Professional Documents
Culture Documents
Skripsi
Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi strata I guna meraih gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh:
Nama : Bambang Ristanto
NIM : 5214000048
Jurusan : Pend. Teknik Mesin
Fakultas : Teknik
i
PENGESAHAN
2. Heri Yudiono, MT
NIP. 132058804
Heri Yudiono, MT
NIP. 132058804
3. Drs. Murdani, M.Pd
NIP. 130894848
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik
ii
ABSTRAK
Banyak hal yang berpengaruh terhadap hasil penyekrapan rata pada tingkat
kekasaran hasil penyekrapan, diantaranya adalah feeding. Pemakaian standarisasi
kecepatan potong dan feeding kemungkinan akan didapat hasil kerataan yang
sesuai dapat diperoleh dan dibandingkan berapa feeding yang sesuai untuk
menghasilkan permukaan yang halus, sehingga timbul permasalahan yaitu
bagaimanakah pengaruh feeding terhadap tingkat kekasaran permukaan pada
proses penyekrapan dengan spesimen baja karbon.
Pada proses penyekrapan rata dengan spesimen baja karbon dilakukan
dengan variasi feeding yaitu 0,18 mm, 0,38 mm dan 0,58 mm, juga variasi
spesimen yaitu baja karbon rendah dan baja karbon tinggi. Spesimen yang
digunakan berjumlah 18 buah, yaitu baja karbon rendah 9 buah dan baja karbon
tinggi 9 buah, berukuran 50 x 15 mm, variabel bebasnya adalah feeding itu
sendiri. Pengukuran kekasaran permukaan dilakukan dengan menggunakan
surface tester dan selanjutnya data yang diperoleh kita rata-rata. Data tersebut
masing-masing dikelompokkan antara baja karbon rendah dan baja karbon tinggi,
kemudian dilanjutkan dengan pembuatan diagram batang.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa, terdapat perbedaan
tingkat kekasaran yang signifikan pada permukaan baja karbon rendah maupun
karbon tinggi pada proses penyekrapan tersebut. Semakin besar feeding yang
digunakan semakin besar hasil pengukuran yang didapat atau semakin besar nilai
kekasaran yang dihasilkan berarti permukaan semakin kasar. Kekasaran
permukaan dapat juga dilihat pada hasil sayatan atau chip yang dihasilkan, pada
baja karbon rendah semakin besar gerigi chip maka semakin kasar permukaan
yang dihasilkan, dibarengi dengan perubahan warna. Sama halnya yang terjadi
pada baja karbon tinggi, perubahan warnanya semakin mencolok.
Simpulan dari penelitian bahwa, ada pengaruh yang signifikan pada
feeding terhadap tingkat kekasaran permukaan yaitu semakin besar feeding yang
digunakan semakin besar pula nilai kekasaran yang dihasilkan. Saran, untuk
penyelesaian finishing gunakanlah feeding di bawah standar, untuk roughing
gunakan feeding di atas standar.
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
• Sebesar apapun kesulitan yang kita hadapi pasti ada jalan keluar
untuk kita selesaikan
• Mengalah demi mendapatkan kemenangan yang diharapkan
Persembahan :
• Sebagai tanda bakti kepada bapak
dan ibu tercinta
• Kakak dan keponakanku yang selalu
memberi dorongan.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahNya, sehingga penelitian tentang “Pengaruh feeding terhadap tingkat
kekasaran permukaan pada proses penyekrapan dengan spesimen baja karbon”,
telah selesai dengan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dan
perbandingan tingkat kekasaran permukaan pada proses penyekrapan pada proses
penyekrapan dengan variasi feeding dan baja karbon. Penelitian ini dapat
terlaksana juga atas bantuan dari beberapa pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Soesanto, sebagai Dekan Fakultas Teknik
2. Bapak Drs. Pramono, sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin
3. Bapak Drs. Boenasir M.Pd, sebagai Dosen Pembimbing I dalam
penulisan skripsi
4. Bapak Heri Yudiono MT, sebagai Dosen Pembimbing II dalam
penulisan skripsi
5. Bapak Drs. Murdani MT, sebagai Dosen Pembimbing Netral
6. Bapak Hadromi MT, sebagai Ketua Laboratorium Tekik Mesin
7. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan sripsi
ini
Atas bantuan dan amal baiknya, penulis doakan semoga Allah SWT
membalas semua kebaikannya. Penulis telah berusaha sebaik-baiknya untuk
menyelesaikan laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Semarang, 23 – 03 – 2006
Penulis
v
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
DAFTAR ISI.............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
DAFTAR TABEL...................................................................................... x
DAFTAR GRAFIK.................................................................................... xi
LAMPIRAN............................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul......................................................... 1
B. Pembatasan Masalah ............................................................. 3
C. Permasalahan ........................................................................ 4
