You are on page 1of 19

LEMBAR JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER TAHUN 2010

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SATYAGAMA

NIM/NIRM : 08330050115
NAMA : SUPRIYADI
JURUSAN : ILMU HUKUM
SEMESTER : IV (empat)
MATA KULIAH : Hukum Acara Perdata
DOSEN : Kaspudin Nor, SH, M.Si

1. Sejarah singkat Hukum Acara Perdata di Indonesia :

Sebelum tanggal 5 April 1848 Hukum acara perdata yang digunakan di pengadilan Gubernemen
bagi golongan Bumiputera untuk kota-kota besar di Jawaadalah BrV (hukum acara bagi golongan
Eropa) Untuk luar kota-kota besar Jawa digunakan beberapa pasal dalam Stb 1819-20 .Pada tahun
1846 Ketua Mahkamah Agung ( Hooggrerechtshof) Mr H.L Wichers tidak setuju hukum acara
perdata bagi golongan Eropa digunakan untuk golongan Bumiputera tanpa berdasarkan perintah
Undang-undang. .Gubenur Jendral J.J Rochussen menugaskan Wichers membuat rancnagn
Reglement tentang Administrasi Polisi dan Hukum Acara Perdata dan Pidana Bagi
Bumiputera.,Tahun 1847 rancaqngan selesai dibuat tetapi JJ Rochussen mengajukan keberatan
yaitu : Pasal 432 ayat (2) :membolehkan pengadilan yang memeriksa perkara perdata untuk
golongan Bumiputera menggunakan hukum acara perdata uyang diperuntukkan untuk golongan
Eropa, Rancangan itu terlalu sederhana karena tidak dimasukkannya lembag-lembaga intervensi,
kumulasi gugatan, penjaminan dan rekes civil seperti yang termuat dalam BRv, Tanggal 5 April
1848 setelah melakukan perubahan dan penambahan maka rancangan itu ditetapkan dengan
nama Inlandsch Reglement (IR) yang ditetapak dengan Stb 1848-16 dan disahkan dengan firman
Raja tanggal 29 September 1849 dengan Stb 1849-63.

Berlakunya HIR dan RBG

Tahun 1927 diberlakukan RBg (Rechtsreglement voor de Buitengewesten) yaitu hukum acara
perdata bagi golongan Bumiputera luar Jawa dan Madura. Sebelumnya berlaku peraturan tentang
susunan Kehakiman dan kebijaksanaan Pengadilan ===Stb 1847 -23 Tahun 1941 terjadi
perubahan nama Ir menjadi HIR ( Herzeine Indlansch Reglement )dengan Stb 1941-44 yang

1
berlaku untuk Jawa dan Madura. Pada saat ini dengan Pasal 1 UUD 1945 yang telah
diamandemen HIr dan RBg masih berlaku sampai saat ini.

Sumber hukum acara perdata

Pada zaman Hindia Belanda:


RV ( reglement op de Burgerlijk Rechtsvordering)=== golongan Eropa
HIR ( Herzeine Indlandsch Reglement )===golongan Bumiputera daerah Jawa dan Madura
RBg ( Reglement voor de Buitengewesten )=== golongan Bumiputera luar Jawa dan Madura.

Saat Ini
HIR dan RBg
UU No 29 Tahun 1947 tentang Peradilan Banding Jawa dan Madura.
UU No 1 Tahun 1974 tentang Pokok Perkawinan
UU No 4 Tahun 2004 tentang Pokok Kehakiman
UU No 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung
Kitab Undang-undang Hukum Perdata Buku ke-IV tentang Pembuktian dan Daluarsa
Yurisprudensi.
SEMA
Hukum Adat
Doktrin

2. Pengertian Hukum Acara Perdata adalah :

Rangkaian peraturan hukum yang menentukan bagaimana cara-cara mengajukan kedepan pengadilan
perkara-perkara keperdataan. Adapun pengertian perkara-perkara keperdataan secara luas meliputi
hukum dagang, cara-cara melaksanakan putusan-putusan (Vonis) hakim serta cara-cara memelihara
dan mempertahankan Hukum Perdata Materiil.

Pengertian Hukum Acara Perdata menurut Abdul Kadir Muhammad adalah :

peraturan hukum yang m,engatur proses penyelesaian perkara perdta melalui pengadilan (hakim),
sejak diajukan gugatan sampai dengan pelaksanaan putusan hakim.

Pengertian Hukum Acara Perdata menurut Wirjono Prodjodikoro adalah :

Rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan
dimuka pengadilan dan bagaimana cara pengadilan itu harus bertindak, satu sama lain untuk
melaksanakan berjalannya peraturan-peraturan hukum perdata.

2
Pengertian Hukum Acara Perdata menurut Sudikno Mertokusumo adalah :

Peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil
dengan perantaraan hakim.

Fungsi Hukum Acara Perdata adalah :

Mempertahankan dan melaksanakan Hukum Perdata Materiil artinya Hukum Perdata Materiil
dipertahankan oleh alat-alat penegak hukum berdasarkan Hukum Acara Perdata ini.

Fungsi Hukum Acara Pidana adalah

Untuk mencari dan mendapatkan kebenaran materiil yaitu kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari
suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat.

Sifat Hukum Acara Perdata dan Pidana adalah :


Hukum Acara Perdata bersifat :
Memaksa mengikat para pihak yang berperkara dan ketentuan-ketentuan yang ada peraturan
hukum acara perdata harus dipenuhi.
contoh: gugatan harus diajukan di tempat atau domisili tergugat Jangka waktu untuk mengajukan
permohonan banding adalah 14 hari setelah putusan hakim diterima para pihak, dll
Menagatur peraturan-peraturan dalam hukum acara perdata dapat dikesampingkan para pihak
Contoh dalam hal pembuktian.
Hukum Acara Pidana bersifat :
Kriminal atau kejahatan public baik dilakukan perseorangan maupun sekelompok orang atau badan
pemerintah untuk kepentingan umum. Contoh perkara perampokan, pembunuhan,
pencopetan,pencurian dll.

