You are on page 1of 36

DIRIKAN RUMAH SAKIT ISLAM

DIRIKAN RUMAH SAKIT ISLAM


DI SUMATERA BARAT

ada bulan September 1969, selepas kunjungan


DR. Mohamad Natsir ke Sumatera Barat, DR.

P Mohamad Natsir menuliskan kesannya kepada


Buya Datuk tentang pembinaan umat di daerah
ini. Diantaranya beliau menuliskan sebagai
berikut, "Setelah merenungkan perkembangan usaha kita
di Sumatera Barat dalam menggarap umat, tumbuhlah
rasa syukur kita kepada Illahi, melihat adanya
perkembangan yang menggembirakan hati. Tidak sia-sia
segala jerih payah, tenaga dan pikiran kita curahkan
selama ini.”1
Tanggal 3 Januari 1969, Buya Datuk Palimo Kayo ikut
mendirikan Yayasan Rumah Sakit Islam (YARSI) Sumatera
Barat di Bukittinggi.2
Idea pendirian Rumah Sakit Islam Ibnu Sina ini tampak
dalam berapa catatan penting yang dikirimkan oleh Bapak
Mohamad Natsir kepada Bapak Ezzeddin dengan rincian
secara jelas. Anatara lain, “ Usaha pembangunan Rumah
Sakit Islam yang sekarang sedang berjalan diselenggarakan
dibawah naungan Yarsi Jakarta, yaitu sebagai cabang atau
perwakilan Yarsi di Sumbar.

Dakwah Komprehensif
40
DIRIKAN RUMAH SAKIT ISLAM

- Usaha yang baru saja dimulai ini terbatas pada kota


Bukittinggi dan sekitarnya.
- Dalam status yang sekarang ini Perwakilan Yarsi Sumbar
sudah mempunyai modal, dan sudah melakukan pinjaman,
dan akan mengadakan kontrak sewa menyewa.
Sekarang timbul ide : "Mendirikan satu Yayasan Yarsi
Sumatera Barat, yang ruang kegiatannya meliputi sekuruh
wilayah Sumbar. Organisasi ini berdiri sendiri, tidak ada
hubungan organisatoris dengan Yarsi Jakarta Raya.
Dimaksudkan, badan yang sekarang sudah berjalan untuk RSI
di Bukittinggi, merupakan inti dan pelopor bagi Yayasan yang
bersifat regional itu. Ide ini baik. Hanya harus dapat sama-
sama dipahami, bahwa “Apa yang disebut inti dan pelopor itu
harus terus menitik beratkan usahanya pada pembangunan
RSI Bukittinggi dan sekitarnya, sehingga tercapai apa yang
ditujunya semula. Sehingga jangan sampai tertegun-tegun
oleh karena gagasan yang lebih meluas itu ; (a). "Inti" dan
pelopor ini nanti merupakan satu badan yang otonom dalam
Rangka Yarsi (regional) Sumatera Barat sebagaimana dia
sekarang merupakan badan otonom dalam rangka Yarsi di
Jakarta. (b). Satu dan lainnya harus dapat dibaca dan
dijelaskan dalam anggaran dasar atau peraturan-peraturan
selanjutnya. Sementara itu dilakukan persiapan untuk
Yayasan (Rumah Sakit) regional di Sumbar.
Untuk ini : Taraf pertama dibentuk satu badan kontak dari
semua usaha-usaha swasta yang sudah ada dibidang
kesehatan di Sumbar : poliklinik, rumah bersalin, apotik. Kita
harus mulai dari dasar yang reel.
- Anjurkan kepada badan-badan yang sudah itu,
diadakan badan kerjasama, semacam "konfederasi".

41 Dakwah Komprehensif
MEMBENTENG AKIDAH

Kebanyakan dari badan itu didirikan dan diasuh oleh P.K.U.


Muhammadiyah. jangan diforsir untuk melebur dalam satu
badan regional itu. Mereka pada umumnya ingin tetap
memelihara "identitas mereka". dan memang tak perlu
dilebur. Masing-masing usaha itu tetap otonom. Akan tetapi
sekarang bekerjasama dalam satu gagasan yang lebih luas -
dengan saling bantu - membantu, dalam rangka strategic
planning bersama meliputi seluruh wilayah. Yakni dalam
rangka koordinasi dan bantu membantu secara praktis dan
efisien, bukan dalam arti "berebut pasaran".
Jiwa kerjasama (ta'awun) untuk mencapai efisiensi ini harus
diusahakan sampai meresap dalam alam berpikir semua
peserta. Maka berhubungan dengan ini posisi dan tugas dari
B.K.P.U.I dengan demikian juga sudah defined. Yaitu
mendukung, melapangkan jalan dan melindungi. Tanpa
memasuki soal-soal detail pengorganisasian dan pelaksanaan.
Dalam teknis pelaksanaan perlu kita sadari bahwa hasil usaha
kita banyak sekali tergantung bukan saja kepada kecakapan,
tetapi juga dan terutama pada sikap-jiwa (mental attitude)
pada cita-cita perjuangan dari tenaga-tenaga pelaksana (para
dokter, juru rawat dll.
Mental attitude dan jiwa perjuangan perlu terus disuburkan
sebaik-baiknya. Sekianlah catatan saya, harap menjadi bahan
pertimbangan dari saudara-saudara disini. Wassalam, MOH.
NATSIR 3

Pesan-Pesan Dakwah Mohamad Natsir 42


DIRIKAN RUMAH SAKIT ISLAM

MEMPERHATIKAN KESEHATAN UMAT


DALAM RANGKA MEMBINA DAN MEMPERTAHANKAN ISLAM.

Melalui gerakan dakwah, Bapak Mohamad Natsir sangat


bersungguh-sungguh merekomendasi pendirian Rumah-
rumah Sakit Islam, diseluruh tanah air. Konsep azasi tersebut
sudah lama menjadi wacana perdebatan banyak pemikir.
Begitu juga diantaranya terungkapkan kembali dalam
sambutan Bapak Mohamad Natsir tatkala meresmikan
pemakaian Masjid Asy-Syifa Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Simpang Ampat Kecamatan Pasaman di Pasaman Barat,
Kabupaten Pasaman.
Yang terpenting sebetulnya tidak hanya semata pembangunan
fisik berupa bangunan masjid yang terutama, tetapi yang lebih
utama disampingnya adalah pembangunan umat dengan
memelihara kesehatannya melalui membangun rumah sakit.
Dengan pembangunan kedua sarana ibadah ini, maka harus
diusahakan selalu gerakan pengupayaan sumber daya
manusia dan alam. Satu hal yang perlu kita ingat pula, bahwa
setiap usaha-usaha kemasyarakatan akan berjalan lancar dan
berhasil baik dan merata kalau didukung seluruh rakyat
bersama-sama pemerintah di bawah bimbingan pemuka-
pemuka masyarakat.
Di daerah ini disebut Tungku Tigo Sajarangan: ninik mamak,
alim ulama dan cerdik pandai. Kalaulah hal yang demikian
dapat kita wujudkan, apa yang kita cita-citakan berupa
kemakmuran lahir bathin yang merata di daerah kita ini, akan
cepat menjadi kenyataan. Insya Allah.

43 Dakwah Komprehensif
MEMBENTENG AKIDAH

Salah satu upaya mewujudkan motto ini, antara lain dengan :


• Dengan mendirikan Rumah Sakit Islam. Bila kita
terlambat memikirkan kesehatan umat maka orang
lain akan mendahuluinya, bisa-bisa terjadi nantinya
jalan dialih orang lalu.
• Pembangunan Rumah Sakit Islam adalah ibadah
karena ada suruhan untuk berobat bagi setiap orang
yang sakit (hamba Allah).
• Gerakan ini bisa berarti juga memfungsikan para
ahli di bidangnya yang keislamannya sama bahkan
tidak diragukan.
Pada Oktober tahun 1969 Balai Kesehatan Ibnu Sina (cikal
bakal Rumah Sakit Islam Ibnu Sina) yang mengambil tempat
di rumah Dr. Muhammad Yusuf dan rumah keluarga Dr.
Muhammad Djamil, di Bukittinggi. Di bangunan yang
bernama Sitawa Sidingin di Bukittinggi telah diresmikan
untuk pertama kali beroperasinya oleh Proklamator Republik
Indonesia Bapak DR. Mohammad Hatta.
Satu sejarah baru telah dimulai yakni membangun balai
kesehatan sebagai rangkaian dari suatu ibadah dan gerak
dakwah. Keberadaan Balai Kesehatan ini disambut oleh
seluruh lapisan masyarakat dari desa-desa hingga ke kota,
oleh pegawai sampai petani, dari ulama dan pejabat hingga
pedagang dan perantau. Serta merta seluruh pihak-pihak
tersebut mem-buka puro (persediaan harta) menyalurkannya
dengan ikhlas untuk berdirinya Balai Kesehatan Islam di
Bukittinggi. Akhirnya menyebar ke Padang Panjang, Padang,
Payakumbuh, Kapar (Pasaman Barat), Simpang Empat dan
Panti dalam waktu yang sangat pendek hanya berjarak tiga
tahun setelah peresmiannya dan akhirnya menjadi Rumah
Sakit Islam Ibnu Sina.