D. Penegasan Istilah................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian .................................................................. 5
F. Manfaat Hasil Penelitian ....................................................... 5
G. Sistematika Skripsi................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Mesin Skrap ......................................................................... 8
B. Proses Penyekrapan............................................................... 12
C. Feeding.................................................................................. 18
D. Spesimen Baja Karbon ......................................................... 19
E. Kekasaran Permukaan dan Pengukuran ............................... 21
F. Kerangka Berfikir ................................................................ 34
vi
B. Subyek Penelitian.................................................................. 37
C. Dimensi Benda Kerja dan Pahat Skrap ................................. 38
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan .......................................... 39
E. Metode Pengambilan Data ................................................... 40
F. Variabel Penelitian ............................................................... 48
G. Analisis Data ........................................................................ 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..................................................................... 50
B. Pembahasan........................................................................... 60
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................... 63
B. Saran...................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 65
LAMPIRAN............................................................................................... 66
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GRAFIK
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
seperti mesin skrap, mesin frais, mesin bubut dan mesin bor. Ditemukannya
teknik mesin, mesin skrap telah dikenal fungsi dan perannya untuk membuat
1
2
pemakanan, kondisi mesin, bahan benda kerja, bentuk ujung pahat mata
khususnya dalam hal ini adalah tentang feeding, maka dalam proses
kecepatan potong dan feeding kemungkinan akan didapat hasil kerataan yang
sesuai dapat terlihat. Pada penelitian ini dengan adanya variasi feeding akan
pada mesin dan industri ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain
pencarian di pasaran (Nieman, 1981 : 85). Beberapa jenis baja memiliki sifat-
sifat yang tertentu sebagai akibat penambahan unsur paduan. Salah satu unsur
paduan yang sangat penting dapat mengontrol sifat baja adalah karbon (C),
untuk tiap tingkatan kekerasan bahan tersebut apabila dikerjakan pada mesin-
3
tersebut, hal tersebut dapat langsung dilihat pada bekas hasil pengerjaan atau
Baja karbon adalah paduan antara besi dan karbon dengan sedikit Si,
Mn, P, S dan Cu. Sifat baja karbon tergantung pada kadar karbon, oleh karena
rendah, baja karbon sedang dan baja karbon tinggi. Mempertimbangkan hal
material baja karbon rendah dan baja karbon tinggi, karena bahan tersebut
diperoleh di pasaran.
yang baik.
4
B. Pembatasan Masalah
penyekrapan rata dengan spesimen baja karbon rendah dan baja karbon tinggi.
C. Permasalahan
D. Penegasan Istilah
penelitian yang akan dilaksanakan, maka dalam hal ini perlu adanya
1. Pengaruh
Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (benda) yang ikut membentuk
2. Feeding
Adalah perpindahan benda kerja pada setiap akhir langkah potong (awal
3. Tingkat
1988 : 794)
tidak rata pada suatu permukaan benda kerja saat selesai dikerjakan.
besarnya perbedaan kekasaran permukaan hasil sayatan pahat skrap rata kanan
pada dua buah spesimen yaitu baja karbon rendah dan baja karbon tinggi
E. Tujuan Penelitian
G. Sistematika Skripsi
Sistematika skripsi ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu bagian
pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel,
sistematika skripsi.
eksperimen, bahan uji, dimensi benda kerja dan pahat skrap, waktu dan tempat
analisis data.
ditarik dari hasil analisis data serta pembahasannya dan Saran berisi tentang
LANDASAN TEORI
A. Mesin Skrap
Mesin skrap adalah suatu alat mesin perkakas dengan gerak utama
lurus dan gerak putar dari motor listrik diubah menjadi gerak lurus melalui
suatu engkol sehingga mesin ini digunakan untuk mengubah dan membentuk
permukaan bidang rata, baik yang mendatar ataupun yang tegak (Boenasir,
1993 : 65). Mesin skrap dapat dipakai untuk mengerjakan sampai sepanjang
900 mm, berpegang pada prinsip gerakan utama mendatar, pada langkah
pemakanan akan menghasilkan beram (tatal logam) dari benda kerja, untuk
menyekrap datar benda kerja yang terpasang pada ragum akan bergerak
