You are on page 1of 21

Notulensi Rountable Diskusi

“Adopsi ICT di NGOs dan Dampaknya Bagi Masyarakat Rentan”


Wisma PGI Jakarta, 20 Juli 2010

Pembukaan
Oleh: Direktur SatuDunia - Rini Nasution

Selamat pagi, terima kasih atas kehadiranya di diskusi terbatas ini, Hari ini kita bicara “Adopsi ICT di
NGOs dan Dampaknya Bagi Masyarakat Rentan” Topik ini kami angkat melihat perkembangan
pemanfaatan ICT di indonesia sangat pesat, mulai dari booming FB, Twiter, Penunaan HP dan
internet yang cukup tinggi dll. Sejauh ini semua itu di manfaatkan oleh banyak pihak termasuk
pemerintah, Coorporasi dan Masyarakat civil dan NGO secara khususnya. Kami ingin melihat apakah
“kehebohan” itu memberi dampak kepada persoalan-persoalan riil yang di hadapi masyarakat sebagai
penguna atau penerima manfaat ?. Nanti kita akan banyak bicara soal internet dan aksesnya. Ketika
kita bicara soal akses internet disini tidak hanya bicara mengenai infra struktur dan tata kelolanya saja,
tapi di lihat juga 2 hal penting yaitu : Pertama, Hak mengakses kebebasan informasi dan
pengetahuan yang harusnya bisa di jembatani dengan akses internet. Kedua, bicara bagaimana
aspek produksinya – bukan hanya konsumsinya.Bagaimana kebebasan berekspresi secara on line ini
dilakukan. Dari data kami sejauh ini pengunaan internet masih terbatas di kota-kota besar, lalu ada
ketimpangan penguna internet antara perempuan dan laki-laki, penguna di pulau jawa dan di luar
jawa dll.. Harapan kami hari ini kita bisa memetakan korelasi bagaimana Adopsi ICT di NGO dengan
dampaknya bagi masayarakat rentan.

Roundtable discussion ini bertujuan untuk:


 Memetakan dan mendiskusikan persoalan-persoalan yang dihadapi kelompok masyarakat rentan
terkait aksesnya terhadap internet
 Mengetahui dan mengidentifikasi dampak adopsi internet di kalangan NGOs terhadap kelompok
rentan (perempuan, miskin kota, pedesaan dan tuna netra) dan mencoba mengembangkan
indikator dan cara untuk mengukurnya
 Mencoba memetakan solusi bagi adopsi internet di kalangan masyarakat rentan dan NGOs yang
begerak di isu tersebut.

Bersama kita telah hadir mas yanuar yang akan membantu kita memoderasi diskusi kita, kemudian
sudah hadir juga tubagus dari FAKTA dan mas didin yang sudah siap dengan data-datanya.
Selanjutnya di persilahkan kepada mas yanuar sebagai fasilitator. Terima kasih

Sesi Diskusi dan Presentasi

Yanuar Nugroho ( Peneliti ICT for Development) – Fasilitator :


Terima kasih, Saya ingin menawarkan sebuah cara berpikir / cara pandang dengan judul “ ICT :
Kemajuan yang tercerabut ? “untuk membuka sesi ini. Bahwa :
- Dari data statistic populasi Indonesia,besarnya penguna internet mencapai 30 jt dari populasi 142 jt
jadi hanya 12,3 %.Coba bandingkan dengan 80 jt jumlah rakyat Indonesia.

www.satudunia.net
- Pertumbuhan penguna Face Book sampai 1 juli 2010 mencapai hampir 26 jt orang dengan distribusi
penguna dari umur 14 thn – 34 thn yang mendominasi.
- Ada ketimpangan penguna internet laki-laki dan perempuan, dimana dunia itu ternyata maskulin krn
lebih di dominasi oleh laki-laki.
- Tapi sebuah tehnologi itu bukanlah hanya sekedar “benda”/ tehnologynya saja, tapi dia membawa 1
bundle yang mencakup cara berpikir, cara budaya, cara berprilaku, cara merasa bahkan cara
bersosialisasi yang ada di sana (dr Negara yang kita import tehnologynya).
- Tapi tidak semua bundle itu serta merta terimport juga bersama tehnologynya, ini yang terjadi di
Indonesia- terjadi tercerabutnya tehnology.
- Lihat fakta Indonesia di mata dunia bahwa sampai saat ini :
1. Bahwa angka pertumbuhan ekonomi itu masih kecil – rakyat masih hidup di bawah garis
kemiskinan
2. Bahwa masih sangat tingginya angka kematian ibu melahirkan dan anak
- Itu yang saya katakana sebagai ketercerabutan tehnology.
- Lalu kalau kita bicara masalah adobsi ICT oleh masayarakat civil, saya mengajak kita mengunakan
kerangka pikir “ penanaman kembali” – menanam kembali yang tercerabut tersebut. Karena ini
terkait bagaimana kebutuhan dasar manusia menjadi berubah dll. Saat ini pulsa menjadi kebutuhan
ke dua setelah makanan. Kondisi ini tidak semuanya memberikan dampak positif, di satu sisi tetap
ada ketidak siapan masayarakat dengan eforia ini terutama di wilayah terpencil.
- Selalu ada dua sisi dari perkembangan / pertumbuhan, ini menuntut kecerdasan tertentu bagi kita.
Mungkin di satu kasus HP bisa menghilangkan matapencarian tukang becak, tapi di sisi lain justru
ada kasus tukang ojek mampu meningkatkan ekonominya sejak ada Hp.

Baik, Selanjutnya kita berikan kesempatan kepada Nara sumber Mas Tubagus haryo karbiyanto.
Sebagai pembicara pertama dan kemudian di lanjutkan oleh mas didin. Silahkan…………

Tubagus Haryo Karbiyanto (Wakil Koordinator Forum Warga Kota Jakarta) – Narasumber :
Tema : Adopsi internet bagi warga miskin dan NGOs yang bergerak di isu kemiskinan

www.satudunia.net
TOP 20 COUNTRIES WITH HIGHEST NUMBER OF INTERNET USERS
(http://www.internetworldstats.com/top20.htm)

# Country or Population, Users % Growth % of World


Region 2009 Est Latest Data
Population 2000-2009 Users
(Penetration)
1 China 1,338,612,968 360,000,000 26.9 % 1,500.0 % 20.8 %
2 United States 307,212,123 227,719,000 74.1 % 138.8 % 13.1 %
3 Japan 127,078,679 95,979,000 75,5 % 103.9 % 5.5 %
4 India 1,156,897,766 81,000,000 7.0 % 1,520.0 % 4.7 %
5 Brazil 198,739,269 67,510,400 34.0 % 1,250.2 % 3.9 %
6 Germany 82,329,758 54,229,325 65.9 % 126.0 % 3.1 %
7 United Kingdom 61,113,205 46,683,900 76.4 % 203.1 % 2.7 %
8 Russia 140,041,247 45,250,000 32.3 % 1,359.7 % 2.6 %
9 France 62,150,775 43,100,134 69.3 % 407.1 % 2.5 %
10 Korea South 48,508,972 37,475,800 77.3 % 96.8 % 2.2 %
11 Iran 66,429,284 32,200,000 48.5 % 12,780.0 % 1.9 %
12 Italy 58,126,212 30,026,400 51.7 % 127.5 % 1.7 %
13 Indonesia 240,271,522 30,000,000 12.5 % 1,400.0 % 1.7 %
14 Spain 40,525,002 29,093,984 71.8 % 440.0 % 1.7 %
15 Mexico 111,211,789 27,600,000 24.8 % 917.5 % 1.6 %
16 Turkey 76,805,524 26,500,000 34.5 % 1,225.0 % 1.5 %
17 Canada 33,487,208 25,086,000 74.9 % 97.5 % 1.4 %
18 Philippines 97,976,603 24,000,000 24.5 % 1,100.0 % 1.4 %
19 Vietnem 88,576,758 21,963,117 24.8 % 10,881.6 % 1.3 %

www.satudunia.net
20 Poland 38,482,919 20,020,362 52.0 % 615.0 % 1.2 %
TOP 20 Countries 4,374,577,583 1,325,437,422 30.3 % 359.9 % 76.4 %
Rest of the World 2,393,227,625 408,556,319 17.1 % 461.5 % 23.6 %
Total World - Users 6,767,805,208 1,733,993,741 25.6 % 380.3 % 100.0 %

