You are on page 1of 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehadiran masa menopause pada wanita memiliki dampak psikologis
yang perlu dipahami untuk menjaga kesejahteraan hidup manusia, dalam masa
menopause juga 'mengalami transisi atau krisis dalam kehidupannya, baik dalam
pekerjaan, rumah tangga, hubungan sosial, dan lain-lain yang semuanya itu dapat
memicu timbulnya stress pada wanita menopause.(Bromwich Peter 1989).
Menopause merupakan suatu tahap dimana wanita tidak lagi mendapatkan siklus
menstruasi yang menunjukkan berakhirnya kemampuan wanita untuk
bereproduksi. Secara normal wanita akan mengalami menopause antara usia 40
tahun sampai 50 tahun. Pada saat menopause, wanita akan mengalami perubahan-
perubahan di dalam organ tubuhnya yang disebabkan oleh bertambahnya usia.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa menopause merupakan suatu proses
peralihan dari masa produktif menuju perubahan secara perlahan-lahan ke masa
non produktif yang disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan
progesteron seiring dengan bertambahnya usia. Meski kata menopause hanya
mengandung arti akhir masa menstruasi, walaupun demikian dalam penggunaan
secara umum menopause mempunyai makna masa transisi atau masa peralihan,
dari beberapa tahun sebelum menstruasi terakhir sampai setahun sesudahnya. Hal
itu disebabkan karena keluaran hormon dari ovarium (indung telur) berkurang,
masa haid menjadi tidak teratur dan kemudian lenyap sama sekali. Dengan
lenyapnya haid ini maka wanita sudah memasuki suatu masa peralihan yaitu masa
menopause.(Anonymous,2008)
Sekresi hormon estrogen turun pada wanita menopause akibat atrofi
ovarium yang terjadi secara alami. Setelah menopause atau pasca ovarektomi
cenderung terjadi peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol LDL sementara
reseptor untuk LDL menjadi berkurang. Estrogen berperan dalam keseimbangan
kolesterol LDL dan kolesterol HDL dengan sifat meningkatkan kolesterol HDL
2

dan menurunkan kolesterol LDL. Pemberian estrogen per oral juga dapat
menurunkan kolesterol total dan melindungi LDL dari oksidasi. Peningkatan
kolesterol total dan kolesterol LDL dan penurunan kolesterol HDL serta
peningkatan rasio LDL/HDL merupakan faktor risiko terjadinya atherosklerosis
dengan segala akibatnya.
Isoflavone yang banyak terdapat pada protein kedelai dan produk kedelai
seperti tofu, tempe, minuman sari kedelai, tepung kedelai dan makanan konsentrat
protein kedelai termasuk fitoestrogen yang secara struktural dan fungsional mirip
dengan estrogen sehingga kedelai memiliki sifat estrogenik.(Anonymous 2009)
HDL kolesterol (high density lipoprotein cholesterol) atau kolesterol
lipoprotein berkepadatan rendah, juga dikenal sebagai kolesterol baik. Peranan
kolesterol HDL adalah membawa kembali kolesterol buruk ke organ hati untuk
pemrosesan lebih lanjut. Kolesterol ini tidak berbahaya. Kolesterol HDL
mengangkut kolesterol lebih sedikit dari LDL dan sering disebut kolesterol baik
karena dapat membuang kelebihan kolesterol jahat di pembuluh darah arteri
kembali ke hati, untuk diproses dan dibuang. HDL mencegah kolesterol
mengendap di arteri dan melindungi pembuluh darah dari proses Aterosklerosis
(terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah).(Anonymous 2009)
Data dari WHI (Women Health Initiative) USA menunjukkan bahwa
pemakaian TSH (Terapi sulih hormon) di dunia saat ini dibatasi dengan kontrol
yang sangat ketat karena dalam pemakaian 5-7 th akan timbul efek samping yaitu
dengan ditemukannya keganasan payudara 33,8%, masalah kardiologi 34,4%,
stroke 49,1%, tromboemboli 125,3% pada pemakainya. Oleh karena itu dimulai
mencari pengganti estrogen alamiah yang dianggap dapat mengambil alih posisi
estrogen sebagai TSH, namun aman dan tidak menyebabkan keganasan,
pendarahan. (Anonymous 2008)
Mengingat banyaknya kendala dalam pemakaian TSH seperti takut terkena
kanker payudara, harus digunakan jangka panjang, banyaknya efek samping dan
harga yang relatif mahal maka perlu dicari alternatif lain sebagai pengganti TSH
yang dapat memenuhi kriteria alami, murah, berasal dari tanaman, efektif, dan
dapat diterima oleh wanita menopause. Alternatif lain itu adalah fitoestrogen. Fito
3

artinya tanaman sedangkan estrogen maksudnya memiliki struktur kimia dan


khasiat biologi menyerupai estrogen. Struktur kimia fitoestrogen sebagian besar
bukan steroid sedangkan estrogen umumnya adalah steroid. Fitoestrogen terdiri
dari : Isoflavons (genistein, daidzein dan glycetein), Coumestan (coumesterol),
lignan (matairesinol, secoisolariciresinol, enterodiol).(Anonymous 2002)
Fitoestrogen, yakni senyawa mirip estrogen yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan, terutama dari produk polong-polongan (kedelai), gandum, kacang-
kacangan, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Fitoestrogen dapat ditangkap oleh
penerima (reseptor) estrogen dalam tubuh dan akhirnya akan memberikan efek
hormon dan antihormon. Pada fitoestrogen terdapat 3 jenis yaitu Isoflavons,
coumestans, dan lignans. Isoflavon tidak hanya berperan pada organ reproduksi
tetapi juga berperan pada kesehatan jantung. Pada masa premenopause perempuan
memiliki perlindungan terhadap penyakit kardiovaskular dengan adanya
perlindungan hormon estrogen terhadap endotel. Setelah memasuki masa
menopause saat kadar hormon estrogen berkurang, insiden penyakit
kardiovaskular pada perempuan sama dengan laki-laki. Mekanisme isoflavon
dalam mencegah penyakit kardiovaskular adalah melalui penurunan kolesterol.
Isoflavon terbukti menurunkan kolesterol total, meningkatkan HDL, menurunkan
trigliserida, dan mencegah oksidasi kolesterol LDL. Karena mengandung
isoflavon yang terdiri dari atas genistein, daidzein dan glicitein, prtein kedelai
dapat menurunkan resiko penyakit kardiovaskulas.(Subhan 2008)
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang
“Pengaruh pemberian nutrisi Kedelai (Glycine max. L. Merril) Terhadap
kenaikan Kadar HDL Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang
diovarioktomi (Model Menopause)”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh pemberian nutrisi kedelai (Glycine max. L. Merril)
terhadap kenaikan kadar HDL (Hight Density Lipoprotein) pada tikus putih
(Rattus norvegicus) Model Menopause yang diberi nutrisi kedelai dan yang
4

tidak diberi nutrisi kedelai (kontrol) ?


2. Pada dosis berapakah pemberian nutrisi kedelai (Glycine max. L.
Merril) pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang berpengaruh paling baik
terhadap kenaikan kadar HDL ( Hight Density Lipoprotein) ?

1.3 Tujuan Penelitian


Dari rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian nutrisi kedelai (Glycine
max. L. Merril) terhadap kenaikan kadar HDL (Hight Density Lipoprotein )
pada tikus putih (Rattus norvegicus) model Menopause yang diberi nutrisi
kedelai dan yang tidak diberi nutrisi kedelai (kontrol) ?
2. Untuk mengetahui pada dosis berapakah pemberian nutrisi kedelai
(Glycine max. L. Merril) pada tikus putih (Rattus norvegicus) yang
berpengaruh paling baik terhadap kenaikan kadar HDL ( Hight Density
Lipoprotein) ?