pengatur langkah yang akan memutar roda gigi kerucut dan menggerakkan
Secara garis besar mesin skrap dapat digolongkan menjadi dua macam
yaitu mesin skrap datar (horizontal) dan mesin skrap tegak (vertikal). Mesin
skrap datar gerak pahatnya mendatar, dengan arah sayatan maju dan gerak
mundur untuk langkah bebas, benda kerja bergerak dari arah kanan ke kiri
ataupun sebaliknya. Mesin skrap tegak gerak pahatnya naik turun pada suatu
garis lurus, gerak turun pahat skrap ini disebut dengan gerak kerja, sedangkan
gerak ke atas adalah gerak bebas. Arah gerakan benda kerja bergeser maju
8
9
akan di skrap, oleh karena itu ukuran mesin skrap berdasarkan panjang
Keterangan :
1. Pemegang pahat 11. Meja
2. Plat pemegang pahat 12. Ragum
3. Eretan support 13. Tiang penyangga meja
4. Support 14. Handel
5. Pemutar kedudukan lengan 15. Pengatur gerak lintang
6. Pengikat pengatur lengan 16. Pengatur gerak naik turun
7. Lengan 17. Tabel
8. Kontak 18. Pengatur panjang langkah
9. Rangka 19. Pengatur halus kasar
10. Motor listrik 20/21. Handel
1. Rangka Mesin
skrap. Pada mesin skrap yang besar, rangka langsung dipasang pada lantai dan
10
diikat dengan baut tanam yang dicor pada lantai yang fungsinya untuk
menahan getaran apabila mesin dijalankan, sedangkan pada mesin skrap yang
2. Mekanik Penjalan
mundurnya lengan dengan pahat, dan dengan perantaraan sabuk ban dan puli
dihubungkan ke transmisi roda gigi, maka gerak putar motor listrik diubah
menjadi gerak maju mundurnya lengan. Lengan dapat bergerak maju mundur
berputar. Langkah lengan dapat diatur dengan cara memindahkan tap pengatur
Keterangan :
1. Roda gigi
3. Batang berulir
berayun
Fungsi dari meja mesin skrap disamping untuk menjaga ragum sebagai
pengikat benda kerja, juga menghasilkan gerak vertikal dan gerak lintang
secara otomatis dan dapat mengatur tinggi rendahnya benda kerja dan
teraturnya penyayatan, sedangkan gerak vertikal atau gerak naik turun untuk
Bagian lain dari meja skrap ditahan oleh suatu tangan-tangan penahan
yang fungsinya menjaga agar meja tidak bergetar saat mesin bekerja dan meja
ini dipasang pada eretan yang halus serta rata yang disatukan dengan badan
meja.
dengan lengan skrap yang bersama-sama melakukan gerak maju dan mundur.
Lengan yang diikat pada alur engkol melaksanakan perubahan gerak dari
gerak putar menjadi gerak lurus yang diteruskan ke pahat melalui support dan
pemegang pahat. Support dapat diatur kedudukannya, baik naik maupun turun
Keterangan :
2. Pengatur kedudukan
3. Lengan
4. Support
B. Proses Penyekrapan
persiapan yang baik agar diperoleh hasil yang maksimal, antara lain :
tersebut terpasang pada pelat pahat, pelat pahat tersebut kedudukanya dapat
diatur naik turun dengan jalan memutar eretan pahat, naik turunnya eretan ini
beban terlalu besar. Disamping itu pahat harus dalam posisi tegak lurus
terhadap benda kerja dan pada saat penyayatan pada langkah maju, sayatan
13
pahat harus sesuai dengan kecepatan potong untuk bahan dan kekuatan pahat
GAMBAR PAHAT
kerja pada mesin skrap adalah catok (ragum), benda kerja yang akan di skrap
harus dijepit dengan kuat agar kedudukannya tidak berubah atau lepas
Catok yang digunakan pada pekerjaan skrap biasanya dapat diatur dan
menyudut. Jika permukaan benda kerja tidak rata maka penjepitannya jangan
besi bulat agar kedudukan mulut penjepit tersebut tidak berubah. Sebelum
menggunakan suatu baji penekan yang dipasang antara kedua mulut catok,
14
dengan alat ini benda kerja tidak perlu dipukul lagi karena bentuknya yang
tirus tersebut benda kerja akan tertekan ke bawah sehingga letaknya rapat
dengan landasan.
GAMBAR
5. Menentukan kecepatan potong sesuai dengan jenis bahan dan jenis pahat
yang digunakan.
dapat dikerjakan. Pahat bergerak dari kanan ke kiri atau sebaliknya tergantung
dari pahat sayat yang digunakan, pahat rata kanan atau pahat rata kiri. Ditinjau
15
dari gerakan laju sayatan pahat skrap dibedakan menjadi beberapa pengerjaan,
antara lain :
Untuk menyekrap bidang rata, gerakan pahat skrap yang meyayat benda
kerja harus berada posisi kearah mendatar, baik dari arah kiri maupun ke
kanan.
kemiringan pahat skrap sehingga benda kerja yang akan disayat sesuai
bawah dan posisi meja tidak bergerak, sedang ujung pahat diturunkan tiap
dalam proses penyekrapan. Tanpa alat bantu pengerjaan benda kerja tidak
b. Siku-siku
Penggunaan dari alat ini, disamping membuat garis yang tegak lurus,
Selain ragum sebagai penjepit utama pada benda kerja, masih ada alat
jepit lain yaitu : blok v, klem c, blok bertingkat, plat siku dan plat
penjepit.
pada kondisi pemotongan, misalnya kecepatan potong rendah dengan feed dan
sebaliknya kecepatan potong tinggi dengan feed dan depth of cut kecil
disimpulkan bila feeding tipis maka akan menghasilkan permukaan yang halus
dan sebaliknya bila feeding tebal akan menghasilkan permukaan yang kasar.
