You are on page 1of 6

Tempat Keluar Huruf (Makhraj)

Tiap-tiap huruf hijaiyah mempunyai tempat keluarnya masing-masing dari bagian-bagian


mulut tertentu. Tempat keluar huruf ini dinamakan Makhraj. Makhraj huruf ini dapat
dikelompokkan atas:

1. Kelompok huruf-huruf Halqiah (Tenggorokan)


2. Kelompok huruf-huruf Lahawiyah (Tekak)
3. Kelompok huruf-huruf Syajariah (Tengah Lidah)
4. Kelompok huruf-huruf Asaliyah (Ujung Lidah)
5. Kelompok huruf-huruf Dzalaqiyah (Pinggir Lidah)
6. Kelompok huruf-huruf Nith'iyah (Langit-langit Mulut)
7. Kelompok huruf-huruf Litsawiyah (Gusi)

8. Kelompok huruf-huruf Syafawiyah (Bibir)

Sejarah Huruf Hijaiyyah

Salah satu pembahasan yang terpenting dalam kajian Metode Struktur dan Format Al Quran
adalah struktur abjad (huruf hijaiyyah).

Struktur huruf menurut prespektif kajian ini merupakan representasi dari organ atau titik-titik (sub
struktur) dalam tubuh manusia secara fisik namun lebih lengkap dan detil dibandingkan dengan
struktur 'ain. Karena struktur 'ain hanya representasi dari organ-organ vital manusia.

Pada awalnya, pemaknaan masing-masing huruf menjadi sebuah representasi dari organ tertentu,
memang menggunakan pendekatan mistis, tetapi kemudian dikembangkan dan diterapkan
sehingga bersifat empiris.

Riwayat Sejarah

1. Dari Abdurrahman bin Usman, dari Qasim bin Asbagh, dari Ahmad bin Zuhair, dari al Fadl bin
Dakkin, dari Wail dari Jabir dari Amir dari Samurah bin Jundab, ia berkata: "Saya telah
melakukan pengkajian terhadap asal muasal tulisan Arab. Saya temukan tulisan Arab telah ada
dan digunakan suku Al Anbar sebelum suku Hiyarah mempergunakanya”.

2. Dari Ibnu Affan dari Qasim dari Ahmad dari az Zubair bin Bakkar, dari Ibrahim bin al Mundzir,
dari Abdul Aziz bin lmran, dari Ibrahim bin Ismail bin Abi Hubaib dari Dawud bin Husain dari
lkrimah dari Ibnu Abbas, ia berkata: "Orang yang pertama kali mengucapkan bahasa Arab dan
membuat tulisan lafalnya adalah Ismail bin Ibrahim."

3. Dari Ahmad bin Ibrahim bin Faras Al Makky, dan Abdurrahman bin Abdullah bin Muhammad,
dari kakeknya, dari Sufyan bin 'Uyainah dari Mujalid, dari as Sya'by, ia berkata: "Kami ditanya
orang-orang muhajirin: "dari mana kalian belajar menulis? Kami menjawab: "dari penduduk
suku Hiyarah. Kemudian orang-orang Muhajirin mengklarifikasi berita itu kepada penduduk
Hiyarah. Mereka bertanya: "Dari mana kalian belajar menulis? Penduduk suku Hiyarah
menjawab: "Kama belajar dari: suku Anbar".

Abu 'Amr mengatakan: "Dalam kitab Muhammad bin Sahnun terdapat riwayat sebagai berikut:
Dari Abul Hajjaj yang mempunyai nama asli Sakan bin Tsabit berkata: dad. Abdullah bin Farukh
dari Abdur Rahman bin Ziyad bin An'am al Mu'afiry dari ayahnya Ziyad bin An'am ia berkata:
"saya berkata kepada Abdullah bin Abbas: "Wahai suku Quraisy, apakah kalian pada zaman
jahiliyyah menulis dengan tulisan Arab seperti ini, kalian menggabungkan huruf tertentu dan
memisah huruf tertentu, ada alif, lam, mim, syakl, qath' dan lain-lain sebelum Allah mengutus
Nab' SAW?"
Ia menjawab: “ya”,

Lalu aku berkata: ‘Siapa yang mengajari kalian menulis?”.

Ia menjawab: “Harb bin `Umayyah”.

Aku bertanya lagi: "Lalu siapa yang mengajari Harb bin Umayyah?”.

