Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
yang paling tua, dan dapat dikatakan merupakan induk dari semua
1
(law as such). Filsafat hukum berusaha mengungkapkan hakikat
b e r m a n f a a t d a n t i d a k d a p a t dipertanggungjawabkan. Terpukau
yang tidak terjangkau oleh panca indera; tahap falsafi dimana pada
3
dimana dunia fakta yang dapat diamati dengan panca indera merupakan
Austin.
ANALISIS
Filsafat hukum mencari hakekat dari pada hukum, yang menyelidiki kaedah
Bicara mengenai aliran positivisme, bahwa aliran ini sama tuanya dengan
Positivisme adalah salah satu aliran dalam filsafat (teori) hukum yang
beranggapan, bahwa teori hukum itu hanya bersangkut paut dengan hukum
positif saja. Ilmu hukum tidak membahas apakah hukum positif itu baik atau
masyarakat[9] .
Di dalam aliran positivisme hukum dikenal dua sub aliran yaitu :
aliran hukum positif yang analitis oleh John Austin. Positivisme yang dirintis
mentaati pemerintah. Bila kebiasaan itu berhenti maka sudah tidak terdapat
Ada orang yang mentaati oleh sebab mereka berpegang teguh pada
5
karena takut akan kekacauan, bila negara dirombak. Semuanya ini
secara tidak langsung oleh seorang pribadi atau sekelompok orang yang
suatu negara[10] .
sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup (close logical system). Hukum
secara tegas dipisahkan dari moral, jadi dari hal yang berkaitan dengan
buruk.
a. hukum dalam arti yang sebenarnya yaitu yang disebut juga sebagai
- hukum yang disusun atau dibuat oleh rakyat secara individual, yang
curatele.
b. hukum dalam arti yang tidak sebenarnya, yaitu hukum yang tidak
a.perintah
b.sanksi
c.kewajiban
7
d.kedaulatan
Adapun keempat unsur tersebut kaitannya satu dengan yang lain dapat
Unsur perintah ini berarti bahwa satu pihak menghendaki agar orang lain
penderitaan jika perintah ini tidak dijalankan atau ditaati. Perintah itu
terakhir ini hanya dapat terlaksana jika yang memerintah itu adalah pihak
yang berdaulat. Dan yang memiliki kedaulatan itu dapat berupa seseorang
persons).
Buah pikir John Austin ini tertuang dalam kedua bukunya yang terkenal,
Jurisprudence.[11]
Aliran positivisme hukum yang analitis yang dipelopori oleh John Austin
tersebut pada sekitar abad ke-19 dan dalam bagian pertama abad ke-20,
dengan pasti apa saja perbuatannya yang boleh dilakukan dan apa saja
9
akan bertindak dengan tegas dan konsekuen sesuai dengan apa yang telah
Austin adalah tokoh pertama yang memisahkan secara tegas antara hukum
secara tegas antara hukum dengan moral dan agama. Ilmu hukum hanya
positif dengan moral dan agama. Tanpa memperdulikan baik atau buruknya
Hakekat dari semua hukum adalah perintah (command), yang dibuat oleh
disertai sanksi apabila perintah itu dilanggar. Semua hukum positif adalah
command of law-giver.
Pemegang kedaulatan tidak terikat baik oleh peraturan yang dibuatnya
sendiri, maupun oleh asas-asas yang berasal dari atas (moral dan agama).
Masalah kedaulatan yang merupakan salah satu unsur dari hukum positif
adalah bersifat pra-legal (bukan urusan hukum, tetapi urusan politik atau
sosiologi) dan hendaknya dianggap sebagai sesuatu yang telah ada dalam
kenyataannya[1 2] .
Aliran Positivisme yang Analitis tersebut sudah, sudah barang tentu terdapat
dalam Aliran Positivisme yang Analitis tersebut adalah justru dengan adanya
Karena jika dilihat dengan nyata, bahwa betapapun buruknya peraturan dan
11
menyesuai kannya dengan masyarakat. Pembentukan peraturan
semua peristiwa hukum atau tuntutan hukum dan ini menimbulkan apa
negara secara mutlak dan absolut sesuai dengan keinginannya yang ada
pada masa itu. Dimana kemudian pihak penguasa dalam negara dapat
tindakan yang tidak bermoral dan kriminal serta menjadi kejam. Sehingga
perundang -
undangan yang berlaku dalam masyarakatnya, dan kemudian individu -
individu yang ada dalam lingkup masyarakat akan berada pada posisi yang
dilematis, dimana disatu pihak hukum dan ketentuan dari penguasa tidak
ketidak adilan.
Telah terjadi pergeseran prinsip dan konsepsi dari Negara Hukum menjadi
positivist – instrumentalistik.
sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup (closed logical system).
Dengan sifat tetap dan tertutup dari hukum tersebut, maka hukum pada
13
masa itu tidak menerima perkembangan dari pihak manapun sekalipun
berlaku.
pendukung
yang cukup, walaupun secara nyata tidaklah dapat dikatakan sebagai hal
yang sederhana.
Terhadap ajaran dari Austin yang menyatakan tentang hukum dalam arti
hukum disini dapat saja dibuat atau ditetapkan bukan oleh penguasa/badan
tersebut pada akhirnya tidak diakui oleh pihak penguasa. Karena konsepnya
jelas bahwa hukum tersebut diklasifikasikan sebagai hukum dalam arti yang
tidak sebenarnya. Dengan demikian, tetap saja ajaran dari Austin tersebut
suatu aturan yang lebih dihormati dalam masyarakat yang ada menjadi tidak
berdaya.
dengan yang lainnya, sehingga akan tercipta hukum. Baik negara maupun
hukum timbul dari kehidupan manusia karena keinginan hati dari masing-
Akan tetapi konsep yang seperti ini tidak tampak pada ajaran positivisme
yang analitis. Dengan adanya hukum dalam arti yang absolut dan mutlak
dari konsekuensi aliran positivisme yang analitik ini, karena makna dari
hukum yang dibuat oleh manusia tersebut akan menjadi suatu bentuk dari
15
perintah dan ketentuan yang mutlak yang berasal dari penguasa menjadi
dengan suka atau tidak suka ataupun mau dan tidak mau. Masyarakat
untuk terbentuknya suatu rezim penguasa yang otoriter dari negara yang
PENUTUP
Sebagai penutup dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa aliran
hukum positif yang analitis mempunyai suatu kekuatan yakni aliran ini
banyak dianut oleh para pemikir hukum di Barat di abad ke 19 dan awal
abad ke-20. keberhasilan dari aliran ini terlihat pada bentuk kepastian
menganutnya. Akan tetapi dari ajaran tersebut yang telah berkembang pada
konsep para pemikir di Barat, ajaran-ajran dari hukum positif yang analitis
Adapun titik kelemahannya yang pokok, bahwa aliran hukum positif yang
empat unsure penting dari ajaran John Austin untuk dapat dinamakan
hukum, yang di dalamnya terdiri dari perintah, sanksi, kewajiban dan
undang-undang yang dalam hal ini adalah pihak penguasa hanya dapat
Negara yang telah memiliki pemeritahan sendiri, rakyat sendiri dan wilayah
sendiri tentunya sudah merupakan sesuatu (dalam hal ini dapat disebut
Negara) yang dianggap berdaulat atau memiliki kedaulatan sendiri, dan juga
17
negara itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Bagir Manan Dan Kuntana Magnar, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara
J.J. H. Bruggink, Alih bahasa Arif Sidharta, Refleksi Tentang Hukum, Citra
Lili Rasjidi, Dasar-dasar Filsafat Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999.
Bandung, 1991.
Bandung, 2000.
Februari 2000.
Yogyakarta, 1997.
1]Lili Rasjidi, dalam Bernard Arif Sidharta, Refleksi Tentang Struktur Ilmu
2]Hukum positif adalah ialah terjemahan dari ius positum dalam bahasa
Jadi, hukum positif adalah hukum yang ditetapkan oleh manusia, karena itu
dalam ungkapan kuno disebut stellig recht. Lihat J.J. H. Bruggink, Alih
3]I b i d
4]Ibid, hlm.42.
19
6]Lili Rasjidi, ibid, hlm.3.
hlm. 79.
Source : Firdaus Arifin (Analis Hukum Tata Negara, sedang studi di Program