cara manual, hanya saja hal tersebut dapat mengakibatkan kerugian yang
berupa kasarnya permukaan benda kerja dan permukaan benda tersebut tidak
pemakanan secara otomatis, roda gigi dengan alur T digerakkan oleh poros
mesin, di dalam slot (alur) ada baut yang digeser dan dikunci disembarang
posisi, pada spindle penggerak meja dipasang roda gigi retchet dengan lidah
batang penggerak waktu gerakan maju, gerakan putar dari lidah pengungkit
penggerak bergerak mundur dan lidah pengungkit melewati roda gigi retchet
diantara 2 roda gigi, dengan memutar lidah pengungkit 1800, maka arah
Baja karbon adalah paduan antara besi dan karbon dengan sedikit Si,
Mn, P, S dan Cu. Sifat baja karbon sangat tergantung pada kadar karbon,
karena itu baja ini dikelompokkan berdasarkan kadar karbonnya. Baja karbon
20
rendah adalah baja dengan kadar karbon kurang dari 0,30 %, baja karbon
sedang mengandung 0,30 sampai 0,40 % karbon dan baja karbon tinggi
rim terdapat pemisahan antara kulit dan bagian dalam yang menyebabkan
kekuatan tarik baja ini lebih rendah bila dibanding dengan baja kil dan baja
semi kil.
Tabel 2. Klasifikasi baja menurut tingkat deoksidasi
Kelas Tingkat Jenis Cara Rongga Rongga
baja deoksidasi baja Komposisi kimia deoksidasi halus Pemisahan penyusutan
C Si Mn
Baja Rendah Baja <0,3 <0,1 0,25- Fe-Mn Banyak Banyak Sedikit
rim karbon 0,45 sekali
rendah
Baja Sedang Baja <1,0 <0,01- 0,45- Fe-Si Sedikit Sedikit Sedikit
semi karbon 0,1 0,8 (dalam
rim tungku)
Baja Tinggi Baja <1,5 >0,10 >0,3 Fe-Si Hampir Sedikit Banyak
kil karbon (dalam tak ada sekali
khusus ladel)
(Sumber : Harsono, 2000 : 93)
1. Kekasaran permukaan
dapat dikatakan baik atau buruk didasarkan pada dua faktor, yaitu ketepatan
dikatakan baik apabila benda yang dihasilkan sesuai dengan ukuran yang
rendah (halus).
22
pada permukaannya tidak dapat rata atau halus sama sekali, tetapi akan
alur-alur pengerjaan yang terjadi oleh bentuk perkakas sayat dan ingsutan.
tatal.
diperhatikan oleh kepala bengkel, teknisi, maupun ahli mesin, karena itu
saling berhubungan tersebut kasar, maka akan menjadi cepat rusak sebelum
kerja karena harus diproses selanjutnya agar diperoleh permukaan yang halus.
antara lain :
a. Bahan
penyekrapan, hal ini berkaitan dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan itu
sendiri, seperti : sifat keras, lunak, liat dan lain-lain. Sifat yang paling
dominan terdapat dalam suatu bahan adalah sifat keras, dimana tingkat
kekerasan bahan tersebut. Hal ini dapat terjadi karena sifat bahan tersebut
akan berakibat pada bentuk cip yang dihasilkan pada proses tersebut.
Menurut Amstead (1987 : 462), ada tiga bentuk serpihan cip yang dihasilkan,
tetapi ada serpihan yang menempel pada ujung pahat (build up edge).
24
Discontinue cip terjadi pada bahan yang keras dan mudah patah, seperti
besi tuang, bentuk serpihan ini menghasilkan permukaan yang cukup baik.
Continue cip adalah bentuk yang paling ideal, cip ini terbentuk karena proses
pemotongan bahan yang liat, permukaan yang lebih halus dapat dihasilkan
pada pengerjaan ini. Build up edge terjadi pada bahan yang liat dengan
koefesien gesek yang tinggi, permukaaan yang dihasilkan akibat serpihan ini
sebelumnya.
b. Pahat skrap
dari mesin skrap yang fungsinya untuk menyanyat benda kerja sehingga
menjadi produk dengan bentuk dan ukuran serta mutu permukaan sesuai yang
terhadap benda kerja dan membuang sebagian dari material benda kerja yang
lazim disebut tatal, sedangkan bagian dari pahat potong yang maka kedalam
material benda kerja disebut elemen pemotongan (cutting elemen) dari pahat.
Jadi elemen dari pahat bermata potong tunggal ( single point tool) adalah
Adapun sifat-sifat bahan yang harus dipenuhi untuk setiap bahan pahat
adalah mampu menahan pada pelunakan yang tinggi, harus lebih keras dari
benda kerja dan mempunyai ketahanan yang tinggi untuk mengatasi retakan.
Bentuk pahat tersusun dari sudut-sudut utama dan jari-jari mata potong (nose
25
radius) yang disebut tool signature. Tool signatrure pahat skrap bermata
tunggal ( single point tool ) terdiri dari 7 macam sudut seperti di bawah ini.
