Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
2009
PENGANTAR
Nilai-nilai lokalitas seperti kriya dan kerajinan merupakan salah satu budaya yang
tak pernah lekang dari kehidupan masyarakat di negara Indonesia. Dalam kriya
tekstil Indonesia, serat alam dan pewarna alam sudah begitu lama eksis sejak
zaman nenek moyang. Namun di zaman modern seperti sekarang, serat dan
pewarna sintesis telah menggeser keberadaan kedua nilai lokalitas ini.
Kebangkitan pewarna alam dan serat alam sejak tahun 2000 telah kembali
menggairahkan kriya tekstil Indonesia dan masyarakat di dalamnya untuk terus
melestarikan keduanya.
Melalui laporan ini, akan diulas mengenai eksplorasi serat dan pewarna alam
Indonesia, khususnya serat jagung dan pewarna gambir. Semoga pengetahuan di
dalamnya dapat memperluas pengetahuan lebih lanjut tentang khasanah budaya
kita.
BAB I
PENDAHULUAN
Selama ini, masyarakat modern terbiasa mengolah bahan sandang yang terbuat dari
bahan-bahan sintetis ini tak jarang telah meninggalkan dampak buruk bagi
sustainable design dan lain-lain yang kesemuanya mendukung ide back to nature
Kekhasan alam Indonesia mulai dari ragam flora dan fauna, telah menjadi daya tarik
produk tekstil yang ramah lingkungan adalah serat alam. Beberapa unsur
masyarakat terutama di pulau Jawa telah lama menggunakan serat alam seperti
serat nanas dan sutra sebagai media dalam pembatikan, atau serat bambu sebagai
wadah makanan tradisional. Hal ini menandakan bahwa pada dasarnya, serat alam
Mengingat hampir 80% tumbuhan di Indonesia memiliki unsur serat yang dapat
diolah lebih lanjut, maka pembudidayaan serat alam sebagai salah satu usaha
mendukung gerakan back to nature merupakan hal yang perlu digalakkan. Salah
satu serat alam yang masih memerlukan sentuhan eksplorasi dalam pengolahannya
adalah serat jagung. Serat jagung diperoleh dari klobot jagung, yang sebenarnya
merupakan kulit ari dari biji jagung. Pemanfaatan klobot jagung masih minim
dilakukan masyarakat, biasanya klobot jagung berakhir sebagai pakan ternak sapi
atau kambing, atau sebagai bahan baku pembuatan bunga hias kering, bahkan
malah tak dimanfaatkan sama sekali, dibuang begitu saja layaknya limbah organik
lain. Tak banyak yang tertarik mengolah serat jagung menjadi produk tekstil. Hal ini
dikarenakan serat jagung memiliki ukuran serat yang pendek, sehingga sulit untuk
ditenun. Padahal, masih banyak teknik lainnya yang dapat diaplikasikan pada serat
ini, salah satunya adalah teknik pile weave atau tenunan berumbai. Pile weave
merupakan teknik yang sangat unik, biasa digunakan dalam pembuatan karpet dan
sangat mudah dilakukan. Selain tidak memerlukan benang atau serat yang panjang,
teknik ini menghasilkan tekstur yang sangat menarik, sehingga keterbatasan yang
Serat alam tentunya tak dapat dipisahkan dari pewarna alam. Dalam
penggunaannya di masa lalu, kedua unsur ini menyatu dengan nilai ritual disertai
dengan proses pengerjaan yang detail dan rumit, sehingga produk tekstil yang
dihasilkan sarat filosofi. Beberapa pewarna alam yang digunakan antara lain tarum,
sintetis oleh William Perkin di tahun 1856, perkembangan tekstil di dunia berubah
semakin pesat dan kreatif dan menggeser penggunaan pewarna alam ini. Namun,
beberapa pewarna sintetis seperti naftol, indigosol, rapid, direct dan reaktif
masyarakat kita telah sadar bahwa kepedulian lingkungan sudah seharusnya dimulai
dari usaha yang kreatif, karena alam sendiri telah menyediakan sumber daya yang
amat banyak dan beragam. Warna-warna yang dihasilkan ternyata jauh lebih variatif
dan natural dibanding pewarna sintetis, dan yang paling utama, pewarna alam
sangat aman bagi lingkungan. Salah satu pewarna alam yang cukup kuat dan cocok
diaplikasikan pada serat jagung adalah gambir. Meskipun biasa digunakan sebagai
komponen menyirih, gambir ternyata memiliki warna yang menarik sebagai pewarna
alami.
Melalui eksplorasi lebih lanjut, serat alam dan pewarna alam dapat kembali hadir
sebagai bahan baku produk ramah lingkungan. Sehingga, eksistensi dan keunikan
kedua sumber daya ini dapat dimanfaatkan secara maksimal bersama-sama dengan
kreatifitas yang tinggi, memberikan alternatif dan warna baru dalam dunia
I.1 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan tujuan yang hendak dicapai, maka dapat diperoleh
Bagaimana cara mengolah serat alam yang ada, khususnya serat jagung
secara efektif dan tepat guna agar tak lagi menjadi limbah atau pakan
yang maksimal.
sebagai unsur pendukung baik dalam fashion maupun interior yang unik.
Eksplorasi yang terdapat dalam proses pengolahan terbatas pada satu jenis serat
alam dan pewarna alam, yakni serat jagung (Zea mays) dan pewarna gambir
dalam serat serta merubah warna gambir menjadi lebih bervariasi. Produk akhir
yang telah dibuat terbatas pada lembaran tekstil menggunakan teknik pile weave.
Perolehan data dan acuan yang digunakan berdasarkan studi kuliah dan literatur,
baik dari buku-buku maupun internet. Selain itu, panduan yang diperoleh juga
secara deskriptif lewat berbagai eksperimen yang telah dilakukan dalam Bab 3.
Bab 1 Pendahuluan. Bab ini mengulas latar belakang pemilihan topik dan judul,
alasan, perumusan masalah, dan tujuan akhir yang ingin dicapai. Bab ini juga
menjelaskan beberapa metode yang dipakai dalam perolehan data dan panduan
Bab 2 Landasan Teori. Bab ini menjelaskan sejumlah teori yang berkaitan dengan
judul terpilih.
Bab 3 Eksplorasi. Bab ini mendeskripsikan tinjauan umum dan tinjauan khusus
berupa serangkaian eksplorasi yang diterapkan pada serat alam dan pewarna alam
terpilih.
Bab 4 Konsep dan Perancangan. Bab ini menjelaskan konsep awal dan proses
perancangan berdasarkan biaya, proses produksi, hingga tema, fungsi, serta nilai
Bab 5 Penutup. Bab ini merupakan kumpulan kesimpulan dan saran yang berkaitan
dengan pembuktian rancangan awal dan produk akhir, dilengkapi dengan daftar
pustaka dan lampiran-lampiran berupa gambar kerja, foto proses dan data
pendukung lainnya.