Professional Documents
Culture Documents
baik hati, pencinta kaum lemah, kepala keluarga yang mulia, pejuang
yang teguh, jujur, dan selalu berkata benar yang melawan para tiran,
para penindas, dan para pengeksploitasi kaum miskin. Dia tidak
pernah berkompromi pada prinsipprinsipnya dan selalu tegak berdiri
seperti sebuah batu menentang kekuatan-kekuatan kejahatan.
Menurut Al-Qur'an, Ibrahim adalah hamba kebenaran yang
mengikuti jalan lurus keadilan (hanif) dan kesetaraan sosial, cinta
kasih dan persaudaraan. Dia mengikuti Islam (yang secara harfiah
berarti ketundukan seorang yang jujur kepada kehendak Allah, yaitu
kebenaran, kesetaraan, dan keadilan) karena semua Nabi adalah
Muslim sepanjang mereka tetap membela kebenaran dan berjuang
melawan para penindas kaum lemah. Firman Al-Qur'an kepada para
revolusioner yang mengikuti Nabi Muhammad Saw.:
"Sudah ada bagimu teladan yang baik (untuk diikuti) pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dia, ketika mereka berkata kepada
kaumnya: Kami berlepas tangan dari apa yang kamu sembah selain
Allah; kami mengingkari kamu; dan antara kami dengan kamu timbul
permusuhan dan kebencian untuk selamanya, - kecuali kamu beriman
kepada Allah semata..." (Q.S. 60: 4).
4. Migrasi Besar
di Timur Tengah. Konon, dia wafat pada usia seratus tujuh puluh lima
tahun dan dimakamkan di Gua Machpelah.
Anaknya, Ismail, adalah juga seorang Nabi-revolusioner, seorang
hamba Allah, yang menurut Al-Qur'an adalah "...orang yang berpegang
teguh pada janji; dia seorang rasul dan seorang Nabi" (Q.S. 19: 54).
Ibrahim mencintai Allah lebih dari apapun dan dia melakukan
segalanya demi mendapatkan keridhaan-Nya; inilah Islam yang se-
sungguhnya. Ismail adalah seorang anak yang patuh dan sabar. Sifat-
sifat mulia mereka telah dijelaskan secara alegoris oleh Al-Qur'an.
Ibrahim tidak ragu-ragu untuk mengorbankan miliknya yang berharga
demi mencapai tujuannya.
Ketika Ibrahim tengah berjuang keras melawan kekuatan-kekuatan
kejahatan di sekitarnya, para penindas berkomplot untuk
membunuhnya. Kemudian ia pindah, demi kebenaran dan keadilan.
Ketika Ismail dilahirkan dan mencapai usia sanggup (aqil baligh),
bersama dengan bapaknya, Ibrahim berkata:
"...Hai anakku! Aku melihat dalam mimpi, bahwa aku menyembelihmu
sebagai kurban, maka bagaimana pendapatmu? (Anaknya) berkata:
'Wahai ayahku! laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
insya Allah akan kaulihat aku termasuk golongan orang yang sabar
dan tabah" (Q.S. 37: 102).
"Siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang berserah
diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan amal kebaikan dan
mengikuti agama Ibrahim yang murni dan Allah telah mengambil
Ibrahim sebagai kawan" (Q.S. 4:125).
2
Ziaul Haque, Wahyu dan Revolusi, Yogyakarta: LKIS, 2000, hal. 185
(Q.S. 26: 19). Musa menyerang tipuan jahatnya yang licik dengan
kebenaran dan kelugasannya yang sederhana:
"Aku melakukannya karena khilaf. Maka aku pun lari dari kamu sebab
aku takut kepadamu; tetapi Tuhanku telah menganugerahi aku
kearifan dan mengangkatku menjadi salah seorang rasul. Dan itulah
kenikmatan yang kaulimpahkan kepadaku dengan ketentuan kau
memperbudak Bani Israil" (Q.S. 26: 20-22).
