You are on page 1of 2

Gugurnya hak menuntut dan menjalani pidana menurut hukum pidana Indonesia diatur dalam

dua stesel hukum yang berbeda, yakni : (1) pada pasal 76 sampai dengan pasal 85 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana(KUHP), dan (2) pada pasal 14 Undang-Undang Dasar 1945 (UUD'45).

Pada stesel hukum pertama dimuat beberapa hal pokok berkaitan dengan Gugurnya Hak
Menuntu dan Menjalani Pidana berupa : (1) Ne Bis Idem, (2) Meninggalnya si Terdakwa dan
atau tersangka; (3) Kadaluarsa atau lewat waktu. Sedangkan pda stesel hukum kedua dimuat
perihal : (1) Amnesti (2) Grasi, (3) Abolisi, dan (4) Rebabilitasi.

Masing-masing bagian dari Gugurnya Hak Menuntut dan Menjalani Pidana itu, beralku syarat-
syarat, kriteria dan pegertian-pegertian. Dalam hal ini setiap Sarjana Hukum atau para ahli
hukum menafsirkan berbeda-beda sesuai dengan bunyi ketentuan dalam pasal-pasal Undang-
Undang atau segi logat dan terminasi kata (istilah yang dipakai), dan pengetahuan atau latar
belakang pemahamannya.

Meskipun demikian, namun yang patut dicatat bahwasanya kedua hal tersebut (Gugurnya Hak
Menuntut danm Menjalani Pidana) telah menjadi bagian penting dalam Hukum Pidana maupun
Hukum Acara Pidana karena menyangkut tahapan penting dalam menyelesaikan sebuah kasus
pidana. Suatu tuntutan pidana yang diajukan Penuntut Umum menjadi berhenti atau ditunda
suatu Putusan Hakim menjadi tidak dapat dilaksanakan(dieksekusi) oleh karena adanya hal-hal
yang berhubungan dengan : "Gugurnya Hak Menuntut Dan Menjalani Pidana". Begitu pula
dengan sorang buronan yang lolos dari penjara setelah ditangkap kembali terpaksa dibebaskan
juga karena ada hal-hal yang berkaitan dengan gugurnya hak menjalani pidana, dan berbagai
contoh lain yang nyata dan mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Gambaran di atas memberi pemahaman awal untuk lebih jauh ditelusuri Gugurnya Hak menuntut
dan menjalani baik yang diatur dalam maupun di luar KUH Pidana meliputi uraian atas beberapa
bagian penting berupa :

1. pengertian-pengertian dasar;

2. syarat-syarat atau kriteria-kriteria yang dipenuhi;

3. schema atau bagan penjelas; dan

4. uraian analisis atas ketentuan-ketentuan umum yang ada dalam pasal-pasal Undang-Undang,
serta pendapat para ahli.

Keempat aspek bahasan tersebut menjurus pada kesimpulan-kesimpulan yang dituangkan dalam
bagian akhir dari hasil penelitian ini.

Deskripsi Alternatif :

Gugurnya hak menuntut dan menjalani pidana menurut hukum pidana Indonesia diatur dalam
dua stesel hukum yang berbeda, yakni : (1) pada pasal 76 sampai dengan pasal 85 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP), dan (2) pada pasal 14 Undang-Undang Dasar 1945
(UUD'45).

Pada stesel hukum pertama dimuat beberapa hal pokok berkaitan dengan Gugurnya Hak
Menuntu dan Menjalani Pidana berupa : (1) Ne Bis Idem, (2) Meninggalnya si Terdakwa dan
atau tersangka; (3) Kadaluarsa atau lewat waktu. Sedangkan pda stesel hukum kedua dimuat
perihal : (1) Amnesti (2) Grasi, (3) Abolisi, dan (4) Rebabilitasi.

Masing-masing bagian dari Gugurnya Hak Menuntut dan Menjalani Pidana itu, beralku syarat-
syarat, kriteria dan pegertian-pegertian. Dalam hal ini setiap Sarjana Hukum atau para ahli
hukum menafsirkan berbeda-beda sesuai dengan bunyi ketentuan dalam pasal-pasal Undang-
Undang atau segi logat dan terminasi kata (istilah yang dipakai), dan pengetahuan atau latar
belakang pemahamannya.

Meskipun demikian, namun yang patut dicatat bahwasanya kedua hal tersebut (Gugurnya Hak
Menuntut danm Menjalani Pidana) telah menjadi bagian penting dalam Hukum Pidana maupun
Hukum Acara Pidana karena menyangkut tahapan penting dalam menyelesaikan sebuah kasus
pidana. Suatu tuntutan pidana yang diajukan Penuntut Umum menjadi berhenti atau ditunda
suatu Putusan Hakim menjadi tidak dapat dilaksanakan(dieksekusi) oleh karena adanya hal-hal
yang berhubungan dengan : "Gugurnya Hak Menuntut Dan Menjalani Pidana". Begitu pula
dengan sorang buronan yang lolos dari penjara setelah ditangkap kembali terpaksa dibebaskan
juga karena ada hal-hal yang berkaitan dengan gugurnya hak menjalani pidana, dan berbagai
contoh lain yang nyata dan mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Gambaran di atas memberi pemahaman awal untuk lebih jauh ditelusuri Gugurnya Hak
menuntut dan menjalani baik yang diatur dalam maupun di luar KUH Pidana meliputi uraian
atas beberapa bagian penting berupa :

1. pengertian-pengertian dasar;

2. syarat-syarat atau kriteria-kriteria yang dipenuhi;

3. schema atau bagan penjelas; dan

4. uraian analisis atas ketentuan-ketentuan umum yang ada dalam pasal-pasal Undang-Undang,
serta pendapat para ahli.

Keempat aspek bahasan tersebut menjurus pada kesimpulan-kesimpulan yang dituangkan dalam
bagian akhir dari hasil penelitian ini.

You might also like