Pesan-Pesan Dakwah Mohamad Natsir 44


DIRIKAN RUMAH SAKIT ISLAM

Apa yang diperbuat oleh misi baptis selama ini telah dapat
dijawab oleh umat Islam di daerah Sumatera Barat dengan
suatu amal nyata yakni melalui program dakwah illallah
dalam bidang kesehatan.
Sebelum tahun 1986, Bapak Mohamad Natsir sebagai pendiri
Dewan Da’wah merekomendasi bantuan dari Muhsinin untuk
pembangunan Rumah Sakit Islam (RSI). Diantaranya RSI
Cempaka Putih Jakarta Pusat. Berikut diminta pula untuk
membangun RSI di Sukabumi, RSI BKSWI di Bandung, RSI
Siti Khodijah di Pekalongan. Kemudian diteruskan dengan
pembangunan Rumah Sakit Islam di Surabaya, RSI Faishal di
Ujung Pandang di Sulawesi Selatan.
Di daerah Sumatera dibantu pula mendirikan Rumah Sakit
Islam Teluk Betung di Lampung, dan Rumah Sakit Islam Ibnu
Sina di Bukittinggi.
Sungguhpun Bapak Mohamad Natsir selaku Ketua Dewan
Da’wah Pusat belum menyiapkan secara tuntas Master Plan
dari setiap bangunan Rumah Sakit Islam tersebut secara fisik.
Namun, usaha pendekatan terhadap para Muhsinin yang akan
mengulurkan bantuannya secara ikhlas mengharap redha
Allah senantiasa dilakukan Beliau. Nawaitu dan
mengharapkan ridha Allah inilah yang selanjutnya ternyata
telah menumbuhkan sikap ta'awun dari jamaah ditempat mana
bangunan-bangunan Rumah Sakit Islam tersebut didirikan.
Disamping Rumah-rumah Sakit tersebut, juga telah
dibangunkan satu buah Balai Latihan Kerja (BLK) dan satu
buah Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat di
Pasaman Barat. Dengan demikian juga yang dialamatkan
untuk pembangunan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina di
Bukittinggi, Pasaman, Payakumbuh dan Sumatera Barat
umumnya.

45 Dakwah Komprehensif
MEMBENTENG AKIDAH

MENJADI RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA


BALAI Kesehatan "Ibnu Sina" Bukittinggi, yang didirikan
Oktober 1969, delapan tahun kemudian (Oktober 1977)
ditingkatkan statusnya "Rumah Sakit Islam Ibnu Sina dan
sekaligus hari Rabu yang lalu Menteri Kesehatan Prof. Dr.
Siwabessy dalam suatu upacara meriah di komplek RSI Ibnu
Sina Bukittinggi.4
Dalam kata sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Dirjen
Pelayanan Kesehatan Depkes Prof. Dr. Drajat, Menkes
menyatakan bahwa kesehatan adalah modal manusia untuk
bisa berbuat kebajikan dan membangun. Karena itu, peran
Rumah-rumah Sakit amat penting, sehingga pelayanan
terhadap kesehatan rakyat menjadi luas dan lebih sempurna.
Menkes menyatakan bahwa Yarsi telah mampu membangun
Rumah Sakit dan ternyata terus berkembang. Dan hal ini jelas
merupakan sumbangan positif bagi peningkatan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, kata Menkes.
Buya HMD. Dt. Palimo Kayo, Ketua Umum Yarsi Sumbar
dalam kata pembukaannya menyatakan bahwa sampai dewasa
ini pembangunan Rumah Sakit Islam Ibnu Sina yang punya
cabang di Padang, Padang Panjang, Payakumbuh dan
Pasaman telah menelan biaya sekitar Rp. 134 juta lebih. Dan
dana sebanyak itu diperoleh dari uluran tangan kaum
Muslimin serta bantuan pemerintah. Dikatakan, bahwa
pembangunan tahap ke V RSI Ibnu Sina yang peletakan batu
pertamanya dilangsungkan pula pada upacara tsb, antara lain
telah diterima sumbangan Presiden Soeharto sebanyak Rp.
26.5 juta. Dengan uluran tangan kaum Muslimin yang nyata-
nyata cukup menggembirakan serta bantuan Pemerintah serta
ridho Tuhan SWT, pembangunan RSI Ibnu Sina insya Allah
akan menuju kesempurnaan. Kata buya Dt. Palimo Kayo.

Pesan-Pesan Dakwah Mohamad Natsir 46


DIRIKAN RUMAH SAKIT ISLAM

DUNIA BUKAN MONOPOLI ORANG-ORANG ISLAM

ohamad Natsir seorang Ulama dan pemimpin

M
umat yang adalah Ketua Umum panitia
pembangunan RSI Ibnu Sina menyatakan bahwa
dunia ini bukanlah monopoli bagi orang Islam.
Pak Natsir menyatakan demikian ketika mensitir
sebuah ayat suci Al Quran ketika memberikan sambutan pada
peresmian Rumah Sakit Islam Ibnu Sina di Bukittinggi, Rabu
siang Oktober 1977.5
"Kamu hidup diatas bumi ini di tengah-tengah
persimpang- siuran dari pada agama, kepercayaan dan
persimpangan dari pada ideologi dan cita-cita. Semua itu
masing-masing mencapai tujuan masing-masing".
Dalam keadaan demikian itu jangan kamu lari dari
persimpangansiuran itu, janganlah uzlah menyendiri
supaya jangan kelihatan diri akan tetapi haruslah berada
di tengah-tengah persimpangsiuran itu. Berlomba-
lombalah dengan mereka untuk kebajikan.
Tujuan hidup dari seorang Muslim kata Mohamad
Natsir, supaya tunjukkan identitas selaku seorang Muslim
dengan berlomba-lomba dalam menegakkan kebajikan. Dan
kalau itu sudah dijalankan, jangan pula be-riya atau takabur,
aku yang gagah. Semua amalan itu hanya untuk di
persembahkan pada Illahi, mudah-mudahan diterimanya.
Semua itu kata Pak Natsir, diberikan sebagai sumbangan
kepada sesama manusia tanpa diskriminasi, tanpa pilih suku,
agama dll.
Demikian sifat muslim yang diajarkan agama.
Maka salah satu dari perlombaan itu, inilah yang
bernama Rumah Sakit Islam Ibnu Sina.
47 Dakwah Komprehensif
MEMBENTENG AKIDAH

Kepada para dokter, paramedis, karyawan di Rumah Sakit


Islam tersebut Mohamad Natsir memesankan agar supaya
melanjutkan pekerjaan dengan motivasi yang lebih tinggi dari
sekedar hanya untuk mengobat orang sakit. Dengan motivasi
yang lebih luas dari pada itu untuk sesama manusia. Dengan
motivasi untuk berbakti kepada Illahi dan motivasi yang
menunjukkan bahwa kita bisa berbuat pada jalan Allah SWT.
Disamping pembangunan yang tidak nampak kata Bapak
Mohamad Natsir lagi, selain semen beton dll., yaitu man
power, pembangunan dari Korps paramedis, dokter yang
sejalan pikirannya untuk menyelenggarakan pekerjaan ini,
satu cita-citanya motivasinya dan mutu pekerjaannya itu akan
bertambah tinggi. Diharapkan pula supaya Yarsi senantiasa
meneruskan Man Power Planning tersebut dengan
memperbanyak pemuda dan pemudi kita masuk dalam
lingkungan pekerjaan ini. Masing-masingnya dengan
mempertinggi kemampuannya. Insya Allah dengan demikian
Ibnu Sina akan dapat diperkembangkan sebagai suatu usaha
Lembaga Swasta yang sama-sama dapat menunjukkan
identitasnya sebagai umat yang mempunyai idealisme (cita-
cita perjuangan) dan motivasi, rasa tanggung jawab kepada
Nusa dan Bangsa.
Sungguhpun telah banyak yang ditanamkan Bapak Mohamad
Natsir dengan Dewan Da’wah yang dipimpinnya sama sekali
tidak memperlihatkan keinginan untuk mengelola manajemen
dari Rumah Sakit-rumah sakit yang dibangun atas
rekomendasi Dewan Da’wah tersebut. Hal ini disebabkan
karena Dewan Da’wah itu berperan sebagai agregat (mesin
pembangkit listrik) dibelakang rumah atau seperti pompa
bensin di pinggir jalan, begitulah pesan Bapak Mohamad
Natsir.

