You are on page 1of 29

KERANCUAN

PANCASILA 1
(STUDI KRITIS MENURUT ISLAM)

“Pancasila sebagai filsafat negara itu bagi kami adalah kabur dan tak bisa berkata apa-apa
kepada jiwa Ummat Islam yang sudah mempunyai dan sudah memiliki satu ideologi yang tegas,
terang, dan lengkap, dan hidup dalam kalbu rakyat Indonesia sebagai tuntutan hidup dan sumber
kekuatan lahir dan bathin, yakni Islam. Dari ideologi Islam ke Pancasila bagi Ummat Islam adalah
ibarat melompat dari bumi tempat berpijak
ke ruang hampa, Vacuum, tak berhawa”.
Dr. Muhammad Natsir.2

I. PENDAHULUAN

Islam sebagai ideologi universal telah menempatkan dirinya pada kedudukan


teratas dari ideologi-ideologi lainnya di dunia ini. Ini disebabkan karena konsepsi Islam
yang fitri (sesuai dengan fitrah manusia) dan tetap up to date sepanjang zaman, tidak
pernah mengalami perubahan-perubahan dalam konsepsinya. Tidak seperti komunisme,
sosialisme, kapitalisme ataupun liberalisme dan semua isme-isme manusiawi lainnya
yang telah gagal dalam misinya, karena ajaran-ajarannya yang tidak sesuai dengan
harkat kemanusiaan.3 Kehancuran dan kerusakan di muka bumi yang sudah meluas,
tidak lain disebabkan oleh kegagalan sistem manusiawi tersebut dalam menjalankan
misinya. Dengan mengatasnamakan kemajuan, mereka telah mengembangkan
pengetahuan tanpa tujuan yang jelas dan akhirnya akan mendatangkan malapetaka bagi
manusia dan lingkungannya. Dengan gagalnya isme-isme ini dengan segala krisis dan
pfroblematika yang ditimbulkannya kepada manyarakat moderen, maka hanya Islamlah
sistem, ideologi, falsafah maupun way of live yang dapat mengatasi nestapa manusia
abad moderen ini. Karena dalam sejarahnya Islam telah terbukti melahirkan manusia-
manusia unggul dan agung yang belum tertandingi sampai saat ini.4
Tapi sangat disayangkan, pada saat ini justru ummat Islam di penjuru dunia
mengalami berbagai bentuk krisis yang sangat kronis, dan krisis yang paling utama
adalah krisis aqidah (keyakinan). Aqidah adalah salah satu ajaran Islam yang paling
mendasar, karena aqidah inilah seseorang dikatakan muslim atau kafir, di terima atau di
tolak amalannya oleh Allah SWT. Hal ini terjadi akibat kesalahan ummat Islam yang telah
jauh meninggalkan konsepsi-konsepsi al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Mereka lebih
bangga mengulas filsafat-filsafat jahiliyah dari Barat, daripada ayat-ayat Allah dan sabda
Rasulullah saw.. Generasi muda Islam didikan Barat sangat memprihatinkan, mereka
1
Bab ini berasal dari makalah yang ditulis tahun 1982 sebagai bahan kajian pada pelatihan pemuda Islam.
2
Tentang Dasar Negara Republik Indonesia Dalam Konstituante, Jilid I, Bandung: Tanpa Nama Penerbit, 1958, h. 129
3
Murthada Muttahari, Manusia dan Agama, (Bandung : Mizan, 1981) halaman 45
4
Lihat surat Ali Imron ayat 19. Dan pengertian ad-dien oleh Abul A’la Maududy dalam Ketuhanan, Ibadah dan Agama.

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 1


tidak segan-segan mengkrompomikan konsepsi-konsepsi Islam yang diturunkan Allah
dengan konsepsi-konsepsi jahiliyah ciptaan orang-orang kafir dari Barat maupun Timur,
hal ini dilakukan hanya untuk menguatkan dan mempertahankan ide-ide sesat mereka.
Dikompromikannya konsepsi Islam dengan konsepsi jahiliyah bukannya berakibat baik,
namun hal ini adalah kehancuran total bagi Islam dan ummatnya, karena Islam adalah
dien yang sempurna, tidak membutuhkan tambahan-tambahan konsep-konsep jahiliyah
sesat. Para didikan barat ini, seorang Muslim namun berfikiran kafir, menjadi corong
yang menjajakan ide-ide kafir dinegri asal mereka kepada masyarakat awam yang
terbiasa dengan sistem Islam.5
Satu-satunya yang dapat menyelamatkan ummat Islam dewasa ini dari
kesesatannya adalah kembali kepada Al-Qur’an dan sunah Rasulullah, menyeleksi semua
konsep dengannya. Rasulullah saw. bersabda :
Aku tinggalkan kamu dua perkara, jika kamu berpegang teguh kepada keduanya,maka
kamu tidak akan sesat untuk selama-lamanya,yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan sunah
Rasulullah
(HR. Bukhori Muslim).
Khususnya di Indonesia, pada saat ini Islam sedang mengalami suatu cobaan yang
demikian berat dan hebatnya, antara kepentingan Allah dan Rasul-Nya dengan penguasa
Indonesia yang akan menjadikan pancasila sebagai satu-satunya dasar hidup di
Indonesia (asas tunggal Pancasila). Hal ini menyangkut masalah aqidah ummat Islam.
Toni Ardhi mengatakan, maju kena mundur pun kena, maju kepentok penguasa mundur
kepentok Allah, maju kena Pendidikan Moral Pancasila (PMP) mundur kena Al-Qur’an,
serba berat. Banyak pertentangan yang terjadi dikalangan Ulama, karena keinginan
penguasa. Ulama yang menjadi figur dan ikutan dalam tatanan masyarakat Indonesia,
ada yang pro dan ada yang kontra. Islam melarang keras ummatnya untuk bertaqlid
buta pada seorang Ulama yang belum tentu benar, karena Rasulullah mengatakan ada
pula Ulama yang syu’ (brengsek). Hanya kepada Al-Qur’an dan sunahlah seseorang
muslim harus tunduk.
Untuk itulah dalam rangka meluruskan aqidah ummat Islam khususnya yang
berada di Indonesia, apakah Pancasila bertentangan atau tidak dengan Islam, maka
perlu suatu analisa mendalam berdasarkan pada Al-Qur’an dan Al-sunnah, seandainya
tidak bertentangan, ummat Islam menerimanya dengan tulus dan ikhlas, jika ternyata
bertentangan, harus dibuang jauh-jauh dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk
mempertahankan Islam sampai titik darah penghabisan.
Hai orang -orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-
Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam utuh. (Ali
Imran : 102) . Mempertahankan eksestensi Islam adalah kewajiban seluruh ummat
manusia yang telah berikrar sebagai seorang Muslim, dimanapun ia berada. Ummat

5
Lihat, Amier Syakieb Arselan, Kenapa Ummat Islam Mundur dan selain Mereka maju. Jakarta, Bulan Bintang

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 2


Islam wajib bangkit mempertahankan agamanya dan bangun untuk menyingkap kabut
jahiliyah yang berada di depan mereka.

II. ISLAM DAN PANCASILA : SEBUAH ANALISA

1. Pendahuluan
Islam adalah suatu aturan hidup yang mengatur segala aspek kehidupan, baik
secara individual maupun collective (masyarakat). Untuk menyatakan suatu benar
ataupun salah, seorang yang telah menyatakan dirinya sebagai muslim, tidak
sewajarnyalah meninggalkan konsep yang telah tesirat dalam Al-Qur’an dan sunah,
karena inilah dasar obyektif untuk menyatakan kesalahan dan kebenaran suatu
konsepsi. Al-Qur’an diturunkan Allah adalah untuk membedakan antara yang haq (benar)
dan yang bathil (salah).
Allah berfirman :
Bulan ramadhan, bulan yang dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan Furqon (pembeda antara
yang haq dan yang bathil). (Al Baqarah : 185)
Seorang yang telah menyatakan dirinya sebagai seorang Muslim, dia wajib tunduk
dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak diizinkan sama sekali mencampur adukan
antara yang haq dengan yang bathil.
Allah berfirman :
Janganlah kamu campur adukan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu
sembunyikan yang haq itu sedang kamu mengetahui. (Al-Baqarah : 42)
Seorang Muslim harus mengakui secara mutlaq, bahwa kebenaran itu datangnya
hanya dari sisi Allah Yang Maha Perkasa saja dan tidak ragu-ragu dalam hal ini.
Allah berfirman :
Kebenaran itu adalah dari Robbmu sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang
yang ragu. (Al-Baqarah : 147)
Untuk menguji keyakinan hambanya, Allah memberikan kebebasan untuk memilih
jalan yang dikehendakinya, apakah ia memilih golongan iman atau golongan kafir. Kedua
golongan ini tidak pernah bertemu selamanya, karena berbeda awal dan tujuannya,
kedua golongan ini akan bertemu di medan laga untuk mempertahankan masing-masing
Ideologi yang dianutnya.
Allah berfirman :
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) dien (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar dari jalan yang salah. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thoghut, dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia berpegang kepada buhul tali yang amat

