You are on page 1of 18

POLISITEMIA VERA

Oleh :
Arief Herdiawan
DEFENISI

 Polisitemia vera (PV) : poly (banyak), cyt (sel)


dan hemia (darah); vera (sejati).
 PV : Peningkatan jumlah dan volume sel
darah merah (eritrosit) secara bermakna
mencapai 6 – 10 juta/ml diatas ambang batas
nilai normal dalam sirkulasi darah, tanpa
mempedulikan jumlah leukosit ataupun
trombosit
EPIDEMIOLOGI

 Polisitemia vera pasien umur 40 - 60 tahun,


 ± 5% pada mereka yang berusia lebih muda.
 PV jenis gangguan myeloproliferative kronis
yang paling sering ditemukan, terjadi pada 2 :
100.000 orang di seluruh dunia.
 Terjadi pada semua ras/bangsa, lebih tinggi di
kalangan bangsa Yahudi.
 Pria : wanita  2 : 1
PEMBAGIAN PV

1. Polisitemia relatif : terjadi penurunan volume


plasma namun massa sel darah merah tidak
mengalami perubahan.
2. Polisitemia primer : proliferasi berlebihan pada
sel benih hematopoietik tanpa rangsangan dari
eritropoietin atau kadar  eritropoietin rendah.
3. Polisitemia sekunder : dimana proliferasi
eritrosit disertai peningkatan kadar
eritropoietin, co: hipoksia.
PATOFISIOLOGI

 Mekanisme terjadinya PV dikarenakan kelainan sifat sel


tunas (stem cells) pada sumsum tulang  Mutasi gen
Janus kinase-2 (JAK2)
 JAK : tirosin kinase yang berfungsi sebagai perantara
reseptor membran dengan molekul sinyal intraselular.
 JAK berperan penting dalam proses inisiasi transduksi
sinyal dari reseptor hematopoietic growth factor.
 JAK2 : kinase aktif (JH1) dan domain pseudokinasi
inaktif (JH2). Domain JH2 berfungsi sebagai
autoinhibitor untuk menekan aktivitas kinase JAK2.
Eritropoiesis :

Ikatan eritorpoietin (Epo) dengan reseptornya (Epo-R)

fosforilasi dan aktivasi protein JAK

fosforilasi domain reseptor di sitoplasma

aktivasi molekul signal transducers and activators of transcription


(STAT)

aktivasi atau inhibisi proses transkripsi dari hematopoietic growth


factor
PATOFISIOLOGI

 PV : mutasi yang terletak pada posisi 617


(V617H) dari domain JH2.
 Kesalahan pengkodean guanin-timin menjadi
valin-fenilalanin.
 Aksi autoinhibitor JH2 tertekan sehingga proses
aktivasi JAK2 berlangsung tak terkontrol.
 Mengakibatkan proses eritropoiesis dapat
berlangsung tanpa atau dengan hanya sedikit
hematopoietic growth factor.
MANIFESTASI KLINIS
 Hiperviskositas 

 Penurunan shear rate : gangguan fungsi hemostasis primer


agregasi trombosit pada endotel, perdarahan (epistaksis, ekimosis,
perdarahan gastrointerstinal)

 Splenomegali (75% ) : hiperaktivitas hemopoesis ekstramedular.

 Hepatomegali (40%) : hiperaktivitas hemopoesis ekstramedular.

 Laju siklus sel yang tinggi  sekuestasi sel darah makin cepat dan
banyak  produksi asam urat darah akan meningkat ; laju filtrasi
gromerular menurun karena penurunan shear rate. Artritis Gout
dijumpai pada 5-10% kasus polisitemia vera.
MANIFESTASI KLINIS
 Trombositosis ( trombosit > 400.000/mL) :menimbulkan trombosis.
Trombosis vena atau tromboflebitis dengan emboli (30-50% kasus PV).

 Basofilia (hitung basofil > 65/mL) (50%) : gatal (pruritus) di seluruh


tubuh terutama setelah mandi air panas, meningkatnya kadar
histamin dalam darah sebagai akibat adanya basofilia. Terjadinya
gastritis dan perdarahan lambung terjadi karena peningkatan kadar
histamin.

