Professional Documents
Culture Documents
Kacau Huruf
Praktikal atau praktis? Praktek atau praktik? Standar atau
standard? Rasanya kita mendapati makin banyak saja kata yang
ditulis berbeda-beda.
Ingat jugalah pemakaian kata-kata "kritikal" dan "teknikal",
seperti "praktikal", yang agak sering kita temukan. Konon ketiga
kata ini diserap dari bahasa Inggris critical, technical, dan
practical. Kalau dikatakan bentuk yang baku adalah "kritis",
"teknis", dan "praktis", pertimbangannya bukan semata karena
ketiganya bisa juga dianggap serapan dari bahasa Belanda
kritisch, technisch, dan praktisch, melainkan lebih karena akhiran
-ical Inggris, dan -isch Belanda, dalam kaidah bahasa Indonesia
menjelma -is-, seperti pada "ekonomis", "hipotetis-", atau "logis".
Sementara itu, Pusat Bahasa butuh waktu lama untuk
menetapkan bentuk kata yang mesti dipakai adalah "praktik",
bukan "praktek". Mulanya mungkin kita terkaget-kaget, tapi
tampaknya itu terjadi karena kita belum terbiasa. Bukankah juga
ada kata "praktikum", "praktis", dan "praktisi"? Dan berdasar
http://babang‐juwanto.blogspot.com/2010/07/belajar‐mengenal‐
kata‐serapan‐dalam.html
1
nalar yang sama, Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) mes-
tinya menulis bukan "populer", melainkan "popular", bukan
"reguler", melainkan "regular", pun bukan "sekuler", melainkan
"sekular".
Kaidah pembentukan kata serapan di situ cukup jelas dan
logis, namun ironisnya dilanggar sendiri oleh lembaga yang
merumuskannya, Pusat Bahasa. Ini contoh lain. Kita diminta
menulis "standar", bukan "standard", meski ada kata
"standardisasi". Padahal, menurut kaidah berbahasa yang baik
dan benar, gugus konsonan /rd/ di akhir kata serapan tetap
dipertahankan sebagaimana kita menulis "absurd" dan "fyord".
Ingatlah pula pada huruf /t/ di akhir kata yang kini banyak
disunat: "ekspor", "impor", "ekstrover", "introver", "transpor".
Pernah juga kita diminta menulis "subyek" dan "obyek", tapi
sekarang diganti "subjek" dan "objek". Barangkali karena setelah
diperiksa asal-usulnya, kedua kata itu, baik dalam bahasa Belanda
maupun Inggris, dua bahasa yang termasuk paling banyak
menyumbang kosakata buat kita, ditulis subject dan object.
Baiklah. Lalu, bagaimana dengan bentuk "proyek"? Tidakkah
bahasa Belanda dan Inggris sama-sama menuliskan keduanya
project?
Lihatlah, dalam soal yang "sepele" saja, yakni bagaimana
menulis kata, lembaga yang melulu mengurusi bahasa sudah
repot. Ia tidak hanya mengabaikan kaidah, tapi juga seperti tidak
yakin pada alasan-alasan yang mendasari kaidah itu. Apakah
Panduan
Praktis
Berbahasa
3
http://babang‐juwanto.blogspot.com/2010/07/belajar‐mengenal‐
kata‐serapan‐dalam.html
3
mendapatkan banyak penjelasan mengenai kata serapan tadi.
Berikut adalah tautan-tautan mengenai kata serapan:
– Kata Serapan – Pusat Bahasa
Laman Pusat Bahasa
1. Adzan Maghrib
2. Dirgahayu Republik Indonesia
3. Mengapa Realestat dan Estat?
4. Apakah makna debirokratisasi dan deregulasi?
5. Otonomi, Otoriter, dan Rekonsiliasi
6. Kurban dan Korban
saya kira tidak ada kata terlambat untuk belajar. Semoga Allah
selalu membukakan cakrawala ilmu-Nya kepada saya. Amin
http://babang‐juwanto.blogspot.com/2010/07/belajar‐mengenal‐
kata‐serapan‐dalam.html
5