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 3


kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Allah
pelindung orang-orang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran)
kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah
syaiton, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka itulah
penghuni-penghuni neraka, mereka kekal didalamnya. (Al Baqarah : 256-257)
Syaiton telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah, mereka
itulah golongan syaiton. Ketahuilah bahwa golongan syaiton itulah golongan yang
merugi. (Al Mujadilah : 19)
Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat,
saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya,
sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara ataupun keluarga
mereka……….. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa golongan Allah itulah
golongan yang beruntung. (Al Mujadilah :22)
Setelah memperhatikan ketiga ayat diatas, dapatlah kita simpulkan bahwa di
dunia ini ada dua golongan yang tidak pernah bersatu selamanya, yaitu golongan Allah
dan golongan Syaiton. Di dalam kitabnya yang masyhur Ibn Thaymiyah membaginya
menjadi Auliya’ Allah dan Auliya’ Syaithan ( Al-Farq Baina Auliya Allah wa Auliya al-
Syaithon).
Golongan Allah yang disebut sebagai orang-orang beriman, berwali hanya kepada
Allah semata, menyerahkan semua hidup dan matinya untuk Dia, mentaati semua
perintah-Nya dengan tulus dan ikhlas. Bentuk sistemnya adalah tunggal, yaitu Islam
dengan segala aspeknya yang telah sempurna, bersumber pada wahyu Illahi yaitu Al-
Qur’an dan sunah Rasulullah. Sistem yang dianut kelompok iman ini bersifat universal
dan mutlak kebenarannya, sesuai dengan segala perkembangan jaman dan waktu, tidak
pernah menjadi perubahan-perubahan mendasar dalam ajarannya, karena ajaran Islam
ini sesuai dengan fitrah dan kebutuhan manusia dulu dan sekarang, ini akan melahirkan
suatu keseimbangan, kebaikan didunia ini. Tujuan akhir dari golongan ini adalah ridho
Allah dengan mendapatkan Jannah (surga) dengan segala macam kenikmatannya, itulah
janji Allah kepada hamba-Nya yang taat dan patuh kepada-Nya.
Sedangkan golongan Syaiton (kafir) adalah sebaliknya, ia berwali kepada Thoghut
(syaiton) yang terdiri dari jin dan manusia, ia taat dan patuh kepada semua yang
diperintahkannya, tidak terkecuali perintah itu salah atau benar, ia mengharapkan
sesuatu darinya, padahal thoghut ini tidak mempunyai kekuatan sedikitpun untuk
berbuat mudharat dan manfaat kepada manusia, tanpa seizin Allah Yang Maha Perkasa.
Bentuk sistemnya beraneka ragam, terutama yang telah memisahkan peranan Tuhan
dalam kehidupan dunia (sekuler) seperti Komunisme, Kapitalisme, Marxisme,
Nasionalisme, Liberalisme dan macam-macam isme-isme sejenis lainnya. Dasar daripada
sistem-sistem ini adalah ro’yu/filsafat-filsafat hasil berfikir orang-orang yang ingkar
kepada Allah yang berasal dari Barat maupun dari Timur, semua fikiran yang

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 4


dihasilkannya adalah jahiliyah, karena tidak berdasarkan pada wahyu dan petunjuk Illahi,
diotak atik oleh akal yang sangat terbatas kemampuannya, sistem ini tidak konstan,
selalu berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan zaman (relatif). Teori yang didukung hari
ini mungkin besok akan dijungkir balikkan oleh pendukungnya sendiri, kebenarannya
masih diragukan dikalangan penganut-penganutnya. Karena berdasarkan persangkaan
semata, sistem ini mengakibatkan kerusakan dimuka bumi ini, satu sistem dengan
sistem yang lainnya saling serang menyerang dengan ganasnya. Tujuan akhir dari
golongan ini adalah An-nar (neraka), inilah ancaman Allah kepada golongan yang ingkar
kepada perintah-perintah-Nya, dan selalu mengikuti hawa nafsunya yang rendah.

AL-QUR’AN AL-KARIM

Golongan Beriman Golongan kafir.

Walinya hanya Allah Walinya Thoghut/Syaiton


terdiri dari jin dan manusia.

Sistemnya tunggal : Islam Sistemnya banyak : Kapitalisme,


Komunisme,Marxisme, Liberalisme
Nasionalisme, dsb.

Bersumber pada Wahyu Bersumber pada Ro’yu, filsafat-


Al-Quran dan sunah filsafat jahiliyah Barat dan
Timur.

Bersifat Universal dan Mutlaq Bersifat lokal dan relatif.

Melahirkan masyarakat Islam, Melahirkan masyarakat


yang membagun alam jahiliyah merusak &berbuat keji
(Masyarakat Ma’ruf) (Masyarakat Mungkar)

Tujuan akhirnya Jannah (surga) Tujuan akhirnya Annar (neraka)

GARIS AL-FURQON
(PEMBEDA ANTARA HAQ DGN BATHIL)

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 5


2. Kedudukan Pancasila Dalam Pandangan Islam, Sebuah Analisa
Sehubungan dengan kedudukan Pancasila dalam Islam, banyak terjadi perbedaan
pendapat dikalangan kaum Muslimin. Ada yang berpendapat bahwa Pancasila adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari Islam karena ajaran-ajarannya mencerminkan ajaran
Islam. Pendapat ini utamanya dianut oleh kalangan neo-moderenis Islam seperti
Nurcholish Madjid, Abdurrahman Wahid, Amien Rais dan lainnya yang menyamakan
Pancasila dengan Piagam Madinah. Namun disatu fihak ada yang menyatakan bahwa
Pancasila yang dijadikan sebagai dasar berbangsa dan bernegara di Indonesia
bertentangan dengan ajaran Islam sehingga tidak dapat diterima kaum Muslimin.
Bahkan Pancasila telah menimbulkan krisis keyakinan dan dapat menghantarkan kepada
perbuatan syirik dan murtad sebagaimana dikemukakan kalangan fundamentalis Islam.
Bertolak dari kontraversi di atas, diperlukan sebuah analisa yang jujur dan adil tentang
Pancasila menurut ajaran Islam, baik landasan filsafatnya maupun materi-materi yang
terkandung serta pelaksanaanya di Indonesia merdeka.
Berangkat dari paradigma terdahulu, terutama uraian dan sket diatas, dimanakah
kedudukan Pancasila, apakah dikelompok iman ataukah dikelompok kafir ? Dan untuk
menyatakan benar dan salahnya Pancasila, diperlukan sebuah analisa mendalam tidak
cukup hanya dari satu segi saja, melainkan harus dari beberapa segi, diantaranya adalah
:
1. Segi Historis (Kronologis)
2. Segi Yuridis
3. Segi Materil
4. Segi Fungsional.

1. Segi Historis (Kronologis)


Sejarah, salah satu bukti autentik yang tidak bisa dikelabui oleh siapapun, karena
ia merupakan peristiwa yang telah tejadi pada masa lalu yang dicatat oleh para ahli.
Sementara waktu sejarah boleh ditutup-tutupi, namun suatu saat pasti akan terlihat
mana yang benar dan mana yang salah.
Pada permulaan pembentukan Pancasila tersebutlah BPUPKI (Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang bertugas untuk mengkoordinir
kemerdekaan Indonesia yang dibuat oleh pemerintah Jepang dengan ketuanya DR
Rajiman. Disana dibahas dasar negara Indonesia merdeka, apakah negara berdasarkan
Islam, Komunisme, nasionalisme, atau lainnya untuk tidak menyulitkan dibentuklah team
yang disebut panitia sembilan bertugas untuk merumuskan dasar negara. Saat itu
terkenallah Abi Kusno Cokrosuyoso cs dari kelompok Islam dan Soekarno cs dari
kelompok Nasionalis serta A Maramis dari kelompok kristen. Terjadilah adu argumentasi

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 6


yang cukup tegang, terutama dari pihak Islam dengan pihak Nasionalis yang hendak
menjadikan Ideologinya masing-masing sebagai dasar negara.6
Setelah bersidang beberapa lama, panitia sembilan telah berhasil merumuskan
dasar negara sementara Indonesia dan pada tanggal 22 juni 1945 BPUPKI
mengesahkannya dengan nama Piagam Jakarta yang mencantumkan kewajiban bagi
ummat Islam untuk menjalankan syariatnya. Berkat kepandaian diplomatis Soekarno
berargumentasi, pihak Islam menerima dengan ragu-ragu rumusan Piagam Jakarta yang
dikatakan sebagai dasar negara sementara, sambil memberikan catatan : Nanti setelah
merdeka akan dibahas lagi dalam Konstituante. Pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari
setelah kemerdekaan, dengan alasan yang dicari-cari, Piagam Jakarta diganti dengan
dihapuskannya kewajiban menjalankan syariat Islam. Dengan kesabaran sekali lagi,
kaum muslimin memberikan toleransi demi keutuhan dan kemerdekaan bangsa
Indonesia yang baru berumur sehari. Setelah merdeka dan diadakan pemilihan umum
yang bebas pada tahun 1955, dan terbentuknya konstituante yang membahas kembali
dasar negara, namun secara sepihak kelompok Nasionalis yang diwakili Soekarno
membubarkan Konstituante ketika dasar negara yang sesuai dengan Islam hampir
7
disepakati dan diganti dengan Pancasila dan UUD 45.
Setelah melihatnya jalan terbentuknya Pancasila, dapat kita ambil suatu
kesimpulan, bahwa diterimanya Pancasila sebagai dasar negara oleh wakil-wakil Islam
karena keterpaksaan (daruri), hanya untuk sementara waktu saja, yang penting
Indonesia merdeka dari cengkraman penjajah kafir berkat kelihaian kelompok Nasionalis
dengan semua janji-janji muluknya. Mereka (wakil-wakil Islam) lebih kecewa lagi setelah
tujuh kata dalam Pancasila yang berbunyi : “dengan kewajiban menjalankan Syariat
Islam bagi pemeluknya”dihapuskan, maka sesuai pasal yang berbau Islampun
dihapuskan, seperti Presiden beragama Islam dan lain sebagainya, dengan demikian
hilanglah warna Islam dalam Pancasila dan berbeda dengan Piagam Jakarta yang telah
disepakati kelompok Islam dalam BPUPKI. Karena para perumus Pancasila yang
terkandung dalam Piagam Jakarta sudah dibatalkan secara sepihak oleh kalangan
nasionalis, maka secara otomatis semua perjanjian yang terkandung batal demi hukum.
Penghianatan dari kelompok Nasionalis sekuler belum berakhir sampai disana,
dengan angkuh dan sombongnya Soekarno mencela dan mencaci dasar Islam, yang
katanya kolot, tidak sesuai dengan negara moderen, hal ini disampaikannya ketika
mengadakan kunjungan ke daerah, sehingga saat itu Soekarno mendapat kritikan dari
para Ulama.8 Wakil-wakil Islam yang terlibat dalam pembentukan Pancasila merasa
menyesal atas keputusan yang diambilnya, karena hal ini mengakibatkan tertindasnya
ummat Islam.9

6
Lihat Moh. Yamin, Naskah Persiapan UUD 1945, jilid I.
7
Lihat lebih mendetil : Endang Syaifuddin Anshary, Piagam Jakarta, Bandung, Pustaka Salman
8
ibid
9
Lihat : Ummat Islam Wajib Merobek-robek Pancasila, Buletin DRII, edisi I, halaman 3.

