Professional Documents
Culture Documents
Di Indonesia, pestisida yang paling dominan banyak digunakan sejak tahun 1950an sampai
akhir tahun 1960an adalah pestisida dari golongan hidrokarbon berklor seperti DDT, endrin, aldrin,
dieldrin, heptaklor dan gamma BHC. Penggunaan pestisida-pestisida fosfat organik seperti
paration, OMPA, TEPP pada masa lampau tidak perlu dikhawatirkan, karena walaupun bahan-
bahan ini sangat beracun (racun akut), akan tetapi pestisida-pestisida tersebut sangat mudah terurai
dan tidak mempunyai efek residu yang menahun. Hal penting yang masih perlu diperhatikan masa
kini ialah dampak penggunaan hidrokarbon berklor pada masa lampau khususnya terhadap aplikasi
derivat-derivat DDT, endrin dan dieldrin.
Pada tanah-tanah pertanian yang menggunakan bahan organik yang tinggi, residu pestisida
akan sangat tinggi karena jenis tanah tersebut di atas menyerap senyawa golongan hidrokarbon
berklor sehingga persistensinya lebih mantap. Kandungan bahan organik yang tinggi dalam tanah
akan menghambat proses penguapan pestisida. Kelembaban tanah, kelembaban udara, suhu tanah
dan porositas tanah merupakan salah satu faktor yang juga menentukan proses penguapan pestisida.
Penguapan pestisida terjadi bersama-sama dengan proses penguapan air. Residu pestisida yang
larut terangkut bersama-sama butiran air keluar dari tanah dengan jalan penguapan, akan tetapi
masih mungkin jatuh kembali ke tanah bersama debu atau air hujan. Air merupakan medium utama
bagi transportasi pestisida. Pestisida dapat menguap karena suhu yang tinggi dan kembali lagi ke
tanah melalui air hujan atau pengendapan debu.
Terhadap Tumbuhan
Aplikasi pestisida pada kadar rendah (sublethal) dapat memberi pengaruh resisten terhadap
tumbuhan pengganggu., oleh karena itu penyemprotan yang tak sempurna dapat menimbulkan
pengaruh jangka panjang yang tak terduga. Di samping itu secara tidak langsung penggunaan
pestisida (herbisida) akan merangsang tumbuhan pengganggu lain yang bukan sasaran justru
menjadi dominan. Sebagai contoh pertumbuhan alang-alang Imperata cylindrica dapat ditekan
dengan penggunaan herbisida, akan tetapi di sisi lain rumput Mikinia micranta justru akan tumbuh
subur dan merajalela di tempat itu karena persaingannya dengan alang-alang sudah tidak ada lagi.
Demikian juga dengan jenis rumput Pennisetum polystachion yang mempunyai tingkat kepadatan
biji yang sangat banyak (300.000 – 370.000 biji/tanaman) tidak dapat tumbuh pada kondisi gelap
(di bawah naungan alang-alang), tetapi pada saat alang-alang dibasmi, maka rumput ini akan
tumbuh dominan (Soedarsan dan Amir, 1975).
Fakta lain ditemukan pula bahwa ternyata tercatat 80 jenis bahan aktif pestisida juga dapat
menjadi penyebab atau sebagai faktor "mutagenic agent" (Moriya, 1983; Weinstein, 1984; Sandhu,
1980; Simmon, 1980) (Tabel 3). Lebih jauh ditemukan lagi fakta bahwa senyawa pestisida juga
dapat menjadi penyebab penyakit peradangan kulit dan penyakit kulit lainnya sebagai akibat
timbulnya alergi dan iritasi. Yang dapat menyebabkan alergi pada kulit tercatat ada 20 jenis bahan
aktif sedangkan yang menyebabkan iritasi tercatat ada 42 jenis bahan aktif (Weinstein, 1984:
Gosselin, 1984) (Tabel 4).
Tabel 3. Senyawa-Senyawa Pestisida Yang Telah Terbukti Dapat Menjadi Fakta Penyebab Mutasi Genetik (Mutagenic
Agent)
acephate Dicrotophos NBT(2,4-dinitrophenylthiocyanate)
allethtrin dichlorvos NNN(5-nthro-1-napthalonitrile)
azinphos-methyl dimethoate nitofen
benomyl dinocap oxydemeton-methyl
bromocil dinoseb oxine copper
butaclor disulfoton parathion-methyl
cocodylic acid echlomezel pentachlorophneol
captafol ethylnechlorohydrin phenazine oxide
captan ethylenedibromide phosmer
carbaryl ethylenedichloride pirimiphosmethyl
carbendazim ethylene oxide polycarbamate
carbofuran ethylene thiourea polyoxin D-Zn
chlormethoxynil EMS propanil
chlorfenvinphos ESP salithion
chloropicrin fenaminosulf simazine
chlorpyrifos fenitrithion 2,4,5-T
cyclophosphamide ferbam thiometon
2,4-D acid folpet thiram
2,4-BB acid HEH(2-hydroxyethylenehydrazin) toxaphene
DBCP hemel triallate
DD MAF trichlorfon
DDC MCPA TTCA(asomate)
DDT malaeic hydrazide vamidothion
demeton metepa ziram
1,2,dibromethane methyl dibromide
dicamba monocrotophos
dichlorfluanid
Sumber : Moriya (1983); Weinstein (1984); Sandhu (1980); Simmmon 1980)
Tabel 4. Senyawa-Senyawa Pestisida Yang Telah Terbukti Dapat Menjadi Faktor Penyebab Penyakit Radang Kulit
Dan Penyakit Kulit Lainnya (Alergi Dan Iritasi)
Secara umum, proses peracunan senyawa pestisida dapat diamati berdasarkan golongan
pestisida yang dipakai di lapangan. Fenomena ini sering ditemukan pada para pekerja yang terkait
langsung dengan pestisida seperti pekerja pada lokasi kepabrikan maupun perkerja yang langsung
menggunakan senyawa pestisida tersebut terhadap organisme target. Pada golongan pestisida yang
mempunyai bahan aktif dari klor organik seperti endrin, aldrin, endosulfan, dieldrin,
lindane(gamma BHC) dan DDT, gejala keracunan yang dapat ditimbulkan dapat berupa mual, sakit
kepala dan tak dapat berkosentrasi. Pada dosis tinggi dapat terjadi kejang-kejang, muntah dan dapat
terjadi hambatan pernafasan. Hal ini disebabkan kerena senyawa klor organik mempengaruhi
susunan syaraf pusat terutama otak.
