You are on page 1of 32

BAB III

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DAN


PENYUSUNAN PROYEKSI LAPORAN
KEUANGAN

A. Analisis Akuntansi dan Penyesuaian


Laporan Keuangan

B. Analisis Rasio Keuangan

C. Penyusunan Proyeksi Laporan Keuangan

1
Analisis Akuntansi

Analisis akuntansi bertujuan untuk


melihat seberapa besar sistem dan
kebijakan akuntansi perusahaan
memberikan gambaran yang
sesungguhnya atas realitas kegiatan
operasinya (Palepu-Healy-Bernard, 2004:31)

2
Langkah-langkah Analisis Akuntansi
1. Identifikasi kebijakan akuntansi yang penting
2. Penilaian atas fleksibilitas kebijakan akuntansi
3. Evaluasi atas strategi akuntansi:
– Membandingkan dengan norma industri
– Meneliti faktor pendorong manajemen
– Menganalisis perubahan kebijakan dan estimasi
akuntansi
– Menganalisis kebijakan dan estimasi akuntansi di masa
lalu
– Menganalisis kemungkinan perusahaan memanipulasi
transaksi bisnisnya untuk mencapai tujuan akuntansi
tertentu

3
Langkah-langkah Analisis Akuntansi-cont’d
4. Evaluasi atas kualitas pengungkapan (disclosure) laporan
keuangan:
– Apakah perusahaan menyediakan pengungkapan memadai?
– Apakah catatan kaki menjelaskan secara memadai kebijakan,
asumsi dan logika akuntansi?
– Apakah ada pengungkapan kinerja saat ini dalam seksi Diskusi
dan Analisis Manajemen?
– Jika peraturan akuntansi membatasi dalam mengukur dan
menyajikan beberapa faktor kunci sukses, apakah perusahaan
memberikan keterangan yang memadai akan hal ini?
– Bagaimana kualitas pengungkapan setiap segmen usaha tersebut.
– Bagaimana hubungan perusahaan dengan pemegang saham yang
ditunjukkan dengan penyajian laporan kinerja secara detil?
Apakah manajemen dapat dijangkau oleh penilai?

4
Langkah-langkah Analisis Akuntansi-cont’d
5. Identifikasi hal-hal mencurigakan dalam laporan keuangan
– Perubahan kebijakan akuntansi pada saat kinerja buruk  window
dressing.
– Adanya transaksi yang meningkatkan profit perusahaan secara
signifikan.
– Peningkatan saldo piutang usaha secara luar biasa bersamaan dengan
peningkatan penjualan.
– Peninggkatan saldo persediaan yang signifikan, bila yang meningkat
adalah persediaan barang jadi, ini bisa sebagai indikasi bahwa
permintaan akan produk perusahaan mengalami penurunan.
– Semakin besarnya selisih antara: laba perusahaan yang dilaporkan
dalam laporan laba rugi dengan arus kas operasi yang dilaporkan
dalam laporan arus kas dan dengan laba pajak.
– Penggantian auditor independen kepada yang tidak ”terkenal” dan
belum diketahui integritasnya
– Besarnya transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa
pada saat nilai penjualan menurun.
6. Menyesuaikan distorsi akuntansi
5
Normalisasi/Penyesuaian LK

Tujuan Normalisasi Laporan Keuangan:


 Untuk menfasilitasi perbandingan terhadap
nilai pasar sesuai dengan prinsip substitusi
 Untuk mengeliminasi Laporan Keuangan
yang tidak berorientasi pasar seperti
kebijakan berorientasi pajak.
 Untuk meminimalkan bias dari Laporan
Keuangan dalam menggambarkan nilai
ekonomis dan earning power perusahaan.

6
Normalisasi/Penyesuaian LK – cont’d
Hal-hal yang perlu disesuaikan:

1. Aset dan kewajiban non operasi,


2. Non recurring items
Pendapatan atau pengeluaran yang sangat jarang terjadi atau cuma sekali
terjadi dan tidak ada kaitannya dengan operasi perusahaan
3. Smoothing
Suatu pengeluaran yang jarang terjadi dan bila terjadi dibebankan
sepenuhnya pada tahun berjalan sehingga terjadi fluktuasi tajam dalam
laba perusahaan dan memberikan distorsi dalam proses penilaian.
4. Penyesuaian kendali (controlling adjustment): penyesuaian yang hanya
dapat dilakukan oleh pemegang saham mayoritas, misalkan penurunan
gaji direktur yang terlalu tinggi. Hai ini juga perlu dicermati untuk
penentuan premi kendali (control premium)/diskon minoritas (minority
discount)
5. Pos-pos cadangan
6. Metode pencatatan persediaan