Pesan-Pesan Dakwah Mohamad Natsir 48


DIRIKAN RUMAH SAKIT ISLAM

BERLOMBA UNTUK BERAMAL


FARDHU KIFAYAH6
Assalamua'laikum wr.wb.
Terlebih dulu kami mengucapkan syukur
alhamdulillah, dan mengucapkan selamat kepada Yarsi
Sumatera Barat, atas berhasilnya usaha Yarsi dan Ibnu Sina
membuka cabang baru di Padang, ibukota Sumatera Barat
ini yang sedang berkembang maju dalam pelbagai bidang
pembangunan.
Kita sama-sama mengetahui, bahwa dalam masa lebih dari 10
tahun belakangan ini, tidak syak lagi Yarsi Sumbar, RSI Ibnu
Sina beserta cabang-cabangnya di Sumbar memberi
sumbangan yang cukup berarti, di bidang pelayanan
kesehatan masyarakat Sumatera Barat dalam rangka
berpartisipasi dalam pembangunan negara pada umumnya.
Bila ditilik dari sudut ajaran agama Islam, apa yang
diusahakan oleh Yarsi beserta "Ibnu Sina"nya, adalah apa
yang boleh disebut suatu amal fardh kifayah, untuk
kesejahteraan bersama, dalam rangka bermusabaqah,
berlomba-lomba menegakkan kebajikan.
Melindungi diri dari penyakit dalam arti preventif, dan
memberantas penyakit secara kuratif, tak syak lagi adalah
salah satu perintah dari Agama kita, agama Islam. Kita
dibiasakan menjaga kebersihan. Kebersihan anggota-anggota
badan kita, termasuk gigi dan mulut, kebersihan pakaian dan
lingkungan, kebersihan makanan dan minuman dari pada
unsur-unsur yang merusak kesehatan seperti alkohol, dan
sejenis dengan itu.
49 Dakwah Komprehensif
MEMBENTENG AKIDAH

"Kebersihan itu adalah salah satu ciri dari seorang


yang beriman".
Selain dari pada itu, sebagai jamaah yang beriman, kita
dikerahkan pula untuk memberantas penyakit. Dikerahkan
para ahli dan peneliti untuk tidak putus-putusnya
merintiskan jalan untuk mendapat obat yang tepat dan
manjur, berusaha untuk menemui terapi baru guna
mengatasi bermacam-macam penyakit. Penyakit lama dan
penyakit baru.
"Berobatlah kamu, wahai hamba Allah. Percayalah,
bahwa bagi tiap-tiap penyakit ada obatnya".
Yakni, jangan putus asa, bila obatnya belum kunjung
bertemu. Obat itu ada. Carilah terus. Demikianlah pesan
Rasulullah SAW.
Maka kita mengaharapkan bahwa Rumah Sakit Islam Ibnu
Sina ini, disamping kegiatan biasa dalam melayani
kesehatan, juga merupakan sarana, bagi kegiatan yang
demikian. Yakni disamping kegiatan mengobati si sakit, ada
kegiatan merintis jalan untuk menemui obat dan terapi
baru.
Ringkasnya melanjutkan tradisi dari para pujangga-
pujangga medis Islam di zaman keemasannya, dari Ibnu
Sina a.l yang namanya justru dipakai oleh lembaga
kesehatan kita sekarang ini.
Dalam pada itu sebagaimana dalam tiap-tiap usaha kita,
dibidang manapun, tidak lah kita lupa hendaknya bahwa,
kita sebagai manusia hanya bisa berusaha. Berusaha keras
di jurusan masing-masing. Dan kita dikerahkan untuk
berbuat demikian. Juga di bidang memberantas penyakit.

Pesan-Pesan Dakwah Mohamad Natsir 50


DIRIKAN RUMAH SAKIT ISLAM

Akan tetapi, dengan segala kerendahan hati dan tawadlu',


kita harus senantiasa sadari, bahwa kita hanya bisa
berikhtiar. Adapun yang menyembuhkan ialah Allah SWT
jua adanya. Dialah Shafi, Maha Penyembuh.
Disamping berikhtiar, kita memohonkan Rahmat daripada-
Nya, dan bertaakal kepada-Nya. Baik kita sebagai si sakit
sendiri, ataupun sebagai juru rawat, yang berhubungan
rapat sekali dengan si penderita, ataupun sebagai dokter
yang sedang menggunakan ilmu dan keahlian untuk
melepaskan si sakit dari penderitaanya. Semua ingat kepada
firman Illahi :
    
 
"Dan bila aku sakit maka Dialah yang menyembuhkanku"
Inilah, mudah-mudahan, yang akan menjiwai suasana
dalam mustasyfa ini. Suasana yang demikianlah yang
antara lain membedakan suatu Rumah Sakit Islam dengan
yang lainnya. Adapun obat-obatan dan alat-alat fisik
dimana-mana, sama saja.
Akan tetapi mari kita tumbuhkan dan pelihara shibqhah
atau karakteristik yang khas ini bagi lembaga Islam yang
sekarang kita sama buka ini. Maka kami dari Maktab
Rabitah di Jakarta menyerahkan kepada RSI Ibnu Sina
dengan perasaan ukhuwah sebilah papan marmer yang
bertuliskan ayat Al-Qur'an ini untuk dipasangkan ditempat
yang munasabah.
Demikianlah. Kita mendoakan semoga semua amal
Saudara-saudara Pengurus dan kita semua, diterima Allah
SWT sebagai amal shaleh. Amin.

51 Dakwah Komprehensif
MEMBENTENG AKIDAH

PELAYAN KESEHATAN UMAT

D
alam tahun 1968 DR. Mohamad Natsir berkunjung
ke Sumatera Barat atas undangan Yayasan
Kesejahteraan. Waktu itu, Beliau mendapat
kesempatan mengunjungi hampir seluruh
Kabupaten di Propinsi Sumatera Barat dengan bantuan yang
amat simpatik dari pihak Bapak Gubernur Harun Zein beserta
Muspida Propinsi Sumatera Barat, dalam rangka kegiatan
pembangunan lahir dan batin di Sumatera Barat.
Diwaktu hendak kembali ke Jakarta7, maka sebagai salah satu
hasil pencernaan dari apa yang telah dapat dilihat, didengar
dan dialami selama kunjungan keliling itu, Beliau
menyampaikan satu saran tertulis yang dialamatkan kepada
Buya Dt. Palimo Kayo yang mengandung harapan kepada
para alim ulama, yang dalam keadaan bagaimanapun tetap
merupakan pemimpin-pemimpin alamiah yang berurat
berakar dalam kalbu masyarakat Minangkabau, bersama-
sama dengan para cendikiawan di daerah kita ini, agar
dimulai suatu percobaan untuk mendirikan sarana pelayanan
kesehatan, walaupun dengan satu poliklinik yang kecil.8
Kemudian bisa diharapkan dapat berkembang nantinya.
Alhamdulillah, saran itu dapat disetujui oleh para ulama
cerdik pandai dan para ahli serta pemuka-pemuka kaum ibu
disini dan direstui oleh Gubernur Kepala Daerah. Mengenai
kondisi Sumatera Barat yang melatarbelakangi pendirian
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina di Bukittinggi ini Bapak DR.
Mohamad Natsir mengatakan, " Diwaktu itu keadaan di
Minangkabau sendiri atau di rantau dan di daerah-daerah
Indonesia pada umumnya amat sulit. Lebih-lebih sesudah
kita menderita akibat-akibat dari pemberontakan PKI yang
terkenal dengan Gestapu itu.
Pesan-Pesan Dakwah Mohamad Natsir 52
DIRIKAN RUMAH SAKIT ISLAM

Walaupun bagaimana, para ulama beserta pemimpin-


pemimpin dikalangan cerdik cendikiawan dengan
"Bismillah" dan bertawakal kepada Allah memulai usaha
tersebut yang waktu itu dirasakan baru sama sekali. Tidak
seperti mendirikan sarana-sarana yang biasa kita garap
seperti madrasah, rumah yatim, mesjid dan lain-lain.
Kita mulai melangkah dengan keyakinan akan kebenaran
firman Illahi yang berbunyi :
   
  
     
 
Yakni, "barang siapa yang berjihad, bekerja sungguh-
sungguh pada jalan Allah (dengan niat untuk mencapai
keridhaan-Nya), maka Allah SWT akan menunjukan jalan
(di tengah-tengah perjalanan nanti) mana arah yang musti
ditempuh untuk mencapai apa yang dicita-citakan. (QS. 29,
Al 'Ankabut : 69)
Kita yakin bahwa Allah SWT tidak akan membiarkan
mereka yang menegakkan ihsan berjalan sendirian, akan
tetapi akan senantiasa beserta mereka. Inilah sebenarnya
modal kita yang hakiki.
Modal yang dihayati oleh para alim ulama kaum Ibu dan
para cendikiawan kita semua, di daerah Minang ini.
Dalam arti material kita mulai dengan modal nol. Tetapi
ternyatalah kebenaran Sunnah Illahi yang kita ingati pada
waktu itu, sehingga sesudah berjalan sekian tahun,
sekarang Ibnu Sina sudah berkembang sampai seperti
yang sudah kita lihat dewasa ini. Dalam pada itu, tiap-tiap
perkembangan dan kemajuan membawa persoalan.
Persoalan yang perlu kita pecahkan. Makin kita mencapai
kemajuan, makin banyak persoalan yang timbul, yang

53 Dakwah Komprehensif
MEMBENTENG AKIDAH
merangsang kita semua untuk menjawab pertanyaan :
Sekarang bagaimana lagi ? what's next ?