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 7


Sebagai seorang muslim yang hidup di Indonesia, dapatkah kita menerima suatu
perjanjian terpaksa, bahkan menimbulkan suatu penyesalan yang besar ???
Seorang muslim diperbolehkan mengadakan suatu konsensus dengan kaum kafir
apabila itu tidak bertentangan dengan firman Allah dan ajaran Rasul-Nya, dan tidak
menimbulkan kemudhorotan bagi masyarakat Islam, jika sebaliknya maka diperintahkan
untuk memutuskan perjanjian itu bahkan diperintahkan untuk memerangi mereka
beserta pemimpin-pemimpinnya, sebagaimana Allah berfirman : Jika mereka merusak
janjinya setelah mereka berjanji dan mereka mencerca dienmu, maka perangilah
pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu. (at Taubah :12)
Dalam pembentukan Pancasila, disana terdapat wakil-wakil dari Islam yang
membawakan missi Islam dan wakil-wakil Nasionalis yang membawakan missinya juga.
Mereka bersama-sama berkumpul untuk meciptakan suatu COLLECTIVE IDEOLOGI
(Ideologi bersama) bagi bangsa Indonesia.
Apakah diizinkan dalam Islam, seorang Islam dan non Islam membuat suatu
Ideologi bersama dengan meninggalkan konsepsi yang telah ditetapkan Islam,
meninggalkan hukum Islam, ekonomi Islam dan pendidikan Islam. Meninggalkan sistem
Islam Kaffah, menggantikannya dengan sistem kafir non Islam, seperti hukum warisan
Belanda, ekonomi ala kapitalis, pendidikan sekuler memisahkan dinul Islam dengan
negara dan lain sebagainya. Bagaimana menurut Islam, dapatkah dibenarkan cara-cara
seperti ini (mengadakan kompromi dengan meninggalkan konsep yang ada).
Allah berfirman :
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bermaksud
memperbedakan antara Allah dan Rasul-rasul-Nya dengan mengatakan : “Kami beriman
kepada yang sebagian dan kafir kepada yang sebagian, serta bermaksud mengambil
jalan (lain) diantara yang demikian (iman dan kafir), merekalah orang-orang kafir
sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu siksaan yang
menghinakan (An Nisa : 150-151).
Apakah kamu beriman kepada sebagian isi al-Kitab dan ingkar terhadap sebagiannya
yang lain ? Tiadalah balasan bagi orang-orang yang berbuat demikian daripadamu,
melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka dikembalikan
kepada siksa yang sangat berat. (al-Baqarah : 85)
Dalam konsepsi Islam tidak ada istilah yang membolehkan seorang kafir (ingkar)
kepada yang sebagaian dan iman (percaya) pada sebagian, kalau sudah berikrar sebagai
muslim, maka konsukuensinya harus menjalankan semua perintah yang telah
diperintahkan Allah dengan tanpa reserve, ikrar kepada yang sebagian berarti ikrar yang
secara keseluruhan, Islam adalah suatu sistem kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu
dengan yang lainnya. Maka cara-cara yang ditempuh oleh wakil-wakil Islam dalam
pembentukan Pancasila tidak diperkenankan sama sekali oleh Islam, hal ini karena
menerima kompromi dan meninggalkan konsep-konsep Islam yang ada.

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 8


Jelaslah sudah, dari segi historis (kronologis) ini Pancasila tidak dapat diterima
sama sekali oleh kaum Muslimin di Indonesia, karena sepanjang sejarahnya, sejak
pertama kali dibentuk sudah ada niat jahat terhadap ummat Islam. Kejahatan pertama
adalah penghapusan tujuh kata yang mengandung intipati kehidupan Islami, kejahatan
kedua ketika Soekarno secara sepihak mengembalikan Pancasila dan UUD 45 sebagai
dasar negara dengan dektritnya yang akhirnya menjadikan Soekarno sebagai tiran.
Kejahatan selanjutnya di zaman pemerintahan Soeharto dilarang membicarakan dasar
negara, Pancasila disakralkan dan siapapun yang mengutakatiknya akan dicap sebagai
subversi. Puncaknya Pancasila dijadikan sebagai Asas Tunggal yang mengatur seluruh
sistem hidup bernegara dan berbangsa. Sampai kapankah ummat Islam yang memiliki
keagungan dan kebesaran agama ini ditipu dan dikhianati terus. Bukankah kini sudah
berpuluh-puluh tahun ummat Islam mengalami penderitaan dan kesengsaraan serta
kehinaan di Indonesia akibat Pancasila yang selalu ditotelirnya. Maka sudah saatnya kini,
kaum muslimin dipermainkan, mereka harus bersikap, penipuan yang dilancarkan oleh
musuh-musuh Islam harus disambut dengan tegas, non koperatif.
Allah berfirman :
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan munafik itu, bersikap keraslah
terhadap mereka (At Taubah : 73).
Untuk menguatkan argumen-argumen ini, dapat ditelaah dalam : Piagam Jakarta,
Endang Syaefuddin A. 7 bahan pokok Indoktrinisasi, Deppen RI (Orla). Dibawah bendera
Revolusi, Soekarno. Riwayat hidup Agus Salim dan riwayat hidup Wachid Hasyim,
masing-masing oleh Depag RI (Orla).

2. Segi Yuridis
Pancasila adalah salah satu konsensus bersama antara ummat Islam dengan
lainnya di Indonesia, satu sama lainnya harus konsukuen, menepatinya dan tidak boleh
dilanggar. Pada zaman Rasulullah hal ini ada contohnya, seperti Piagam Madinah
(Declarasi Madinah) ataupun Perjanjian Hudaibiyah (perjanjian Rasulullah dengan kaum
kafir di Makkah). Itulah yang dijadikan argumen oleh pendukung-pendukung Pancasila
untuk tetap mempertahankan eksistensi Pancasila di Indonesia, yang akan menina
bobokan ummat Islam agar tidak mengganti Pancasila dengan ideologi Islam.
Apakah dapat disamakan Pancasila dengan Piagam Madinah? Marilah kita analisa
melalui Islam.
Al-Qur’an al-Karim telah memberikan statement pada ummat Islam tentang
syarat-syarat perjanjian dalam Islam harus memenuhi kriteria dibawah ini : (buka surat
At Taubah ayat 1-15).
1. Perjanjian tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an dan sunah Rasulullah.
2. Perjanjian punya jangka waktu, kapan berlaku dan berakhir.

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 9


3. Kedua belah pihak yang berjanji harus menepati semua isi perjanjian dengan
konsukuen.
4. Tidak menimbulkan kemudhorotan bagi keduanya.
5. Perjanjian batal jika salah satu yang berjanji menyeleweng (tidak menepati
janjinya).
6. Yang mengadakan perjanjian dengan ummat Islam tidak boleh memihak pada
musuh Islam lainnya.
7. Jika salah satu menyalahi perjanjian, harus diperangi.1
Marilah kita analisa poin-poin diatas dengan Pancasila yang dikatakan
sebagai perjanjian.
1. Materi-materi dalam Pancasila banyak sekali bertentangan dengan prinsip-
prinsip Islam. (Pembahasan akan lebih sempurna pada analisa dari segi
materil).
2. Perjanjian Pancasila tidak mempunyai jangka waktu berakhirnya, abadi,
bahkan dipertahankan sedemikian rupa oleh para pengawal setia Pancasila,
yang mau mengganti Pancasila dicap subversi diancam hukum mati.10
3. Penyelewengan-penyelewengan sangat banyak dilakukan oleh pihak
nasionalis, dari penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta yang baru
disepakati, disusupi Ideologi komunis pada zaman Soekarno (Nasakom),
dibubarkannya konstituante ketika Masyumi memegang kendali politik dan
akan membahas dasar Islam yang hampir tercipta dibantu oleh Militer,11
merubah sistem demokrasi Pancasila menjadi demokrasi terpimpin dibawah
kekuasaan Diktator Soekarno,12 akan membubarkan partai Islam yang ada, 13
menjadikan ABRI sebagai tulang punggung pembela Pancasila dengan Sapta
Marganya,14 dalam pemerintahan orde baru, fungsi Pancasila jauh telah
menyimpang dari relnya semula dengan adanya Pancasila sebagai Azas
Tunggal,15 dan masih banyak lagi penyelewengan yang dilakukan pihak
Nasionalis/penguasa terhadap ummat Islam.16
4. Pancasila menimbulkan banyak mudhorat bagi ummat Islam, karena tidak
dapat menjalankan Islam Kaffah (Al Baqarah : 208), Islam Kaffah adalah
penerapan sistem Islam disegala bidang, Ipoleksosbudhankam yang
berlandaskan pada Islam. Dengan tidak menggunakan sistem Islam ini, ummat
Islam menderita kerugian besar, sebab semua amalannya adalah sia-sia
dihadapan Allah.

10
Lihat UU Anti Subversi no 11/PNPS/1963
11
Lihat, AH. Nasution, Kepemimpinan di Negara-negara berkembang, halaman 171
12
SU. Bayasut, Alam Fikiran dan Jejak Langkah Prawoto Mangunsasmito, Surabaya, Dokumenta, hal.221
13
Yusuf Abdullah Puar, M.Natsir 70 Tahun, Pustaka Antara, halaman 95-97. Lihat juga : Moh. Hatta, Demokrasi Kita,
Pustaka Antara, halaman 17
14
TB. Simatupang, Menelaah Kembali Peranan TNI, Prisma 11 halaman 20
15
M. Natsir, Indonesia di Persimpangan Jalan, Terbitan sendiri
16
Lihat : AM. Fatwa, Nasib Ummat Islam dan Rakyat Indonesia di Bawah Orde Baru dan Pos-pos Soeharto.