7
Normalisasi/Penyesuaian LK – cont’d
Hal-hal yang perlu disesuaikan:
7. Kebijakan Write-Down dan Write-Off
8. Metode depresiasi
9. Aktiva tak berwujud
Leasehold interest:
PV = Nilai kini (present value)
A = Selisih antara tarif sewa kontrak dan tarif sewa pasar per periode (thn/bln)
n = Sisa masa sewa
k = Tingkat kapitalisasi sblm pajak
i = Periode ke-i
10. Pemisahan pos-pos non operasi
11. Penyesuaian Pos-Pos Neraca ke Nilai Pasar Wajar
12. penyesuaian lain-lain
pperlakuan terhadap kapitalisasi biaya, waktu pengakuan atas pendapatan dan
beban seperti pada penjualan angsuran dan kontrak kerja, transaksi leasing,
pencatatan kepemilikan di perusahaan afiliasi.

8
Analisis Rasio Keuangan

1. Common size statement


2. Likuiditas internal
3. Kinerja Operasi
4. Analisis Risiko
5. Analisis Pertumbuhan

9
Common Size Statement

Common size statement adalah laporan keuangan


suatu entitas bisnis yang menyajikan semua item
dalam persentase atas nilai suatu item.
Neraca  persentase dari total aset
Laporan laba rugi persentase dari penjualan.
Dengan
Tujuan  laporan keuangan dapat dibandingkan
dengan perusahaan sejenis namun berbeda ukuran.

10
Common Size Statement

NERACA
Aset 1999 %
Kas 1.816 4,7
Piutang Usaha 10.438 26,9

Persediaan 6.151 15,9


Beban dibayar dimuka 3.526 9,1
Total Aset Lancar 21.931 56,6

Pabrik dan peralatan 6.847 17,7


Aset lain-lain 9.997 25,7
Total Aset 38.775 100
11
Common Size Statement

HPP Beban operasi Pajak Laba bersih

PT. Blewah Madu PT. Angin Mamuju

24%
32%

44%

57%
10%

14%
9%
10%

12
Likuiditas Internal

Rasio likuditas internal untuk mengetahui


kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
finansial jangka pendek. Berikut adalah beberapa
rasio yang terkait dengan analisis likuiditas
internal:
– Rasio lancar (Current ratio) = Aset lancar/Kewajiban lancar
(KL)
– Rasio cepat (Quick ratio) = (Kas + Marketable Securities +
Piutang Usaha)/Kewajiban lancar
– Rasio kas (Cash Ratio) = (Kas + Marketable Securities)/KL
13
Likuiditas Internal - contoh

Laba Rugi 2006 Neraca 2006


Aktual Aktual
Kas 5,600
Penjualan 200,000
Piutang 16,000
Harga Pokok Penjualan (160,000)
Laba kotor 40,000 Persediaan 12,800
Beban operasional (20,000) Total aktiva lancar 34,400
Beban depresiasi (4,500) Aktiva tetap 50,000
Laba operasi 15,500 Akumulasi Depresiasi (20,000)
Beban bunga (5,000) 30,000
Laba sebelum pajak 10,500 Total aktiva 64,400
Pajak (30%) (3,150)
Laba bersih 7,350
Utang lancar 10,000
Utang jangka panjang 27,500
Ekuitas 26,900
Total kewajiban & ekuitas 64,400

14
Likuiditas Internal - contoh

Rasio Lancar = AL = 34,400 = 3.44


KL 10,000

Rasio Cepat = K + MS +PU = 5600+0+16000 = 2.16


KL 10,000

Rasio Kas = Kas = 5,600 = 0.56


MS 10,000

15
Kinerja Operasi
Dilihat tingkat efisiensi dan tingkat
profitabilitasnya.
• Rasio efisiensi:
• Perputaran total aset (Total Asset Turnover) =
Penjualan/Rata-rata total aset
• Perputaran aset tetap (Fixed Asset Turnover) =
Penjualan/Rata2 Aset tetap bersih
• Rasio profitabilitas operasi
• Gross Profit Margin = Laba kotor/Penjualan bersih
• Operating Profit Margin = Laba operasi/Penjualan bersih
• Net Profit Margin = Laba bersih/Penjualan bersih
• Return on Equity (ROE) = Laba bersih/Total Ekuitas
16
Kinerja Operasi – Contoh