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Secara Teoritis :
a. Menambah ilmu pengetahuan khususnya di bidang pengobatan
b. Memperkaya penelitian mengenai tanaman atau sekaligus
makanan yang dikonsumsi sehari-hari yang mempunyai efek mengurangi
dampak menopause.
2. Secara Praktis :
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada
masyarakat tentang manfaat mengkonsumsi kedelai (Glycine max. L. Merril)
pada usia menopause.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Kedelai (Glycine max. L. Merril )


2.1.1 Taksonomi Kedelai (Glycine max. L. Merril )
Menurut Setijo Pitojo (2003:17), klasifikasi kedelai dalam taksonomi
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Polypetales
Familia : Leguminosae (Papilionaceae)
Subfamili : Papilionaceae
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max (L.) Merril

2.1.2 Morfologi Tanaman Kedelai (Glycine max. L. Merril )

 Biji
Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak
mengandung jaringan endospperma. Embrio terletak diantara keping biji.
Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan
bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai umumnya bulat
lonjong tetapai ada pula yang bundar atau bulat agak pipih.]
6

 Kecambah
Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang
cukup. Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul diatas
tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian batang kecambah dibawah kepaing, ungu
atau hijau yang berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil
ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih.
Kecambah kedelai dapat digunakan sebagai sayuran (tauge).
 Perakaran
Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-
akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan
tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar
dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai
jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai
tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar
tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil
akar tersebut berupa koloni dari bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium
japonicum yang bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai. Pada tanah yang
telah mengandung bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15 – 20 hari
setelah tanam. Bakteri bintil akar dapat mengikat nitrogen langsung dari udara
dalam bentuk gas N2 yang kemudian dapat digunakan oleh kedelai setelah
dioksidasi menjadi nitrat (NO3).
 Batang
Kedelai berbatang dengan tinggi 30–100 cm. Batang dapat
membentuk 3 – 6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi
berkurang, atau tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat
dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan
setengah terbatas (semi-indeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas
berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan meninggi. Tanaman pendek
sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah,
daun teratas sama besar dengan daun batang tengah. Tipe tidak terbatas
memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas dan tumbuhan terus
7

tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil
dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua
tipe lainnya.
 Bunga
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga
mempunyai alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota
bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil.
Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua
bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara
sempurna. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong.
 Buah
Buah kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman mampu menghasilkan
100 – 250 polong. Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan
atau abu-abu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mula
berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman.
 Daun
Pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk
sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk
daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai
pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing
daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus
(trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai
daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang
menempel di bagian bawah batang.
8

2.1.3 Manfaat dan kandungan senyawa kimia kedelai (Glycine max. L.


Merril)
 Kandungan unsur kimia dalam kedelai
Unsur Gizi Kadar/100 gram
Energi 442 kal
Air 7,5 gram
Protein 34,9 gram
Lemak 18,1 gram
Karbohidrat 34,8 gram
Mineral 4,7 gram
Kalsium 227 mg
Fosfor 585 mg
Zat Besi 8 mg
Vitamin A 33 mcg
Vitamin B 1,07 mg
Sumber : Daftar Analisis Bahan Makanan Fak. Kedokteran UI, Jakarta 1992

Tabel 1: Kandungan Isoflavon pada Kedelai dan Berbagai Produk


Olahan (Anderson, 1997)
Protein Genistin Isoflavon Total
Jenis Produk
(g/100 g) (µg/g protein) (µg/g protein)
Kedelai mentah 37,0 1106 1891
Susu kedelai 4,4 30 56
Tempe mentah 17,0 277 531
Tahu 15,8 209

Dalam kedelai juga terdapat kandungan lain seperti serat, nicotinic


acid, linoleic acid, fatty acid, niacin, lechitin, oleat, arakhidrat, lysine,
threonine, proteinochromogen, saponin, isoflavon, genistein.
2.2 Tinjauan tentang lipid dan Lipoprotein
Lipid merupakan kelompok heterogen dari senyawa yang lebih
berkerabat karena sifat fisiknya dibandingkan sifat kimianya. Kelompok ini
mempunyai sifat umum yaitu (1) relatif tidak dapat larut dalam air dan (2) larut di
dalam pelarut non polar, seperti eter, kloroform, serta benzen. Dengan demikian,
kelompol lipid mencakup lemak, minyak, malam(wax), dan senyawa-senyawa
lain yang berhubungan.
9

Lipid merupakan konstituen diet penting bukan hanya karena nilai


energinya yang tinggi melainkan juga karena adanya vitamin larut lemak dan
asam lemak esensial di dalam lemak makanan alami.
Lipid diklasifikasikan menjadi sederhana atau kompleks
Klarifikasi lipid berikut ini merupakan hasil modifikasi klasifikasi bloor :
1. lipid sederhana: ester asam lemak dengan berbagai alkohol.
a. lemak: ester asam lemak dengan gliserol. Lemak yang berada dalam
keadaan cair
b. malam: ester asam lemak dengan alkohol monohidrat berbobot molekul
lebih tinggi
2. lipid kompleks: ester asam lemal yang mengandung gugusan lain disamping
alkohol dan asam lemak.
a. fosfolipid: kelompok lipid, yang selain mengandung residu asam
lemak dan alkohol, juga mengandung residu asam fosfat. Lipid ini sering
mempunyai basa yang mengandung nitrogen dan substituen lain, misal,
pada gliserofosfolipid, alkohol yang dimilikinya adalah gliserol dan alkohol
pada stingofosfolipid adalah sfingosin
b. glikolipid (glikosfingolipid): kelompok lipid yang mengandung
asam lemak, sfingosin, dan karbohidrat.
c. Lipid kompleks lain: lipid seperti sulfolipid dan amino lipid.
Lipoprotein juga dapat dimasukkan ke dalam kategori ini.;
3. prekursor dan devirat lipid: kelompok ini mencakup asam lemak, gliserol,
steroid, senyawa alkohol selain gliserol serta sterol, aldehid lemak,
hidrokarbon, vitamin larut lemak, serta berbagai hormon.
Karena tidak bermuatan , asigliserol (gliserida) kolestrol dan ester
kolesteril dinamakan lipid netral. (Robert K.Murray,2003)
10

2.2.1 Tinjauan tentang lipoprotein


2.2.2. Pengertian lipoprotein
Lipoprotein adalah molekul yang terdiri dari protein dan lipid yang
digunakan dengan ikatan non kovalen yaitu interaksi hidrofob antara bagian
(gugus) non polar dari lipid dengan molekul protein. Ada 2 macam lipoprotein:
lipoprotein pengangkat yang merupakan bagian dari plasma darah dan sistem
lipoprotein membran yang merupakan pembentuk sistem membran biologi.
Lipoprotein plasma di dalam tubuh manusia dan hewan adalah sebagai alat
pengangkut lipid antara berbagai organ, melalui darah (Wirahadikusumah, 1985)
Salah satu diantara lemak yang terpenting adalah kolesterol. Kolesterol
diperlukan sebagai dasar dari berbagai hormon, tetapi sel tubuh yang paling
membutuhkannya tidak mampu membuatnya dari bahan dasar kimia pembangun
dalam diet. Seperti semua zat lemak, kolesterol tidak larut dalam air dan oleh
karena itu, terbawa dalam aliran darah (yang seringkali berupa air) oleh protein
pembawa khusus. Terdapat sejumlah jenis protein seperti ini yang disebut
lipoprotein dan para pakar medik memisah-misahkannya menurut kelarutan
mereka dalam tabung sentrifugal. Protein terberat yang mengendap paling cepat
adalah high density lipoprotein (HDL); berikutnya adalah low density
lipoprotein(LDL); dan yang terakhir adalah very low density lipoprotein (VLDL).
2.2.3. Jenis-jenis Lipoprotein
Ada empat kelompok utama lipoprotein yang telah diidentifikasi.
Keempat kelompok ini adalah :
1. lipoprotein dengan densitas yang sangat rendah atau very low density
lipoprotein (CVLDL atau pre-B-lipoprotein) yang berasal dari hati untuk
mengeluarkan triasilgliserol.
2. lipoprotein dengan densitas rendah atau low density (LDL atau B-
lipoprotein) yang memperlihatkan tahap akhir di dalam katabolisme VLDL.
3. lipoprotein dengan densitas tinggi atau high density lipoprotein (HDL
atau a-lipoprotein) yang terlibat di dalam metabolisme VLDL dan kilomikron
serta pengangkutan kolestrol
4. kilomikron yang berasal dari penyerapan triasilgliserol di usus.
11

