Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Agung Yuriandi
Medan
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
untuk mewujudkan suatu masyarakat adil, makmur yang merata, material dan
dalam rangka wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 1 Dapat dilihat dengan
adanya pembangunan yang sangat pesat sekali pada akhir-akhir ini, contohnya
2
dengan adanya pembangunan Jembatan Nasional Suramadu, pembangunan
sebagainya.
1
Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, dalam bagian
Menimbang huruf a.
2
“Pembangunan Jembatan Suramadu”, http://www.suramadu.com/, diakses pada 04 Februari
2010.
3
“PLN Buka Tender Listrik Swasta Maret 2010”, Kamis, 04 Februari 2010, http://
www.kontan.co.id/index.php/nasional/news/29404/PLN-Buka-Tender-Listrik-Swasta-Maret-2010,
diakses pada 04 Februari 2010.
2
kerja, apalagi pada pembangunan Jembatan Nasional Suramadu yang menyerap 20%
dari total penduduk Madura untuk bekerja dalam pembangunan jembatan tersebut.4
Tenaga kerja adalah ujung tombak perusahaan, dapat dikatakan sebagai pendukung
satu subjek pembangunan yang mempunyai peranan sangat penting dalam proses
produksi barang dan jasa, disamping itu juga merupakan pihak yang ikut menikmati
hasil pembangunan. Dalam hal ini, ada hak dan kewajiban dalam hubungan antara
dengan Upah Minimum Regional (UMR). 5 Saling ketergantungan inilah yang harus
dibina sebaik-baiknya agar tidak ada terjadi kesenjangan antara pengusaha dengan
para pekerja. 6
sesuai modal yang telah ditanamkan dan menekan biaya produksi serendah-
rendahnya (termasuk upah pekerja/buruh) agar barang dan/atau jasa yang dihasilkan
4
Rahardi Soekarno J., “20 Persen Penduduk Madura Terserap Jadi Tenaga Kerja”, Selasa, 02
Juni 2009, http://www.beritajatim.com/detailnews.php/1/Ekonomi/2009-06-02/36079/20 Persen
Penduduk_Madura_Terserap_Jadi_Tenaga_Kerja__, diakses pada 04 Februari 2010.
5
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pada Pasal 90 ayat (1)
menyebutkan bahwa “pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89”.
6
Bandingkan dengan Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke
Perselisihan Revisionisme, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1999), hal. 114-115.
3
dan sumber penghidupan sehingga akan selalu berusaha agar perusahaan memberikan
kesejahteraan yang lebih baik dari yang telah diperoleh sebelumnya. Kedua
kepentingan yang berbeda ini akan selalu mewarnai hubungan antara pengusaha dan
(Amandemen) dipertegas lagi bahwa : ”Setiap orang berhak untuk bekerja serta
mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja”.
Hal di atas berarti bahwa setiap warga Negara Indonesia berhak mendapatkan
upah disamping memperhatikan produktivitas tenaga kerja dan peningkatan daya beli
golongan upah rendah. Perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja
maksudnya adalah bahwa setiap pekerja berhak untuk mendapatkan jaminan sosial
terhadap jiwanya.
Pengertian pekerja atau dapat dikatakan buruh pada saat ini di mata
masyarakat awam sama saja dengan tenaga kerja. 8 Padahal dalam konteks sifat dasar
pengertian dan terminologi di atas sangat jauh berbeda. Secara teori, dalam konteks
7
Maimun, Hukum Ketenagakerjaan, Suatu Pengantar, (Jakarta : Pradnya Paramitha, 2004),
hal. 101, dikutip Jaminuddin Marbun, Analisis Terhadap Perjanjian Kerja Bersama dalam Hubungan
Industrial di Provinsi Sumatera Utara, (Medan : Disertasi, Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Sumatera Utara, 2009), hal. 43.
8
Bandingkan dengan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pada
Pasal 1 angka (2) menyebutkan bahwa ”pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain”.
4
modal (owner) disebut dengan kapitalis; dan kelompok buruh adalah orang-orang
yang diperintah dan dipekerjakan berfungsi sebagai salah satu komponen dalam
proses produksi. Dalam teori Karl Marx tentang nilai lebih, disebutkan bahwa
kelompok yang memiliki dan menikmati nilai lebih disebut sebagai majikan dan
kelompok yang terlibat dalam proses penciptaan nilai lebih itu disebut buruh. Dari
segi kepemilikan kapital dan aset-aset produksi, dapat ditarik benang merah, bahwa
buruh tidak terlibat sedikitpun dalam kepemilikan aset, sedangkan majikan adalah
yang mempunyai kepemilikan aset. Dengan demikian seorang manajer atau direktur
keprofesionalan. 9
yaitu menghasilkan barang dan/atau jasa sehingga perusahaan dapat terus berjalan.
Apabila karena satu dan lain hal perusahaan terpaksa ditutup maka yang mengalami
kerugian bukan saja pengusaha karena telah kehilangan modal, tetapi juga
Didorong dengan adanya tujuan yang sama ini maka timbul hubungan yang
barang dan/atau jasa yang dikenal dengan istilah hubungan industrial. Dalam
9
Loc.cit.
10
Jaminuddin Marbun, Op.cit., hal. 44.
5
masyarakat dan sebagai salah satu sumber serta sarana dalam menjalankan program
Ada etika bisnis dalam konteks Indonesia yang tidak boleh mengabaikan
masalah-masalah buruh dalam industri yang banyak dirasakan sekarang ini. Negara-
negara barat sudah menjadi welfare state yang hak kaum buruh sudah cukup
terpenuhi dan terjamin kesejahteraannya. Salah satu faktor yang menyebabkan teori
komunisme Karl Marx ditinggalkan adalah karena kesejahteraan kaum buruh pada
11
Ibid, hal. 45.
6
konteks ini sudah tertinggal jauh oleh konsep Kapitalis. Berikut analisa Brian Burkitt
“…Marx stresses the dual character of labor; the worker sells his or her own
labor power, but the capitalist buys the worker’s labor time, which is an
undefined, productive potential, determined by the hours worked, the
machinery employed and the intensity of the labor process. In Marx’s analysis,
the crucial distinction remains that the wage is the price of labor power,
exchanged by buyers and sellers in the labor market, but not the price of labor
itself…”.
belakang. Pada satu sisi, buruh menjadi komponen penting dalam proses produksi
karena memiliki peran merubah bahan mentah dan alat produksi lainnya agar
memiliki nilai. Walaupun bahan mentah dan alat produksi sudah memiliki nilai
tersendiri namun buruh melengkapi melalui kerja yang dilakukan dalam proses
produksi. Nilai yang diberikan oleh kerja buruh sangat penting sehingga perannya
tidak dapat ditiadakan. Pada sisi lain, ternyata peran buruh dalam proses produksi
tersebut tidak dihargai dengan semestinya. Apa yang dimaksud oleh kerja yang
dilakukan oleh buruh dalam proses produksi dalam sistem ekonomi kapitalistik
bukanlah biaya produksi kerja yang dilakukan buruh dalam satu jam, satu hari,
ataupun satu bulan, namun diterjemahkan sebagai biaya produksi kehidupan buruh.13
12
Brian Burkitt, Marx’s Wage Theory in Historical Perspective: It’s Origin, Development
Interpretation, (Book Reviews, 1999), dikutip Tua Hasiholan Hutabarat, “Realitas Upah Buruh
Industri”, (Makalah : Perserikatan Kelompok Pelita Sejahtera, 2006).
13
Tua Hasiholan Hutabarat, Realitas Upah Buruh Industri, (Makalah : Perserikatan
Kelompok Pelita Sejahtera, 2006), hal. 45.
7
diterima pekerja atas jasa yang diberikan dalam proses memproduksi barang atau jasa
kebutuhan dasar buruh, antara lain untuk pangan, sandang, perumahan dan kebutuhan
lainnya. Pada prinsipnya, upah hanya sekedar dijadikan alat untuk mempertahankan
buruh agar dapat bekerja. Agar buruh dapat bekerja, ia harus memenuhi kebutuhan
gizi dan kesehatannya. Pekerja yang kurang protein akan menderita lesu dan tidak
produktif, sehingga kesejahteraan dan kualitas hidup buruh dan keluarganya harus
tetap dipelihara. 14
akan menerima upah sesuai dengan biaya produksi seorang buruh agar dapat tetap
bekerja. Artinya, upah yang diterima hanya merupakan bentuk biaya pengganti
pengeluaran hidup buruh secara minimal. Prinsip sistem pengupahan seperti itulah
saat ini di Indonesia. Percepatan pertumbuhan dan pemulihan eknomi seperti yang
saat ini dilakukan pemerintah mensyaratkan sebuah kondisi yang sangat kondusif
sehingga dapat mengacu produksi dan konsumsi masyarakat. Salah satu strategi
14
Payaman J. Simanjuntak, Reformasi Sistem Pengupahan Nasional, (Jakarta : Informasi
Hukum, 2004), dikutip Tua Hasiholan Hutabarat, Ibid., hal. 46.
15
Loc.cit., hal. 46.
8
ini merupakan kata kunci dalam proses pertumbuhan ekonomi dikarenakan adanya
awal industrialisasi yang menghisap tenaga kerja kaum buruh. Karena itu, masalah-
masalah buruh seperti upah yang adil, keselamatan di tempat kerja, kesejahteraan
kesehatan, dan sebagainya masih perlu menjadi tema-tema pokok dalam etika yang
Berbicara mengenai upah terhadap buruh tidak terlepas dari hubungan industri.
Pancasila (selanjutnya disebut HIP) yang lahir dari hasil Lokakarya Nasional yang
diselenggarakan dari tanggal 4 sampai 7 Desember 1974 dan diikuti oleh wakil dari
perguruan tinggi. HIP adalah hubungan antara para pelaku dalam proses produksi
barang dan jasa (buruh/pekerja, pengusaha dan pemerintah) yang didasarkan atas nilai
yang merupakan manifestasi dari keseluruhan sila Pancasila dan UUD 1945, dan
Indonesia. 17 Dengan demikian landasan ideal dari HIP adalah Pancasila, landasan
16
Ibid.
17
Jaminuddin Marbun, Op.cit., hal. 62.
9
mengembangkan usaha serta dapat menarik investasi dari dalam dan luar negeri. 18
sarana hubungan industrial serta partisipasi dan tanggung jawab pekerja, pengusaha,
pemerintah dan pihak terkait. Dengan demikian maka hubungan industrial menjadi
kegiatan yang strategis dan signifikan dalam pembangunan nasional yang diharapkan
Ketenagakerjaan. 20
tentang Ketenagakerjaan peraturan yang berlaku adalah Pasal 1601 a Bab 7A KUH
18
Ibid., hal. 64.
19
Ibid.
20
Ibid., hal. 67.
10
dalam perusahaan tersisihkan dan tidak terpikirkan oleh majikan. Mengenai jaminan
sosial buruh tidak selalu ada jaminan dari perusahaan. Problem buruh seperti yang
selalu dihadapi oleh pengusaha, antara lain : mengenai upah yang rendah.21
tentang Penetapan Upah Minimum Kota Medan Tahun 2010, yang menyebutkan
bahwa UMR Kota Medan pada tahun 2010 sebesar Rp. 1.100.000,- (satu juta seratus
ribu rupiah). UMR tersebut hanya berlaku selama 1 (satu) tahun masa kerja dan
merupakan upah terendah, sedangkan untuk yang bekerja lebih dari 1 (satu) tahun
materi Kesepakatan Kerja atau yang sering disebut dengan kontrak kerja. Apabila
buruh yang ada di Sumatera Utara, khususnya di Kota Medan sama-sama mengalami
tekanan dalam berbagai bentuk, salah satunya tekanan dalam sisi pengupahan. Hal itu
21
Edy Purwo Saputro, “Mengurai Benang Kusut Problem Buruh”, http://www.infoanda.com/
linksfollow.php?lh=VlJZUFJVVlcD, diakses pada 19 Mei 2010.
22
Upah Minimum Regional adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para
pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh di
dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum., lihat “Upah Minimum
Regional”, http://id.wikipedia.org/wiki/Upah_minimum_regional, diakses pada 19 Mei 2010.
23
Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 561/5492/K/2009 tentang Penetapan Upah
Minimum Kota Medan Tahun 2010.
11
diakibatkan oleh standar umum kebijakan pengupahan dari pemerintah yang tidak
penetapan upah, namun realitas upah yang berjalan sangat jauh dari kelayakan yang
Salah satu aspek yang menyebabkan rendahnya upah dan tidak sejahteranya
buruh adalah adanya beberapa kebijakan pengupahan yang sangat tidak adil dan tidak
berpihak terhadap buruh. Sejak proses kebijakan pengupahan dirubah dari yang
ditentukan oleh Presiden berdasarkan masukan dari Kepala Daerah (Gubernur dan
merupakan salah satu bentuk dari penerapan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999
membawa perubahan yang cukup berarti bagi buruh. Perubahan kebijakan tersebut
Konsep-konsep inti kebijakan pengupahan yang dirasakan tidak adil ternyata tidak
24
Tua Hasiholan Hutabarat, Op.cit.