Perputaran Total Aset = Penj. Bersih = 200,000 = 3.11


Total Aset 64,400

Perputaran Aset Tetap Bersih = Penj. Bersih = 200,000 = 4.00


Aset Tetap B 50,000

Gross Profit Margin = Laba Kotor = 40,000 = 0.20


Penj. Bersih 200,000

Operating Profit Margin = Laba Ops. = 15,500 = 0.08


Penj. Bersih 200,000

Net Profit Margin = Laba Bersih = 7,350 = 0.04


Penj. Bersih 200,000

17
Analisis Risiko

Menelaah ketidakpastian dari pendapatan suatu


perusahaan:
 Risiko bisnis  variabilitas laba operasi perusahaan
sepanjang waktu dan dapat diukur dengan standar deviasi
atas laba operasi. faktor-faktor penentunya dapat
dijelaskan sebagai berikut:
– Variabilitas penjualan
– Variabilitas biaya dan leverage operasi (operating
leverage),
 Risiko keuangan muncul karena adanya pembayaran
bunga yang harus dikurang dari laba operasi untuk
menghasilkan laba bersih.
18
Analisis Pertumbuhan
 Untuk mengetahui pertumbuhan berkelanjutan perusahaan pada
periode kontinyuitas.
 Bagi kreditor untuk menilai kemampuan perusahaan memenuhi
kewajibannya dimasa depan sedangkan bagi pemegang saham,
nilai perusahaannya sangat tergantung pada pertumbuhan laba,
arus kas dan dividennya di masa datang.
 Pada model pertumbuhan berkelanjutan (sustainable growth
model), tingkat pertumbuhan kontinyu (g) dipengaruhi oleh dua
variabel yaitu biaya ekuitas (cost of equity) dan tingkat laba
ditahan (retention rate). Retention rate merupakan proporsi dari
laba perusahaan yang tidak dibagikan kepada pemegang saham
namun diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan.
g = ROE * retention rate.

19
C. Penyusunan Proyeksi Laporan Keuangan

Periode Proyeksi & Periode


Kontinyuitas
Periode proyeksi meliputi satu siklus
100%
hingga diakhir masa proyeksi
pertumbuhan sudah stabil. Semakin 80%

pendek masa proyeksi eksplisit, 60%


semakin besar kontribusi nilai arus 40%
kas periode kontinuitas terhadap total 20%
nilai yang diperoleh dan sebaliknya
0%
semakin panjang masa proyeksi, 5 Year 10 Year 15 Year 20 Year 25 Year
semakin besar kontribusi nilai arus
kas periode kontinuitas terhadap total
nilai yang diperoleh.

20
Periode Proyeksi

Prosedur penyusunan proyeksi laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan analsisis atas data historis dan rencana manajemen sebagai


berikut:
– Business plan perusahaan perusahaan
– Struktur biaya perusahaan
– Tren historis atas tingkat harga produk/jasa perusahaan
– Laporan Keuangan historis beberapa periode (minimal tiga periode)
2. Mempersiapkan asumsi dasar di masa depan berkaitan dengan tingkat
produksi, penjualan dan biaya operasi perusahaan berdasarkan hasil analisis
di atas.
3. Menyusun proyeksi laba rugi
4. Menyusun proyeksi neraca
5. Menyusun proyeksi arus kas

21
Proyeksi Laporan Keuangan

n=0 n=∞

Periode Eksplisit Periode Kontinuitas

• Minimal meliputi satu siklus bisnis • Perumbuhan bisnis telah stabil


perusahaan atau siklus hidup perusahaan yang
• Pertumbuhan yang masih belum sudah mature.
stabil • Adanya capital expenditure yang
• Meliputi analisis sensitivitas signifikan di akhir periode
• Didasarkan atas data dan rasio eksplisit menunjukkan bahwa
keuangan historis. perusahaan belum mencapai
kondisi normal
22
Periode Kontinyuitas

Untuk periode kontinyuitas dimana dapat diasumsikan


bahwa pada periode tersebut arus kas perusahaan sudah
stabil pertumbuhannya sebesar g, maka nilai kini dari
semua arus kas pada periode kekal dapat dikapitalisasi
dengan formula sebagai berikut:
CF0 (1  g )
dimana Ke > g PV 
( Ke  g )

PV = Present Value dari arus kas pada periode kekal


CFo = Arus kas pada periode terakhir
Ke = Biaya ekuitas
g = tingkat pertumbuhan stabil
23
Periode Kontinyuitas – contoh

0 1 2 3 4 . . . n=~

1000 1050 1103 1158 1216

Diketahui:
CF0 = 1000
Pertumbuhan (g) = 5%
Tingkat Diskon (k) = 10%
Maka:

Present Value = CF0x(1+g) = 1000x(1+5%) 21,000


(k-g) (10%-5%)

24
Proyeksi Laba Rugi

Asumsi Pendapatan Penjualan berdasarkan:


– Pertumbuhan penjualan historis perusahaan
– Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan,
jangan sampai proyeksi yang disusun melampaui
kapasitas yang ada tanpa ada rencana ekspansi atau
penambahan kapasitas
– Hasil analisis atas faktor-faktor eksternal meliputi,
kondisi perekonomian, tingkat persaingan dan
tingkat pendapatan konsumen target.

