:
Kesalahan prosedur
Kesalahan fakta
Kesalahan hukum
Alasan lain yang mempengaruhi keadilan
31
MARI BERLATIH !!!
Berilah tanda silang (x) di depan huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang benar !
1. Hak asasi manusia yang paling pokok yang harus 6. Di bawah ini tidak termasuk The Four Freedom . . . .
terpenuhi dahulu untuk dapat melaksanakan hak asasi a. Kebebasan beragama d. Kebebasan dari rasa takut
manusia yang lain adalah hak . . . . b. Kebebasan berpolitik e. kebebasan berpendapat
a. Beragama d. untuk memperoleh c. Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan
perlindungan 7. Pengakuan HAM Sedunia disetujui oleh PBB pada tanggal . .
b. Hidup e. kebebasan dari rasa takut ..
c. Mendapat pekerjaan a. 17 Agustus 1945
b. 24 Oktober 1945
2. Yang menjadi tonggak perkembangan HAM adalah . . . c. 24 Oktober 1945
. d. 10 November 1948
a. Magna Charta d. Bill of Right e. 10 Desember 1948
b. Piagam HAM sedunia e. Declaration des 8. Piagam HAM Sedunia dikenal dengan . . . .
Droit a. Magna Charta
c. Declaration of Independent d L’home et Du b. Hobeas Corpus Act
Citoyen c. Declaration of Independence
d. Declaration des Droit d L’home et Du Citoyen
3. Hak untuk mendapatkan dan memilih jenis pendidikan e. Universal Declaration of Human Rights
termasuk dalam . . . . 9. Kejahatan Apartheid termasuk kejahatan . . . .
a. Rights of legal equality a. Genosida
b. Procuderal Rights b. Kemanusiaan
c. Property Rights c. Negara
d. Social and Culture Rights d. Barat
e. Personal Rights e. Biasa
10. Sikap bangsa Indonesia sebagai bangsa yang anti
4. International Criminal Court didirkan pada tanggal . . . . imprealisme dan kolonialisme ditegaskan dalam . . . .
a. 1 Juli 2000 a. Pembukaan UUD 1945
b. 1 Juni 2001 b. Penjelasan UUD 1945
c. I Juni 2002 c. Proklamasi Kemerdekan RI dan UUD 1945
d. 1 Juli 2002 d. PERPU
e. 1 Juni 2004 e. Ketetapan MPR
32
BAB 4
HUBUNGAN DASAR NEGARA DENGAN KONSTITUSI
A. Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi
1. Pengertian Dasar Negara
Dalam Ensiklopedi Indonesia, kata dasar (filsafat) berarti asal yang pertama. Istilah ini juga sering
dipakai dalam arti: Pengertian yang menjadi pokok dari pikiran-pikiran lain. Kata dasar bila dihubungkan
dengan Negara, berarti pedoman dalam mengatur kehidupan penyelenggaraan ketatanegaraan Negara
yang mencakup berbagai bidang kehidupan.
Setiap Negara yang merdeka dan berdaulat sudah barang tentu memiliki dasar Negara yang berbeda.
Perbedaan dasar Negara yang diterapkan didalam suatu Negara sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai
social-budaya, patriotism dan nasionalisme yang telah terkritalisasi dalam perjuangan untuk
mewujudkan cita-cita dan tujuan Negara yang hendak dicapainya.
Bagi bangsa Indonesia, dasar Negara yang dianut adalah Pancasila. Dalam tinjauan yudiris
konstitusional, Pancasila sebagai dasar Negara berkedudukan sebagai norma objektif dan norma
tertinggi dalam Negara, serta sebagai sumber segala sumber hukum sebagaimana tertuang di dalam
TAP. MPRS No. XX/MPRS/1996, jo. MPR No. V/MPR/1973, jo. TAP. MPR No. IX/mpr/1978. Penegasan
kembali Pancasila sebagai dasar Negara tercantum dalam TAP. MPR No. XVIII/MPR/1998.
2. Pengertian Konstitusi
Para ahli memiliki pandangan yang bervariasi mengenai “konstitusi” dan “Undang-Undang Dasar”.
Ada yang berpendapat sama, tetapi ada juga yang berpendapat berbeda. Kata konstitusi secara
etimologis berasal dari bahasa Latin (constitutio), Inggris (constitution), Prancis (constituer), Belanda
(constitutie), dan Jerman (Konstitution). Dalam pengertian ketatanegaraan, istilah konstirusi
mengandung arti undang-undang dasar, hukum dasar atau susunan badan.
Suatu konstitusi menggambarkan seluruh sistem ketatanegaraan suatu Negara, yaitu berupa
kumpulan peraturan yang membentuk, mengatur dan memerintah Negara. Peraturan-peraturan
tersebut ada yang berbentuk tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang, ada pula yang
bersumber dari peraturan yang tidak tertulis seperti norma, kebiasaan adat istiadat, dan konvensi di
dalam masyarakat.
Dalam perkembangan politik dan ketatanegaraan, istilah konstitusi mempunyai dua pengertian yaitu
:
a. Pengertian Luas, “ Konstitusi” berarti keseluruhan dari ketentuan – ketentuan dasar atau hukum
dasar (droit constitunelle).
b. Pengertian Sempit, “ Konstitusi” berarti piagam dasar atau Undang – Undang Dasar ( Loi
constitunelle), yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan – peraturan dasar negara.
3. Substansi Konstitusi Negara
Konstitusi dapat dibedakan antara konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis. Suatu konstitusi
disebut tertulis bila merupakan satu naskah, sedangkan konstitusi tidak tertulis tidak merupakan satu
naskah dan banyak dipengaruhi oleh tradisi dan konvensi. Contoh, Negara Inggris yang konstitusi
hanya merupakan kumpulan-kumpulan dokumen.
Konstitusi atau hukum dasar, dapat pula dibedakan antara Hukum Dasar Tertulis, yaitu Undang-
Undang Dasar dan Hukum Dasar Tidak Tertulis, yaitu konvensi. Salah satu contoh konvensi di
Indonesia adalah pelaksanaan Pidato Kenegaraan Presiden menjelang oeringatan Proklamasi 17
Agustus.
a. Sifat dan fungsi konstitusi Negara
Sifat pokok konstitusi Negara adalah flexible (luwes) dan rigid (kaku). Konstitusi dikatakan
fleksibel, bila pembuat konstitusi menetapkan cara mengubahnya tidak berat, mempertimbangkan
perkembangan masyarakat sehingga mudah mengikuti perkembangan masyarakat sehingga mudah
mengikuti perkembangan zaman ( contoh Inggris dan Selandia Baru ). Konstitusi bersifat rigid apabila
33
pembuat konstitusi menetapkan cara perubahan yang sulit dengan maksud agar tidak mudah di ubah
hukum dasarnya ( contoh Amerika, Kanada, Jerman dan Indonesia).
Fungsi pokok konstitusi dan Undang-Undang Dasar adalah untuk membatasi kekuasaan
pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang.
Menurut Carl J. Friedrich, konstitusionalisme merupakan gagasan di mana pemerintah dipasang
sebagai suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat.
Setiap UUD memuat ketentuan – ketentuan sebagai berikut :
a. Organisasi negara c. Prosedur mengubah UUD
b. Hak Asasi Manusia d. Larangan untuk mengubah sifat tertentu dari
UUD
b. Kedudukan Konstitusi (Undang-Undang Dasar)
Meskipun Undang-Undang Dasar bukan merupakan salah satu syarat untuk berdirinya suatu
Negara beserta dengan penyelenggaranya yang baik, tetapi dalam perkembangan zaman modern
dewasa ini, Undang-Undang Dasar mutlak adanya. Sebab dengan adanya Undang-Undang Dasar
baik penguasa Negara maupun masyarakat dapat mengetahui aturan atau ketentuan pokok atau
dasar-dasar mengenai ketatanegaraannya.
2. Cara Mengubah
34
B. Kedudukan Pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan RI Tahun 1945
Pembukaan UUD mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa yang beradab
diseluruh muka bumi. Kalimat di dalam Pembukaan UUD tersebut antara lain “Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan, karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan”.
1. Kedudukan Pembukaan UUD 1945
Di dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 termuat unsur-unsur seperti yang diisyaratkan
bagi adanya suatu tertib hukum yaitu “kebulatan dari keseluruhan peraturan hukum”. Adapun
syarat-syarat yang dimaksudkan mencakup hal-hal berikut :
a. Adanya kesatuan objek (penguasa) yang mengadakan peraturan-peraturan hukum. Hal ini
terpenuhi dengan adanya suatu Pemerintah Republik Indonesia
b. Adanya kesatuan asas kerohanian yang menjadi dasar keseluruhan peraturan hukum. Hal ini
terpenuhi oleh adanya dasar Filsafat Negara Pancasila
c. Adanya kesatuan daerah dimana keseluruhan peraturan hukum itu berlaku, terpenuhi oleh
penyebutan “seluruh tumpah darah Indonesia”
d. Adanya kesatuan waktu dimana keseluruhan peraturan hukum itu berlaku. Hal itu terpenuhi oleh
penyebutan “disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD Negara
Indonesia” yang berlangsung saat sejak timbulnya Negara Indonesia sampai seterusnya selama
Negara Indonesia ada.
Pokok kaidah negera yang fundamental menurut ilmu hukm tata Negara mempunyai beberapa
unsur mutlak antara lain :
a. Dari segi terjadinya, ditentukan oleh pembentuk Negara dan terjelma dalam suatu bentuk
pernyataan lahir sebagai penjelmaan kehendak pembentuk Negara untuk menjadikan hal-hal
tetentu sebagai dasar Negara yang dibentuknya
b. Dari segi isinya, memuat dasar-dasar pokok Negara yang dibentuk sebagai berikut :
1. Dasar tujuan Negara (tujuan umum dan tujuan khusus).
Tujuan umum, tercakup dalam kalimat untuk memajukan kesejahteraan umumdan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan social. Tujuan umum ini berhubungan dengan masalah hubungan antara bangsa
(hubungan luar negri) atau politik luar negri Indonesia yang bebas aktif.