25
Ibid., hal. 57.
12
pengupahan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah tersebut sama sekali menjadi
Pada banyak sisi, sistem pengupahan yang diberlakukan saat ini belum sesuai
dengan harapan buruh, demikian juga secara institusional, konsep dasar, mekanisme,
maupun pada level aplikasi, sistem pengupahan masih jauh dari dimensi keadilan,
demokrasi, dan nilai-nilai kemanusiaan. Hal itulah yang menjadi salah satu landasan
dari penelitian yang lebih mendalam tentang sistem pengupahan, khususnya bagi
pemahaman, atau persepsi buruh tentang berbagai aspek dalam sistem dan kebijakan
pengupahan, institusi yang memiliki otoritas dalam perumusan dan penetapan upah,
baik itu tentang proses, peran dari institusi atau stakeholder, maupun harapan dan
keinginan buruh terkait dengan proses perumusan dan penetapan upah. Apa yang
perumusan dan penetapan upah. Selama ini pemahaman buruh memang kurang
26
Ibid., hal. 57-58.
27
Ibid., hal. 58.
13
pengupahan yang menindas ini sudah lama berlangsung, sehingga pastinya akan
secara sepihak, antara lain perspektif pemerintah, kalangan elemen masyarakat pro
demokrasi, tanpa melihat penilaian atas persepsi buruh sendiri. Bagaimanapun juga,
sehingga pantaslah jika pandangan kritis buruh tersebut yang harus diangkat ke
permukaan jika berkeinginan merubah sistem pengupahan yang berlaku saat ini. 29
Dengan upah yang begitu minim sehingga tidak menjamin tenaga kerja untuk
mendapatkan kesejahteraan dan kehidupan yang layak maka disinilah ada peran pihak
ketiga yang menanggung segala biaya yang ditimbulkan jika tenaga kerja mengalami
hal demikian. Pihak ketiga yang dimaksud adalah Jaminan Sosial Tenaga Kerja
3 Tahun 1992, program Taspen didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun
1981, program Askes didasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1991,
28
Ibid.
29
Ibid., hal. 58-59.
14
dibedakan atas kepesertaan pekerja sektor swasta, pegawai negeri sipil (PNS), dan
anggota TNI/Polri. 30
hilang. 31
Jaminan Sosial Tenaga Kerja untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja
melindungi resiko sosial tenaga kerja yang dihadapi oleh tenaga kerja. Program
tersebut terdiri dari: Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK); Program Jaminan
Hari Tua (JHT); Program Jaminan Kematian (JKM); Program Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan (JPK).32
30
Yohandarwati, et.al., “Desain Sistem Perlindungan Sosial Terpadu”, Direktorat Ke-
pendudukan, Kesejahteraan Sosial, dan Pemberdayaan Perempuan, BAPPENAS,
http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/343/, 2003, diakses pada 24 Maret 2010.
31
Sutardji, Analisis Kepuasan Peserta Jamsostek pada Kantor Cabang PT. Jamsostek
(Persero) Semarang, (Surakarta : Tesis, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta),
hal. 2.
32
Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
15
dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja beserta
Tahun 1992, pada prinsipnya merupakan sistem asuransi sosial bagi pekerja (yang
suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai
pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau keadaan yang dialami oleh
tenaga kerja sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. 34
bagi pekerja yang tidak mampu bekerja, dan cacat. Apabila pekerja meninggal dunia
bukan akibat kecelakaan kerja, mereka atau keluarganya berhak atas Jaminan
Kematian (JK) berupa biaya pemakaman dan santunan berupa uang. Apabila pekerja
telah mencapai usia 55 tahun atau mengalami cacat total/seumur hidup, mereka
berhak untuk memperolah Jaminan Hari Tua (JHT) yang dibayar sekaligus atau
secara berkala. Sedangkan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi tenaga kerja
33
Sutardji., Loc.cit., hal. 2.
34
Pasal 1 angka (1)., Loc.cit.
16
system), yang dalam hal ini menjadi beban pemberi kerja dan pekerja. Sistem tersebut
biasanya didasarkan pada fully funded system, tetapi bukan harga mati. Dalam hal ini
asuransi sosial, atau paling tidak pemerintah terikat untuk menutup kerugian bagi
Kerja, dan diatur lagi dalam PP No. 36 Tahun 1995 tentang Penetapan Badan
membayarkan upah sekurang-kurangnya Rp. 1 juta rupiah per bulan diwajibkan untuk
35
Pasal 12 Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 20, Tambahan Lembaran
Negara No. 3520.
36
Yohandarwati, et.al., Op. cit., hal. 27.
17
mengikuti sistem jaminan sosial tenaga kerja ini. 37 Namun demikian, belum semua
perusahaan dan tenaga kerja yang diwajibkan telah menjadi peserta Jamsostek.
untuk selalu menjadi badan penyelenggara yang siap, handal, dan terpercaya di
Indonesia. Berkaitan dengan fungsi pemasaran ini, PT. Jamsostek (Persero) Kantor
Wilayah I melakukan strategi pemasaran yang berorientasi pada pelanggan. Hal ini
Kantor Cabang Medan dan Kantor Cabang Belawan periode Maret 2010, jumlah
37
Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Pasal 17 yang
menyatakan bahwa “Pengusaha dan Tenaga Kerja wajib ikut serta dalam program jaminan sosial
tenaga kerja”.
38
PT. Jamsostek (Persero) Kanwil I, “Perusahaan Wajib Belum Daftar”, (Medan : Data
Perusahaan Potensi, 2010).
18
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
Kota Medan.
untuk mengkaji jaminan sosial tenaga kerja terlebih dahulu dilihat perlindungan
sosial pada negara welfare state, yaitu : perlindungan sosial diperlukan untuk
mungkin. 39
kemungkinan yang terjadi pada tenaga kerja; dan penyedia layanan untuk menangani
kebutuhan para pekerja. Keberadaan layanan untuk pekerja tersebut merupakan salah
satu layanan sosial. Perlindungan sosial diperlukan untuk kesejahteraan, baik karena
memenuhi kebutuhan hidup, dan tanpa hal tersebut para pekerja akan menjadi tidak
nyaman apabila terjadi suatu hal yang dapat menyebabkan pekerja tersebut tidak
dapat bekerja.40
tanggung jawab bersama dan mengumpulkan resiko, dimana tanggung jawab atas
resiko seseorang diterima oleh orang lain dalam hal ini pihak ketiga. Bahkan jika,
pekerja sendiri, namun dalam prakteknya sering tidak mungkin bagi pekerja untuk
kemelaratan. Perlindungan sosial yang efektif menuntut kontribusi pihak lain dalam
masyarakat.41
39
Paul Spicker, Welfare State General Theory, (London : SAGE, 2000), hal. 94-97.
40
Ibid.
41
Ibid.
21
kepada orang lain, ketika seorang anggota masyarakat atau pekerja yang mengalami
arah ketergantungan seperti kanak-kanak atau usia tua, kewajiban untuk orang itu
akan ada. Pada awal manifestasinya perlindungan sosial dianggap sebagai bentuk
amal. Amal adalah bentuk solidaritas sosial yang khas, salah satu motivasinya adalah
agama sebagai kewajiban utamanya adalah untuk Tuhan. Meskipun motif amal telah
resiko. Dalam asuransi saling membantu, orang membayar premi untuk melindungi
diri mereka terhadap keadaan yang kontinjensi. Inilah tempat perlindungan sosial
yang lebih langsung atas dasar kewajiban timbal balik. Bentuk perlindungan sosial
sering dilengkapi dengan pengaturan komersil, yang telah digandakan pola saling
membantu formal. 42
formal perlindungan sosial menutupi minoritas istimewa. Menurut Ferrera, ciri sistem
perlindungan sosial di Eropa Selatan sebagai polarisasi dengan pasti dualisme tajam
42
Ibid.
22
dibandingkan dengan kebanyakan para buruh yang ada. Ini disebut kurangnya
Jika perlindungan sosial dipandang dari sisi jasa di banyak negara yang tidak
pada resiko yang dikumpulkan hanya untuk orang-orang di bawah pendapatan yang
telah ditentukan oleh pemerintah. Pekerja yang berpenghasilan lebih tinggi yang
seharusnya dapat membuat peraturan yang lebih tinggi juga dalam hal tarif untuk
pembayaran iuran. Alasan dasar untuk perlindungan sosial tidak harus semua orang
tercakup dalam satu sistem yang sama, tetapi bahwa setiap orang perlu dilindungi
terhadap eventualitas. Hal ini dapat dicapai dengan berbagai cara, dan ada argumen
untuk fleksibilitas. Perlu dicatat bahwa nilai dari sistem perlindungan sosial di Jerman
masih kurang lengkap, tetapi saling melengkapi strategi yang dapat diadopsi oleh
keluarganya, banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, salah satunya
pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan
43
Ibid.
44
Ibid.
23
Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Kedua undang-undang tersebut di
atas adalah undang-undang yang melindungi hak-hak tenaga kerja. Namun, tidak bisa
diterapkan dengan baik. Hal ini dikarenakan lemahnya pengawasan dan penegakan
hukum.
Namun demikian diakui bahwa JAMSOSTEK, saat ini memerlukan kebutuhan yang
peristiwa yang dialami oleh pekerja dengan demikian para pekerja akan merasa lebih
Dengan ketenangan yang diberikan kepada tenaga kerja, maka pekerjaan yang
diuntungkan maka dengan demikian negara juga diuntungkan. Hal ini semata adalah
45
Surya Perdana, Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) pada
Perusahaan Swasta di Kota Medan, (Medan : Tesis, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera
Utara, 2009), hal. 3.
24
kepastian hukum, karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih
ketertiban masyarakat. Tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang
beratkan pada kepastian hukum, dan ketat menaati peraturan hukum yang ada, maka
46
Erman Rajagukguk, ”Hukum Ekonomi Indonesia Memperkuat Persatuan Nasional,
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Memperluas Kesejahteraan Sosial”, Seminar Pembangunan
Hukum Nasional VIII, Bali 14-18 Juli 2003.
47
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Yogjakarta : Liberty, 1988),
hal. 136.
25
dalam hal ini adalah tenaga kerja dan pelaku usaha. Hukum di bidang ekonomi
dengan demikian harus berimbang dalam mengatur kepentingan pelaku usaha yang
berbeda-beda skala ekonominya, baik itu Usaha Mikro Kecil Menengah (selanjutnya
disebut UMKM), swasta besar, BUMN maupun swasta asing. Hal ini merupakan
negara hanya pada satu pilar ekonomi. Peran negara sangat dibutuhkan untuk
hukum yang menata sedemikian rupa ketidakmerataan sosial dan ekonomi agar lebih
yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka berikut akan diberikan definisi
1. Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja
peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan
48
Bandingkan dengan M. Solly Lubis, mengemukakan bahwa Pandangan Konseptual dalam
arti mampu berfikir dan memproduk buah pikiran yang bernilai konsepsual untuk menunjang kegiatan-
kegiatan konseptualisasi baik melalui jalur formal maupun non-formal, M. Solly Lubis, Sistem
Nasional, (Bandung : Mandar Maju, 2002), hal. V, dikutip Jaminuddin Marbun, Op.cit., hal. 33.
49
Pasal 1 angka (1), Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
Lembaran Negara Republik Indonesia No. 14, Tambahan Lembaran Negara No. 3468.
26
2. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
3. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
4. Hubungan Industri adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para
pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur
1945. 52
kerja merupakan resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja yang melakukan
pekerjaan.53
6. Jaminan Kematian adalah tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat
ditinggalkan.54
50
Pasal 1 angka (2), Ibid.
51
Pasal 1 angka (2), Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Lembaran
Negara Republik Indonesia No. 39, Tambahan Lembaran Negara No. 4279.
52
Pasal 1 angka (16), Ibid.
53
Angka (1) Bagian Umum Penjelasan., Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja, Op. cit.
54
Angka (2) Bagian Umum Penjelasan., Ibid.
27
7. Jaminan Hari Tua adalah hari tua dapat mengakibatkan terputusnya upah
wilayah Indonesia.57
Kesehatan (JPK).
12. Peran JAMSOSTEK adalah sebagai pelindung pekerja dan mitra pengusaha.
13. Perlindungan hukum adalah berupa santunan uang dan pelayanan kesehatan.
55
Angka (3) Bagian Umum Penjelasan., Ibid.