Sebuah tatanan yang korup dan ideologi yang palsu tidak pernah
bertahan. Selama orang-orang Israel itu berpegang pada prinsipprinsip
kebenaran, kesetaraan, dan keadilan, mereka tetap kuat dan
sejahtera, tetapi bila mereka berpecah-belah menjadi kelompok-
kelompok dan kelas-kelas yang saling berperang dengan saling
memperbudak dan menindas satu sama lain, nasib mereka akan sama
dengan Fir'aun dan para pemukanya.
"Mereka yang melanggar Perjanjian Allah setelah diikrarkan, dan
memutuskan apa yang diperintahkan Allah supaya dipertalikan, dan
mereka yang berbuat kerusakan di bumi: Mereka sendirilah yang rugi.
Bagaimana kamu tak beriman kepada Allah padahal tadinya kamu
mati, maka la membuat kamu hidup, lalu la membuat kamu mati, lalu
la membuat kamu hidup, lalu kepada-Nya kamu kembali" (Q.S. 2: 27-
28).
Al-Qur'an berfirman:
"Isa Almasih putra Maryam hanyalah seorang rasul. Sebelumnya pun
sudah berlalu beberapa orang rasul. Dan ibunya seorang perempuan
yang sangat berpegang pada kebenaran. Mereka pun menyantap
makanan. Lihatlah, bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka
tanda-tanda; kemudian lihatlah betapa jauh mereka dipalingkan dari
kebenaran! Katakanlah: `Mengapa kamu menyembah yang selain
Allah, sesuatu yang tak mampu membawa mudarat atau manfaat
kepadamu?' Allah Maha Mendengar, Mahatahu" (Q.S. 5:75-76).
3
Ziaul Haque, Wahyu dan Revolusi, Yogyakarta: LKIS, 2000, hal. 195
1. Hamba Allah
Menurut Al-Qur'an, Isa adalah seorang manusia yang rendah hati,
seorang Nabi-revolusioner, seorang hamba Allah yang menempuh
jalan lurus kebenaran seperti halnya Nabi-Nabi revolusioner lainnya.
Dia adalah seorang manusia, seorang guru yang menerima wahyu
Ilahi, Ruh Allah, 'Inspirasi Allah', pejuang pemberani yang melawan
kejahatan dan penindasan. Dia tidak terbunuh ataupun disalibkan
karena Nabi-revolusioner tidak pernah mati. Mereka selalu hidup di
dalam hati nurani umat manusia.
"Dan karena perkataan mereka: 'Kami telah membunuh Isa Almasih
putra Maryam, Utusan Allah'; padahal mereka tidak membunuhnya
dan tidak pula menyalibnya, tetapi demikianlah ditampakkan kepada
mereka. Dan mereka yang berselisih pendapat selalu dalam keraguan
mengenai itu, tanpa didasari suatu pengetahuan selain dengan
perkiraan saja, dan yang mereka bunuh tidak meyakinkan. Tetapi
Nabi Isa meneruskan dakwahnya dan pada saat yang sama dia
menyerang kemunafikan para pemuka agama yang menggunakan
agama sebagai topeng yang di baliknya mereka mengeksploitasi
rakyat yang naif dan kaum tertindas yang memberontak.
Ini adalah tipuan yang cerdik dan alat tipuan yang digunakan
untuk menunjukkan kepada pemerintah saat itu bahwa Nabi Isa tidak
hanya seorang penghina tuhan agama mereka, melainkan juga
seorang pemberontak terhadap sistem sosial dan politik dan
penguasanya, Kaisar Romawi. Pada saat itu Palestina adalah sebuah
propinsi dari Kekaisaran Romawi dan diperintah oleh Gubernur
Romawi.
Sasaran utama serangan-serangan Nabi Isa adalah para ahli
hukum dan orang-orang Farisi yang memiliki otoritas agama untuk
menafsirkan hukum-hukum Taurat. Para pemuka agama dan para
cendekiawan ini pada umumnya menyesatkan kaum miskin dan tidak
bertindak sebagaimana yang mereka dakwahkan. Mereka berkolusi
dengan para penguasa yang korup.