3. Sebutkan syarat-syarat dan perbedaanya serta jelaskan para pihak yang dimaksud :

Perkara Hukum Acara Perdata bersifat Permohonan yaitu :


Perkara yang diajukan oleh seseorang pemohon atau lebih secara bersama-sama.
Perkara Hukum Acara Perdata bersifat Gugatan yaitu :
Perkara yang diajukan oleh seseorang penggugat yang gugatan berupa sengketa atau konflik.
Perbedaanya antara Gugatan dengan Permohonan adalah :
Bahwa perkara perkara gugatan merupakan sengketa atau konflik yang harus diselesaikan dan
diputuskan oleh pengadilan. Sedangkan dalam Permohonan tidak ada sengketa,
a. Penggugat Konvensi adalah :
Seseorang yang mengajukan gugatan di Pengadilan yang sesuai dengan aturan-aturan
dasar yang tumbuh dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara.

3
Tergugat Rekonvensi adalah :
Seseorang yang berhubungan langsung dengan suatu gugatan yang diajukan oleh
tergugat terhadap penggugat karena dianggap melakukan wanprestasi kepada tergugat.
Tergugat Konvensi adalah :
Seseorang yang sudah diajukan ke Pengadilan yang diajukan oleh tergugat terhadap
penggugat karena dianggap melakukan wanprestasi kepada tergugat.
Tergugat Rekonvensi adalah :
Seseoran yang tidak mengerti obyek perkara tetapi terikat dengan putusan hukum yang
diajukan oleh tergugat terhadap penggugat karena dianggap melakukan wanprestasi
kepada tergugat.
Turut tergugat adalah : Guagatan yang diajukan oleh tergugat terhadap penggugat
karena dianggap juga melakukan wanprestasi kepada tergugat.
b. Pemohon adalah :
Perkara gugatan dimana terdapat pihak penggugat dan tergugat ada perkara-perkara.
Termohon adalah :
Seseorang tergugat yang diajukan perkaranya oleh pemohon contoh
Seseorang suami yang ajukan permohonan ucap talaq pada istrinya.
c. Intervenien :
Masuknya pihak ketiga dalam suatu perkara perdata yang sedang berlasung dengan
adanya kepentingan tertentu (inters)
Tussenkomst :
Seseorang yang tidak memihak berdiri sendiri dalam suatu perkara tergugat.
Voeging :
Mengabungkan diri kepada salah satu pihak entah yang tergugat maupun yang
menggugat.
Vrijwaring :
Ikut sertanya karena diminta oleh tergugat atau penggugat dalam suatu perkarahampir
mirip dengan Intevensi tapi tapi tidak dari pihak ke tiga yang bersangkutan langsung.
d. Pelawan :
Atas nama Seseorang terdakwa adalah musuh penggugat
Terlawan :
Atas nama seseorang penggugat adalah lawan musuh tergugat
e. Pembanding :
Para pihak yang merasa tidak puas dengan keputusan sidang pengadilan tingkat pertama
untuk memperbaiki keputusan dalam siding berikutnya tenggang waktu 14 hari sejak
pemberitahuan
Terbanding :

4
Orang yang merasa puas atas putusan pengadilan tingkat kedua yang sebelumnya merasa
tidak puas atas keputusan pengadilan tingkat pertama.
f. Pemohon kasasi :
Seseorang yang berupaya hukum dari pihak yang merasa tidak puas dengan keputusan
pengadilan tingkat pertama
Termohon kasasi :
Seseorang yang merasa puas atas putusan karena sudah berupaya hukum yang
sebelumnya tidak puas pada persidangan tingkat pertama.

4. Proses pemeriksaan persidangan perkara perdata sejak tahap gugatan hingga putusan akhir
adalah :

Perkara perdata dapat diselesaikan secara kekeluargaan tidak boleh diselesaikan dengan cara
main hakim sendiri diselesaikan melalui pengadilan.Pihak yang merasa dirugikan hak perdatanya harus
mengajukan perkaranya ke pengadilan untuk mendapat penyelesaian dengan mengajukan gugatan
terhadap pihak dirasa merugikan, perkara perdata ada 2 (dua) yaitu : 1. Perkara Contentiosa (gugatan)
perkara yg mempunyai konflik harus di selesaikan di pengadilan contoh sengketa hak milik,warisan. 2.
Perkara voluntaria perkara yang tidak mengadung konflik semata untuk kepentingan Pemohon contoh
meminta pembagian pembagian harta warisan, mengubah nama, pengangkatan anak,wali.

Setelah pihak mengajukan gugatan atau permohonan perkara perdatanya ke Pengadilan baik yang ada
konflik maupun tidak tidak boleh ada pihak ketiga dalam hal ini. Biasanya untuk perkara tanpa konflik
mengajukan Pemohon mengajukan permohonan pada Ketua Pengadilan karena masalah kepentingan
sefihak saja. Adapun hasil dari gugatan adalah berupa putusan dan hasil dari Permohonan Penetapan

5. ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA

Alat bukti adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh undang-undang dan dapat dipakai
membuktikan sesuatu. Alat bukti disampaikan dalam persidangan pemeriksaan perkara dalam tahap
pembuktian. Pembuktian adalah upaya yang dilakukan para pihak dalam berperkara untuk menguatkan
dan membuktikan dalil-dalil yang diajukan agar dapat meyakinkan hakim yang memeriksa perkara
tersebut.Yang harus dibuktikan dalam sidang adalah segala sesuatu yang didalilkan disangkal atau
dibantah oleh pihak lawan.Yang tidak perlu dibuktikan adalah segala sesuatu yang diakui, dibenarkan,
tidak dibantah pihak lawan, segala sesuatu yang dilihat oleh hakim, dan segala sesuatu yang
merupakan kebenaran yang bersifat umum.