Keterangan :
pahat skrap rata kanan, yaitu pahat skrap bermata tunggal yang gerakannya
c. Pendingin
1. Membuat pahat potong tidak cepat tumpul dan ini berarti pahat
Besarnya laju (s) adalah jarak tempuh pahat setiap pergerakan benda
salah satu sisi/muka dari benda kerja, hal ini dapat diketahui dengan
menggunakan rumus besar feeding (a) = tebal awal dikurangi tebal akhir.
27
spesifik yaitu a/s = 5/i. jika nilai a/s lebih besar dari 5, maka penyekrapan
diperoleh dari standar mesin yaitu untuk benda kerja yang di skrap dengan
ft m in mm ft m in mm ft m in mm ft m in mm
HSS 80 24 0,010 0,25 50 15 0,015 0,38 60 18 0.020 0,61 160 48 0,010 0,25
Karbida 150 40 0,010 0,25 150 40 0,012 0,30 100 30 0,012 0,30 300 0,2 0,015 0,38
e. Kecepatan sayat
Kecepatan potong pada mesin skrap datar diartikan sebagai jarak yang
ditempuh oleh pahat skrap dengan satuan meter per menit selama langkah
langkah maju dengan langkah mundur dari mesin skrap, dan untuk mencari
LxN 5
Cs = x . . . . . (1)
1000 3
LxN
Cs = . . . . . (2)
600
28
4. Pengukuran kekasaran/kehalusan
a. Pengukuran
atau benda dengan besaran atau ukuran standar. Pada pengukuran langsung
hasil pengukurannya dapat dibaca langsung pada alat ukur yang digunakan,
beberapa alat ukur tersebut adalah surface taster dan dial indikator.
pengukuran.
sendiri-sendiri.
30
Alat ukur tersebut terdiri dari tracer head dan amplifier. Rumah
tracer head terbuat dari stylus intan yang mempunyai radius 0,013 mm.
stylus merupakan peraba dari alat ukur kekasaran permukaan yang berbentuk
konis rata ataupun radius (Munadi, 1998 : 327). Tracer head dapat
31
elektronik oleh treacer head yang kemudian akan diperbesar oleh amplifier
mata. Pergerakan stylus ini juga dapat digambarkan di atas kertas pencatat
kuadrat rata –rata (RMS, Root Mean Square). Gambar di atas menunjukkan
dilakukan terhadap garis tengah CD (center line) baik untuk daerah di bawah
32
Avarage ( AA ).
b. Kekasaran / Kehalusan
Pengertian kasar dan halus dalam penelitian ini adalah kasar berarti
tidak halus atau halus berarti tidak kasap saat diraba, jadi yang dimaksud
yang lainnya dan mungkin hanya untuk perbedaan yang menyolok, untuk
perbedaan kekasaran yang kecil sulit dideteksi dengan indera mata dan tidak
untuk membedakan tingkat kekasaran yang cukup jauh, sehingga tidak dapat
bengkel.
F. Kerangka Berfikir
komponen mesin yang digunakan dapat bekerja dengan baik dan tidak rusak
faktor antara lain bahan benda kerja, bahan pahat potong, keahlian operator,
mendapatkan hasil permukaan yang halus. Feeding yang terlalu besar akan
terlalu kecil maka sering kali proses penyayatan tidak terjadi pada sepanjang
benda kerja yang di skrap, sehingga permukaan tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
rendah dan material baja karbon tinggi dengan menggunakan feeding yang
35
berbeda akan mendapakan hasil permukaan yang berbeda pula, dengan kata
0,18 mm, 0,38 mm, 0,58 mm, feeding semakin besar akan menghasilkan
penyekrapannya juga bisa kasar, sehingga pemilihan feeding yang tepat akan
terhadap kehalusan hasil penyekrapan rata pada benda kerja material baja
karbon.
pendinginan pada proses pegerjaan, pahat potong yang digunakan dan mesin
skrap dalam kondisi yang baik maka hasil penyekrapan akan memuaskan.
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian ini meliputi : persiapan alat dan bahan, pembentukan benda kerja,
A. Desain Eksperimen
sehingga akan membawa hasil dan kesimpulan yang berlaku untuk persoalan
eksperiman dimana satu atau lebih kelompok eksperimen dikenakan satu atau
lebih kondisi perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih
yang mulanya bulat dibentuk persegi panjang dengan ukuran yang sudah
36
37
B. Subyek Penelitian
karbon rendah dan karbon tinggi, dengan ukuran tebal 15 mm dan panjang 50
bahan diuji komposisi untuk mengetahui kadar karbon dari bahan tersebut,
dan bahan padun lain yang ada untuk menentukan jenis bahan yang
tersebut.
menggunakan baja olah cepat atau pahat HSS (High Speed Steel). Alat ukur
yang digunakan dalam penelitian ini sendiri adalah surface tester, sedangkan
37
38
sebagai berikut untuk benda kerja mempunyai ukuran panjang 50 mm, lebar
15 mm dan tebal 15 mm
50 mm 15 mm
menggunakan pahat skrap rata kanan yang mempunyai dimensi dan ukuran
sebagai berikut :
38
39
39
40
pengujian kekasaran bahan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
data hasil uji komposisi dan dari uji kekasaran permukan benda kerja.