Tujuan khusus, tercakup dalam kaimat “melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, mencerdaskan ehidupan bangsa serta mewujudkan suatu keadilan social bagi
seluruh rajyat Indonesia. Tujuan ini bersifat khusus dalam kerangka tujuan bersam, yaitu
menuju masyarakat adil dan makmur.
2. Ketentuan diadakannya Undang-Undang Dasar yang tersimpul dalam kalimat, “Maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia”.
3. Bentuk Negara, adalah “Republik yang berkedaulatan Rakyat”
4. Dasar filsafat Negara (asas kerohaian) pancasila yang tercakup dalam kalimat “….dengan
berdasar kepada : Ke-Tuhanan yang MAha Esa; Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyaaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia”.
Dengan demikian, pembukaan UUD 1945 telah memenuhi syarat sebagai pokok kaidah
Negara yang fundamental (fundamental norm). Dalam hubungannya dengan pasal-pasal UUD
1945 (Batang Tubuh UUD 1945).
UUD memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a. Karena sifatnya tertulis dan rumusannya jelas, UUD 1945 merupakan hukum positif yang
mengikat pemerintah sebagai penyelenggara negara, dan juga mengikat setiap warga negara .
b. Membuat norma –norma, aturan – aturan serta ketentuan – ketentuan yang dapat dan harus
dilaksanakan secara konstitusional.
35
c. UUD 1945, termasuk pembukaan UUD 1945 yang dalam tertib hukum Indonesia merupakan
undang – undang yang tertinggi, menjadi alat kontrol norma – norma hukum yang lebih
rendah dalam hirarki tertib hukum Indonesia.
Kedua Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia
Indonesia telah sampailah pada saat yang merupakan hasil perjuangan pergerakan melawan
berbahagia dengan selamat sentosa penjajah.
mengagtarkan rakyat Indonesia ke depan Adanya momentum yang harus dimanfaatkan untuk
pintu gerbang kemerdekaan Negara menyatakan kemerdekaan.
Indonesia Bahwa kemerdekaan bukanlah akhir perjuangan, tetapi
harus diisi dengan mewujudkan negara Indonesia yang
merdeka,bersatu , berdaulat,adil dan makmur.
Ketiga Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa Motivasi spiritual yang luhur bahwa kemerdekaan kita
dan dengan gigorong oleh keinginan luhur, adalah berkat rahmat Alllah Yang Maha Kuasa
supaya berkehidupan kebangsaan yang Keinginan yang didambakan oleh segenap bangsa
bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan Indonesia terhadap suatu kehidupan yang
dengan ini kemerdekaannya. berkesinambungan antara kehidupan material dan
spiritual, dan kehidupan dunia maupun akhirat.
Pengukuhan pernyataan Proklamasi Kemerdekan.
Keempat Kemudian daripada itu untuk membentuk Adanya fungsi dan sekaligus tujuan Negara Indonesia,
suatu Pemerintah Negara Indonesia yang yaitu :
melindungi segenap bangsa Indonesia dan A. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan sekuruh
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk tumpah garaj Indonesia
memajukan kesejahteraan umum, B. Memajukab kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut C. Mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan
melaksanakan ketertiban dunia yang ketertiban dubia yang berdasarkan kemerdekaan,
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian perdamaian abadi, dan keadilan social
abadi dan keadilan social, maka disusunlah Kemerdekaan bangsa Indonesia yang disusun dalam suatu
Kemerdekaan Kebangsan Indonesia itu Undang-Undang Dasar 1945
dalam suayu Undang-Undang Dasar Negara Susunan/bentuk Negara Republik Indonesia
Republik Indonesia, yang berbentuk Undang Sistem pemerintahan Negara, yaitu berdasarkan
Dasar, dalam suatu susunan Negear Republik kedaulatan rakyat (demikrasi)
Indonesia yang berkedaulatan rakyat degan Dasar Negara Pancasila
berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebujaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia.
3. Makna Pembukaan UUD 1945 bagi Perjuangan Bangsa Indonesia
Undang-Undang Dasar merupakan sumber hukum tertinggi dari hukum yang berlaku di Indonesia,
sedangkan Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan serta tekad
bangsa Indonesia untuk mencapai tujuannya, Pembukaan juga merupakan sumber dari “cita hukum” dan
36
“cita moral” yang ingin ditegakan baik dalam lingkungan nasional maupun dalam hubungan pergaulan
bangsa-bangsa di dunia.
4. Pokok-pokok Pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
Pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai berikut:
a. Pokok pikiran Pertama: “Negara- begitu bunyinya – melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia untuk berdasar atas persatuan mewujudkan keadilan bagi seluruh
rajyat Indonesia”. Dalam Pembukaan ini, diterima aliran pengertian Negara persatuan, Negara yang
melindungi dan meliputi segenap bangsa seluuhnya. Jadi, Negara mengatasi segala paham golongan,
mengatasi segala paham perseorangan. Negara menurut pengertian “Pembukaan” itu menghendaki
persatuan menghendaki persatuan yang meliputi segenap bangsa Indonesia. Inilah suatu dasar
Negara yang tidak boleh dilupakan.
b. Pokok pikiran Kedua : “Negara hendak mewujudkan keadilan social bagi social bagi seluruh rakyat”
Hal ini merupakan poko pikiran keadilan social. Pokok pikiran yang hendak diwujudkan oleh Negara
bagi seluruh rakyat ini didasarkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan social dalam kehidupan masyarakat.
c. Pokok pikiran Ketiga : “Negara yang berkedaulatan rajyat berdasar atas kerakyatan dan
permisyawaratn/perwakilan”. Oleh karena iti, sisten begara yang terbentuk dalam UUD 1945 harus
berdasar atas kedaulatab rakyat dan berdasar atas permusyawaratn/perwakilan. Memang aliran ini
sesuai dengan sifat “nasyarakat Indonesia”. Ini adalah pokok pikiran kedaulatan rakyat, yang
menyatakan bahwa kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
d. Pokok pikran Keempat : “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab”. Oleh karena itu, UUD 1945 harus mengandung isi yang
mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara Negara untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Hal ini menegaskan
pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dengan demikian, apanila kita memperhatikan keempat pokok pikiran tersebut tampal bahwa
pokok-pokok pikiran ini tidak lain adalah pancaran dari dasar falsafat Negara Pancasila. Pokok-pokok
pikiran ini dijelmakan kedalam pasal demi pasal Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945.
5. Hubungan Pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945
Pokok-pokok pikiran pembukaan UUD 1945, merupakan suasana kebatinan Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia serta mewujudkan cita hukum yang menguasai hkum dasar Negara, baik yang tertulis
maupun tidak tertulis, dan pokok-pokok pikrab tersebut dijelmakan dalam pasal UUD 1945. Oleh karena
itu, dipahami bahwa suasana kebatinan UUD 1945 serta cita hukum UUD 1945 bersumber atau dijiwai
oleh dasar falsafat Pancasila. Inilah yang dimaksud dengan arti dan fungsi Pancasila sebagai Dasar Negara.
Dengan demikian, jelaslah bahwa Pembukaan UUD 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung
degan Batang Tubuh UUD 1945, karena Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang
dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal di Batang Tubuh UUD 1945 tersebut. Pembukaan UUD 1945
yang merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bahkan hal ini menjadi rangkaian kesatuan nilai
dan norma yang terpadu.
Batang Tubuh UUD 1945 terdiri dari rangkaian pasal-pasal merupakan perwujudan pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, yang tidak lain adalah pokok pikiran : Persatuan
Indonesia, Keadilan social, Kedaulatan Rakyat berdasar atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan, dan Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Pokok-pokok pikiran tersebut tidak laib adalah pancaran dari Pancasila yang telah nanpu nenberikan
emangat dan terpancang dengan khidmay dalam perangkat UUD 1945. Semangat (Pembukaan) pada
hakikatnya merupakan suatu rangkaian lesatuan yang tak dapat dipisahkan. Kesatuan serta semangat
yang demikian itulah yang harus diketahui, dipahami, dan dihayati oleh setiap insan warga Negara
Indonesia.
37
6. Tata Urutan Peraturan Perundangan-Undangan yang Berlaku di Indonesia
TAP MPRS NO. XX/MPRS/ 1966 TAP MPR NO. III / MPR / 2000 UU RI No. 10 Tahun 2004 pasal 7
Tentang Sumber Tertib Hukum RI Tentang Tata Urutan Perudang- ayat 1, Tata Urutan Perudang-
Undangan Nasional Undangan Nasional
UUD 1945 UUD 1945 UUD 1945
TAP MPR TAP MPR UU / PERPU
UU / PERPU UU Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah PERPU Peraturan Presiden
Keputusan Presiden Peraturan Pemerintah Peraturan Daerah
Peraturan Pelaksana Keputusan Presiden
lainnya
Peraturan Daerah
39
yang dibuat, anggota parlemen dapat menjatuhkan cabinet dengan memberikan mosi tidak
percaya kepada pemerintah.
Kedudukan kepala Negara (raja, ratu, pangeran atau kaisar) hanya sebagai lambing atau symbol
yang tidak dapat di ganggu gugat.
c. Lembaga-lembaga Kenegaraan
Raja atau ratu sebagai pemegang tahta kerajaan hanya berfungsi dalam segi-segi pemerintah
yang bersufat seromonial (keupacaraan). Raja/ratu secara otomatis menduduki jabatan warisan
dalam Majelis tinggi.
a. Badan eksekutif
Terdiri dari raja/ratu yang tak dapat diganggu gugat (sinbolis), dan kekuasaan sesungguhnya ada
pada Perdaba Menteri.