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 10


5. Karena pihak Nasionalis menyeleweng, maka ummat Islam harus memutuskan
perjanjian itu, tidak terikat lagi dengannya, ummat Islam harus
menggantikannya (Pancasila) dengan sistem Islam.
6. Ternyata pihak-pihak Nasionalis (penguasa orde baru) dengan hebatnya
membantu musuh-musuh Islam, terutama militan kristen yang menjalankan
missinya untuk mengkristenkan ummat Islam yang masih awam dipelosok-
pelosok desa, dengan memberikan bantuan ekonomi lalu mengajak masuk
keagama kristen, hal ini tidak pernah digubris oleh penguasa karena ada
hubungan dengan negeri-negeri kristen dibarat. Penguasa mengangkat mentri-
mentri dan pejabat ditempat-tempat yang strategis untuk memojokan Islam,
jumlah mentri tidak sesuai dengan penduduk kristen yang minoritas dinegeri
ini. Dengan wewenangnya, pejabat-pejabat kristen selalu memojokan ummat
Islam dengan alasan sebagai kelompok fundamentalis dan rasikal yang akan
mendirikan negara Islam.
7. Pengikut-pengikut dan pendukung harus diperangi oleh ummat Islam, Allah
sangat menghina orang-orang yang tak mau memerangi orang yang
memutuskan perjanjian, (At Taubah : 13).
Setelah menganalisa poin-poin diatas, perjanjian ummat Islam dengan lainnya di
Indonesia ini adalah batal dan tak dapat dibenarkan sama sekali oleh Islam, karena tidak
memenuhi kriteria yang telah digariskan oleh Al-Qur’an dan sunnah.

Pancasila dan Piagam Madinah


Setelah Rasulullah Saw. tiba di Madinah ketika berhijrah dari Makkah, pertama kali
yang dilakukannya setelah mengkoordinir kekuatan Islam di Madinah adalah
mengadakan perjanjian dengan suku-suku Yahudi maupun Nashrani yang tinggal di
Madinah, hal inilah yang dipakai argumentasi oleh kelompok pendukung Pancasila untuk
menipu ummat Islam di Indonesia.
Kalau kita tela’ah lebih jauh isi perjanjian itu, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain :
1. Ummat Islam dan lainnya berjanji untuk hidup rukun dan damai (koeksistensi)
2. Jika terjadi perselisihan diantara kedua golongan yang berjanji, maka yang
akan mrnjadi hakim adalah Rasulullah.
3. Pemegang pimpinan tertinggi berada pada ummat Islam dibawah pimpinan
Rasulullah.
4. Saling tolong menolong jika ada yang menyerbu Madinah.
5. Jika ada yang berkhianat, maka harus diusir dan diperangi.
6. Pihak yang berjanji tidak boleh membantu musuh golongan lain.
7. Dan seterusnya.

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 11


Perjanjian Madinah adalah salah satu perjanjian gemilang yang berakhir dengan
kemenangan mutlaq berada pada pihak Islam, terbukti dengan pengusiran suku-suku
Yahudi dari Madinah akibat penghianatan mereka kepada kaum Muslimin.17
Bagaimana dengan Pancasila, samakah dengan Piagam Madinah?
Piagam Madinah adalah perjanjian ummat Islam dengan kaum kafir, dimana yang
memegang kekuasaan tertinggi berada pada ummat Islam, dalam artian ummat Islam
bebas menjalankan semua ajaran agamanya, baik dalam bidang hukum, undang-
undang, ekonomi, pendidikan, politik, militer, budaya dan lainnya. Namun bagaimana
dengan Pancasila, sangat bertentangan, karena ummat Islam bukan pengendali
(pengontrol), tapi yang dikendalikan oleh pihak Nasionalis penguasa, sehingga ummat
Islam tidak bebas menjalankan semua ajarannya, lebih menyedihkan lagi melihat situasi
pada masa ORBA dibawah pimpinan Soeharto dimana fungsi Islam tidak lebih hanya
sebagai stempel untuk mengelabui ummat Islam dan masih dipertahankan oleh rezim-
rezim sesudahnya.
Dalam Piagam Madinah tercantum pasal yang berisi pemegang perjanjian tidak
boleh membantu musuh masing-masing, tapi bagaimana dengan pengikut Pancasila?,
dizaman Orla mereka membantu Komunis yang hendak menghancurkan Islam,
sedangkan dizaman orba mereka membantu Kristen dan kelompok-kelompok anti Islam,
bahkan Pemerintahan Orba sendiri adalah pemerintah yang anti Islam dan membela
musuh-musuh Islam. Bahkan mereka yang akan menegakkan syari’at Islam yang telah
diputuskan dalam BPUPKI dalam Piagam Jakarta yang menjiwai Pancasila di cap sebagai
penghianat dan pemberontak.
Menurut Piagam Madinah, kalau musuh Islam telah membantu golongan lain yang
juga musuh Islam, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, sudah
sewajarnyalah mereka diperangi dan diusir dari bumi Indonesia, sebagaimana
pengusiran terhadap suku-suku Yahudi di Madinah ketika melanggar Piagam Madinah
untuk membantu musuh Islam.

Perjanjian Hudaibiyah dan Pancasila


Perjanjian Hudaibiyah adalah perjanjian antara Rasulullah Saw. dengan kafir
Quraisy. Perjanjian ini adalah perjanjian antara dua negara yang sama-sama berdaulat,
Madinah dibawah pimpinan Muhammad Rasulullah dan Makkah dibawah pimpinan Abu
Sofyan cs. Kaum Muslimin dinegara Madinah bebas menjalankan segala ajaran Islam
dengan tidak ada gangguan sedikitpun dari pihak musuh, memiliki tentara yang siap
membela dan mempertahankan negara Madinah dari serangan musuh dibawah Panglima
gagah perkasa Muhammad Rasulullah.18
Adanya perjanjian ini disebabkan karena kafir Quraisy tidak sanggup lagi menahan
serangan tentara Islam yang gagah perkasa lagi berani untuk menyatakan kekalahan
17
H.Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Tinta Mas, halaman 221-225
18
Lihat : A. Hasjmy, Nabi Muhammad Sebagai Panglima Perang, Jakarta, Mutiara.

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 12


mereka, kafir Quraisy dengan utusannya Suhail bin Amr mengadakan perjanjian dengan
Rasulullah yang isinya antara lain:
1. Tidak mengangkat senjata selama 10 tahun.
2. Saling membela kepentingan bersama.
3. Orang Madinah yang ke Makkah tidak boleh kembali lagi ke Madinah,
sedangkan orang Makkah yang ke Madinah boleh kembali ke Mekkah lagi.
4. Orang-orang Arab lainnya bebas bersekutu dengan Rasulullah.
5. Dan seterusnya.

Sepintas kelihatannya memang merugikan Islam, ternyata dengan adanya


perjanjian ini, ummat Islam Madinah dapat melaksanakan da’wah Islammiyah dengan
bebas dan leluasa di Makkah dan negeri-negeri sekitarnya, inilah kemenangan besar
bagi ummat Islam saat itu, Allah mengabadikannya dalam surat Al Fath.19
Bagaimana dengan Pancasila?
Pancasila bukan perjanjian antara dua negara, tapi masyarakat dalam satu
negara. Penandatanganan Pancasila bukan pemimpin yang diakui oleh ummat Islam,
sebagaimana kedudukan Rasulullah saat perjanjian Hudaibiyah. Setelah adanya
perjanjian Pancasila, ummat Islam Indonesia tidak bebas menjalankan da’wah Islamiyah,
penangkapan-penangkapan dari dulu hingga sekarang masih dijalankan oleh pihak
Nasionalis yang berkuasa terhadap ulama-ulama Islam yang konsukuen terhadap Al-
Qur’an dan sunnah, seperti KH Isa Anshori, M. Natsir, HAMKA dan lainnya pada masa
orde lama (Soekarno), pada masa orde baru sekarang ini penangkapan lebih hebat,
Mubaliq-mubaliq yang berani memberi peringatan kepada pemerintah akan ditangkap,
diteror bahkan tidak diizinkan mengadakan ceramah lagi, seperti A Qadir Djailani, Toni
Ardhi, Abdullah Sungkar, AM Fatwa, Syarifuddin Parawiranegara dan lainnya. Sedangkan
pada waktu itu terjadinya perjanjian Hudaibiyah, ummat Islam di Madinah lancar
mengadakan aktifitas da’wah Islamiyah, tanpa ada yang berani menghalanginya.
Ummat Islam di Indonesia, tidak memiliki tentara dan panglima yang siap
membela eksistensi Islam, sebagaimana ummat Islam di Madinah. Pancasila adalah
perjanjian ummat Islam dengan lainnya dalam hal dasar (Ideologi) negara Indonesia
merdeka, sedangkan Hudaibiyah adalah perjanjian keamanan bersama.
Setelah kita menganalisa perbandingan antara perjanjian Hudaibiyah dengan
Pancasila terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat menyolok, maka Pancasila tidak
dapat disamakan sama sekali dengan perjanjian Hudaibiyah yang telah dilakukan
Rasulullah, seandainya ada yang mengatakan sama, jelas ia bohong belaka.
Secara Yuridis, Pancasila tidak dapat diterima sama sekali oleh pihak Islam,
karena jelas sangat bertentangan dengan konsepsi-konsepsi dalam Al-Qur’an maupun
dalam sunnah Rasulullah. Ummat Islam yang konsekwen pada Al-Qur’an dan Sunnah,

19
H. Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Tintamas, halaman 441-444

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 13


tidak sepatutnya mencari alasan yang bertentangan untuk mempertahankan Pancasila,
apalagi hal ini menyangkut Sunnah Rasulullah Saw., barang siapa berdusta, mencari-cari
alasan, atas nama Rasulullah, maka bersiaplah menghadapi keganasan neraka kelak.
Rasulullah Saw. bersabda : Barang siapa yang berdusta atas namaku (sunnahku) maka
bersiap-siaplah untuk mendapatkan tempat duduk dineraka (Al Hadist).

3. Segi Materil
Pancasila yang dikatakan sebagai Ideologi bangsa Indonesia adalah bersumber
pada filsafat-filsafat barat maupun filsafat-filsafat timur. M. Yamin berkata tentang ini :
“Pancasila sebagai hasil penggalian Bung Karno ini sesuai pula dengan pandangan
tinjauan hidup Neo Hegalian”.20
Serta perhatikan pidato Bung Karno dihadapan BPUPKI, antara lain mengatakan,
inspirasi-inspirasi tentang Pancasila ia peroleh dari pemikir-pemikir Sosialis Cina.21
Jadi kandungan Pancasila adalah sebagian besar diambil dari filsafat-filsafat barat
maupun filsafat-filsafat timur (sosialis komunis) serta dimasukkan beberapa ajaran Islam,
kemudian jadilah ia sebagai COLLECTIVE IDEOLOGI (Ideologi bersama) bagi bangsa
Indonesia.22
Itulah sebabnya, seorang muslim perlu menganalisa secara mendalam kandungan
Pancasila, apakah bertentangan atau tidak dengan Islam, agar aqidah ummat Islam tidak
tercampur baur yang mengakibatkannya musrik kepada Allah SWT.
Sebagaimana kita ketahui Pancasila terdiri dari lima sila yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusian yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sila 1 : Ketuhanan Yang Maha Esa.