Bahan yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah material baja
karbon yaitu baja karbon rendah dan baja karbon tinggi. Adapun alat-alat
penlitian yang digunakan baik itu alat eksperimen, alat uji, atau alat ukur dan
perlengkapanya adalah :
c) Surface tester
40
41
3. Pembuatan spesimen.
50 mm.
Agar benda kerja dapat di skrap dengan aman dan menghasilkan pekerjaan
yang memuaskan maka benda kerja harus dicekam pada pencekam dengan
1. Membersihkan cekam dan benda kerja dari serpihan beram agar tidak
41
42
Pahat skrap dipasang dengan menjepitkan pada rumah pahat. Kita atur
pahat agar tidak terlalu panjang keluar dari penjepitnya, sebab kalau terlalu
menggunakan baja perkakas bukan baja lunak (tabel 4) karena dalam tabel
kecepatan sayat pahat HSS untuk material baja karbon tinggi tidak ada. Dalam
baja perkakas maka baja yang lunak pasti bisa, sedangkan apabila
meggunakan kecepatan sayat pahat HSS untuk baja yang lunak maka dalam
penyekrapan pahat akan mendapatkan beban yang besar. Dapat dilihat pada
tabel 4 pada landasan teori disana disebutkan bahwa kecepatan sayat pahat
LxN 5
Cs = x
1000 3 . . . . . . (1)
LxN
Cs =
600 . . . . . . (2)
42
43
a
≤5 . . . . . . (3)
s
Untuk menghitung laju sayatan digunakan feeding sebesar 0,38 mm,
0,58 selisih laju sayatannya juga telalu jauh dengan feeding 0,18 . Jadi dapat
0,38
=5
s
0,38
s= = 0,076mm / menit
5
Dalam peneitian ini digunakan laju sayatan yang mendekati 0,38 yaitu
dalam penelitian sudah sesuai dengan yang diijinkan menurut Syamsir (1989 :
72) bahwa besarnya laju dan kedalaman pemakanan yang diperoleh dari
standar mesin yaitu untuk benda kerja yang di skrap mengunakan pahat HSS
laju maksimal 0,2 m/menit dan ketebalan pemakanan maksimal 2,0 mm.
penyetelan pada poros pengatur halus kasar sesuai dengan tabel/buku paduan
feeding 0,18 mm; 0,38 mm dan 0,58 mm karena feeding 0,18 mm dipilih
untuk finishing dan feeding 0,58 mm dipilih untuk roughing sedangkan yang
43
44
sebagai berikut :
tester dengan menekan tombol on/off yang terdapat pada alat tersebut.
otomatis. Melihat harga kekasaran yang tertera pada monitor surface tester
44
45
dikelompokkan dan disusun dalam tabel isian dengan baik dan sistematis, agar
Feeding
Baja karbon 1.
rendah 2.
3.
X=
Baja karbon 1.
tinggi 2.
3.
X=
4. Pengujian
Proses pegujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji komposisi
kimia dan uji kekasaran permukaan. Setelah benda kerja di skrap dengan
45
46
kekasaran. Perlakuan yang akan dikenakan pada bahan adalah sebagai berikut
1. Baja karbon rendah dengan feeding 0,18 mm, 0,38 mm, 0,58 mm
2. Baja karbon tinggi dengan feeding 0,18 mm, 0,38 mm, 0,58 mm
bahan baja kabon rendah dengan feeding 0,18 mm, 0,38 mm dan 0,58 mm
0,18 mm, 0,38 mm dan 0,58 mm secara bergantian seperti di atas, dalam
dengan jenis perlakuan yang ada, dan disusun menurut kode yang telah
46
47
dilihat saat itu juga. Alur penelitian dapat kita lihat pada gambar yang tertera.