Tugas Pokok :
Pemegangkekuasaan eksekutif ada pada perdana menteri yang mencakup antara lain:
Memimpin cabinet yang para anggotanya telah dipilihnya sendiri
Membimbing Majelis rendah
Menjadi penghubung dengan raja/ratu
memimpin partai mayoritas
b. Badan Legislatif
Parlemen terdiri dari dua kamar (bicameral), yaitu : House of Commons (Majelis Rendah) dan
House of Lord (Majelis Tinggi)
Tugas Pokok :
Parlemen pada system pemerintahan di inggris memiliki peran sebagai berikut :
Menilai secara kontinu reekan-rekan seperti yang duduk di cabinet
Mempersiapkan di bidang legislasi atas dasar kebijakan menteri
Mengawasi pelaksanaan undang-undang
Mentyatakan gagasan-gagasan politik
Memaparkan argumentasi-argumentasi politik kepada para pemilih
3. Konstitusi pada Negara Komunis
Komunis tudak hanya merupakan system politik yang menjadi dasar bagi konstitusi di Republik
Rakyat Cina, tetapi juga mencerminkan suatu gaya hidup yang berdasarkan nilai-nilai tertentu, antara
lain :
Gagasan monoisme (sebagai lawan dari pluralism)
Gagasan ini menolak adanya golongan-golongan di dalam masyarakat sebab dianggap bahwa setiap
golongan yang berlainan aliran pemikirannya merupakan perpecahan. Oleh sebab itu, persatuan
harus dipaksakan dan oposisi ditindas.
Kekerasan di pandang sebagai alat yang sah guna mencapai komunsme
Pelaksanaan pemaksaan dipakai dalm dua tahap. Pertama, terhadap musuh diselenggarakan suatu
diktatur yang kejam dimana oposisi dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Kedua, bagi pengikutnya
sendiri yang kurang insaf, diimdoktrinasi secara luas, terutma ditujukan kepada angkatan muda.
Negara merupakan alat untuk mencapai komunisme
Alat kenegaraan, seperti polisi, tentara, kejaksaan dipakai untuk diabadikan kepada pencapaian
komunisme (mobilization system). Campur tangan Negara sangat luas dan mendalam dibidang
politik, ekonomi, social, dan budaya. Di bidang hukum, tidak dipandang sebagai “a good in itself”
akan tetapi sebagai alat revolusi untuk mencapai masyarakat komunis.
a. Mekanisme konstitusional demokrasi rakyat (ala komunis)
Menurut istilah komunis, demokrasi rakyat adalah “bentuk khusus demokrasi yang memenuhi fungsi
diktatur proletar”. Bentuk khusus ini tumbuh dan berkembang di Negara-negara Eropa Timur
(sebelim runtuhnya Uni soviet tahun 1991) dan di Tiongkok (RRC). Khusus di Republik Rakyat Cina,
sebagai hasil perkembangan politik yang amat kaku dan penuh ketegangan antara golongan komunis
dan golongan antikomunis, pada akhirnya hany diakui adanya satu partai dalam masyarakat
(golongan-golongan lain disingkirkan dengan paksa).
40
b. Lembaga-Lembaga kenegaraan
Republik Rakyat Cina berdiri pada tahun 1949 dengan menumbangkan Dinasti Ching. tetapi baru pada
tahun 1954, secara mapan Konstitusi Cina ditetapkan dalam Kongres Rakyat Nasional yang menyebutkan
antara lain “bahwa demokrasi rakyat dipimpin oleh kelas pekerja dalam hal ini dikelola oleh partai
Komunis Cina sebagai inti kepemimpinan pemerintahan”
1. Ketua PKC dan Sekjen PKC
Organ administartif utama (Dewan Negara) yang terdiri dari Perdana Menteri (PM), wakil-wakil PM,
dan keala-kepala dari semua lementerian dan komisi.
Tugas pokok :
Pemegang Kekuasaan Eksekutif yang mencakup :
a. Mengatur mengendalikan seluuh struktur administrative dan bersama-sama degan badan-badan
tertinggi PKC menyelenggarakan pemerintahan Cina.
b. Berperansebagai penerjamah keputusan-keputusan partai kedalam tindakan-tindakan Negara
menjaikannya sebagai lembaga yang dibentuk oleh konstitusi.
2. Konggres Rakyat Cina (KRC)
Disebut organ wewenang Negara tertinggi dan pemegang wewenang legislative satu-satunya dalam
Negara.
Tugas Pokok :
a. Forum untuk mempelajari, mendukung, dan mengesahkan tindakan-tindakan pimpinan pusat
b. Melambangkan dukungan rakyat dan menghormati wakil-wakil terpilih yang secara politik disukai.
3. Mahkamah Rakyat Tertinggi dan Kejaksaan Rakyat Tertinggi
Bagian terakhir kerangka kerja pemerintah pusat.
Tugas Pokok :
Pemegang kekuasaan Yudikatif, yang mencakup antara lain :
a. Kejaksaan mempunyai kekuasaan yang bebas, termasuk penyidikan, penuntuan, dan pengawasan
secara umum terhadap semua organ Negara, termasuk pengadilan-pengadilan.
b. Kekuasaan Yudikatif dijalankan secara bertingkat kaku oleh pengadilan rakyat
c. Pengadilan Rakyat bertanggung jawab kepada kongres rakyat disetiap tingkatan. Namun karena
perwakilan rakyat tersebut didominasi oleh Partai Komunis Cina, demokrasi masih sulit terwujud,
kendatipun usaha kea rah perubahan dilakukan terus menerus dalam rangka reformasi besar-
besaran yang dirancangkan mahasiswa dalam rangka mebghadapi era globalisasi dewasa ini.
D. Sikap Positif terhadap Konsitusi Negara
Sebagai warga Negara, apa yang seharusnya dilakukan terhadap konstitusi Negara yang berlaku? Tentu
saja kita harus “taat asas” dan “taat hukum”.
Fungsi pokok Konstitusi atau Undang-Undang Dasar adlah untuk membatasi kekuasaan pemerintah
sedeikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang.
Agar Konstitusi Negara dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan dasar-dasar pemahaman taat
asas dan taat hukum, maka sangat diperlukan sikap positif dari setiap warga Negara sebagai berikut :
a. Bersikap Terbuka
Sikap terbuka atau transparan merupakan sikap apa adanya berdasarkan apa yang dilihat, didengar,
dirasakan, dan dilakukan. Sikap terbuka sangat penting dilakukan sebagai upaya menghilangkan rasa
curiga dan salah paham sehingga dapat dipupuk rasa saling percaya dan kerja sama guna
menumbuhkan sikap toleransi dan kerukunan hidup. Dengan sikap terbuka terhadap konstitusi
Negara, kita belajar untuk memahami keberadaan sebagai warga Negara yang akan melaksanakan
ketentuan-ketentuan penyelenggara negra dengan seoptimal mungkin.
b. Mampu mengatasi masalah
Setiap warga Negara harus memiliki kemampuan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang
dihadapi. sikap ini penting untuk di kembangkan karena akan membentuk kebiasaan menghadapi
masalah, sehingga kalau sebelumnya hanya menjadi penonton, pengkritik atau menyalahkan orang
lain, sekarang menjadi orang yang mampu member solusi ( jalan keluar ). kemampuan untuk
mengatasi masalah konstitusi negara akan memberikan iklim dan suasana yang semakin baik dalam
menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
41
c. Menyadari adanya perbedaan
Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang masyarakat sangat beragam sehingga tertanam
istilah
bhineka tunggala ika ( berbeda – beda namun tetap satu ). perbedaan harus diterima sebagai suatu
kenyataan atau realitas masyarakat di sekitar kita baik agama, suku bangsa, adat istiadat, dan
budayanya.
d. Memiliki harapan Realistis
Negara Indonesia dengan wilayah yang luas dan jumlah penduduk terbesar keempat didunia memiliki
permasalahan yang lebih kompleks dalam nernagai kehidupan. Dalam penyelenggara kehidupan
Negara, sangat penting bagi warga Negara untuk mampu memahami situasi dan kondisi Negara dalam
kebijakan yang diambil.
e. Penghargaan terhadap karya bangsa sendiri
Bangsa Indonesia harus bangga terhadap hasil karya bangsa sendiri. Salah satu karya bangsa untuk
kelangsungan kehidupan bangsa Indonesia adalah “ kemerdekaan dan kedaulatan bangsa” dalam
penyelenggaraan Negara.
f. Mau menerima dan memberi umpan balik
Kesadaran untuk tunduk dan patuh terhadap konstitusi Negara sangat diperlukan dalam rangka
menghormati produk-produk konstitusi yang dihasilkan oleh para penyelenggara Negara.
SISTEMATIKA UUD 1945
ATURAN ATURAN
NO UUD 1945 BAB PASAL AYAT
PERALIHAN TAMBAHAN
1 Sebelum 16 37 49 4 Pasal 2 Ayat
Amamdemen
2 Sesudah 21 73 170 3 Pasal 2 Pasal
Amandemen
PANCASILA
UUD 1945
MPR
42
SESUDAH AMANDEMEN
UUD 1945
BAB 5
Persamaan Kedudukan Warga Negara
A. Kewarganegaraan Republik Indonesia
1. Rakyat dalam Suatu Negara
Rakyat di dalam suatu Negara meliputi semua orang yang bertempat tinggal di dalam wilayah kekuasaan
Negara dan tunduk pada kekuasaan Negara itu. Awalnya rakyat di dalam suatu Negara hanya terdiri dari
orang-orang dari satu keturunan yang berasal dari satu nenek moyang yang masih memiliki hubungan
pertalian darah. Namun dalam perkembangan berikutnya, banyak pula pendatang yang berasal dari nenek
moyang berbeda.
dalam perkembangan dewasa ini, factor tempat tinggal bersama ikut menentukan apakah seseorang
termasuk dalam pengertian rakyat suatu Negara. Adadpun rakyat di dalam suatu Negara dapat dibedakan
sebagai berikut :
a. Berdasarkan hubungannya dengan daerah tertentu di dalam suatu Negara, rakyat dapat dibedakan
menjadi penduduk dan bukan penduduk.
Penduduk adalah mereka yang bertempat tinggal atatu berdomisili didalam suatu wilayah Negara
(menetap) untuk jangka waktu yang lama. Secara sosiologis, penduduk adalah semua orang yang
pada suatu waktu mendiami wolayah Negara. Biasanya, penduduk adalah mereka yang lahir secara
turun-temurun dan besar didalam suatu Negara.
Bukan Penduduk adalah mereka yang berada didalam suatu wilayah Negara hanya untuk
sementara waktu (tidak menetap). Contoh : para turis mancanegara atau tamu-tamu instansi
tertentu didalam suatu Negara.
b. Berdasarkan hubungan dengan pemerintah negaranya, rakyat dibedakan menjadi warga Negara dan
bukan warga Negara.
