You are on page 1of 4

Terumbu karang dan Karang

Dr. Mufti Petala Patria

Terumbu karang, mengingatkan kita pada keindahan kehidupan di perairan


pantai tropis, yang tersusun atas berbagai hewan dan tumbuhan dengan
warna, bentuk dan ukuran yang bervariasi. Organisme yang dapat kita
temukan di terumbu karang antara lain; Pisces (berbagai jenis ikan),
Crustacea (udang, kepiting), Moluska (kerang, keong, cumi-cumi, gurita),
Echinodermata (bulu babi, bintang laut, timun laut, lili laut, bintang mengular),
Polychaeta (cacing laut), Sponge, Makroalga (Sargasum, Padina, Halimeda)
dan terutama hewan karang (Anthozoa). Begitu banyak jenis organisme
yang hidup di sana sehingga terumbu karang adalah salah satu ekosistem di
permukaan bumi ini yang memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi.
Tingginya keanekaragaman jenis di terumbu karang karena tingginya
produktivitas primer di daerah tersebut, yaitu dapat mencapai10.000 gr
C/m2/yr, bila dibandingkan dengan produktivitas laut lepas hanya berkisar 50-
100 gr C/m2/yr.

Hewan karang atau reef corals (Anthozoa) merupakan penyusun utama


terumbu karang (coral reefs), karena mampu membuat "bangunan" dari
pengendapan kalsium karbonat (CaCO3). Tidak semua anggota Kelas
Anthozoa (Filum Cnidaria) dapat membentuk terumbu, hanya dari kelompok
hermatypic coral (ordo Scleractinia), sedangkan yang tidak membentuk
karang disebut ahermatypic coral (misalnya: anemon, soft coral, akar bahar).
Kelompok hermatypic coral tersebut hidupnya bersimbiosis dengan alga
bersel satu zooxanthellae (Symb iodinium microadriaticum) yang berada pada
sel di lapisan endodermis. Hasil samping dari proses fotosintesa
zooxanthellae adalah endapan kalsium karbonat yang menjadi berbagai
bentuk dan struktur yang khas tergantung dari jenis inang (host) hewan
karang. Semakin maksimal proses fotosintesa zooxanthellae, maka semakin
maksimal pula kalsium karbonat yang dapat diendapkan, berarti semakin
cepat proses pertumbuhan hewan karang.

1
Berdasarkan proses terbentuknya (geomorfologi) terumbu karang dapat
dibedakan menjadi 3 tipe.

Karang tepi (fringing reefs) adalah tipe yang paling umum dijumpai,
merupakan terumbu yang tumbuh mengelilingi pulau, jarak dari pantai
bervariasi dari 3-300 m.

Karang penghalang (b arier reefs), adalah terumbu yang terletak sejajar pantai
pulau utama namun dipisahkan oleh laut. Lebar laut pemisah tersebut dapat
mencapai enam kilometer dan kedalamannya puluhan meter.

Karang cincin (atoll) adalah terumbu karang yang melingkar atau oval
mengelilingi goba. Pada terumbu tersebut terdapat satu atau dua pulau kecil.
Karang cincin terbentuk dari tenggelamnya pulau vulkanik yang dikelilingi oleh
karang tepi. Saat ini kurang lebih ada 300 atoll di daerah Indo-Pasifik, dan
hanya 10 atoll di Karibia.

Selain itu dikenal pula Patch reefs, terumbu yang berbentuk lingkaran, tidak
terlalu besar yang muncul di goba atau di belakang karang penghalang.

Komunitas karang dapat juga dibedakan atas letak karang tersebut pada
terumbu karang. Forereef, yaitu karang yang terletak berhadapan langsung
dengan laut lepas. Reef flat yaitu rataan terumbu yang relatif dangkal dan
pada saat tertentu dapat terpapar sinar matahari. Back reef yaitu komunitas
terumbu di belakang reef flat dicirikan dengan keadaan air yang relatif tenang.

Walaupun mampu membentuk terumbu yang keras seperti batu, tapi hewan
karang memiliki batasan faktor fisik yang relatif sempit. Faktor fisik tersebut
adalah cahaya, suhu, salinitas, dan sedimentasi.

Karena hewan karang bersimbiosis dengan alga zooxanthellae, maka cahaya


menjadi salah satu faktor pembatas bagi kehidupan karang. Oleh sebab itu
hewan karang hanya dapat hidup pada kedalaman kurang dari 30 m.

2
Suhu optimum untuk pertumbuhan hewan karang adalah berkisar 25-29 O C
sedangkan suhu minimal 20O C dan suhu maksimum 36O C. Kisaran suhu
yang relatif sempit ini (stenotermal), menyebabkan penyebaran karang hanya
pada daerah tropik.

Salinitas yang sesuai dengan pertumbuhan hewan karang adalah sekitar 30-
36 ppt, oleh sebab itu jarang ditemukan terumbu di sekitar muara sungai
yang besar.

Sedimentasi merupakan salah satu pembatas pertumbuhan karang. Daerah


yang memiliki sedimentasi yang tinggi akan sulit untuk menjadi tempat yang
baik bagi pertumbuhan karang. Tingginya sedimentasi menyebabkan
penetrasi cahaya di air laut akan berkurang dan hewan karang (polip) akan
bekerja keras untuk membersihkan partikel yang menutupi tubuhnya.

Faktor fisik lain yang turut mempengaruhi penyebaran terumbu karang adalah
gelombang, arus dan tingginya kisaran antara pasang dan surut. Gelombang
dan arus erat kaitannya dengan penempelan planula serta morfologi karang.
Perbedaan pasang dengan surut, mempengaruhi lamanya karang terpapar
sinar matahari saat laut surut.

O
Penyebaran terumbu karang terbatas hanya di antara 30 Lintang Utara dan
O
30 Lintang Selatan atau daerah tropika dan subtropika dengan total luas
sekitar 617.000 km 2. Lautan yang memiliki terumbu karang paling luas
adalah Samudra Pasifik dengan 335.000 km 2, kemudian Samudra Hindia
2 2
(185.000 km ), dan terakhir Samudra Atlantik (87.000 km ). Seperti telah
dijelaskan, bahwa faktor suhu yang menyebabkan penyebaran terumbu
karang hanya di daerah perairan yang panas. Ada tiga pengelompokan
keanekaragaman jenis terumbu karang, yaitu Indo-pasifik, Samudra Hindia
dan Karibia (timur Atlantik). Di daerah tropika pantai lautan Atlantik sangat
sedikit terdapat terumbu karang. Pada pantai Atlantik timur (pantai Afrika)
terdapat arus dingin yang mengalir sepanjang pantai menuju utara.
Sedangkan pada pantai barat Atlantik (Pantai Amerika Selatan) terdapat
muara sungai-sungai besar yang membuat salinitas dan kekeruhan air laut

3
tidak sesuai untuk kehidupan karang.

Keanekaragaman jenis karang paling tinggi di perairan Indo-Pasifik dengan


88 genera sedangkan di Karibia hanya 48 jenis. Tingginya keanekaragaman
jenis di Indo-Pasifik terjadi karena luasnya daerah tersebut dengan
percampuran dari jenis Samudra Hindia.

You might also like