Indonesia Status

YEAR Users Population % Pen. GDP p.c.* Usage


Source
2000 2,000,000 206,264,595 1.0 % US$ 570 ITU

2007 20,000,000 224,481,720 8.9 % US$ 1,916 ITU

2008 25,000,000 237,512,355 10.5 % US$ 2,238 APJII

2009 30,000,000 240,271,522 12.5 % US$ 2,329 ITU

2010 30,000,000 242,968,342 12.3 % US$ 2,858 ITU

Note: Per Capita GDP in US dollars, source: United Nations Department of Economic and Social
Affairs. Source: http://www.internetworldstats.com/asia/id.htm

Tahun Pelanggan Pemakai

1998 134.000 512.000

1999 256.000 1.000.000

2000 400.000 1.900.000

2001 581.000 4.200.000

2002 667.002 4.500.000

2003 865.706 8.080.534

2004 1.087.428 11.226.143

2005 1.500.000 16.000.000

2006 1.700.000 20.000.000

2007 2.000.000 25.000.000

www.satudunia.net
Jumlah penduduk Miskin dan Penerimaan sektor Telekomunikasi di Indonesia
• Jumlah penduduk: 224 juta
• Jumlah penduduk miskin: 120 juta (60% penduduk) Dr Syafii Antonio, Maret 2007
• Jumlah penduduk miskin: 37 juta (17% Penduduk) BPS RI Juli 2007.
• Jumlah pengguna seluler: 75 juta (33% penduduk) ATSI Maret 2007.
• Jumlah pengguna internet: 15 juta (7% penduduk) Kompas Agustus 2007.

Adopsi ICT dan MDGs


• Isu dan Argumen tentang Informasi dan Teknologi Komunikasi (ICT) memainkan peran utama
dalam semua aspek kehidupan nasional: dalam politik, dalam kehidupan ekonomi, serta sosial dan
pengembangan budaya.
• Hal ini dengan cepat mengubah kehidupan kita, cara kita melakukan bisnis, akses informasi dan
pelayanan, berkomunikasi satu sama lain dan menghibur diri kita sendiri.
• Ini bahan bakar ekonomi global. Hal ini juga berkaitan dengan hak asasi manusia, sebagai alat
bantu terbaik, untuk mendukung kebebasan berekspresi dan hak atas informasi yang sesuai
dengan Pasal 19 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
• Kemiskinan ekstrem yang dialami oleh sekitar 1,2 milyar orang dianggap oleh banyak orang
sebagai pelanggaran hak asasi manusia terburuk di dunia. Akibatnya, pengembangan masyarakat
global telah disahkan di PBB 'Millenium Development Goals komitmennya untuk mengurangi
separuh jumlah orang yang hidup di bawah satu dolar per hari pada tahun
2015. (www.un.org/millenniumgoals/; www.undp.org/mdg/, 2003/01/22).

ICT dan Pengentasan Kemiskinan


• Apa peran ICT dalam penanggulangan kemiskinan? Apakah ICT menciptakan perpecahan baru
antara kaya dan miskin atau justru mampu mengurangi kesenjangan yang ada di bidang sosial-
ekonomi. Apakah ada peran langsung dalam mengurangi kemiskinan atau hanya sebuah
kemewahan yaitu bahwa masyarakat miskin membayar mahal?
• Ada dua kubu pendapat yang berlawanan: mereka yang menganggap ICT adalah obat mujarab
untuk pengentasan kemiskinan dan orang-orang yang menyatakan bahwa ICT tidak memiliki peran
yang wajar dalam penanggulangan kemiskinan selama kebutuhan dasar masyarakat miskin tidak
terpenuhi.

Adopsi internet bagi warga miskin? - (kampung Penas tanggul, Jakarta Timur)
Kendala
• Keterbatasan akses
• Keterbatasan pengetahuan

Pemanfaatan
• Anak-anak - kerjakan tugas sekolah, (klipping, artikel, gambar, berita buku, dst) Chating, FB,
Game online, download lagu, ringtone, video.
• Orang tua – pendaftaran siswa baru (ini menjadi sentuhan pertama warga miskin bersentuhan
dengan internet).
• Umum – telepon, SMS, Transfer data (Bluetooth)

Biaya
• Rp 30.000/bulan/KK untuk WARNET
5

www.satudunia.net
• Rp 160.000/bulan/KK untuk VOUCHER

Belum terlihat feedback yang kongkrit dari pengunaan Iinternet selain untuk komunikasi dan
hubungan social, benefit lainya belum muncul. Di sebuah berita saya dengar Indonesia menjadi
Negara peringkat ke 7 pengakses situs porno tertinggi.

Adopsi Internet bagi NGOs?- (Forum warga Kota Jakarta- Fakta)


Kendala
• Keterbatasan pengetahuan
• Keterbatasan integrasi program ITC dengan kelompok dampingan

Pemanfaatan
• Informasi dan dokumentasi (profil, press rilis, pernyataan sikap, klipping berita, newsletters, paper
position, opini, kegiatan, dst – website/blog/FB
• Komunikasi (Undangan, transfer data, update status, dst) – email/milis/FB
• Riset dan pengembangan (survey, petisi, dst)

Sehingga, …
• Dampak pemanfaatan penggunaan internet pada kelompok dampingan secara langsung dan
secara tidak langsung menjadi TIDAK MAKSIMAL,
• Sejauh ini pemanfaatan RADIO KOMUNITAS lebih berpengaruh bagi NGO untuk berkomunkasi
dengan kelompok dampingannya

Simpulan dan Rekomendasi


ICT, jika didukung dengan kebijakan yang tepat dan dengan pendekatan lintas sektoral dan holistik,
akan melengkapi dan memperkuat upaya multisektoral lainnya yang dibutuhkan untuk pengentasan
kemiskinan, termasuk guna yang memenuhi kebutuhan dasar dari warga miskin itu sendiri.Seluruh
program yang kita miliki harus terintegrasi dengan kebutuhan kelompok-kelompok dampingan kita.
Karena selama kebutuhan pokok mereka terpenuhi agak sulit juga memaksakan agenda-agenda
lainya di kelompok rentan ini.