Warga Negara adalah mereka yang berdasarkan hukum tertentu merupakan anggota dari suatu
Negara, dengan status kewarganegaraan warga Negara asli atau warga Negara keturunan asing.
Warga Negara juga dapat diperoleh berdasarkan suatu undang-undang atau perjanjian yang diakui
sebagai warga Negara (melalui proses naturalisasi)
43
Bukan Warga Negara (orang asing) adalah mereka yang berada pada suatu Negara tetapi secara
hukum tidak menjadi anggota Negara yang bersangkutan, namun tunduk pada pemerintah di mana
mereka berada. Contoh : Duta besar, konsuler, kontraktor asing, dan sebagaiya.
Warga Negara dan bukan yang memiliki hak dan kewajiban yang berbeda. Contoh : warga Negara
dapat memiliki tanah atau mengikuti pemilu, suatu hak yang tidak dimiliki oleh orang yang bukan warga
Negara.
2. Asas Kewarganegaraan
Dalam menentukan status kewarganegaraan, system yang lazim digunakan adalah setsel aktif dan
pasif. Menurut setsel aktif, seseorang akan menjadi warga Negara suatu Negara dengan melakukan
tindakan-tindakan hukum tertentu secara aktif. Sedangkan menurut setsel pasif, seseorang dengan
sendirinya menjadi warga Negara tanpa harus melakukan tindakan hukum tertentu.
Sedangkan penentuan Kewarganegaraan dapat dibedakan menurut asas ius sanguinis dan asas ius soli.
a. Ius soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang menurut daerah atau Negara
tempat dimana ia dilahirkan.
b. Ius sanguinis adalah asas yang menetukan kewarganegaraan seseorang menurut pertalian darah atau
keturunan dari orang yang bersangkutan. Jadi, yang menentukan kewarganegaraan seseorang ialah
kewarganegaraan orang tuanya, dengan tidak mengidahkan dimana ia sendiri dan orang tuanya
berada dan dilahirkan.
Adanya perbedaan dalam menentukan kewarganegaraan di beberapa Negara, baik yang menerapkan
asas ius soli dan ius sanguinis, bisa menimbulkan dua kemungkinan, yaitu apatride dan bipatride.
a. Apatride adalah adanya seorang penduduk yang sama sekali tidak mempunyai kewarganegaran.
b. Bipatride adalah adanya seseorang penduduk yang mempunyai dua macam kewarganegaraan
sekaligus.
3. Penduduk dan Warga Negara Indonesia
Rakyat sebagai penghuni negara mempunyai peranan penting dalam merencanakan, mengelola dan
mewujudkan tujuan negara. Keberadaan rakyat yang menjadi penduduk maupun warga negara secara
konstitusional tercantum dalam pasal 26 Undang-undang Dasar 1945 perihal warga negara dan
Penduduk.
a. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga Negara.
b. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertenpat tinggal di Indonesia.
c. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan Undang-Undang.
Berikut ini adalah yang menjadi warga negara Indonesia berdasarkan peraturan perundangan
yang pernah berlaku di Indonesia.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 1946 :
a. Penduduk asli dalam daerah RI, termasuk anak-anak dari penduduk asli itu.
b. Istri seorang warga negara
c. Keturunan dari seorang warga negara yang kawin dengan wanita warga negara asing
d. Anak yang lahir dalam daerah RI yang oleh orang tuanya tudak diketahui dengan cara yang sah
e. Anak-anak yang lahir dalam waktu 300 hari setelah ayahnya, yang mempunyai kewargangaraan
Indonesia, meninggal.
f. Masuk menjadi warga negara Indonesia dengan jalan pewarganegaraan (naturalisasi).
2. Hasil konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949
a. Penduduk asli Indonesia, yaitu mereka yang dahulu termasuk golongan bumiputera dan
kedududkan di wilayah RI. apabila mereka lahir di kuar Indonesia dan bertempat tinggal di negeri
Belanda atau di luar daerah peserta Uni (Indonesia-Belanda) maka mereka berhak memilih
Kewarganegaraan Belanda dalam waktu dua tahun setelah tanggal 27 Desember 1949.
b. Orang Indonesia, kawula negara Nelanda, yang bertempat tinggal di Suriname atau Antilen (koloni
Belanda). Akan tetapi, jika mereka lahir di luar Kerajaan Belanda,mereka berhak memiliki
kewarganegaraan Belanda dalam waktu dua tahun setelah tanggal 27 Desember 1949.
44
c. Orang Cinadan Arab yang lahir di Indonesia atau sedikitnya bertempat tinggal enam bulan di
wilayah RI dan dalam waktu dua tahun sesudah tanggal 27 Desenber 1949 menyatakan memilih
menjadi warga negara Indonesia.
d. Orang Belanda yang dilahirkan di wilayah RI atau sedikitnya bertempattinggal enam bulan di
wilayah RI dan yang dalam waktu dua tahun sesudah tanggal 27 Desember 1949 menyatakan
memilih warga negara Indonesia.
e. Orang Asing (Kawula negara Belanda) bukan orang belanda yang lahir di Indonesia dan bertempat
tinggal di RI, dan yang dalam waktu dua tahun sesudah tanggal 27 Desember 1949 tidak menolak
kewarganegaraan Indonesia.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 62 tahun 1958
a. Mereka telah menjadi warga negara berdasarkan UU/Pertauran?Perjanjian yang berlaku surut
b. Mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang diterapkan dalam UU No. 62 tahun 1958, yakni
seperti berikut :
Pada waktu lahirnya mempunyai hubungan kekeluargaan dengan seorang warga negara
Indonesia (misalnya, ayahnya WNI)
Lahir dalm waktu 300 hari, setelah ayahnya meninggal dunia dan ayah itu pada waktu meninggal
dunia adalah warga negara RI.
Lahir dalam wilayah RI selama orang tuanya tidak diketahui
Memperoleh kewarganegaraan RI menurut UU No. 62 tahun 1958
4. Undang-Undang Kewarganegaraan Indonesia
Setelah Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, undang-undang
tentang kewarganegaraandi negara Republik Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Undang-Undang No. 3 tahun 1946 tentang kewargangaraan Indonesia
b. Undang- Undang No. 2 tahun 1958 tentang penyelesaian Dwi Kewarganegaraan antara
Indonesia dan RRC
c. Undang-Undang No. 62 tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Indonesia sebagai
Penyempurnaan Undang-Undang No. 3 tahun 1946
d. Undang-Undang No. 4 tahun 1969 tentang pencabutan UU No. 2 tahun 1958 dan dinyatakan
tidak berlaku lagi
e. Undang-Undang No. 3 tahun 1976 tentang Perubahan Pasal 18 UU No. 62 tahun 1958, dan
f. Undang-Undang No. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
B. Kedudukan Warga Negara dan Pewarganegaraan
1. Kedudukan Warga Negara
Kedudukan Warga negara dalam suatu negara sangat pentung statusnya terkait dengan hak dan
kewajiban yang dimiliki sebagai warga negara. Karena perbedaan status/kedudukan sebagai warga
negara sangat berpengaruh terhadap hak dan kewajiban yang dimiliki baik yang mencakup bidang
politik, ekonomi, sosial-budaya maupun hankam.
2. Hak dan Kewajiban Dasar Warga Negara
Hak-hak dan kewajiban dasar sebagai warga negara penting untuk dipahami dalam pelaksanaan
demokrasi yang berdampak pada penyelenggara negara dan stabilitas politik negara. Sebagai salah satu
perwujudan pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara dalam berdemokrasi, setiap warga negara
dituntut untuk menunjukan sikap postif dalam pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila yang
mencakup :
a. Melaksanakan hak pilih dan dipilih dalam pemilihan umum
b. Menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan Republik Indonesia
c. Menyukseskan pemilihan umum yang jujur dan adil
d. Melaksanakn GBHN dan ketetapan-ketetapan MPR lainnya
e. Bermusyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan yang menyangkut kepentingan
bersama
f. Saling mendukung dalam usaha pembelaan negara
g. Saling menghormati kebebasan dalam kehidupan beragama
45
Berikut ini contoh hak dan kewajiban warga negara Indonesia dalam pelaksanaan demokrasi di
Indonesia.
a. hak dibidang politik, misalnya mempunyai hak untuk memilih dan dipilih, mendirikan dan
memasuki suatu organisasi sosial politik, dan ikut serta dalam pemerintahan
b. hak dibidang pendidikan, misalnya mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan,
mengembangkan karir pendidikan, mendirikan lembaga pendidikan swasta, dan ikut serta
menangani pendidikan
c. hak dibidang ekonomi, misalnya mempunyai hak untuk memperoleh pekerjaan, memperoleh
kehidupan yang layak, hak memiliki barang, dan hak untuk berusaha
d. hak dibidang sosial budaya, misalnya setiap narga negara Indonesia mempunyai hak untuk
mendapat pelayanan sosial, kesehatan, pendidikan, penerangan, hak untuk mengembangkan
bahasa, adat-istiadat, dan budaya daerah masing-masing, dan hak untuk mendirikan lembaga
sosial-budaya
Tanggung jawab warga negara dalam pelaksanaan demokrasi Pancasila antara lain sebagai berikut:
a. setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab terhadap pelaksanaan sistem demokrasi
pancasila
b. setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pemilihan umum secara
langsung, umum, bebas, dan rahasia serta jujur dan adil
c. setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab atas pelaksanaan hukum dan pemerintah RI
d. setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab atas usaha pembelaan negara
e. setiap warga negara Indonesia bertanggung jawab atas pelaksanaan hak-hak asasi manusia,
mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan Indonesia
3. Pewarganegaraan di Indonesia
Menurut Undang-Undang No. 62 tahun 1958 yang dapat memperoleh kewarga negaraan Republik
Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Mereka yang menjadi warga negara menurut undang-undang / peraturan / perjanjian yang terlebih
dahulu telah berlaku (berlaku surut),
b. Kelahiran (asa ius soli),
c. Adopsi melalui pengadilan negeri (menyangkut orang asing dibawah umur 5 tahun),
d. Anak-anak diluar perkawinan dari seorng wanita Indonesia,
e. Pewarganegaraan (naturalisasi),
f. Setiap orang asing kawin dengan seorang laki-laki Indonesia,
g. Anak-anak yang belum berumur 18 tahun / belum kawin mengikuti ayah atau ibunya (asa ius
sanguinis),
h. Anak orang asing dan tidak mempunyai hubungan hukum dengan ayah atau ibunya yang orang asing
itu dapat menjadi warga negara RI setelah berumur 21 tahun atau sudah kawin melalui pernyataan.