Alat-alat bukti yang sah dan dapat dipergunakan untuk pembuktian adalah sebagai berikut. Pasal 164
HIR/284 RBG, ada 5 alat bukti yaitu :
1. Bukti surat.
2. Bukti saksi.

5
3. Persangkaan.
4. Pengakuan.
5. Sumpah.

BUKTI SURAT
Dasar hukumnya Pasal 165, 167 HIR/285-305 RBg, stb No 29 Tahun 1867.
Bukti surat adalah bukti yang berupa tulisan yang berisi keterangan tentang suatu peristiwa, keadaan,
atau hal-hal tertentu. Dalam hukum acara perdata dikenal 3 (tiga) macam surat sebagai berikut.

Pertama, Surat biasa, yaitu surat yang dibuat tidak dengan maksud untuk dijadikan alat bukti.
Seandainya surat biasa dijadikan bukti maka hanya suatu kebetulan saja surat-surat yang
berhubungan dengan korespondensi, dan lain-lain.
Kedua, Akta otentik, yaitu akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang berwenang. Akta
otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna sepanjang tidak dapat dibuktikan dengan
yang lain. Akta otentik misalnya Kutipan Akta Nikah, Akta Kelahiran, Akta Cerai, dan lain-lain.
Ketiga, Akta di bawah tangan, yaitu akta yang tidak dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang
berwenang. Kekuatan pembuktian akta di bawah tangan mempunyai kekuatan pembuktian yang
sempurna apabila isi dan tanda tangan diakui oleh para pihak, apabila isi dan tanda tangan yang ada
tidak diakui maka pihak yang mengajukan bukti harus menambah dengan bukti lain misalnya saksi.
Dalam praktik beracara di pengadilan bukti surat yang akan digunakan sebagai bukti di
persidangan di foto copy lalu dibubuhi meterai yang cukup dan dilegalisasi di Kantor Pos kemudian
didaftarkan di Kepaniteraan pengadilan untuk dilegalisasi dan baru dapat diajukan ke sidang
pengadilan kepada majelis hakim dan dicocokkan dengan aslinya jika sesuai dengan aslinya maka
dapat digunakan sebagai bukti yang sah. Apabila ternyata tidak cocok dengan aslinya atau tidak ada
aslinya maka tidak mempunyai kekuatan pembuktian sama sekali. Para pihak yang berperkara berhak
untuk minta diperlihatkan bukti surat kepadanya.

BUKTI SAKSI

Dasar hukum : Pasal 168-172 HIR/306-309 RBG, Stb NO 29 Tahun 1867, Pasal 1902-1908
KUHPerdata.
Saksi adalah orang yang melihat, mendengar, mengetahui, dan mengalami sendiri suatu peristiwa.
Saksi biasanya dengan sengaja diminta sebagai saksi untuk menyaksikan suatu peristiwa dan ada pula
saksi yang kebetulan dan tidak sengaja menyaksikan suatu peristiwa.

Syarat-syarat saksi yang diajukan dalam pemeriksaan persidangan adalah sebagai berikut.
- Saksi sebelum memberikan keterangan disumpah menurut agamanya.
- Yang dapat diterangkan saksi adalah apa yang dilihat, didengar,
diketahui, dan dialami sendiri.
- Kesaksian harus diberikan di depan persidangan dan diucapkan secara pribadi.

6
- Saksi harus dapat menerangkan sebab-sebab sampai dapat memberikan keterangan.
- Saksi tidak dapat memberikan keterangan yang berupa pendapat, kesimpulan, dan perkiraan dari
saksi.
- Kesaksian dari orang lain bukan merupakan alat bukti (testimonium de auditu).
- Keterangan satu orang saksi saja bukan merupakan alat bukti (unus testis nullus testis). Satu saksi
harus didukung dengan alat bukti lain.

Yang tidak dapat dijadikan saksi adalah sebagai berikut.


- Keluarga sedarah dan keluarga semenda menurut keturunan yang lurus dari salah satu pihak.
- Suami atau istri salah satu pihak meskipun telah bercerai.
- Anak-anak yang umurnya tidak diketahui dengan benar bahwa mereka telah berumur 15 (lima belas)
tahun.
- Orang gila walaupun kadang-kadang ingatannya terang.

Keluarga sedarah dan keluarga semenda dapat didengar keterangannya dan tidak boleh ditolak
dalam perkara-perkara mengenai kedudukan perdata antara kedua belah pihak.

Anak-anak yang belum dewasa dan orang gila dapat didengar keterangannya tanpa disumpah.
Keterangan mereka hanya dipakai sebagai penjelasan saja.

Saksi yang boleh mengundurkan diri untuk memberikan keterangan sebagai saksi adalah sebagai
berikut.
- Saudara laki-laki dan saudara perempuan, ipar laki-laki dan ipar perempuan dari salah satu pihak.
- Keluarga sedarah menurut keturunan yang lurus dari saudara laki-laki dan perempuan, serta suami
atau istri salah satu pihak.
- Orang yang karena jabatannya atau pekerjaannya yang diwajibkan untuk menyimpan rahasia.

PERSANGKAAN

Dasar hukumnya : Pasal 173 HIR/310 RBg


Persangkaan adalah kesimpulan yang ditarik oleh undang-undang atau majelis hakim terhadap suatu
peristiwa yang terang, nyata, ke arah peristiwa yang belum terang kenyataannya. Dengan kata lain
persangkaan adalah kesimpulan yang ditarik dari suatu peristiwa yang sudah terbukti ke arah peristiwa
yang belum terbukti.