Baja Karbon
Uji Komposisi
Rendah Tinggi
Penyayatan
Uji kekasaran
47
48
F. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
pemakanan)
2. Variabel terikat
3. Variabel kontrol
G. Analisis Data
berupa point out. Setelah pengukuran selesai kemudian hasilnya kita rata-rata
48
49
2. F2
3. F3
antara baja karbon rendah dan baja karbon tinggi, kemudian data yang
49
BAB IV
A. Hasil Penelitian
diperoleh data berupa angka (nilai). Adapun data tersebut meliputi uji
1. Uji Komposisi
penelitian. Uji komposisi dilakukan pada dua spesimen, yaitu baja karbon
rendah dan baja karbon tinggi. Adapun hasil uji komposisi dari dua jenis
Komposisi Kimia
Fe 98,52 V 0,00
S 0,023 Mn 0,601
Al 0,000 Mo 0,014
C 0,149 W 0,05
Ni 0,160 P 0,016
Nb 0,01 Cu 0,180
Si 0,120 Ti 0,00
Cr 0,164
50
51
Pada landasan teori telah dijelaskan bahwa baja karbon rendah adalah
baja yang kadar karbonnya kurang dari 0,3 %. Sesuai dengan uji komposisi
Komposisi Kimia
Fe 96,93 V 0,01
S 0,013 Mn 0,705
Al 0,002 Mo 0,236
C 0,455 W 0,07
Ni 0,299 P 0,013
Nb 0,02 Cu 0,075
Si 0,239 Ti 0,00
Cr 0,943
Sesuai dengan landasan teori telah tertera bahwa baja karbon tinggi
adalah baja yang mempunyai kadar karbon lebih dari 0,4 %. Sesuai dengan
uji komposisi spesimen yang telah dilakukan didapatkan unsur kadar karbon
(C) sebesar 0,455 %, maka baja yang digunakan dalam penelitian ini termasuk
baja karbon rendah maupun baja karbon tinggi. Pengukuran tersebut dilakukan
setelah kedua jenis baja karbon tersebut di skrap dengan tiga variasi feeding
yaitu 0,18 mm; 0,38 mm dan 0,58 mm. Adapun hasil pengukuran sebelum dan
sesudah perlakuan/feeding dari baja karbon rendah dalam penelitian ini dapat
Tabel 11. Data nilai kekasaran permukaan spesimen baja karbon rendah
Keterangan :
T1 = Titik pertama F1 = Feeding 0,18 mm
T2 = Titik kedua F2 = Feeding 0,38 mm
T3 = Titik ketiga F3 = Feeding 0,58 mm
53
12
10.37
10
tingkat kekasaran
7.81
8
6.33
5.77 sebelum feeding
6 5.1 5.52
sesudah feeding
4
0
F1 F2 F3
feeding (mm)
dengan analisis nilai rata-rata. Hasil uji kekasaran pada pengukuran sebelum
diperoleh nlai kekasaran permukaan rata-rata (Ra) pada baja kabon rendah
feeding 0,58 mm adalah 10,37 μm . Dari hasil penelitian pada baja karbon
rendah dapat disimpulkan bahwa semakin kecil feeding yang digunakan akan
semakin halus permukaan yang dihasilkan pada saat penyekrapan, jadi tiap-
dan 2,52 μm .
54
feeding yang telah ditentukan. Hasil pengukuran spesimen pada baja karbon
Tabel 12. Data nilai kekasaran permukaan spesimen baja karbon tinggi
Harga kekasaran
Sebelum feeding Feeding Rata-rata
T1 T2 T3
10.54 F1 9.48 9.69 9.99 9.72
Keterangan :
T1 = Titik pertama F1 = Feeding 0,18 mm
T2 = Titik kedua F2 = Feeding 0,38 mm
T3 = Titik ketiga F3 = Feeding 0,58 mm
30
26.02
25
tingkat kekasaran
20
sebelum feeding
15
10.54 10.81 11.34 sesudah feeding
9.72 8.3
10
0
F1 F2 F3
feeding (mm)
55
pada pengukuran spesimen sebelum feeding ini adalah 10,54 μm ,8,30 μm dan
variabel kontrol hasil kekasaran tidak sesuai dengan yang diharapkan. Nilai
pada feeding 0,38 mm adalah 10,81 μm dan nilai kekasaran permukaan pada
karbon rendah dan karbon tinggi) dalam penelitian ini dapat dilihat pada
grafik.
30
25
tingkat kekasaran
20
karbon rendah
15
Karbon tinggi
10
0
F1 F2 F3
feeding (mm)
rendah pada feeding 0,18 mm adalah sebesar 5,53 μm . Pada feeding ini nilai
56
hal ini dapat dilihat gambar chip yang ada di bawah ini:
Gambar 16. Chip spesimen baja karbon rendah dengan feeding 0,18 mm
adalah sebesar 7,81 μm . Pada feeding ini nilai kekasaran permukaannya lebih
besar dibandingkan dengan feeding 0,18 mm, hal tersebut dapat dilihat dengan
bentuk chipnya yang besar dan sedikit patah-patah pada bagian sisinya. Ada
Gambar 17. Chip spesimen baja karbon rendah dengan feeding 0,38 mm
57
feeding 0,58 mm adalah sebesar 10,33 μm . Pada feeding ini nilai kekasaran
feeding 0,18 mm dan 0,38 mm, hal ini dapat dilihat pada chipnya yang tebal
dan patah-patah pada sisinya lebih besar dari yang sebelumnya. Pengaruh
Gambar 28. Chip spesimen baja karbon rendah dengan feeding 0,58 mm
feeding 0,18 mm adalah sebesar 9,73 μm . Pada feeding ini nilai kekasaran
permukaannya lebih kecil (lebih halus) dibandingkan baja karbon tinggi yang
lainnya, seperti halnya pada feeding baja karbon rendah. Hal ini dapat dilihat
Gambar 29. Chip spesimen baja karbon tinggi dengan feeding 0,18 mm
feeding 0,38 mm adalah sebesar 10,81 μm , pada feeding ini nilai kekasarannya
lebih besar (lebih kasar) bila dibandingkan dengan feeding 0,18 mm, dan bisa
dilihat dengan chipnya yang agak panjang, patah-patah juga potongan tidak
teratur dan warna dari spesimen yang hampir berubah. Perubahan tersebut
Gambar 20. Chip spesimen baja karbon tinggi dengan feeding 0,38 mm
59
baja karbon tinggi dengan feeding 0,58 mm adalah sebesar 26,14 μm , pada
feeding ini nilai kekasaran permukaannya adalah yang paling besar (paling
kasar) diantara baja karbon lainnya. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk
chipnya yang tebal, patah-patah dan tidak teratur juga warna yang berubah
Gambar 21. Chip spesimen baja karbon tinggi dengan feeding 0,58 mm
rata-rata pada feeding 0,18 mm spesimen baja karbon rendah memiliki nilai
spesimen baja karbon tinggi sebesar 9,73 μm . Jadi nilai kekasaran permukaan
pada spesimen baja karbon rendah lebih kecil dibandingkan dengan spesimen
tinggi memiliki nilai kekasaran permukaan sebesar 10,81 μm , pada feeding ini
3,00 μm .