Apabila ada orang asing yang ingin menjadi warga negara Indonesia melalui proses naturalisasi, ia
harus mengajukan permohonan kepada Menteri kehakiman melalui kantor pengadilan negeri setempat
dimana ia tinggal atau Kantor Kedutaan Besar RI bila ia ada di luar negeri. Prmohonan ini harus ditulis di
atas meterai dengan menggunakan bahasa Indonesi.
Selain di penuhi melalui cara naturalisasi, kewarganegaraan dapat juga diproleh dengan cara
berikut :
a. Kelahiran, yaitu pada dasarnya siapa saja yang lahir di Indonesia adalah warga negara RI (asas ius
soli)
b. Pengengkatan, yaitu pengangkatan anak berusia lima taun kebawah secara sah (adopsi) oleh orang
tua angkatnya maka anak tersebut dapat memperoleh kewarganegaraan RI
c. Dikabulkan permohonannya, yaitu permohonan yang dikabulkan oleh Menteri Kehakiman seperti
orang asing yang lahir dan bertempat tinggal di wilayah RI tetapi tidak mempunyai hubungan hukum
kekeluargaan dengan ayahnya.
d. Akibat perkawinan, yaitu suatu perkawinan antara warga asing dengan pria WNI. Dalam hal ini si
isteri akan memperoleh kewarganegaraan Indonesia.
46
4. Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006
a. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri
b. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang bersangkutan
mendapat kesempatan untuk itu
c. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonannya sendiri, yang
bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun, bertempat tinggal di luar negeri, dan
dengan dinyatakan hilang Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan
d. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden
e. Secara sujarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asung atau bagian
dari negara asing tersebut
f. Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam penilihan sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk
suatu negara asing
g. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang dapat
diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain atas namanya.
Bagi warga negara Indonesia di luar negeri yang kehilangan kewarganegaraannya bukan karena
kemauan sendiri, mereka masih diberi kesempatan untuk tetap menjadiwarga negara Indonesia dengan
persyaratan tertentu.
a. Nilai religius
Realitas kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman nenek moyang hingga sekarang ini sarat dengan
nilai – nilai regius,meskipun disadari bahwa tata cara ritual dan bentuk-bentuk yang disembah
berbeda.
b. Nilai gotong royong
Pada sebagian masyarakat Indonesia, nilai-nilai gotong royong masih sangat kuat dipertahankan
sebagai wujud kepedulian dan mau membantu sesama.
c. Nilai ramah tanah
Kebiasaan dalam pergaulan hidup yang mengembangkan sopan santun dan ramah tamah
merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa-bangsa lain di
dunia.
47
d. Nilai kerelaan berkorban dan cinta tanah air
Rela berkorban dan cinta tanah air merupakan wujud ketulusan pengorbanan seseorang dalm
bentuk harta benda maupun nyawa untuk kepentingan harga diri, harkat nartabat bangsa dan
negara.
Penjelasan Istilah :
Ras : Perbedaan manusia didasarkan pada perbedaan fisik
Agama : ajaran yang terutama didasarkan antara hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa,
dengan sesamanya, dan dengan alam sekitarnya berdasarkan kitab suci.
Gender : Perbedaan manusia berdasrakan pada jenis kelamin
Golongan : kelompok – kelompok yang ada di dalm masyarakat yang didasarkan pada kesamaan
kepentingan
maupun tujuan
Budaya : merupakan hasil karya dari akal dan pikiran manusia
Suku : kelompok manusia yang terikat oleh kesadaran dan jati diri mereka akan kesatuan
kebudayaan mereka, sehingga kesatuan budaya tidak ditentukan oleh orang melainkan
oleh warga kebudayaan yang bersangkutan.
49
BAB 6
Sistem Politik Indonesia
A. Sistem Politik
1. Pengertian Sistem Politik
Suatu system politik terdiri dari interaksi peranan para warga Negara. Orang yang sama dalam
system politik dapat sekaligus memainkan peranan lain seperti dalam system ekonomi, social,
keagamaan, dan lain-lain. Nerikut ini adalah batasan system politik menurut paraahli politik.
a. Rusandi Simuntapura
Sistem politik ialah mekanisme seperangkat ungsi atau peranan dalam struktur politik dalam
hubungan satu sama lain yang menunjukan suatu proses yang langgeng.
b. David Easton
Sistem politik dapat diprkenalkan sebagai interaksi yang diabstrasikan dari seluruh tingkah laku soial
sehingga nila-nilai dialokasikan secara otoritatif kepada masyarakat.
c. Robert Dahl
Sistem politik merupakan pola yang tetap dari hubungan antar manusia serta meliabatkan sesuatu
yang luas dan berarti tentang kekuasaan, aturan-aturan, dan kewenangan.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa dalam system politik tercakup
hal-hal sebagai berikut :
Fungsi integrasi dan adaptasi terhadap masyarajat, baik kedalam maupun keluar
Penerapan nilai-nilai dalam masyarakat berdasarkan kewenangan
Penggunaan kewenangan atau kekuasaan, baik secara sah ataupun tidak,
2. Ciri-Ciri Umum Sistem Politik
Sistem politik baik modern maupun primitive memiliki ciri-ciri tertentu almond dalam the politics of
developing areas,mengatakan ada 4 (empat ) ciri dalam sistem politik, yaitu:
a. Semua sistem politik termasuk yang paling sederhana mempunyai kedudukan politik. dalam
pengertian bahwa masyarakat yng paling sederhana pun mempunyai tipe struktur politik yang
tedapat dalam masyarakat yang paling kompleks sekali pun. tipe – tipe tersebut dapat
diperbandingkan satu sama lain sesuai dengan tingkatan dan bentuk pembandingan kerja yang
teratur.
b. Semua system politik menjalankan fungsi – fungsi yang sama walaupun tingkatannya berbeda –
beda yang ditimbulkan karena perbedaan stuktur. hal ini dapat diperbandingkan, yaitu bagaimana
fungsi-fungsi tadi sering dilaksanakan atau tidak dan bagaimana gaya pelaksanaannya.
c. Semua struktur politik, walaupun dispesifikasikan dengan berbagai unsure baik itu pada masyarakat
primitif maupun pada masyarakat modern, melaksanakan banyak fungsi. oleh karena itu, sistem
politik dapat dibandingkan sesuai dengan tingkat kekhususan tugas.
d. Semua sistem politik adalah sistem campuran dalam pengertian kebudayaan. secara rasionala tidak
ada struktur dan kebudayaan yang semuanya modern atau semuanya primitif melainkan dalam
pengertian tradisional, semuanya adalah campuran antara unsure modern dan tradisional.
Dalam memahami cara kerja sistem politik pada umumnya, peran input dan output mempunyai
pengaruh besar terhadap kebijakan publik. Hoogerwerf berpendapat bahwa “ input “bisa berasal
dari sistem lain, misalnya sistem ekonomi.sistem ekonomi yang terkena dampak kebijakan
pemerintah akan memberikan reaksi tertentu, mungkin memperkuat atau bertentangan. reaksi ini
merupakan input bagi sistem politik untuk diperoses lebih lanjut. disamping itu, input juga berasal
dari perilaku politik berupa unjuk rasa / demontrasi atau tindakan maker sebagai dampak dari output
sistempolitik.
50
3. Macam-Macam Sistem Politik
Macam-macam sistem politik yang hendak diuraikan, sesungguhnya merupakan tipe, atau model yang
didasarkan pada sudut kesejarahan dan perkembangan sistem politik dari berbagai Negara yang
disesuaikan dengan perkembangan kultur dan struktur masyarakatnya.
a. Almond dan Powell membagi 3 (tiga) kategori sistem politik yakni :
Sistem-sistem primitif yang intermittent (bekerja dengan sebentar-bentar istirahat).
Sistem-sistem tradisional dengan struktur-struktur bersifat pemerintahan politik yang berbeda-
beda dan suatu kebudayaan “subjek”.
Sistem-sistenm modern dimana struktur-struktur politik yang berbeda-beda (partai politik,
kelompok-kelompok kepentingan, dan media massa) berkembang dan mencerminkan aktivitas
budaya politik “participant”
b. Alfian mengklasiikasikan sistem politik menjadi 4 (empat) tipe, yakni :
Sistem politik otoriter/totaliter
Sistem politik anarki
Sistem politik demokrasi
Sistem politik demokrasi dalam transisi
52
Awal kebangkitan orde baru (!966) dalam melakukan pembelahan institusi politik, tetap berpandang bahwa
jumlah partai politik yang terlalu banyak tidak menjamin stabilitas politik. Usaha pertama disamping
memulihkan partai-partai yang tidak secara resmi dilarang, adalah menyusun undang-undang tentang pemilu
yang dianggap sesuai dengan perkembangan masyarakat saat itu. Dan pemilu yang direncanakan dilaksanakan
dalam waktu dekat, ternyata baru terlaksana tahun 1971 dengan peserta sebanyak 10 partai politik. ( Golkar,
Parmusi, NU, PSII, Partai Islam, Parkindo, Partai Katolik, PNI, Murba, dan IPKI)
Hasil Pemilu 1971 menunjukkan kemenangan Golkar yang diikuti oleh Parmusi, NU dan PNI.
Selanjutnya dengan diberlakukannya UU RI no. 03 tahun 1957, Pemilu tahun 1977 dan 1982 hanya diikuti
oleh 3 ( tiga) peserta :
1). PPP dengan ciri ke-islaman dan ideologi islam.
2). Golkar dengan ciri kekayaan dan keadilan sosial.