Konsep ketuhanan dalam Pancasila tidak jelas maknanya, karena ditafsirkan
menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu bangsa Indonesia yang terdiri
dari berbagai macam ragam agama dan kepercayaannya itu. Penafsiran Ketuhanan Yang
Maha Esa menurut Islam sangat berbeda dengan penafsiran menurut Kristen ataupun
lainnya. Dalam Pancasila terdapat banyak Tuhan, yaitu Tuhannya orang-orang Islam,
Tuhannya orang Kristen, Tuhannya orang Hindu, Tuhannya orang Budha dan lainnya, jadi
Tuhan-Tuhan manusia Indonesia berkumpul dalam Pancasila sebagai wadah tunggal,
sebagai Collective Ideologi (aqidah bersama).

20
M. Yamin, Naskah Persiapan UUD 1945, jilid I
21
Soekarno, 7 Bahan Pokok Indoktrinisasi, DPA RI (Orla).
22
Roeslan Abdul Ghani, Resapkan dan Amalkan Pancasila.

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 14


Bagaimana konsep Ketuhanan dalam Islam samakah dengan Pancasila?
Allah berfirman :
Allah, tidak ada Illah (Tuhan) melainkan hanya Dia. (Al Baqarah : 255)
Katakanlah : Dialah Allah, Yang Maha Esa (Tunggal). (Al Ikhlas : 1)
Sebagaimana tercantum dalam surat Al Baqarah ayat 255, missi Islam adalah untuk
menegakkan kalimah LA ILAHA ILLA ALLAH, tidak ada Illah (Tuhan) kecuali hanya Allah
saja. Jadi konsepsi dalam Islam hanya ada satu Illah (Tuhan) saja, yaitu Allah, selainnya
hanya non sent. Tidak ada Tuhan Yesus, tidak ada Sang Yhang Whidi, tidak ada Tao,
tidak ada tuhan-tuhan lainnya, yang ada hanya Allah.
Bagaimana konsep Pancasila dengan Islam tentang Tuhan ini, sama atau tidak?.
Pancasila mengakui adanya Tuhan-tuhan selain Allah, sedangkan Islam melarangnya
(Musrik/Kafir). Allah berfirman :
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan : Bahwasanya Allah salah satu
dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (Illah) selain dari Tuhan (Allah) Yang
Esa (Tunggal). (Al Maidah : 73)
Jadi disini jelaslah bertentangan konsep Islam dengan Pancasila. Akibat adanya
kesatuan Tuhan dalam Pancasila dianggapnya semua agama adalah baik dan benar,
inilah kemusyrikan yang nyata, jelas-jelas melanggar konsep Allah dan Rasul-Nya.
Allah berfirman :
Sesungguhnya Dien yang paling diridhoi disisi Allah hanyalah Islam. (Ali Imran : 19)
Rasulullah Saw. bersabda:
Sesungguhnya Islam adalah tinggi, tiada yang lebih tinggi lagi dari padanya. (Al Hadist)
Jadi jelaslah sila pertama dari Pancasila ini sangat bertentangan dengan Islam,
karena dapat membuat seorang muslim menjadi musyrik kepada Allah.

Sila ke 2 : Kemanusian yang adil dan beradab.


Dalam kontek Pancasila, sesuatu perbuatan dianggap adil dan beradab apabila
sesuai dengan sifat manusiawi (kemanusian).
“Jadi kemanusian yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan
manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan
dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya baik terhadap diri pribadi, sesama
manusia maupun terhadap alam dan hewan”.23
Jelaslah menurut Pancasila, segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kodrat
manusiawi (nafsu) tidak dapat diterima dan dibenarkan sama sekali, padahal manusia
yang tidak dilandasi dengan keimanan yang kuat maka cenderung mengikuti hawa nafsu
yang sesat, Rasulullah saw. menegaskan, tidak beriman seseorang sebelum hawa
nafsunya mengikuti apa yang dibawa Rasulullah.

23
IKIP, Pengertian Pancasila atas Dasar UUD 1945 dan Ketetapan-Ketetapan MPR, Laboratorium Pancasila IKIP Malang

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 15


Dalam Pancasila banyak hal-hal yang mengikuti hawa nafsu manusia bukan yang
diturunkan Allah, misalnya :
- Hukum potong tangan bagi pencuri dan rajam bagi penzina adalah tidak manusiawi,
jadi hal ini tidak dapat diterima oleh Pancasila, sedangkan hal ini adalah wahyu Allah
yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim, jika ia tidak melaksanakannya maka ia
telah KAFIR (Al Maidah 44).
Dalam kontek Pancasila penzina adalah orang yang mempunyai suami dan istri lalu
melakukan hubungan dengan orang lain, dikatakan berzina apabila mendapat
tuntutan dari salah satunya, sedangkan muda mudi yang berhubungan tidak
dianggap berzina, asalkan suka sama suka, tidak dihukum sama sekali. Sedangkan
menurut Islam mereka adalah penzina semua yang harus dihukum. Bertolak belakang
betul konsep adil dan beradab menurut Islam dan Pancasila.
- Presiden sebagai kepala negara dan pemegang kekuasaan tertinggi negara dapat
membebaskan seseorang dari tuntutan hukuman (hak Grasi, Rehabilitasi dsbnya), ini
adalah adil menurut harkat kemanusiaan, sedangkan menurut Islam siapapun tidak
berhak membebaskan seseorang dari hukuman yang telah ditentukan, walau Nabi
sekalipun, sebab ini adalah hak tunggal yang hanya dimiliki oleh Allah saja.
- Ekonomi Pancasila ala Kapitalis, hak perorangan, yang kaya makin kaya, yang miskin
makin miskin, tanpa mempunyai kewajiban sedikitpun untuk mengeluarkan hartanya,
yang dalam Islam dikenal dengan Zakat, inikah kemanusian yang adil?
- Dan seterusnya.
Sila kedua ini sudah jelas sangat bertentangan dengan konsep Islam, karena sifat
manusia tidaklah terlepas dengan nafsu yang selalu condong kearah maksiat, itulah
sebabnya Islam tidak mengizinkan seseorang untuk mengikuti harkat kemanusiaan yang
berdasarkan pada hawa nafsu belaka, seorang manusia harus tunduk dibawah kehenda
wahyu yang diturunkan Allah. Allah berfirman :
Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan
Rasul-Nya agar Rasul menghukum diantara mereka ialah ucapan : “Kami mendengar
dan kami patuh”. Mereka itulah orang-orang yang beruntung. (An Nuur : 51)
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Mu’min dan tidak pula bagi perempuan yang
mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Dan barang siapa menduharkai Allah dan
Rasul-Nya maka sungguhlah ia telah sesat, sesat yang nyata. (Al Ahzab: 36)
Itulah konsep Islam, semua otak, hawa nafsu harus tunduk dibawah ketentuan
Allah dan Rasul-Nya.

Sila ke 3 : Persatuan Indonesia.

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 16


Pancasila menyebutkan, seorang warga negara Indonesia harus bersatu padu
dalam segala hal, mengutamakan kepentingan negara dan bangsa dari pada
kepentingan pribadi ataupun golongan (termasuk kepentingan agama sekalipun).
Bolehkah ummat Islam bersatu padu dengan orang-orang kafir dalam segala hal?
Allah berfirman :
Muhammad itu utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap
orang-orang kafir dan lemah lembut sesama Muslim. (Al Fath :29)
Hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-
saudaramu wali (mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran diatas keimanan. (At
Taubah : 23)
Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat,
saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya,
sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara ataupun keluarga
mereka. (Al Mujadilah : 22)
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan munafik itu dan bersikap keraslah
terhadap mereka. (At Taubah : 73)

Jihad, Mazhab Hanafi mengartikannya :


Lughoh : Menggunakan sesuatu secara maksimal baik berupa perkataan maupun
perbuatan.
Syareah : Membunuh orang-orang kafir, memancung kepala mereka, mengambil harta
mereka dan meruntuhkan rumah-rumah berhala (ibadah) mereka guna menegakkan
Islam.24
Buka Al-Qur’an lagi : Al Maidah : 54, An Nisa : 144, Ali Imran : 28, Al Maidah : 51 dan 57.
Dengan tegas dan jelas Allah SWT melarang kaum muslimin untuk bersatu dengan
orang-orang kafir, apabila dalam menjalankan ibadah kepada Allah, Islam tidak
mengenal toleransi beragama (beribadah bersama-sama), ummat Islam hanya
diperintahkan bersatu, hanya berdasarkan taqwa kepada Allah, yaitu dengan sesama
muslim bukan sama orang kafir yang membenci Islam.
Pancasila dapat menimbulkan sifat Nasionalisme, dan demikianlah tujuan
Pancasila.
“Dengan Persatuan Indonesia harus pula dikembangkan semangat cinta tanah air
dan bangsa (Nasionalisme) serta semangat pengabdian dan pengorbanan kepada tanah
air dan bangsa (Patriotisme), yang hakekatnya bersumber pada kesadaran senasib dan
seperjuangan dalam menghadapi tantangan hidup”.25
Dengan tegas dan jelas dikatakan Pancasila bertujuan untuk menciptakan sikap
Nasionalisme ini dapat menimbulkan kebanggaan raas, merasa lebih tinggi dan baik dari

24
Hasan Al-Banna, Risalah Jihad, Kuala Lumpur, IIFSO, halaman 29
25
IKIP, Pengertian Pancasila…. Lihat juga Darji Darmodiharjo, Pancasila Suatu Orientasi Singkat.