(Murray,2003)
2.2.4. Metabolisme Lipoprotein
a. tiga komponen penting lipoprotein
• High density lipoprotein (HDL)
• Loe density lipoprotein (LDL)
• Very low density lipoprotein (VLDL)
b. Sifat-sifat lipoprotein
 LDL
Pengantar kolestrol ke seluruh tubuh
• Dalam perjalanan melalui pembuluh
darah melukai endotel sehingga memudahkan perlekatan
kolestrol
• Apoprotein B, bagian LDL merupakan
subtan aterosklerotik
• 80% reseptor tubuh LDL terdapat di
lever
 HDL
• Mengambil kolestron dari perifer menuju lever yang
mengeluarkan ke kandung empedu dengan perantaraan HDL2
• Apoprotein A1/A11 bersifat kardioprotektor.
 VLDL
• Berkaitan dengan penyakit DM dan penurunan HDL
c. Pengaruh estrogen terhadap metabolisme lipoprotein
• Meningkatkan aktifitas hepatik apoprotein B dan reseptor
estrogen sel liver
• Meningkatkan pengambilan lever terhadap :
 LDL kolestrol dan kilomikron
 Menurunkan LDL kolestrol darah
• Meningkatkan aktifitas apoprotein A1 dan mengurangi
aktifitas hepatik lipoprotein lipase sehingga dapat meningkatkan
12

HDL darah
• Menekan aktifitas plasma lipoprotein lipase sehingga dapat
meningkatkan trigliserin darah.(Ida Bagus 1987)

2.3. Tinjauan tentang kolestrol


2.3.1. pengertian kolestrol
Kolesterol adalah zat lemak seperti yang ditemukan di setiap sel hidup
dalam tubuh. Kolesterol membantu mencerna lemak, memperkuat membran sel
dan membuat hormon. Sebagian besar kolesterol dibuat di hati, tetapi kolesterol
juga diproduksi di usus kecil dan oleh masing-masing sel dalam tubuh. Meskipun
tubuh membuat kolesterol semua yang kita butuhkan, sekitar 1000 mg per hari,
kita mendapatkan tambahan kolesterol dalam makanan kita. (2,3) Makanan
kolesterol tinggi adalah kuning telur dan daging organ seperti hati dan ginjal.
Tidak ada sumber makanan yang berbasis tanaman memiliki bahkan kolesterol
alpukat dan kacang mentega, mereka hanya tinggi kandungan lemak. Sumber
hewan dan susu semua mengandung kolesterol.
Kolesterol tidak dapat larut ke dalam darah sehingga kolesterol harus
diangkut melalui darah oleh pembawa khusus bernama lipoprotein. Dua terkenal
lipoprotein adalah low density lipoprotein (LDL) dan high density lipoproteins
(HDL). LDL berhubungan dengan kolesterol jahat dan HDL kolesterol dianggap
baik. LDL kolesterol melalui keluar mendistribusikan seluruh tubuh dan
merupakan penyebab lemak arteri membangun. HDL membawa kolesterol dari
arteri dan kembali ke hati untuk diproses dan dihilangkan. HDL mengurangi
lemak arteri membangun dan mengurangi risiko atau penyakit jantung. Bahkan
penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatkan HDL, kolesterol baik, dapat
mengurangi risiko penyakit jantung lebih dari menurunkan LDL. Akibatnya,
National Cholesterol Education Program (NCEP) telah menetapkan panduan ini
untuk kesehatan jantung:
1. HDL tingkat 60 adalah optimal, tetapi 40 untuk pria dan 50 untuk
perempuan rata-rata.
2. LDL tingkat di kisaran 100? 159 adalah yang terbaik.
13

3. Total kolesterol HDL dan LDL di bawah 200.


14

Struktur Kimia Kolesterol

2.4. Tinjauan tentang Menopause


2.4.1. Pengertian Menopause
Menopause merupakan fase terakhir, dimana perdarahan haid seorang
wanita berhenti sama sekali. Fase ini terjadi secara berangsur-angsur yang
semakin hari semakin jelas penurunan fungsi kelenjar indung telurnya (ovarium).
Selama masa peralihan dari siklus haid yang rutin setiap bulan ke masa
menopause, terjadi perubahan-perubahan fisik dan juga kejiwaan pada seorang
wanita. Pada masa menjelang menopause, estrogen yang dihasilkan semakin turun
sampai masa menopause tiba. Menopause pada wanita merupakan bagian
universal dan ireversibel dari keseluruhan proses penuaan yang melibatkan sistem
reproduksi, dengan hasil akhir seorang wanita tidak lagi mengalami menstruasi.
Seorang wanita dikatakan menopause minimal 12 bulan setelah menstruasinya
yang terakhir, ditandai dengan gejala-gejala vasomotor dan urogenital, misalnya
kering vagina dan dispareunia. Masa sekitar 12 bulan itu dinamakan
klimakterium. Sementara sebelum benar-benar menopause, 5-10 tahun sebelum
gejala-gejala vasomotor dan mens yang ireguler ini sudah mulai muncul,
dinamakan fase peri menopause. Menopouse terjadi akibat turunnya level
estrogen. Terdapat dua jenis hormon pada wanita yaitu Follicle Stimulating
Hormone (FSH) dan Leteinzening Hormone (LH) yang diperlukan dan penting
untuk perkembangan reproduksi normal, dan bersama sama membantu produksi
estrogen pada wanita. LH membnatu menstimulir produksi endrogen (suatu
prekursor estrogen), sedangkan FSH menstimulasi peerkembangan follikuler dan
aktifitas enzim aromatase. Aromatase adalah enzim yang dapat merubah endrogen
menjadi estrogen. Selama menopouse berkuranganya suplai follikel
15

menyebabkabn hormon LH dan FSH yang tidak digunakan meningkat, yang


membuat kadar estrogen menurun dan menghentikan proses menstruasi.
(Anonymous,2009)

2.5. Tinjauan tentang Estrogen dan Fitoestrogen


2.5.1 Pengertian estrogen
Estrogen adalah salah satu kelompok hormon steroid yang penting bagi
fungsi seksual dan merupakan karakteristik sekunder perempuan. Di masa
reproduktif (pra-menopause), 95% estrogen dalam tubuh perempuan dihasilkan
oleh kandung telur (ovarium).
Estrogen sebenarnya bukan sekedar hormon pada wanita, karena
diketahui bahwa estrogen juga dapat menjalankan fungsi sebagai antioksidan.
Kolesterol LDL lebih mudah menembus plak di dalam dinding nadi pembuluh
darah apabila dalam kondisi teroksidasi. Peranan estrogen sebagai antioksidan
adalah mencegah proses oksidasi LDL sehingga kemampuan LDL untuk
menembus plak akan berkurang. Peranan estrogen yang lain adalah sebagai
pelebar pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menjadi lancar dan jantung
memperoleh suplai oksigen secara cukup.
2.5.2. Jenis-jenis estrogen
Jenis-jenis estrogen yang terdapat secara alami dalam tubuh wanita
adalah estradiol, estriol, dan estron. Di dalam tubuh tiga jenis estrogen tersebut
dibuat dari androgen dengan bantuan enzim. Estradiol dibuat dari testosteron,
sedangkan estron dibuat dari androstenadion. Estron bersifat lebih lemah daripada
estradiol, dan pada wanita pasca menopause, estron ditemukan lebih banyak
daripada estradiol. Berbagai zat alami maupun buatan telah ditemukan memiliki
aktivitas bersifat mirip estrogen.
2.5.3 Fitoestrogen
Fitoestrogen merupakan komposisi alami yang ditemukan di tumbuhan
yang memiliki banyak kesamaan dengan estradiol, bentuk alami estrogen yang
paling poten. Tapi fitoestrogen memiliki efek keamanan yang lebih baik
dibandingkan estrogen. Zat ini terdapat di tubuh tapi bisa diolah dan dibuang
dengan mudah dari dalam tubuh. Fitoestrogen mempunyai efek fisiologis pada
manusia, merupakan senyawa tumbuhan yang mempunyai aktifitas biologis
16