Untuk menjawab pertanyaan ini, maka perlulah sewaktu-


waktu, ibarat kita seorang musafir, berhenti sejenak dalam
perjalanan untuk membuat penilaian terhadap apa yang
sudah kita kerjakan, menilai baik dan buruknya cara-cara
yang sudah kita tempuh dan menilai hasil yang sudah kita
capai, dan merintis jalan yang akan ditempuh.9
Kita mengadakan introspeksi terhadap diri kita sendiri secara
obyektif, sesuai dengan ucapan Umar bin Khatab RA.
"Hisablah, dan hitung-hitunglah sebelum orang lain
melakukan penilaiannya" Sebenarnya hal ini sudah kita sama-
sama hayati semua dan senantiasa hidup dalam angan-angan
dan cita-cita keluarga Yarsi dan Ibnu Sina, sambil kita
melakukan tugas ditempat masing-masing.
Uraian ini adalah sekedar untuk merumuskan apa yang sudah
sama-sama kita rasa itu dalam bentuk yang lebih konkret
yang dapat disempurnakan melalui pembahasan dalam rapat
kerja kita ini. Untuk ini saya bagi pembicaraan kita dalam tiga
bagian, (1). Dimana terletak urgensinya kita menegakkan
amal shaleh di bidang pelayanan kesehatan. (2). Bagaimana
seharusnya Yarsi dengan Proyeknya Ibnu Sina menempatkan
diri dan melancarkan kegiatannya di dalam situasi yang nyata
di tanah air kita dewasa ini. (3). Berdasarkan itu semua,
apakah sifat-sifat yang umum dan khusus yang harus
ditumbuhkan dan dipelihara dalam pembinaan Ibnu Sina
selanjutnya.
Urgensinya
Pertama, Negara kita adalah negara agraria, negara pertanian
dan masuk golongan yang disebut negara sedang berkembang
untuk tidak menggunakan kata terbelakang. Negara kita
adalah sebagian dari bumi yang indah dimana manusia
Pesan-Pesan Dakwah Mohamad Natsir 54
DIRIKAN RUMAH SAKIT ISLAM
diamanatkan untuk menjadi khalifah diatasnya dan kini
didiami oleh 3.400 juta manusia.

Kira-kira 75 % dari padanya mendiami daerah yang bersifat


agraria yang sering mendapat malapetaka banjir dan
penduduknya hidup dalam pemukiman seadanya. Semua itu
memberikan gambaran yang cukup rawan.
Kemajuan ilmu dan teknologi tidak cukup mampu
mamperbaiki nasib besar umat manusia. Mungkin juga ilmu
dan teknologi yang maju itu dikuasai oleh 25 % sisa umat
manusia yang mendiami negara-negara maju, yang
kebanyakan tidak cenderung untuk memecahkan persoalan
nasib umat manusia di daerah-daerah terbelakang. Akibatnya
cukup menyedihkan.
Menurut statistik dari 1.000 anak dibawah umur 1 tahun
terdapat kematian 100 - 150 orang anak. Lembaga WHO pada
tahun 1971 mengeluarkan statistik tentang apa yang disebut
life expectancy (maksimal umur yang diharapkan) di Afrika
hanyalah 40 tahun, di Asia 50 tahun sedang di negara maju
seperti Eropa dan Amerika 71 tahun. Dari 3.400 juta manusia
tersebut setiap tahunnya terdapat kelahiran sejumlah 120 juta.
Kira-kira 84% dari seluruh kelahiran tersebut terjadi di
negara-negara berkembang itu. Disini pulalah terdapat angka
kematian yang cukup tinggi tadi itu. Pola penyakit di negara
yang sedang berkembang seperti di negara kita ini
mempunyai pola penyakit yang sama. Penyakit infeksi dan
kurang gizi menurut statistik menempati tempat teratas
diantaranya penyakit menular yang mengganas secara
bergelombang (epidemi).
Kalau kita pelajari laporan-laporan dari WHO, maka 80%
dari penduduk daerah agraria itu belum pernah tersentuh oleh
pelayanan kesehatan modern. Seorang pejabat tinggi
Departemen Kesehatan kita menerangkan di Indonesia

55 Dakwah Komprehensif
MEMBENTENG AKIDAH
keadaanya sedikit lebih baik, yakni hanya 75% saja penduduk
yang belum tersentuh oleh teknologi kedokteran.

Menurut tradisi yang sudah berlaku semenjak puluhan tahun,


kita disini berpegang pada sistem pelayanan kesehatan
dengan menitik beratkan pada pelayanan di rumah sakit.
Mulai dari rumah sakit di Kabupaten kemudian rumah sakit
Propinsi sampai ke rumah sakit nasional. Bila semuanya itu
digarap maka akan menelan biaya 50% dari anggaran
kesehatan nasional. Itupun berarti bahwa pelayanannya hanya
dinikmati oleh kira-kira 20-25% penduduk kota saja.
Demikianlah sistem panggarapan secara tradisional.
Kedua, kita sekarang berada diambang pintu cara
penggarapan atau pendekatan yang baru. Para cendikiawan
kita dibidang kedokteran sadar bahwa jika pendekatan klinis
semata-mata yakni menitik beratkan pada pelayanan rumah
sakit, maka itu bukan saja mahal, akan tetapi hanya mampu
untuk melindungi penduduk yang jumlahnya terbatas.
Sekarang ini para cendikiawan dibidang kesehatan mulai
merintis pendekatan yang lebih komprehensif atau
menyeluruh, dengan istilah tehnisnya disebut pendekatan
"holistik". Sering juga disebut pendekatan "semato-phiko-
sosial". Yang menjadi titik perhatian dalam sistem ini bukan
semata-mata fisik manusia saja akan tetapi juga diperhatikan
segi kejiwaannya dan juga fungsi manusia sebagai anggota
masyarakat.
Kita mengakui bahwa untuk meningkatkan kesehatan umat
(bangsa) kita, kita harus memperhatikan unsur-unsur
lingkungan, lingkungan sosial, lingkungan biologis,
lingkungan fisik, kultural dan lain sebagainya. Sebagai
akibatnya maka kita harus tidak puas dengan semata-mata
mengadakan pusat-pusat pelayanan kesehatan di kota-kota

Pesan-Pesan Dakwah Mohamad Natsir 56


DIRIKAN RUMAH SAKIT ISLAM
besar atau setengah besar yang bersifat statis untuk melayani
pasien-pasien yang datang.

Kita harus mendekati tempat beradanya para penderita


sedekat mungkin, yang tempatnya bertebaran di "pedalaman",
serta meningkatkan dinamika dalam cara-cara bekerja sambil
menggali dan memanfaatkan potensi lingkungan baik dalam
rupa tenaga manusia ataupun unsur alamiah.
Dapat kiranya dipahamkan bahwa sistem pembangunan
puskesmas-puskesmas kesehatan Ibnu Sina-nya. Dalam
rangka partisipasi sebagai swasta dibidang pelayanan
kesehatan, dari semula RSI Ibnu Sina secara intuitif, pada
hakekatnya, telah mengatur kegiatannya sesuai dengan ide
pendekatan holistik itu.
Demikianlah Yarsi Sumatera Barat tidak memusatkan
kegiatannya semata-mata pada memperlengkap dan
menyempurnakan polikliniknya menjadi satu rumah sakit
yang komplit dan serba lengkap lebih dulu. Dengan tidak
menunggu lama-lama Yarsi mendekati umat yang perlu
ditolong dengan mengadakan balai-balai kesehatan berturut di
Padang, Padang Panjang, Payakumbuh, Kapar dan Panti.
Saya katakan secara intuitif, oleh karena diwaktu itu kita
belum pernah mendengar istilah-istilah holistik ataupun
istilah semato-phyki-sosial atau lainnya. Paling banyak kita
didorong oleh keinginan hendak melayani sesama manusia
yang menderita dan berada dalam keadaan lemah sesuai
dengan pesan Rasulullah SAW.: "Kamu hanya akan
mendapat kejayaan apabila kamu mampu membina kekuatan
umat yang lemah diantara kamu", (Al-Hadist). Sedangkan
para dhua'fa itu berada kebanyakan diluar kota, tidak
terjangkau oleh pusat pelayanan kesehatan di kota-kota itu.
Walaupun bagaimana, kita bersyukur bahwa Yarsi Sumatera
57 Dakwah Komprehensif
MEMBENTENG AKIDAH
Barat dengan Proyek Ibnu Sinanya telah dapat
menyumbangkan daya baktinya kepada Allah SWT, dan daya
khidmatnya kepada sesama manusia dalam rangka
pembangunan negara dan bangsa kita umumnya.