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 17


bangsa lain, serta memandang rendah mereka, Islam memandang mulia dan tidaknya
seseorang bukan tergantung dari raas, melainkan taqwanya kepada Allah semata.
Islam diturunkan untuk menghapuskan Nasionalisme dan mempersatukan ummat
manusia seluruh dunia dibawah naungan Al-Qur’an dan Sunnah.
Allah berfirman :
Dan tidaklah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi
seluruh alam. (Al Anbiya : 107)
Ingatlah ketika Robbmu berfirman kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan khalifah dimuka bumi. (Al Baqarah : 30)
Khalifah adalah sistem pemerintahan dalam Islam, manusia sebagai wakil Allah
untuk menjalankan semua yang diturunkan-Nya, semua peraturan-peraturan dan
perundang-undangan tidak boleh keluar/menyimpang dari wahyu Allah, daerah
26
kekuasaannya meliputi seluruh Alam ini.
Sayyid Quthub mengatakan :
Masyarakat Islam ialah suatu masyarakat yang Universal, yakni tidak Rasial, tidak
nasional dan tidak pula terbatas didalam lingkungan batas-batas geografis. Dia terbuka
untuk seluruh anak manusia tanpa memandang jenis, warna kulit atau bahasa, bahkan
juga tidak memandang agama dan keyakinan atau Aqidah.27
Menyerukan sikap Nasionalime adalah hal yang dilarang dalam Islam, Rasulullah
bersabda:
Bukan tergolong ummatku yang menyerukan Ashobiyyah, bukan tergolong ummatku
yang berperang atas dasar Ashobiyyah, bukan tergolong ummatku yang mati atas dasar
ashobiyyah. (HR Abu Dawud)28
Selanjutnya Sayyid Quthub berkata :
Sebagai tindak lanjut dari penghapusan dinding-dinding raas, bahasa dan warna
kulit, maka Islam meniadakan pula batas geografi antara berbagai bangsa, yang
menciptakan perasaan Nasional sempit dan yang menjadi sumber bagi persaingan sengit
antara nation-nation yang berbeda –beda. Persaingan inilah yang melahirkan sistem
penjajahan yang intipatinya ialah eksploitasi bangsa atas bangsa, jenis atas jenis dan
tanah air atas tanah air.
Persatuan Indonesia ini juga akan melahirkn sikap patriotisme, mengabdi dan rela
mengorbankan diri demi untuk kepentingan negara dan bangsa. Inilah perbuatan musrik
yang dianjurkan Pancasila. Seorang Muslim diperintahkan beribadah (mengabdi) dan
berkorban semata-mata karena Allah saja. Allah berfirman :
Katakanlah : “Sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk
Allah, Roob Semesta Alam, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku”.
(Al An’am : 162-163)

26
Abul A’la Maududi, Khilafah dan Kerajaan, Mizan, halaman 64-67
27
Sayyid Qutb, Masyarakat Islam, Ma’arif, halaman 72
28
Ashobiyah artinya terlalu fanatik golongan, suku dan kebangsaan (nasionalisme) atau chauvinisme.

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 18


Sa’id Hawa mengatakan, salah satu yang mengakibatkan batalnya syahadat adalah
terlalu cinta pada tanah air, berjuang karenanya semata.29

Sila ke 4 : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam


permusyawaratan / perwakilan.
Pancasila menyebutkan, seluruh rakyat Indonesia harus tunduk dan patuh kepada
semua peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh dewan perwakilan yang
berdasarkan pada ratio sehat. Jadi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan berarti, bahwa rakyat dalam menjalankan
kekuasaannya memakai sistem perwakilan sedang putusan-putusan harus berdasarkan
kepentingan rakyat, yang diambil melalui musyawarah yang dipimpin oleh ratio yang
sehat serta dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab.30
Dalam sistem Pancasila, pemegang kekuasaan tertinggi adalah rakyat yang
diatur/diwakilkan melalui perwakilan (MPR/DPR). Hal ini sangat bertentangan dengan
sistem dalam Islam, ketaatan harus hanya kepada Allah semata dan wajib mengikuti
undang-undang-Nya serta haram meninggalkan peraturan ini dan mengikuti undang-
undang buatan manusia-manusia lainnya.
Allah berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya dan
Ulil Amri diantara kamu. (An Nisa : 59)
Sesungguhnya wali (pemimpin) kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang
beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat seraya mereka tunduk (kepada
Allah). (Al Maidah : 55)
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Robbmu dan janganlah kamu mengikuti
pemimpin-pemimpin selain-Nya. (Al A’raf : 3)
Kemudian kami jadikan kamu berada diatas syariat (peraturan) dari urusan dien itu,
maka ikutilah syareat itu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang
tidak mengetahui. (Al Jasiah : 18 )
Pemimpin tertinggi ummat Islam adalah Allah, Rasul-Nya kemudian orang-orang
yang beriman yang tunduk dan patuh kepada wahyu yang diturunkan Allah, bukan orang
yang mengikuti ratio sehat (filsafat) yang tak terlepas dengan kemauan nafsu.
Seorang Muslim harus tunduk dan patuh hanya kepada perintah Allah dan Rasul-Nya,
diperkenankan taat kepada manusia asalkan ia beriman dan tidak mengajak kepada
maksiat terhadap Allah.
Rasulullah bersabda :
Tidak ada taat pada mahluk yang mengajak maksiat pada Allah (Al Hadist).

29
Said Hawwa, Jundullah, Bab Noda hitam yang membatalkan syahadat, diterjemah Majalah al-Muslimun Bangil
30
IKIP, Pengertian Pancasila..

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 19


Konsep demokrasi dalam Pancasila bersumber dari kebiasaan nenek moyang
bangsa Indonesia, yang animisme, Hindu maupun Budha.
“Demokrasi Pancasila demokrasi yang telah dipraktekkan oleh bangsa Indonesia
sejak dahulu kala (oleh nenek moyang) dan masih dijumpai sampai sekarang.31
Demokrasi Pancasila berdasarkan dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat yang
dilaksanakan sepenuhnya oleh dewan perwakilan. Sistem demokrasi Pancasila ini terlihat
dalam MPR maupun DPR yang terdiri dari beberapa golongan agama dan kepercayaan,
ada wakil Islam, Kristen, Hindu, Budha, Komunis, Kejawen dan lain sebagainya, menjadi
satu dalam MPR/DPR yang membuat peraturan-peraturan maupun hukum. Sedangkan
Islam menghendaki Syuro (Ali Imran : 159) yang terdiri hanya dari wakil Islam, Islam
yang taat saja, bukan dari berbagai golongan.
Dan Ali telah berkata : Aku telah bertanya kepada Rasulullah : sekiranya terjadi
sesuatu sepeninggalmu yang tidak kami dapati hukumnya dalam Al-Qur’an atau tidak
kami dengar sesuatu darimu mengenainya, apakah kira-kira yang kalian lakukan?
Rasulullah berkata : Kumpulkanlah para ahli ibadat yang bijaksana diantara ummatku
dan musyawaratkanlah urusanmu itu diantara kamu, dan janganlah membuat keputusan
dengan satu pendapat saja.32
Demikianlah sistem demokrasi dalam Islam, semua keputusan yang diambil tidak
boleh sama sekali bertentangan dengan Al-Qur’an maupun As Sunnah.
Demokrasi Pancasila, MPR/DPR, banyak menelurkan keputusan-keputusan yang
bertentangan dengan Islam, seperti UU tentang perkawinan, dan lainnya. Seorang
muslim tidak diizinkan sama sekali menjadi anggota parlemen yang selalu memojokan
Islam. Allah berfirman :
Dan sesungguhnya Allah telah menurunkan kepada kamu didalam Al-Qur’an bahwa
apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan, maka
janganlah kamu duduk beserta mereka sehingga mereka memasuki pembicaraan yang
lain, karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa
dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang Munafik
dan orang-orang kafir dalam Neraka. (An Nisa : 140)
Demikianlah ketentuan Islam, ini adalah salah satu sistem politik dalam Islam,
politik non cooperatif. Apalagi kalau kita melihat MPR/DPR sekarang di Indonesia ini
khususnya jaman Orde Baru, wakil-wakil Islam hanya mencari kursi saja, tidak
membawakan aspirasi politik ummat Islam sama sekali, padahal ketika berkampaye
selalu menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an, namun setelah menarik simpati ummat Islam,
dan dipilih, mereka lupa sama sekali dengan ayat Allah yang dibacakannya. MPR/DPR
sekarang tidak lebih sebagai parlemen / Majelis untuk memojokan ummat Islam, kaki
tangan penguasa.
31
Prof. Dr. Hazairin, Demokrasi Pancasila, Jakarta, Prapanca

32
Abul A’la Maududi, Khilafah dan Kerajaan, halaman 100

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 20


Sistem Demokrasi Pancasila sangat lucu dan tidak logis sama sekali, coba
renungkan, MPR/DPR yang akan mengangkat presiden, namun sebagian besar dari
mereka diangkat oleh Presiden, aneh! Demokrasi model apa ini?, ya inilah demokrasi
Pancasila.
Jadi jelaslah sudah, Demokrasi/Musyawarah menurut Pancasila dan Islam adalah
bertentangan, Islam bersumber pada wahyu Allah Yang Maha sempurna, sedangkan
Pancasila bersumber dari Filsafat, hasil pemikiran otak manusia yang lemah, apalagi
digali dari sumber-sumber kafir Barat, Prancis dan Jerman ditambah lagi dengan sumber-
sumber Indonesia kuno, Animisme.