seperti estrogen dan sifat ikatan estrogen yang lemah. Studi epidimiologi
menyarankan untuk mengkonsumsi diet kaya fitoestrogen, seperti yang dilakukan
pada masyarakat tradisional asia, yang dikaitkan dengan resiko terkena kanker
payudara yang rendah (dipiro).
Pada tanaman dikenal ada beberapa kelompok fitoestrogen yakni;
isoflavon, lignan, kumestan, triterpen glikosida, dan senyawa lain yang berefek
estrogenik, seperti flavones, chalconcs, diterpenoids, triterpenoids, coumarins, dan
acyclics. Isoflavon banyak dijumpai pada buah-buahan, teh hijau, kacang kedelai,
dan produk-produk kedelai lainnya seperti tempe, tahu, dan tauco (soy products).
Lignan lebih banyak dijumpai pada biji-bijian gandum maupun wijen. Sementara
kumestan banyak terdapat pada kacang-kacangan, biji bunga matahari. Sedangkan
triterpen glikosida banyak terkandung pada tanaman Cimifuga racemosa (sering
disebut sebagai tanaman black cohosh). Tanaman ini tumbuh di hutan-hutan
Amerika Selatan dan sekarang telah diekstraksi serta dikemas menjadi produk
obat untuk menopause.
Di antara kelompok fitoesterogen tersebut, menunjukkan isoflavon adalah
yang terbaik. Sebagai fitoestrogen, isoflavon kedelai memiliki dua efek penting.
Pertama, saat kadar estrogen tinggi, fitoestrogen bisa menghentikan bentuk
estrogen yang lebih poten diproduksi oleh tubuh dan bisa membantu mencegah
penyakit yang diikendarai oleh hormon, seperti kanker payudara. Kedua, saat
kadar estrogen rendah, seperti pada keadaan setelah menopause, fitoestrogen bisa
menggantikan estrogen tubuh itu sendiri, sehingga bisa mengurangi hot flashes
dan melindungi tulang.
Tingginya konsumsi produk kedelai sangatlah bermanfaat dalam
mencegah berbagai penyakit kardiovaskular (yakni dengan mempertahankan
kolesterol pada kadar yang normal), mencegah kanker payudara dan prostat,
mencegah osteoporosis, dan mengurangi berbagai gejala serta keluhan
menopause. Konsumsi makanan yang banyak mengandung fitoestrogen sejak
masa kanak-kanak akan mencegah sindroma perimenopause di kemudian hari.
Wanita Jepang, Indonesia, dan Mayan (Meksiko) yang mempunyai kebiasaan
makan makanan yang mengandung fitoestrogen ternyata prevalensi hot flashes
lebih rendah dari pada wanita Amerika.
2.6. Tinjauan tentang ovarioktomi (tikus model menopause)
17

Operasi ovariektomi merupakan salah satu rangkaian dari penelitian in


vivo yang menggunakan hewan uji, dimana hewan uji berupa tikus betina diambil
ovariumnya agar mengalami defisiensi estrogen. Hewan yang diovariektomi
digunakan sebagai model untuk kondisi menopause dimana kondisi hormon
estrogen dalam tubuh sudah sangat menurun dibandingkan kondisi normalnya.
Senyawa yang diberikan dalam uji dengan tikus yang terovariektomi ini salah
satunya adalah senyawa yang bersifat estrogenik, sehingga kedepannya dapat
digunakan sebagai bahan alam yang berguna untuk terapi penggantian estrogen.
(Isti Daruwati,2009).
Model menopause digunakan karena menopause identik dengan
menurunnya estrogen dalam tubuh dan berpengaruh besar dalam memicu
terjadinya gangguan kesehatan alat reproduksi dan dapat meningkatkan resiko
penyakit kardiovaskuler, oleh karena itu diperlukan adanya alternatif pengganti
estrogen yang relatif lebih aman untuk digunakan.

2.7. Tinjauan umum tikus (Rattus norvegicus)


2.7.1. Klasifikasi Tikus
Menurut Sudjari (1996), klasifikasi dari tikus sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Classis : Mammalian
Sub clasis : Tehria
Ordo : Rodentia
Familia : Muridae
Sub familia : Murinae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
18

2.7.2. Deskripsi Tikus


Tikus putih adalah tikus laboratorium yang lebih cepat dewasa
dibandingkan dengan tikus liar, juga tidak memperlihatkan perkawinan musiman
dan umumnya lebih mudah berkembang biak. Ada dua sifat yang membedakan
tikus dari hewan percobaan lain, yaitu tikus tidak dapat muntah karena struktur
anatomi yang tidak lazim, ditempat esofagus bermuara ke dalam lambung dan
tikus juga tidak mempunyai kandung empedu. (Anonymous, 2000).
Di Indonesia hewan percobaan ini sering dinamakan “tikus besar”.
Pemeliharaan dan makanan tikus ini lebih mahal dari pada mencit (Mus
muscullus) tetapi dapat berkembangbiak sebaik mencit, karena hewan ini lebih
besar dari pada mencit maka untuk beberapa percobaan tikus besar ini lebih
menguntungkan. (Smith & Mangkoewidjoyo,1988).
Ciri-ciri morfologi dari Rattus norvegicus memiliki berat badan sekitar
80-300 gram, hidung runcing, badan kecil berukuran 16-21 cm, pada ekornya
lebih panjang kepala dan badan, warna bulunya putih, kecoklatan pada daerah
punggung bagian perut putih, kecoklatan pada daerah punggung bagian perut
putih atau keabu - abuan. Rattus norvegicus merupakan tikus rumahan karena
tinggal diatap bangunan, tikus ini mencapai umur dewasa sangat cepat masa
kebuntingan sangat pendek dan berulang - ulang dengan jumlah anak yang banyak
pada saat kebuntingan. Rattus norvegicus mempunyai daya penciuman yang
tajam, sebelum aktif atau keluar dari sarangnya ia akan mencium-cium dengan
gerakan kepala kekiri dan kekanan. Mengeluarkan jejak bahu selama orientasi
sekitar sarangnya sebelum meninggalkannya. Urine dan sekresi genital yang
memberikan jejak bau yang selanjutnya akan dideteksi dan diikuti oleh tikus
lainnya. (Sudjari, 2006)
19

2.8 Kerangka konsep

Tikus di ovarioktomi Pemberian nutrisi


(model menopause) kedelai secara oral

Hormon estrogen Fitoestrogen(mengandun


menurun g isoflavons)

Aktifitas hepatic Berikatan dengan reseptor


apoprotein B1 estrogen di membran sel

HDL teroksidasi Aktifitas hepatik


apoprotein B1

Penggumpalan darah di
Mencegah oksi
hati
Penurunan HDL darah
HDL Meningkatkan fibrinolisis
(proses alami untuk
] mencegah gumpalan darah

Peningkatan HDL darah

2.9. Hipotesis Penelitian


1. Ada pengaruh pemberian nutrisi kedelai terhadap penurunan
kadar LDL (Low Density Lipoprotein) antara tikus putih (Rattus norvegicus)
model menopause yang diberikan nutrisi kedelai dan yang tidak diberikan.
2. Pemberian nutrisi kedelai dengan dosis 1,5 grm, 3 grm, dan 4,5
grm berpengaruh paling baik dalam menurunkan kadar LDL tikus putih model
menopause.
20

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah eksprimen sungguhan (True Eksprimen).
Karena didalam penelitian ini telah memenuhi tiga prinsip yaitu randomosasi,
replikasi dan adanya perlakuan kelompok /perlakuan kontrol antara perlakuan dan
perbandingan.
Eksprimen sungguhan merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk
menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan
satu atau lebih kondisi perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental
yang membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang
tidak dikenai kondisi perlakuan.
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian eksperimen
sesungguhnya adalah The Posttest Only Control Group Design dengan 4
perlakuan dan 6 kali ulangan.