nilai kekasaran permukaan dari baja karbon rendah yang cukup besar yaitu
sebesar 15,81 μm .
B. Pembahasan
sebelum dan sesudah menggunakan feeding yang berbeda yaitu; 0,18 mm,
ini menghasilkan data yang berbeda dari setiap variasi perlakuan maupun
besar pula nilai kekasaran permukaan yang dihasilkan. Besar nilai kekasaran
permukaan tiap feeding hampir sama yaitu antara 2,28 μm dan 2,52 μm .
Dalam hal ini penggunaan kedalaman pemakanan sama yaitu sebesar 0,10 dan
15,33 μm . Hal ini disebabkan karena baja karbon tinggi mempunyai tingkat
dengan baja karbon tinggi. Kenaikan nilai kekasaran yang cukup besar terjadi
pada feeding ini yaitu sebesar 15,81 μm . Kenaikan kekasaran permukaan yang
cukup besar pada feeding ini disebabkan karena perbedaan tingkat kekerasan
baja karbon, hal ini dikarenakan pada waktu penyekrapan spesimen baja
karbon yang mempunyai tingkat kekerasan yang lebih rendah dan dengan
feeding yang kecil pahat akan mudah menusuk/pemakanan benda kerja dan
mudah saat membelokkan chip, sehingga aliran chip mudah diuraikan dan
aliran chip tidak putus-putus (kontinyu). Aliran chip yang kontinyu akan
mempunyai tingkat kekerasan yang tinggi dengan feeding yang besar akan
mengakibatkan pahat akan sulit menusuk benda kerja dan chip sulit untuk
benda kerja dan akan mengalami perubahan warna. Selain itu penggunaan
bertambah besar.
63
penyekrapan rata pada baja karbon. Semakin besar nilai kekasaran yang
PENUTUP
A. Simpulan
2. Kekasaran yang paling rendah atau kehalusan yang paling tinggi didapat
3. Semakin besar feeding yang digunakan semakin besar pula harga nilai
B. Saran-saran
50
51
2. Bila diinginkan tingkat kehalusan yang tinggi dari hasil penyekrapan rata
pada bahan baja karbon, disarankan menggunakan feeding 0,18 mm. Hal
dengan feeding 0,58 mm, hal ini biasanya dilakukan untuk penyekrapan
awal.
DAFTAR PUSTAKA
Harun, A.R. 1986. Teori dan Praktik Kerja Logam. Jakarta : Erlangga
Rajawali Mas
Departemen P dan K
Balai Pustaka
Angkasa
50
Lampiran 1. Pengaturan tebal pemakanan (feeding)
67
Lampiran 3. Spesimen baja karbon tinggi dengan beberapa variasi
68
Lampiran 5. Hasil uji komposisi baja karbon rendah
69
Lampiran 6. Hasil uji komposisi baja karbon tinggi
70
Lampiran 7. Surat penetapan dosen pembimbing
71
Lampiran 8. Surat ijin penelitian
72
Lampiran 9. Hasil pengukuran sebelum perlakuan baja karbon rendah
73
Lampiran 10. Hasil pengukuran dengan feeding 0,18 mm
74
Lampiran 11. Hasil penhjgukuran dengan feeding 0,38 mm
75
Lampiran 12. Hasil pengukuran dengan feeding 0,58 mm
76
Lampiran 13. Hasil pengukuran sebelum perlakuan baja karbon tinggi
77
Lampiran 14. Hasil pengukuran dengan feeding 0,18 mm
78
Lampiran 15. Hasil pengukuran dengan feeding 0,38 mm
79
Lampiran 16. Hasil pengukuran dengan feeding 0,58 mm
80