Sila ke 5 : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


Sila kelima dari Pancasila ini pada hakekatnya adalah manifestasi daripada rasa
Nasionalisme, yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam. (lihat pembahasan sila ke III).
Konsep keadilan sosial dalam Islam sangat berbeda dengan konsep dalam Pancasila.
Konsep keadilan sosial dalam Islam sepenuhnya bersumber dari rasa Taqwa kepada
Allah semata, semua bentuk keadilan sosial tidak boleh menyimpang dari konsep Al-
Qur’an dan Sunnah Rasulullah, tujuan keadilan dalam Islam untuk menciptakan
kebahagian bagi seluruh ummat manusia didunia ini, tidak terbatas pada teritorial suatu
daerah ataupun bangsa saja.
Sedangkan konsep keadilan sosial dalam Pancasila bersumber dari sifat-sifat
manusiawi, segala sesuatu dipandang baik dan buruk diukur dengan karsa dan rasa
manusia, bukan pada wahyu yang diturunkan Allah. Seperti perzinaan (pelacuran) hal ini
diizinkan oleh manusia Pancasila (terbukti dengan dilokallisasikannya komplek-komplek
WTS oleh Pemerintah, bahkan dijadikan sebagai sumber devisa), demi untuk tersalurnya
kebutuhan nafsu manusia, hal ini dipandang sebagai kebutuhan pokok manusia.
Sedangkan hukum potong tangan bagi pencuri, rajam bagi penzina, poligami dan lainnya
ditinggalkan dengan naluri kemanusiaan (biadab).
Keadilan sosial dalam Pancasila terbatas untuk rakyat yang berdomisili di
Indonesia, diprioritaskan terutama untuk bangsa Indonesia, walaupun orang itu kafir.
Sedangkan Islam selalu memberikan perioritas pertama pada pemeluknya walau
dimanapun tempatnya, Islam tidak terbatas pada teritorial.
Jelaslah pertentangan sila kelima ini dengan Islam, perbedaannya dari tujuan
maupun awalnya, Islam menghendaki terciptanya keadilan sosial bagi seluruh dunia,
sedangkan Pancasila terbatas pada wilayah Indonesia.
Setelah kita menganalisa isi (kandungan) dari Pancasila secara menyeluruh,
kesimpulan terakhir yang kita peroleh adalah : Semua kandungan Pancasila adalah
bertentangan dengan Islam. Demikian pula secara fundamental sistem Pancasila
berdasarkan sistem jahili, maka secara otomatis semua produknya adalah jahili. Ummat

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 21


Islam selama ini ditipu oleh ulama-ulama (syu’) Pancasilais, dengan menempelkan ayat-
ayat Allah pada butir-butir Pancasila, padahal semua itu adalah taktik untuk
menenangkan ummat Islam, agar dikatakan Pancasila tidak bertentangan dengan Islam,
mereka inilah yang disitir oleh Allah sebagai anjing, karena dia tahu ayat namun
dijualnya dengan murah. Allah berfirman :
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya kami tinggikan (drajat) nya dengan ayat-
ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti hawa nafsunya yang rendah,
maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya
dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya. Demikianlah perumpamaan
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. (Al Araf : 176)
Ummat Islam harus waspada dan hati-hati dengan perbuatan semacam ini, walau
bagaimanapun yang haq itu tak akan tercampur dengan yang bathil, yang haq pasti haq
karena bersumber dari yang haq pula, dan sebaliknya. Seandainya yang bathil ada
persamaan dengan yang haq, maka hal itu adalah bathil, walau kelihatannya haq.
Demikian juga dengan Pancasila, walaupun disusupi ayat-ayat Al -Qur’an, pasti dia akan
tetap bathil, karena dasarnya adalah sudah bathil.

4. Segi Fungsionil
Pada awal terbentuknya Pancasila, disepakati fungsi dari Pancasila adalah sebagai
dasar negara Indonesia merdeka, atau istilah Soekarno WELTANSCHAUUNG.33
Akhir-akhir ini fungsi Pancasila telah jauh menyimpang dari rel semula, apalagi
setelah disusupi oleh kepercayaan-kepercayaan mistik jawa kuno (kejawen). Fungsi
Pancasila pada masa orde lama dengan masa orde baru jauh berbeda, dengan demikian
dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Pancasila dapat diubah-ubah sesuai kemauan
penguasa, hal ini terbukti baik dalam pemerintahan Soekarno maupun Soeharto. Untuk
membuktikan penyimpangan-penyimpangan ini, maka kita perlu mengadakan suatu
analisa mendalam.
Fungsi Pancasila zaman orde baru an :
1. Sebagai Azas Tunggal dalam bernegara, berbangsa dan bermasyarakat.
2. Sebagai Falsafah, Ideologi dan Pandangan Hidup (Way of Life).
3. Sebagai sumber dari segala sumber hukum.
4. Sebagai ukuran baik dan buruknya perbuatan seseorang (moral/etika).
5. Dan seterusnya.

“MARILAH KITA ANALISA FUNGSI-FUNGSI PANCASILA DIATAS MENURUT


ISLAM !!!”

33
Soekarno, Lahirnya Pancasila, 7 Bahan Pokok Indoktrinisasi, DPA RI.

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 22


1. Sebagai Azas Tunggal.
Dijadikannya Pancasila sebagai azas tunggal bagai rakyat Indonesia, berarti semua
langkah dan geraknya harus sesuai dengan Pancasila, baik itu kehidupan berpolitik,
bermasyarakat (pergaulan), berekonomi, berpendidikan dan lainnya, bahkan dalam tata
cara menjalankan ajaran agamanya, sedikitpun tidak boleh bertentangan dengan
Pancasila, dialah pengatur.
Islam adalah Dien yang supra lengkap, ia mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia, dari tata cara hidup sebagai individu sampai tata cara hidup bermasyarakat,
kalau Pancasila dijadikan Azas Tunggal, lalu Islam sebagai apa?, apakah hanya sebagai
stempel saja, ataukah hanya sebagai teori-teori Idial tanpa adanya suatu pengamalan?.
Dengan dijadikannya Pancasila sebagai Azas Tunggal, maka ia telah menyingkirkan
Islam dari Indonesia, menggantikan semua fungsi-fungsinya. Ummat Islam tidak bisa
menjalankan hukumnya, ekonominya, pendidikannya, politiknya dan lainnya yang sesuai
dengan Islam, berarti ini adalah suatu kekalahhan total buat ummat Islam Indonesia,
karena selalu mendapatkan julukan fasik, zholim, kafir danlain sebagainya dari Allah,
disebabkan ia tidak menjalankan syareah yang diturunkan Allah, (QS, Al Maa-Idah : 44,
45, 47), dan seluruh amalannya adalah sia-sia dihadapan Allah.
Dijadikannya Pancasila sebagai Azas Tunggal, hal ini sangat bertentangan dengan
prinsip-prinsip dalam Aqidah Islam, dalam Islam semua aktifitas seorang muslim adalah
semata-mata berdasarkan Allah (keridhoan-Nya, Dia telah mengatur, memberikan
Syareah, peraturan-peraturan dalam kehidupan ini). Allah berfirman :
Katakanlah : “Sesungguhnya Shalatku, Ibadahku, Hidupku dan Matiku hanyalah untuk
Allah semata, Robb semesta Alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah) (Al An’am : 162-163).
Kalau ada orang Muslim, mengerjakan sesuatu bukan karena Allah semata, maka
ia telah syirik, menyekutukan Allah. Karena ketika ia shalat selalu mengucapkan seluruh
aspek kehidupannya hanya untuk Allah, namun dilain waktu, ia berbuat bukan semata-
mata karena Allah. Demikian juga halnya, jika seorang Muslim melakukan suatu
pekerjaan semata-mata berdasarkan Pancasila bukan karena Allah, maka ia
dikatagorikan telah Musrik kepada Allah.
Dijadikannya Pancasila sebagai satu-satunya azas oleh penguasa Orde Baru
sungguh sangat bertentangan dengan maksud diciptakan Pancasila itu sendiri. Soekarno
melarang salah satu kekuatan Orpol ataupun Ormas untuk berazaskan Pancasila, karena
ia mengatakan selanjutnya Pancasila milik kita bersama, PNI yang beraliran Nasionalis /
memperjuangkan tegaknya Pancasila tetap berdasarkan / berazaskan Marhaen bukan
pada Pancasila.34

34
Lihat, Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi, Panitia, jilid I.

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 23


Jelaslah, dijadikannya Pancasila sebagai satu-satunya azas oleh penguasa Orde
Baru dibawah rezim Soeharto adalah sangat bertentangan, baik dengan Islam sebagai
Dien yang supra lengkap maupun dengan maksud diciptakannya Pancasila.

2. Sebagai falsafah, Ideologi dan Pandangan Hidup (Way of Live).


Pancasila sebagai Falsafah, Ideologi dan Pandangan Hidup (Way of Live) bangsa
Indonesia, berarti semua langkah dan dasar perbuatan orang-orang Indonesia harus
sesuai dengan Pancasila. Kedudukan Pancasila yang demikian ini dapat menempatkan
dirinya sebagai agama baru dalam masyarakat Indonesia, karena agama sendiri adalah
sesuatu yang mengatur kehidupan manusia, bahkan Pancasila mempunyai kedudukan
yang lebih tinggi dari semua agama di Indonesia.
Seorang muslim, harus mengakui tanpa adanya keraguan sedikitpun, bahwa Islam
adalah Dien mereka satu-satunya, dan inilah yang paling benar.
Allah berfirman :
Sesungguhnya Dien (yang diridhoi) disisi Allah hanyalah Islam (Ali Imran : 19).
Barang siapa mencari Dien selain dari Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(dien itu) dari padanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi (Ali Imran :
85).
Maka apakah mereka mencari Dien yang lain dari Dien Allah, padahal kepada-Nyalah
menyerahkan diri segala apa yang dilangit dan dibumi, baik secara suka maupun
terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan (Ali Imran : 83).
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Dien (Allah), tetaplah atas fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. Itulah Dien yang lurus, tetapi manusia kebanyakan tidak tahu (Ar Rum : 30).
Maududi berkata tentang dien ini : Dien dapat diartikan sebagai : hukum, undang-
undang, peraturan, batas-batas ajaran, syareah dan jalan fikiran, Ideologi atau teori dan
praktek yang mengikat hidup manusia (Way of Live).
Selanjutnya ia berkata : Dienullah (Islam) mencakup semua peraturan hidup yang
sempurna dan multi komplek, baik dari aspek I’tikad, Syareat, Akhlaq, Muamalah
maupun aspek kehidupan lainnya.35
Jadi Dien (Falsafah, Ideologi danPandangan Hidup) yang benar adalah hanya
Islam, lainnya adalah bathil. Dienul Islam adalah merupakan suatu sistem menyeluruh
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, Dienul Islam adalah Dien yangdatangnya
dari Allah sebagai aturan dalam kehidupan manusia dibumi ini, seorang yang telah
menyatakan dirinya sebagai seorang Muslim sudah seharusnyalah tidak mencari dien
(Falsafah, Ideologi, dan Pandangan Hidup) diluar Islam, karena hanya Islamlah satu-
satunya dien yang dapat menyelamatkan kehidupan ummat manusia dipermukaan bumi