3). PDI dengan ciri demokrasi, kebangsaan (nasionalisme), dan kedilan
Pada pemilu tahun 1987 dan 1992 dengan diberlakukannya UU NO. 3 tahun 1985, partai politik dan Golkar
ditetapkan hanya mempergunakan satu-satunya asas, yaitu Pancasila dengan tujuan agar setiap kontestan pemilu
lebih berorientasi padaprogram kerja masing-masing. penerapan atas tersebut langsung sampai dengan
pelaksanaan pemilu 1997. fakta memperlihatkan bahwa selama pemilu orde baru, golkar selalu dominan. dalam
pemilu 1971 golkar meraih (62,8%),tahun 1997 (62,1%), tahun 1982 (64,3%),tahun 1987 (73,2%)tahun 1992
(68,1%) dan pada tahun 1997 (70,2%).
Era orde baru mengalami antiklimaks kekuasaan setelah pada akhir tahun 1997 negara Indonesia mengalami
krisis moneter yang selanjutnya berkembang menjadi krisis multidimensi karena terperangkap hutang luar negeri
yang besar dan banyaknya praktik korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) yang melibatkan pejabat birokrasi dan
pengusaha.
Masa/Era Repormasi (tahun 1999 s.d.sekarang)
Era reformasi benar-benar merupakan arus angin perubahan menuju demokratisasi dan asas keadilan.
Partai-partai politik diberikan kesempatan untuk hidup kembali dan mengikuti pemilu dengan multipartai
yang terselenggarakan pada tahun 1999 berdasarkan undang-undang No. 3 tahun 1999. sangat mengejutkan
bagi semua manusia elemen masyarakat Indonesia ternyata paska-orde baru pemilu diikuti sebanyak 48
partai politik.
b. Kelompok kepentingan (interest group)
Kelompok kepentingan (interest group), dalam gerak langkahnya akan sangat tergantung pada sistem
kepartaian yang diterapkan dalam suatu negara. Aktivitas kelompok kepentingan umumnya menyangkut
tujuan-tujuan yang lebih terbatas, dengan sasaran-sasaran yang monolitis dan intensitas usaha yang tidak
berlebihan.
Menurut Gabriel A. Almond, kelompok kepentingan dapat diidentifikasikan ke dalam jenis-jenis
kelompok sebagai berikut :
Kelompok Anomik : kelompok yang terbentuk dari unsur – unsur masyarakat secara spontan dan
seketika akibat isu kebijakan pemerintah, agama, politik, dsb.
Kelompok non-asosiasional : Kelompok yang berasal dari unsur keluarga dan keturunan atau etnik,
regional, status dan kelas yang menyatakan kepentingannya berdasarkan situasi.
Kelompok insitusional : kelompok yang bersifat formal dan memiliki fungsi – fungsi politik atau sosial.
Kelompok asosiasional : Kelompok yang menyatakan kepentinganya secara khusus, memakai tenaga
professional dan memiliki prosedur yang teratur untuk merumuskan kepentingan dan tuntutan.
Kelompok kepentingan pada negara totaliter (partai tunggal) pada umumnya dianut oleh negara komunis
(Rusia, RRC, Vietnam, Korea Utara, Kuba, dan lain-lain). David Lane, (seorang analisis politik) mengidentifikasi
5 (lima) kategori kelompok kepentingan di Uni Soviet (Rusia), yaitu:
a. Elite politik, seperti anggota-anggota politburo
b. Kelompok-kelompok institusional, sepsrti serikat-serikat dating
c. Kelompok-kelompok pembangkang setia, seperti para dokter dan guru
d. Pengelompokan-pengelompokan sosial yang tidak terorganisir dalam satu kesetian, seperti petani dan
tukang
53
e. Kelompok-kelompok yang tidak terorganisir dalam satu kesatuan, yang bukan merupakan bagian dari
aparat Soviet (Rusia), atau yang mempunyai jarak dengan rezim penguasa, seperti kelompok intelektual
yang menentang rezim atau anggota sekte-sekte keagamaan tertentu
Pada negara yang menerapkan sistem dua partai, disiplin partai baik dalam parlemen maupun kabinet
relatif lebih ketat dan hal ini merupakan kendala tersendiri terutama untuk mendukung sepenuhnya
program-program kelompok-kelompok tertentu.
Di negara berkembang pada umumnya. dan khususnya di Indonesia masyarakat yang tergabung dalam
kelompok kepentingan biasanya sensitive terhadap isu politik dalam lingkup kelompok politik yang sempit.
Masyarakat masih dibatasi realita politiknya (terutama masa orde baru) oleh para pemegang kekuasaan
negara/pemerintah. Dengan asumsi demi stabilitas politik. Tampak bahwa pada masa itu pemegang
kekuasaan negara/pemerintah cukup tangguh mengendalikan kehidupan politik supaya terdapat keleluasaan
bagi proses pembangunan bidang kehidupan lainnya.
Namun pasca Orde Baru (tahun 1998) yang disebut dengan era reformasi, masyarakat berperan aktif
dalam menumbuhkan sangkar partisipasi politik “demokratisasi” setelah selama 32 tahun dikekang dengan
berbagai instrument politik dan peraturan perundangan. Berkembangnya sistem politik di Indonesia dewasa
ini tidak lepas dari peran kelompok kepentingan yang selama Orde Baru berkuasa bersebrangan, terutama
dari kalangan akademisi, politikus, lembaga swadaya masyarakat, pengusaha, dan sebagainya.
c. Kelompok Penekan (pressure group)
Kelompok penekan merupakan salah satu institusi politik yang dapat dipergunakan oleh rakyat untuk
menyalurkan aspirasi dan kebutuhannya dengan sasaran akhir adalah untuk mempengaruhi atau bahkan
membentuk kebijakan pemerintah. Kelompok penekan dapat terhimpun dalam beberapa asosiasi yang
mempunyai kepentingan sama, antara lain :
a. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
b. Organisasi-organisasi sosial keagamaan
c. Organisasi kepemudaan
d. Organisasi Lingkungan Kehidupan
e. Organisasi pembela Hukum dan HAM
f. Yayasan atau Badan hukum lainnya,
Mereka pada umumnya dapat menjadi kelompok penekan dengan cara mengatur orientasi tujuan-
tujuannya yang secara operasional (melakukan negosiasi) sehingga dapat mempengaruhi kebijaksanaan
umum.
Dalam realitas kehidupan politik, kita mengenal berbagai kelompok penekan baik yang sifatnya sektoral
maupun regional. Tujuan dan target mereka biasanya bagaimana agar keputusan politik berupa undang-
undang atau kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah lebih menguntungkan kelompoknya (sekurang-
kurangnya tidak merugikan).
Kelompok penekan, kadang-kadang muncul lebih dominan dibanding dengan partai politik, manakala
partai politik peranannya tidak bisa lagi diharapkan untuk mengangkat isu sentral yang mereka perjuangkan.
Kondisi inilah yang mendorong kelompok penekan tampil ke depan sebagai alternative terkemuka.
d. Media komunikasi politik (political communication media)
Media komunikasi politik merupakan salah satu instrument politik yang dapat berfungsi untuk
menyampaikan informasi dan persuasi mengenai politik baik dari pemerintah kepada masyarakat maupun
sebaliknya. Media komunikasi seperti surat kabar, telepon, fax, internet, televise,radio, film, dan sebagainya
dapat memainkan peran penting terhadap penyampaian informasi serta pembentukan/mengubah pendapat
umum dan sikap politik publik.
e. Tokoh Politik (political/figure)
Pengangkatan tokoh-tokoh merupakan proses transformasi seleksi terhadap anggota-anggota masyarakat
dari berbagai sub-kluktur, keagamaan, status sosial, kelas, dan atas dasarisme-isme kesukuan dan kualifikasi
tertentu, yang kemudian memperkenalkan mereka pada peran-peran khusus dalam sistem politik. Bagi
actor-aktor politik itu sendiri, pengangkatan diri mereka selalu melalui proses, yaitu :
Transformasi dari peranan-peranan non-politis kepada suatusituasi di mana mereka menjadi cukup
berbobot memainkan peranan-peranan politik yang bersifat khusus.
54
Pengangkatan dan penugasan untuk menjalankan tugas-tugas politik yang selama ini belum pernah
mereka kerjakan, walaupun mereka telah cukup mampu untuk mengemban tugas seperti itu. Proses
pengangkatan itu melibatkan baik persyaratan status maupun penyerahan posisi khusus pada mereka.
Di dalam benak masyarakat sering timbul pertanyaan apakah pengangkatan tokoh-tokoh politik akan
pengaruh besar terhadap pembangunan dan perubahan? Pada umumnya pengangkatan tokoh-tokoh politik
akan memberikan angin segar dalam memaprkan beberapa komponen perubahan dalam segala untuk dan
menifestasinya.
Pengangkatan tokoh-tokoh politik akan berakibat terjadinya pergeseran di sector infrastruktur politik,
organisasi, asosiasi-asosiasi, kelompok-kelompok kepentingan serta derajat politisasi dan partisipasi
masyarakat.
Menurut Lester G. Seligman, proses pengangkatan tokoh-tokoh politik akan berkaitan dengan beberapa
aspek , yakni :
a. Leditimasi elit politik
b. Masalah kekuasaan
c. Representativitasi elit politik
d. Hubungan antara pengangkatan tokoh-tokoh politik dengan perubahan politik.
Di negara-negara demokrasi pada umunya, pengangkatan tokoh-tokoh politik dilakukan melalui
pemilihan umum. Hal ini akan berbeda jika dilaksanakan di negara-negara totaliter, diktator atau otoriter.
2. Suprastruktur Politik
Suprastruktur politik (elit pemerintah) merupakan mesin politik resmi di suatu negara sebagai penggerak
politik formal. Kehidupan politik pemerintah bersifat kompleks karena akan bersinggungan dengan lembaga-
lembaga negara yang ada, fungsi, dan wewenang/kekuasaan antara lembaga yang satu dengan yang lainnya.
Suasana ini pada umumnya dapat diketahui di dalam konstitusi atau Undang-Undang Dasar dan peraturan
perundang-undangan suatu negara.