56
Angka (4) Bagian Umum Penjelasan., Ibid.
57
Pasal 1 angka (5), Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
Op. cit.
28
tersebut dapat berupa faktor eksternal dan internal dari PT. Jamsostek
F. Keaslian Penelitian
Penulisan ini didasarkan pada ide, gagasan serta pemikiran penulis secara
pribadi dan keseluruhan dengan melihat dan memahami substansi hukum dalam
tujuan diterapkannya Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial dan
Tenaga Kerja yang didukung juga dengan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
Hukum Tenaga Kerja di Kota Medan” belum pernah diteliti. Oleh karena itu keaslian
permasalahan dan pembahasan sudah pernah dilakukan, yaitu : Tesis dengan judul
di Kota Medan” oleh Surya Perdana tahun 2001 dan “Analisis Terhadap Tujuan
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)” oleh Ahmad Ansyori tahun 2008; Disertasi
Industrial di Provinsi Sumatera Utara” oleh Jaminuddin Marbun tahun 2009. Ketiga
G. Metode Penelitian
hukum yang terwujud dalam kaidah-kaidah hukum dibuat dan ditetapkan oleh
Menurut Ronald Dworkin, penelitian hukum normatif ini disebut juga dengan
baik hukum sebagai law as it written in the book, maupun sebagai law as it decided
approach)60 terkait dengan Fungsi dan Peran Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
di Kota Medan.
58
Adapun tahap-tahap dalam analisis yuridis normatif adalah : merumuskan azas-azas hukum
dari data hukum positif tertulis; merumuskan pengertian-pengertian hukum; pembentukan standar-
standar hukum; dan perumusan kaidah-kaidah hukum. Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode
Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali Press, 2010), hal. 166-167.
59
Ronald Dworkin, dalam Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan
Perbandingan Hukum dan Hasil Penulisan pada Majalah Akreditasi, (Medan : Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara, 2003), hal. 2.
60
Alvi Syahrin, “Modul Perkuliahan Metode Penelitian Hukum : Pendekatan dalam
Penelitian Hukum”, (Medan : Sekolah Pasca Sarjana Unversitas Sumatera Utara, 2008), hal. 10-35.
30
dengan peranan hukum dalam pembangunan ekonomi dalam studi terhadap Fungsi
dan berdasarkan pada data sekunder, maka sumber bahan hukum yang dapat
Tahun 1993; Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-
2010.
32
2. Bahan hukum sekunder, bahan-bahan kajian dan analisis para ahli hukum
Utara.
sering membedakan antara riset kepustakaan (library research) dan riset lapangan
yang utama hanyalah terletak pada tujuan, fungsi dan/atau kedudukan studi
riset pustaka dan lapangan atau dengan penekanan pada salah satu diantaranya.61
Tehnik pengumpulan data sekunder pada penelitian ini dilakukan dengan studi
kepustakaan dan studi dokumen dari berbagai sumber yang dipandang relevan dengan
peran dan fungsi Program JAMSOSTEK dalam melindungi tenaga kerja di Kota
Medan.
4. Analisis Data
Pengolahan dan analisis data pada dasarnya tergantung pada jenis datanya,
bagi penelitian hukum normatif yang hanya mengenal data sekunder saja, yang terdiri
dari : bahan hukum primer; bahan hukum sekunder; dan bahan hukum tersier, maka
61
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2008),
hal. 1-2.
34
dalam mengolah dan menganalisis bahan hukum tersebut tidak bisa melepaskan diri
menjadi mengerti. 63
dengan isinya. Setiap hukum mempunyai dua segi, yaitu yang tersurat dan yang
tersirat, bunyi hukum dengan semangat hukum. Dua hal itu selalu diperdebatkan oleh
para ahli hukum. Dalam hal ini, bahasa menjadi penting. Ketepatan pemahaman
hukum.64
62
Amiruddin dan Zainal Asikin, Op.cit., hal. 163.
63
E. Sumaryono, Hermeunetik sebuah Metode Filsafat, (Yogjakarta : Kanisius, 1993), hal. 24,
dikutip Amiruddin dan Zainal Asikin, Ibid.
64
Loc.cit., hal. 164.
65
Metode analisis kualitatif adalah metode penelitian yang tidak bisa dihitung dengan angka,
sebagai contoh : keefektivan KUHP dalam mencegah kejahatan. Hukum adalah norma yang hidup
dalam masyarakat yang tidak bisa diukur dengan angka. Muzakkir, ”Catatan Perkuliahan : Metode
Penelitian Hukum”, (Medan : Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2009).
66
Metode analisis interpretatif adalah digunakan dalam riset budaya. Dikarenakan hukum
yang hidup dalam masyarakat adalah norma jadi harus dilihat mengenai budayanya. Metode yang
digunakan harus menggunakan metode interpretatif. Ibid.
35
logis antara berbagai konsep hukum yang sudah ditemukan dengan menggunakan
kerangka teoritis yang relevan dengan peran dan fungsi Program JAMSOSTEK
dalam melindungi tenaga kerja di Kota Medan sehingga pokok permasalahan yang
BAB II
undang-undang karena merupakan badan otonomi yang mandiri, memiliki akses law
sosial merupakan hak setiap warga negara bahkan termasuk warga negara asing yang
deklarasi PBB sebagai Universal Declaration of Human Rights. Adapun isi dari
67
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal. 180.
68
Ibid.
37
economic, social and cultural rights indispensable for his dignity and the free
development of his personality”.69
Deklarasi tersebut telah mendapat dukungan penuh dari para anggota PBB,
HAM. Selain itu, implikasi social security bagi redistribusi pendapatan telah
mendapat rekomendasi dari PBB untuk masuk dalam The Economic Council of The
United Nation. Tujuan akhir dari konsep jaminan sosial adalah untuk
(ketidaknyamanan ekonomi).70
kesejahteraan umum sehingga dapat tercapai masyarakat yang adil dan makmur.
dan pemeliharaan kesejahteraan sosial bagi warga negara yang diselenggarakan oleh
masyarakat melalui suatu lembaga tertentu yang dapat membantu anggota masyarakat
69
“Universal Declaration of Human Rights 1948-1998”,
http://www.wunrn.com/reference/pdf/univ_dec_hum_right.pdf., diakses pada 27 Agustus 2010.
70
Loc.cit.
71
Ibid.
38
kesehatan atau bantuan untuk mendapat pekerjaan yang bermanfaat. Di samping itu,
ILO juga menyebutkan ada tiga kriteria yang harus dipenuhi agar suatu kegiatan
Menurut Redja yang dikutip oleh Purwoko, salah satu tujuan dari
konsekuensi yang logis dari masalah kebijakan makro ekonomi. Kebijakan yang luas
72
Ibid., hal. 181.
73
Moh. Syaufi Syamsuddin, “Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Tenaga Kerja Wanita”,
Informasi Hukum, Kamis, 09 November 2006, dikutip Adrian Sutedi, Ibid.
74
Bambang Purwoko, Towards A Social Security Reform : The Indonesian Case, (Jakarta :
Jamsostek, 1999), hal. 6, dikutip Redja dalam Adrian Sutedi, Ibid.
39
ekonomi, yang apabila terus dibiarkan dapat menimbulkan konflik atau disintegrasi di
dalam masyarakat.75
seperti kecelakaan kerja, kematian, kesehatan, dan hari tua. Program tersebut tidak
sepenuhnya dibiayai oleh pemberi kerja, namun pekerja/buruh juga ikut membayar
iuran. Jenis asuransi komersial yang seutuhnya dibiayai sendiri oleh peserta sesuai
mengurangi resiko sosial dan ekonomi yang dilakukan oleh pihak swasta. Meskipun
bagi yang menjadi peserta asuransi ini terlebih dahulu dilakukan seleksi terutama
Jaminan sosial dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah ”social security”.
Istilah ini untuk pertama kalinya dipakai secara resmi oleh Amerika Serikat dalam
suatu undang-undang yang bernama ”The Social Security Act of 1935”. Kemudian
dipakai secara resmi oleh New Zealand pada tahun 1938 sebelum secara resmi
75
Adrian Sutedi, Ibid.
76
Ibid.
77
Sentanoe Kertonegoro, Jaminan Sosial : Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia,
(Jakarta : Mutiara, 1982), hal. 37, dikutip Adrian Sutedi, Ibid., hal. 182.
40
mengatakan bahwa80 :
seakan-akan jaminan sosial itu sendiri telah mencakup bidang pencegahan dan
bidang ini kalau dikaitkan lebih jauh lagi apa yang dinamakan perlindungan buruh,
sehingga amat luaslah ruang lingkupnya. Kalau membicarakan jaminan sosial bagi
pekerja dengan bertumpu pada definisi di atas, maka yang dimasukkan ke dalam
78
Zainal Asikin, et.al., Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
1997), hal. 78, dikutip Surya Perdana, Op.cit., hal. 58.
79
Ibid.
80
Ibid.
41
jaminan sosial ini hal-hal yang bersangkutan dengan : Jaminan Sosial; Kesehatan
resiko sosial ekonomi. Kemandirian berarti tidak tergantung orang lain dalam
membiayai perawatan pada waktu sakit, kehidupan dihari tua maupun keluarganya
bila meninggal dunia. Harga diri berarti jaminan tersebut diperoleh sebagai hak dan
JAMSOSTEK dilakukan secara gotong royong, dimana yang muda membantu yang
tua, yang sehat membantu yang sakit dan yang berpenghasilan tinggi membantu yang
berpenghasilan rendah.84
81
Ibid.
82
Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Edisi 1, Cetakan 1, (Jakarta :
Sinar Grafika, 2009), hal. 122.
83
”Visi dan Misi”, Op.cit.
84
Ibid.
42
A. Landasan Yuridis
No. 12 Tahun 1948 yang mengatur tentang Usia Tenaga Kerja, Jam Kerja,
Perlindungan bagi tenaga kerja diatur lagi pada tahun 1951 dengan
tahun 1952 diberlakukan Peraturan Menteri Perburuhan No. 48 Tahun 1952 jo.
Peraturan Menteri Perburuhan No. 8 Tahun 1956 tentang Pengaturan Bantuan untuk
kesehatan buruh itu kemudian dilengkapi lagi dengan Peraturan Menteri Perburuhan
No. 15 Tahun 1957 tentang Pembentukan Yayasan Sosial Buruh. Peraturan tersebut
sosial. 86
Undang-undang tentang tenaga kerja yang agak lengkap lahir pada tahun 1969.
Pada Undang-Undang No. 14 Tahun 1969 tentang Pokok-Pokok Tenaga Kerja diatur
Pada tahun 1977 Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1977
85
Adrian Sutedi, Op.cit., hal. 184.
86
Ibid., hal. 184.
43
Kematian (AK), dan Tabungan Hari Tua (THT). Bersamaan dengan itu diterbitkan
pula Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1977 tentang Perusahaan Umum (Perum)
(PT) melalui Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1990. Pada tahun 1992, Pemerintah
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang mewajibkan setiap perusahaan yang
JAMSOSTEK, yaitu Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),
Indonesia (hal ini dipertegas lagi dengan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1995
87
Ibid.
88
PT. Jamsostek, Kumpulan Peraturan Perundangan Pemerintah Mengenai Jaminan Sosial
Tenaga Kerja, (Jakarta : Jamsostek, 1999), lihat juga Depnakertrans, Himpunan Peraturan Perundang-
Undangan Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Industrial, Syarat-Syarat Kerja, PTKA dan
Perlindungan Tenaga Kerja, (Jakarta : Karya Puri Utomo, 2001), dikutip Ibid., hal 185.
44
berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta
panjang, dimulai dari Undang-Undang No. 33 Tahun 1947 jo. Undang-Undang No. 2
Tahun 1951 tentang Kecelakaan Kerja, Peraturan Menteri Perburuhan No. 48 Tahun
1952 jo. Peraturan Menteri Perburuhan No. 8 Tahun 1956 tentang Pengaturan
Pokok-Pokok Tenaga Kerja, secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga
No. 33 Tahun 1977 tentang Pelaksanaan Program Asuransi Sosial Tenaga Kerja
swasta dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Terbit pula Peraturan
89
Ibid., hal. 178.
90
Ibid.
45
perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan
Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yang
berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 dengan perubahan pada Pasal 34 Ayat
tersebut, yang kini berbunyi : “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
rasa aman kepada pekerja, sehingga dapat lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan
tenaga kerja di Indonesia terus berlanjut. Sampai saat ini, PT. Jamsostek (Persero)
91
Ibid.
92
Ibid.
93
Ibid.