3.2. Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kimia universitas
muhammadiyah malang. Mulai penelitian pada tanggal 26 Agustus sampai dengan
12 september 2009.

3.3. Populasi dan sample penelitian


3.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan atau kumpulan obyek dengan ciri yang
sama. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus)
jantan Karakteristik dari populasi adalah sehat, aktif dan tidak cacat yang berumur
3 bulan dengan berat badan ± 200gr.
21

3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan obyek dalam penelitian.
Sampel dalam penelitian ini adalah tikus putih betina, dengan ciri sebagai berikut:
dewasa umur 3 bulan dan berat badan kurang lebih 200-300 gr sebanyak 24 ekor,
yang dibagi menjadi 4 perlakuan dan 6 kali ulangan. Teknik pengambilan sampel
yang dipergunakan adalah Simple Random sampling yaitu cara pengambilan
sampel dengan random sederhana, dimana pengambilan sampel langsung
dilakukan pada unit sampling sebagai unit populasi terkecil memiliki peluang
yang sama untuk terpilih sebagai sampel.

3.4. Variabel penelitian


3.4.1. Jenis variabel
a. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang sengaja dimanipulasi oleh peneliti dan
sengaja diubah-ubah oleh peneliti untuk mengetahui pengaruhnya atau
perbedaan pada faktor tertentu.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian nutrisi kedelai.
b. Variabel Tergantung
Variabel tergantung adalah variabel yang menjadi akibat dari perubahan pada
variabel bebas.
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kadar LDL dan HDL tikus
putih betina (Rattus norvegicus).
c. Variabel Kontrol
Variabel yang sengaja dikendalikan dengan tujuan untuk memastikan fungsi
variabel bebas, sehingga tidak mempengaruhi hubungan antara variabel bebas
dan terikat. Adapun variabel kontrol dalam penelitian ini adalah jenis kelamin
tikus putih betina umur 3 bulan, berat badan 200-300 gram, makanan (BR 1),
minuman (aquades), kandang tikus yang digunakan adalah bak plastik dengan
ditutup kawat.
22

3.5. Definisi Operasional Variabel


a. Dosis adalah takaran obat untuk sekali pakai (dimakan, diminum, dan
disuntikkan) dalam jangka waktu tertentu. Dosis pemberian nutrisi kedelai
yang digunakan adalah 1,5 gr, 3 gr, dan 4,5 gr.
b. Kadar HDL merupakan jumlah HDL di dalam serum. Pengukuran kadar
HDL dilakukan secara bersamaan, 1 hari setelah perlakuan terakhir.
c. Tikus putih (Rattus novergicus) yang digunakan adalah tikus putih betina
yang berumur 3 bulan dengan barat badan kurang lebih 200-300 gram. Tikus
putih tersebut di ovarioktomi (model menopause) terlebih dahulu.

3.6. Prosedur penelitian


Prosedur dalam penelitian ini adalah dibagi menjadi 3 tahap yaitu: tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengumpulan data.
3.6.1. Tahap persiapan
3.6.1.1 Alat
a. Alat pemeliharaan tikus
 Kandang yang terbuat dari plastik ditutup dengan kawat.
 Tempat makan dan minum.
 Kawat.
 Sekam.
b. Alat pemberian nutrisi kedelai
 Spet ukuran 5 ml yang diberi selang kecil supaya dapat masuk ke
dalam mulut tikus putih sampai ketenggorokan.
c. Alat untuk pembuatan tikus hipoestrogen (model menopause)
 surgical set
 spuit 1 cc
 meja operasi kecil
 baki plastik
 handscoon
 duk steril
 korentang
23

 bengkok
d. Alat untuk mengukur kadar kolestrol
 sarung tangan
 gunting atau pisau bedah
 botol tempat membius
 syringe ukuran 3 cc
 tabung ependorf (semacam tabung sentrifuge kecil terbuat dari
plastik).
 Sentrifuge.
 Tabung reaksi.
 Alat untuk fotografi.
 Spektrofotometer.
 Mikropipet ukuran 50 μl, 100 μl, 500 μl.
 Pipet.
 Tabung cuvet.
3.6.1.2. Bahan
a. Bahan untuk pemeliharaan tikus
 Pakan BR 1
 Minuman
b. Bahan untuk perlakuan
 Tepung kedelai
c. Bahan pembuatan tikus hipoestrogen
 Ketalar (dosis 10mg/kgBB)
 Alkohol 70%
 Gentacimin ampul (dosis 60-80 %/kgBB/hari)
 Nebacitin powder
 Bethadine solution
 Benang cat gut
 Kassa steril
24

 Plester
 Kapas

d. Bahan untuk mengukur kadar LDL dan HDL


 Darah
 Serum
 Kolestrol
 Aquadest
 Reagen HDL pperipitan
 Reagen kolestrol FS
3.6.2. Tahap pelaksanaan
1. Tahap adaptasi
Pada tahap adaptasi ini dilakukan pemeliharaan tikus betina didalam
kandang dalam kondisi laboratorium selama 1 minggu. Tujuan dari pemeliharaan
tikus betina selama 1 minggu adalah untuk aklimatisasi, selama masa ini tikus
mendapatkan makanan BR1 satu kali sehari yaitu pagi dan mendapat minum
sebelum diberi perlakuan.
2. Tahap pembuatan tikus hipoestrogen
Pembuatan tikus hipoestrogen dilakukan melalui ooforektomi (OVX).
Prosedur OVX dilakukan berdasarkan metode ingle DJ dan Griffith JQ, 1971
yang dimodifikasi, langkah-langkahnya yaitu:
a. Berat badan tikus ditimbang kemudian dianastesi ketamin i.m dengan
dosis 40 mg/kgBB. Bulu di daerah operasi (abdomen) dicukur. Tikus
dibaringkan di meja operasi, kemudian dilakukan sterilisasi di daerah operasi
dengan bethadine solution dan alkohol 70% selanjutnya ditutup dengan duk
steril.
b. Dibuat incisi 1,5 – 2 transabdomen kira-kira di atas uterus. Incisi
dilakukan lapis demi lapis hingga menembus dinding peritoneum. Luka incisi
ditarik ke lateral kanan-kiri menggunakan hak.
25

c. Bantalan lemak disingkirkan untuk memudahkan mencari oviduk dan


ovariumnya. Ovarium terlihat menyerupai sekelompok anggur yang transulen.
Oviduk dan ovarium dibebaskan dari jaringan lemak dan jaringan ikat di
sekitarnya.
26