Ketiga, Dalam pada itu ada satu sifat khas dari usaha kita ini.
Banyak yang bisa jadi motif bagi orang mendirikan suatu
lembaga atau sarana termasuk sarana rumah sakit. Adapun
tujuan Yarsi dan Ibnu Sina tidaklah berhenti pada usaha
menyehatkan orang yang sakit secara individual. Yarsi
memahamkan proyek Ibnu Sinanya itu sebagai alat untuk
Pembinaan umat (bangsa) pada umumnya.
Dengan proyek ini kita menumbuhkan, (a). Rasa tanggung
jawab dikalangan umat kita terhadap kesejahteraan bersama
dalam rangka menunaikan fungsi sosial. (b). Menumbuhkan
kepercayaan kepada kekuatan sendiri dalam memenuhi
keperluan-keperluan sesama, tanpa diskriminasi. (c).
Memperkembang daya cipta dan daya inisiatif untuk
merintiskan usaha-usaha baru meningkatkan kesejahteraan
kita lahir dan bathin, meningkatkan mutu hidup kita (quality
of life, kata orang sekarang).
Dalam rangka ini keluarga Yarsi dan Ibnu Sina harus
merasakan dirinya sebagai suatu kelompok kekeluargaan
diikat oleh cita-cita bersama, sebagai pendukung atau mission
satu risalah untuk menegakkan kalimah Ilahi dalam
pembinaan umat, bangsa dan negara.
Mereka menyadari bahwa proyek-proyek yang didirikan
adalah amanah Ilahi untuk realisasi risalah yang demikian itu.
Dalam rangka memegang amanah ini Keluarga Besar Yarsi /
Ibnu Sina, melaksanakan pembinaan dalam dua jurusan.
Jurusan keluar dan jurusan kedalam.

Pesan-Pesan Dakwah Mohamad Natsir 58


DIRIKAN RUMAH SAKIT ISLAM

PEMBINAAN KELUAR

U
mat, di tengah-tengah mana proyek itu ada,
haruslah merasakan bahwa proyek itu adalah milik
mereka pula dan turut bersama-sama bertanggung
jawab untuk kelestarian hidup sarana-sarananya,
baik proyek induk ataupun cabang-cabangnya.
Untuk menumbuhkan rasa turut memiliki atau partisipasi dari
umat sekitar kita, maka atas keluarga Yarsi dan Ibnu Sina
terpikul untuk senantiasa mengadakan komunikasi dengan
umat sekitarnya.
Bukan saja semata-mata dalam perawatan si sakit yang
datang untuk dirawat di klinik atau kamar-kamar perawatan.
Komunikasi yang demikian perlu dimulai dari semenjak akan
mendirikan sarana fisik berupa gedung dan lain-lainnya,
besar atau kecil. Kita harus mengikutsertakan mereka dalam
memikul beban pembangunan, baik dengan berupa
mengumpulkan dana, tenaga dan bahan-bahan walaupun
masing-masingnya sesuai menurut kekuatan masing-masing
pula.
Sebaiknya kita menjadikan cara-cara kita kerja pada
permulaan dulu menjadi tradisi yaitu menggerakkan potensi
material dan bahan-bahan dengan menjual kupon yang
harganya sesuai dengan kemampuan jemaah kita yang awam.
Sekalipun kita andaikata mempunyai sumber yang lain yang
lebih besar entahkan dari Pemerintah atau dari para ruhsinin
59 Dakwah Komprehensif
MEMBENTENG AKIDAH
yang lebih berada, akan tetapi potensi lokal jangan lupa kita
menggerakkannya sebab inilah yang akan merupakan akar
agar sarana yang kita bangun dapat tegak dengan stabil.
Bukan itu saja, proyek yang sama dibangun dan
dikembangkan dengan tenaga dan kegiatan umat itu bersama-
sama proyek itu sendiri.

Sebabnya membangun dan menyusun umat, menjadi umat


yang lebih sadar, yang menyadari cita-cita hidup (purpose of
life), umat yang menyadari kekuatan sendiri, umat yang
menghayati identitasnya dan tanggung jawabnya terhadap
Allah SWT dan sesama manusia.
Sesuai dengan Risalah atau missi kita, pembinaan umat
dengan sarana pelayanan kesehatan ini, dan sesuai dengan ide
pendekatan holistik yang kita kemukakan tadi, maka Ibnu
Sina perlulah menggiatkan umat disekitarnya sendiri agar
aktif menjaga kesehatan, agar jangan sampai sakit.
Sebagaimana kita ketahui, ajaran agama kita sendiri mendidik
sebagai muslim dan muslimah supaya menegakkan hygiene
dalam kehidupan sehari-hari. Kepada kita di ajarkan bahwa
kebersihan itu sebagian dari iman. Menunaikan ibadah shalat
kita yang lima waktu itu dikaitkan dengan perintah
mengambil wudhu, mandi, membersihkan gigi. Kita
diperintahkan agar senantiasa menjauhkan diri dari makanan
yang membahayakan kesehatan. Disinilah bertemu para ahli
medis dengan bidang para da’i dan guru agama.
Bertemu rumah sakit dan poliklinik dengan mesjid dan
madrasah. Apa yang lebih logis bagi keluarga Ibnu Sina, dari
pada mengadakan kerja sama yang erat dengan para
pemimpin informal di daerah agraria itu membentuk kader
kesehatan, dalam rangka menghidupkan apa yang disebut
"community medicine" atau "desa sehat" berlandaskan

Pesan-Pesan Dakwah Mohamad Natsir 60


DIRIKAN RUMAH SAKIT ISLAM
"keluarga-keluarga sehat", yakni dengan menumbuhkan auto-
aktivitas dari masyarakat sendiri.
Ini adalah sesuai dengan risalah pembinaan umat yang kita
kemukakan diatas tadi (a, b, dan c).

PEMBINAAN KEDALAM

U
ntuk dapat menjalankan missinya dengan efektif,
tak dapat tidak Ibnu Sina mengadakan pembinaan
kedalam tubuh Ibnu Sina sendiri. Yaitu, secara
kontinyu meningkatkan keterampilan tenaga-
tenaga pelaksana Ibnu Sina, (a). dibidang teknis medis, (b).
dibidang management, (c). dibidang komunikasi, baik dengan
para pasien yang dilayani ataupun dengan masyarakat pada
umumnya.Untuk itu perlu kita sediakan sarana-sarana dan
fasilitas untuk mencapai maksud tersebut. Maka adalah
kewajiban dari Yarsi dan Ibnu Sina bersama-sama menyusun
dan melaksanakan program pembinaan tenaga pelaksana
dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Sarana-sarana fisik yang terdiri dari besi dan tembok,
sekalipun indah tampaknya, tidak akan berarti banyak, bila
tidak dimanfaatkan oleh tenaga-tenaga yang tepat dan cakap.
Termasuk kepada usaha pembinaan kedalam adalah,
Pembinaan Ruhul Islam pada setiap unsur yang terlibat dalam
sistem pelayanan kesehatan RSI Ibnu Sina. Untuk itu perlu
dikembangkan pembinaan baik secara kurikuler dalam
pendidikan formal, maupun dalam bentuk pendidikan non
formal. Pendidikan tersebut hendaknya menuju kepada
tujuan, agar dicapai dokter muslim, paramedis Muslim dan
karyawan muslim pada seluruh eselon dan bidang
61 Dakwah Komprehensif
MEMBENTENG AKIDAH
kepegawaian. Dokter muslim, paramedis muslim dan
karyawan muslim hendaklah diartikan sebagai seorang yang
punya ilmu dan keterampilannya itu sesuai dengan Islam.
Prinsip uswatun hasanah haruslah diterapkan bukan hanya
dalam kehidupan pribadinya, tapi terlebih lebih lagi dalam
lingkungan hubungan antara setiap unsur dalam unit
pelayanan kesehatan.