46
Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Hari Tua (JHT), dan
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarganya. 94
hanya bermanfaat kepada pekerja dan pengusaha, tetapi juga berperan aktif dalam
Kota Medan
tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, mengatur 4 (empat) program pokok yang harus
Kecelakaan Kerja (JKK); Jaminan Kematian (JK); Jaminan Hari Tua (JHT); dan
No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Harian Lepas, Borongan dan
94
Ibid.
95
Ibid.
47
Perjanjian Waktu Tertentu pada Sektor Jasa Konstruksi, yang bernama Jasa
Konstruksi.
yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas
resiko social ekonomi yang menimpa peserta dan anggota keluarganya .Dalam
perjalanannya manfaat dari program jaminan social ini tidak dirasakan secara optimal
oleh peserta..
dalam pasal 28 ayat (3) dan pasal 34 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia tahun
1945.
Indonesia. Setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang
yang memadai, manfaat program ini pun jauh dari optimal karena badan
berorientasi laba.
48
Medan, baru dirasakan oleh tenaga kerja yang terorganisir saja, karena prinsip
pendanaannya berasal dari perusahaan dan tenaga kerja, namun demikian para
pekerja rela untuk dipotong gajinya untuk ikut serta dalam program JAMSOSTEK,
kewajiban perusahaan dan pekerja atas pembayaran iuran bila dibandingan dengan
penetapan iurannya sangat kecil, bila dibandingkan dengan Malaysia iuran THT 11 %
dan iuran perusahaan 12 % sedangkan iuran program THT JAMSOSTEK 5,7% yang
meliputi kewjiban perusahaan dan tenaga kerja, kondisi ini menunjukan bahwa
masih terlalu sedikit (sekitar 20%). Manfaat yang diperoleh peserta juga masih sangat
terbatas. Dapat dikatakan belum dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak,
social. Oleh karena itu diperlukan Undang-Undang baru yang diharapkan dapat
jumlah peserta, meningkatkan manfaat serta berkeadilan, atas dasar itu pemerintah
kesejahteraan dengan salah satu program jaminan soscial (Social Security) yang
sadar dengan segala resiko dalam kehidupan, juga paham arti jaminan social sampai
kegenari yang akan dating, jika telah ditumbuh kembangkan maka rakyat Indonesia
telah siap dalam bekerja dan mencintai pekerjaannya dengan baik, Negara sudah
berbuat yang terbaik kepada rakyatnya, maka sebagaimana program negara untuk
meningkatkan taraf hidup rakyat sudah dapat dinikmati seluruh rakyat, pengabdian
dan kecintaan rakyat kepada Negara sudah semakin besar, bersinergi dalam
Fungsi dan peranan program JAMSOSTEK dalam jaminan sosial yang meliputi :
Kecelakaan kerja merupakan resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja yang
melakukan pekerjaan karena pada umumnya kecelakaan akan mengakibatkan dua hal
berikut 96 :
2. Cacat atau tidak berfungsinya sebagian dari anggota tubuh tenaga kerja yang
96
Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja : Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, Ed.
Revisi, (Jakarta : Rajawali Press, 2008), hal. 116.
50
tempat kerja;
penyelenggara apabila di klaim. Hal tersebut di atas biasanya terjadi pada setiap
Besarnya jaminan kecelakaan kerja telah ditentukan dalam Peraturan Pemerintah No.
14 Tahun 1993 yang telah beberapa kali diubah. Terakhir berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 28 Tahun 2002. Jaminan yang diberikan dalam bentuk Santunan
Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB), Santunan Cacat, Santunan Cacat Total,
97
Ibid., hal. 117.
51
kerugian finansial bagi mereka yang ditinggalkan. Kerugian ini dapat berupa
kehilangan mata pencaharian atau penghasilan dari yang meninggal, dan ”kerugian”
yang diakibatkan oleh biaya perawatan selama yang bersangkutan sakit serta biaya
Jaminan kematian akan diberikan sesuai dengan besaran yang telah ditentukan
meliputi Biaya pemakaman dan Santunan berupa uang. Dan penerima biaya tersebut
kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem
tabungan hari tua. Program JHT memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang
dibayarkan pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi
98
Ibid., hal. 122.
99
Ibid.
52
tertentu
pekerja/buruh sendiri ditambah dengan iuran dari pengusaha untuk diakreditasi pada
waktu tertentu yang harus bekerja di perusahaannya lebih dari tiga bulan. Artinya
kalau mereka bekerja kurang dari tiga bulan pengusaha tidak wajib
Karena JHT sama dengan program tabungan hari tua, setiap peserta akan memiliki
rekening tersendiri pada badan penyelenggara. Selain itu, program ini merupakan
program berjangka panjang yang hanya dapat dibayarkan kembali setelah mereka
pensiun, kecuali kalau terjadi kematian, cacat tetap total, dan diputuskan hubungan
diputuskan hubungan kerja pembayaran kembali JHT dilakukan setelah masa tunggu
enam bulan. Masa tunggu maksudnya adalah suatu masa dimana pekerja/buruh yang
maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal. Oleh karena itu,
Sementara itu, JPK yang dilakukan oleh badan penyelenggara adalah paket
pemeliharaan kesehatan dasar yang meliputi : Rawat jalan tingkat pertama; Rawat
adalah orang yang berusaha sendiri yang pada umumnya bekerja pada usaha-usaha
sosial bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja pada saat
tenaga kerja tersebut kehilangan sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat
terjadinya risiko-risiko antara lain kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua
dan meninggal dunia; dan Memperluas cakupan kepesertaan program jaminan sosial
tenaga kerja.
Jenis program dan manfaat TK-LHK dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah No. 14
Tahun 1993, yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK),
Jaminan Hari Tua (JHT), terdiri dari keseluruhan iuran yang telah disetor, beserta
100
Ibid., hal. 126-127.
54
f. Jasa Konstruksi
Sektor konstruksi adalah Program Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja Harian
Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada Sektor Jasa Konstruksi
maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan proyek Jasa Konstruksi dan pekerjaan
lepas dan musiman) yang bekerja pada proyek tersebut kedalam Program Jaminan
bisa diabaikan atau dihindari kerena dapat dituntut melanggar hak azasi manusia,
peran program JAMSOSTEK tidak hanya sebagai melindungi resiko kerja terhadap
tenaga kerja dalam bekerja, tetapi dapat menjadikan para pekerja lebih percaya diri
dalam menjalani kehidupan dalam masyarakat, jika tingkat ekonomi para pekerja
daerah selain mengentaskan kemiskinan juga telah membuat tenaga kerja tidak lagi
ketergantungan kepada lingkungan jika tenaga kerja dalam bekerja mengalami resiko
kerja seperti sakit sudah dapat membiayai diri sendiri, begitu juga jika tenaga kerja
101
Ibid.
55
mengalami kematian sudah mampu mengatasi dan membiayai biaya kematian sendiri,
diharapkannya agar rakyatnya tidak bodoh, tidak miskin, tidak lapar dan tidak sakit,
di daerah , peran dalam mensukseskan program pemerintah ini tidak hanya PT.
suksesnya program pemerintah tida terlepas juga peran serta pemerintah daerah.
dan berhasil dinikmati oleh rakyat, maka pemerintah atau negara dapat dikatan sukses
dalam pembangunan ekonomi didaerah dapat salah satunya adalah berupa dana
bersifat teknis maupun non teknis, sepanjang untuk kepentingan negara di daerah
3. Mengentaskan Kemiskinan.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja berawal dari konsep asas gotong royong, dan diyakini
sangat kuat sebagai alat pemersatu masyarakat indonesia, dan ini menjadi sprit atau
formal saja, akan tetapi juga sudah merambah kepada tenaga kerja pada sektor
famili, tapi tenaga kerja tersebut harus bisa menjadi tenaga kerja yang mempunyai
harga diri, artinya tenaga kerja yang bisa dan mampu membiayai hidup serta mampu
mengatasi resiko pada saat mengalami sakit maupun pada saat usia akan menjalani
masa pensiun, pemerintah telah mencanangkan dan mendukung bahwa seperti dalam
57
Undang Undang Dasar tahun 1945 menjelaskan tentang kesejahteraan Pasal 33 ayat
satu dalam sistem yang termuat dalam program sistem jaminan sosial
kemanusiaan.
yang tinggi dalam mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu mewujudkan
Peran serta dari segenap elemen anak bangsa harus menyadari bahwa upaya
saja atau dijilid rapi dalam kemasan sebuah buku tapi harus secara serempak dan
bisa terwujud dan bagi penerus bangsa bisa merasakan manfaat sehingga dalam
seberapa banyak tenaga kerja yang sudah menikmati program JAMSOSTEK, tapi
evaluasi juga bagaimana para tenaga kerja disuatu daerah belum menikmati dan
daerah agar pemerintah daerah dapat melakukan evaluasi lagi atas program kerja
yang telah ditetapkan dengan tujuan agar penyebaran program JAMSOSTEK dapat
dinikmati secara merata kepada para tenaga kerja yang sudah bekerja dan mengapdi
kepada perusahaan.
58
Penuh harapan agar kemiskinan yang ada pada setiap daerah semakin hari
semakin terkikis dan habis, sehingga tingkat kejahatan pun semakin berkurang, maka
pelanggaran tarhadap hak azasi semakin dirasakan tidak ada lagi, program
kemakmuran bangsa dan negara, peran dan fungsi JAMSOSTEK dalam mendorong
pemerintah daerah diminta lebih inten dan jangan selelu menunda-nunda, serta juga
dalam setiap tahun penyusunan anggaran dalam pembuatan program kerja dititik
beratkan kepada program bukan hanya penanggulangan kemiskinan tapi lebih kepada
program yang menjanjikan perbaikan ekonomi mikro dan makro, serta kebijakan-
kebijakan yang sudah tidak relepan lagi agar dibahas bersama dengan pemerintah
daerah.
kepada tenaga kerja seudah berjalan, adapun tujuannya kepada pemenuhan tempat
tinggal, hanya saja masih banyak perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja
bukan sebagai karyawan tetap tapi sebagai tenaga outsourcing yang mempunyai
jangka waktu kerja, kenapa hal ini masih tetap diberlakukan, ini adalah salah satu
cara pengusaha menghindar dalam memberikan fasilitas kepada tenaga kerja, tempat
tinggal bagi tenaga kerja sangatla perlu karena tempat berkumpul dengan keluarga,
jika tenaga kerja telah memiliki tempat tinggal yang berasal bantuannya dari
perusahaan, pasti tenaga kerja tersebut lebih nyaman dalam bekerja dan pasti akan
PT. Jamsostek (Persero) sebagai badan penyelenggara jaminan sosial wajib memiliki
Kota Medan
Perlindungan tenaga kerja dalam penelitian ini adalah sebagai santunan dan
perlindungan adalah cara, proses, perbuatan melindungi. 102 Secara umum dapat
“Selalu berkaitan dengan kekuasaan. Ada dua kekuasaan yang selalu menjadi
perhatian, yakni kekuasaan pemerintah, permasalahan perlindungan hukum
102
“Lindung”, http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/., diakses pada 05 Agustus 2010.
60
Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja dituangkan dalam Pasal 28 D ayat (2)
UUD 1945, yang berbunyi : “setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan
imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja”.
perlindungan hukum bagi pekerja menurut Iman Soepomo meliputi lima bidang
103
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum dalam Negara Hukum Pancasila, Makalah
disampaikan pada Simposium tentang Politik. Hak Azasi dan Pembangunan Hukum dalam Rangka
Dies Natalis XL/Lustrum VIII, Universitas Airlangga, 3 November 1994, dikutip Asri Wijayanti,
Op.cit., hal. 10.
104
Zainal Asikin, et.al., Op.cit., hal. 5, dikutip Ibid.
105
Iman Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, (Jakarta : Djambatan, 1985), hal. IX,
dikutip Ibid., hal. 11.
61
yang dibutuhkan oleh pekerja sebelum menjalani hubungan kerja. Masa ini sering
Bidang hubungan kerja, yaitu masa yang dibutuhkan oleh pekerja sejak
dengan perjanjian kerja. Perjanjian kerja dapat dilakukan dalam batas waktu tertentu
Bidang keamanan kerja, adalah adanya perlindungan hukum bagi pekerja atas
alat-alat kerja yang dipergunakan oleh pekerja. Dalam waktu relatif singkat atau lama
akan aman dan ada jaminan keselamatan bagi pekerja. Dalam hal ini, negara
mewajibkan kepada pengusaha untuk menyediakan alat keamanan kerja bagi pekerja.
Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Pada tahun 1992, besarnya
kompensasi dan batas maksimal yang diakui oleh PT. Jamsostek (Persero) dapat
dikatakan cukup. Untuk saat ini kompensasi ataupun batas maksimal upah yang
62
penyesuaian.
