Professional Documents
Culture Documents
PENYAMBUNG LIDAH
Disusun Untuk Berbagi Pengetahuan Kepada Colon Orang Tua dan Orang Tua
Agus Muhardi
Jl. Majapahit Gg. Damai 7 Rt. 03 Kel. Majapahit Kec. Lubuklinggau Timur II
1
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdullilah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
menyelesaikan penyambungan lidah ini dengan baik. Di mana penyambungan lidah ini
penulis sajikan dalam bentuk buku yang sederhana. yang penulis sajikan adalah sebagai
berikut :
Tujuan penulisan penyambungan lidah ini dibuat untuk berbagi ilmu pengetahuan.
mendukung penulisan ini. Penulis menyadari bahwa tanpa dorongan dari semua pihak,
maka penulisan penyambungan lidah ini tidak akan lancar. Oleh karena itu pada
1. Orang tua tercinta yang telah memberikan dorongan moril maupun materil.
Serta semua pihak yang terlalu banyak untuk disebut satu persatu sehingga
terwujudnya penulisan ini. Akhir kata penulis mohon saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang.
Lubuklinggau, Juli 2010
Agus Muhardi
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
2.1. Menghadapi Temper Tantrum/ Luapan Emosi Anak
.................................................................................... 9
3.1. Bagaimana Jika Tantrum Anak Berada di tempat umum
.................................................................................. 24
Create By: Muhammad Brame Raufi Agean
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Mengenal Tantrum pada Anak
Tantrum bisa didefinisikan sebagai “ledakan amarah”. Ledakan ini dapat
terjadi pada semua tahapan usia. Pada anak, tingkah laku terburuk biasanya
terjadi pada rentang usia 18 bulan hingga 3 tahun. Pada usia 5 hingga 6 tahun,
tingkah laku buruk ini masih terjadi, namun sangat tidak biasa. Secara bertahap
tingkah laku seperti ini akan menghilang.
Dalam buku Temper Tantrum in Young Children, psikolog Michael Potegal
mengidentifikasikan dua jenis tantrum dengan landasan emosional dan tingkah
laku yang berbeda.
Tantrum jenis pertama disebut anger tantrum (tantrum amarah).Tantrum jenis
dan berlari menjauh.
Pembagian jenis tantrum yang lain diungkapkan Jan Parker dan Jan Simpson
dalam buku mereka Raising Happy Children. Menurut keduanya, ada tantrum
yang berawal dari kesedihan dan amarah. Ada pula tantrum yang berakar pada
kebingungan dan ketakutan.
Setiap guru atau orangtua pasti akan menghadapi temper tantrums pada anak
usia 1 – 4 tahun. Secara umum, temper tantrum bisa terjadi pada anak laki‐laki
maupun perempuan, dan lebih dari separuhnya mengalami hal ini setidaknya
sekali dalam seminggu.
Di rumah, ada sejumlah situasi yang diprediksi bisa menjadi pemicu temper
tantrum, misalnya waktu tidur, waktu makan, bangun pagi, saat berpakaian,
waktu mandi, menonton televisi, saat orangtua sedang menelepon, saat ada
tamu di rumah atau saat sedang berkunjung ke rumah orang lain, saat di mobil,
kakak/adik, interaksi dengan teman, dan waktu bermain.
Situasi lainnya yang juga bisa menimbulkan temper tantrum adalah saat
perpindahan dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya, saat di bus sekolah, waktu
orangtua bersiap berangkat kerja, interaksi dengan anak lain, saat diperintah
guru, saat kegiatan kelompok, waktu menjawab pertanyaan di kelas, saat
mengerjakan tugas individual, dan saat berada di taman bermain.
Inilah sejumlah faktor kunci mengenai tantrum pada anak:
Amarah bisa jadi merupakan emosi paling jelas terlihat oleh orang tua
selalu diikuti rasa putus asa atau panik.
tantrum jika sedang sendirian. Tantrum hampir selalu terjadi saat si kecil
bersama orang tuanya atau orang lain yang membuat anak merasa sangat
nyaman dan terbiasa.
Anak yang lebih aktif dan berkemauan kuat memiliki kemungkinan lebih
tinggi mengalami tantrum.
tantrum per hari.
semakin jarang terjadi tantrum pada anak‐anak itu ketika beranjak besar.
dan keputusasaannya, serta mengendalikan perasanannya itu, sehingga tak
lagi menggunakan tantrum untuk menyalurkan emosinya.
Tantrum sering terjadi ketika perasaan anak lepas kendali.
Diperkirakan tiga perempat dari seluruh tingkah laku tantrum terjadi di
rumah.
Tantrum yang benar‐benar parah dapat membuat wajah anak menjadi biru,
Namun refleks alami akan menjamin dia bernapas lagi sebelum bahaya
muncul.
Anak melakukan tantrum bukan karena sengaja bersikap sulit, tapi lebih
usaha menipu. Tantrum merupakan respons rumit terhadap perasaan putus
asa, tak berdaya, dan amarah karena tidak ada cara untuk mengatasi
perasaan tersebut.
1.2. Karakteristik Temper Tantrum
Walaupun temper tantrum merupakan hal yang normal, tetap saja bisa
membuat guru dan orangtua kesal karena memalukan dan sulit dikendalikan.
Di sisi lain, temper tantrum juga bisa menjadi masalah tersendiri ketika muncul
dengan frekuensi, intensitas, dan dalam waktu yang relatif melebihi yang
biasanya terjadi pada anak seusianya.
Ada 9 tipe temperamen pada anak‐anak terhadap stres:
motorik kasar.
2. Distractible: anak lebih memberikan perhatian pada lingkungan sekitarnya
daripada kepada pengasuhnya
3. High Intensity level: anak berteriak atau memukul dengan keras ketika
merasa terancam
4. Irregular: anak akan melarikan diri dari sumber stres dengan memunculkan
kebutuhan makan, minum, tidur, atau ke kamar mandi secara berlebihan
pada waktu yang tidak jelas yang sebenarnya tidak ia butuhkan.
5. Negative Persistent: anak terus menerus merengek dan mengeluh.
terlalu ketat dan banyak orang yang menatap dirinya serta menolak
disentuh oleh orang lain.
pemalu dan tidak responsif pada situasi baru dan banyak orang tak dikenal.
ketika diminta untuk berganti kegiatan.
9. Negative Mood: anak terlihat lethargic (lemas), sedih, dan tidak bertenaga
untuk melakukan suatu kegiatan.
1.3. Masalah Perkembangan Anak
Pada usia sekitar 1,5 tahun, beberapa anak mulai memunculkan temper
tantrum. Jenis temper tantrum ini akan muncul hingga ia berusia sekitar 4
tahun. Ada yang menyebut rentang masa ini dengan istilah “Teribble Two”, ada
untuk mandiri dan tidak diatur pada usia ini serupa dengan yang muncul pada
masa remaja.Terlepas dari istilah apa pun yang digunakan, temper tantrum
pada dasarnya merupakan hal yang normal dan bagian dari tahap
perkembangan anak.
USIA 1,5 SAMPAI 2 TAHUN. Anak pada usia ini akan menguji kesabaran
orangtuanya. Mereka akan mencoba sampai di mana mereka bisa bersikap
‘melawan’ sampai orangtua atau guru menghentikan perilakunya. Pada usia 2
tahun anak akan menjadi sangat egosentris dan tidak bisa melihat dari sudut
kebutuhan orangtua/guru akan keamanan dan konformitas, kondisi ini menjadi
justru akan memperburuk situasi.
USIA 3 TAHUN. Pada usia 3 tahun anak sudah tidak terlalu impulsif dan dapat
umumnya tidak terlalu sering terjadi dan tidak separah usia sebelumnya.
Namun demikian, ada juga anak usia ini yang telah ‘belajar’ bahwa temper
tantrum merupakan cara yang tepat untuk memperoleh keinginannya.
USIA 4 TAHUN. Pada usia ini umumnya anak telah memiliki keterampilan
fisik dan motorik yang dapat digunakan, sehingga ia tidak terlalu
membutuhkan bantuan orang dewasa. Pada usia ini anak juga memiliki
keterampilan berbahasa yang sudah lebih baik sehingga ia lebih mampu
berkompromi. Walaupun demikian, kadangkala masih ada juga anak usia TK
dan usia sekolah yang temper tantrum ketika dihadapkan pada tugas sekolah
yang sulit dan situasi baru di sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Menghadapi temper Tantrum/ Luapan Emosi Anak
Tantrum) seringkali muncul pada anak usia 15 (lima belas) bulan sampai 6
(enam) tahun.
Tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi berlimpah.
Tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak‐anak yang dianggap ʺsulitʺ,
dengan ciri‐ciri sebagai berikut:
1. Memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar tidak teratur.
2. Sulit menyukai situasi, makanan dan orang‐orang baru.
3. Lambat beradaptasi terhadap perubahan.
4. Moodnya (suasana hati) lebih sering negatif.
5. Mudah terprovokasi, gampang merasa marah/kesal.
6. Sulit dialihkan perhatiannya.
Tantrum termanifestasi dalam berbagai perilaku. Di bawah ini adalah beberapa
contoh perilaku Tantrum, menurut tingkatan usia:
A. Di bawah usia 3 tahun:
o Menangis
o Menggigit
o Memukul
o Menendang
o Menjerit
o Memekik‐mekik
o Melengkungkan punggung
o Melempar badan ke lantai
o Memukul‐mukulkan tangan
o Menahan nafas
o Membentur‐benturkan kepala
o Melempar‐lempar barang
B. Usia 3 ‐ 4 tahun:
o Perilaku‐perilaku tersebut diatas
o Menghentak‐hentakan kaki
o Berteriak‐teriak
o Meninju
o Membanting pintu
o Mengkritik
o Merengek
C. Usia 5 tahun ke atas
o Perilaku‐ perilaku tersebut pada 2 (dua) kategori usia di atas
o Memaki
o Menyumpah
o Memukul kakak/adik atau temannya
o Mengkritik diri sendiri
o Memecahkan barang dengan sengaja
o Mengancam
2.2. Faktor Penyebab
Menurut Martina Rini S. Tasmin, ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya Tantrum. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu.
mendapatkan yang ia inginkan.
2. Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri.
mengerti apa yang diinginkan. Kondisi ini dapat memicu anak menjadi
frustrasi dan terungkap dalam bentuk Tantrum.
3. Tidak terpenuhinya kebutuhan.
Anak yang aktif membutuh ruang dan waktu yang cukup untuk selalu
bergerak dan tidak bisa diam dalam waktu yang lama. Kalau suatu saat anak
untuk waktu yang lama dia tidak bisa bergerak bebas), dia akan merasa
Contoh lain: anak butuh kesempatan untuk mencoba kemampuan baru yang
sendiri, atau umur anak 4 tahun ingin mengambilkan minum yang memakai
wadah gelas kaca, tapi tidak diperbolehkan oleh orangtua atau pengasuh.
diperbolehkan, ia memakai cara Tantrum agar diperbolehkan.
4. Pola asuh orangtua
Cara orangtua mengasuh anak juga berperan untuk menyebabkan Tantrum.
diinginkan, bisa Tantrum ketika suatu kali permintaannya ditolak. Bagi anak
yang terlalu dilindungi dan didominasi oleh orangtuanya, sekali waktu anak
bisa jadi bereaksi menentang dominasi orangtua dengan perilaku Tantrum.
anak Tantrum. Misalnya, orangtua yang tidak punya pola jelas kapan ingin
melarang kapan ingin mengizinkan anak berbuat sesuatu dan orangtua yang
sependapat satu sama lain, yang satu memperbolehkan anak, yang lain
dan persetujuan dari kedua orangtua.
5. Anak merasa lelah, lapar, atau dalam keadaan sakit.
6. Anak sedang stres (akibat tugas sekolah, dll) dan karena merasa tidak
aman (insecure).
Sedangkan Rina M. Taufik menambahkan tentang penyebab tantrum ini antara
lain :
1. Terlalu lelah
Jangankan anak orang tua pun sama jika kondisi kita sedang lelah/cape
emosi kita, oleh karena itu cegahlah anak untuk tidak terlalu cape, pastikan
anak cukup tidur dan makan. Jika anak kita terlihat tegang ajarkan relaksas
dengan cara menarik nafas atau mengajaknya bercanda
2. Keinginan tidak terpenuhi
Balita memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, eksplorasi, gemar bertanya
tentang ini dan itu, dan keinginan untuk selalu mencoba banyak hal
tantrum
3. Frustasi
meraka untuk mengamuk
4. Keterbelakangan Mental
pun akan temper tantrum
5. Ada contoh (melihat orang lain)
Orang yang terdekat dengan anak tentunya akan menjadi rujukan mereka
dalam bersikap, misalnya orang tua yang tidak bisa mengendalikan emosi,
mencontoh perilaku kita
6. Factor kondisional
Situasi yang sangat tidak menyenangkan yang dialami anak misalnya seperti
kesal dengan teman yang sering meledek, atau keasyikan bermain terganggu
karena orang tua memaksa melakukan sesuatu
2.3. Tindakan
Dalam buku Tantrums Secret to Calming the Storm (La Forge: 1996) banyak
ahli perkembangan anak menilai bahwa Tantrum adalah suatu perilaku yang
suatu periode dalam perkembangan fisik, kognitif dan emosi anak. Sebagai
bagian dari proses perkembangan, episode Tantrum pasti berakhir.
Beberapa hal positif yang bisa dilihat dari perilaku Tantrum adalah bahwa
individualitasnya, mengemukakan pendapatnya, mengeluarkan rasa marah dan
frustrasi dan membuat orang dewasa mengerti kalau mereka bingung, lelah
atau sakit. Namun demikian bukan berarti bahwa Tantrum sebaiknya harus
setelah ia Tantrum, seperti ilustrasi di atas) atau bereaksi dengan hukuman‐
menyemangati dan memberi contoh pada anak untuk bertindak kasar dan
yang normal (marah, frustrasi, takut, jengkel, dll) secara wajar dan bagaimana
bertindak dengan cara yang tepat sehingga tidak menyakiti diri sendiri dan
orang lain ketika sedang merasakan emosi tersebut.
2.4. Pencegahan
kondisi‐kondisi seperti apa muncul Tantrum pada si anak.
bergerak dan gampang stres jika terlalu lama diam dalam mobil di
perjalanan yang cukup panjang. Maka supaya ia tidak Tantrum, orangtua
perlu mengatur agar selama perjalanan diusahakan sering‐sering beristirahat
di jalan, untuk memberikan waktu bagi anak berlari‐lari di luar mobil.
Tantrum juga dapat dipicu karena stres akibat tugas‐tugas sekolah yang
harus dikerjakan anak. Dalam hal ini mendampingi anak pada saat ia
anak bahkan tidak terbatas pada tugas‐tugas sekolah, tapi juga pada
memberikan petunjuk.
2. melihat bagaimana cara orangtua mengasuh anaknya. Apakah anak terlalu
protective), dan terlalu suka melarang? Apakah kedua orangtua selalu seia‐
dalam perkataan dan perbuatan?
sangat dibutuhkan anak, jangan heran jika anak akan mudah tantrum jika
sebaiknya jangan berdebat dan beragumentasi satu sama lain di depan anak,
agar tidak menimbulkan kebingungan dan rasa tidak aman pada anak.
orangtuanya selalu sepakat dan rukun.
2.5. Ketika Tantrum Terjadi
Jika Tantrum tidak bisa dicegah dan tetap terjadi, maka beberapa tindakan
yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua adalah:
1. Memastikan segalanya aman. Jika Tantrum terjadi di muka umum,
Selama Tantrum (di rumah maupun di luar rumah), jauhkan anak dari
jauhkan anak dari temannya tersebut dan jauhkan diri Anda dari si anak.
2. Orangtua harus tetap tenang, berusaha menjaga emosinya sendiri agar tetap
tenang. Jaga emosi jangan sampai memukul dan berteriak‐teriak marah pada
anak.
seperti itu malah biasanya seperti menyiram bensin dalam api, anak akan
tidak berusaha menghentikannnya dengan bujuk rayu atau paksaan.
tindakannya, tetapi fokuskan hanya untuk menenangkan dirinya. Tentunya
anda mengatakannya tanpa emosi ataupun bernada memarahinya.
4. Jika perilaku Tantrum dari menit ke menit malahan bertambah buruk dan
dengan rasa cinta. Tapi jika rasanya tidak bisa memeluk anak dengan cinta
(karena Anda sendiri rasanya malu dan jengkel dengan kelakuan anak),
melakukan hal inipun tidak perlu sambil menasihati atau complaint (dengan
berkata: ʺkamu kok begitu sih nak, bikin mama‐papa sedihʺ; ʺkamu kan
sudah besar, jangan seperti anak kecil lagi dongʺ), kalau ingin mengatakan
ʺmama ada di sini sampai kamu selesaiʺ. Yang penting di sini adalah
memastikan bahwa anak merasa aman dan tahu bahwa orangtuanya ada
dan tidak menolak (abandon) dia.
Namun jika anak anda termasuk tipe yang lebih bisa untuk diajak
anak mengalami tantrum, antara lain:
1. Hadapi dengan tenang
Hadapi anak dengan tenang, kendalikan emosi kita (….ingat kita sedang
berhadapan dengan anak yg akan meniru prilaku kita…)
2. Abaikan amukan anak
Buatlah anak sadar bahwa perbuatannya sia‐sia (dicuekin gitu lho…..) ketika
lirikan saja tertangkap oleh anak bias menjadi alasan bagi anak untuk
meningkatkan intensitas amukannya, jadi berlagaklah tak acuh.
3. Ulangi perintah/ memperjelas perintah
misalnya jika kamu mau ikut ibu, mandi dulu …atau hentikan dulu
tangisanmu….(jika penyebabnya anak ingin ikut ibu….)
4. Gunakan time out
Dudukkan anak di kursi/ sudut ruangan dan sebelumnya katakan “kamu
boleh ngamuk tapi kalau kesal ibupun boleh mengamuk seperti kamu,
diamlah…) lalu awasi dari kejauhan reaksinya.
5. Pegang dan peluk
dirinya maupun orang lain, peluklah anak dari belakang dan segera bawa ke
kita pun kendurkan pelukan kita, kemudian ajaklah ia bicara dari hati ke
hati dengan suara yang rendah dan lembut, hendari kata‐kata mengancam.
6. Lebih mendekatkan diri pada anak
Bila anak nampak sedih, kecewa dan frustasi berilah saran tentang jalan
keluar masalahnya dan biarkan ia menentukan yang mana yang akan ia
ambil
7. Perkuat dengan hadiah/beri penghargaan
Beri anak perlakuan ekstra jika berkelakuan manis namun hindari kata‐kata”
baguslah kamu tidak mengamuk..” tapi katakan “ Ibu senang kamu mau
mendengarkan ibu…oleh karena itu ambillah es krim ini”
8. Ajak anak bicara dari hati ke hati
mengamuk
9. Ajarkan anak bicara dengan dirinya sendiri
Ajarkan anak untuk menetralkan amarah dengan cara berkata‐kata pada diri
misalnya “..Tono memang menyebalkan tapi tak apalah mungkin ia habis
dimarahi bapaknya…”
10. Lupakan anak pernah mengamuk
Ajaklah anak bermain kembali seolah‐olah tidak ada kejadian apa‐apa, tak
usah menyebut‐nyebut amukannya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Bagaimana jika Tantrum anak berada di tempat umum?
Jika Tantrum terjadi di muka umum, pindahkan anak ke tempat yang
aman untuknya melampiaskan emosi. Selama Tantrum (di rumah maupun di
benda‐benda tersebut. Atau jika selama Tantrum anak jadi menyakiti teman
jauhkan diri Anda dari si anak.
3.2. Ketika tantrum telah berlalu
Saat Tantrum anak sudah berhenti, seberapapun parahnya ledakan emosi
yang telah terjadi tersebut, janganlah diikuti dengan hukuman, nasihat‐nasihat,
teguran, maupun sindiran. Juga jangan diberikan hadiah apapun, dan anak
tetap tidak boleh mendapatkan apa yang diinginkan (jika Tantrum terjadi
diinginkan si anak, orangtua akan terlihat konsisten dan anak akan belajar
bahwa ia tidak bisa memanipulasi orangtuanya.
Berikanlah rasa cinta dan rasa aman Anda kepada anak. Ajak anak, membaca
buku atau bermain sepeda bersama. Tunjukkan kepada anak, sekalipun ia telah
berbuat salah, sebagai orangtua Anda tetap mengasihinya.
terjadi Tantrum. Apakah benar‐benar anak yang berbuat salah atau orangtua
lelah, frustrasi, lapar, atau sakit? Berpikir ulang ini perlu, agar orangtua bisa
mencegah Tantrum berikutnya.
Jika anak yang dianggap salah, orangtua perlu berpikir untuk mengajarkan
kepada anak nilai‐nilai atau cara‐cara baru agar anak tidak mengulangi
adalah ketika Tantrum belum dimulai, bahkan ketika tidak ada tanda‐tanda
akan terjadi Tantrum. Saat orangtua dan anak sedang gembira, tidak merasa
frustrasi, lelah dan lapar merupakan saat yang ideal.
Dari uraian diatas dapat terlihat bahwa kalau orangtua memiliki anak yang
ʺsulitʺ dan mudah menjadi Tantrum, tentu tidak adil jika dikatakan sepenuhnya
mempermudah kehidupan anak agar Tantrum tidak terus‐menerus meletup.
Satu hal yang penting dan tidak boleh terlupakan dari semua di atas, Islam
mengajarkan agar mendidik anak untuk mengenal dan taat beragama, karena
dengan agama yang kuat yang tertanam dalam diri anak akan berefek pada
kelembutan hati serta pengendalian diri dan emosi.
3.3. Upaya Pencegahan bagi Orangtua dan Guru
temper tantrum dan apa yang bisa Anda katakan pada anak Anda:
Beri penghargaan pada anak atas perbuatan positif yang dilakukan. Ketika
mereka melakukan hal yang baik, katakan, “Wah, baik sekali kamu mau
berbagi dengan teman.”
“Sekarang waktunya makan.”
ganti piyama?”
Jauhkan barang‐barang yang memang tidak boleh disentuhnya. Pada waktu
pelajaran kesenian, misalnya, jauhkan gunting dari jangkauan anak bila ia
memang belum bisa menggunakannya.
Alihkan perhatian anak dengan kegiatan lain ketika mereka tantrum akan
suatu hal yang tidak boleh dilakukan atau tidak boleh dipegang. Misalnya,
“Yuk, kita baca buku sama‐sama.”
“Kita jalan‐jalan sebentar, yuk!”
Ajarkan anak untuk meminta tanpa temper tantrum dan Anda akan
dan Ibu akan ambilkan mainan itu.”
Yakinkan anak telah cukup beristirahat dan sudah kenyang pada situasi
“Sebentar lagi makan siang siap. Sambil menunggu, ini ada biskuit
untukmu.”
Hindari kebosanan. Katakan, “Wah, kamu sudah bekerja cukup lama. Kita
istirahat dulu yuk. Kita main masak‐masakan.”
Ciptakan lingkungan yang aman di mana anak bisa mengeksplor tanpa
adanya masalah atau bahaya.
“Tidak”. Hindari bertengkar karena hal‐hal kecil.
Buatlah rutinitas dan kebiasaan sehingga anak belajar. Bagi guru, coba awali
berinteraksi satu sama lain.
Beri tanda pada anak sebelum kegiatan berakhir sehingga ia bisa
mempersiapkan diri. Katakan, “Nanti kalau timer‐nya berbunyi 5 menit lagi,
itu tandanya waktu untuk mematikan TV dan tidur.”
Ketika berkunjung ke tempat baru atau banyak orang tak dikenal, jelaskan
padanya apa yang akan terjadi. Katakan, “Nanti di museum, jangan jauh‐
jauh dari temanmu ya.”
perkembangan anak agar ia tidak menjadi frustrasi bila tidak berhasil
melakukannya.
Ajak anak bercanda untuk menarik perhatiannya dan agar ia lupa pada
tantrumnya.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Intervensi bagi Orangtua dan Guru
Ada beberapa cara untuk mengatasi temper tantrum, antara lain:
dulu. Memukul atau membentaknya justru akan memperburuk kondisi.
Pikirlah dahulu sebelum bertindak. Hitung sampai 10 dan pikir baik‐baik
mungkin terjadi.
marah. Coba tenang dulu.”
dengan mainannya.
Anda dapat melakukan “Time‐Away”, yaitu memindahkan anak ke tempat
yang sepi agar anak bisa menenangkan diri, berpikir tentang apa yang harus
ia lakukan, dan dengan bantuan Anda, mengubah perilakunya.
Anda dapat mengabaikan tantrumnya jika hal ini dilakukan untuk meminta
perhatian sesuai keinginannya.
Gendonglah anak ketika ia sudah sulit dikendalikan dan dapat menyakiti
dirinya atau orang lain. Lakukan agar anak memahami bahwa Anda baru
akan baik‐baik saja dan bantu anak menenangkan dirinya. Orangtua bisa
menenangkan seorang anak yang mungkin takut perilakunya telah di luar
batas.
Bila anak sudah sangat sulit dikendalikan, bahkan dengan cara‐cara di atas,
Anda bisa melakukan “Time‐Out”. Bila Anda sedang berada di tempat
umum, bawalah anak Anda keluar dari sana atau ke dalam mobil. Katakan
padanya kalau ia tidak bisa tenang, maka Anda akan mengajaknya pulang.
Di sekolah, beri peringatan sampai 3 kali agar ia tenang. Bila anak tidak
menurut, bawa ia ke tempat “Time‐Out” selama waktu yang sesuai dengan
usianya (1 tahun = 1 menit, 2 tahun = 2 menit, dst.)
Ajak anak bicara setelah ia tenang. Ketika ia berhenti menangis, bicarakan
mengenai rasa frustrasi yang baru saja ia alami. Cobalah untuk mengatasi
masalah yang ada, jika memungkinkan. Di masa mendatang, ajarkan pada
anak hal‐hal baru yang bisa menghindarkannya dari temper tantrum, seperti
cara meminta bantuan dengan sopan, bagaimana berinteraksi dengan teman,
perasaan orang lain tanpa memukul dan berteriak.
4.2. Tantrum Management
Jangan pernah, dalam kondisi apa pun, menyerah terhadap tantrum anak.
Hal ini justru akan meningkatkan jumlah dan frekuensi tantrum itu sendiri.
Jelaskan pada anak bahwa ada cara yang lebih baik untuk mendapatkan
keinginannya.
Jangan berikan penghargaan (reward) berupa apa pun setelah anak tenang
dari tantrumnya. Anak bisa belajar bahwa temper tantrum merupakan cara
yang bagus untuk mendapatkan hadiah sesudahnya.
Jangan pernah membiarkan temper tantrum mengganggu hubungan positif
Anda dengan anak Anda.
orang dan ajarkan untuk mengekspresikan kemarahannya dengan lebih baik
(tidak destruktif).
Kapan Harus Mencari Bantuan
BAGI ORANGTUA. Jika setelah mencoba berbagai metode intervensi di atas,
tantrum justru meningkat baik dari sisi frekuensi, intensitas, maupun durasi,
konsultasikan dengan dokter anak Anda. Anda juga harus berkonsultasi ke
dokter jika anak Anda telah melukai dirinya atau orang lain, depresi,
masalah pendengaran/penglihatan, penyakit kronis, atau kondisi lainnya seperti
menjadi sumber temper tantrum anak Anda. Dokter juga bisa memberikan
bantuan pada Anda dan anak Anda.
Psikologi dan Penelitian Pendidikan di University of Kansas dan telah
memberikan pelatihan pada orangtua dan guru dalam hal manajemen perilaku
pada anak dan remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Eileen Hayes, Panduan Memahami dan Mengatasi Ledakan Emosi Anak, Penerbit
Erlangga, 2006.
http://groups.yahoo.com/group/Bayi-Kita/
http://health.groups.yahoo.com/group/asiforbaby/
http://groups.yahoo.com/group/Ayah-Bunda-Anak/
Internet. http://www.scribd.com.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
10. Biodata Mahasiswa
Nama Lengkap : Agus Muhardi
Tempat & Tanggal Lahir: Musi Rawas, 29 Agustus 1980
Kec. Lubuklinggau Timur II
Telepon : 0856 647 18 999
I. Pendidikan
a. Formal
1. SD Negeri 4 Curup, lulus tahun 1993.
2. SMP Negeri 4 Curup, lulus tahun 1996.
3. SMK Negeri 1 Curup, lulus tahun 1999.
4. AMIK BSI Tangerang, lulus tahun 2003
b. Tidak Formal
1. Kursus komputer Paket WS/Lotus 123, lulus tahun 1997.
2. Kursus komputer Program dBASE III Plus, lulus tahun 1998.
3. Kursus komputer Pakae Microsoft Office 95, lulus tahun 1998.
1. Dari tahun Januari 2006 – Juni 2006, Staff IT. Di PT. DADA
INDONESIA Sadang.
INFORMATIKA (AMIK – BSI ) Tangerang
INDONESIA Tangerang.
4. Dari tahun 1998 ‐ 1999, Asisten Instruktur. Pusat Pendidikan Komputer
Citra Info Komputer (C I K O ) Curup.
Lubuklinggau, Juli 2010
Penyambung Lidah
Agus Muhardi