d. Dilakukan pengikatan di dua tempat yaitu : di proksimal dan distal


ovarium, kemudian dilanjutkan dengan pengangkatan ovarium. Hal ini
dilakukan ovarium kanan dan kiri. Selama proses pencarian dan pengangkatan
ovarium harus dijaga kelembapan organ-organ lain dengan cara menetesi
dengan cairan fisiologis. Kembalikan uterus dan bantalan lemak ke posisi
semula.
e. Sebelum dilakukan penjahitan, nebacitin powder ditaburkan ke dalam
rongga abdomen.
f. Setelah luka dijahit dan ditutup, tikus dimasukkan dalam kandang. Tiap
kandang hanya berisi 1 ekor tikus. Hari I,II,III pasca ooforektomi,
g. Dilakukan penyuntikan gentamicin i.m dengan dosis 60-80 mg/kgBB/hari.
h. Selama pemeliharaan diberikan minum dan makan yang cukup, cahaya
terang/gelap bergantian selama 12 jam dan dalam suhu kamar.
i. Tanda kewberhasilan ooforektomi dapat dilihat dari turunnya kadar
estradiol plasma, meningkatnya kadar FSH, berkurangnya berat uterus, dan
gambaran diesterus pada hapusan vagina. (David et al.2001)
3. Tahap Pemberian Nutrisi Kedelai
Tikus dipegang pada tangan kiri, kepala berada diantara telunjuk dan jari
tengah, ibu jari berada di dekat rahang ( Astuti, 1986). Tangan kanan memegang
spet yang berisi tepung kedelai, kemudian dimasukkan ke dalam mulut agak
menekan lidah dan didorong masuk ke dalam esofagus.
3.3.1.1. Tahap pemeriksaan Kadar LDLdan HDL
Tahap Pengukuran Kadar Kolesterol LDL
• Tahap Persiapan
a. Membius tikus dengan kloroform
b.Melakukan pembedahan
c. Mengambil darah tikus dibagian jantung dengan menggunakan syringe
d.Memasukkan darah kedalam tabung ependorf
e. Mensentrifuge sampel darah dengan kecepatan 4000 rpm selama 20
menit.
Mengambil supernatan sampel darah (serum darah) dan menempatkan di
27

tabung reaksi

• Tahap pengukuran kadar LDL


a. Mempersiapkan reagen presipitan yang merupakan reagen siap pakai.
Reagen ini stabil sampai tanggal kadaluarsa pada 15 sampai 25 ˚C.
Reagen ini mengandung asam fosfotungstik: 0,44 mmol/l dan magnesium
klorida: 20 mmol/l.
b. Mempersiapkan sample dengan cara mencampur 100 µl sample (serum)
dengan 1000 µL reagen presipitan LDL di inkubasi pada suhu 37º C
selama 15 menit. Kemudian disentrifuge dengan kecepatan 2500 rpm
selama 20 menit. Supernatan yang jernih harus dipisahkan dari endapan
setelah sentrifugasi dan digunakan untuk penentuan kolesterol dengan
metode LDL Precipitante.
c. Membuat larutan sample yang terdiri dari supernatant 100 µl dan 100 µL
larutan standar di masukkan kedalam 2 tabung reaksi yang berbeda.
Masing-masing di tambahkan dengan 1000 µL reagen cholesterol. Di
inkubasi pada suhu 37º C selama 10 menit.
d. Membaca absorbansi sample terhadap blanko dengan spektrofotometer
dengan panjang gelombang 500 nm atau Hg 546 nm.
e. Menghitung kadar LDL dengan rumus sebagai berikut :
Concentration Supernatant = ΔE Sampel x Const. Standar (200 mg/dl)
ΔE Standart
LDL cholesterol = konsentrasi total – konsentrasi supernatant
3.3.1.2. Tahap pengukuran kadar kolestrol HDL
 Tahap Persiapan
a. Membius tikus dengan kloroform
b. Melakukan pembedahan
c. Mengambil darah tikus di bagian jantung engan menggunakan
syringe
d. Memasukkan darah ke dalam tabung ependorf
e. Mensentrifuge sampel darah dengan kecepatan 4000 rpm selama
28

20 menit. Mengambil supernatan sampel darah (serum darah) dan


menempatkan di tabung reaksi.

 Tahap Pengukuran HDL


Presipitat :
• Siapkan alat dan bahan yang bersih dan bebas dari lemak.
• Masukkan 250 μl sampel masukkan kedalam tabung espendof
• Tambah 250 μl reagen HDL kolestrol.
• Campur dan inkubasi pada suhu ruang selama 10 menit.
• Putar dengan mikrosentrifuge pada kecepatan 6480 rpm selama 10 menit.
• Ambil supernatan sebagai sampel.
Pengukuran kadar :
• Ambil 25 μl supernatan dan 25 μl standart masukkan ke dalam 2 tabung
reaksi yang berbeda.
• Tambah 1000 μl reagen kolestrol.
• Campur dan inkubasi pada suhu kamar selama 10 menit.
• Baca pada spektofotometer dengan λ 510 nm.
Hasil :
• Ax / As x 50 x 2 = mg/dl HDL Cholestrol.
Keterangan :
• Ax : Absorbansi sampel.
• As : Absorbansi standart.
Nilai normal :
• Laki-laki : < 40 U/L
• Perempuan : < 31 U/L
Catatan :
• Blanko menggunakan reagen Cholestrol.
• Perlakuan standart, sampel diganti dengan standart.
29

3.6.3 Tahap Prosedur Kerja


30

Tikus Putih (Rattus novergicus)

Masa adaptasi selama 1 minggu

Tikus di ovarioktomi

Kelompok kontrol Kelompok perlakuan

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3


Pemberian Kedelai Pemberian Kedelai Pemberian Kedelai
1,5 gram/hari/ekor 3 gram/hari/ekor 4,5 gram/hari/ekor

Diberikan 5 hari/minggu selama 2 bulan

Tikus dimatikan untuk diambil darah melalui


pembuluh darah

Pemeriksaan kadar HDL darah


31

3.7. Tahap Pengumpulan Data


3.7.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dimana
perlakuannya adalah konsentrasi tepung kedelai. Perlakuan dalam penelitian ini
adalah konsentrasi tepung kedelai yang bervariasi :
A : Tikus putih betina ( kontrol ) + Ovariektomi
B : Tikus putih betina + Ovariektomi + 1,5 gr/BB
C : Tikus putih betina + Ovariektomi + 3 gr/BB
D : Tikus putih betina + Ovariektomi + 4,5 gr/BB
Pemilihan dosis berdasarkan :
80 mg isoflavons setara dengan 100 gr kedelai (D Singh, 2006).
Dosis isoflavons untuk tikus 2,5 mg/hari dengan BB rata-rata 185 gr (Lien,2009),
sehingga dari hitungan di atas :
 80 mg isoflavons setara dengan 100 gr kedelai.
 2,5 gr isoflavons setara dengan 3 gr kedelai.
Pemberian isoflavons pada manusia pada eksperimen yang sudah ada dengan
dosis 20, 40, 80 mg sehingga dosis untuk kelompok pada penelitian ini adalah :
 40 mg isoflavons pada manusia setara dengan 1,5 gr kedelai pada tikus
putih.
 80 mg isoflavons pada manusia setara dengan 3 gr kedelai pada tikus
putih.
 120 mg isoflavons pada manusia setara dengan 4,5 gr kedelai pada tikus
putih.