Dalam perkembangan ketatanegaraan modern, pada umunya elit politik pemerintah dibagi dalam
kekuasaan eksekutif (pelaksana undang-undang), legislative (pembuat undang-undang), dan yudikatif (yang
mengadili pelanggaran undang-undang), dengan sistem pembagian kekuasaaan atau pemisahan kekuasaan.
Untuk terciptanya dan mantapnya kondisi politik negara, suprastruktur politik harus memperoleh
dukungan dari infrastruktur politik yang mantap pula. Rakyat, baik secara berkelompok berupa partai politik
atau organisasi kemasyarakatan, maupun secara individual dapat ikut berpartisipasi dalam pemerintahan
melalui wakil-wakilnya.
Suprastruktur politik di negara Indonesia sejak bergulirnya gerakan reformasi tahun 1998 sampai
dengan tahun 2006 telah membawa perubahan besar di dalam sistem politik dan ketatanegaraan Republik
Indonesia. Era reformasi disebut juga sebagai “Era kebangkitan Demokrasi”.
Reformasi di bidang politik dan hukum ketatanegaraan, yaitu dilaksanakannya amandemen Undang-
Undang Dasar 1945 selama 4 (empat kali) dari tahun 1999-2002. Amandemen pertama disahkan (19 Oktober
1999), kedua ( 18 Agustus 2000), ketiga (10 November 2001), dan keempat (10 Agustus 2002). Amandemen
UUD 1945 tersebut telah mengubah struktur suprapolitik di Indonesia.
C. Perbedaan Sistem Politik di Berbagai Negara
1. Pendekatan Sistem Politik Negara
Untuk mengetahui adanya perbedaan sistem politik di berbagai negara, terlebih dahulu perlu dipahami
fungsi dari sistem politik tersebut. Terdapat tiga fungsi politik yang tidak secaralangsung ter;ibat dalam
pembuatan dan pelaksanaan pemerintahan, tetapi sangat penting dalam menentukan cara bekerjanya
sistem politik. Ketiga fungsi itu adalah :
a. Sosial Politik . Setiap sistem politik memiliki fungsi pengembangan dan memperkuat sikap-siakp
politik dikalangan penduduk umum, bagian-bagian dari penduduk, atau melatih rakyat untuk
menjalankan peranan-pranan politik, administrative, dan yudisial tertentu.
b. Rekrutmen politik . Rekrutmen merupakan fungsi penyeleksian rakyat untuk kegiatan politik dan
masa jabatan pemerintahan melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota
organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu, pendidikan, dan ujian.
55
c. Komunikasi politik. Komunikasi politik merupakan jalan mengalirnya informasi melalui masyarkat dan
melalui berbagai struktur yang ada dalam sistem politik.
Setiap negara memiliki sistem politik yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, dalam mmpelajari proses
politik suatu negara diperlukan beberapa pendekatan sebagao berikut :
No Pendekatan Uraian/Keterangan
1 Pendekatan Sejarah Sistem politik dipelajari dari sejarah bangsa. Ada tiga factor yang
mempengaruhi pendekatan ini, yakni masa silam (the past), masa
sekarang (the present), dan masa yang akan dating (the future)
2 Pendekatan Sosiologis Untuk mempelajari sistem politik suatu negara perlu mempelajari
sistem sosial/sistem kemasyarakatan yang ada di suatu negara.
Perbedaan-perbedaan sistem sosial akan mempengaruhi terhadap
sistem politik uatu negara.
3 Pendekatan Pendekatan ini dilihat daripendidikan dan budaya masyarakatnya.
Kultural/Budaya
4 Pendekatan Psikologi Dalam pendekatan dilihat dari sikap-sikap masyarakat yang akan
Sosial/Kejiwaan berpengaruh terhadap sikap-skap politik.
Masyarakat
5 Pendekatan Filsafat Dalam pendekatan ini dibicarakan tentang filsafat yang menjadi
way of life dari masyarakat atau bangsa itu.
6 Pendekatan Ideologi Didalam pendekatab ini, suatu sistem politik dilihat dan dipelajari
dari ideology bangsa/negara yang berlaku didalam negara itu.
7 Pendekatan Konstitusi Didalam pendekatan ini, suatu sistem politik ilihat dari konstitusi
dan Hukum dan undang-undang serta hukum yang berlaku dedalam negara itu.
56
7 Pedoman Konstitusi dan Kekuasaan pemerintah Inggris lebih banyak dibatasi
Hukum oleh konvensi (hukum tidak tertulis) dari pada hukum
formal.
Dalam struktur politik pemerintah Inggris, pemegang peran politik pusat digolongkan dalam 3
(tiga) bagian, yaitu : para menteri kabinet, para pegawai negeri senior, dan para pegawai tidak tetap
lainnya. Para pemegang peranan politik pusat, pengalaman/senioritas sangat dihargai.
Penyelenggaraan pemerintah dilaksanakan oleh kabinet (perdana menteri dan dewan menteri)
serta parlemen yang terdiri dari Majelis Rendah dan Majeis Tinggi. Peranan parlemen dalam
merumuskan kebijakan pemerintah dibatasi, karena cara kerjanya diawasi oleh kabinet. Sedangkan
perdana menteri dapat memastikan bahwa setiap usul yang diajukan oleh pemerintahnya akan
diputuskan dalam parlemen tepat pada waktu yang telah ditetapkan, dan disetujui dalam bentuk yang
dikehendaki oleh parlemen.
58
pengadilan. Kejaksaan mempunyai kekuasaan yang bebas, termasuk
penyelidikan, penuntutan, dan pengawasan secara umum terhadap semua
organ negara, termasuk pengadilan – pengadilan.
59
Suatu ngara yang menerapkan sistem ini terdapat banyak partai politik yang diperbolehkan hdup dan
berkembang. Masing-masing partai politik mempunyai asas yang berbeda-beda. Biasanya didalam
sistem ini susah itemukan adanya suatu partai yang memperolh suara terbanyak, oleh karena itu
dilakukan kualisi diantara beberapa partai agar suara yang diperoleh dapat menjadi suara terbanyak.
Demikian juga dengan sistem pemerintahan yang dibentuknya juga pemerintahan kualisi. Sistem ini
biasanya diterapkan dalam masyarakat yang bersifat majemuk (heterogin). Negara yang menerapkan
sistem ini antara lain Perancis, Belgia, Nederland, Filipina, Indonesia dll.
5. Dinamika Politik Indonesia
Setelah bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaanya padatanggal 17 Agustus 1945, gagasan
Demokrasi dalam kehidupan politik mendapat tempat yang sangat menonjol. Sehingga hal ini
dinyatakan dalam UUD 1945. Pada awal perjalanan politik di Indonesia presiden diberi kekuasaan
sementara untuk kekuasaan MPR, DPR, dan DPA sebelum lembaga-lembaga tersebut terbentuk sebagai
mana mestinya. Kaum muda menghendaki agar sistem pemrintahan yang akan dibentuk adalah sistem
parlementer bukan presidensial. Beberapa alasan yang dikemukakan antara lain :
a. Adanya ketidak setujuan terhadap peletakan kekuasaan ditangan Soekarno yang pemerintahannya
didominasi oleh orang-orang pada zaman pendudukan Jepang menduduki jabatan penting.
b. Adanya pandangan bahwa sistem presidensial memungkinkan dibuatnya produk darurat legislasi,
yang berarti negara terlalu kuat dan tidak mencerminkan demokrasi.
c. Pemerintahan yang ada hanya untuk memberikan kesan kepada dunia internasional bahwa negara
ini adalah negara demokrasi yang bukan boneka jepang.
d. Adanya keinginan untuk menghalau kegiatan politik Subardjo untuk menjadi partai persatuan
nasional sebagai partai tunggal.
Secara umum dinamika politik Indonesia dapat di bagi dalam empat periode
1. Periode Demokrasi liberal ( 1945-1959 )
Pada periode ini dinamika politik negara Indonesia dapat dilihat berdasarkan aktifitas politik kenegaraan
sebagai berikut:
a. Pada awal kemerdkaan presiden untuk sementara memegang jabatan rangkap dan segera
membentuk serta melantik Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
b. Untuk menghindari kekuasaan presiden yang terpusat, timbul usaha-usaha untuk membangun corak
pemerintahan yang lebih demokratis, yaitu parlementer.
c. Dengan dikeluarkannya maklumat wakil presiden No. X tahun 1945 yang menyatakan bahwa Komite
Nasional Pusat sebelum terbentuk MPR dan DPR diserahi kekuasaan legislative dan ikut menetapkan
GBHN.
2. Periode Demokrasi Terpimpin ( 1959-1966 )
Pada periode ini dinamika politik negara Indonesia dapat dilihat berdasarkan aktifitas politik kenegaraan
sebagai berikut :
a. Keluarnya dekrit presiden 5 juli 1959 telah mengakhiri sistem politik liberal yang kemudian berganti
dengan sistem demokrasi terpimpin dan brlakunya kembali UUD 1945.
b. Dekrit presiden selain didukung oleh anggota Angkatan Darat dan MA, juga banyak didukung oleh rakyat
karena kegagalan dewan konstituante dalam melaksanakan tugasnya yaitu membuat UUD yang baru.
c. Demokrasi terpimpin mengandung ketentuan tentang mekanisme pengambilan keputusan dengan
muayawarah dan mufakat. Jika musyawarah mufakat tidak dapat tercapai maka keoutusan tentang
masalah yang dimusyawarahkan tersebut diserahkan kepada presiden untuk diambil keputusan.
d. Pilar-pilar demokrasi dan kehidupan kepartaian serta legislatif menjadi sanngat lemah, sebaliknya
presiden sebagai kepala eksekutif menjadi sangat kuat.
Dalam demokrasi terpimpin yang diterapkan pada masa orde lama ini telah banyak terjadi penyimpangan
terhadap Pancasila maupun UUD 1945, antara lain :
a. Penyimpangan ideology yaitu konsepsi pancasila berubah menjadi konsepsi NASAKOM ( Nasionalis,
Agama, Komunis )
60
b. MPRS melalui ketetaan MPRS No.III/MPRS/!(^# mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden seumur
hidup.
c. Pada tahun 1960 DPR hasil pemilu tahun 1955 dibubarkan oleh presiden karena RAPBN yang diajukan
pemerintah tidak disetujui DPR. Kemudian dibentuklah DPR-GR tanpa melalui pemilu.