Persangkaan dapat dibagi menjadi dua macam sebagaimana berikut.


a. Persangkaan Undang-Undang
Persangkaan undang-undang adalah suatu peristiwa yang oleh undang-undang disimpulkan
terbuktinya peristiwa lain. Misalnya dalam hal pembayaran sewa maka dengan adanya bukti
pembayaran selama tiga kali berturut-turut membuktikan bahwa angsuran sebelumnya telah dibayar.

7
b. Persangkaan Hakim
Adalah suatu peristiwa oleh hakim disimpulkan membuktikan peristiwa lain.contohnya;perceraian yang
diajukan dengan alasan perselisihan yang terus menerus. Alasan ini dibantah tergugat dan penggugat
tidak dapat membuktikannya. Penggugat hanya mengajukan saksi yang menerangkan bahwa antara
penggugat dan tergugat telah berpisah tempat tinggal dan hidup sendiri-sendiri selama bertahun-tahun.
Dari keterangan saksi hakim menyimpulkan bahwa telah terjadi perselisihan terus menerus karena
tidak mungkin keduanya dalam keadaan rukun hidup berpisah dan hidup sendiri-sendiri selama
bertahun-tahun.

PENGAKUAN

Dasar hukum : Pasal 174-176 HIR/311-313 RBg.


Pengakuan terhadap suatu peristiwa yang didalilkan dianggap telah terbukti adanya suatu peristiwa
yang didalilkan tersebut. Pengakuan ada dua macam yaitu:

a. Pengakuan di depan sidang.


Pengakuan di depan sidang adalah pengakuan yang diberikan oleh salah satu pihak dengan
membenarkan/mengakui seluruhnya atau sebagian saja. Pengakuan di depan sidang merupakan
pembuktian yang sempurna.

Pengakuan di depan sidang tidak dapat ditarik kembali kecuali pengakuan yang diberikan terdapat
suatu kekhilafan mengenai hal-hal yang terjadi. Pengakuan dapat berupa pengakuan lisan dan tertulis,
pengakuan dalam jawaban dipersamakan sesuai dengan sebelumnya.

b. Pengakuan di luar sidang.


Pengakuan tersebut secara tertulis maupun lisan kekuatan pembuktiannya bebas tergantung pada
penilaian hakim yang memeriksa. Pengakuan di luar sidang secara tertulis tidak perlu pembuktian
tentang pengakuannya. Pengakuan di luar sidang secara lisan memerlukan pembuktian atas
pengakuan tersebut.

SUMPAH
Dasar hukum : Pasal 155-158, 177 HIR,182-185, 314 RBg dan Pasal 1929-1945 KUHPerdata.
Sumpah adalah pernyataan yang diucapkan dengan resmi dan dengan bersaksi kepada Tuhan oleh
salah satu pihak yang berperkara bahwa segala sesuatu yang dikatakan itu adalah benar. Apabila
sumpah diucapkan maka hakim tidak boleh meminta bukti tambahan kepada para pihak.

Sumpah terdiri dari:


a. Sumpah promissoir
Sumpah promissoir yaitu sumpah yang isinya berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

8
b. Sumpah confirmatoir
Sumpah confirmatoir yaitu sumpah yang berisi keterangan untuk meneguhkan sesuatu yang benar.

Sumpah confirmatoir terdiri dari:


- Sumpah supletoir
Sumpah supletoir atau sumpah pelengkap atau sumpah penambah yaitu sumpah yang dibebankan
oleh hakim kepada para pihak untuk melengkapi dan menambah pembuktian. Sumpah pelengkap
harus ada bukti terlebih dahulu. Sumpah pelengkap dibebankan kepada para pihak oleh hakim karena
jabatannya.

- Sumpah decisoir
Sumpah decisoir atau sumpah pemutus adalah sumpah yang dibebankan oleh salah satu pihak kepada
pihak lawannya. Sumpah pemutus dimohonkan kepada majelis hakim oleh salah satu pihak agar pihak
lawan mengangkat sumpah. Sumpah pemutus dikabulkan hakim apabila tidak ada alat bukti sama
sekali. Sumpah pemutus dapat dikembalikan kepada pihak lain. Apabila salah satu pihak berani
mengangkat sumpah maka pihak yang mengangkat sumpah perkaranya dimenangkan.

- Sumpah aestimatoir
Sumpah asstimatoir yaitu sumpah yang dibebankan hakim kepada penggugat untuk menentukan
jumlah kerugian.

6. Eksepsi adalah suatu tangkisan atau sanggahan yang tidak menyangkut pokok perkara. Eksepsi
disusun dan diajukan berdasarkan isi gugatan yang dibuat penggugat dengan cara mencari
kelemahan-kelemahan ataupun hal lain diluar gugatan yang dapat menjadi alasan menolak/menerima
gugatan.

Eksepsi dibagi menjadi 2 :

1. Eksepsi Absolut ( menyangkut kompetensi pengadilan ) yakni :

a. Kompentensi absolut (pasal 134 HIR/Pasal 160 RBG) Kompentensi absolut dari pengadilan adalah
menyangkut kewenangan dari jenis pengadilan (Pengadilan Negeri, Pengadilan Militer, Pengadilan
Agama, Pengadilan Tata Usaha Negara) termasuk juga Panitia Penyelesaian Perselisihan
Perburuan Daerah (P4D)/ Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuan Pusat (P4P) & wewenang
Kantor Urusan Perumahan (KUP)

b. Kompentensi Relatif ( Psl. 133 HIR/Psl59 RBG/Putusan MA-RI tgl 13-9-1972 Reg. NO.
1340/K/Sip/1971 ) Kompentensi relatif adalah menyangkut wewenang pengadilan. Eksepsi
kompentensi relatif diajukan sebagi keberatan pada saat kesempatan pertama tegugat ketika