25
Proyeksi Laba Rugi

Asumsi HPP dan Beban Operasional:


– Mempertimbangkan apakah bersifat beban tetap
atau beban variabel
– Untuk beban tetap, dapat digunakan tingkat
pertumbuhan per tahun berdasarkan periode historis
– Untuk beban variabel, harus dilihat faktor yang
dominan mempengaruhi beban tersebut contoh:
HPP dipengaruhi oleh penjualan.

26
Proyeksi Neraca
Dalam penetapan nilai dari setiap item neraca, berikut adalah
hal-hal yang harus dipertimbangkan:
– Nilai Account Receivable turnover, Inventory turnover dan
Account payable turnover berperan dalam menetapkan nilai
persediaan, piutang dan utang usaha.
– Nilai kas ditetapkan berdasarkan cash management
perusahaan
– Nilai ekuitas diperolah dari laba bersih dan kebijakan
pembayaran dividen.
– Nilai aktiva tetap ditentukan dengan rencana capital
expenditure di masa datang dan kebijakan depresiasi yang
dipilih.

27
Proyeksi Arus Kas

– Sangat tergantung pada proyeksi laba


rugi dan neraca
– Dapat menggunakan metode langsung
dan tidak langsung

28
CONTOH

29
STUDI KASUS KOMPREHENSIF: PENENTUAN NILAI DENGAN PENDEKATAN PENDAPATAN (DCF)

Diminta menilai 20% saham penyertaan pemerintah pada PT. A.

2007 2008 2009


Semua
Periode Proyeksi Proyeksi Proyeksi
1 Asumsi-asumsi proyeksi laba rugi:
Pertumbuhan penjualan 10%
Rasio HPP/Penjualan 80%
Pertumbuhan beban operasional 7%
Beban Depresiasi 10% dari saldo aktiva tetap (gross) tahun lau
Beban bunga 17% dari saldo utang jk panjang tahun lalu
Pajak 30%

2 Asumsi-asumsi proyeksi neraca:


Rasio Piutang/Penjualan 8%
Rasio Persediaan/HPP 8%
Pembelian Aktiva tetap (capital expenditure) 10,000 15,000 10,000
Rasio Utang Lancar/HPP 9%
Dividend Payout Ratio 80%
Penambahan utang jangka panjang 3,000 3,000 3,000

3 Asumsi Periode Proyeksi


Asumsi Periode Proyeksi 3
Asumsi pertumbuhan periode kekal 5%

30
4 Laba Rugi 2006 2007 2008 2009
Aktual Proyeksi Proyeksi Proyeksi

Penjualan 200,000 220,000 242,000 266,200


Harga Pokok Penjualan (160,000) (176,000) (193,600) (212,960)
Laba kotor 40,000 44,000 48,400 53,240
Beban operasional (20,000) (21,400) (22,898) (24,501)
Beban depresiasi (4,500) (5,000) (6,000) (7,500)
Laba operasi 15,500 17,600 19,502 21,239
Beban bunga (5,000) (4,675) (5,185) (5,695)
Laba sebelum pajak 10,500 12,925 14,317 15,544
Pajak (30%) (3,150) (3,878) (4,295) (4,663)
Laba bersih 7,350 9,048 10,022 10,881

31
6 Neraca 2006 2007 2008 2009
Aktual Proyeksi Proyeksi Proyeksi
Kas 5,600 12,450 7,778 9,735
Piutang 16,000 17,600 19,360 21,296
Persediaan 12,800 10,000 10,500 11,025
Total aktiva lancar 34,400 40,050 37,638 42,056
Aktiva tetap 50,000 60,000 75,000 85,000
Akumulasi Depresiasi (20,000) (25,000) (31,000) (38,500)
30,000 35,000 44,000 46,500
Total aktiva 64,400 75,050 81,638 88,556

Utang lancar 10,000 15,840 17,424 19,166


Utang jangka panjang 27,500 30,500 33,500 36,500
Ekuitas 26,900 28,710 30,714 32,890
Total kewajiban & ekuitas 64,400 75,050 81,638 88,556

32

You might also like