Ia menjawab: “Abdullah bin Jud'an”.

Aku bertanya lagi: “Siapa yang mengajari Abdullah bin Jud'an?”.

Ia menjawab: "Penduduk Al Anbar".

Aku bertanya lagi: “Siapa yang mengajari penduduk Al Anbar?”.

Ia menjawab: “Seseorang yang datang dari tanah Yaman, dari suku Kindah”.

Aku bertanya lagi: “Lalu siapakah yang mengajarkan seseorang tersebut?”.

Ia menjawab: "Al Juljan bin Al Muhim, ia adalah sekretaris nabi Hud as untuk menuliskan Wahyu
dari Allah SWT."

Dari Ibnu Affan, dari Qasim, dari Ahmad bin Abi Khaitsamah ia berkata: "Huruf Hijaiyyah
berjumlah 29 huruf, semua lafal dan tulisan Arab tidak bisa lepas dari huruf tersebut."

Dari Ibrahim bin Al Khattab al Lama'iy, dari Ahmad bin Khalid, dari Salamah bin Al Fadl, dari
Abdullah bin Najiyah dari Ahmad bin Musa bin Ismail al Anbary dari Muhammad bin Hatim Al
Muaddib dari Ahmad bin Ghassan dari Hamid bin Al Madainy dari Abdullah bin Said, ia berkata:
“Telah sampai kepada kita sebuah riwayat bahwa ketika huruf-huruf Mu'jam yang berjumlah 29
menghadap Yang Maha Pengasih, huruf Alif merendahkan diri dihadapan-Nya. Allah terkesan
dengan sikap rendah hatinya, lalu Dia menjadikan alif sebagai awalan dari nama-Nya (Allah)”.

Abu Amr berkata: “Sebagian ahli bahasa mengatakan alasan alif menempati urutan pertama
karena alif merupakan representasi dari hamzah yang menjadi awal kalimat, alif layyinah, dan
hampir semua hamzah.”

Kemudian alif hanya menjadi awal kalimat tatkala huruf yang lain yaitu wawu dan yaa ikut
merepresentasikan dirinya yang pada keadaan yang lain berbentuk hamzah di tengah dan di akhir.

Abu Amr berkata “Alasan kenapa setelah huruf alif adalah huruf baa, taa, tsaa adalah karena
huruf tersebut adalah huruf yang paling banyak menyerupai huruf yang lain, di mana jika huruf
yaa dan nuun terletak pada awal kalimat atau di tengah kalimat maka akan menyerupainya
sehingga kalau di jumlah ada 5 huruf yang berkarakter sama. Oleh karena itu untuk
mengantisipasi dan mencari jalan keluamya adalah dengan mendahulukan urutannya. Kemudian
urutan setelah baa, taa, tsaa adalah jiim, haa, khaa."

Tertib urutan huruf yang serupa (mutasyabihat) dan Mazdujat (dal, dzal, ra' dan lain-tain) adalah
sesuai dengan sedikit atau banyaknya frekwensi dipergunakan dalam percakapan. Jadi semakin
depan urutannya, semakin banyak digunakan dalam percakapan. Kecuali untuk huruf nun dan yaa
sekalipun kedua huruf tersebut diakhirkan namun ia mempunyai derajat yang sama dengan huruf
yang menempati urutan di depan karena huruf yang menyerupai karaktemya telah di tempatkan di
depan (ba, ta, tsa).

Selanjutnya Abu Amr mengatakan diantara huruf ada juga yang tidak bisa disambung dengan
huruf yang lain setelahnya. Jumlahnya ada 6 yaitu : alif, dal, dzal, ra, za, dan wawu.

Alasan kenapa huruf tersebut tidak bisa disambung dengan huruf yang lain juga sama dengan di
atas yaitu untuk menghindari keserupaan antar huruf. Andaikata alif bisa disambung dengan huruf
lain setelahnya, akan serupa dengan huruf lam, dan wawu akan sama dengan huruf fa dan qaf,
dan dal, dzal, ra, za akan sama dengan yaa dan ta.
Alasan lain yang dikemukakan Abu Amr tentang rahasia di batik urutan huruf hijaiyyah adalah:
Alif menempati urutan pertama karena dua alasan yaitu berdasarkan Khabar (tentang sikap
rendah diri Alif di hadapan Allah) dan Nadzar (pemyataan ahli bahasa yang telah dijelaskan di
atas).