9
mengajukan JAWABAN. Eksepsi Absolut yang menyatakan Pengadilan tidak berwenang
memeriksa perkara ( Eksepsi van onbevoegdheid )

2. Eksepsi Relatif : adalah suatu eksepsi yang tidak mengenai pokok perkara yang harus diajukan
pada jawaban pertama tergugat memberikan jawaban meliputi :

a. Declinatoire Exceptie : Adalah eksepsi yang menyatakan bahwa pengadilan tidak berwewang
memeriksa perkara /gugatan batal/perkara yang pada hakikatnya sama dan/atau masih dalam
proses dan putusan belum mempunyai kekuatan hukum yang pasti.

b. Dilatoire Exceptie : Adalah eksepsi yang tidak menyangkut gugatan pokok sama sekali atau gugatan
premature.

c. Premtoire Exceptie : Adalah eksepsi menyangkut gugatan pokok atau meskipun mengakui
kebenaran dalil gugatan, tetapi mengemukan tambahan yang sangat prinsipal dan karenanya
gugatan itu gagal

d. Disqualification Exceptie : Adalah eksepsi yang menyatakan bukan pengugat yang seharusnya
mengugat, atau orang yang mengajukan gugatan itu dinyatakan tidak berhak.

e. Exceptie Obscuri Libelli : Adalah eksepsi yang menyatakan bahwa gugatan Penggugat kabur ( Psl
125 ayat (1) HIR/Ps 149 ayat (1) RBG

f. Exceptie Plurium Litis Consortium : Adalah eksepsi yang menyatakan bahwa seharusnya digugat
yang lain juga digugat. Hal ini karena ada keharusan para pihak dalam gugatan harus lengkap.

g. Exeptie Non–Adimpleti Contractus : Adalah eksepsi yang menyatakan saya tidak memenuhi prestasi
saya, karena pihak lawan juga wanpresetasi. Keadaan ini dapat terjadi dalam hal persetujuan imbal
balik.

h. Exceptie : yang menyatakan bahwa perkara sudah pernah diputus dan telah mempunyai hukum
tetap (azas ne bis in idem atau tidak dapat diadili lagi) Psl. 1917 BW ne bis in idem terjadi bila
tututan berdasarkan alasan yang sama, dimajukan oleh dan terhadap orang yang sama dalam
hubungan yang sama.

i. Exceptie Van Litispendentie : Adalah Eksepsi yang menyatakan bahwa perkara yang sama masih
tergantung/masih dalam proses keadilan (belum ada kepastian hukum)

j. Exceptie Van Connexteit : Adalah eksepsi yang menyatakan bahwa perkara itu ada hubungannya
dengan perkara yang masih ditangani oleh pengadilan/Instansi lain dan belum ada putusan.

10
k. Exceptie Van Beraad : Adalah Eksepsi yang menyatakan bahwa gugatan belum waktunya diajukan

Eksepsi relatif tidak hanya terbatas pada alasan–alasan seperti diatas. Dalam praktek dapat juga
menjadi alasan mengajukan eksepsi relatif sebagai berikut :

a. Posita dan Petitum berbeda, misalkan terdapat hal–hal yang dimintakan dalam pentitum padahal
sebelumnya hal itu tidak pernah disinggung dalam posita, Petitum tidak boleh lebih dari posita.

b. Kerugian tidak dirinci : dalam hal timbulnya kerugian harus dirinci maka kerugian mana harus dirinci
satu persatu. Jika tidak dirinci dalam gugatan juga menjadi alasan mengajukan eksepsi.

c. Daluwarsa : suatu gugatan yang diajukan telah melebihi tenggang waktu Daluwarsa , maka hal
tersebut menjadi alasan eksepsi.

d. Kualifikasi perbuatan Tergugat tidak jelas : Perumusan perbuatan/kesalahan tergugat yang tidak
jelas akan menjadi alasan tergugat untuk mengajukan eksepsi.

e. Obyek gugatan tidak jelas : Obyek gugatan harus jelas, dapat dengan mudah dimengerti dan dirinci
ciri–cirinya. Ketidak-jelasan obyek gugatan akan menjadi alasan bagi Tergugat mengajukan
eksepsi.

f. Dan lain-lain eksepsi : eksepsi tersebut berbeda dengan jawaban (sangkalan) yang ditujukan
terhadap pokok perkara. Sebaliknya eksepsi adalah eksepsi yang tiudak menyangkut perkara.
Eksepsi yang diajukan tergugat kecuali mengenai tidak berwenangnya hakim (eksepsi absolut)
tidak boleh diusulkan dan dipertimbangkan secara terpisah–pisah tetapi harus bersama–sama
diperiksa dan diputuskan dengan pokok perkara (Pasal 136 HIR/Psl 162 RBG). Intisari dari isi
eksepsi adalah agar Pengadilan menyatakan tidak dapat menerima atau tidak berwenang
memeriksa perkara ( Psl 1454,Psl 1930,Psl 1941 BW, Psl 125/Psl 149 RBG, Ps 133 HIR/Psl 159
RBG dan Psl 136/Psl 162 RBG)

Contoh eksepsi dalam pengajuan gugata teori Relative Actor Squitoir Forum Rei:

Majelis hakim yang kami hormati.