Dalam hal ini setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja harus
pekerjaannya. Meskipun hanya seorang pelayan akan tetapi juga tetap harus
perusahaan. Tenaga kerja harus memperoleh hak-hak mereka secara penuh, begitu
juga sebaliknya tenaga kerja harus memenuhi kewajibannya dengan baik pula.
Sehingga, akan tercipta hubungan kerja yang dinamis antara perusahaan dengan pihak
meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Hal ini berkaitan dengan
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Tanpa harus membedakan satu dengan yang lain
63
karena pada prinsipnya tenaga kerja berhak memperoleh perlindungan. Selain itu,
dengan mengingat tenaga kerja memiliki resiko yang sangat besar dan sifat
pekerjaannya menuntut kehati-hatian dan ketelitian yang tinggi. Dengan begitu jika
ada keseimbangan antara hak dan kewajiban maka hubungan kerja dapat berjalan
dengan lancar.
Pada dasarnya dalam hubungan antara tenaga kerja dan pengusaha, secara
yuridis pekerja dipandang sebagai orang yang bebas karena prinsip negara kita tidak
seorangpun boleh diperbudak. Secara sosiologis, pekerja itu tidak bebas sebagai
orang yang terpaksa untuk menerima hubungan kerja dengan pengusaha meskipun
memberatkan bagi pekerja itu sendiri, lebih-lebih saat sekarang ini dengan banyaknya
jumlah tenaga kerja yang tidak sebanding dengan lapangan kerja yang tersedia.
Akibatnya tenaga kerja sering kali diperas oleh pengusaha dengan upah yang relatif
kecil dan tidak ada jaminan yang diberikan. Selain itu, tenaga kerja memiliki resiko
yang sangat besar dan sifat pekerjaannya menuntut kehati-hatian dan ketelitian yang
tinggi maka perusahaan harus memberikan kepastian hukum kepada tenaga kerja.
Waktu Kerja
ketentuan waktu kerja berupa cuti dan istirahat kepada pekerja, dengan cara :
bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tidak
2). Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu;
terus-menerus; dan
berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan
Kesehatan Kerja
tentunya dapat diperkirakan bagaimana riwayat kesehatan kerja saat ini. Perbudakan,
perhambaan, rodi, dan poenale sanctie yang mewarnai hubungan kerja di zaman itu
65
kerja. Para budak, para hamba, pekerja rodi, dan pekerja poenale sanctie bekerja
syarat kerja yang baik. Hal yang dicari pada waktu itu adalah pengeksploitasian
tenaga kerja secara penuh demi kepentingan pihak penjajah, sedangkan kepentingan
tenaga kerja tidak diperhatikan sama sekali. Tenaga mereka betul-betul diperas. 106
Desember 1921, rodi berakhir tanggal 1 Februari 1938, dan poenale sanctie tanggal 1
pembatasan pekerjaan anak dan wanita pada malam hari, yang dikeluarkan
dengan Ordonantie No. 647 Tahun 1925, mulai berlaku tanggal 1 Maret
1926; dan
106
Zaeni Asyhadie, Op.cit., hal. 88.
107
Ibid., hal. 89.
108
Ibid.
66
wanita, dan mengatur tentang pekerjaan anak dan orang muda di kapal, yang
merupakan pengaturan tindak lanjut dari beberapa konvensi ILO yang telah
a. Konvensi No. 4 tentang pekerjaan wanita pada malam hari, diratifikasi dengan
b. Konvensi No. 5 tentang usia terendah bagi anak untuk dapat bekerja di
c. Konvensi No. 7 tentang usia terendah bagi anak untuk dapat bekerja di kapal,
d. Konvensi No. 15 tentang usia terendah bagi orang muda untuk dapat bekerja
sebagai tukang api dan tukang batu bara, diratifikasi dengan Stb. No. 409
Tahun 1931.
peraturan lain yang dapat dikualifikasi sebagai peraturan kesehatan kerja, yang
109
Ibid., hal. 90.
67
a. Mijn politie reglement, Stb. No. 341 Tahun 1931 (peraturan tentang
pengawasan di tambang);
Timur);
perkebunan); dan
industri).
sifatnya tidak menyeluruh, artinya hanya berlaku di beberapa tempat dan golongan,
khususnya dalam bidang ketenagakerjaan adalah masalah kesehatan kerja ini. Oleh
karena itu, sewaktu negara kita berbentuk negara serikat, Republik Indonesia yang
Undang No. 12 Tahun 1948 tentang Kerja. Setelah kembali ke bentuk negara
110
Ibid.
68
dasar tentang112 :
a. Pekerjaan anak;
tentang norma kerja mulai Pasal 68, yang mana pasal ini melarang keras pengusaha
mempekerjakan anak. Anak dianggap bekerja apabila berada di tempat kerja, kecuali
kalau dikaitkan dengan ketentuan wajib belajar yang telah dicanangkan pemerintah.
Ketentuan wajib belajar pertama kali dikeluarkan tahun 1950 berdasarkan Undang-
Undang No. 4 yang menetapkan bahwa semua anak yang sudah berusia enam tahun
berhak dan yang sudah berusia delapan tahun wajib belajar sedikit-sedikitnya 6
seharusnya sedang giat-giatnya belajar, bukan bekerja. Tugas para orang tua untuk
111
Ibid., hal. 91.
112
Ibid.
113
Ibid., hal. 92.
114
Ibid.
69
serta membanting tulang, bekerja untuk membantu orang tuanya meskipun hanya
sekedar sebagai “peladen” pada tukang bangunan atau pelayan toko, dan lain-lain.
ekonomi yang menghimpit keluarga karena tidak bisa ditanggung oleh orang tua
karena itu, Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan lebih lanjut
2). Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali;
4). Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah;
115
Ibid.
116
Ibid., hal. 93.
70
7). Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Pasal 69 ayat (2)
b. Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang merupakan bagian dari
berikut :
1). Diberi petunjuk yang jelas tentang cara pelaksanaan pekerjaan serta
bakat dan minat anak yang pada umumnya muncul pada usianya tersebut tidak
yang berkaitan dengan perkembangan minat dan bakat ini, diwajibkan untuk
anak.
Hal tersebut di atas juga dapat dilihat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun
2000 tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 182 mengenai Pelarangan dan Tindakan
hal yang berkaitan dengan pekerjaan anak ini dalam Pasal 75, mengatakan bahwa :
yang bekerja di luar hubungan kerja tersebut. Upaya itu harus dilakukan secara
117
Ibid., hal. 94-95.
118
Ibid., hal. 95.
119
Ibid.
72
c. Pekerjaan wanita;
dibayangkan. Masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan, mengingat hal-hal
sebagai berikut120 :
terpengaruh oleh perbuatan negatif dari tenaga kerja lawan jenisnya, terutama
d. Para tenaga kerja itu ada yang masih gadis, ada pula yang sudah bersuami
benarnya. Seluas-luasnya emansipasi yang dituntut oleh kaum perempuan (agar dia
mempunyai kedudukan yang sama dengan pria), namun secara kodrati dia tetap
Iman Soepomo mengatakan bahwa : “memang ada kalanya badan wanita itu lemah,
yaitu pada saat harus memenuhi kewajiban alam, misalnya pada saat
melahirkan/gugur kandungan, dan bagi beberapa wanita juga pada waktu haid”.121
120
Gunawi Kartasapoetra, et.al., Hukum Perburuhan Pancasila Bidang Pelaksanaan
Hubungan Kerja, (Bandung : Armico, 1982), hal. 43, dikutip Zaeni Asyhadie, Op.cit., hal. 95.
121
Ibid., hal. 96.
73
bagi perempuan. Untuk itu maka Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
berikut 122 :
dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00. Ini bahwa
tersebut;
dengan 07.00;
perempuan yang berangkat dan bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan
05.00.
122
Ibid.
74
melaksanakan pekerjaannya;
(1) 7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) seminggu untuk 6 (enam) hari kerja
(2) 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu untuk 5 (lima) hari
Waktu kerja tersebut di atas harus diselingi waktu mengaso paling sedikit 30
Ketentuan waktu kerja yang dimaksudkan di atas tidak berlaku bagi sektor-sektor
123
Ibid., hal. 97.
75
usaha tertentu, seperti pengerjaan pengoboran minyak lepas pantai, sopir angkutan
jarak jauh, penerbangan jarak jauh, pekerjaan di kapal laut, atau penebangan hutan.124
karena pekerja/buruh harus mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat dan
mendesak, yang harus diselesaikan segera dan tidak dapat dihidari sehingga
(2) Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam
Ketentuan tentang waktu kerja lembur dan upah kerja lembur diatur dalam
124
Ibid., hal. 98.
125
Ibid.
126
Ibid., hal. 99.
127
Ibid.
76
berikut 128 :
b. Cara menghitung upah 1 (satu) jam adalah 1/173 kali upah 1 (satu) bulan;
c. Dalam hal upah dibayar secara harian, maka perhitungan besarnya upah 1
(satu) bulan adalah upah 1 (satu) hari dikalikan 25 (dua puluh lima) bagi
pekerja/buruh yang bekerja 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu, atau
dikalikan 21 (dua puluh satu) bagi pekerja/buruh yang bekerja 5 (lima) hari
d. Dalam hal upah dibayar berdasarkan satuan hasil, maka upah 1 (satu) bulan
e. Dalam hal pekerja/buruh bekerja kurang dari 12 (dua belas) bulan, maka upah
f. Dalam hal upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap maka dasar
perhitungan upah pokok dan tunjangan tetap maka dasar perhitungan upah
g. Dalam hal upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap dan tunjangan
tidak tetap, maka dasar perhitungan upah lembur adalah 75% dari upah.
128
Ibid., hal. 100.
77
- Untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah sebesar satu setengah
- Untuk setiap jam lembur berikutnya harus dibayar upah sebesar dua kali
upah sejam.
b. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari
libur resmi untuk waktu kerja enam hari kerja empat puluh jam seminggu,
maka :
- Perhitungan upah kerja lembur untuk tujuh jam pertama dibayar dua kali
upah sejam, dan jam kedelapan dibayar tiga kali upah sejam dan jam
- Apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek perhitungan upah
lembur lima jam pertama dibayar dua kali upah sejam, jam keenam tiga
kali upah sejam, jam keenam tiga kali upah sejam dan jam lembur ketujuh
c. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari
libur resmi untuk waktu kerja lima hari kerja empat puluh jam seminggu,
maka perhitungan upah kerja lembur untuk delapan jam pertama dibayar dua
kali upah sejam, jam kesembilan dibayar tiga kali upah sejam dan jam
129
Ibid.
78
waktu cuti bagi Pegawai Negeri Sipil. Bahkan, dapat dikatakan lebih banyak karena
perempuan.130
Secara yuridis, waktu cuti bagi pekerja/buruh ada empat macam, yaitu cuti
mingguan, cuti tahunan, cuti panjang, serta cuti panjang, serta cuti hamil/bersalin dan
a. Cuti mingguan
Cuti mingguan ditetapkan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1
(satu) minggu, atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Cuti
mingguan ini sebetulnya tidak tepat untuk dikategorikan sebagai cuti sebab sudah
merupakan kewajaran kalau dalam 1 (satu) minggu itu ada 6 (enam) hari kerja seperti
pegawai lainnya. Oleh karena itu, istirahat mingguan ini lebih tepat kalau dimasukkan
sebagai ”waktu kerja”. Misalnya dengan menetapkan bahwa ”waktu kerja adalah 6
(enam) atau 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu”. Jadi, dengan sendirinya 1 (satu)
atau 2 (dua) hari dalam 1 (satu) minggu itu akan dipergunakan untuk istirahat oleh
pekerja/buruh.132
b. Cuti tahunan
hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas)
130
Ibid., hal. 101.
131
Ibid.
132
Ibid., hal. 102.
79
bulan secara terus-menerus. Cuti tahunan ini harus dimohonkan kepada pengusaha,
artinya harus dengan persetujuan pengusaha. Meskipun cuti tahunan ini merupakan
mengkaji apakah pekerjaan pada saat mengajukan permohonan cuti itu sedang
menumpuk atau tidak. Jika menumpuk, pengusaha dapat menunda permohonan cuti
tahunan pekerja/buruh, atau malah dapat mengganti hak cuti ini dengan uang
c. Cuti panjang
ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah
bekerja selama 6 (enam) tahun berturut-turut pada perusahaan yang sama, dengan
ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi untuk cuti tahunan dalam 2 (dua)
diberikan uang kompensasi hak istirahat tahunan kedelapan ½ (setengah) bulan gaji.
perjanjian kerja bersama mengatur tentang hak cuti tahunan yang lebih baik dari
133
Ibid.
134
Ibid., hal. 103.