Muhammad Salahuddien (KEMKOMINFO ) – Narasumber :


Tema “Indonesia Infrastructure”

- Bicara infrastruktur di Indonesia dilihat dari statistiknya di Asia kita ada di peringkat 7. Tapi fakta
sebenarnya nantinya di Asia itu Indonesia itu akan menjadi Negara paling tidak di peringkat ke 3
dalam populasi ICT.
- Kondisi sekarang dari statistic kita sudah menang dari Negara ASEAN lainya, ini menunjukan
bahwa dunia ICT kita itu sudah tidak terbendung lagi.
- Karena di satu sisi Indonesia memang sebagai market terbesar di asia Fasifik selain cina, tapi
faktanya seiring dengan naiknya value dari dunia ICT ini maka naik pula uang namanya resiko =
Dua mata sisi dari adanya perubahan.
- Yang harus di cermati, di Indonesia industry ICT adalah industri yang paling matang dan
sepenuhnya liberal - dominasi sepenuhnya oleh Market Driver dan tehnology driver. Jadi peran
pemerintah apalagi masyarakat menjadi minimal.

www.satudunia.net
- Untuk kedepanya lebih baik Peran masyarakat harus bisa mengambil peran/ mengambil peran
kontrol. Kalau tidak kita akan menjadi keranjang sampah saja bagi indrustri terutama tehnology.
- Tehnology ICT di Indonesia sudah mencapai penetrasi yang cukup tinggi. Artinya, selain adaptasi
kita sendiri saat ini juga sudah memproduksi. Seperti HP, kalau dulu banyak made in cina
sekarang sudah di assembling di Indonesia seperti nexian dll yang kemudian menjadi merk local.
Artinya industry ini juga cukup menyerap tenaga kerja.
- Penerimaan Negara yang terbesar saat ini dari sektor non migas terbesar lah dari sector
telekomunikasi.
- Dari survey terakhir sebuah majalah, telekomunikasi telah menjadi makanan pokok kita setelah
Nasi ( Pulsa menjadi makanan kebutuhan pokok ke dua).
- Saat ini akan sangat sulit sekali mencari daerah yang sinyal HP nya belum ada, bahkan kios pulsa
lebih banyak dari pada kios bensin sekarang.

Internet Statistik
Indonesia population 242,968,342 (July 2010, est.)
More than 180 ISP’s, 40 NAP’s, 3 IX’s (national exchange)
1 million internet users (1999), 45 million users (June 2010)
100.000 internet subscribers (1999), 7 million (June 2010)
More than 25 million online media regular visitors every day!
25 Gbit/s aggregate national IX traffic, 50 Gbit/s international
+3 million computers (2 million notebooks) sales (March 2010)

- Local exchange saat ini menjadi sorotan kita semua, Dimana kalau sebuah negara itu
mempeunyai local exchange yang besar dan kontenya makin lama makin besar maka kitalah
yang akan menjadi menjadi penguasa de facto dari internet tersebut. Kalau hal ini terjadi maka
Indonesia tidak perlu lagi membeli Bandwith ke luar cukup di local saja. Saat ini masih di kuasai
oleh Amarika.
- Lokal konten Indonesia sudah Berjaya di banding local content di luar negeri. Hanya saja di
Indonesia local content itu hanya 2 yaitu : news dan Fun dan yang besar justru content fun di
banding news.

Mobile Statistik
175 mil. numbers, 135 mil. unique users, 85 mil. GPRS phone
31.824 villages within the country will be connected in 2014
31.000 (Telkomsel), 29.000 (Indosat), 26.000 (XL) cellular BTS. Already serving 99% of 5.748
district (kecamatan). Most of BTS are GPRS/EDGE (data / internet) ready
+3 mil. broadband users, 12 mil. 3G subs., 45 mil. active GPRS
+1.000.000 Blackberry service subscribers (January 2010)
10 cellular operators AXIS, XL, ISAT, TSEL, 3 (GSM/GPRS/3G); ESIA, FLEXI, FREN, SMART
(CDMA/EVDO); CERIA

- Kecendrungan orang sekarang mobile terbukti dengan fakta bahwa 1 dari3 dari computer yang
terjual adalah notebook
- Kebutuhan terbesar orang Indonesia dengan ITC adalah untuk ngobrol – Sosialisasi atau
pergaulan

www.satudunia.net
- Pasar terbesar nantinya adalah pelajar, sampai sekarang ini Indonesia menjadi pasar terbesar di
ASEAN. Dan pelajar juga menjadi target pasar hampir semua profider, kalau dulu hanya IM3 tapi
sekarang hampir semua nya menjadikan pelajar sebagai target market.

Students Statistics
http://nisn.jardiknas.org/cont/data_statistik/index.php
Students Population 34.389.195 (in the end of 2009)
More than 40 million students will be connected to the Internet in the year 2012 (Jardiknas Project
- Depdiknas) *) terminate
40 million = overall students population in Europe Union
40 million = 25% of overall students population in ASEAN
40 million = 20% share of ICT potential market in Indonesia
Early in 2010 all cellular providers engaged students market

FaceBook Statistik
US (125,881,220), UK (26,543,600), Indonesia (25,912,960)
Number of male users on Facebook in Indonesia: 15,303,500
Number of female users on Facebook in Indonesia: 10,489,980
Penetration in Indonesia to population: 10.78 %
Penetration in Indonesia to online population: 86.38 %

ICT Market Profile


Telecommunication services price war, promotion package
Low ARPU, application/value added services revenue increasing
Computer hardware for internet use, price < 5 million (US$500)
Combination of Netbook + cellular data service modem (US$300)
Internet gadget, price < 1 million (US$ 100, lower everyday)
Broadband access plan price (flat), cellular < 200K (US$ 20)
Broadband access plan price (flat), home < 200K (US$ 20)

Always On generation
Always connected 24 / 7 to the internet, online communication
Trend: using mobile / portable device (PDA, Laptop, Netbook)
Highest gadget ownership ratio within the region (ASEAN)
Lifestyle: news, social net, blogs, micro blog, chat, fun/games
40 % internet access origin: from office, school/campus (day)
40 % internet access origin: cyber cafe, hotspot, home (night)
60 % internet access device: gadget, netbook, laptops, mobile

Blackberry Booming
US + Canada is the largest Blackberry population in the world
1 million in US (2000 - 2009), 41 million worldwide (2010)
Largest Blackberry Black Market (70% non operators handset)
US + Canada Blackberry users are Corporate account (BES)
1 million in Indonesia (2007 - 2009) GSM XL 335K, TSEL 290K, ISAT 290K, AXIS 45K, 3 30K,
SMART 10K (CDMA)
8

www.satudunia.net
Most of Indonesian Blackberry users are Personal account (BIS)
Price drop from 300K monthly to 90K flat rate Rp. (US$ 9)

Infrastructure Facts
Most of penetration rely on limited wireless infrastructure i.e. GPRS/EDGE, 3G, LTE, WiMAX,
WiFi services based on non renewable natural resources: frequency
Degradation of network handling capacity: saturation on frequency re-use policy may causing
degration of services
Cable broadband distribution less than 9 million, zero growth after 20+ years industry protection,
only available in major cities (most populated island Java, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi),
more than 50% capacity was deploy only in Jabodetabek area.
In most rural area using limited & high cost VSAT services

Terlihat bagaimana kemampuan handling infrastruktur sangat terbatas. 5 tahun lagi kalau kondisi
seperti ini masih di pertahankan semua layanan yang ada bisa down semua. Karena sejauh ini
infrastruktur kita lebih banyak mengandalkan frekwensi /Wife = sumberdaya mahal dan terbatas. Jika
habis ya habis, beda dengan kabel.

Slide EXISTING fiber Optics

Terlihat bagaimana dalam telekomunikasi sama sekali tidak ada pemerataan,daerah-daerah terpencil
masih belum terjangkau – dominasi di pulau jawa, Indonesia timur malah kosong sama sekali.