Kami selaku tim kuasa hukum, bertindak untuk dan atas nama H. Parenrengi, berdasar surat kuasa
khusus tertanggal 03 juni 2010 dengan ini bermaksud mengajukan eksepsi berdasar surat gugatan
yang diajukan oleh tim kuasa hukum penggugat No.306/Pdt.G/2010/PN.Mks.
Sebagai warga negara yang baik, sudah selayaknya menjalankan dan mentaati aturan hukum
sebagaimana mestinya. Tergugat dalam hal ini terdiri atas tiga pihak Exceptie Plurium Litis
Consortium : Adalah eksepsi yang menyatakan bahwa seharusnya digugat yang lain juga digugat.
Hal ini karena ada keharusan para pihak dalam gugatan harus lengkap.. Bahwa tergugat dalam hal

11
ini berpendapat bahwa gugatan penggugat pada dasarnya tidak tepat, karena mencantumkan
beberapa hal yang menurut kami sangat tidak relevan dengan apa yang terjadi sebenarnya.Bahwa
setelah kami membaca dengan seksama dan teliti mengeni materi gugatan, kami menemukan
sejumlah kejanggalan dan/atau kekeliruan yang menyebabkan gugatan tersebut cacat dan harus
dinyatakan Nietonvankelijk Verklaard (NO). Kekeliruan-keleiruan tersebut, manurut kami sudah
sangat merugikan pihak tergugat, karena materi gugatan yang dibuat tidak memenuhi syarat
gugatan, yaitu gugatan dibuat secara jelas dan cermat. Akan tetapi, dalam gugatan penggugat
kami menemukan sejumlah keterangan yang menurut kami sangat tidak relevan penempatannya
gugatan , sehinggat gugatan tersebut mengandung cacat hukum.Karena itu, perkenankanlah kami
memaparkan materi eksepsi kami.

Contoh eksepsi dalam pengajuan gugata teori Relative Actor Squitoir Forum Sitai:

Majelis hakim yang terhormat.

Pada kesempatan ini, bersamaan dengan penyampaian jawaban pihak tergugat atas gugatan
pihak penggugat, kami selaku kuasa hukum tergugat, berdasar surat kuasa khusus pertangga l 9
mei 2010, juga ingin mengajukan eksepsi atas gugatan pihak penggugat.
Sebagai warga negara, pihak tergugat memiliki hak dan kewajiban dalam hukum yang setara
dengan warga negara yang lain. Dalam konteks ini, tegugat berhak untuk melakukan upaya-upaya
hukum untuk melindungi kepentingannya, termasuk eksepsi sebagai refleksi analisis pihak tergugat
terhadap materi gugatan penggugat.

Setelah membaca dengan seksama gugatan pihak penggugat, kami menemukan beberapa
kejanggalan dan kekeliruan yang mendasar dalam gugatan tersebut. Secara hukum, kekeliruan
tersebut jelas merugikan pihak tergugat karena telah mengganggu dan merampas hak atas tanah
pihak tergugat. Di mana pengadilan yg harus menyelesaikannya adalah pengadilan setempat
( dimana obyek tanah tersebuat ),

Bahwa dalam gugatan penggugat terdapat beberapa kekeliruan yang menurut kami cukup untuk
menyatakan bahwa gugatan penggugat Nietonvankelijk Verklaard (NO), maka pada kesempatan
ini, kami mengajukan beberapa eksepsi atas gugatan penggugat tersebut.
Perkenankanlah kami mengajukan materi eksepsi ini.

7. MACAM-MACAM SITA

Macam-macam sita jaminan adalah:

Sita jaminan (conservatoir beslag) terhadap barang milik tergugat.

12
Sita revindicatoir adalah sita terhadap barang bergerak milik penggugat yang ada ditangan tergugat.
Sita marital yaitu sita terhadap harta perkawinan

. Sita Marital
Sita yang dilakukan terhadap seluruh barang/benda milik bersama suami isteri yang meliputi benda
bergerak dan benda tidak bergerak.
· Hak mengajukan gugatan marital beslag timbul apabila terjadi perceraian;
· Marital beslag harus meliput seluruh harta, baik yang ada di tangan isteri maupun yang ada di tangan
suami;
· Marital beslag tidak menjangkau harta pribadi sepanjang harta pribadi itu berada di tangan tergugat;
· Permohonan sita marital yang diajukan secara parcial/sebagian-sebagian tidak dapat diterima.
Marital beslaag yaitu sita yang diletakkan atas harta perkawinan. Sita dapat dimohonkan dalam sengketa
perceraian, pembagian harta perkawinan, pengamanan harta perkawinan.

Eksekusi beslaag yaitu eksekusi dalam rangka pelaksanaan putusan hakim

Putusan sela dan permohonan provisi


Dapat dilakukan apabila tidak puas terhadap putusan akhir dari Pengadilan Tingkat Pertama. Sedangkan
terhadap Putusan Sela dan Provisi diajukan secara bersamaan dengan putusan akhir.

8. Upaya Hukum ada 2 yaitu biasa dan luar biasa

1. Bentuk-bentuk upaya hukum biasa :

Termasuk ke dalam upaya hukum biasa

o Verzet
o Banding
o Kasasi

Verzet
Perlawanan untuk verstek.
Pemeriksaannya dilakukan di pengadilan negeri yang memeriksa perkara yang memutus verstek.
Jangka waktu mengajukannya 14 hari setelah putusan yang diterima oleh tergugat.
Kedudukkan para pihaknya tetap, penggugat tetap sebagai penggugat (terlawan) dan tergugat
tetap sebagai tergugat (pelawan)
Verstek dapat dijatuhkan 2 kali dan verzet hanya 1 kali saja. Upaya hukum berikutnya adalah
banding.

Banding

13
Pengertian : upaya hukum yang dilakukan untuk perkara yang telah di putus oleh Pengadilan
tingkat pertama diperiksa ulang oleh pengadilan yang lebih tinggi, kareana merasa belum puas
dengan putusan pengadilan tingkat pertama.
Tata cara banding diatur dalam :-
Daerah Jawa dan Madura : UU no 20 Tahun 1947.
Luar Jawa dan Madura : Pasal 199 -205 RBg.
Syarat banding :
Diajukan oleh pihak-pihak yang berperkara.
Diajukan dalam tengang waktu yang telah ditentukan yaitu : 14 hari setelah putusan diterima para
pihak. 30 hari bagi pemohon yang tinggal di luar wilayah hukum pengadilan negeri yang memeriksa
perkara . Nilai perkara yang dibnading harus < Rp 100, (Pasal 6 UU No 20 Tahun 1947)
Permohonan banding diajukan kepada Ketua Pengadilan Tinggi melalu panitera pengadilan negeri
ybs. Berkas-berkas yang harus diajukan ke pengadilan tinggi adalah : Permohonnan Memori
banding : alasan banding. Kontra memori banding. Semua berkas perkara pada pengadilan tingka
pertama.

