You are on page 1of 5

Panduan
Praktis
Berbahasa

 1

Belajar Mengenal Kata Serapan dalam bahasa


Indonesia

Cobalah perhatikan artikel di bawah ini. Saya ambil dari rubrik


Bahasa, majalah Tempo daring, dengan datum 9 November 2005,
ditulis oleh Eko Endarmoko, berjudul Kacau Huruf.

Kacau Huruf
Praktikal atau praktis? Praktek atau praktik? Standar atau
standard? Rasanya kita mendapati makin banyak saja kata yang
ditulis berbeda-beda.
Ingat jugalah pemakaian kata-kata "kritikal" dan "teknikal",
seperti "praktikal", yang agak sering kita temukan. Konon ketiga
kata ini diserap dari bahasa Inggris critical, technical, dan
practical. Kalau dikatakan bentuk yang baku adalah "kritis",
"teknis", dan "praktis", pertimbangannya bukan semata karena
ketiganya bisa juga dianggap serapan dari bahasa Belanda
kritisch, technisch, dan praktisch, melainkan lebih karena akhiran
-ical Inggris, dan -isch Belanda, dalam kaidah bahasa Indonesia
menjelma -is-, seperti pada "ekonomis", "hipotetis-", atau "logis".
Sementara itu, Pusat Bahasa butuh waktu lama untuk
menetapkan bentuk kata yang mesti dipakai adalah "praktik",
bukan "praktek". Mulanya mungkin kita terkaget-kaget, tapi
tampaknya itu terjadi karena kita belum terbiasa. Bukankah juga
ada kata "praktikum", "praktis", dan "praktisi"? Dan berdasar

http://babang‐juwanto.blogspot.com/2010/07/belajar‐mengenal‐
kata‐serapan‐dalam.html
1
nalar yang sama, Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) mes-
tinya menulis bukan "populer", melainkan "popular", bukan
"reguler", melainkan "regular", pun bukan "sekuler", melainkan
"sekular".
Kaidah pembentukan kata serapan di situ cukup jelas dan
logis, namun ironisnya dilanggar sendiri oleh lembaga yang
merumuskannya, Pusat Bahasa. Ini contoh lain. Kita diminta
menulis "standar", bukan "standard", meski ada kata
"standardisasi". Padahal, menurut kaidah berbahasa yang baik
dan benar, gugus konsonan /rd/ di akhir kata serapan tetap
dipertahankan sebagaimana kita menulis "absurd" dan "fyord".
Ingatlah pula pada huruf /t/ di akhir kata yang kini banyak
disunat: "ekspor", "impor", "ekstrover", "introver", "transpor".
Pernah juga kita diminta menulis "subyek" dan "obyek", tapi
sekarang diganti "subjek" dan "objek". Barangkali karena setelah
diperiksa asal-usulnya, kedua kata itu, baik dalam bahasa Belanda
maupun Inggris, dua bahasa yang termasuk paling banyak
menyumbang kosakata buat kita, ditulis subject dan object.
Baiklah. Lalu, bagaimana dengan bentuk "proyek"? Tidakkah
bahasa Belanda dan Inggris sama-sama menuliskan keduanya
project?
Lihatlah, dalam soal yang "sepele" saja, yakni bagaimana
menulis kata, lembaga yang melulu mengurusi bahasa sudah
repot. Ia tidak hanya mengabaikan kaidah, tapi juga seperti tidak
yakin pada alasan-alasan yang mendasari kaidah itu. Apakah
Panduan
Praktis
Berbahasa

 3

sebetulnya yang menjadi kriteria di dalam menyerap kata asing:


ejaan, bunyi, ataukah bahasa asalnya?
Yang kemudian mengundang cemas, bahasa Indonesia jadi
seakan tak punya aturan dan terkesan tak siap menjalankan fungsi
kecendekiaan. Tidak bisa tidak, kita membutuhkan kaidah yang
jelas sambil tak lupa bahwa bahasa cenderung mengelak
diringkus oleh kaidah yang cerewet dan kaku. Dirumuskan
terbalik, selama kaidah meneropong bahasa sebagai barang mati
maka selama itu pula bahasa Indonesia akan terus awut-awutan
seperti sekarang. Atau setelah buta huruf, kita perlu melewati fase
kacau huruf dulu sebelum betul-betul melek huruf?
Nah, masih butuh waktu berapa lama lagi bagi Pusat Bahasa,
tentu juga kita semua, untuk menimbang kembali soal-soal
tersebut?
(Dikutip dari Majalah Tempo Daring, datum 09 November 2005)

Setelah membaca artikel di atas, saya langsung menangkap


maksud dari gagasan penulis di atas adalah membahas kata
serapan. Saya pun bergegas membuka laman Google, mesin
pencari di Internet. Saya mendapatkan ada 238,000 laman yang
memuat kata kunci ‘kata serapan’ tersebut. Tidak puas dengan
hasil temuan mesin pencari tadi, saya pun memutuskan untuk
mencari di laman Polisi EYD dan Pusat Bahasa. Toh, saya kira,
laman tersebut lebih dapat dipercaya daripada laman-laman blog
yang lain. Ternyata benar, perkiraan saya tidak meleset. Saya

http://babang‐juwanto.blogspot.com/2010/07/belajar‐mengenal‐
kata‐serapan‐dalam.html
3
mendapatkan banyak penjelasan mengenai kata serapan tadi.
Berikut adalah tautan-tautan mengenai kata serapan:
– Kata Serapan – Pusat Bahasa
Laman Pusat Bahasa
1. Adzan Maghrib
2. Dirgahayu Republik Indonesia
3. Mengapa Realestat dan Estat?
4. Apakah makna debirokratisasi dan deregulasi?
5. Otonomi, Otoriter, dan Rekonsiliasi
6. Kurban dan Korban

Kata Pungut – Wikipedia bahasa Indonesia


Daftar kata serapan dari bahasa Sanskerta dalam bahasa
Indonesia
Polisi EYD—
1. Kreatif dan Kreativitas
2. Maaf Lahir Bathin atau Batin
3. Unsur Serapan

Dilema Menulis Kata Serapan


Penulisan Kata Serapan Yang Tepat

Semoga setelah membaca penjelasan tautan-tautan di atas, saya


menjadi lebih bisa mengurangi kesalahan berbahasa saya. Toh,
Panduan
Praktis
Berbahasa

 5

saya kira tidak ada kata terlambat untuk belajar. Semoga Allah
selalu membukakan cakrawala ilmu-Nya kepada saya. Amin

http://babang‐juwanto.blogspot.com/2010/07/belajar‐mengenal‐
kata‐serapan‐dalam.html
5

You might also like