More cables needed


In the near future bandwidth consuming interactive multimedia application (i.e. triple play) will be
widely used by users. Only end to end reliable cable networks could handle such traffic
Wireless networks only fits to mobile services. It’s not intended to be used as carrier (inter city) or
distribution (inter BTS) links
9

www.satudunia.net
For fixed data & internet services, wireless networks are just for temporary solution to accelerate
penetration & growth boosting
Only cables solution could solve the problem, to extend network handling capacity, to provide
more reliable backhaul links
Metro Ethernet Networks only available at several major cities

Slide palapa ring 2014

Palapa ring Facts


Investment US$ 1.524.515.000, initial capacity 640 Gbit/s. ISAT, XL & others investors consortium
members has canceled the implementation. Only Telkom just start at NTB – NTT segment
Total of 35.280 km subsea cable (16.000 shallow sea, 12.885 middle sea, 6.394 deep sea)
including buoy
Total 20.739 km land cable (Sumatera 7.402,5 km, Jawa 3.542, Kalimantan 5.345,5 km, Sulawesi
5.813 km, Maluku 2.988 km, Nusa Tenggara 3.480 km, Irian 4.958 km)
Consist of 2.063 km Connecting Rings (redudancy, fail over loops)7 Rings connecting 465
municipals city within 33 Province

- Cita-citanya semua ibukota kabupaten terhubung dengan palapa ring.


- Jika ini tercapai akan sangat luar biasa sekali Indonesia akan menjadi Negara dengan Cyber optic
yang terbesar mengunggulinegara lainya.
- Tapi setelah 3 tahun program ini di canangkan anggota konsorsiumnya semua mengundurkan diri
hanya TELKOM yang masih komit. Dan Sejauh ini Telkom sedang membangun infrastruktur ke
Indonesia timur.

Sesi Diskusi dan sharing

Yanuar Nugroho ( Peneliti ICT for Development) – Fasilitator :


Mari kita sharing, bertanya dan memperdebatkan dan mendiskusikan kalau kita sebagai pendamping
masyarakat sipil dengan semua fakta yang telah di sampaikan narasumber, apa yang bisa dilakukan
untuk mencerdaskan rakyat ? silahkan untuk 3 penanya pertama.

10

www.satudunia.net
Firdaus Cahyadi – SatuDunia :
- Dengan kondisi dominasi barat dan jawa (dalam peta sebaran). Muncul kebijakan pendaftaran
siswa baru secara online, hal ini akan membatasi akses masyarakat di daerah timur, warga miskin
dan daerah terpencil lainya. Padahal ini berhubungan dengan hak manusia untuk mendapatkan
pendidikan yang tinggi. Apa solusi yang bisa kita lakukan dengan fakta akses internet yang masih
timpang hak masyarakat untuk pendidikan dibatasi dengan registrasi online ? belum lagi jika ad
aide voting online, bayangkan berapa banyak orang yang hak politiknya tidak bisa di lakukan jika
kebijakan ini di laksanakan.

Bagus - Institut For ecosoc Right :


- Peta intensitas internet dan penguna internet . mayoritas di jabotabek (50%) dan sisanya di kota-
kota yang padat penduduknya. Lalu bagaimana dengan kasus-kasus seperti busung lapar di papua
dll jika di kaitkan dengan ini ?
- Sekarang ini tingkat produktivitas orang di daerah terpencil lebih tinggi, padahal umumnya mereka
adalah petani. NGO dalam hal ini banyak bergerak di bidang pertanian, akses terbanyak ada di
petani tetapi data dari hasil pertanian tersebut justru tidak di ketahui oleh petani. Bagaimana
acsesibilitas dari pengunaan internet ini bagi petani ?
- Lokal content. Saat ini local content di Indonesia lebih banyak politik dan news. Sedangkan cotent
seperti bagaimana perubahan cuaca mempengaruhi bertani warga didapat dari luar negeri, ada
masalah bahasa disini. Disini NGO itu akan berperan dimana ? pemerintah bagaimana perannya ?
sektor private bagaimana pula peranya ? yang saat ini sangat besar invansinya, tapi hanya di segi
bisnisnya saja.

Shinta Laksmi - HIVOS :


- Terkait dengan ICT dengan ketercerabutan. Disini seakan-akan ICT adalah jawaban dari semua
permasalahan. Naif jika kita berpikir jika ada ICT maka angka kematian ibu melahirkan akan turu
bla..bla… ICT adalah bagian dari sesuatu yang besar. Jangan jadikan ICT satu-satunya solusi.
Terminologi ICT adalah jawaban dari semua persoalan harus kita perdebatkan lagi.

JAWABAN NARASUMBER :

Muhammad Salahuddien (KEMKOMINFO ) – Narasumber :


- ICT hanyalah tools. Persoalan ICT itu ada 2 yaitu : masalah ICT nya sendiri ( infrastruktur,
industrinya,pengadaan dll) dan persoalan bagaimana ICT bisa member manfaat sebesar-besarnya
untuk mensejahterahkan masyarakat.
- Peran NGO tergantung pada kapasitas masing-masing ,mau berperan di dimana ? apakah di sisi
yang mengurus ICT nya atau mengambil manfaat dari ICT nya atau bahkan kedua-duanya.
- Di peta Existing Fiber Optics terlihat seolah-olah tidak ada sebaran internet di timur. Ini adalah peta
formal, secara informal ada sebaran walaupun secara bisnis di anggap illegal. Tapi bagi kita atau
komunitas mereka ini adalah pahlawan ICT.
- Untuk masyarakat penetrasi ICT malah menjadi boomerang bagi masyarakat ( member iming-
iming tapi kemudian menjatuhkan mental mereka) – justru termarjinalisasi. Misalnya informasi
pertanian bisa di informasikan lewat ICT, ada yang mau beli tapi terkendala karena akses jalan
tidak ada tidak bisa dikirim dll. Nah, sekarang bagaimana ICT itu bisa menjadi kearifan local dan
menjadikan potensi-potensi itu tidak terbuang percuma. ICT harusnya bisa juga menjembatani ini.

11

www.satudunia.net
NGO harus bisa mendorong pemerintah daerah untuk mengurus infrastruktur ini dan mendorong
investor untuk mempercepat proses ini, tidak hanya merevitalisasi sumberdaya saja.
- Data pertambang adalah data yang paling banyak beredar di ICT, tapi kemudian data ini di
manfaatkan corporasi, sementara masayarakat tidak bisa mendapatkan manfaat. Ini salah satu
contok bagaimana keterbukaan informasi tidak memberikan manfaat kepada masyarakat tapi
malah membuat masyarakat termarginalisasi.
- Sentral dari aktivitas bisnis ICT ini adalah Capital yang tersentralisasi ke singapura. Semua kabel
tersentralisasi ke singapura. Kemana kekayaan komunikasi ini ? jawabanya singapura.
- Kondisi industri komunikasi ini sudah sangat liberal, sehingga ketika pemerintah ingin manjadikan
milik public menjadi sangat sulit.
- Kalau kita ingin menjadi investor harus punya lisensi, yang punya lisensi adalah para perusahaan
besar tersebut…ujung-ujungnya kita harus beli ke mereka ( 10 operator besar) juga.
- Untuk meminimalisasi itu harusnya kita bisa mendorong investor-investor local untuk berperan, dan
control masyarakat sipil harus bisa mengambil peran sendiri.
- Kecuali bisa merubah regulasinya, mungkin jika semua modal local di kumpulkan lalu pemerintah
menjadi pelaksana. Maka di satu titik pemerintah bisa menjadi pesaing persahaan-perusahaan
besar itu.