Bentuk putusan banding :


Menguatkan putusan pengadilan negeri artinya apa yang telah diperiksa dan diputus pengadilan
negeri dianggap benar dan tepat menurut keadilan.
Memperbaiki putusan pengadilan negeri artinya apa yang telah diperiksa dan diputus oleh
pengadilan negeri kurang tetap menurut rasa keadilan karenanya perlu diperbaiki.
Membatalkan putusan pengadilan negeri artinya apa yang telah diperiksa dan diputus pengadilan
negeri dipandang tidak benar dan tidak adil karenanya harus dibatalkan. Dalam hal ini pengadilan
tinggi memberikan putusan sendiri.

Kasasi
Pengertian : upaya hukum agar putusan yudex factie dibatalkan oleh Mahkamah Agung karena
telah salah dalam melaksanakan peradilan. Dasar hukum UU no 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung jo UU NO 4 Tahun 2004 tentang Perubahan UU Mahkamah Agung No 14 Tahun
1985. Kewenangan Mahkamah Agung adalah memeriksa dalam hal :
o Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang.
o Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku.
o Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
o Syarat kasasi adalah sudah dilakukan banding, kecuali yang ditentukan lain oleh undang-
undang.
o Jangka waktu permohonan kasasi adalah 14 hari setelah putusan anding diterima para pihak.
o Permohonann diajukan kepada Ketua Mahkamah Agung melalui panitera pengadilan negeri
yang memeriksa perkara pada tingkat pertama.
o Berkas-berkas yang harus dikrim ke Mahkamah Agung :

14
o Permohonan kasasi.
o Memori kasasi.
o Jawaban atas memori kasasi. Semua berkas perkara pada tingkat banding.

Putusan kasasi
o Permohonan kasasi tidak dapat diterima ini dapat disebab :
o Jangka waktu mengajukan permohonan terlmbat.
o Pemohon kasasi belum menggunakan haknya yang lain seperti banding.
o 2. Permohonan kasasi ditolak, disebabkan :
o Alasan-alasan yandiajukan bukan kewenangan kassai tetapi mengenai peristiwa/kejadian yang
dulu tidak pernah disebutkan dalam tingkat pengadilan sebelumnya.
o Alasan kassai bertentangan dengan hukum.
o 3. Permohonan kasasi diterima : alasan kasasi tersebut dibenarkan oleh Mahkamah Agung.

2. Bentuk-bentuk upaya hukum luar biasa :

Termasuk ke dalam upaya hukum ini :

o Peninjauan kembali
o derdenverzet

Peninjauan Kembali

o Pengertian : meninjau kembali putusan perkara perdata yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
o Peninjauan kembali dilakukan oleh Mahkamah Agung.
o Dasar hukumnya dalam UU NO 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung jo UU NO 4 Tahun
2004 tentang Perubahan UU No 14 Tahun 1985.
o Tenggang waktu peninjauan kembali adalah 180 hari.
o Yang berhak mengajukannya :
o Para pihak yang berperkara.
o Ahli warisnya.
o Wakilnya yang secara khusus dikuasakan untuk itu.

Alasan–alasan mengajukan PK

o Menurut Pasal 67 UU No 14 Tahun 1985

15
o Apabila putusan didasarkan atas suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan yang
diketahui setelah perkaranya diputus atau didasrkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh
hakim pidana dinyatakan palsu.
o Apabila setelah perkara diputus ditemukan alat-alat bukti yang bersifat menentukan yang waktu
diperiksa pada tingkat sebelumnya tidak ditemukan.
o Apabila dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari apa yang dituntut.
o Apabila mengenai suatu bagian belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya.
o Apabila antara pihak-pihak yang sama, mengenai suatu soal yang sama, atas dasar yang
sama, oleh pengadilan yang sama atau sama tingkatannya diberikan putusan yang
bertentangan satu sama lain.
o Apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan hakim atau kekeliruan yang nyata.

Putusan PK

Permohonan peninjauan kembali tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard) karena pemohon
terlambat mengajukan PK, dll syarat formal tidak terpenuhi.

o Permohonann PK ditolak apabila permohonannya tidak beralasan atau tidak memenuhi Pasal
67 UU NO 14 Tahun 1985.
o Permohonan PK dikabulkan apabila alasan-alasan PK sesuai dengan Pasal 67 UU No 14
Tahun 1985. Dalam hal ini Mahkamah Agung akan membatalkan putusan sebelumnya dan
selanjutkan memeriksa dan memutus sendiri.

Derdenverzet

o Pengertian : upaya hukum luar biasa yang dilakukan pihak ketiga melawan putusan hakim
yang merugikannya.
o Dilakukan dalam hal penyitaan.
o Derdenverzet dapat dilakukan sebelum barang-barang yang disita dilelang jika telah dilakukan
maka upayanya adalah mengajukan gugatan.

9. Yang dimaksud dengan Surat Gugatan, Jawaban, Eksepsi, Replika dan Kesimpulan adalah:

- Surat gugatan : Surat permohonan (surat rekes) yang ditujukan kepada ketua pengadilan negeri yang
berwenang.

16
Surat gugatan bias tertulis maupun lisan dan harus di buat secara jelas, cermat, dan lengkap. Kalau
tidak jelas, cermat juga lengkap maka abseum libeh (kabur) tidak lengkap, dimana antara
pendamentum petend ( dasar pokok ) alasan dan petentum petend nya harus jelas

- Eksepsi : Surat jawaban yang yang mengemukakan tangkisan di luar pokok perkara pendamentum
petend dan petentum petend nya tidak jelas

- Replik : Jawaban penggugat terhadap jawaban tergugat atas gugatannya

- Duplik : Jawaban tergugat terhadap replik yang diajukan penggugat

10 Penjelasan Tentang Putusan Hakim dan Sifat nya jugat contoh nya

Putusan sela / antara : Putusan yang dijatuhkan sebelum putusan akhir yang diadakan dengan ujuan untuk
memungkinkan atau mempermudah kelanjutan pemeriksaan perkara

Putusan verstek : Putusan yang dijatuhkan oleh hakim tanpa hadirnya tergugat, meskipun telah dipanggil
secara layak (sebagaimana mestinya) Terkadang, dalam mengkonstrair suatu perkara, Majelis Hakim
mengeluarkan putusan sela guna memungkinkan atau mempermudah kelanjutan pemeriksaan pokok
perkara. Jika diadakan penggolongan, maka terhadap putusan sela dapat dibedakan kedalam 2 (dua)
golongan yaitu:

1. Putusan Praeparatoir yakni Putusan untuk mempersiapkan perkara.


2. Putusan Interlacutoir adalah putusan sela di mana Hakim sebelum memberikan putusan akhir,
memerintahkan kepada salah satu pihak supaya membuktikan sesuatu hal, atau putusan yang
memerintahkan peneyelidikan setempat.

Dalam putusan sela, apapun bentuk/ penggolongannya dapat dilakukan upaya hukum. Adapun
pengertian upaya hukum itu ialah satu upaya yang memberikan kepada seseorang untuk sesuatu hal
tertentu yang melawan keputusan Hakim. Bahwa keputusan Hakim tersebut tidak luput daru kekliruan
ataupun kekhilafan dan bahkan sudah barang tentu bersifat memihak. Maka dari itu demi untuk menegakan
kebenaran dan keadilan setiap keputusan Hakim tersebut perlu dimungkinkan untuk diadakan pemeriksaan
ulang sehingga kekeliruan atau kekhilafan yang terjadi dalam suatu putusan itu dapat diperbaiki menurut
semestinya. Jadi pada setiap keputusan Hakim pada umumnya dapat diberikan upaya hukum, yakni upaya
atau alat untuk mencegah atau memperbaiki kekeliruan dalam suatu keputusan tersebut.

Jalannya suatu proses peradilan akan berakhir dengan adanya suatu putusan Hakim. Dalam hal ini,
Hakim terlebih dahulu menetapkan fakta-fakta (kejadian-kejadian) yang dianggapnya benar dan
berdasarkan kebenaran yang didapatkan ini kemudian Hakim baru dapat menerapkan hukum yang berlaku

17
antara kedua belah pihak yang berselisih (berperkara), yaitu menetapkan “hubungan hukum”.Menurut
sifatnya, putusan Hakim ini dibedakan dalam 3 (tiga) macam yaitu:

1) Putusan Declaratoir Putusan ini merupakan putusan yang bersifat menerangkan. Menegaskan suatu
keadaan hukum semata-mata.

2) Putusan Constitutive Putusan ini merupakan putusan yang meniadakan atau menimbulkan suatu
keadaan hukum yang baru.

3) Putusan Condemnatoir Putusan ini merupakan putusan yang menetapkan bagaimana hubungan suatu
keadaan hukum disertai dengan penetapan penghukuman kepada salah satu pihak.

Suatu putusan harus ditandatangani oleh Ketua Sidang dan Panitera yang telah mempersiapakan
perkaranya. Apabila ketua tersebut berhalangan menandatanganinya maka putusan itu ditandatangani
sendiri oleh Hakim anggota tertua yang telah ikut memeriksa dan memutuskan perkaranya (pasal 187 ayat
1 HIR), sedangkan apabila paniteranya yang berhalangan, hal itu harus dicatat saja dalam berita acara
(pasal 187 ayat 1 HIR).

Suatu putusan Hakim mempunyai tiga macam kekuatan.

- Pertama adalah kekuatannya untuk dapat dipaksakan dengan bantuan kekuatan umum terhadap pihak
yang tidak menaatinya secara sukarela. Kekuatan ini dinamakan eksekutorial.

- Kedua harus diperhatikan bahwa putusan Hakim itu sebagai dokumen merupakan suatu akta otentik
menurut pengertian Undang-Undang, sehingga ia tidak hanya mempunyai kekuatan pembuktian mengikat
(antara pihak yang berperkara), tetapi juga kekuatan “ke luar”, artinya terhadap pihak ketiga dalam hal
membuktikan bahwa telah ada suatu perkara antara pihak-pihak yang disebutkan dalam putusan itu
mengenai perkara sebagaimana diuraikan pula disitu dan dijatuhkannya putusan sebagaimana dapat
dibaca dari amar putusan tersebut.

- Kekuatan ketiga yang melekat pada suatu putusan Hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum
yang tetap adalah kekuatan untuk “menangkis” suatu gugatan baru mengenai hal yang sama yaitu
berdasarkan asas “neb is in idem” yang berarti bahwa tidak boleh dijatuhkan putusan lagi dalam peerkara
yang sama. Agar supaya “tangkisan” atau “eksepsi” tersebut berhasil dan diterima oleh Hakim adalah perlu
bahwa perkara yang baru itu akan berjalan antara pihak-pihak yang sama dan mengenai hal yang sama
pula dengan yang dahulu sudak diperiksa dan diputus oleh Hakim dengan putusan yang telah memperoleh
kekuatan hukum yang tetap itu.

18
19

You might also like