KHULASAH
Dapat kita simpulkan sbb:
Pertama, Yang menjadi titik tolak kita membangun proyek
Ibnu Sina ini, ialah untuk menunaikan kewajiban fardhu
kifayah sebagai Muslimin dan Muslimah guna mencapai
kehidupan umat yang sehat jasmani, rohani dan kehidupan
sosialnya dengan tuntunan agama kita. Dari segi ini ia
merupakan salah satu dari proyek da'wah pembinaan umat.
Kedua, Ibnu Sina tidak bekerja secara ekslusif, menyendiri.
Ia berkhidmat terhadap sesama manusia tanpa diskriminasi.
seolah-olah ia berkata melalui kegiatannya : "Ini amalan
kami, adapun hasilnya adalah untuk kita". Dari segi ini dia
bersifat sumbangan dari umat Islam dalam rangka
pembangunan Bangsa dan Negara. Boleh dinamakan sebagai
sarana dalam perlombaan dengan sesama warga negara dalam
menegakkan kebajikan. Rumah Sakit Islam Ibnu Sina serta
Balai-balai Kesehatan yang dibinanya dikembangkan sebagai
satu sistem pelayanan kesehatan yang merupakan bagian dari
sistem pelayanan nasional.
Ketiga, RSI Ibnu Sina dikembangkan demikian rupa
sehingga dia mampu selain sebagai rumah sakit umum yang
memenuhi persyaratan, tapi sekaligus dia menjadi refferal
atau tempat rujuk, pemulangkan persoalan bagi semua balai-
balai kesehatan yang dibinanya, serta menjadi refferal pula
bagi balai-balai kesehatan, Rumah Bersalin atau Unit-unit
Pesan-Pesan Dakwah Mohamad Natsir 62
DIRIKAN RUMAH SAKIT ISLAM
Pelayanan Kesehatan lainnya baik yang dibina oleh
pemerintah maupun swasta lainnya di lingkungan Sumatera
Barat dan sekitarnya. Peranan ini jelas dimaksudkan bahwa
RSI Ibnu Sina tidak bersifat eksklusif hanya untuk umat
tertentu saja, tapi harus terbuka seluas-luasnya bagi setiap
warga yang memerlukannya.

Keempat, Sesuai dengan pendekatan holistik, maka


hendaklah diusahakan agar unit-unit pelayanan kesehatan
dikembangkan demikian rupa, sehingga berada sedekat
mungkin dengan umat yang memerlukannya.
Dalam prakteknya perlu diingat bahwa RSI Ibnu Sina serta
cabang-cabangnya adalah pembinaan manusia seutuhnya,
yang berarti tidak hanya membina kesehatan jasmani pasien-
pasien saja, tapi juga membina kehidupan rohaniyah dalam
hal ini kehidupan keagamaan si pasien dan masyarakat
lingkungannya sedemikian rupa sehingga tujuan pelayanan
kesehatan bersifat pelayanan menyeluruh (total care) benar-
benar dapat diwujudkan sepenuhnya.
Demikianlah hendaknya, semoga Allah SWT senantiasa
melapangkan jalan usaha kita ini dan menerimanya sebagai
'amal shaleh jua adanya.
Amin.

T
iga tahun kemudian, bulan September 1982, Bapak
Mohamad Natsir tidak sempat lagi datang
menghadiri Raker YARSI Sumbar di Padang.
Namun Beliau menuliskan taushiyahnya 10, sebagai
berikut ;

63 Dakwah Komprehensif
MEMBENTENG AKIDAH
Bapak-bapak, Ibu-ibu dan Saudara-saudara hadirin
yang terhormat, Assalamu'alaikum wr. wb.
Ingin saya turut serta dalam Raker Yarsi - Ibnu Sina yang
kedua ini, untuk bersama-sama dengan saudara-saudara
meninjau sejenak kebelakang, menjelajah kedepan.11
Yakni sama-sama menghitung dimana ada kelemahan-
kelemahan yang perlu diperkuat, dimana ada hasil yang
positif yang perlu dikembangkan untuk "modal" dalam
meningkatkan amal kita di hari depan.

Tetapi, berhubung dengan satu dan lain hal, kali ini saya
tidak dapat duduk bersama-sama disaat-saat yang penting
ini. Kita terima keadaan itu, sebagai Qadar Illahi. Segala
sesuatu ada hikmahnya, Insya Allah.
Bila kita ingat keadaan 13 tahun yang lalu, pada waktu
kita mulai melangkah di bidang kesehatan umat ini,
maka patut kita mengucapkan syukur al-hamdulliah.
Motif kita, cara populernya :"nawaitu" kita mendirikan
lembaga kita ini adalah hendak berbakti kepada Allah
SWT dan berkhidmat kepada sesama manusia.
Kita sadar bahwa dilihat dari sudut material, kita serba
berkekurangan. Demikian pula dibidang tenaga untuk
melaksanakan segala sesuatu yang hendak kita
sumbangkan dalam rangka pembaktian dan
pengkhidmatan.
Walaupun bagaimana, sesuai dengan pepatah di
Minangkabau kalau sudah sampai ditaraf, "tak kayu
janjang dikeping".
Kaum bapak, dan kaum ibu kita, tua dan muda sama-
sama turun tangan.
Ada yang hilir mudik mencari "kato sapakat", ada yang
hilir mudik mengumpulkan dana, banyak sedikitnya, ada
Pesan-Pesan Dakwah Mohamad Natsir 64
DIRIKAN RUMAH SAKIT ISLAM
pula yang meluruh gelang dari tangan, cincin dari jari dan
dukuh dari leher untuk digadaikan sementara guna
pencukupkan uang pembeli tanah Rp. 300,- semeter
persegi. Ada pula yang sengaja meninggalkan prakteknya
di Jakarta, turun ke Sumatera Barat ini untuk mengatasi
kemiskinan kita di bidang teknis - medis sampai kesulitan
itu dapat diatasi. Nan barek samo dipikua, nan ringan
samo dijinjiang. Ada yang memberikan tenaga, Ada yang
menyumbangkan pikiran, Ada yang mewakafkan tanah
dan rumah.

Dari kampung, dari rantau dan dari luar negeri. Sehingga,


dapatlah kita dari mendirikan poliklinik dan tempat
bersalin. Sampailah sekarang kita sudah mempunyai dua
rumah sakit Ibnu Sina, dan lima cabang-cabangnya di
Kapar, Panti, Padang Panjang, Payakumbuh dan Padang
Baru.
Malah teman-teman kita secita-cita di lain-lain daerah
seperti Propinsi Riau dan Lampung sudah pula
melangkah di jalan yang telah kita tempuh itu. Sudah ada
Ibnu Sina Riau di Pekanbaru, disamping poliklinik Ash
Shifa di Tias Bangun, Bandar Jaya dan Bandar sari yang
digarap oleh Yarsi Propinsi Lampung.
Alhamdulillah.
Mari pada saat seperti sekarang ini kita sadari kembali
nawaitu kita semula, niat yang shaleh itu. Mari kita
mensyukuri nikmat Ilahi ini. Kita syukuri kepercayaan-
Nya kepada kita untuk menerima, memelihara dan
mengembangkan yang diamanahkan-Nya kepada kita.
Kepada kita semua, di tempat manapun kita berada sesuai
dengan fungsi kita masing-masing. Tak ada diantara kita
yang merupakan pemilik dari lembaga ini. Semuanya
adalah pemegang amanah. Pemegang amanah Ilahi untuk
65 Dakwah Komprehensif
MEMBENTENG AKIDAH
kesejahteraan umat. Mari kita syukuri nikmat, sebenar-
benar syukur. Sama-sama ingat kepada firman Allah :
Ingatlah ketika Tuhan kamu menyeru kamu, "Bila kamu
pandai bersyukur ni'mah, pasti Aku akan tambah (ni'mat
itu) untukmu. Dan apabila kami mengkufuri ni'mah,
(tidak memelihara dan menggunakannya sebagaimana
mestinya). Maka azab-Ku pasti akan pedih" (QS. 14,
Ibrahim : 7).
Semoga kita semua termasuk orang yang pandai
bersyukur ni'mah.

Dalam rangka sama-sama berbakti dan berkhidmat,


seperti yang saya sebut tadi itu, kita sama-sama memikul
sebagian dari beban yang berat itu. Antara yang satu dan
yang lain ada hubungan yang tak putus. Yang
menghubungkan itu adalah apa yang disebut
keseimbangan antara hak dan kewajiban yang didukung
oleh rasa tanggung jawab, dan cinta kepada lembaga,
sebagai alat pengkhidmatan kita itu.
Tepat sekali, bila dalam agenda Raker kita ini dicantumkan
satu bagian yang berjudul : Organisasi dan Metoda. Ada satu
pepatah yang mengatakan : "Sesuatu yang bathil tapi teratur
rapi, bisa mengalahkan barang yang hak tapi centang
perenang". Baiklah bagian ini mendapat perhatian kita
bersama secara khusus.
Kita sama-sama sadarilah bahwa sebenarnya kita sedang
berlomba. Berlomba dalam satu masyarakat majemuk dalam
menegakkan kebajikan. Memang itulah fungsi kita sebagai
Umat Islam dalam masyarakat yang "pluralistik". Jangan
kita menjadi bahan ceme-eh orang lain. Jangan menjadi
penonton ditengah jalan, melihat orang lalu sambil
memangku tangan. Lebih-lebih bila lidah sudah kaku, kita

Pesan-Pesan Dakwah Mohamad Natsir 66


DIRIKAN RUMAH SAKIT ISLAM
teruskan berbicara dengan amal. Sebab amal yang baik itu
jauh lebih fasih dari pada lidah.
       
