Professional Documents
Culture Documents
Puisi
1. Puisi Lama
Puisi lama yang kita kenal adalah puisi peninggalan sastra Melayu.
Puisi lama adalah bagian kebudayaan lama. Jadi dalam memahami puisi
lama haruslah mengenal mengenal kebudayaan masyarakat lama. Karena
asyarakat lama itu sangat terikat pada adat istiadat, maka kehidupan
masyarakat itu statis, sangat lambat berubah. Dalam masyarakat lama setiap
penyair tidak mencari bentuk dan isi sendiri, tetapi berpegang teguh pada
contoh-contoh, kebiasaan-kebiasaan sebelumnya. Oleh karena itu pada masa
sastra lama para penyair sudah terikat pada bentuk-bentuk yang ada. Seperti
mantra, pantun, syair, gurindam, talibun, sloka, rubai, nazam, masnawi,
gasal dan kitah.
Ciri –ciri Puisi Lama:
Tidak dikenal nama pengarangnya (anonim).
Merupakan kesastraan lisan (disampaikan dari ulut ke mulut).
Sangat terikat oleh syarat-syarat puisi.
a. Mantra
Mantra merupakan bentuk puisi yang paling tua. Mantra berhubungan
dengan sikap religius manusia untuk memohon sesuatu kepada Tuhan. Oleh
karena itu, diperlukan kata-kata pilihan yang berkekuatan gaib yang oleh
penciptanya dipandang memperindah kontak dengan Tuhan. Biasanya
mantra diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan
gaib lain.
Contoh: Seri Dangomala, Seri Dangomala!
hendak kirim anak sembilan bulan,
segala inang, segala pengasuh,
jangan beri sakit, jangan beri demam,
#20100805_Heriana# 1
Bahasa Indonesia
Oleh: Skeat
Dari: Malang Magic
b. Bidal
Bidal merupakan kata-kata kiasan dengan tujuan tertentu. Misalnya,
sepasang subang dikiaskan kepada gadis yang masih suci. Macam-macam
bidal sebagai berikut
#20100805_Heriana# 2
Bahasa Indonesia
c. Pantun
Pantun adalah puisi Indonesia asli yang merupakan salah satu jenis puisi
lama dalam beberapa bahasa Nusantara, terutama bahasa Melayu dan
bahasa Sunda. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris
bila dituliskan), bersajak ab-ab ataupun aa-aa. Pantun pada mulanya
merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
#20100805_Heriana# 3
Bahasa Indonesia
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran
adalah dua baris pertama, kerap kali tentang alam (flora dan fauna), dan
biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan
maksud. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari
pantun tersebut.
Keguanaan pantun
Pantun sering digunakan oleh anak-anak dalm bermain, bersuka ria. Oleh
anak muda pantun digunakan dalam bercinta, memuja, menyindir, dan
bersuka ria. Oang tua juga mengguanakan pantun untuk memberi nasihat
dan juga digunakan pada saat upacara perkawinan. Karena itu pantun
digunakan mewakili pikiran dan perasaan seseorang.
#20100805_Heriana# 4
Bahasa Indonesia
a. Pantun Anak-Anak
Adalah pantun yang berisikan tentang beduka cita, bersuka cita,
dan teka-teki.
Contohnya:
#20100805_Heriana# 5
Bahasa Indonesia
#20100805_Heriana# 6
Bahasa Indonesia
#20100805_Heriana# 7
Bahasa Indonesia
Senanglah hati
3. Talibun
Pantun yang terdiri dari enam bari atau lebih, tetapi jumlah nya genap
disebut talibun, contoh :
4. Pantun Berkait
Pantun berkait adalah pantun yang terdiri dari dua bait atau lebih . Tiap
bat terdiri dari empat baris. Baris kedua dan baris keempat pada bait
pertama diulang kembali pada baris pertama dan baris ketiga pada bait
kedua, dan seterusnya
Contoh :
Sarang garuda di pohon beringin
Buah komuning di dalam puan
Sepucuk surat dilayangkan
Putih kuning sambultah Tuan.
#20100805_Heriana# 8
Bahasa Indonesia
e. Seloka
Seloka adalah pantun berkait atau pantun rantai.