3.8. Metode analisis data


Data yang diperoleh akan diolah. Data yang ada diuji dengan normalitas,
dimana data dikataka normal bila Ftabel lebih besar dari Fhitung. Jika data
berdistribusi normal dilanjutkan dengan uji homogenitas, dimana data dikatakan
homogen jika Ftabel lebih besar dari Fhitung. Setelah data berdistribusi normal
dan variasi data homogan, maka dilanjutkan analisa dengan menggunakan Anava
satu jalur, karena ada satu variabel bebas. Bila ada pengaruh sangat nyata diantara
32

perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji BNT yaitu Beda Nyata Terkecil.

a. Uji Normalitas
Langkah-langkah adalah sebagai berikut :
 Pengamatan x1, x2 ......x dijadikan bilangan baku z1, z2 .....zx dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Zi = X1 – X
S
(X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel)
 Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal
baku, kemudian dihitung peluang.
 F ( zi ) = P ( z = zi)
 Selanjutnya dihitung proporsi zi, z .....z yang lebih kecil atau sama dengan
z i jika proporsi dinyatakan oleh S ( z i ), maka :
 S ( Zi ) = BanyaknyaZ1,Z2,V,Zn ≤ Zi
 Menghitung selisih F ( z i ) – S ( z i) kemudian menetuka harga
mutlaknya.1
Untuk lebih mudahnya dibuat daftar sebagai berikut :
X1 Z1 F ( Zi) F (Zi) – S (Zi)

Keterangan :
X1 : Data pengamatan
Z1 : Hasil nilai baku
F(Z1) : Tabel normalitas
Menghitung harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut dan
menyebutkan harga tersebut ini L0
Untuk menerima atau menolak hipotesa nol, kita bandingkan L ini dengan nilai
kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis untuk uji Lilliefors dengan taraf 5%.
H0 ditolak jika L0 > L, berarti populasi berdistribusi tidak normal
33

H0 diterima jika L0 < L, berarti populasi berdistribusi normal


34

b. Uji Homogenitas
Langkah – langkah uji homogenitas :
 Menetukan data
 Menetukan nilai 1/dk
 Menghitung varian data (S2) = Σ X1 - X
n–1
 Menghitung log Si2
 Menghitung dk ( log Si2)
 Menghitung JK total = Σ xi2 – (x Σxi)2/r
db db.log
Perlakuan JK Si2 Log Si2
1/db Si2

 Menghitung nilai satuan B = log S2. ∑ (n − 1)

 Menghitung X2 = (ln 10) [B- ∑ (n − 1) log Si2]

1 1 1
 Fkoreksi (c) = 1 + [ ][ - ]
3(t − 1) db db

1
 X2koreksi =   X2
c
 Menentukan nialai Xtab (1-a) (n-i)
Kesimpulan : H0 ditolak jika X2 terkoreksi > X2 tabel
: H0 ditolak jika X2 terkoreksi < X2 tabel

c. Uji Anava
 Menghitung jumlah kuadrat total (JKT) = ΣXt2- (ΣXt)2/n
 Menghituing jumlah kuadrat perlakuan (JKP) = ΣXp2 (ΣXt)2/n
 Menghitung jumlah kuadrat galat (JKG) = JKT – JKP
 Menghitung derajat bebas (db)
dbp =r – 1
=3 – 1
=2
35

dbt = Σ (r - 1)
 Menghitung kuadrat tengah atau (KT)
JKP
KTP =
dbp
JKG
KTG =
dbg
KTP
Fhitung =
KTG
Ftabel = F (a)(dbp, dbg)
Kesimpulan : F hit > Ftab, Ho diterima
F hit < Fhit, Ho ditolak
d. Uji lanjut setelah anava yaitu dengan dengan Uji Beda nyata terkecil
(BNT). Uji ini dilakukan untuk membandingkan antar perlakuan
dalam percobaan yang berbeda nyata atau berbeda tidak
nyata.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
• Mengurutkan nilai rata-rata
perlakuan dari yang terkecil ke terbesar.
• Menghitung nilai BNT

BNT α = t α (v) . S d−
− 2 KT G
Dimana : S d =
r
Keterangan:
t = nilai baku t-student padataraf uji α
v = derajat bebas galat
α = 0,01 (lihat tabel BNT)
KTG = jumlah kuadrat galat dibagi derajat bebasan
galat
r = ulangan
Untuk mempermudah perhitungan Beda Nyata
36

Terkecil (BNT) lebih baik dibuat daftar seperti dibawah


ini:

Beda Dengan
Perlaku
Rerata 2 3 4 5
an
6
0 2
1 .
. .
I I
Keterangan: * = Berbeda nyata ** = Berbeda
sangat nyata

Sedangkan untuk mempermudah perbandingan


penurunan LDL tikus pada rata-rata perlakuan dibuat
daftar sebagai berikut:
Perlakuan Rata-rata BNT 0.05 = 0,5
S1
.
.
Si
37
38

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul ; Pengaruh Pemberian Nutrisi


Kedelai (Glycine max L.) terhadap kenaikan kadar HDL (High Density
Lipoprotein) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang diovarioktomi (Model
Menopause), maka analisis data dan pembahasan dapat di jelelaskan seperti uraian
dibawah ini.

4.1. Hasil Penelitian


Untuk hasil perhitungan kadar HDL (High Density Lipoprotein) pada tikus
akibat pemberian nutrisi kedelai dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1. Pengaruh Pemberian Nutrisi Kedelai Terhadap Peningkatan


Kadar HDL Tikus Putih model Menopause
Ulangan
Perlakuan Total Rerata
1 2 3 4 5 6
Kontrol 26 27 26 28 29 29 165.00 27.50
Dosis 1.5 34 28 24 25 26 24 161.00 26.83
Dosis 3 29 27 26 24 27 24 157.00 26.17
Dosis 4.5 30 29 34 34 30 28 185.00 30.83
Jumlah 120 668.00

Secara visual rata-rata kadar kolesterol kadar HDL pada tikus akibat
pemberian pemberian nutrisi kedelai digambarkan pada grafik berikut:
Grafik 4.1. Diagram Rata-rata Kadar HDL Tikus Putih model Menapause
39

4.1.1. Uji Normalitas


Selanjutnya, sebelum perhitungan dengan menggunakan analisis anava
satu arah, dilakukan uji normalitas, untuk mengetahui data yang didapatkan dari
hasil penelitian tersebut berdistribusi normal ataukah tidak. Dengan kriteria
hipotesa nol, dimana data distribusi normal jika L0 < L daftar tabel (Sudjana,
1992). Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui
sebagai berikut.

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Uji Normalitas


No Xi Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi)
1 24 -1.265 0.103 0.042 -0.061
2 24 -1.265 0.103 0.083 -0.020
3 24 -1.265 0.103 0.125 0.022
4 24 -1.265 0.103 0.167 0.064
5 25 -0.935 0.175 0.208 0.033
6 26 -0.605 0.273 0.250 -0.023
7 26 -0.605 0.273 0.292 0.019
8 26 -0.605 0.273 0.333 0.061
9 26 -0.605 0.273 0.375 0.102
10 27 -0.275 0.392 0.417 0.025
11 27 -0.275 0.392 0.458 -0.067
12 27 -0.275 0.392 0.500 -0.108
13 28 0.055 0.522 0.542 0.020
14 28 0.055 0.522 0.583 0.061
15 28 0.055 0.522 0.625 0.103
16 29 0.385 0.650 0.667 0.017
17 29 0.385 0.650 0.708 0.058
18 29 0.385 0.650 0.750 0.100
19 29 0.385 0.650 0.792 0.142
20 30 0.715 0.763 0.833 0.071
21 30 0.715 0.763 0.875 0.112
22 34 2.034 0.979 0.917 -0.062
23 34 2.034 0.979 0.958 -0.021
24 34 2.034 0.979 1.000 0.021

rerata 27.83
SD 3.0312383
L hit 0.1418294 NORMAL
L tab 0.1981156
40

Dari perhitungan di atas diketahui bahwa L hitung < L tabel (0.142 <
0.198), sehingga dapat dijelaskan bahwa data hasil penelitian berdistribusi normal.
4.1.2 Uji Homogenitas
Dalam tahap perhitungan yang menggunakan Anava disertai pula landasan
bahwa harga-harga varian dalam kelompok bersifat homogen atau relatif sejenis.
Homogenitas varian merupakan asumsi yang penting di dalam perhitungan
Anava.
Adapun hasil perhitungan untuk mengetahui homogenitas dapat dilihat
sebagai berikut.
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Perlakuan db 1/db JK Si2 log Si2 db*log Si2
Kontrol 5 0.2 9.5 1.9 0.2787536 1.393768
5 0.2 72.83333 14.566667 1.1633602 5.8168009
Dosis 1.5 3
5 0.2 18.83333 3.7666667 0.5759572 2.8797859
Dosis 3 3
5 0.2 32.83333 6.5666667 0.817345 4.0867249
Dosis 4.5 3
Total 20 0.8 134 14.17708