Selain itu karena Alif menjadi awal dari ayat surat Al Fatihah yang merupakan induk Al Quran
dan karena seringnya digunakan dalam tulisan dan percakapan.

Bisa disimpulkan huruf alif adalah huruf yang hampir seluruh kata tidak bisa dan tidak mungkin
terlepas darinya dan paling banyak diulang dan digunakan dalam percakapan.

Kemudian huruf setelah alif adalah huruf baa, taa, tsaa. Oleh karena ketiga huruf tersebut yang
terbanyak mempunyal karakter yang sama maka tradisi pun mengikutinya untuk menulisnya
setelah alif.

Alasan kenapa huruf ba terletak setelah huruf alif adalah karena huruf ba menjadi awal dari
Basmalah setelah sebelumnya huruf alif menjadi awal Ta'awwudz. Selain itu, ba menempati
urutan kedua setelah alif dalam rumusan huruf Arab (hija) kuno yaitu lafal AB' JADIN.

Alasan lain yaitu karena ba bertitik satu, ta bertitik dua, dan tsa bertitik tiga. Jadi sesuai dengan
urutan angka. Oleh karena itu ba menempati urutan pertama, ta kedua dan tsa ketiga.

Ada juga yang mengatakan alasannya adalah karena sedikit atau banyaknya frekwensi
penggunaannya dalam kalimat sehingga yang didahulukan adalah yang paling banyak
frekwensinya.

Kemudian huruf jim, ha, dan kha. Ketiganya paling banyak mempunyai karakter dibanding huruf
yang lain. Alasan setelah tsa dan jim adalah karena bersambungnya huruf jim setelah ba pada
lafal ABI JAD.

Selain itu ha diletakkan sebelum kha karena sesuai dengan urutan makhraj (tempat keluarnya
huruf) dimana huruf ha keluar dari tengah tenggorokan dan kha dari tenggorokan bagian atas.
Sehingga ha diletakan lebih dulu dari kha.

Setelah itu huruf dal dan dzal. Keduanya berkarakter sama. Dal ditempatkan lebih dulu karena
terletak setelah huruf jim pada lafal ABI JAD.

Kemudian ra dan za. Keduanya juga mempunyai karakter sama. Semua huruf yang berpasangan
diletakkan secara berurutan dengan alasan yang sama.

Sampai disini urutan penulisan huruf hijaiyyah tidak mengalami perbedaan, baik pada penduduk
Masyriq dan Maghrib.

Setelah huruf ra dan za penduduk Masyriq dan Maghrib berbeda pendapat tentang urutan huruf
setelahnya. Penduduk Masyriq menulis setelah huruf ra dan za adalah sin dan syin dengan alasan
za dan sin mempunyai sifat yang sama: as Shafir.

Sin terletak lebih dahulu ketimbang syin karena yang asal adalah huruf tanpa titik sehingga huruf
yang sama karaktemya namun bertitik diletakkan sesudahnya. Yang asal selalu diletakkan pertama
dan lebih dahulu ketimbang yang sifatnya far'i (cabang).

Setelah sin dan syin adalah shad dan dhad. Huruf ini pun berkarakter sama dan diletakkan setelah
sin karena huruf shad mempunyai sifat sama dengan sin yaitu shafir dan hams.

Kemudian tha dan dza. Keduanya mempunyai karakter yang sama dan sebagaimana huruf-huruf
yang lalu tha dan dza mempunyai sifat yang sama yaitu ithbaq dan isti'la.

Tha terletak lebih dahulu karena tha adalah yang asal (tanpa titik). Selain itu dalam lafal ABI JAD
tha lebih dahulu.
Huruf selanjutnya adalah ain dan ghain, sebagaimana huruf-huruf Mazduj (berpasangan) yang
lain. Ain didahulukan dari ghain dengan alasan Thariqul Makhraj (urutan tempat keluarnya huruf)
dan Jihatul I'jam (yang tidak bertitik didahulukan).

Setelah huruf-huruf yang berpasangan adalah huruf-huruf yang terpisah (tidak berpasangan). Yaitu
fa' dan qaf. Fa' dalam lafal ABI JAD ditulis setelah Ain begitu juga dengan qaf.

Kemudian huruf kaf, lam, mim, dan nun sesuai dengan urutan penulisannya dalam lafal
KALAMUN. Urutan huruf tersebut juga sesuai dengan urutan tempat keluarnya huruf mulai dari
tenggorokan bagian atas.

Lam diletakkan terlebih dahulu ketimbang mim dan nun karena lam sama karaktemya dengan
huruf alif yang berada pada urutan pertama.

Mim terletak sebelum nun karena mim lebih dominan dan tampak dalam pengucapan, tidak
seperti nun yang misalnya dengan hukum idhgham pengucapannya tidak nampak bahkan hilang
(Khaisyum).

Selain itu mim sama makhrajnya dengan huruf ba yang menempati urutan kedua setelah alif dan
nun akan hilang pengucapannya jika bertemu ba.

Setelah itu huruf wawu, ha, dan yaa. Wawu diletakkan lebih dahulu karena wawu mempunyai
kemiripan karakter dengan huruf fa'. Ha terletak sebelum yaa karena lebih dahulu dalam lafal
ABI JAD.

Ya menempati urutan terakhir dalam huruf hijaiyyah karena uniknya huruf yaa tersebut ketika
terletak pada akhir kalimat berbeda dengan ketika berada di awal dan di tengah.

Penduduk Maghrib menuliskan setelah ra adalah huruf za, tha dan dza. Karena tha sama
makhrajnya dengan huruf dal dan dza dengan dzal, Tha terletak sebelum dza karena alasan Plain
(sama dengan argumentasi penduduk Masyriq di atas).

Kemudian kaf, lam, mim, dan nun sesuai dengan urutan lafal kalimna dan sesuai dengan lafal
ABI JAD.

Setelahnya adalah shad dan dhad sesuai dengan urutan penulisan lafal setelah KALAMUN yaitu
SHA'AFADHUN. Selain itu karena shad asli dan tidak bertitik. 'Ain dan ghain, fad dan qaf, sin
dan syin, alasannya adalah karena masalah makhraj dan i'jam.

Terakhir adalah ha, wawu, dan yaa. Ha terletak lebih dahulu sebelum wawu dan yaa karena ha
berada di awal pada Lafal HAWAZUN. Begitu juga wawu pada lafal HATHIYYUN.

Dari Ibrahim bin Khuttab, dari Ahmad bin Khalid, dari Salamah bin Al Fadl, dari Abdullah bin
Najiyah, dari Ahmad bin Badil Al Ayyamy, dari Amr bin Hamid hakim kota ad Dainur, dari Farat
bin as Saib dari Maimun bin Mahran, dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Segala sesuatu ada penjelasan
(tafsir)nya yang diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang
tidak mengetahuinya”.

Kemudian ia menjelaskan makna dari:

• ABU JAD (aba adamu at ta'ah / Adam enggan taat dan bersikukuh untuk memakan buah
pohon larangan),
• HAWAZUN (zalla fa hua minas samai wal ardl/ tereliminasi dari langit dan bumi),
• HATHIYYUN (hutthath 'anhu khatayahu / Adam diampuni kesalahannya),
• KALAMUN (akalaminas syajarah wa munna `alaihi bit taubah/ memakan buah dari pohon
larangan dan dianugerahi ampunan),
• SHA'AFADHUN (asha fa akhraja minan na'im ilan nakdy / ia berbuat maksiat sehingga
Allah mengeluarkannya dari kenikmatan (surga) menuju kepayahan (dunia),
• QURAISIYAT (aqarra bidz dzanbi fa amanal 'uqubah/ ia mengakui kesalahan- nya dan
akhirnya selamat dari siksa).

Dari Abdur Rahman bin Ahmad al Harwy dalam kitabnya, dari Umar bin Ahmad bin Syahin dari
Musa bin Ubaidillah dari Abdullah bin Abi Sa'id dari Muhammad bin Hamid dad Salamah bin Al
fadl dad Abu Abdillah al Bajaly, ia berkata: “Abu Jad, Hawaz, Hathy, Kalamun, Sha'afadlun dan
Quraisiyat adalah nama-nama raja Madyan”.

Adapun nama raja Madyan yang ada pada kisah dalam Al Quran pada zaman Nabi Syu'aib yang
terkenal dengan tragedi yaumudz dzullah adalah Kalamun.

Abu Amr berkata: “Sebagian ahli nahwu mengatakan bahwa lafal Abu Jad, Hawaz, Hathiy,
adalah lafal Arab seperti halnya lafal Zaid dan Amr dalam hal tashrif. Adapun Kalamun,
Sha'afashun dan Quraisiyat bahasa Arab sehingga tidak bisa ditashrif, kecuali untuk fatal
Quraisiyat bisa ditasrif seperti lafal Arafat dan Adzri'at”

Ibnu an Nadim pada salah satu bab berjudul Al Kalam ala al Qalamil 'Araby dalam kitab At Fihrist
mengatakan: “Terdapat perbedaan pendapat tentang siapakah yang pertama kali membuat tulisan
Arab”.

Hisyarn al Kalby mengatakan: “Orang yang pertama kali membuatnya adalah sebuah kaum dari
Arab, 'Aribah yang singgah pada kabilah 'Adnan bin Ad. Nama-nama mereka adalah Abu Jad,
Hawaz, Hathiy, Kalamun, Sha'afasadlun, Quraisat”, demikianlah menurut Ibnul Kufy.

Kemudian mereka membuat tulisan yang didasarkan kepada sama-nama mereka. Kemudian
mereka menemukan huruf-huruf yang tidak ada dalam nama mereka yaitu tsaa ‫ﺙ‬, khaa ‫ﺥ‬, dzal,
dza, syin dan ghain.

Mereka menamakan huruf-huruf ini dengan istilah ar Rawadif (yang sama). Ia berkata: “Mereka
adalah nama raja-raja Madyan. Mereka binasa pada tragedi yaumudz dzullah pada zaman Nabi
Syu'aib”.

Quthrub mengatakan dalam penulisan Abu tidak memakai wawu dan Jad tidak memakai alif. Ada
sebagian orang yang pantang mengulang huruf yang telah disebutkan (alif).

Karena pada dasarnya penulisan wawu pada Abu dan alif pada Jad adalah sebagai penambahan
dalam cara baca. Oleh karena itu bagi yang sudah tahu tidak perlu menuliskannya demi menjaga
keotentikan lafal tersebut.

32 Huruf dalam Metode Struktur dan Format Al Quran

Orang yang pertama kali mengembangkan huruf hijaiyyah menjadi 32 huruf adalah ilmuwan
muslim berkebangsaan India bemama Fadlullah Astarabadi pada akhir abad ke 14.

Sejarah membuktikan antara angka Arab dan India mempunyai kaitan erat. Misalnya angka Nol
yang memungkinkan terbentuknya operasi matematika yang sangat rumit. Jauh sebelum Ilmuwan
Islam mengenal nol, bangsa India telah mengenalnya sebagai "Shunya" atau kekosongan.

Dalam kajian metode struktur dan Format Al Quran, kita mengenal 32 huruf hijaiyyah. Huruf ke
31, dalam kajian ini karakter huruf lam dan alif [‫ ]ﺍﻝ‬yaitu huruf ke 27 dikembangkan melalui
sebuah kajian yang intensif dan bersifat empiris spiritual dengan meletakan alif yang asalnya di
depan menjadi di belakang dan diletakkan dalam urutan huruf ke 31.

Sedangkan huruf ke 32, Ta' marbuthah merupakan pengembangan karakter huruf Ta' maftuhah
(huruf ke 3) ketika terletak di belakang kata.

Uniknya, sekalipun huruf hijaiyyah sudah dikembangkan sedemkian rupa menjadi 32 huruf tetap
saja imbang. Artinya, 16 huruf mu'jam (bertitik) dan 16 huruf Ghairul Mu'jam (tanpa titik).
Semoga bermanfaat.
Keterangan:

• Makhraj-Makhraj Huruf

Makhraj ialah tempat menahan/menyekat udara ketika bunyi huruf dilafazkan. Huruf yg
dimaksudkan ialah huruf Hija'iyah bahasa arab yg mengandungi 28 huruf. Menurut pendapat
Imam Al-Khalil Bin Ahmad dan kebanyakan Ahli Qiraat serta Ulama Nahu antaranya Imam
Ibnu Al-Jazari. Jumlah bilangan makhraj yg umum terbahagi kepada 5 Bagian.

o Bagian rongga mulut dan rongga kerongkong ( Al-Jauf )

o Bagian kerongkong ( Al-Khalk )

o Bagian lidah ( Al-Lisan )

o Bagian bibir mulut ( Asy-Syafatan )

o Bagian hidung ( Al-Khaisyum )

You might also like