80
bulan” harus memberitahukan kepada pengusaha, dan tidak wajib bekerja untuk hari
memperoleh cuti satu setengah bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan satu
setengah bulan setelah melahirkan anak menurut perhitungan dokter atau bidan. Di
samping itu, bagi pekerja buruh perempuan yang mengalami keguguran kandungan
berhak untuk cuti yaitu satu setengah bulan sesuai dengan surat keterangan dokter
libur resmi apabila jenis dan sifat pekerjaan tersebut harus dilaksanakan atau
(c) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh pada hari libur resmi wajib
(d) Ketentuan mengenai jenis dan sifat pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam
135
Ibid., hal. 104.
81
e. Tempat kerja dan perumahan buruh : untuk semua pekerjaan tidak membeda-
Undang No. 12 Tahun 1948 tersebut memerlukan peraturan pelaksanaan yang lebih
istirahat, dan mengaso serta mengatur tata cara pengusaha untuk dapat
karena itu, sampai saat undang-undang kerja dicabut dengan Undang-Undang No. 13
Tahun 2003, tanggal 25 Maret 2003, peraturan pelaksanaan yang baru keluar hanya
136
Ibid.
82
kedua peraturan pemerintah di atas, maka hanya kedua aturan undang-undang kerja
Keselamatan Kerja
mesin, pesawat alat kerja, bahan, dan proses pengelolaannya, landasan tempat kerja
permukaan air, di dalam air, dan di udara. Sedangkan pengertian kesehatan kerja
adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh
keadaan yang sempurna, baik fisik, mental maupun sosial, sehingga memungkinkan
optimal, dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian
Keselamatan dan kesehatan kerja diatur dalam Pasal 86 ayat (1), (2), dan (3)
137
Ibid.
138
Ibid., hal. 104-106.
139
Ibid., hal. 106-108.
83
(3). Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama.
kerja;
3). Perlindungan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dan (2)
kerja. Apalagi mengingat resiko tenaga kerja sangat berat. Mengenai manajemen
kesehatan kerja yang berkaitan dengan waktu kerja harus mendapat persetujuan dari
Dinas Tenaga Kerja tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Hal ini dilakukan agar
dapat sejalan dengan undang-undang dimaksud, tetapi selalu saja di simpangi oleh
izin penyimpangan waktu kerja yang membutuhkan tanda tangan dari Kepala Seksi
ataupun Kepala Dinas, perusahaan harus menyediakan sejumlah uang untuk diberikan
kepada pejabat berwenang terkait agar dikeluarkan izin perusahaan berkaitan dengan
f. Pengupahan
yang layak bagi kemanusiaan. Dalam rangka perlindungan pengupahan dan untuk
84
ketentuan mengenai140 :
karena 142 :
a. sakit dalam 4 bulan pertama 100%, 4 bulan kedua 75%, 4 bulan ketiga 50%,
140
Payaman J. Simanjuntak, Undang-Undang yang Baru tentang Ketenagakerjaan, (Jakarta :
Kantor Perburuhan Internasional, 2003), hal. 32.
141
Ibid.
142
Ibid.
85
upah dan pembayaran lainnya menjadi kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu
hukum tenaga kerja atau pekerja. Besarnya upah yang diperoleh didasarkan atas
perjanjian kerja atau Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Provinsi.
Tabel 1
Upah Minimum Kota Medan
Nama Kota Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010
Medan 750.000 820.000 918.000 1.020.000 1.100.000
Sumber : Pemerintah Kota Medan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
No. 561/5492/K/2009 tentang Penetapan Upah Minimum Kota Medan Tahun 2010
143
Ibid., hal. 33.
86
Bagi perusahaan yang belum mengeluarkan upah seperti yang disebutkan di atas,
Apabila ada perusahaan yang sudah memberikan upah melebihi UMK agar tidak
menurunkan upah yang diberikan tersebut. Peraturan ini berlaku sejak 1 Januari 2010.
Sebagai contoh dapat dilihat pada perusahaan PT. Lafarge Cement Indonesia yang
satpamnya masih menerima Rp. 1.020.000,- seperti upah yang diterima pada tahun
Januari 2010, namun pekerja/buruh tersebut tidak menerima upah sebesar yang
orang atau dapat membayarkan upah sekurang-kurangnya Rp 1 juta rupiah per bulan
diwajibkan untuk mengikuti sistem jaminan sosial tenaga kerja ini. Namun demikian,
belum semua perusahaan dan tenaga kerja yang diwajibkan telah menjadi peserta
ketenagakerjaan di Indonesia, mencapai sekitar 70,5 juta, atau 75% dari jumlah
dirasakan terutama bagi tenaga kerja yang berpenghasilan rendah bahkan masih di
144
Yohandarwati, et.al., Op.cit., hal. 9.
87
bawah upah minimum, apabila mereka atau anggota keluarga sakit ada biaya untuk
Tabel 2
Jumlah Iuran Pembayaran
NO. PROGRAM JAMSOSTEK JUMLAH (dalam Rupiah)
1. Jaminan Hari Tua 111.921.718.691
2. Jaminan Kecelakaan Kerja 9.817.578.916
3. Jaminan Kematian 5.897.834.515
4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 21.249.751.179
Sub Total 148.886.883.301
Sumber : PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan, data tahun 2009.
Jika dilihat dari jumlah pembayaran klaim di bawah ini yang dibayarkan,
Tabel 3
Jumlah Program JAMSOSTEK yang Telah Dibayarkan
NO. PROGRAM JAMSOSTEK JUMLAH (dalam Rupiah)
1. Jaminan Hari Tua 81.550.178.536
2. Jaminan Kecelakaan Kerja 4.695.010.675
3. Jaminan Kematian 5.661.900.000
4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 11.675.014.237
Sub Total 103.582.103.475
Sumber : PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan, data tahun 2009.
didapat selisih. Selisih inilah yang akan didepositokan, obligasi, reksadana, ataupun
diusahakan dalam pasar modal yang hasilnya akan dikembalikan lagi kepada peserta.
145
“Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Melalui Jaminan Sosial
Tenaga Kerja Pada PT. Refi Chemical Industry Yogjakarta”, http://www.skripsi-
tesis.com/07/27/pelaksanaan-perlindungan-hukum-terhadap-tenaga-kerja-melalui-jaminan-sosial-
tenaga-kerja-pada-pt-refi-chemical-industry-yogyakarta-pdf-doc.htm., diakses pada 04 Agustus 2010.
146
PT. Jamsostek (Persero) Kanwil I, Op.cit., hal. 2.
147
Ibid., hal. 3.
88
Perseroan Terbatas, yang dimaksud dengan Perseroan Terbatas adalah “badan hukum
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
namun juga berperan sebagai konsumen dari produk perusahaan. Pada masa sekarag
harus diusahakan agar tenaga kerja ini betul-betul menjadi teman atau pasangan bagi
148
Murti Sumarni dan John Soepriharto, Pengantar Bisnis : Dasar-Dasar Ekonomi
Perusahaan, Edisi Ketiga, (Yogjakarta : Liberty, 1993), hal 5, dikutip Surya Perdana, Op.cit., hal. 10.
149
Ibid., hal 10-11.
89
baiknya.150
Uang atau modal usaha (money), yaitu sejumlah uang atau barang yang dibeli
dengan uang tersebut untuk membuat produk yang lain. Barang modal disini adalah
mesin, peralatan pabrik, alat-alat transportasi, dan lain-lain. Untuk itu perusahaan
cermat.151
Termasuk disini adalah bahan baku, bahan pembantu, tanah atau proses produksi
misalkan pengambilan keputusan, pemberian ide atau inisiatif dari pemikiran yang
ekonomi yang adanya serba terbatas itu dapat diwujudkan barang/jasa yang dapat
150
Ibid., hal 11.
151
Ibid.
152
Ibid.
90
akan dapat tercapai apabila didukung oleh sistem pelayanan yang baik dari pihak
perusahaan.153
Organisasi sosial adalah bersifat umum, baik yang menyangkut masalah sosial,
dengan sistem adalah kesatuan yang menyeluruh dan terorganisasikan, terdiri atas dua
atau lebih bagian atau komponen atau sub sistem yang dipisahkan oleh batas yang
yang lebih luas. Sebenarnya pengertian sistem meliputi spektrum yang sangat luas
153
Ibid.
154
Ibid., hal. 12.
155
Ibid.
91
BAB III
menyatakan : “setiap tenaga kerja berhak atas Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan
wajib dilakukan oleh setiap perusahaan dan bila tidak dilaksanakan akan dikenakan
sanksi”.156
A. Hambatan Kelembagaan
BAB II di atas maka ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi PT. Jamsostek
(Persero). Salah satunya adalah masih banyak kendala dalam sistem jaminan sosial di
(SJSN). SJSN sebenarnya sangat positif, karena akan dapat dinikmati semua lapisan
156
Thoga M. Sitorus, “Masih Banyak Pekerja/Buruh Belum Tersentuh Program Jamsostek”,
www.sinarIndonesia.com., diakses pada 10 November 2006, dikutip Adrian Sutedi, Op.cit., hal. 204.
92
administrasi badan yang mengelola program tersebut masih belum jelas. 157
negara lain, seperti Thailand, pemerintah harus menyediakan dana yang besar. Di
Thailand, untuk jaminan sosial masyarakat miskin, seperti petani dan pengangguran,
iurannya disubsidi oleh pemerintah. Adapun di Indonesia, iuran jaminan sosial untuk
Pegawai Negeri Sipil saja tidak disubsidi pemerintah. Hal ini berbeda dengan
besar.158
dan bukan persero lagi. Langkah ini dilakukan untuk menghindarkan kewajiban PT.
sehingga dana itu bisa digunakan untuk kesejahteraan kaum pekerja/buruh. Jika
Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja telah
diubah maka jaminan sosial ini akan dikelola oleh Tripartit. 159
Langkah ini cocok dengan praktik yang dilakukan di banyak negara lain. Di
persero, tetapi berupa badan yang dikelola oleh wakil pekerja/buruh dan
pengusaha.160
157
Ibid., hal. 213.
158
Ibid.
159
Ibid.
160
Ibid.
93
Pihak PT. Jamsostek (Persero) sebenarnya sudah lama menyadari hal itu dan
sudah melakuka beberapa langkah ke arah sana. Misalnya, tidak semua deviden
bentuk : kredit pemilikan rumah; bantuan untuk korban PHK; bantuan koperasi
Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Ini
perusahaan yang belum ikut serta dalam Program JAMSOSTEK dan bukan hanya
secara utuh.162
hukum bagi perlindungan pekerja di bidang JKK, JK, JHT, JPK, dan Pelayanan
Kesehatan bagi keluarga karyawan dalam satu paket. Pelanggar terhadap ketentuan
161
Ibid.
162
Gerry Silaban, “Program Jamsostek, Hambatan dan Upaya Mengejar Kepesertaan”,
http://library.usu.ac.id/download/fkm/k3-gerry2.pdf., diakses pada 19 Agustus 2010, hal. 3-4.
94
ini diancam sanksi hukum berupa denda sebesar Rp. 50 juta atau 6 bulan kurungan
penjara.163
Provinsi dan Disnakertrans (Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi) sebagai pengawas
Medan wajib melaporkan hal tersebut ke Kepolisian untuk diproses lebih lanjut.
terhadap karyawan/buruh.
Dalam hal teguran tersebut tidak digubris, barulah laporan dibuat Berita Acara
Pemeriksaan (BAP) oleh Kepolisian untuk diserahkan kepada Kejaksaan agar dituntut
jalan terakhir terhadap pelanggaran Program JAMSOSTEK dan ini pekerjaan yang
tidak ringan mengingat jumlah pegawai Pengawas Disnaker yang tersedia saat ini
terbatas hanya 1.194 orang, kemudian kemungkinan terjadinya ”main mata” (kolusi)
antara oknum pengawas dengan pengusaha dan adanya perusahaan yang dilindungi
163
Ibid.
95
oleh pejabat sehingga kebal hukum. Walaupun demikian, hingga 31 Maret 1995
sebanyak 30.963 perusahaan yang telah diperiksa, 119 diantaranya sudah masuk
Berita Acara Pemeriksaan (BAP), sedangkan yang sudah dijatuhi hukuman oleh
Tidak Maksimal
Sumatera Utara melalui Tim KF yang tugasnya, antara lain : penyelesaian kasus-
Tim KF tersebut belum berjalan maksimal. Terbukti dari masih banyaknya keluhan
yang datang dari daerah-daerah (kabupaten/kota) saat diadakannya sosialiasi oleh PT.
berfungsi dan masih banyak yang belum memiliki data kepesertaan Program
JAMSOSTEK. Selain itu, agar Tim KF provinsi lebih pro-aktif dalam melakukan
koordinasi. 165
164
Ibid.
