Professional Documents
Culture Documents
Penelitian dalam ilmu-ilmu sosial, selama ini mengenal dua paradigma dalam mendekati
masalah. Paradigma ini membantu peneliti dalam memahami tentang fenomena sosial,
bagaimana ilmu pengetahuan dapat terbentuk, dan apa yang mempengaruhi masalah,
pemecahannya, serta kriteria dari bukti-bukti ilmiah yang ditemukan (Creswell, 1994).
Paradigma pertama adalah positivisme dan kedua adalah fenomenologis (Taylor dan Bogdan,
1984; Dooley, 1984; Orford, 1992). Pada paradigma pertama, pemahaman tentang
permasalahan sosial didasari pada pengujian teori yang disusun dari berbagai variabel,
pengukuran yang melibatkan angka-angka, dan dianalisa menggunakan prosedur statistik.
Paradigma ini konsisten dengan apa yang disebut pendekatan kuantitatif, dengan tujuan untuk
meramalkan generalisasi suatu teori.
Jadi, penelitian kualitatif adalah proses pencarian data untuk memahami masalah sosial yang
didasari pada penelitian yang menyeluruh (holistic), dibentuk oleh kata-kata, dan diperoleh
dari situasi yang alamiah. Pada penelitian kualitatif, peneliti berusaha memahami subyek dari
kerangka berpikirnya sendiri (Taylor dan Bogdan, 1984; Creswell, 1994). Dengan demikian,
yang penting adalah pengalaman, pendapat, perasaan dan pengetahuan partisipan (Patton,
1990). Oleh karena itu, semua perspektif menjadi bernilai bagi peneliti. Peneliti tidak melihat
benar atau salah, namun semua data penting. Pendekatan ini sering disebut juga sebagai
pendekatan yang humanistik, karena peneliti tidak kehilangan sisi kemanusiaan dari suatu
kehidupan sosial. Peneliti tidak dibatasi lagi oleh angka-angka, perhitungan statistik,
variabel-variabel yang mengurangi nilai keunikan individual (Taylor dan Bogdan, 1984).
Metode yang digunakan dalam pendekatan ini tidak kaku dan tidak terstandarisasi. Penelitian
kualitatif sifatnya fleksibel, dalam arti kesesuaiannya tergantung dari tujuan setiap penelitian.
Walaupun demikian, selalu ada pedoman untuk diikuti, tapi bukan aturan yang mati (Cassel
dan Symon, 1994; Strauss, 1987; Taylor dan Bogdan, 1984). Jalannya penelitian dapat
berubah sesuai kebutuhan, situasi lapangan serta hipotesa-hipotesa baru yang muncul selama
berlangsungnya penelitian tersebut.
Ada berbagai macam pendapat yang dikemukakan oleh sejumlah penulis mengenai kapan
pendekatan kualitatif digunakan. Sebagian besar penulis (mis. Creswell 1994; Patton, 1990;
Strauss, 1987; Taylor dan Bogdan, 1984) mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif
digunakan bila peneliti ingin memahami sudut pandang partisipan secara lebih mendalam,
dinamis dan menggali berbagai macam faktor sekaligus. Selain itu Creswell (1994)
menambahkan bahwa pendekatan kualitatif tepat digunakan dalam situasi yang informal, di
mana hal ini dimungkinkan oleh topik yang peka bagi informan, latar belakang demografis
(pendidikan, tempat tinggal dan sebagainya) tertentu, dan hal lain yang menyebabkan
pendekatan kuantitatif sulit diterapkan.
Asumsi-Asumsi Dasar
Untuk memulai suatu penelitian kualitatif, Creswell (1994) menyarankan agar peneliti
merumuskan terlebih dahulu asumsi-asumsi dasar pendekatan kualitatif yang digunakan
dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan agar peneliti tetap konsisten dengan sejumlah aturan
umum dari pendekatan kualitatif sehingga jalannya penelitian sesuai dengan tujuan penelitian
dan kerangka metode yang digunakan. Beberapa asumsi dasar yang sering dijadikan acuan
adalah sebagai berikut.
Penelitian kualitatif lebih tertarik pada arti (meaning), yaitu bagaimana partisipan menghayati
hidupnya, pengalamannya, dan cara mereka mengekspresikannya (Creswell. 1994; Patton
1990). Peneliti kualitatif terlibat secara aktif dalam pengumpulan data, yaitu secara fisik
menemui partisipan, lingkungannya, serta institusi tempatnya berada, dalam suatu situasi
yang alamiah (Creswell,1994; Cassel dan Symon, 1994; Patton, 1990). Penelitian kualitatif
adalah penelitian deskriptif, di mana peneliti lebih tertarik dengan proses, arti dan
pemahaman tentang pengalaman serta penghayatan subyektif partisipan (Creswell, 1994;
Patton, 1990).
Jenis Penelitian
Dalam pendekatan kualitatif, terdapat sejumlah jenis penelitian (Creswell, 1994; Patton,
1990). Jenis penelitian di dalam pendekatan kualitatif penting untuk dirumuskan terlebih
dahulu agar tujuan penelitian dengan pendekatan kualitatif dapat terdefinisi dengan baik.
Pemahaman jenis penelitian juga membantu peneliti untuk menyusun pertanyaan yang akan
disampaikan kepada partisipan. Creswell (1994) menyebutkan empat jenis penelitian dalam
pendekatan kualitatif, yakni:
1. Etnografi: dalam penelitian ini yang dipelajari adalah kelompok budaya dalam
konteks natural selama periode tertentu, dengan tujuan untuk mengetahui budaya kelompok
tersebut,
2. Grounded Theory: yang diupayakan dalam penelitian ini adalah menyimpulkan suatu
teori dengan menggunakan tahap-tahap pengumpulan data dan saling menghubungkan antara
kategori informasi. Karakteristik dari jenis ini adalah pembandingan antar data dari berbagai
kategori dan penggunaan sampel yang berbeda dari kelompok populasi untuk
memaksimalkan persamaan dan perbedaannya,
3. Studi Kasus: yang digali adalah entitas tunggal atau fenomena (kasus) dari suatu masa
tertentu dan aktivitas (bisa berupa program, kejadian, proses, institusi atau kelompok sosial),
serta mengumpulkan detil informasi dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan
data selama kasus itu terjadi,
4. Studi Fenomenologi: dalam penelitian ini yang diteliti adalah pengalaman manusia
melalui deskripsi dari orang yang menjadi partisipan penelitian, sehingga peneliti dapat
memahami pengalaman hidup partisipan.
Subyek Penelitian
Dalam pendekatan kualitatif, ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjuk subyek
penelitian. Ada yang mengistilahkan informan, karena informan memberikan informasi
tentang suatu kelompok atau entitas tertentu, dan informan bukan diharapkan menjadi
representasi dari kelompok atau entitas tersebut. Istilah lainnya adalah partisipan. Partisipan
digunakan terutama apabila subyek mewakili suatu kelompok tertentu, dan hubungan antara
peneliti dengan subyek penelitian dianggap bermakna bagi subyek. Ada juga yang tetap
dengan istilah subyek. Apapun istilahnya, yang terpenting adalah bagaimana hubungan
peneliti dengan subyek penelitiannya. Subyek bagaimanapun dipandang sebagai seorang
individu yang bermartabat dengan pribadi yang utuh, dan bukannya sekedar sumber
informasi atau obyek penelitian.
Menurut Patton (1990) terdapat dua teknik pemilihan partisipan (sampling strategies) dalam
penelitian kualitatif. Pertama adalah random probability sampling, yaitu pengambilan sampel
dari populasi secara random dengan memperhatikan jumlah sampel, dengan tujuan agar
sampel dapat digenaralisasikan kepada populasi. Kedua adalah purposeful sampling, di mana
sampel dipilih tergantung dengan tujuan penelitian tanpa memperhatikan kemampuan
generalisasinya.
Jumlah Partisipan
Dalam penelitian kualitatif, apalagi studi kasus, tidak ada aturan yang baku tentang jumlah
minimal dari partisipan (Patton, 1990). Namun Glaser dan Strauss dalam Gilgun (1992)
menentukan bahwa penghentian pengumpulan data dilakukan bila peneliti tidak lagi
menemukan informasi baru. Tapi Gilgun (1992) sendiri menyatakan bahwa jarang ditemukan
suatu kondisi di mana tidak ada lagi informasi baru sama sekali. Data selalu dalam kondisi
tentatif dan terbuka terhadap modifikasi data yang lain. Pertimbangan yang lebih pragmatis
kadang-kadang juga dapat dipertangungjawabkan. Pertimbangan ini termasuk masalah
keterbatasan waktu dan dana.
Dalam pendekatan kualitatif dikenal berbagai macam teknik pengumpulan data. Secara
singkat, teknik-teknik pengumpulan data itu dapat terlihat di dalam uraian berikut ini.
1. The setting, peneliti perlu mengetahui kondisi lapangan penelitian yang sebenarnya
untuk membantu dalam merencanakan pengambilan data. Hal-hal yang perlu diketahui untuk
menunjang pelaksanaan pengambilan data meliputi tempat pengambilan data, waktu dan
lamanya wawancara, serta biaya yang dibutuhkan,
2. The actors, mendapatkan data tentang karakteristik calon partisipan. Di dalamnya
termasuk situasi yang lebih disukai partisipan, kalimat pembuka, pembicaraan pendahuluan
dan sikap peneliti dalam melakukan pendekatan,
3. The events, menyusun protokol wawancara, meliputi: (a) pendahuluan; (b) pernyataan
pembuka; (c) pertanyaan kunci; dan (d) probing. Pada bagian ini peneliti akan memanfaatkan
hasil pada bagian kedua untuk membuat kalimat pendahuluan dan pernyataan pembuka, serta
hasil penyusunan pedoman wawancara sebagai pertanyaan kunci,
4. The process, berdasarkan persiapan pada bagian pertama sampai ketiga, maka
disusunlah strategi pengumpulan data secara keseluruhan. Strategi ini mencakup seluruh
perencanaan pengambilan data mulai dari kondisi, strategi pendekatan dan bagaimana
pengambilan data dilakukan.
Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menyusun data dalam cara yang bermakna sehingga dapat
dipahami. Patton (1990) berpendapat bahwa tidak ada cara yang paling benar secara absolut
untuk mengorganisasi, menganalisis, dan menginterpretasikan data kualitatif. Karena itu,
maka prosedur analisis data dalam penelitian ini didasarkan kepada sejumlah teori (Creswell,
1994; Patton, 1990; Bogdan dan Taylor, 1984) dan disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Analisis dilakukan terhadap data berdasarkan logika induktif. Analisis akan bergerak dari
sesuatu hal yang khusus atau spesifik, yaitu yang diperoleh di lapangan, ke arah suatu temuan
yang bersifat umum, yang akan muncul lewat analisis data berdasarkan teori yang digunakan.
DAFTAR RUJUKAN
Cassell, C., Symon, G. 1994. Qualitative Methods in Organizational Research. London: Sage.
Patton, M. Q. 1990. Qualitative Evaluation and Research Methods. Newbury Park: Sage.
Strauss, A. L. 1987. Qualitative Anaysis for Social Scientists. New York: Cambridge
University Press.