     

"Yang haq itu adalah dari Tuhanmu. Maka janganlah
sekali-kali engkau termasuk orang yang ragu.”
Dan setiap golongan menuju tujuannya masing-
masing. Maka kamu, berlomba-lombalah kamu
menegakkan kebajikan". (QS.2, Al Baqarah : 147).
Ini fungsi kita umat Islam.

Tunjukkan kehadiran kita di negeri ini dengan amal. Kita


semua adalah manusia. Manusia yang tidak ma'shum dari
kekeliruan. Sambil berjalan kita perbaiki yang tidak baik.
Kita surut dimana terlanjur. Kita perkembang, mana yang
baik. Kita perbarui niat semula.
Guna Rapat Kerja ini, ialah untuk itu. Dalam suasana
kekeluargaan dan persaudaran. Selain daripada itu lembaga-
lembaga pelayanan kesehatan kita ini, mempunyai ciri yang
khas. Yaitu ciri yang dibawakan oleh "nawaitu”
penyelenggaranya.
Ciri Islam.
Perlu kita sama jiwai ciri ini dan kita kembangkan setapak
demi setapak terus menerus, dalam tiap tugas manapun yang
kita garap. Sehingga lembaga pelayanan kesehatan kita ini
entah yang besar entah yang kecil, sama-sama diliputi oleh
suasana yang sesuai dengan namanya pula disemua bidang.
Sepanjang pengetahuan kita hal ini sudah dimulai
mengusahakannya pada tahun-tahun terakhir ini. Mudah-
mudahan dapat kita tingkatkan pada masa yang akan datang.
67 Dakwah Komprehensif
MEMBENTENG AKIDAH
Akhirul kalam,
Sekalipun kami berdua kali ini tidak dapat menyertai Rapat
Kerja kita ini secara aktif, percayalah, bahwa bathin kami
selalu mengikutinya dan mendoakan semoga Allah SWT
melapangkan jalan bagi kita semua, dalam menegakkan
Kalimah-Nya. Amin. Wassalam, M. Natsir.

Pesan-Pesan Dakwah Mohamad Natsir 68


DIRIKAN RUMAH SAKIT ISLAM

PESAN TERAKHIR BAPAK MOHAMAD NATSIR


UNTUK MASYARAKAT SUMATERA BARAT
MENINGKATKAN TARAF HIDUP
MEMULAI DARI BAWAH

T
anggal 19 September 1992 di Simpang Empat
Pasaman di resmikan pemakaian gedung RSI Ibnu
Sina dan Masjid Assyifa'. Bapak M. Bapak
Mohamad Natsir selaku Ketua Dewan Da’wah
Pusat memberikan kata sambutan yang tidak bisa
disampaikan beliau secara langsung karena beliau tengah
dirawat di RSCM Jakarta.12
Pidato tersebut dibacakan oleh Bapak H. Buchari Tamam
Sekjen DDII Pusat, berisikan pesan taushiyah untuk generasi
muda yang sangat relevan dalam menghadapi dan menatap
masa depan yang penuh tantangan dan persaingan di Era
Globalisasi.
Selengkapnya Bapak Mohamad Natsir, menyebutkan sebagai
berikut ; "Tadinya saya berharap akan dapat turut hadir dalam
pertemuan yang berbahagia ini, tetapi kesehatan saya jualah
yang menghalanginya".
Tiga setengah dasawarsa yang lalu, saya mendapat
kesempatan menjelajahi daerah Pasaman ini dari timur
sampai ke barat, dari selatan ke utara, memasuki desa-desa.
Saya sempat melihat secara langsung bagaimana potensialnya
daerah ini. Tanahnya yang subur, lautnya yang kaya ikan dan
padang rumputnya yang luas untuk peternakan. Begitu juga
perut buminya yang kabarnya juga mengandung bahan-bahan
tambang berharga.

69 Dakwah Komprehensif
MEMBENTENG AKIDAH

Dalam pembicaraan waktu itu dengan pemuka-pemuka


masyarakatnya yang ramah tamah, saya mendapat kesan,
bahwa mereka walaupun mengetahui kekayaan alamnya yang
demikian, belum melihat bagaimana jalan memanfaatkannya
untuk meningkatkan taraf hidup mereka dari kehidupan yang
masih serba tradisional selama ini, yang pada hakikatnya
masih dalam taraf dibawah garis kemiskinan.
Hal ini terbayang dalam ungkapan rasa hati mereka yang
dirangkum dalam seuntai pantun populer yang pernah saya
dengar di daerah ini. Kalau saya tak salah, berbunyi:
"Simpang Ampek kampuang sabalah, sasimpang jalan ka
Kinali, Buah labek tangkoinyo lamah, dijambo ta' sampai
jari". Memang begitulah.
Buah labek tangkainyo lamah, gambaran dari kekayaan alam
Pasaman. Sedangkan di jambo ta' sampai jari, usaha dan
upaya untuk meraih kekayaan itu, bukan tidak ada tapi
kesanggupan dan alatnya belum mencukupi. Upaya ini
sebenarnya sudah terjawab. Dari awal Dewan Da’wah sudah
berkeinginan untuk ikut membekali masyarakat Pasaman
dengan manusia yang berkualitas fisik dan mental, lahir dan
batinnya.
Demikianlah, pada awal 1975, berangkatlah serombongan
Dewan Da’wah Sumbar atas anjuran Dewan Da’wah Pusat,
diantaranya almarhum Mazni Salam dan kawan-kawan.13
Lalu merundingkan dengan yang mulia Syekh Haji Mohamad
Yunus Tuanku Sasak (almarhum), juga dengan pemuka-
pemuka masyarakat dan pemerintah setempat yang
kesemuanya memberikan sambutan positif. Waktu itu lah
Inyiak Sasak beserta Ummi, mewakafkan langsung sebidang
tanah beliau di Kampar yang terletak di samping sekolah
PGA dan surau beliau sendiri, di tempat mana telah didirikan
sebuah poliklinik Ibnu Sina.

Pesan-Pesan Dakwah Mohamad Natsir 70


DIRIKAN RUMAH SAKIT ISLAM

Dan sesudah itu menyusul pula didirikan poliklinik Ibnu Sina


di Panti. Seiring dengan pembangunan poliklinik-poliklinik
itu, beberapa masjid sebagai laboratorium dakwah telah pula
dibangun di daerah-daerah transmigrasi dan perkampungan
penduduk asli seperti di Kinali, Rambah. Sungai Baramas dan
lain-lain. Sekarang ini tujuh belas tahun pula.14 Telah berlalu
pengalaman-pengalaman yang di dapat dari perkembangan
masyarakat selama ini, biar yang terjadi di daerah akibat
pembauran penduduk asli dengan pendatang- pendatang, atau
pelajaran dan pengalaman yang didapat di luar daerah.
Agaknya telah lebih mematangkan kita untuk menyabut era
pembangunan bagi meningkatkan taraf hidup kita, terutama di
desa-desa.
Kita garap dari bawah. Pertama, mempersiapkan rakyat yang
sehat fisik mentalnya, sebagai disabdakan Rasulullah yang
artinya: Orang mukmin yang kuat, lebih baik dari pada orang
mukmin yang lemah. (Hadist Riwayat Ibnu Majah). Kedua,
membekali masyarakat, terutama generasi mudanya dengan
ilmu dan keterampilan, sains dan teknologi, kata orang
sekarang yang belajar dari bawah. Selanjutnya, membangun
masjid dan rumah sakit untuk pembinaan rohani dan fisik
masyarakat dan merintiskan pendidikan keterampilan bagi
generasi muda. Ini adalah kelanjutan dari rintisan-rintisan
sebelum ini sebagaimana dikatakan tadi. Satu hal yang perlu
kita ingat pula, bahwa setiap usaha-usaha kemasyarakatan
seperti yang kita lakukan ini, akan berjalan lancar dan
berhasil baik dan merata kalau didukung seluruh rakyat
bersama-sama pemerintah di bawah bimbingan pemuka-
pemuka masyarakat yang di daerah ini disebut Tungku Tigo
Sajarangan: ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai.
Kalaulah hal yang demikian dapat kita wujudkan, apa yang
kita cita-citakan berupa kemakmuran lahir bathin yang merata
di daerah kita ini, akan cepat menjadi kenyataan.