Ad bebrapa pendapat tentang Seloka:
a. Nyonya B.Simorangkir berpendapat bahwa seloka adalah peribahasa
atau pepatah yang diberi sampiran. Contoh:
Anak ayam menjual sutra
Jual di Rengat tengah pekan
Jangan digenggam sebagai bara
Rasa hangat dilepaskan.
#20100805_Heriana# 9
Bahasa Indonesia
Seloka yang asli berasal dari India, terdiri dari dua baris, atau 32
suku kata. Buku Mahabrata dan Ramayana ditulis dengan memakai
seloka. Berbeda dengan seloka di Indonsia.
Sloka atau seloka adalah sebuah bait yang aslinya terdapat dalam bahasa
Sansekerta. Bait ini khususnya terdiri dari 2 larik, sedangkan setiap larik
terdiri dari 16 sukukata.
Selain itu sloka juga tergandung metrum yang dipakai, sebab setiap
sukukata memiliki kuantitas, bisa panjang atau pendek.
Ciri-ciri seloka:
Kalimat kedua dan keempat pada bait pertama menjadi baris pertama dan
ketiga pada bait kedua. Demikian seterusnya.
Isi, sajak, dan irama sama dengan pantun.
#20100805_Heriana# 10
Bahasa Indonesia
f. Talibun
Talibun pada dasarnya sama dengan pantun.
Ciri-cirinya, yaitu:
Terdiri atas enam atau delapan atau sepuluh baris (banyak barisnya selalu
genap).
Sebagian baris berupa gambaran alam, sedangkan sebagian baris terakhir
merupakan isi yang sebenarnya.
Bersajak a-b-c/a-b-c, a-b-c-d/a-b-c-d, a-b-c-d-e/a-b-c-d-e.
Contoh: kalau anak pergi ke pekan (a)
yu beli belanak pun beli (b)
ikan panjang beli dahulu (c)
kalau anak pergi berjalan (a)
ibu cari sanak pun cari (b)
induk semang cari dahulu (c)
g. Syair
Syair berasal dari bahasa Arab: syu’ur yang berarti perasaaan.
Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan
irama sajak. Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris
tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris
terakhir yang mengandung maksud).
Ciri-ciri syair:
Satu bait terdiri atas empat baris yang merupakan isi semua.
Tiap baris terdiri atas empat sampai lima kata.
Tiap baris terdiri atas delapan sampai sepuluh suku kata.
Bersajak a-a-a-a.
Contoh: Berhentilah kisah raja Hindustan,
Tersebutlah pula satu perkataan,
#20100805_Heriana# 11
Bahasa Indonesia
h. Gurindam
Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua
baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan
yang utuh. Gurndam berasal dari Tamil. Baris pertama berisikan semacam
soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawaban nya atau
akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
Ciri-cirinya:
Terdiri atas dua baris.
Baris pertama merupakan perbuatan dan baris kedua merupakan
akibatnya.
Bersajak a-a.
Contoh Gurindam 12 oleh Raja Ali Haji (Pahlawan Nasional), Tanjung Pinang.
Contoh:
Kalau terpelihara mata, (a)
kuranglah cita-cita. (a)
Kalau terpelihara kuping, (a)
#20100805_Heriana# 12
Bahasa Indonesia
i. Nazam
Nazam merupakan salah satu jenis puisi lama yang telah wujud lebih 100
tahun yang lalu. Nazam yang seakan-akan menyerupai nasyid tetapi ianya
boleh didendangkan secara perseorangan atau berkumpulan secara sponton
oleh kaum wanita ketika menganyam tikar, membuat ketupat, menidurkan
anak dan sebagainya.
Kebanyakan lirik atau senikatanya berbentuk puisi lama mengandungi
pelbagai nasihat dan tunjur ajar biasanya berkaitan dengan ilmu tauhid,
Fardhu Ain, Sifat Rasul, Sifat 20 dan sebagainya. Kumpulan yang
mendendangkan nazam ini biasanya terdiri daripada 5 hingga 8 orang.
Menurut sejarah, Nazam dikatakan berasal dari Parsi dan pada abad ke 16,
nazam dibawa ke Asia Tenggara melalui pedagang dan alim ulamak.
Aku mula nazam ini dengan nama,
Allah yang memberi fahaman agama,
Puji itu bagi Allah yang mulia,
Lagi kekal ia lagi yang sedia.
Dari contoh di atas yang di karang oleh Tuan Guru Haji Mustapa dari Kuala
Linggi, dapat dilihat nazam dicipta oleh alim ulama yang mempunyai ilmu
yang mendalam mengenai agama. Cara penyampaian bergantung kepada
tajuk atau mesej yang hendak disampaikan.
#20100805_Heriana# 13
Bahasa Indonesia
2. Puisi Baru
Puisi baru dimulai pada zaman angkatan Pujangga Baru. Ciri puisi
baru bertentangan dengan puisi lama. Jika pada puisi lama ada aturan jumlah
suku kata tiap baris, jumlah kata tiap baris, jumlah baris tiap baris, dan
sebagainya, puisi baru tidak demikian. Puisi baru sudah bebas dari aturan-
aturan tersebut. Pengarang mendapat kebebasan dengan segala licentia
poetica-nya.
Berdasarkan bentuknya, puisi baru dibagi menjadi:
a. Distikon
Distikon terdiri dari dua baris.
Contoh: Aku ditaruh di atas meja lantas dikelupas,
Kulit demi kulit.
Juga dagingku selapis demi selapis,
Juga tulangku dipatahkan sepotong demi sepotong.
b. Terzina
Terzina terdiri atas tiga baris.
Contoh: Bukan di rimba lebat nan sunyi,
Bukan di puncak bukit nan sunyi,
Bukan di pinggir samudera yang sepi.
Jangan dicari di tempat memuja,
Di kulit tempat membakar dupa,
Di dalam gua tempat bertapa.
c. Quartain
Quartain terdiri atas empat baris.
Contoh: Kasihan hidup sebsb dikau,
Segala kuntum mengoyak kepak,
Membunga cinta dalam hatiku,
Mewangi sari dalam jantungku.
#20100805_Heriana# 14
Bahasa Indonesia
d. Quint
Quint terdiri atas lima baris.
Contoh: Satu-satu perasaan,
Yang saya rasakan,
Hanya dapat saya lakukan,
Kepada Tuan,
Yang pernah merasakan.
Satu-satu kegelisahan,
Yang saya resahkan,
Hanya dapat saya kisahkan,
Kepada Tuan,
Yang pernah diresahgelisahkan.
e. Sextet
Sextet terdiri atas enam baris.
Contoh: Jiwaku pohon telah meranggas,
Terunjam terhening di siang hari,
Mengedangkan tangan tegang mati,
Hari bening tenang suci,
Bulan bersih di kelir terentang,
Sepi sunyi dalam menanti.
f. Septine
Septime terdiri atas tujuh baris.
Contoh: Tmpak padaku Gunung Semeru,
Tinggi tampan bertumpu kukuh,
Petir menyambar topan menderu,
#20100805_Heriana# 15
Bahasa Indonesia
h. Soneta
Soneta adalah jenis puisi baru yang tiap bait terdiri atas empat belas baris.
Soneta berasal dari Italia, dimulai abad XIII oleh Dante.
Di Indonesia Soneta dipopulerkan oleh Muhammad Yamin. Oleh karena
itu, beliau diberi gelar sebagai Bapak Soneta Indonesia. Pengarang Soneta
yang lain ialah Sanusi Pane, Rustam Effendi, dan Sutan Takdir
Alisyahbana.
Ciri-ciri Soneta:
Tiap bait terdiri atas empat belas baris.
Terbagi atas dua Quartain dan dua Terzina.
Dua Quartain sebagai sampiran dan dua Terzina sebaga isi.
Peralihan dari sampiran ke isi disebut volta.
Rumus rimanya:
#20100805_Heriana# 16
Bahasa Indonesia
Dari uraian tersebut, kita dapat mengetahui perbedaan dari Puisi Lama
dengan Puisi Baru, yaitu:
No. Puisi Lama Puisi Baru
1 Setiap bait terdiri dari empat Banyaknya baris tiap bait tidak tentu.
baris.
2 Satu bait sudah menyimpulkan Terdiri dari beberapa bait yang setiap
satu isi atau membentuk baitnya belum membentuk pengertian
penagertian yang lengkap. yang lengkap.
3 Menggunakan kata-kata klise Kata-katanya bebas dan
dan berisi basihat. menggambarkan perasaan atau
keinginan penulis.
4 Pengarangnya tidak dikenal Pengarangnya dikenal.
(anonim).
#20100805_Heriana# 17