165
Ibid., hal. 207.
96
Apabila kelemahan dari PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan ditinjau dari
segi Sumber Daya Manusia-nya maka akan ditemui jumlah Account Officer dengan
menimbulkan adanya area kosong dan atau perusahaan peserta dan belum peserta
yang dihadapi apabila mereka mengajukan klaim ke PT. Jamsostek (Persero). 166
Hanya Program Jaminan Kesehatan saja yang dianggap relatif bersih dari masalah
pensiun dini, seperti yang terjadi pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia mulai
tahun 1997. Dalam hal ini, dana JAMSOSTEK ternyata telah menjadi pengganti
(substitutes) bagi dana asuransi pengangguran, yang sampai saat ini belum ada di
Indonesia. Akibat dari penarikan dana awal ini, jumlah dana yang ada di PT.
166
Selma Widhi Hayati & Munir, “Questioning the Social Security System in Post-Suharto
Indonesia”. (Asian Labor Updates, Issue 35, June-August, 2000), dikutip Adrian Sutedi, Op.cit., hal.
210.
167
Chad Leechor, Reforming Indonesia’s Pension System, Policy Research Working Paper
No. 1677, (Washington DC : The World Bank, Oktober 1996), hal. 36, dikutip Adrian Sutedi, Op.cit..
97
kemampuan PT. Jamsostek (Persero) untuk membayar klaim para pensiunan di masa
depan.168
hal-hal yang perlu diperbaiki dalam pengaturan dan pengelolaan program ini.
Misalnya, biaya administrasi PT. Jamsostek (Persero), yaitu sebesar 11,7% dari total
pungutan PT. Jamsostek (Persero), jauh lebih tinggi daripada biaya administrasi
dan di Singapura hanya 0,5%. Juga tidak ada laporan keuangan atau laporan kinerja
PT. Jamsostek (Persero) yang disediakan untuk dan dapat diakses oleh para peserta
menyebabkan penggunaan dana yang tidak sesuai dengan tujuan program ini
sendiri. 170
Secara objektif akan sangat sulit untuk menjadikan Program JAMSOSTEK sebagai
tetap seperti sekarang. Pertama, jumlah angkatan kerja Indonesia sangat besar, akan
sangat sulit bagi perusahaan manapun untuk mencapai dan mengelola jumlah nasabah
sebesar itu. Selain itu, kinerja PT. Jamsostek (Persero) dalam mengelola program
jaminan sosial masih belum maksimal. Investasi dalam bentuk deposito merupakan
hal yang umum pada dana pensiun lainnya di Indonesia, baik yang diadakan oleh
168
International Labor Organization, Op.cit., hal. 90, dikutip Adrian Sutedi, Op.cit.
169
Ibid.
170
Ibid.
98
pemerintah maupun sektor swasta memerlukan banyak perbaikan. Oleh karena itu,
berlaku hingga kini perlu dihapuskan karena sistem ini justru merupakan faktor
yaitu sekitar dua pertiga bagian dari total pekerja/buruh. Walaupun perkembangan
tetapi hal ini hanya akan tercapai dalam jangka waktu yang sangat panjang. Oleh
B. Hambatan Eksternal
Hal lain yang perlu diwaspadai adalah adanya tudingan dari sejumlah
diperbolehkan untuk menjalankan program jaminan sosial bagi tenaga kerja Indonesia
tersebut. Usulan ini adalah contoh dari semangat liberalisasi yang salah arah.173
171
Titik Anas, Op.cit., dikutip Adrian Sutedi, Op.cit., hal. 212.
172
Ibid.
173
Ibid., hal. 214.
99
tentu menjadi lebih baik, tetapi justru bisa terancam. Misalnya, perusahaan swasta itu
bisa untung, tetapi juga bisa bangkrut. Jika kondisi buruk itu terjadi, siapa yang akan
memberikan jaminan sosial bagi pekerja/buruh dan akan cenderung lepas tangan.
Sebaliknya, lewat PT. Jamsostek (Persero) atau badan yang akan dibentuk
nanti, pemerintah dapat menjamin hak-hak kaum pekerja/buruh tersebut. Jika yang
dipersoalkan adalah pelayanan yang kurang baik atau belum optimal, pihak PT.
Jamsostek (Persero) tentunya tidak menutup diri dan berbesar hati menerima kritik.
Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dengan
174
Ibid.
175
Ibid.
100
Jamsostek bagi Tenaga Kerja yang Melakukan Pekerjaan di Luar Hubungan Kerja,
security).176
bagi pekerja/buruh bersifat wajib dan bahkan merupakan hak, yaitu terdiri atas JKK,
JK, JHT, dan JPK. Secara jelas dan terinci pelaksanaannya diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 14 Tahun 1993, Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang
Penyakit yang Timbul karena Hubungan Kerja dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Sosial Tenaga Kerja. Pembayaran iuran JAMSOSTEK wajib dibayar oleh pengusaha
dan pekerja/buruh. Iuran yang ditanggung pengusaha adalah iuran JKK, JK, dan JPK,
Besarnya iuran JKK terdiri atas lima tarif sesuai dengan tingkat resiko kecelakaan
dengan persentase dari 0,24% - 1,74% dari upah sebulan; iuran JK sebesar 0,3% dari
upah; iuran JPK 3% dari upah bagi pekerja/buruh lajang dan 6% dari upah bagi
untuk iuran JHT sebesar 5,7% yang ditanggung bersama, yaitu 3,7% oleh pengusaha
176
Ibid., hal. 205.
177
Ibid.
101
yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang telah diatur. Dalam hal ini, pengusaha
perubahannya dan daftar kecelakaan kerja di perusahaan. Selain itu, pengusaha juga
JAMSOSTEK.178
dapat dilihat dari masih banyaknya tuntutan dan protes yang datang dari kalangan
ketenagakerjaan dan secara luas beritanya disiarkan oleh surat kabar dan media
elektronik, baik nasional maupun daerah. Namun, tampaknya belum juga ada
178
Ibid.
179
Ibid.
102
aktif Program JAMSOSTEK dan tentunya sangat merugikan para pekerja/buruh dan
perlu penanganan secara khusus.180 .Sedangkan perusahaan yang terdaftar per Juni
2010 adalah 18.419 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 1.973.247 untuk Kantor
Wilayah I. 181
Tabel 4
Total Peserta Program JAMSOSTEK
JENIS AKTIF NON-AKTIF JUMLAH
Perusahaan 10.390 8.029 18.419
Tenaga Kerja 530.218 1.443.029 1.973.247
Sumber : PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan, data per bulan Juni 2010.
Dari Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa perusahaan yang tidak aktif dalam
Program JAMSOSTEK hampir ¾ dari jumlah peserta perusahaan. Dilihat dari tenaga
kerjanya dengan jumlah peserta 1.973.247 yang tidak aktif dalam Program
JAMSOSTEK adalah 1.443.029, menunjukkan bahwa peserta tenaga kerja yang tidak
masih sangat rendah. Belum lagi faktor adanya pelanggaran pelaksanaan program
yaitu masih dijumpai Perusahaan Daftar Sebagian Upah (PDS Upah), artinya
perusahaan tidak melaporkan upah yang sebenarnya (upah pokok + tunjangan tetap)
dari seluruh pekerja/buruh, tetapi yang dilaporkan hanya sebatas UMP/UMK atau
180
Ibid., hal. 206.
181
PT. Jamsostek (Persero) Kanwil I, “Executive Summary dan Key Performance Indicator
per Bulan Juni 2010”, (Medan : Jamsostek Kanwil I, 2010), hal. 1.
103
upah pokok saja. Demikian juga jumlah pekerja/buruh yang didaftarkan hanya
sebagian saja (PDS TK), artinya tidak semua didaftarkan. Misalnya, jumlah pekerja
500 orang yang didaftar hanya 250 orang saja dan juga hanya mendaftar sebagian
program dari empat program (PDS Program) dan perusahaan yang masih menunggak
iuran. 182
perusahaan sendiri apabila benefit program asuransi tersebut lebih besar daripada
Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah kebenaran data upah, yang
dilaporkan oleh perusahaan kepada PT. Jamsostek (Persero), karena upah sangat
dianggap ”menyunat” jaminan yang menjadi haknya. Hal semacam ini pernah
terjadi. 184
182
Adrian Sutedi, Loc.cit.
183
Ibid.
184
Ibid.
104
sebenarnya cukup membesarkan hati. Hal ini seiring dengan meningkatnya kesadaran
kerjanya.
kerja untuk kesejahteraan tenaga kerja. Seperti tenaga kerja mengalami resiko kerja
pada saat bekerja perusahaan berkewajiban untuk memberikan pelayanan dan bantuan
serta perawatan.
kerjanya lebih profesional dan memenuhi standar sebagai mana diatur dalam
inilah yang perlu diubah cara berpikirnya sehingga dengan mengikutsertakan tenaga
185
Ibid.
105
pekerja sehingga tenaga kerja tidak lagi kawatir terhadap resiko kerja yang dihadapi
dalam membayar iuran, maka mereka dihimpun dalam satu wadah yang sejenis dalam
bentuk koperasi, seperti Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), sopir taksi/angkot di
pedagang kaki lima, dan lain-lain. Dalam jabatan profesi, seperti wartawan (PWI),
Ikatan Kerja Sama (IKS) dengan PT. Jamsostek (Persero) sebagai mitra kerja. Wadah,
koperasi, atau organisasi tersebut mempunyai penanggung jawab yang bertugas untuk
peserta atas jaminan, memperingati peserta yang menunggak iuran dan melaporkan
186
Ibid., hal. 208.
106
bertahap sesuai kebutuhan dan kemampuan dari tenaga kerja bersangkutan. Adapun
luar hubungan kerja ini, dapat segera ditindaklanjuti oleh instansi ketenagakerjaan
bekerja sama dengan PT. Jamsostek (Persero) setempat dengan melakukan sosialisasi
Hal lain yang perlu diwaspadai adalah adanya tudingan dari sejumlah
diperbolehkan untuk menjalankan program jaminan sosial bagi tenaga kerja Indonesia
tersebut. Usulan ini adalah contoh dari semangat liberalisasi yang salah arah.188
tentu menjadi lebih baik, tetapi justru bisa terancam. Misalnya, perusahaan swasta itu
bisa untung, tetapi juga bisa bangkrut. Jika kondisi buruk itu terjadi, siapa yang akan
memberikan jaminan sosial bagi pekerja/buruh dan akan cenderung lepas tangan.
187
Ibid.
188
Ibid., hal. 214.
107
Sebaliknya, lewat PT. Jamsostek (Persero) atau badan yang akan dibentuk
nanti, pemerintah dapat menjamin hak-hak kaum pekerja/buruh tersebut. Jika yang
dipersoalkan adalah pelayanan yang kurang baik atau belum optimal, pihak PT.
Jamsostek (Persero) tentunya tidak menutup diri dan berbesar hati menerima kritik.
karena didorong oleh beberapa hal. Pertama, tidak seperti program jaminan sosial di
diperolehnya dari peserta yang lebih kaya ke peserta yang lebih miskin. Disamping
itu, Program JAMSOSTEK juga tidak mempunyai jaminan minimum atas jumlah
pensiun yang akan diperoleh para peserta pada saat mereka pensiun. Kedua, peserta
JAMSOSTEK hanya akan menerima jumlah dana yang telah disetorkan kepada PT.
Jamsostek (Persero) ditambah dengan bunga tetap dan tidak menerima bagian dari
tabungan hari tua (provident fund), serta bukan sebuah sistem asuransi sosial dimana
189
Ibid.
190
Ibid.
191
Ibid., hal. 209.
108
selain merupakan tabungan hari tua, jaminan sosial juga berfungsi sebagai sistem
yang mempunyai sistem asuransi sosial, fungsi redistribusi, jaminan minimum, dan
masuknya hasil investasi jaminan sosial sebagai bagian dari paket pensiun diterima
perusahaan untuk mengikuti program jaminan sosial sangat berkurang. Hal ini
dibuktikan dengan temuan yang menyebutkan bahwa hanya sekitar 50% dari
menyetor iuran ke PT. Jamsostek (Persero). Jumlah ini menunjukkan bahwa banyak
membawa manfaat untuk mereka, sehingga mereka tidak mau mengikuti Program
JAMSOSTEK.193
(provider PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan), belum memenuhi harapan. Tidak
jarang peserta JAMSOSTEK harus menanggung sendiri obat yang dibutuhkan. Oleh
192
Ibid.
193
International Labor Organization, Social Security and Coverage for All : Restructing the
Social Security Scheme in Indonesia – Issues and Options, (Jakarta : International Labor Organization,
2003), hal. 63, dikutip Adrian Sutedi, Op.cit., hal. 209.