71 Dakwah Komprehensif
MEMBENTENG AKIDAH
Insya Allah.

Pesan-Pesan Dakwah Mohamad Natsir 72


1
Surat Bapak M.Natsir tertanggal Jakarta, 5 September 1969 Kepada Yth. Pak Datuk
Palimo Kayo di Padang No.: 191/B/1969, mengenai Penggarapan Umat di Sumatera Barat..
2 Balai kesehatan Ibnu Sina di Bukittinggi yang diresmikan oleh Yayasan Rumah Sakit
Islam (Yarsi) Sum. Barat pada tanggal 30 Oktober 1969, tampak dalam waktu yang tidak
lama, sudah dapat terwujud sebagai rumah sakit yang representatif dan sekaligus sebagai
health-centre. Estimate ini berkat simpati masyarakat dan adanya tanggung jawab yang
merata terhadap pembangunan proyek ummat Islam itu. Bagi ummat Islam itu merupakan
suatu usaha yang harus dipikul bersama sebagai suatu “fardu kifayah”. Sejak ide
pembangunan Rumah sakit “Ibnu Sina” dilahirkan oleh lembaga Dewan Da’wah Islamiyah
Indonesia (DDII) Sumatera Barat pada tanggal 26 Juli 1968, masyarakat daerah ini tidak
ragu-ragu memberikan dukungan, membantunya baik moril maupun materil, dukungan dan
bantuan adiperoleh dari pemerintah daerah, baik sipil maupun militer. Dari pemerintah
pusat di Jaakarta diterima bantuan riil dan fasilitas. Bahkan diperoleh bantuan ummat
Islam Malaysia. Mahasiswa Isalam dari berbagai negara yang belajar di London dan sebuah
Yayasan Inggeris “Oxfarm” yang berpusat di Oxford turut memberikan bantuan masing-
masing sebuah ambulance. Bertia terakhir mengabarkan, bahwa pemerintah Saudi Arabia
memberikan sumbangan uang sebesar US $ 80.000.- atau sebanyak rp. 33 juta untuk
pembangunan rumah sakit itu. Perantau-perantau Sumatera Barat yang tersebar di
berbagai pelosok tanah air mengirimkannya secara pribadi atau melalui organisasi
perantauan. Malah beberapa kota sengaja dibentuk panitia pengumpulan dana. Ada
beberapa perusahaan yang memberikan zakatnya untuk pembangunan “Ibnu Sina”. Tridak
kecil perana kaum ibu yang berhi,pun sebagai badan penyantun untuk terlaksananya
proyek ini. Tidak segan-segan mencopot sebagian perhiasan yang sedang dipakainya untuk
modal persiapan. Di Sumatera Barat ibu-ibu tersebut dipeopori oleh Rangkayo Ratna Sari,
Mirhamah Daud, Syarifah, Darnis Asma Malim, di Jakarta oleh Rangkayo H. Niar, Maimunah
Rachman, Dra. Kartini Chalidi. Badan penyantuntersebut kemudian mengajak kaum ibu
lainnya yang bersimpati dengan ide pembangunan rumah sakit islam. Hampir semua
orang-orang Sumatera Barat yang mempunyi apotik di Jakarta menymbangkan obat-obatan
sebagai modal pertama “Ibnu Sina” beberapa bulan sebelum peresmian balai pengobatan
itu, sudah terkumpul sejumlah obat-obatan.
3
Surat Bapak DR. Mohamad Natsir kepada Bapak Eziddin SH, dkk yang sedang
berada di Padang, tanggal Jakarta, 9 Desember 1968, berisi beberapa catatan tentang
rumah sakit Islam Bukittinggi (Sumbar)
4
Singgalang, 15 Oktober 1977
5
Haluan, 15 Oktober 1977
6
Sambutan Direktur Perwakilan Rabitah Jakarta pada peresmian R.S.I. "Ibnu Sina"
Padang, disampaikan atas nama Mudir Maktab Rabitah al "Alam al Islamiy, di Jakarta,
Bapak DR. Mohamad Natsir
7
Disampaikan oleh Bapak DR. Mohamad Natsir Di Padang, 6 Rajab / 1 Juni 1979 Rajab
, sepuluh tahun setelah RSI Ibnu Sina diresmikan pada 10 Oktober 1969, dengan Judul
"Kerangka Dasar Bagi Pembangunan Dan Pengembangan Rumah Sakit Islam IBNU SINA,
sebagai Proyek Pelayanan Kesehatan Umat".
8
Dalam suatu percakapan antara H.M.S. Datuk Tan Kabasaran dengan Bapak DR.
Mohamad Natsir di tengah perjalanan ke daerah Tanjung Raya (Maninjau). Beliau
mengatakan,
“ … bahwa kalau begini caranya ulama-ulama Sumatera Barat menentang
kegiatan misi Baptis ini, satu waktu nanti umat banyak ini akan berhadapan
dengan Engku-engku para ulama. Karena umat melihat dan merasakan
bahwa Baptis itu melakukan perbuatan baik, mereka menolong orang yang
sakit. Untuk ini ulama-ulama dan pemuka-pemuka masyarakat Sumatera
Barat perlu membuktikan pula usaha dakwah bi liasanil-hal seperti rumah
sakit itu.”
Sesampai di Sungai Batang, sedang istirahat di rumah Wali Nagari Sungai Batang,
Ismail (dikenal dengan panggilan Uo Maca), maka HMS Datuk Tan Kabasaran memohon
supaya Bapak DR. Mohamad Natsir berkenan menuliskan apa yang Beliau katakan itu.
Untuk nantinya bisa disampaikan pula kepada para ulama, pemimpin umat yang patut-
patut.
Segera Beliau suruh penulis meminjam mesin tulis Pak Wali Nagari. Dan meminta pula
selembar kertas. Beliau imlakkan (diktekan) sepucuk Surat Pendek yang Beliau alamatkan
kepada pemuka-pemuka masyarakat di Sumatera Barat. Surat ini kelak yang mendorong
para ulama, pemuka masyarakat untuk mengambil sikap dan arah yang tepat dalam
menghadapi misi Baptis ini. Surat itu selengkapnya sebagai berikut;
BUKITTINGGI, 2 JULI 1968
Kepada :
Jth. Engku2 Alim-ulama dan
Pemuka2 masyarakat Islam
Di
Sumatera Barat.

Assalamu’alaikum w.w.
Dengan hormat,
Menurut hemat saya, bahwa usaha menghadapi tantangan yang
sudah semakin berat terhadap ‘aqidah Ummat Islam, terutama di Sumatera
Barat ini, tidak mencukupi lagi kalau hanya dilakukan dengan cara-cara
sebagai selama ini.
Kalau cara gerak itu tidak segera kita robah dengan membuat amal-
amal yang nyata, seperti mendirikan sebuah rumah sakit Islam didaerah ini,
dan yang semacam itu, maka suatu kali ummat ini akan menghadap kepada
kita sendiri.
Baiklah pemikiran kearah usaha ini engku-engku mulai, insya’Allah
pekerjaan itu nanti kita hadapi bersama-sama.
Mudah-mudahan Allah S.W.T akan membukakan jalan untuk kita.
Amin.
W a s s a l a m,
Dto, ( M. Natsir)

9
Maka pertemuan kita sekarang ini, Raker YARSI Juni 1979 adalah merupakan
pelaksanaan dari pada satu bagian dari pada sistem kerja kita yang patut dijadikan
kebiasaan untuk selanjutnya, agar usaha kita ini mencapai hasil yang lebih baik dari yang
sudah-sudah.
10
Dalam Raker Yarsi Sumbar bulan September 1982 ini, Bapak DR. Mohamad Natsir
tidak sempat dating ke Padang. Beliau hanya mengirimkan pesan-pesan Beliau secara
tertulis.
11
Taushiyah tertulis Bapak DR. Mohamad Natsir, Jakarta, 10 September 1982.
12
DR. Mohamad Natsir, putra Sumatera Barat, yang lahir di Alahan Panjang Jembatan
Berukir, adalah seorang pemikir, negarawan, ulama besar, dan tokoh Islam yang punya
reputasi dunia, tokoh yang pernah memainkan peranan yang sangat penting dalam
panggung politik Indonesia, berpulang kerahmatullah pada hari Sabtu 6 Februari pukul
12.10 WIB di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta dalam usia 85 tahun.
13
Terdiri dari Djoesar Tamin, Mas'oed Abidin dan Mazni Salam.
14
Disampaikan pada tanggal 19 September 1992

You might also like