35
Maududi, Ketuhanan, Ibadah dan Agama, Surabaya, Bina Ilmu, halaman 109-111

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 24


ini. Adapun jika seorang muslim mencari Dien selain dari islam, maka ia tidak berhak lagi
disebut sebagai seorang Muslim.
Pancasila adalah kecil dan tak ada artinya jika dibandingkan dengan Islam sebagai
Dien, karena Islam telah mengatur segala aspek kehidupan manusia, sedangkan
Pancasila non sent. Cendikiawan terkemuka didunia ini tidak pernah mengatakan
Pancasila adalah Falsafah apalagi Pandangan Hidup (Way of Live), karena ketidak jelasan
ajaran yang dibawakannya, bermakna kosong, mereka hanya mengakui Islam,
Marxisme, Materialisme, Komunisme, Liberalisme beserta aliran-alirannya. Sebagai
Ideologi, Falsafah, maupun Pandangan Hidup.36
Seorang Muslim di Indonesia, sudah seharusnyalah tidak mengakui Pancasila yang
kerdil dan bermakna kosong itu sebagai Falsafah, Ideologi maupun Pandangan Hidup
baginya, tapi harus meyakini,Islamlah satu-satunya yang benar. Islam telah
membuktikan hal ini, hampir 15 abad diturunkan namun ia tetap sesuai dengan zaman
dan tempat maupun didunia ini, tidak pernah mengalami perubahan sejak diturunkannya
hingga kini, tidak seperti lainnya, selalu mengalami perubahan-perubahan. Itulah
ketinggian Islam yang fitri.37
3. Sebagai Sumber dari Segala sumber Hukum.
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, berarti seluruh
hukum dan perundang-undangan di Indonesia tidak boleh menyimpang dari Pancasila,
semua hukum dan perundang-undangan harus digali bersumber pada Pancasila.
Dengan adanya fungsi Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, ini
berarti seseorang dapat membuat hukum selain dari hukum yang telah ditetapkan oleh
Allah, menurut Islam ini adalah syirik, kerena satu-satunya yang berhak membuat hukum
hanyalah Allah semata.
Allah berfirman :
Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah (Al a’raf : 54).
Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah, Dia menerangkan yang sebsnarnya dan Dia
pemberi keputusan yang paling baik (Al An’am : 57).
Keputusan (hukum) itu kecuali hanya milik Allah (Yusuf : 40).
Sumber dari segala sumber hukum menurut Islam adalah Allah semata, Dialah
yang berhak menciptakan dan mengambil keputusan tentang sesuatu hukum, selainnya
tidak berhak sama sekali. Allah memerintahkan kepada mereka yang mengakui dirinya
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya agar memutuskan semua perkara dengan hukum
yang telah diturunkan Allah, jika mereka tidak berhukum dengan yang diturunkan Allah,
maka jelas ia kafir, zholim dan pasik.
Allah berfirman :
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka (Al Maidah : 49).
36
Lihat : Ali Syari’aty, Kritik Islam atas Marxisme, Bandung, Mizan
37
Murtadha Muttahari, Manusia dan Agama, Bandung Mizan

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 25


Dan segala yang kamu perselisihkan, maka serahkanlah keputusan hukumnya kepada
Allah (Asy Syura : 10).
Barang siapa yang tidak memutuskan (menghukum) menurut apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir, zolim, fasik (Al Maidah : 44, 45, 47).
Segala sumber dari segala sumber hukum dipermukaan bumi ini hanya wahyu
yang diturunkan Allah, inilah konsepsi Islam, seseorang diperbolehkan membuat hukum,
keputusan dan peraturan apabila tidak menyimpang dari hukum yang telah ditetapkan
Allah namun jika berdasarkan pada ratio dan nafsu belaka jelas hal ini tidak dapat
diterima sama sekali oleh Islam.
Menyatakan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum adalah Musyrik,
benar-benar musrik yang nyata, jika seorang Muslim Indonesia mengakuinya, janganlah
sebut dirinya lagi sebagai orang Islam lagi, karena jika ia menyatakannya dengan penuh
kesadaran dan pengetahuan, maka jelas akan mengeluarkannya dari aqidah Islam.

4. Sebagai Moral / Etika, ukuran baik dan buruknya perbuatan.


Pancasila dipandang sebagai ukuran suatu perbuatan, apakah perbuatan itu baik
atau buruk, dikenal dengan Pendidikan Moral Pancasila (PMP), dalam Islam dikenal
dengan Akhlak. Dalam PMP sudah tersusun mana perbuatan yang baik dan mana
perbuatan yang buruk, seperti mengutamakan kepentingan negara daripada
kepentingan golongan (agama) ini dianggap baik, sedangkan membela kepentingan
agama (jihad), dianggap buruk (ekstrim),dan masih banyak lagi contoh-contoh yang
betolak belakang dengan Islam.
Dengan adanya fungsi Pancasila sebagai pembeda, berarti ia sudah menyabot
tugas Islam pada ummatnya. Ukuran baik dan buruk menurut Pancasila adalah
tergantung dengan (berdasarkan pada) akal manusia (ratio), karena pada hakekatnya
Pancasila adalah merupakan perenungan jiwa yang sangat dalam.38
Sedangkan Islam mengukur sesuatu perbuatan, baik dan buruknya berdasarkan
pada wahyu Allah, Al-Qur’an dan Sunah.
Allah berfirman :
Bulan ramadhan, bulan yang dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan furqon (pembeda antara
yang haq dengan yang bathil/baik dan buruk) (Al Baqarah : 185).
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqon (Al- Qur’an) kepada Hambanya, agar
dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (Al Furqon : 1).
Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
(Al Baqarah : 2).
Al- Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini (al Jaatsiyah : 20).

38
Soeharto, Pancasila Menurut Presiden Soeharto, Yayasan Proklamasi

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 26


Suatu ketika Aisah ra ditanyakan tentang Akhlaq Rasulullah, maka ia mejawab : Akhlaq
Rasulullah adalah Al-Qur’an (Al Hadist).
Al-Qur’an diturunkan sebagai pembeda antara perbuatan yang baik dan perbuatan
yang buruk, dan contoh Akhlaq/Moral yang paling baik adalah pribadi Nabi Muhammad
saw. yang didasarkan pada wahyu Allah ini.
Allah berfirman :
Dan sesungguhnya Kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti (berakhlaq) yang
agung (Al Qalam : 4).
Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, bagi orang-
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah (Al Ahzab : 21).
Konsep Islam tentang akhlaq ini sepenuhnya bersumber pada Al-Qur’an dan
Sunah, sedangkan moral Pancasila bersumber dari hawa nafsu yang selalu condong
kepada keburukan/maksiat.
Allah berfirman :
Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi
rahmat oleh Robbku (Yusuf : 53).
Akhir-akhir ini banyak terjadi kerusakan moral pada bangsa Indonesia akibat
Pendidikan Moral Pancasila yang merusak, Moral Pancasila mengajak manusia Indonesia
menjadi binatang. Pendidikan Moral Pancasila telah merusak dan mengajak ummat Islam
Indonesia untuk musyrik kepada Allah, dengan ajaran-ajaran sesatnya, menyatakan
semua agama baik dan benar, beribadah bersama-sama (toleransi beragama) dan
lainnya.
Banyaknya kerusakan moral pada bangsa Indonesia akibat Moral Pancasila yang
hanya menggunakan sangsi hukum (pengadilan) bagi pelanggarnya, sedangkan hukum
yang digunakan dapat diputar balikan, dikasih uang habis perkara (KUHP), di Indonesia
ini seseorang takut melaksanakan perbuatan tercela (jelek) karena terdorong oleh rasa
takut pada hukum dunia saja, sedangkan Islam hukum dunia dan akherat kelak, itulah
perbedaan menyolok pada kedua sistem diatas, Islam dan Pancasila.

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 27


II. KESIMPULAN

Setelah kita menganalisa Pancasila secara panjang lebar dari berbagai aspek dari
segi Historis, Yuridis, Materil dan Fungsinya, menurut pandangan ajaran Islam yang
bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya, maka kesimpulan akhir yang diperoleh
adalah: PANCASILA BERTENTANGAN DENGAN ISLAM, BAIK SECARA
TEORITIS MAUPUN PELAKSANAAN SEPANJANG SEJARAHNYA.
Pertentangan ini terutama disebabkan karena Pancasila adalah kumpulan dari
berbagai ajaran, baik dari Islam, agama-agama, filsafat, doktrin, isme-isme dan
sejenisnya yang dijadikan sebagai ideologi kompromistis yang diharamkan Islam. Karena
Islam adalah ajaran supra lengkap, yang tidak perlu mendapat tambahan dari sistem
selainnya dalam membangun pengikutnya sebagai masyarakat utama. Pancasila sendiri
diterima wakil-wakil Islam dengan pertimbangan sementara dan sangat terburu-buru
dengan berprasangka baik. Namun dalam perjalanannya setelah beberapa puluh tahun
terbentuknya Pancasila, ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya telah
mengakibatkan kerugian dan penderitaan ummat Islam yang menjadi mayoritas bangsa
Indonesia.
Seorang yang mengaku dirinya Islam dan beriman, belum tentu dianggap Islam
maupun beriman seratus persen sebelum menjalankan atau mengamalkan ajaran Islam
secara kaffah, secara keseluruhan. Pengikut dan pendukung Pancasila, apalagi
menerimanya sebagai ideologi, falsafah, way of life, maka ia telah ingkar dengan ajaran
Islam. Kalau secara sadar, ia mengetahui itu bertentangan dengan ajaran Islam namun
mengikuti dan mendukungnya (Pancasila) maka ia adalah DZOLIM, sedangkan kalau
secara tidak sadar, karena ketidak tahuannya, ia adalah JAHIL. Maka dengan demikian

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 28


seorang yang telah bersyahadat, menyatakan dirinya Muslim, di Indonesia ini tidak
sewajarnyalah ia mengikuti dan mendukung sistem Pancasila ini yang jelas
bertentangan dengan Islam. Muslim Indonesia wajib mengatakan Pancasila adalah
sistem yang harus diganti dengan sistem Islam, sistem yang jauh lebih baik dan
sempurna dari sistem manapun didunia ini, dari dulu hingga sekarang dan sampai hari
qiayamat. Hanya Islamlah yang akan menghantarkan bangsa Indonesia menuju bangsa
yang adil, makmur dan penuh kedamaian. Dan mereka yang bukan Islam, hanya
Islamlah yang dapat menjaga kehormatan dan keamanan mereka, karena Islam adalah
rahmat untuk seluruh alam.
Wallahu a’lam.

Makalah/Training Islam Intensif/empiris-homepage.blogspot.com 29

You might also like