109
karena itu, banyak perusahaan yang keluar dari Program JAMSOSTEK dan
melaksanakan sendiri pelayanan kesehatan melalui rumah sakit yang lebih baik,
194
Ibid.
110
BAB IV
DI KOTA MEDAN
Tenaga kerja atau buruh adalah aset, sebagai aset mereka harus diperhatikan,
dan kesehatan bagi pekerja, maka akan tercipta suasana aman dan kenyamanan dalam
bekerja. Hal ini akan berpengaruh besar terhadap peningkatan produktivitas kerja
upaya yang dilakukan terbagi atas dua jenis yaitu : upaya eksternal dan upaya internal.
represif dengan menindak tegas perusahaan yang abaikan program jaminan sosial
dilindungi UU Nomor 3/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Saat ini rata-rata
upah minimum provinsi Rp. 600.000,- hingga Rp. 700.000,- per bulan. di Jakarta
195
Sidik M. Nasir, “Meningkatkan Pelayanan Jamsostek di Tengah Peserta Awam”, Koran
Pelita, 19 November 2008, hal. 8, seperti yang dikutip Adrian Sutedi, Op.cit., hal. 215.
111
UMP sebesar Rp. 972.000,- per bulan. Artinya, jika sebuah perusahaan
Program JAMSOSTEK.
santunan, satu lagi tidak terdaftar dan tak mendapat santunan. Sebelumnya, seorang
pilot tewas ketika sedang bertugas dan upah yang dilaporkan Rp. 1 juta per bulan. 196
perusahaan ada yang terdaftar, tapi ada juga yang tidak. Ada yang upahnya
perusahaan asing. Rata-rata penanam modal asing lebih taat dan melaporkan upah
Sudinnaker) dan aparat penegakan hukum (kepolisian dan kejaksaan) sudah saatnya
196
“Pengusaha yang Abaikan Jamsostek Ditindak Tegas”,
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=46246., diakses pada 27 Agustus 2010.
197
Ibid.
198
Ibid.
199
Ibid.
112
hingga enam bulan bagi mereka yang melanggar. Saat ini, rata-rata lima pekerja
adalah agar produktivitas perusahaan meningkat. Bentuk kerja sama ini akan
ditindaklanjuti dengan perjanjian kerja sama. Nota kesepahaman atau M.o.U tersebut
akan dibuat antara PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan dengan Serikat
Pekerja/Buruh yaitu SPSI, SBSI, dan Apindo, pada sektor keagamaan juga sudah
dilakukan.
Hal ini ditempuh agar para sintua (penatua) di seluruh Indonesia otomatis akan dapat
sinergi yang sama-sama membawa mission sacre (misi suci) dalam memberikan
perlindungan kepada pekerja, sementara pelayan HKBP seperti pendeta dan sintua
200
Ibid.
201
Sanco Manullang, “Upaya Peningkatan Pelayanan, Pimpinan HKBP Kunjungi PT.
Jamsostek (Persero) Cabang Medan”, Harian Sinar Indonesia Baru, Rabu, 17 Juni 2009.
113
(penatua) dan para pekerja di Gereja yang mengalami sakit, hamil, kecelakaan kerja,
meninggal dan lainnya akan ada jaminan yang diperolehnya. Jaminan Kematian dan
uang kubur yang disediakan Jamsostek cukup besar, mencapai Rp. 16,8 juta, akan
sangat membantu keluarga yang ditinggalkan, sementara iuran yang dibayar hanya
Rp. 3.000,- per bulan. Ini menandakan, Program JAMSOSTEK sangat bermanfaat
dan selalu bersama-sama, saling membantu, baik hidup maupun mati. Artinya, orang
tidak akan takut meninggal, sebab yang meninggal tidak meninggalkan beban.202
program unggulannya kepada para pengusaha juga harus diikuti sosialisasi kepada
para buruh/pekerja, sehingga keduanya mengerti dan sama-sama memahami apa yang
buruh/pekerja kepada PT. Jamsostek (Persero), ada beberapa terobosan yang bisa
hanya memeriksa kelengkapan berkas untuk diurus ke kantor, tetapi juga dapat
menentukan pesertanya mendapat jaminan rawat inap atau tidak. Begitu pula ketika
202
Ibid.
203
Ibid.
114
pasien akan pulang dari rumah sakit, cukup mengurus di rumah sakit tersebut. Hal ini
buruh/pekerja peserta atau keluarga yang sedang dirawat di rumah sakit, sekaligus
memberikan dukungan penuh kepada pasien sehingga cepat pulih dan sembuh dari
penyakit.205
para buruh/pekerja peserta lambat laun dapat menghilangkan image negatif yang
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yakni harus mengutamakan berbagai
jaminan kepada peserta JAMSOSTEK seperti JKK, JK, JHT, dan JPK dan lainnya
yang diamanatkan oleh undang-undang tersebut. Hal terpenting lagi, yakni dana iuran
204
Ibid.
205
Ibid.
206
Ibid.
207
Ibid., hal. 216.
115
peserta tidak akan berkurang bahkan JHT-nya bertambah besar, bahkan harus lebih
JAMSOSTEK, kenyataannya baru sekitar 31% jumlah tenaga kerja yang tercatat
Untuk ini PT. Jamsostek (Persero) perlu kerja keras disamping membenahi
yang dimiliki;
208
Ibid.
209
Ibid.
210
Ibid.
116
petugas PT. Jamsostek (Persero), maka pelayanan dapat diupayakan satu hari
selesai (one day services) 211 . sehingga tidak ada lagi kesan dari peserta
terlambat; dan
Keberadaan PT. Jamsostek (Persero) patut untuk disambut dengan baik karena
tujuannya untuk meringankan beban para pekerja dari bahaya risiko pekerjaan yang
operasionalnya PT. Jamsostek (Persero) tentunya tidak terlepas dalam hal mencari
keuntungan dari usaha yang dijalankan disamping menghimpun dana (rising fund)
santunan (klaim) tenaga kerja. Diharapkan dalam menghimpun dana tersebut pihak
PT. Jamsostek (Persero) tidak hanya berdiam diri saja, sebaiknya diupayakan
211
Wawancara dengan Kepala Cabang Medan PT. Jamsostek (Persero), Medan, 18 Agustus
2010.
117
Suatu hal yang tidak kalah penting bahwa PT. Jamsostek (Persero) harus
mampu menimbulkan etos kerja dan semangat kerja sebagai upaya untuk
Communication-IMC)
JAMSOSTEK.213
pengendalian pesan suatu merek untuk dapat menciptakan hubungan jangka panjang
dengan pelanggan. Jadi, IMC merupakan suatu sinergi, kreativitas, integrasi, dan
apabila kita sudah mengidentifikasikan satu per satu pesan inti yang mengarahkan
pada satu ide kreatif besar dan dapat pula diimplementasikan pada segala bidang yang
212
Sanco Manullanag, Loc.cit.
213
Wawancara dengan Kepala Cabang Medan PT. Jamsostek (Persero), Loc.cit.
214
Tom Duncan, Principles of Advertising and Integrated Marketing Communication, 2nd
Edition, (New York : McGraw Hill, 2005), dikutip Freddy Rangkuti, Strategi Promosi yang Kreatif
dan Analisis Kasus Integrated Marketing Communication, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2009),
hal. 29.
118
sewa mobil Avis berjalan selama beberapa tahun, dan pertimbangan unsur-unsurnya
dengan jelas dan berhati-hati. Usaha Avis ternyata cukup berhasil. Setiap berhadapan
dengan audiens sasaran ia selalu mengatakan, ”Karena kami hanya menjadi nomor
dua di dunia maka kami akan terus melakukan upaya ekstra untuk memenangkan dan
Di pasar konsumen, jeans Levi’s juga telah mampu membangun image dalam
pikiran kita. Komunikasi yang dilakukan jeans Levi’s, baik melalui iklan pada
berbagai media massa (TV, Radio, Surat Kabar, dan Majalah), promosi pada toserta,
maupun melalui teknik-teknik lain selalu menyampaikan pesan inti yang sama. Model
komunikasi tersebut akan mudah dimengerti kapan pun kita melihat dan
secara jelas. Dalam IMC, teknik komunikasi yang lengkap dan komprehensif akan
audiens khusus.218
215
Ibid.
216
Ibid.
217
Ibid.
218
Ibid.
119
Dalam hal berbicara mengenai PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan, yang
lain219 :
1. Rata-rata penambahan perusahaan pada Program JKK, JK, dan JHT dari
Januari – Juli 2008 sebesar 106.29 perusahaan dan tenaga kerja 7.746 orang
per bulan;
219
Mas’ud Muhammad, “Peran Komunikasi Pemasaran Terpadu Dalam Meningkatkan Citra
dan Laju Kepesertaan Jamsostek di Wilayah I”, disampaikan pada Executive Management
Development Program (EMDP) LPPM, Jakarta 23 Januari 2009, hal. 13-18.
220
Wawancara dengan Kepala Cabang Medan PT. Jamsostek (Persero), Op.cit.
120
2. Rata-rata penambahan perusahaan pada Program JPK dari Januari – Juli 2008
dilaksanakan;
11. Pembangunan website resmi PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan, pernah
1. Penambahan peserta Pada Program JKK, JK, dan JHT dari Januari – Juni
221
“Evaluasi Kinerja Semester I 2010 Bagian Pengendalian Operasi”, disampaikan pada
Rapat Pimpinan Kanwil I, Medan 5-6 Agustus 2010, hal. 8-9.
121
2. Penambahan peserta Pada Program JPK dari Januari – Juni 2010 sebesar 188
bulan;
4. Release berita di media cetak & elektronik sangat minim, dengan cara
massa (Surat Kabar, Tabloid, Majalah, Radio, Televisi, dan Media lainnya);
Instansi Penegak Hukum, Pimpinan Klinik & Rumah Sakit), dilakukan secara
berkala;
konferensi pers;
terealisasi;
tahun;
baik;
manfaat optimal”,
Program JAMSOSTEK;
222
Mas’ud Muhammad, Op.cit.
123
Adapun hasil yang dicapai dalam penerapan IMC pada PT. Jamsostek
terkait lainnya (Apersi, Apindo, SPSI, IDI, KADIN, dan lain sebagainya);
2008;
223
Ibid.
124
2008;
10. Hubungan dengan mitra kerja seperti Dinas Tenaga Kerja, Serikat Pekerja,
14. Timbul kesadaran perusahaan dan tenaga kerja mendaftar menjadi peserta
16. Meningkatnya berita positif PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan yang
BAB V
A. Kesimpulan
Hasil penelitian dengan judul “Analisis Juridis Terhadap Fungsi dan Peran
Program Jamsostek dalam Perlindungan Hukum Tenaga Kerja di Kota Medan”, baik
Medan masih belum maksimal dilakukan oleh badan penyelenggara yaitu PT.
assosiasi pengusaha serta aparat penegak hukum belum memaknai secara utuh
secara berkesinambungan.
B. Saran
Setelah menyimpulkan riset ini maka dalam penelitian ini mengusulkan saran-
1. Disarankan kepada pihak PT. Jamsostek (Persero) dan Departemen Tenaga Kerja
lancar sesuai dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.
2. Perlunya sosialisasi Program JAMSOSTEK kepada semua pihak agar dapat lebih
3. Agar pelayanan dan perlindungan terhadap tenaga kerja lebih baik maka sumber
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Rajawali
Press, 2010.
Rangkuti, Freddy., Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated
Marketing Communication, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2009.
Sutardji, Analisis Kepuasan Peserta Jamsostek pada Kantor Cabang PT. Jamsostek
(Persero) Semarang, Surakarta : Tesis, Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Jamsostek (Persero) Kanwil I, PT., “Perusahaan Wajib Belum Daftar”, Medan : Data
Perusahaan Potensi, 2010.
“PLN Buka Tender Listrik Swasta Maret 2010”, Kamis, 04 Februari 2010,
http://www.kontan.co.id/index.php/nasional/news/29404/PLN-Buka-Tender-
Listrik-Swasta-Maret-2010, diakses pada 04 Februari 2010.
Soekarno J., Rahardi., “20 Persen Penduduk Madura Terserap Jadi Tenaga Kerja”,
Selasa, 02 Juni 2009, http://www.beritajatim.com/detailnews.php
/1/Ekonomi/2009-06-02/36079/20_Persen_Penduduk_Madura_Terserap_Jadi
_Tenaga_Kerja, diakses pada 04 Februari 2010.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2002 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
Pemerintah No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 No.
53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4203.
Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2005 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan
Pemerintah No. 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Sosial Tenaga Kerja, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 No.
147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4582.
132
Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 No. 14, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia No. 3468.