Tubagus Haryo Karbiyanto (Wakil Koordinator FAKTA) – Narasumber :


- Ketika kita bicara HP, Internet dll pertanyaanya apakah semua masyarakat di Indonesia siap
dengan hal itu ? masyarakat baduy bisa menjadi contoh dan Jangan sampai kejadian seperti kasus
ujian nasional baru-baru ini.
- Peran NGO dan warga. Bisa menjadi produsen data dan juga bisa sebagai konsumen data.
- Kasus-kasus Gakin dan kasus penerimaan mahaswa baru bisa dijadikan refleksi bagaimana
bagaimana ketidaksiapan kita terhadap infrastruktur dan content. Disini warga juga harus waspada
dan kritis terhadap produk-produk tehnology yang di tawarkan.
- Masyarakat butuh informasi, integrasi program ICT seperti apa yang bisa di maksimalkan antara
NGO dan masyarakat dampinganya masih harus kita cari dimana titik temunya.

Yanuar Nugroho ( Peneliti ICT for Development) – Fasilitator :


Apakah ada yang mau menanggapi lagi ?

Idaman :
- Dari diskusi tadi saya menangkap ada kata kunci pemanfaatan,adopsi, libelarisasi pasar, disparitas
antara local dan daerah dll.
- Kita menghadapi sebuah fonomena, yang tidak cukup kalau kita melihatnya hanya dengan cara
pandang tertentu saja tapi kita harus lihat secara menyeluruh. ICT tidak bisa di lihat hanya dari
pemanfaatan, Kita harus juga lihat ini sebagai fonomena industry global dan pasar. Kecurigaan nya
ini kalau tidak by design artinya ini adalah situasi yang di ciptakan untuk market. Ini sama dengan
revolusi hijau, fonomena Aqua atau susu formula dll dimana kebutuhan dasar kita diambil
perannya diambil oleh perusahaan besar.
- Ada 2 kutup konsumsi dan produksi. ICT sejauh ini masih berkutat di konsumsi dari pada produksi.
Secara konsumsi industry ini lebih diarahkan ke life style bukan life function.
- Fonomena Blackberry bisa dijadikan contoh, bagaimana anak muda sekarang Twiteran dengan
teman-temanya lalu pasti akan terkait dengan konsumsi lainya – life style

12

www.satudunia.net
- Karena paradoksnya adalah konsumsi maka ini adalah penciptaan revenue terhadap perusahaan.
Terbukti dengan industry ringbacktone dll.
- Kalau kita memandang dengan cara diatas, kita tidak bisa melihat ICT berdiri sendiri, tapi terkait
dengan pola-pola tersebut – fonomena pasar global dan market.

Firdaus Cahyadi – SatuDunia :


- Tadi katanya ada sudut produksi dan sudut konsumsi. Pilihan jalur konsumsi atau produksi ini
dalam ICT ini sebuah pilihan yang dipilih secara sadar oleh pemerintah atau bagaimana ?

Idaman :
Sulit melihatnya karena saya tidak punya data terhadap ini/ belum di selidiki
presentasinya…….apakah ini by design industry yang besar atau terbawa oleh cultur. Tapi bisa dilihat
hal ini di dukung oleh budaya dan sikap kaum-kaum intelektual Indonesia.

Muhammad Salahuddien (KEMKOMINFO ) – Narasumber :


- Ini sangat menarik. Karena kita sekarang memang dalam tahap konsumsi di titik yang terbesar/ ter
tinggi. Tapi kondisinya sudah mentok, sehingga mereka hanya meng add orang baru-orang baru
tapi tidak bisa meng up grade lebih luas lagi. Ini sesuai dengan ramalan ahli ICT bahwa pada suatu
titik cost of inrastructur itu di suatu titik akan zero.
- Kalau melihat target palapa dimana Indonesia akan menjadi Negara cyber optic terbesar, itu
budgetnya hanya 15 triliyun Itu sangat murah jika di bandingkan dengan total APBN. Infrastruktur
itu harganya sangat murah sebenarnya dan bisa digunakan selamanya, karena infrastruktur tidak
akan bisa usang. Kalau habis tinggal di tambah kabelnya…yang membuat mahal di Indonesia
adalah biaya pungutan liarnya ketika mengali.
- Ada banyak sekalia cara, misalnya cost cyber optic di tanggung oleh post pendidikan karena
Market utama ICT kedepan adalah pendidikan. Tapi sejauh ini yang mendorong ke arah sana
belum ada.
- TELKOM sejauh ini perusahaan yang punya infrastruktur terbesar di Indonesia - de facto. Padahal
dia bukan perusahaan infrastruktur karena mereka adalah perusahaan jasa. Tapi yang di regulasi
di Indonesia hanya infrastruktur, artinya siapapun yang sudah berdaya di infrastruktur bisa
mendominasi dan bermain di sini menjadi produsen.
- Kita memang dalam kondisi konsumsi-target market – tapi ke depanya tidak !!

Sugeng Wibowo –SatuDunia :


- Kita memang mungkin ada peluang sebagai produsen. Sekedar sharing baru-baru ini saya ketemu
dengan komunitas yang bergerak dalam video sharing. Namun mereka di palakin oleh pihak
tertentu. Ini menunjukan bagaimana regulasinya belum ada tapi tetap saja ada pihak-pihak yang
mau mengambil untung sendiri – fonomena ini menjadi penghambat kita sebagai produsen content.
Akibatnya banyak blogger-blogger Indonesia ngambil hosting ke luar karena aman. Ini kan sama
saja kita menaruh barang kita keluar tapi di pakai di sini/ Indonesia.

Rini nasution – SatuDunia :


- Dari diskusi ini saya bisa melihat ICT lanscap di indonesia
- Pola perkembangan di ICT sama dengan yang terjadi di sector-sektor lain seperti pertanian ada
WTO dll.
- Bulan oktober kita akan masuk pada creative comment, sekarang memang belum di berlakukan.
13

www.satudunia.net
- Lalu dimana peran kita ? Apakah kita bisa menantang diri kita saat ini, apa yang bisa kita lakukan
saat ini dengan semua fonomena ICT sejauh ini ?
- Dimana ruang-ruang yang bisa diambil NGO sehingga bisa merebut / mengambil ICT menjadi
ruang untuk melakukan tekanan public, menjadi tools dll. Karena sejauh ini NGO masih larut
dengan pola konsumtifnya terhadap ICT tersebut.

Muhammad Salahuddien (KEMKOMINFO ) – Narasumber :


Pola konsumsi kita di ICT itu tidak di tentukan oleh ICT sendiri. Tapi ada peran yang besar lainya
adalah peran media. Contohnya saja kasus video porno Ariel – ini menjadi catatan khusus oleh aktivis
ICT karena penyebaran video tersebut bukan lewat internet tapi lewat HP. Bahkan format video
tersebut dibuat bisa di akses oleh semua jenis HP.Jadi medialah yang banyak berperan untuk
menentukan pola konsumsi kita terhadap ICT.