Nabi Isa mengajar manusia untuk jujur, bersih hati, selalu berkata
benar dan bertindak benar dan tulus tanpa pertentangan apapun
antara hati dengan pikiran. Orang rang yang menjadi muridnya
dibuatnya menjadi hamba kebenaran yang berani dan tanpa pamrih.
Dengan ajaran-ajaran keteladanan hidupnya dia biasa
menghembuskan 'ruh' dan kehidupan kepada orang-orang yang 'mati'
secara moral. Dia membuat mereka menjadi berani dan teguh, dan
membawa kehidupan kepada jiwa-jiwa yang 'mati'. (Q.S. 3:49). Kaum
miskin, lemah dan para budak juga mengikutinya. Mereka
meninggalkan tempat tinggal dan rumah-rumah, keluarga dan suku-
suku mereka demi sebuah kehidupan baru yang penuh kebenaran dan
kesetaraan. Tatanan sosial dan orang-orang yang memerintah di
dalamnya merasa terancam oleh pemberontakan kaum tertindas itu.
Nabi Isa pun ditangkap. Sebelum dia ditangkap, para penindas
berusaha untuk membunuhnya beberapa kali, tetapi dia bisa
melarikan diri.
3. Nabi Yang Tak Bersenjata
Demikianlah, Nabi-revolusioner Isa putra Maryam pun disalibkan.
Dia dihinakan dan dibunuh karena dia tidak mempersenjatai dirinya
dan para pengikutnya. Jelas bahwa dia percaya kepada kebenaran,
cinta kasih, dan persaudaraan dan membenci kekerasan, balas
dendam dan kerusakan. Kepasrahannya kepada kehendak Allah
sempurna; dia seorang Nabi-revolusioner penerima wahyu, seperti
Nabi Isa memikirkan orang lain, hidup untuk orang lain, menderita dan
mati untuk orang lain. Nabi Isa memiliki tempramen seorang yang
berkhalwat. Nabi Isa berdo’a sendirian secara sembunyi-sembunyi,
agar tidak dilihat orang lain (tidak riya’).
Nabi Isa adalah seorang yang bijaksana, seorang guru besar
(ulama), dan cendikiawan terpelajar. Nabi Isa adalah seorang guru
yang merasa cukup dengan apa adanya dan tanpa pamrih bagi orang-
orang miskin dan lemah. Al-Qur’an dan hadist banyak mencatat
aporisme dan perkataan-perkataan Nabi Isa ini: ‘Janganlah terlalu
banyak berbicara tanpa mengingat Allah; ini akan mengeraskan hati
kalian. Dan hati yang telah mengeras tersingkir jauh dari Allah tanpa
kalian sadari. Dan janganlah mengamat-amati dosa-dosa orang lain
seolah-olah kamu adalah majikan mereka; tetapi awasilah dosa-
dosamu sendiri seakan-akan kamu adalah budak (hamba sahaya).
Manusia terbagi kedalam dua jenis: sebagian yang menderita karena
dosa-dosanya sendiri dan sebagian lain yang diampuni; jadi, carilah
ampunan bagi orang-orang yang sedang disiksa dan bersyukurlah
kepada Tuhan karena kamu terbebas dari hukuman dan penderitaan.
MUHAMMAD-NABI REVOLUSIONER
TERAKHIR4
4
Ziaul Haque, Wahyu dan Revolusi, Yogyakarta: LKIS, 2000, hal. 213
1. Nabi-Revolusioner
Muhammad Saw. (570-632 M), yang secara harfiah berarti
‘orang yang terpuji’, adalah Nabi-revolusioner terakhir yang juga
merupakan tokoh revolusioner pertama di zaman modern ini.
Dialah Nabi terakhir, pengabdi kebenaran dan kebijaksanaan
serta penerima wahyu yang melihat cahaya dalam hati dan
pikirannya pada suatu saat ketika keuatan-kekuatan jahat telah
menggelapkan cakrawala dan telah melemahkan pikiran dan
kalbu manusia-manusia yang menderita.
Dia membebaskan budak-budak, anak-anak yatim dan para
wanita, kaum yang miskin dan lemah. Perkataannya yang
mengandung wahyu menjadi ukuran untuk membedakan yang
benar dari yang salah, yang sejati dari yang palsu, dan kebaikan
dari kejahatan. Misinya sama dari misi-misi Nabi lain sebelum
dia : supremasi kebenaran, kesetaraan persaudaraan manusia.
Dialah revolusioner pertama dari zaman modern karena dia
melihat dengan jelas bahwa pertentangan abadi antara kebaikan
dan kejahatan, dalam bentuk social dan ekonominya,
sesunggunya adalah perjuangan kelas, sebuah pertentangan
antara orang-orang yang tertindas dengan para penindas, antara
budak dengan majikan, antara orang-orang yang dieksploiatasi
dan yang mengeksploitasi, hamba dengan tuan-tuan, dan antara
kaum yang lemah dengan kaum yang kuat/berkuasa. Sebagai
seorang revolusioner,dia mempersenjatai para dirnya dan para
pengikutnya setelah para berpindah dari benteng korupsi dan
kejahatan. Dia membebaskan kaum tertindas dari perbudakan
dan penindasan yang kejam oleh para pedagang, lintah darat,
para penimbum, pemilik-pemilik budak, bangsawan-bangsawan,
2. Oligarki Perdagangan
Para pedagang kaya, para pemilik budak, dan tuan-tuan tanah
yang sangat bangga akan kekayaan dan harta benda miliknya
percaya bahwa wahyu itu seperti kekuatan ekonomi dan politik
yang hanya dapat turun kepada seorang yang kaya, pedagang,
pemuka, seorang pemuka agama, atau seorang tuan tanah, dan
tidak kepada seorang biasa dan rendah hati yang adalah juga
seorang anak yatim-piatu dan berasal dari kelas sosial rendah dan
tidak berarti.
“Dan mereka berkata: “mengapa Al-Qur’an tidak diturunkan
kepada seorang besar dari salah satu dari dua negeri (Mekah dan
Thaif) ini?”
Di Mekah terdapat griya-griya komersial, stan-stan jual-beli,
dan pusat-pusat perdagangan milik para pedagang lintah darat
kaya dan di Thaif Mereka memiliki kebun buah-buahan, istana-
istana,dan tempat-tempat peristirahatan musim panas.
Oligarki kaum pengeksploitasi Makah terkejut melihat seorang
lelaki miskin dan sederhana, seorang anak yatim piatu yang tampak
seorang buruh atau seorang budak tampil sebagai seorang
revolusioner dan Nabi. Mereka mengharapkan seorang kaya atau
seorang pemuka agama bijaksana dari kalangan mereka sendirilah
yang akan membimbing mereka dan melakukan hal-hal yang ajaib dan
luar biasa. Mereka menganggap Muhammad Saw. Sebagai seorang
pembohong. Mereka berkata kepada sang Nabi-revolusioner itu:
“...Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu
hingga kamu memancarkan mata air dan bumi untuk kami, Atau kamu
mempunyai sebuah kebun korma dan anggur, lalu kamu alirkan
sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya, Atau kamu
jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu
katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat
berhadapan muka dengan kami. Atau kamu mempunyai sebuah
rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. dan kami sekali-kali tidak
akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami
sebuah Kitab yang kami baca". Katakanlah: "Maha Suci Tuhanku,
bukankah Aku Ini Hanya seorang manusia yang menjadi rasul?" (Q.S.
17:90-93).
6. Ide Revolusi
Islam merupakan prinsip-prinsip kebenaran dan kesetaraan sosial.
Lawan atau kebalikan dari Islam adalah kebohongan dan diskriminasi
yang merupakan penolakan terhadap kebenaran, penyangkalan
terhadap kesetaraan dan pengingkaran (kufr) terhadap kebaikan.
Karenanya orang-orang yang mengingkari kebenaran dan kesetaraan
sosial oleh Al-Qur’an disebut kafirun. Jadi, muslimun dan kafirun saling
berlawanan. Bagi muslimun, nilai-nilai luhur yang digunakan untuk
mengorganisir sebuah komunitas yang adil adalah kebenaran dan
Tentang Penulis: