You are on page 1of 6

ABSTRAK

ZAINAL ABIDIN. Analisis Kebijakan Harga Dasar Air di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat
(Perspektiv Sumberdaya Alam dan Perpajakan) (SUPARMIN, sebagai Ketua, SITTI LATIFAH sebagai
Anggota Komisi Pembimbing)

Air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat diperlukan bagi kelangsungan
hidupnya. Oleh karena penentuan harga dasar air (HDA), sangat di perlukan mengingat, saat ini pemanfaatan air
tanah oleh kelompok usaha cukup tinggi, sehingga perubahan HDA sangat diperlukan. Melihat pentingnya
masalah ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah , 1). menganalisis penentuan harga dasar air tanah di Pulau
Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2). membandingkan Harga Dasar Air Tanah yang ditetapkan dengan
Surat Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat dengan KEPMEN ESDM, No. 1451.K/29/MEM/2000 dan
Perhitungan berdasarkan estimasi daerah. 3). menganalisis penentuan besarnya pajak air tanah di Pulau
Lombok.,
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini metode yang
digunakan adalah deskriptif penelitian menggunakan pendekatan teknik nilai harga dasar air tanah dengan
pendekatan Kepmen ESDM 1451/2000 dan teknik survei untuk mengetahui nilai/manfaat manfaat lansung
(Direct Use Value) terhadap keberadaan air tanah di zona tertentu dan dihitung dengan Program Exel.Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa : (1).Harga rata-rata harga air baku berdasarkan biaya tetap dan biaya
operasional (Total Cost) adalah sebesar Rp. 1102,- Sedangkan harga air baku berdasarkan biaya operasional
(Variabel Cost) adalah sebesar Rp.550, (2). Rata rata Harga Dasar Air (HDA) berdasarkan perhitungan Kepmen
ESDM rata-rata Rp. 4115. Sementara berdasarkan Perhitungan Estimasi Daerah Harga Dasar Air (HDA)
adalah HDA Rp. 4372. (3). Perhitungan NPA dan Pajak. Potensi penerimaan pajak berdasarkan SK gubernur
adalah Rp. 8.218.010 dengan rata rata Rp. 395/kubik, sedangkan potensi penerimaan pajak berdasarkan HDA
Kepmen ESDM 1451/2000 adalah Rp. 23.672,718 dengan rata rata Rp. 1140 naik sebesar 288 % atau naik
sebesar 2,88 kali. (4). Perhitungan NPA dan Pajak berdasarkan HDA Estmasi Daerah adalah potensi
penerimaan pajak berdasarkan SK gubernur adalah Rp. 8.218.010, sedangkan potensi penerimaan pajak
berdasarkan perhitung Estimasi Daerah sebesar Rp. 13.377,866 dengan rata rata Rp. 640 perkubik naik
sebesar 162,3 % atau naik sebesar 1,623 kali.

Kata Kunci : Harga Air Baku (HAB), Harga Dasar Air(HDA), Pajak, Nilai Perolehan Air (NPA)

ABSTRACT

ZAINAL ABIDIN. An Analysis Regulation of Basic Price Groundwater In Lombok Island Of Province Nusa
Tenggara Barat (Perspective Natural Resource and Tax) (SUPARMIN, as Chairman, SITTI LATIFAH, as
Members of the Advisory Committee).
Water is based one of the human needs for life. So that, the determining based price of water ( HDA )
are needed, at that time ground water of usefull by bussiness group enough high, until change the determining
based price of water are needed. Because of the problem are very important, The objectives of this study were :
1). To analyze the determining basic price of ground water at Lombok Island of Province Nusa Tenggara Barat,
2). To compare the determining basic price of groundwater decided by Surat Keputusan Gubernur (The Letter
Decided by Governur) Nusa Tenggara Barat with KEPMEN ESDM, No. 1451.K/29/MEM/2000 (Decided
Chairman of Minester Mining and Energy) and the account by Estimate Region. 3). To analyze account decided
groundwater Tax at Lombok Island,
Data used in this study were primary and secondary data. The method of Research used by Descriptive
Research with Technical Approach KEPMEN ESDM 1451/2000 and Survey Technic to know the usefull
directly toward th able groundwater at Zona Specially and account by Excel Programme. Results of the study
showed that : 1). The rates standard price of groundwater decided by fixed cost and variable cost ( total cost )
are Rp. 1102;. Whereas standard price of groundwater by variable cost are Rp.550, 2).The Average basic price
of groundwater by account Decided KEPMEN ESDM) are Rp.4115;. Whereas account by Region Estimate
,basic price water are Rp. 4372;.3). The account of Value Result Water (NPA) and Tax, potential tax income
according to SK Gubernur is Rp. 8.218.010 with average Rp. 395;/cubic, whereas potential tax income by
KEPMEN ESDM account are Rp. 23.672.718; with average Rp. 1140., increase 288 % or increase 2,88 point,
4). The account of Value Result Water (NPA) and Tax potential tax income according to SK Gubernur is Rp.
8.218.010; whereas potential tax income by account Region Estimate is Rp. 13.377,866 with rates Rp.640;/
kubik increase 162,3 % or increase 1,623 point.

Keywords: Standard Price Groundwater, Basic Price, Tax, Value Result Water
ANALISIS HARGA DASAR AIR TANAH DI PULAU LOMBOK
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
(DALAM PERSPEKTIV SUMBERDAYA ALAM DAN PERPAJAKAN)
RINGKASAN
Ir. Zainal Abidin M.Si.

Air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat diperlukan bagi kelangsungan
hidupnya. Semua mahluk hidup membutuhkan air, tidak ada satu mahlukpun yang mampu bertahan hidup tanpa
air. Oleh karena itu air sering disebut sebagai sumber kehidupan, sebagaimana halnya udara dan sinar matahari.
Kebutuhan akan air untuk berbagai keperluan cenderung terus meningkat seiring dengan peningkatan
jumlah penduduk dan pembangunan di berbagai sektor. Di sisi lain, potensi sumber air untuk memenuhi
kebutuhan pokok dan berbagai kegiatan pembangunan tersebut semakin mengalami kemerosotan. Kemerosotan
potensi sumber daya air erat kaitannya dengan kerusakan lingkungan sumber daya air di sekitarnya, seperti
kerusakan lahan, vegetasi, tekanan oleh laju pertumbuhan penduduk dan industri, serta kurangnya perhatikan
dan upaya konservasi sumber daya air tersebut.
Air tanah sebagai salah satu sumber daya air merupakan pemasok kebutuhan akan air bersih,
keberadaannya tersebar luas di daratan Indonesia. Di setiap provinsi bahkan kabupaten dan kota umumnya
dijumpai air tanah dalam jumlah cukup melimpah. Hasil inventarisasi Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral (Dep. ESDM), di Indonesia terdapat 423 cekungan air tanah, dengan potensi air tanah mencapai sekitar
518 miliar m3/tahun, sedangkan di Nusa Tenggara Barat sendiri terdapat 9 Cekungan Air Tanah dengan potensi
air tanah bebas sebesar 7771 juta m3/tahun dan potensi air tanah tertekan sebesar 107 juta m3/tahun. Dengan
potensi air tanah sebesar itu akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam pemenuhan kebutuhan akan air
bersih bagi masyarakat sehingga tidak mengalami kesulitan air, walaupun pada kenyataannya di berbagai
daerah masih banyak penduduk mengalami kesulitan mendapatkan air bersih, bahkan jumlahnya makin
bertambah dengan tingkat kesulitannya semakin tinggi.
Sesuai dengan amanat UUD 45 Pasal 33 ayat (3), bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasasi oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat. Dengan kata
lain, sumber daya air, termasuk air tanah, sebagai karunia Tuhan bagi rakyat Indonesia merupakan milik
bersama dan harus dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat serta menjaga agar sumber daya air
tersebut tetap dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan (sustainable groundwater use).
Di samping itu, dalam penentuan besarnya pajak yang harus dibayar atau pajak terhutang untuk
pengambilan, pemanfaatan Air Tanah dan air permukaan belum sepenuhnya menerapkan kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan dalam Keputusan Gubernur NTB nomor 429 tahun 2001 seperti misalnya jarak sempadan
pantai dan indeks tingkat kerusakan yang diberlakukan khusus untuk menghitung besarnya pajak yang harus
dibayar atau pajak terhutang bagi wajib pajak yang berada di Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat.
Bahwa dasar penetapan harga dasar air (HDA) dalam SK Gubernur NTB 429 tahun 2001, belum mengacu pada
KEPMEN ESDM, Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan Di Bidang Air Tanah No.
1451.K/29/MEM/2000 tanggal 3 Nopember 2000, khususnya lampiran 10, tentang penentuan harga dasar air.
Kondisi ini berpengaruh langsung terhadap penerimaan pajak yang diperoleh. Penerimaan pajak lebih kecil
daripada nilai penerimaan pajak yang seharusnya dapat diperoleh. Sehinggga berakibat langsung pada
besarnya biaya konservasi untuk menjaga kelestarian dan pemulihan air tanah.
Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1). Menganalisis penentuan harga dasar air tanah di Pulau Lombok
Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2). membandingkan Harga Dasar Air Tanah yang ditetapkan dengan Surat
Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Barat np.420/2001 dengan hasil perhitungan KEPMEN ESDM, No.
1451.K/29/MEM/2000 dan Perhitungan berdasarkan estimasi daerah. 3). Menganalisis potensi besarnya pajak
air tanah di Pulau Lombok
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian menggunakan
pendekatan teknik nilai harga dasar air tanah dan teknik survei untuk mengetahui nilai/manfaat manfaat
lansung (Direct Use Value) terhadap keberadaan air tanah di zona tertentu dan dihitung dengan Program Exel.
Unit analis adalah sumur bor/penguna air tanah baik untuk tujuan komersil maupun non komersil berdasarkan
pada jenis usaha seperti PDAM, Hotel, Restoran, Air Kemasan, Perusahaan Es, Industri, cucimotor/mobil dan
lain-lain
Penentuan wilayah penelitian didasarkan pertimbangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari Pulau
Sumbawa dan P. Lombok. Berdasarkan karakteristik wilayah pada kedua pulau tersebut secara hidrogeologi
hampir seragam, dan dari kajian zona lepasan air tanah pada Cekungan Air Tanah di kedua pulau tersebut dapat
dikatagorikan zona aman potensi tinggi, zona aman potensi sedang dan zona aman potensi rendah.. Khusus
untuk Pulau Lombok terdiri dari 2 cekungan yaitu cekungan Mataram-Selong dan Cekungan Tanjung-Sambelia.
Atas dasar pertimbangan tersebut, penentuan wilayah penelitian berdasarkan Purposive Sampling, penelitian
akan di lakukan di P. Lombok, khususnya Kota Mataram, Lombok Barat dan Lombok Utara.
Berdasarkan data jumlah wajib pajak/populasi di Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Utara yaitu 205,
berdasarkan metode proporsional random sampling, dengan mengambil sampel 10 % dari jumlah populasi,
maka jumlah sampel untuk masing-masing lokasi penelitian adalah Kota Mataram 6 sampel, Kabupaten
Lombok Barat 7 sampel, Kabupeten Lombok Utara 7 sampel.
Hasil penelitian ini di simpulkan bahwa :
1. Perhitungan Harga Air Baku (HAB)
a. Rata-rata harga air baku (HAB) berdasarkan biaya tetap dan biaya operasional (Total Cost) sebesar Rp.
1102,- Sedangkan harga air baku berdasarkan biaya operasional (Variabel Cost) sebesar Rp.550
b. Harga Air Baku (HAB) berdasarkan biaya total rata rata (ATC) untuk Kota Mataran sebesar Rp. 814,
dan sedangkan berdasarkan biaya variabel rata rata (AVC) sebesar Rp. 433, Kabupaten Lombok Barat
berdasarkan biaya total rata rata (ATC) Rp. 952 sedangkan berdasarkan biaya variabel rata rata (AVC)
sebesar Rp. 418. Kabupaten Lombok Utara berdasarkan biaya total rata rata (ATC), Rp. 1325, sedangkan
berdasarkan biaya variabel rata rata (AVC) sebesar Rp. 635.
2. Hasil Perhitungan Harga Dasar Air (HDA) Kepmen ESDM
a. Harga Dasar Air (HDA) berdasarkan perhitungan Kepmen ESDM rata-rata Rp. 4115 dengan prosentase
perubahan ke HDA berdasarkan SK Gubernur 429/2001 sebesar 208,57 %, Rata rata dari ke 26 responden
prosentase perubahan HAB ke HDA sebesar 440 % atau 4,4 kali. Jadi nilai 4,4 adalah biaya tambahan
pengguna air tanah akibat pemakain sumber daya alam pada perhitungan HDA metode KEPMEN ESDM
1451/2000. Berdasarkan Perhitungan Estimasi Daerah Harga Dasar Air (HDA) rata rata HDA Rp. 4372.-
prosentase perubahan HAB ke HDA Estimasi daerah 396,2 % atau naik 3,962 kali, sedangkan perubahan
HDA Estimasi Daerah ke HDA berdasarkan SK Gubernur 429.2001 naik sebesar 214,4 % atau 2.144 kali.
Jadi hasil perhitungan HDA menurut Kepmen ESDM lebih rendah dibandingkan perhitungan HDA
berdasarkan Estimasi Daerah dimana perubahannya lebih kecil berdasarkan perubahan ke SK, Gubernur.
b. Berdasarkan Perhitungan HDA Kepmen ESDM Pengelompokan berdasarkan Kabupaten prosentase
perubahan HAB ke HDA pada masing-masing Kabupaten/kota adalah, untuk Kota Mataram dengan
kualitas air baik prosentase perubahan HAB ke HDA sekitar 663 %, atau 6,63 kali, sedangkan Kabupaten
Lombok Barat prosentase perubahan HAB ke HDA sebesar 690 % dengan kualitas air baik. Untuk
Kabupaten Lombok Utara dengan responden sejumlah 13 dimana 12 diantaranya kualitas airnya jelek,
sehingga prosentase perubahan HAB ke HDA sekitar 152 %, kecuali Hotel Oberoi dengan kualitas air
baik dengan prosentase perubahan HAB ke HDA sebesar 710% atau 7,1 kali.
3. Hasil Perhitungan Nilai Perolehan Air (NPA) dan Pajak Air Tanah
a. Perhitungan NPA dan Pajak Berdasarkan HDA Kepmen ESDM 1451/2000, dari ke 26 responden potensi
penerimaan pajak berdasarkan SK gubernur sebesar Rp. 8.218-010 dengan rata rata Rp. 395 perkubik
sedangkan potensi penerimaan pajak berdasrkan perhitung KEPMEN ESDM sebesar Rp. 23.672.718
dengan rata rata Rp. 1140 perkubik naik sebesar 288,1% atau naik sebesar 2,881 kali, kenaikan ini
disebabkan oleh perubahan harga dasar air (HDA)
b. Perhitungan NPA dan Pajak berdasarkan HDA Estmasi Daerah, dari ke 26 responden potensi penerimaan
pajak berdasrkan SK gubernur sebesar Rp. 8,218,010, sedangkan potensi penerimaan pajak berdasrkan
perhitung Estimasi Daerah sebesar Rp. 13.377.866 dengan rata rata Rp. 640 perkubik naik sebesar 162,3
% atau naik sebesar 1,623 kali
c. Prosentase perubahan pajak rata rata perkubik dari perhitungan Kepmen ESDM 1451/2001 ke HAB rata-
rata 0,85 %, Estimasi Daerah ke HAB rata-rata 0,75 %,, SK Gubernur 429/2001 ke HAB rata-rata 0,46 %.

You might also like