 Defisiensi vitamin B12 dan asam folat (± 30%) :


penggunaan/metabolisme untuk pembuatan sel darah,
sedangkan kapasitas protein tidak tersaturasi pengikat vitamin
B12 (UB12 – protein binding capacity) dijumpai meningkat.
DIAGNOSIS
 International Polycythemia Study Group : 2
kriteria pedoman dalam menegakkan diagnosis
polisitemia vera dari 2 kategori diagnostik. :

B
A
 Dari kategori : A1 + A2 + A3, atau
 Dari kategori : A1 + A2 + 2 kategori B
TERAPI
PRINSIP TERAPI
1. Menurunkan viskositas darah sampai ke tingkat normal kasus (individual) dan
mengendalikan eritropoesis dengan flebotomi.
2. Menghindari pembedahan elektif pada fase eritrositik/ polisitemia yang belum
terkendali.
3. Menghindari pengobatan berlebihan (over treatment)
4. Menghindari obat yang mutagenik, teragenik dan berefek sterilisasi pada pasien usia
muda.
5. Mengontrol panmielosis dengan fosfor radioaktif dosis tertentu atau kemoterapi
sitostatik pada pasien di atas 40 tahun bila didapatkan:
• Trombositosis persisten di atas 800.00/mL, terutama jika disertai gejala trombosis
• Leukositosis progresif
• Splenomegali yang simtomatik atau menimbulkan sitopenia problematik
• Gejala sistemis yang tidak terkendali seperti pruritus yang sukar dikendalikan,
penurunan berat badan atau hiperurikosuria yang sulit diatasi.
TERAPI
Flebotomi
 Merupakan terapi utama pada PV.
 Sejumlah kecil darah diambil setiap hari
sampai nilai hematokrit mulai menurun. Jika
nilai hematokrit sudah mencapai normal,
maka darah diambil setiap beberapa bulan,
sesuai dengan kebutuhan.
KEMOTERAPI SITOSTATIKA

 Tujuan : sitoreduksi &menghindari kemoterapi jika memungkinkan,


terutama pada pasien uisa muda.
 Dikombinasikan dengan flebotomi atau diberikan sebagai pengganti
flebotomi.
 Hidroksiurea (hidroksikarbamid) : sitostatik golongan obat antimetabolik
lebih aman.
 Diperiksa lebih sering ( 2 - 3 minggu sekali).
 Penghentian pemberian obat jika hematokrit:  pada pria < 45% dan
memberikannya lagi jika > 52%, pada wanita < 42% dan memberikannya
lagi jika > 49%.
 Hidroksiurea (Hydrea 500 mg/tablet) diberikan sehari 2 kali dengan dosis
10-15 mg/kgBB/kali.
 Klorambusil (Leukeran 2 mg/tablet) dosis induksi 0,1-0,2 mg/kgBB/hari
selama 3-6 minggu, dan dosis pemeliharaan 0,4 mg/kgBB tiap 2-4
minggu.
 Busulfan (Myleran 2 mg/tablet) 0,06 mg/kgBB/hari atau 1,8mg/m2/hari.
TERAPI
Fosfor Radiokatif (P32)
 Isotop radioaktif (terutama fosfor 32) digunakan sebagai salah satu cara
untuk menekan sumsum tulang. Selanjutnya jika setelah 3-4 minggu
pemberian pertama P32 :
 Mendapatkan hasil, reevaluasi setelah 10-12 minggu. Jika diperlukan dapat
diulang akan tetapi hal ini jarang dibutuhkan.
 Tidak mendapatkan hasil, selanjutnya dosis kedua dinaikkan 25% dari dosis
pertama, dan diberikan sekitar 10-12 minggu setelah dosis pertama.
Kemoterapi Biologi (Sitokin)
 Tujuan pengobatan dengan produk biologi pada polisitemia vera terutama
untuk mengontrol trombositemia (hitung trombosit . 800.00/mm3). Produk
biologi yang digunakan adalah Interferon (Intron-A, Roveron-) digunakan
terutama pada keadaan trombositemia yang tidak dapat dikendalikan.
Kebanyakan klinisi mengkombinasikannya dengan sitostatik Siklofosfamid
(Cytoxan).
TERAPI

Pengobatan Suportif
 Hiperurisemia diobati dengan alopurinol 100-600 mg/hari
oral pada pasien dengan penyakit yang aktif dengan
memperhatikan fungsi ginjal.
 Pruritus dan urtikaria dapat diberikan anti histamin, jika
diperlukan dapat diberikan Psoralen dengan penyinaran
Ultraviolet range A (PUVA).
 Gastritis/ulkus peptikum dapat diberikan penghambat
reseptor H2.
 Antiagregasi trombosit Analgrelide turunan dari Quinazolin
disebutkan juga dapat menekan trombopoesis.
THANK YOU VERY MUCH!

You might also like