3. Periode Orde Baru ( 1966-1998 )
Tarik menarik kekuatan antara Soekarno, PKI, dan angkatan darat akhirnya menangkan oleh angkatan darat.
Soeharto mendapat mandate dari Soekarno untuk memulihkan keamanan melalui surat perintah 11Maret
1966 ( SUPERSEMAR ) yang antara lain berisi “pelimphan kekuasaan kepadasoeharto untuk mengambil
segala tindakan yang diperlukan untuk menjamin keamanan dan stailitas pemerintahan serta kelamatan
pribadi presiden. SUPERSEMAR tersebut menjadi jalan bagi tampilnya angkatan darat sebagai peran utama
dalam politik Indonesia. Selamjutnya pemerintah Soeharto yang tampil menggantikan Soekarno sejak 1967
menamakan dirinya pemerintahan orde baru ( ORBA ). Orde Baru adalah suatu tatanan seluruh peri
kehidupan rakyat, bangsa dan negara yang diletakan kembali kepada kemurnian Pancasila dan UUD 1945.
Dinamika politik pada masa ini dapat dilihat berdasarkan aktifitas politik kenegaraan sebagai berikut :
a. Terjadinya krisis politik yang luar biasa yaitu banyaknya demonstrasi oleh mahasiswa, pelajar dan
ormas-ormas yang hidup dalam tekanan selama erademokrasi terpimpin sehingga melahirkan tuntutan
rakyat ( TRI TURA ) yaitu : Bubarkan PKI, Turunkan Harga/perbaikan ekonomi, dan bersihkan cabinet dwi
kora dari unsur0unsur PKI.
b. Pemerintah orde baru lebih memprioritaskan pembangunan ekonomi dan pada sisilain rezim ini
berupaya menciptakan stabilitas politik dan keamanan. Upaya untuk membangun stabilitas tersebut
dilakukan dengan mengekang hak-hak politik rakyat atau demokrasi.
c. Pada awal pemerintahan orde baru parpol dan media masa diberi kebebasan untuk melancarkan kritik
dan mengingkapkan realita di dalama masyarakat. Namun sejak dinebtuknya format politik baru yang
dtuangkan dalam UU No. 15tahun 1969 tentang pemilu dan susduk MPR/DPR/DPRD, mengiring
masyarkat Indonesia kearah otoritarian. Dalam UU tersebut dinyatakan bahwa pengisian 1/3 kursi
anggota MPR dan 1/5 kursi anggota DPR dilakukan melalui pengangkatan secara langsung tanpa melalui
pemilu.
d. Kemenangan Golkar pada pemilu tahun 1971 mengurai oposisi terhadap pemerintah dikalangan sipil,
karena Golkar sangat dominan sementara partai lain dibawah pengawasan pemerintah.
e. Pada tahun 1973 pemerintah melaksanakan penggabungan Sembilan partai politik peserta pemilu tahun
1971 kedalam dua parpol yaitu PPP yang menggabungkan partai-partai islam, PDI yang merupakan
gabungan partai nasionalis dan Kristen. Penggabungan ini mengakibatkan merosostnya perolhan suara
kedua partai tersebut.
f. Selama orde baru berkuasa pilar-pilar demokrasi seperti parpol dan lembaga perwakilan rakyat dalam
kondisi lemah dan selalu dibayangi kontrol dan penetrasi birokrasi yang kuat.
g. Lembaga eksekutif sangat kuat sehingga partisipasi politik dari kekuatan-kekuatan diluar birokrasi
sangat lemah. Kehidupan pers selalu dibayangi-bayangi oleh percabutan Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers
(SIUP)
4. Periode Reformasi
Akibat langsung yang disarankan oleh masyarakat menjelang runtuhnya orde baru adalah praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme yang semakin marak dalam berbagai bidang kehidupan. hal ini selain mengakibatkan terjadinya krisis
kepercayaan, juga telah menghancurkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan, etika politik, moral hukum, dasar-dasar
demokrasi dan sendi-sendi agama. khusus dibidang politik krisis kepercayaan tersebut diserpon oleh masyarakat melalui
kelompok penekan (Pressure group) dengan mengadakan berbagai macam unjuk rasa/demonstrasi yang dipelopori oleh
mahasiswa, pelajar, dosen, praktisi, LSM, dan politisi. Gelombang demonstrasi yang menyuarakan reformasi begitu
deras mengalir dengan dukungan dari berbagai kalangan.
Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto menyatakan mengundurkan diri dan digantikan oleh wakil
presiden B.J.Habibie .
61
6. Peran Serta dalam Sistem Politik di Indonesia
Manusia memiliki naluri untuk hidup berkawan dan hidup bersama dengan sesamanyaatau bertentangan satu
sama lain.
Dengan demikian timbullah kelompok-kelompok masyarakat yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan tertentu.
Misalnya untuk mengejar kepentingan dibidang politik akan terbentuk masyarakat politik. Masyarakat politik adalah
masyarakat yang sadar berpolitik atau masyarakat yang keikutsertaan hidup bernegara menjadi penting dalam
kehidupannya sebagai warga negara. Tugas negara bersifat menyeluruh dan kompleks, sehingga tanpa dukungan
positif dari seluruh warga negara atau masyarakat, tugas-tugas negara akan banyak yang terbengkelai.
Masyarakat politik yang berdiri dari elit politik dan massa politik serta menjadi peserta rutin dalam kompetisi politik
harus dibangun sebagai komponen masyarakat yang mempunyai etika politik dalam demokrasi yang baik. Mereka harus
disadarkan bahwa demokrasi bukan hanya kompetisi bebas dengan menggunakan partai-partai untuk merebut jabatan
pemerintahan, tetapi demokrasi juga harus menghormati harkat dan martabat hidup manusia dan membangun
masyarakat politik, ekonomi, dan sosial yang baik.
Ciri-ciri masyarakat politik adalah:
1). Dengan sadar dan sukarela menggunakan hak pilihnya dalam pemilu, terutama hak pilih aktif.
2). Bersifat kritis terhadap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dengan bersikap:
a) Menerima sebagai apa adanya.
b) Menolak dengan alasan tertentu, atau
c) Adanya yang suka diam tanpa memberikan reaksi apa-apa.
3). Memiliki komitmen kuat terhadap partai politik yang menjadi pilihannya.
4). Dalam penyelesaian suatu masalah lebih suka dilakukan melalui dialog atau musyawarah.
Adapun bentuk-bentuk aktifitas yang dapat dilakukan oleh warga negara sebagai masyarakat politik antara lain:
1). Perilaku politik, 2). Budaya politik, 3). Kelompok kepentingan, dan 4). Kelompok penekan
Banyak cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam berpolitik antara lain menjadi anggota partai politik,
menggunakan hak pilihnya dalam pemilu, maupun aktif dalam kegiatan organisasi-organisasi kemasyarakatan. Perilaku
politik warga negara pada umumnya terhadap dua hal yaitu: 1). Perasaan puas atau tidak puas dengan kenyataan yang
ada
2). Perilaku yang mengnginkan atau menolak perubahan
Orang yang sudah puas dengan kenyataan yang ada umumnya memiliki sikap perilaku politik yang positif terhadap
pemerintah. Sedangkan orang yang tidak puas dengan kenyataan yang ada memiliki sikap politik yang negatif terhadap
apa saja yang dilakukan oleh pemerintah.
Berdasarkan dua penggolongan sikap perilaku yang ada tersebut, maka sikap perilaku politiknya antara lain :
1) Radikal
Adalah sikap perilaku warga negara tidak puas terhadap keadaan yang ada serta menginginkan perubahan yang
cepat dan mendasar. Orang yang bersifat radial biasanya tidak mengenal kompromi yang tidak mengindahkan orang
lain serta cenderung maunya menang sendiri.
2) Moderat
Adalah sikap perilaku politik masyarakat yang telah cukup puas dengan keadaan dan bersedia maju, tetapi tidak
menerima sepenuhnya perubahan apalagi perubahan yang serba cepat seperti kelompok radial.
3) Status Quo
Adalah sikap perilaku politik dari warga negara yang sudah puas dengan keadaan yang ada/berlaku dan keadaan
tersebut berusaha tetap dipertahankan.
4) Konservatif
Adalah sikap perilaku politik masyarakat yang sudah puas dengan keadaan yang sudah ada dan cenderung bertahan
dari perubahan (perubahan tahap demi tahap).
5) Liberal
Adalah sikap perilaku politik masyarakat yang berpikir bebas dan ingin maju terus dengan perubahan progresif dan
cepat. Perubahan yang diinginkan berdasarkan hukum atau kekuatan legal untuk mencapai tujuan.
6) Reaksioner
Adalah sikap perilaku politik masyarakat yang bersifat menentang kemajuan atau perubahan, bersifat berlawanan
dengan kebijakan pemerintah yang sah.Biasanya dilakukan dengan konfrontasi, protes keras, pemogokan masal,
tindak kekerasan terhadap harta benda dan fasilitas umm, tindak kekerasan terhadap manusia dan sebagainya.
Bagi bangsa Indonesia yang memiliki pandangan hidup pancasila semestinya kita dalam berpolitik sesuai dengan budaya dan
nilai-nilai pancasila antara lain:
1. Menghargai perbedaan dan kemajemukan serta keanekaragaman
2. Kritis, inovatif dan konstruktif
3. Kemandirian dan kompetitif
62
4. Komitmen yang kuat dan tanggung jawab atas pilihannya
5. Santun dan anti kekerasan serta mampu mengendalikan diri
6. Lapang dada dan mau kompromi demi kepentingan dan keutuhan bangsa dan negara
7. Terbuka dan toleransi
8. Saling menghargai dan bekerja sama
9. Mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan masalah
Beberapa contoh peran serta warga negara dalam sistem politik di Indonesia:
a. Dalam menyalurkan aspirasi sesuai dengan peraturan yang ada
b. Ikut mengsukseskan pemilu
c. Selalu menjaga kondisi yang tetap kondusif
d. Mau menerima hasil pemilu dengan lapang dada,dan lain-lain.
63