S^2 6.7
log S^2 0.8260748
B 16.521496
X^2 5.3982531
c 1.0833333
X^2 tkrks 4.9830028 HOMOGEN
X^2 tab 7.8147278

Selanjutnya berdasarkan perhitungan didapatkan hasil perhitungan


x2terkoreksi sebesar 5,398, sedangkan x2 tab sebesar 7,815, sehingga dapat
dijelaskan bahwa data yang didapatkan dari hasil penelitian ini adalah homogen.
Sedangkan hasil analisis anava dari pengaruh pemberian nutrisi kedelai
terhadap peningkatan kadar HDL dapat dilihat pada tabel di bawah ini
41

Tabel 4.4 Hasil Analisis Anava Dari Kadar Nutrisi Kedelai Terhadap
Peningkatan HDL Tikus Putih Model Menopause

SK db JK KT F hit Notasi F tab


5% 1%
77.33333 25.77777 3.847429
Perlakuan 3 3 8 5 * 3.10 4.94
Galat 20 134.00 6.7
Total 23 211.33

Berdasarkan nilai Probabilitas (P) atau signifikasi pada tabel diatas dapat
dinyatakan bahwa hipotesis diterima dengan α < 0,05 yang berarti ada perbedaan
yang nyata pengaruh pemberian Nutrisi Kedelai terhadap peningkatan kadar HDL
tikus putih model menopause. Di samping itu, pengujian dengan menggunakan uji
F didapatkan hasil bahwa F hit > F tab, artinya perlakuan yang dilakukan
memiliki pengaruh yang signifikan (tidak bisa diabaikan) terhadap peningkatan
kadar HDL pada tikus model menopause.
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan BNT Pemberian Kadar Nutrisi Kedelai
Terhadap Peningkatan HDL Tikus Putih Model Menopause
Perlakuan Uji Rerata
Perlakuan | X1 − X2 │ Signifikasi
Jenis Rerata (X1)
Kontrol ( X2)
Dosis 1.5 26.83333 27.5 0,66667 tidak signifikan
Dosis 3 26.16667 0,66667 tidak signifikan
Dosis 4.5 30.83333 4,6666* signifikan
BNT(0,05) = 2,086 x 1,49 = 3,12
BNT(0,01) = 2,845 x 1,49 = 4,25
Keterangan : * = Berbeda Nyata
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara kontrol dengan pemberian kadar nutrisi kedelai terhadap
peningkatan HDL Tikus Putih Model Menopause dengan dosis 4.5, sedangkan
pada dosis 1,5 dan dosis 3 tidak berbeda secara nyata.
42

4.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa perlakuan pemberian nutrisi
kedelai memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kadar HDL
(High Densitiy Lipoprotein) tikus putih model menopause.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tikus putih dengan
beberapa perlakuan memberikan tingkat peningkatan kadar HDL yang berbeda-
beda pada setiap dosisnya. Peningkatan HDL tikus putih dengan model
menopause ini memiliki arah yang positif, artinya peningkatan dosis nutrisi
kedelai semakin meningkatkan HDL tikus putih. Secara berturut-turut dapat
dijelaskan sebagai berikut, tanpa perlakuan kadar HDL tikus putih memiliki rata-
rata sebesar 27,5 mg/dl, dosis 1.5 gr memiliki rata-rata sebesar 26,8 mg/dl, dosis 3
gr memiliki rata-rata sebesar 26,12 mg/dl sedangkan untuk dosis 4.5 gr memiliki
kadar HDL sebesar 30,8 mg/dl.
Berdasarkan perhitungan analisis data dengan menggunakan analisis
variansi dapat diketahui bahwa, pemberian nutrisi kedelai memiliki pengaruh
terhadap peningkatan HDL pada tikus putih model menopause. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai F hitung yang lebih besar dari F tabel 3,85 > 3,01. Di
samping itu nilai signifikan menunjukkan memiliki nilai α kurang dari 0,05
namun tidak kurang dari 0,01, sehingga dapat dijelaskan bahwa perlakuan dengan
memberikan nutrisi kedelai pada tikus putih memiliki pengaruh yang berarti
dalam meningkatkan kadar HDL pada tingkat kepercayaan 0,05 namun tidak pada
tingkat 0,01.
Lebih lanjut, berdasarkan hasil perhitungan analisis tersebut dapat
diketahui pula bahwa dosis pemberian nutrisi kedelai sebesar 4.5 gr memiliki
kadar peningkatan yang lebih tinggi terhadap HDL pada tikus putih model
menopause, sehingga dapat dijelaskan diantara 4 perlakuan yang telah dilakukan
dosis 4.5 gr memiliki signifikan yang lebih besar dalam meningkatkan kadar HDL
pada tikus putih model menopause.
43

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.I Kesimpulan
Pengaruh pemberian nutrisi kedelai (Glycine max L.) terhadap peningkatan
kadar HDL (High density lipoprotein) tikus putih (Rattus norvegicus) yang di
ovariektomi (Model Menopause)
dapat diambil kesimpulan bahwa:
.1 Ada pengaruh pemberian
nutrisi kedelai (Glycine max L.) dengan berbagai dosis yang berbeda terhadap
kenaikan kadar HDL dalam darah tikus putih model menopause.
2. Dosis nutrisi kedelai (Glycine max L.) yang dapat menaikkan kadar HDL
dalam darah secara optimal adalah pada dosis 4,5 gr

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan antara lain :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap efektifitas nutrisi kedelai
(Glycine max L.) terhadap kenaikan kadar HDL dalam darah.
2. Perlu dilakukan uji klinis terlebih dahulu untuk mengetahui efek lain dari
nutrisi yang terdapat pada kedelai terhadap bagian-bagian tubuh lain
44

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2004.Pengaruh Pemberian Ekstrak Kedelai Terhadap kadar Kolestrol


LDL dan HDL pada tikus Putih Jantan
http://www.adln.lib.unair.ac.id/search.php?

Anonymous.2008.Lebih Alami dengan Phytoestrogen


http://www.kompas.com/data/2008

Anonymous.2009.Manfaat kedelai untuk kesehatan.


http://ixoranet.com/modules.php?op.modload/leafler%

Anonymous.2009.Atasi Menopause dengan Nutrafor Balance


http://m.okezone.com

Anonymous.2002.Dampak Terapi Estrogen pada Wanita Menopause


http://kolom.pacific.net.id/ind/index2.php?

Anonymous,2009.Berkenalan dengan kolestrol


http://www.kamusilmiah.com

Anonymous.2009.Isoflavons, Senyawa Multi-Manfaat dalam Kedelai


http://kacangkedelai.Blogdetik.com/2009

Anonymous.2009.Isoflavons,Menopause, dan Kanker Payudara


http://www.soyaaksi.com.html

Baraas faisal, 1993. Mencegah serangan jantung dengan menekan kolestrol. PT


Gramedia Pustaka, Jakarta.

Bromwich Peter, 1989. Menopause, Jakarta

Hanafiah.1995. Rancangan Percobaan (teori dan aplikasi).PT.Raja Grafindo


persada.Jakarta.

Ida Bagus Gde Prof, 2000. Kapita selekta penatalaksanaan rutin obsteri
ginekologi dan KB. Penerbit: buku kedokteran, Jakarta.

Murray K Robert, 2001. Biokomia Harper (edisi 24). Penerbit: buku kedokteran,
Jakarta

Murray K Robert, 2001. Biokomia Harper (edisi 25). Penerbit: buku kedokteran,
Jakarta

Poerwati, E, 2000. Dasar-dasar metode penelitian. UMM. Malang


45

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN NUTRISI KEDELAI (Glycine max. L. Merril)


TERHADAP KENAIKAN KADAR HDL PADA TIKUS PUTIH (Rattus
norvegicus) YANG DI OVARIOKTOMI (MODEL MENOPAUSE)

Di susun oleh :
An Nissa Rahmanita
05330027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2010

You might also like