Pada senyawa fosfat organik, gejala yang timbul dapat berupa sakit kepala, pusing, lemah,
pupil mengecil, gangguan penglihatan, sesak nafas, mual, muntal, kejang pada perut, diare, sesak
dada dan detak jantung menurun. Senyawa ini menghambat aktivitas enzim kolonestrasi dalam
tubuh penderita. Pada karbamat, gejala keracunannya hampir tak terlihat jelas, proses kerjanya juga
menghambat enzim kolinestrase dalam tubuh, tetapi reaksinya reversible dan lebih banyak bekerja
pada jaringan bukan dalam plasma darah. Yang masuk kategori senyawa itu adalah aldikarb,
carbofuran, metomil, propoksur dan karbaril (Anonim, 1984) (Tabel 5).
Tabel 5. Gejala Keracunan Dan Petunjuk Cara Pertolongan Pertama Pada Penderita
Golongan Pestisida Cara bekerjanya Gejala keracunan yang timbul
Klor organik : endrin, aldrin, Mempengaruhi susunan syaraf Mual, sakit kepala, tak dapat
endosulfan(thiodan), dieldrin, pusat terutama otak berkonsentrasi. Pada dosis tinggi
lindane(gamma BHC), DDT dapat terjadi kejang-kejang muntah
dan dapat terjadi hambatan
pernafasan
Fosfat organik: mevinfos (fosdrin), Menghambat aktivitas enzim Sakit kepala, pusing-pusing, lemah,
paration, gution, monokrotofos kholinnestrase pupil mengecil, gangguan
(azodrin), dikrotofos, fosfamidon, penglihatan dan sesak nafas, mual,
diklorvos (DDVP), etion, efntion, muntah, kejang pada perut dan diare,
diazinon. sesak pada dada dan detak jantung
menurun.
Dipiridil : paraquat, diquat dan Dapat membentuk ikatan dan Gejala keracunan selalu lambat
morfamquat merusak jaringan ephitel dari diketahui, seperti perut, mual,
kulit, kuku, saluran pernafasan muntah dan diare karena ada iritasi
dan saluran pencernaan, pada saluran pencernaan. 48-72 jam
sedangkan larutan yang pekat baru gejala kerusakan seperti ginjal
dapat menyebabkan seperti albunuria, proteinura,
peradangan. hematuria, dan peningkatan kreatinin
lever, 72 jam-14 hari terlihat tanda-
tanda kerusakan pada paru-paru
Antikoagulan : tipe kumarin Pestisida ini cepat diserap oleh Hematuria (kencing berdarah),
(warfarin), tipe 1,3 indantion: pencernaan makanan, hidung berdarah, sakit pada rongga
difasinon, difenadion (Ramik) penyerapan dapat terjadi sejak perut, kurang darah dan kerusakan
saat tertelan sampai 2-3 ginjal
hari.Kumrain dapat diserap
melalui. Kedua tipe pestisida ini
Arsen : arsen trioksid, kalium Menghambat pembentukan zat Pada keracunan akut: nyeri pada
arsenat, asam arsenat dan arsin(gas). yang berguna untuk perut, muntah dan diare. Pada
koagulasi/pembekuan darah keracunan sub akut akan timbul
antara lain protrombin gejala seperti sakit kepala, pusing
Keracunan arsen pada dan banyak keluar ludah
umumnya melalui mulut
walaupun bisa juga diserap
melalui kulit dan saluran
pernafasan
Sumber: Anonim (1984)
PENUTUP
Walaupun beberapa rujukan pustaka dari paper ini sudah cukup tua, akan tetapi dari data-
data tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa problematika yang terkait dengan dampak
samping dari penggunaan pestisida baik langsung maupun tidak langsung cukup significant
merusak ekosistem lingkungan dan bahkan kesehatan manusia. Oleh sebab itu ke depan
penanganan pestisida nampaknya masih panjang untuk diperdebatkan dan bahkan masih perlu
diteliti lebih jauh agar ekosistem bumi kita dapat terselamatkan dari proses pencemaran senyawa-
senyawa kimia yang berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA