Professional Documents
Culture Documents
PANCASILA 1
(STUDI KRITIS MENURUT ISLAM)
“Pancasila sebagai filsafat negara itu bagi kami adalah kabur dan tak bisa berkata apa-apa
kepada jiwa Ummat Islam yang sudah mempunyai dan sudah memiliki satu ideologi yang tegas,
terang, dan lengkap, dan hidup dalam kalbu rakyat Indonesia sebagai tuntutan hidup dan sumber
kekuatan lahir dan bathin, yakni Islam. Dari ideologi Islam ke Pancasila bagi Ummat Islam adalah
ibarat melompat dari bumi tempat berpijak
ke ruang hampa, Vacuum, tak berhawa”.
Dr. Muhammad Natsir.2
I. PENDAHULUAN
5
Lihat, Amier Syakieb Arselan, Kenapa Ummat Islam Mundur dan selain Mereka maju. Jakarta, Bulan Bintang
1. Pendahuluan
Islam adalah suatu aturan hidup yang mengatur segala aspek kehidupan, baik
secara individual maupun collective (masyarakat). Untuk menyatakan suatu benar
ataupun salah, seorang yang telah menyatakan dirinya sebagai muslim, tidak
sewajarnyalah meninggalkan konsep yang telah tesirat dalam Al-Qur’an dan sunah,
karena inilah dasar obyektif untuk menyatakan kesalahan dan kebenaran suatu
konsepsi. Al-Qur’an diturunkan Allah adalah untuk membedakan antara yang haq (benar)
dan yang bathil (salah).
Allah berfirman :
Bulan ramadhan, bulan yang dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan Furqon (pembeda antara
yang haq dan yang bathil). (Al Baqarah : 185)
Seorang yang telah menyatakan dirinya sebagai seorang Muslim, dia wajib tunduk
dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak diizinkan sama sekali mencampur adukan
antara yang haq dengan yang bathil.
Allah berfirman :
Janganlah kamu campur adukan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu
sembunyikan yang haq itu sedang kamu mengetahui. (Al-Baqarah : 42)
Seorang Muslim harus mengakui secara mutlaq, bahwa kebenaran itu datangnya
hanya dari sisi Allah Yang Maha Perkasa saja dan tidak ragu-ragu dalam hal ini.
Allah berfirman :
Kebenaran itu adalah dari Robbmu sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang
yang ragu. (Al-Baqarah : 147)
Untuk menguji keyakinan hambanya, Allah memberikan kebebasan untuk memilih
jalan yang dikehendakinya, apakah ia memilih golongan iman atau golongan kafir. Kedua
golongan ini tidak pernah bertemu selamanya, karena berbeda awal dan tujuannya,
kedua golongan ini akan bertemu di medan laga untuk mempertahankan masing-masing
Ideologi yang dianutnya.
Allah berfirman :
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) dien (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar dari jalan yang salah. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thoghut, dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia berpegang kepada buhul tali yang amat
AL-QUR’AN AL-KARIM
GARIS AL-FURQON
(PEMBEDA ANTARA HAQ DGN BATHIL)
6
Lihat Moh. Yamin, Naskah Persiapan UUD 1945, jilid I.
7
Lihat lebih mendetil : Endang Syaifuddin Anshary, Piagam Jakarta, Bandung, Pustaka Salman
8
ibid
9
Lihat : Ummat Islam Wajib Merobek-robek Pancasila, Buletin DRII, edisi I, halaman 3.
2. Segi Yuridis
Pancasila adalah salah satu konsensus bersama antara ummat Islam dengan
lainnya di Indonesia, satu sama lainnya harus konsukuen, menepatinya dan tidak boleh
dilanggar. Pada zaman Rasulullah hal ini ada contohnya, seperti Piagam Madinah
(Declarasi Madinah) ataupun Perjanjian Hudaibiyah (perjanjian Rasulullah dengan kaum
kafir di Makkah). Itulah yang dijadikan argumen oleh pendukung-pendukung Pancasila
untuk tetap mempertahankan eksistensi Pancasila di Indonesia, yang akan menina
bobokan ummat Islam agar tidak mengganti Pancasila dengan ideologi Islam.
Apakah dapat disamakan Pancasila dengan Piagam Madinah? Marilah kita analisa
melalui Islam.
Al-Qur’an al-Karim telah memberikan statement pada ummat Islam tentang
syarat-syarat perjanjian dalam Islam harus memenuhi kriteria dibawah ini : (buka surat
At Taubah ayat 1-15).
1. Perjanjian tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an dan sunah Rasulullah.
2. Perjanjian punya jangka waktu, kapan berlaku dan berakhir.
10
Lihat UU Anti Subversi no 11/PNPS/1963
11
Lihat, AH. Nasution, Kepemimpinan di Negara-negara berkembang, halaman 171
12
SU. Bayasut, Alam Fikiran dan Jejak Langkah Prawoto Mangunsasmito, Surabaya, Dokumenta, hal.221
13
Yusuf Abdullah Puar, M.Natsir 70 Tahun, Pustaka Antara, halaman 95-97. Lihat juga : Moh. Hatta, Demokrasi Kita,
Pustaka Antara, halaman 17
14
TB. Simatupang, Menelaah Kembali Peranan TNI, Prisma 11 halaman 20
15
M. Natsir, Indonesia di Persimpangan Jalan, Terbitan sendiri
16
Lihat : AM. Fatwa, Nasib Ummat Islam dan Rakyat Indonesia di Bawah Orde Baru dan Pos-pos Soeharto.
19
H. Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Tintamas, halaman 441-444
3. Segi Materil
Pancasila yang dikatakan sebagai Ideologi bangsa Indonesia adalah bersumber
pada filsafat-filsafat barat maupun filsafat-filsafat timur. M. Yamin berkata tentang ini :
“Pancasila sebagai hasil penggalian Bung Karno ini sesuai pula dengan pandangan
tinjauan hidup Neo Hegalian”.20
Serta perhatikan pidato Bung Karno dihadapan BPUPKI, antara lain mengatakan,
inspirasi-inspirasi tentang Pancasila ia peroleh dari pemikir-pemikir Sosialis Cina.21
Jadi kandungan Pancasila adalah sebagian besar diambil dari filsafat-filsafat barat
maupun filsafat-filsafat timur (sosialis komunis) serta dimasukkan beberapa ajaran Islam,
kemudian jadilah ia sebagai COLLECTIVE IDEOLOGI (Ideologi bersama) bagi bangsa
Indonesia.22
Itulah sebabnya, seorang muslim perlu menganalisa secara mendalam kandungan
Pancasila, apakah bertentangan atau tidak dengan Islam, agar aqidah ummat Islam tidak
tercampur baur yang mengakibatkannya musrik kepada Allah SWT.
Sebagaimana kita ketahui Pancasila terdiri dari lima sila yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusian yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
20
M. Yamin, Naskah Persiapan UUD 1945, jilid I
21
Soekarno, 7 Bahan Pokok Indoktrinisasi, DPA RI (Orla).
22
Roeslan Abdul Ghani, Resapkan dan Amalkan Pancasila.
23
IKIP, Pengertian Pancasila atas Dasar UUD 1945 dan Ketetapan-Ketetapan MPR, Laboratorium Pancasila IKIP Malang
24
Hasan Al-Banna, Risalah Jihad, Kuala Lumpur, IIFSO, halaman 29
25
IKIP, Pengertian Pancasila…. Lihat juga Darji Darmodiharjo, Pancasila Suatu Orientasi Singkat.
26
Abul A’la Maududi, Khilafah dan Kerajaan, Mizan, halaman 64-67
27
Sayyid Qutb, Masyarakat Islam, Ma’arif, halaman 72
28
Ashobiyah artinya terlalu fanatik golongan, suku dan kebangsaan (nasionalisme) atau chauvinisme.
29
Said Hawwa, Jundullah, Bab Noda hitam yang membatalkan syahadat, diterjemah Majalah al-Muslimun Bangil
30
IKIP, Pengertian Pancasila..
32
Abul A’la Maududi, Khilafah dan Kerajaan, halaman 100
4. Segi Fungsionil
Pada awal terbentuknya Pancasila, disepakati fungsi dari Pancasila adalah sebagai
dasar negara Indonesia merdeka, atau istilah Soekarno WELTANSCHAUUNG.33
Akhir-akhir ini fungsi Pancasila telah jauh menyimpang dari rel semula, apalagi
setelah disusupi oleh kepercayaan-kepercayaan mistik jawa kuno (kejawen). Fungsi
Pancasila pada masa orde lama dengan masa orde baru jauh berbeda, dengan demikian
dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Pancasila dapat diubah-ubah sesuai kemauan
penguasa, hal ini terbukti baik dalam pemerintahan Soekarno maupun Soeharto. Untuk
membuktikan penyimpangan-penyimpangan ini, maka kita perlu mengadakan suatu
analisa mendalam.
Fungsi Pancasila zaman orde baru an :
1. Sebagai Azas Tunggal dalam bernegara, berbangsa dan bermasyarakat.
2. Sebagai Falsafah, Ideologi dan Pandangan Hidup (Way of Life).
3. Sebagai sumber dari segala sumber hukum.
4. Sebagai ukuran baik dan buruknya perbuatan seseorang (moral/etika).
5. Dan seterusnya.
33
Soekarno, Lahirnya Pancasila, 7 Bahan Pokok Indoktrinisasi, DPA RI.
34
Lihat, Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi, Panitia, jilid I.
35
Maududi, Ketuhanan, Ibadah dan Agama, Surabaya, Bina Ilmu, halaman 109-111
38
Soeharto, Pancasila Menurut Presiden Soeharto, Yayasan Proklamasi
Setelah kita menganalisa Pancasila secara panjang lebar dari berbagai aspek dari
segi Historis, Yuridis, Materil dan Fungsinya, menurut pandangan ajaran Islam yang
bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya, maka kesimpulan akhir yang diperoleh
adalah: PANCASILA BERTENTANGAN DENGAN ISLAM, BAIK SECARA
TEORITIS MAUPUN PELAKSANAAN SEPANJANG SEJARAHNYA.
Pertentangan ini terutama disebabkan karena Pancasila adalah kumpulan dari
berbagai ajaran, baik dari Islam, agama-agama, filsafat, doktrin, isme-isme dan
sejenisnya yang dijadikan sebagai ideologi kompromistis yang diharamkan Islam. Karena
Islam adalah ajaran supra lengkap, yang tidak perlu mendapat tambahan dari sistem
selainnya dalam membangun pengikutnya sebagai masyarakat utama. Pancasila sendiri
diterima wakil-wakil Islam dengan pertimbangan sementara dan sangat terburu-buru
dengan berprasangka baik. Namun dalam perjalanannya setelah beberapa puluh tahun
terbentuknya Pancasila, ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya telah
mengakibatkan kerugian dan penderitaan ummat Islam yang menjadi mayoritas bangsa
Indonesia.
Seorang yang mengaku dirinya Islam dan beriman, belum tentu dianggap Islam
maupun beriman seratus persen sebelum menjalankan atau mengamalkan ajaran Islam
secara kaffah, secara keseluruhan. Pengikut dan pendukung Pancasila, apalagi
menerimanya sebagai ideologi, falsafah, way of life, maka ia telah ingkar dengan ajaran
Islam. Kalau secara sadar, ia mengetahui itu bertentangan dengan ajaran Islam namun
mengikuti dan mendukungnya (Pancasila) maka ia adalah DZOLIM, sedangkan kalau
secara tidak sadar, karena ketidak tahuannya, ia adalah JAHIL. Maka dengan demikian