Yanuar Nugroho ( Peneliti ICT for Development) – Fasilitator :


Kita sudah sangat kaya dengan masukan-masukan dari kawan-kawan tadi. Mari kita lihat seperti yang
dikatakan mas idaman apakah persoalan paradox ini by design atau imagine.Ini sama dengan kita
melihat korupsi, apakah korupsi adalah budaya atau pilihan ? kita bisa lihat dengan cara ber pikir
berikut :

Sistem Tanda Politik Ekonomi Hukum/Agama/Regulasi

Signifikasi Dominasi Legitimasi

Fasilitasi
Kerangka Implikasi Norma

Politik Ekonomi

Komunikasi Kekuasaan Sanksi

- Kalau ICT kita anggap sebagai sarana sebagai untuk memberantas kemiskinan, menurunkan
angka kematian ibu dan anak sepertinya kok tidak tepat.
- Kita harus waspada ketika kita mendampingi masyarakat adalah jenis komunikasi yang mana yang
di gunakan – Signifikasi –komunikasi dari system tanda

14

www.satudunia.net
- Power ketika mengerakan orang namanya POLITIK, power ketika dia mengerakan non orang
namanya –EKONOMI
- Kalau pendaftaran SMA melalui online misalnya, pasti akan ada norma, begitu juga kalau
dilakukan voting pemilu maka sudah pasti hak berdemokrasi akan mati untuk sebagian orang, jadi
bagaimana ? bukan berarti masyarakat yang maju adalah yang masyarakat non online – tapi ini
pasti bisa menjadi alat untuk melegitimasi
- Lantas jika kita berperan dalam mendampingi si warga yang rentan tersebut bagaimana kita
berperan dan menjadikan ICT sebagai alat untuk memobilisasi? Mari kita lihat diri kita sendiri
bagaimana kita membangun dan bergerak bersama teman-teman ketika mendampingi warga yang
rentan. Silahkan

Anwari Natari – SatuDunia :


- Dinamika social saat ini memaksa orang untuk mengenal ICT, banyak hal yang kemudian
memaksa masayarakat untuk mengenal internet salah satunya program penerimaan siswa baru
secara online tersebut.Sepertinya kemajuan bisa jadi hanya interpresentasi kita yang kemudian di
paksakan.

Yanuar Nugroho ( Peneliti ICT for Development) – Fasilitator :


Benar, Orang tidak maju kalau tidak bicara tehnology, orang tidak maju kalau tidak pakai HP ini
kerangka pikir yang telah di bangun. Sehingga ketika petani tidak mengunakan internet dianggap tidak
maju. Ini mungkin karena interpresentasi kita bahwa kemajuan itu adalah itu…

Muhammad Salahuddien (KEMKOMINFO ) – Narasumber :


- Bicara dengan pemerintah / regulator dan industry selalu menempatkan posisinya sudah sebagai
mana mestinya. Tugas regulator menyiapkan koridor terutama industry untuk berpartisipasi.
- Ketika pementah selalu mendorong industry itu artinya menutup peluang masyarakat ikut berperan
secara ekonomi. Seperti yang di Indonesia timur yang tertutup akses ekonominya.
- Peran masayarakat lah yang sekarang ini masih sangat kosong peranya, kecuali di peran sebagai
pembeli.
- Kalau NGO ingin berperan, harusnya bisa mendorong emerintah agar lebih balance. Dimana
regulator / pemerintah bisa untuk membuka peran-peran masyarakat untuk terlibat secara
partisipatif tanpa menjadikan peran bisnis mati – mematikan industry yang sudah berjalan. Peran
ini masih sangat kosong sekarang ini.

Shinta Laksmi– HIVOS :


- NGO dalam strategi harus merubah. Strategi jangan hanya untuk kita-kita lagi, tapi harus
meluaskan ke kelompok-kelompok lain yang berbeda sehingga ada perubahan dalam strategi
komunikasi, edukasi dan kampanye kita. Bukan saatnya lagi kita bicara kitalah yang paling benar,
harusnya kita mulai menempatkan sesuatu pada tempatnya dan melihat dengan sudut yang lebih
luas.

Tubagus Haryo Karbiyanto (Wakil Koordinator FAKTA) – Narasumber :


- Kalau sudah ada data/fakta kongkrit kita sebagai NGO yang sudah pasti punya dampingan
masing-masing ini bisa di maksimalkan juga.
- Sehingga kita juga bisa membuat peta Exiting Fiber Optics dengan peta yang kita impikan juga.

15

www.satudunia.net
- Sebagai Civil society kita bisa gunakan policy hak kita untuk mendapatkan kebebasan informasi.
Yang saat ini masih harus di pressure- sebuah kemauan politik sehingga bisa di eksekusi. Ini harus
di dorong terus untuk menjadi hak politik seluruh masyarakat dan menjadi sebuah gerakan.

Rini Nasution - SatuDunia:


- Akses internet memang penting,di berbagai Negara memang sudah bicara mengenai hak
mengunakan internet. Pertanyaan jika itu telah disedian - missi ini berhasil apakah misalnya kita
juga sudah siap memfasilitasi masayarakat yang selama ini tdk mendapatkan akses seperti orang
papua misalnya. Lalu apa Masyarakat di papua juga sudah siap menerima ini ? karena kita masih
lemah dalam content. Akses internet penting, jika sudah ada akan di buat menjadi apa ?

Tubagus Haryo Karbiyanto (Wakil Koordinator FAKTA) – Narasumber :


- Itu kan di satu sisi. Kalau kita jadikan ICT menjadi tools kita juga harus siapkan kebutuhanya
termasuk kontenya. Ini satu paket menurut saya…
- Saya pikir Civil society harus menanggapinya dengan cara yang kongkrit. Tehnologi itu kutukan
atau berkat itu tergantung bagaimana kita memandangnya.

Muhammad Salahuddien (KEMKOMINFO ) – Narasumber :


- Belajar dari cina. Dimana ICT mereka sangat di design / di tentukan oleh kebijakan pemerintah.
Tidak ada warga cina yang bisa mengakses internet ke situs-situs porno dengan bebas, yang di
bolehkan hanya konten pendidikan. Hanya di area-area hotel, area internasional dll situs –situs
tersebut bisa di buka- bebas., tapi di luar area itu semua terkontrol. Ini bisa dijadikan contoh
bagaimana ICT sangat consumers, jadi kita bisa mengukur, bisa mengatur level penetrasi kita
terhadap masyarakat.
- Dalam penetrasi ICT ini memang harus ada katalisator untuk mengaturnya kalau tidak akan terjadi
cultural shock. Karena di ICT semua informasi ada semuanya,mulai bisnis sampai situs porno.
Untuk orang di perkotaan cultural shocknya bisa saja hanya sebentar tapi kalau oranyanya masih
zero seperti orang kampong cultural shocknya bisa lama. Peran NGO bisa juga bisa di sini
sehingga informasi-informasi itu bisa di control mana yang bermanfaat dan mana yang tidak untuk
mensejahterahkan mereka.

Aris – SatuDunia :
- Definisi ICT sekarang ini banyak di katakana dari sisi negatifnya termasuk salah satunya dengan
adanya kasus video porno lalu ujung-ujungnya memunculkan dominasi.
- Di I ndonesia mungkin Culture shock bisa terjadi karena banyak factor termasuk budaya kita.

Yanuar Nugroho ( Peneliti ICT for Development) – Fasilitator :


Tadi kita sudah memetakan masalah-masalah. Selanjutnya mari kita lihat Mengetahui dan
mengidentifikasi dampak adopsi internet di kalangan NGOs terhadap kelompok rentan (perempuan,
miskin kota, pedesaan dan tuna netra) dan mencoba mengembangkan indikator dan cara untuk
mengukurnya .

Firdaus Cahyadi – SatuDunia:


- Walhi Jakarta sudah mengunakan sms untuk alat kampanye dalam kampanye teluk Jakarta saat
itu. Artinya sms juga bisa di pakai dalam memobilisasi

16

www.satudunia.net
- Ada persoalan dalam perkembangan ICT di Indonesia. Untuk itu kita harus dorong pemerintah
untuk membenahi masalah tersebut.
- Hak pendidikan tidak boleh di halangi hanya karena kita genit dengan ICT. Kasus pendaftaran
online sebagai contohnya. Karena kalau hanya satu-satunya ICT sebagai alat maka masyarakat
yang tidak bisa Onlie akan tersingkir dengan sendirinya ini tidak fair. ICT jangan di jadikan alat
untuk melestarikan ketidak adilan tapi harus menjadi alat untuk mengoreksi ketidak adilan.
- Kalau ada kebijakan-kebijakan yang menghambat warga untuk mendapatkan haknya itu harus kita
lawan dan kritik.
- NGO harus mengambil peran ini, kasus UMPTN yang harus online sejauh ini belum ada pihak-
pihak yang mengkritik masalah ini hanya bicara efisiensi saja.

Lina Purbo – Air putih :


- Peran NGO saat ini sangat mendorong level-level yang marginal seperti perempuan untuk bisa
lebih maju dan bisa meningkatkan pengetahuan mereka.
- Di komunitas ibu-ibu PKK malah membuat ICT sebagai alat sumber pengetahuan. Misalnya
mencari informasi sekolah unggulan dll, mendapatkan bahan-bahan sekolah anaknya dll

Somad – Air putih


- ICT juga sudah di perkenalkan kepada tunanetra. Dengan basis open source- walaupun di tujukan
untuk mendapatkan informasi tapi karena keterbatasan-keterbatasan masih belum maksimal
- Selain itu ICT juga kami pakai ketika gempa di padang. Yang menarik setelah proses itu ketika kita
komunikasi lagi, mereka sudah menjadi operator warnet di aceh, di batam dll artinya sudah ada
manfaat.

Anwari Natari :
- Untuk mitra satudunia sejauh ini yang sudah berhasil adalah NGO yang bergerak di HIV/AIDS.
Informasi terkait ini agak tertutup selama ini sehingga ICT menjadi alternative dan ruang yang
besar di sini. Kita buat berbagai macam kanal untuk memfasilitasi ini, Website dan sms gateway
menjadi sarana utama yang banyak di pakai karena mereka tidak takut menginformasikan atau
bertanya terkait issue ini.
- Di sini Satu dunia membantu strategi komunikasinya di 3 daerah diantaranya malang,

Yanuar Nugroho ( Peneliti ICT for Development) – Fasilitator :


Bagaimana satudunia mengukur-nya ? karena ini kan terkait dengan indicator-indikator yang di pakai
untuk mengukurnya. Ketika bicara kita pemenfaatan tehnology kita juga melihat internal logic dan
social logic nya.

Anwari Natari :
- Sejauh ini masih di hitung berdasarkan kuantitas saja dari sms yang masuk.
- Karena organisasi di design untuk mengetahui/mengcapture jumlah sesunguhnya dari komunitas
ini maka yang di pakai adalah jumlah member yang mendaftar / yang masuk.

Firdaus Cahyadi :
- Selain kasus HIV/AIDS, Kampanye kasus lumpur lapindo juga cukup banyak mendapatkan
perhatian public ketika kita membuat web www.korbanlumpur.com, yang muncul di tengah
maraknya media mainstream di manampilkan iklan lapindo. TV luar kemudian menjadikan web itu
17

www.satudunia.net
dan posko korban lumpur untuk mendapatkan informasi dan fakta-fakta perkembangan kasus
lumpur lapindo.
- Tapi kampanye ini jug adi dukung oleh kegiatan off line yang di susun bersama seluruh jaringan-
tidak hanya online.

Yanuar Nugroho ( Peneliti ICT for Development) – Fasilitator :


Tadi kita sudah ngobrol dan sudah banyak masukan dari teman-teman terkait bagaiaman dinamika
antara adobsi ICT dan pengalaman temen-teman mendampingi masyarakat terkait ICT ini. Mas onno
mungkin ada gagasan atau sharing terkait ini ?

Onno W Purbo - Pengamat Kebijakan Infrastruktur Internet :


- Sederhana saja, Orang pengen hidup untuk bisa lebih sejahtera. Kalau ada alat yang bisa
membuat lebih sejahtera pasti mereka mau belajar, kalau alat itu harus bayar mereka pasti mau
mengeluarkan biaya tersebut- itu hal dasar cara pikir manusia – cara survive
- Internet itu kuncinya sederhana, kalau di sharing akan murah- kalau pakai sendiri pasti mahal
- Hanya saja, manusia harus di iming-iming bagaimana bisa lebih sejahtera dengan cara mudah
- Mulailah saya memperkenalkan internet dengan pakai wajan dll, sehingga internet juga bisa di
pakai dengan murah dan mudah.
- Sekarang saya masuk ke jalur pendidikan, saya coba dorong dengan membuat buku mengenai
internet dan ideologynya ( Internet murah, open source, menjadi tools dll). Yang sekarang sudah di
adopsi oleh sekolah-sekolah. Intinya bagaimana bangsa Indonesia bisa hidup dengan otaknya
bukan ototnya.

Yanuar Nugroho ( Peneliti ICT for Development) – Fasilitator :


Tadi kita sudah sharing bagaimana media sangat mempengaruhi bagaimana cara kita berkonsumsi,
mungkin mas ign bisa sharing soal ini…..

Ign Haryanto - LSPP


- Ada sebuah judul buku yang bagus sekali judulnya “ Global Media “yang cerita bagaimana pintu-
pintu awal kapitalisme
- Media atau industri memang menjadi agen yang mensosialisasikan kapitalisme. Mulai cara
berpakaian, cara bersosialisasi dll. Kalau sekarang banyak media di eropa dan amerika tutup, kita
juga bisa lihat terjadi sesuatu dengan kapitalisme di eropa dan amerika.
- Karena banyak surat kabar tutup, banyak wartawan menganggur sehingga kemudian mereka
beralih ke media-media online dan membentuk organisasi-organisasi sendiri yang ingin tetap
berbuat sesuatu melalui media on line hingga sekarang.
- Dalam situasi media-media mainstrem terpuruk apakah fungsi-fungsi yang membela kepentingan
public dan media itu masih bisa berfungsi atau tidak ? apakah kontrol masyarakat masih bisa
berperan ? ini perlu kita perbincangkan.
- Saat ini media online masih gratis, tapi mungkin di titik tertentu mereka akan menarik cost juga.

Cut Rindayu – Satu Dunia :


- Sekarang ini ICT di pakai juga sebagai stategi marketing di MLM, ini sangat menarik menurut saya.

Yanuar Nugroho ( Peneliti ICT for Development) – Fasilitator :

18

www.satudunia.net
Sekarang ini situasinya ICT berkembang yang terbesar hanya di pulau jawa kita sudah sharing
perkembanganya dan kendalanya, selanjutnya mari kita sharing ide-ide atau solusi yang lebih
strategis sehingga kerja-kerja kita sebagai NGO makin membumi /bermanfaat dan tidak tercerabut ?
Bagaimana strategy-startegy mengunakan ICT dan tehnology ini tapi tidak menjadikan kita tercerabut
dari program-program kita ?

Anwari natari :
- Belajar dari sharing pak onno, ibu lina dan rinda bagaimana memanfaatkan ICT untuk memberikan
manfaat / keuntungan riel yang bisa di dapatkan warga. Mungkin kita harus mengunakan bahasa-
bahasa yang bisa mereka mengerti sehingga masayarakat bisa mengunakan dan memanfaatkan
ICT dan mereka sadar akan manfaat-manfaat dari ICT

Idaman :
- Kata kuncinya agak menjebak yaitu ICT. Sebagian orang mendefenisikanya tehnology untuk
informasi dan menganggap harus ada tehnology dulu.
- Karena itu kami coba rubah defenisinya dengan informasi komunikasi dan tehnology. Di lapangan
kemudian yang muncul persoalanya bukan dari ICTnya justru yang muncul adalah masalah-
masalah organisasinya seperti tidak adanya mandat, tidak ada management dll sehingga tidak ada
informasi.
- Dalam konteks masyarakat sipil, adalah menyiapkan organisasi ini dengan alat ukur. Alat ukurnya
adalah informasi. Bagaimana informasi yang di miliki masyarakat menjadi alat untuk mengambil
keputusan atau tidak. Kalau orang sudah mengambil keputusan berdasarkan informasi, maka lihat
apakah keputusan itu menjadi berkualitas atau tidak.
- Hal lainya pengetahuan,apakah si NGO ini memfasilitasi masayarakat dampinganya dnegan
pengetahuan atau tidak. Bagaimana proses-proses pengelolaan pengetahuan dilakukan dl.

Onno W Purbo - Pengamat Kebijakan Infrastruktur Internet :


- Mau melakukan apa itu tergantung TUJUAN. ICT hanya sebagai sarana saja. ICT dan lainya
hanya alat bantu saja dan menjadi alat untuk mencapai tujuan dnegan efektif.
- Tujuan : contohnya – berapa jumlah siswa yang masuk SD pertahun ? 4,5 jt/ tahun. Berapa jumlah
lulusan S1 yang lulus setiap tahun ? 600 rb orang. Jadi ada 4 jt orang yang tidak bisa menjadi
pintar dll. Harusnya ini jadi tanggung jawab pemerintah, karena pengelola republic ini gagal. Maka
tujuan saya adalah yang 4 jt tadi, ICT bisa menjadi aternatif orang menjadi pintar dengan cara
mudah dan murah.
- Di level praktis. untuk mencapai tujuan itu ada 3 alat yang di pakai yaitu :
1. Punya Kekuasaan
2. Punya Uang
3. Harus punya Massa .
- Karena itu penting untuk menset tujuan tersebut, baru kemudian melihat berapa jumlah orang yang
menjadi target

Somad – Air putih :


- Budaya Indonesia itu orangnya suka berbagi, tapi ada beberapa hal yang tidak bisa berbagi seperti
perangkat lunak.
- Ada pemanfaatan tehnologi informasi. Perlu kita ingatkan bahwa pemanfaatan perangkat lunak
yang di gunakan – open source.
19

www.satudunia.net
Onno W Purbo - Pengamat Kebijakan Infrastruktur Internet :
Pengalaman saya di lapangan, masyarakat Indonesia bisa di gugah nasionalismenya untuk open
source dengan bicara misalnya “berapa banyak uang yang kita sumbangkan uang ke Microsoft…dll “

Dini Mentari – Pattiro/PI :


- Pengalaman saya masih sedikit NGO yang mangisi content. Karena itu usulan saya NGO harus
berperan di konten sehingga kita punya informasi-informasi kongkrit berapa angka nelayan rentan
kita ? berapa angka pertanian kita dll.
- Infrastruktur memang penting. Tapi konten juga penting. Kalau sejauh ini FB hanya di pakai untuk
sosialita bagaimana kita masuk ke konten lalu menjadikan FB juga sebagai alat untuk melawan
- Gerakan CSO kedepan harusnya kita bisa menyuarakan ke tingkatan yang lebih atas. Kalau di
Account FB kita mempublish issue-issue tertentu itu di respon baik oleh teman-teman di account
FB termasuk Anggota dewan itu bisa efektif.

Firdaus Cahyadi :
- Masih ada ruang yang kosong, karena tidak Ada NGO yang mengawal tehnology ini. Di Indonesia
tidak ada kebijakan yang mendorong ini.dan Masayarakat sipil banyak kecolongan dengan
kebijakan yang di keluarkan karena hanya menguntungkan coorporasi saja
- Kebijakan tehnology ini harus di kawal oleh masayarakat sipil. Kalau tidak akan di dominasi oleh
coorporasi dan ini bahaya sekali.

Muhammad Salahuddien (KEMKOMINFO ) – Narasumber :


- Kebijakan ICT di Indonesia saat ini lebih banyak ke internet dan di dorong ke industry
- Dengan memperbanyak aktivitas di komunitas terkait ICT, mau ngak mau pemerintah juga harus
melihat gerakan ini. Sejauh ini masih sedikit NGO yang mengambil peran ini.
- Jadi ada kesempatan yang sangat besar bagi komunitas dan NGO untuk berperan menetukan
arah regulasi. Karena itu di level menengah harus kuat untuk meleading ini.

Dini Mentari – Pattiro/PI :


Bagaimana dengan pengunaan dana USO di Indonesia ?

Muhammad Salahuddien (KEMKOMINFO ) – Narasumber :


- Dana USO itu adalah kesepakatan internasional yang menetapkan bahwa setiap operator
mempunyai tanggung jawab social. Masalahnya tanggung jawab social ini harusnya tanggung
jawab operator, tapi kemudian di belokan. Jika operator sudah membayar ke pemerintah persoalan
selesai, padahal tidak begitu.
- Ketika pemerintah menerima dana dari USO itu mereka juga bingung, karena di Indonesia ada
kesenjangan Infrastruktur jadi ngak bisa serta merta seluruh wilayah bisa melek internet.
Sementara itu dana itu juga tidak terlalu besar jika dilihat secara capital.

20

www.satudunia.net
Yanuar Nugroho ( Peneliti ICT for Development) – Fasilitator :
Saya merasakan semangat yang luar biasa dari forum ini. Tidak bermaksud menyimpulkan tapi
sekedar catatan sedikit dari diskusi dan masukan-masukan dari teman-teman tadi :

Rekomendasi dari Catatan Diskusi :


1. Informasi tentang akses- infrastruktur
2. Hakikatnya NGO adalah keterlibatan kongkrit dan tidak bisa di gantikan oleh
pihak lain.
3. Rekomendasi menambah kapasitas terhadap :
- Kapasitas akan pengelolaan informasi karena kita tidak bisa semata-mata
hanya menjadi konsumen tapi harus merebut peran sebagai produsen.
- Pengelolaan Pengetahuan – dan ini ruang yang sangat kosong sekarang ini.
- Capacity building
4. Lebih taktis dan praktis adalah Hardware. Karena ini adalah perwujutan dari
sebuah tehnology. Kita harus bisa mengunakan Hardware dengan kreatif
sehingga bisa mengunakan hardware dengan murah dan mudah - sharing
hardware bersama,
5. Software open source yang bisa di pakai sebagai strategy dan menjadi peluang
menjadi produsen.
6. Peran masayarakat sipil dalam perkembangan tehnology dimana ? saat ini belum
ada yang NGO yang mengawal Perlu garis tegas kapan warga harus
mendapatkan haknya untuk mendapatkan informasi - Mendorong masyarakat
Sipil untuk mengawal ICT.

Penutup

Terima kasih kepada narasumber, fasilitator dan peserta yang hadir yang sangat bersemangat
berkontribusi dalam diskusi ini. Banyak sekali input yang telah di dapat dan menegaskan apa yang
sedang SatuDunia lakukan saat ini.

----------- SELESAI-----------------

21

www.satudunia.net

You might also like