Professional Documents
Culture Documents
1. LATAR BELAKANG
Audit merupakan suatu proses pengumpulan data, penilaian ataupun pengevaluasian yang dilakukan
untuk menilai sesuatu apakah telah sesuai dengan kriteria yang mendasarinya. Audit terdiri dari
beberapa macam, seperti audit keuangan, audit kepatuhan dan audit operasional. Di sini, penulis
tertarik untuk membahas mengenai audit operasional. Audit operasional merupakan audit yang
dilaksanakan untuk menilai efisiensi dan efektivitas kegiatan suatu organisasi dalam prosesnya untuk
mencapai tujuan organisasi tersebut. Efisiensi digunakan untuk sebaik apakah pemakaian sumber daya
suatu organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan efektivitas
digunakan untuk menilai seberapa baik kebijakan-kebijakan organisasi tersebut dalam mencapai tujuan.
Efisiensi dan efektivitas merupakan dua hal yang saling berkaitan erat satu dengan lainnya. Efisiensi
dan efektivitas ini merupakan hal yang sangat berperan penting dalam peningkatan kinerja pelayanan
suatu organisasi.
Audit opersional merupakan suatu tinjauan dari penilaian efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan atau
prosedur kegiatan, di mana pemeriksaan ini dilaksanakan dengan disertai tanggung jawab untuk
mengungkapkan dan memberikan informasi kepada manajemen mengenai masalah operasi dan
membantu manajemen dalam memecahkan berbagai masalah tersebut dengan merekomendasikan
berbagai tindakan perbaikan yang dibutuhkan.
Audit operasional sebagai bagian dari fungsi pengendalian merupakan suatu alat bagi manajemen untuk
mengukur dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan. Audit operasional berfokus pada
evaluasi terhadap efisiensi dan efektivitas organisasi. Dengan diterapkannya audit operasional, maka
auditor dapat melihat sejauh mana tujuan organisasi telah tercapai dan apakah kegiatan operasi
perusahaan telah dilakukan secara efektif dan efisien.
Marsa, 2004 menyimpulkan bahwa dalam suatu entitas sangat penting dilakukan audit operasional,
karena audit operasional dapat membantu manajemen mengelola entitasnya untuk lebih efektif dan
efisien dalam kinerja operasinya. Selain itu, dengan adanya audit operasional dapat ditemukan
beberapa hal yang perlu dilakukan perbaikan dalam operasionalnya.
Dalam melakukan audit operasional, hal-hal yang menjadi standar untuk menentukan hasil audit yang
berguna bagi pihak manajemen puncak sangat beragam sehingga untuk menentukan sebuah standar
efisiensi dan efektivitas masing-masing entitas atau organisasi bisa berbeda-beda harus disesuaikan
dengan kondisi yang dihadapi (Ardoni Marsa, 2004). Namun, audit operasional sangat penting
dilaksanakan karena hasil audit tersebut bisa berupa rekomendasi yang sangat berguna bagi pihak
manajemen untuk menentukan dan menilai kebijakan-kebijakan dan kegiatan organisasi apakah sudah
tepat atau memerlukan adanya perbaikan sehingga berpengaruh terhadap hasil dan kegiatan organisasi
tersebut.
Melihat kondisi pada saat ini, audit operasional sangat diperlukan tidak hanya pada perusahaan ataupun
organisasi yang berorientasi laba. Namun, audit operasional juga diperlukan pada organisasi nirlaba,
seperti pada rumah sakit, lembaga pendidikan, panti jompo, ataupun panti asuhan. Dalam penelitian ini,
penulis akan membahas mengenai audit operasional di rumah sakit. Karena, melihat kondisi saat ini
dimana aktivitas yang sangat tinggi, pola hidup yang tidak sehat serta beragamnya jumlah makanan dan
kurangnya olahraga mempengaruhi kesehatan suatu masyarakat. Sehingga kebutuhan akan dunia
kesehatan bertambah, hal ini mendorong perkembangan medis yang begitu pesat, baik dari sisi
pelayanan maupun penemuan-penemuan dalam pengobatan serta sisi teknologi pada dunia medis.
Rumah sakit adalah institusi atau organisasi yang memberikan jasa pelayanan kesehatan kepada
masyarakat luas secara komprehensif dan juga dalam penyelenggaraan pelatihan untuk para dokter dan
para medis serta pengembangan penelitian.
Ekspektasi masyarakat terhadap rumah sakit sangat tinggi, di mana masyarakat berharap rumah sakit
dapat menyembuhkan penyakit dan menyelamatkan hidup mereka. Dengan adanya harapan yang besar
ini, maka didirikanlah rumah sakit umum milik pemerintah maupun rumah sakit milik swasta.
Kebijakan pemerintah tentang pendiriran rumah sakit, poliklinik dan puskesmaspun merambah ke
berbagai daerah. Masyarakat tidak hanya memperhatikan kuantitas saja, tetapi juga kualitas yang
diberikan oleh rumah sakit menjadi prioritas utama dalam mendapatkan pelayanan yang maksimal.
Rumah sakit yang merupakan fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat juga perlu diadakan audit
operasional, karena manajemen rumah sakit harus dapat menciptakan serta mendorong pelayanan yang
terbaik bagi masyarakat, baik itu dari segi pelayanan, kinerja pegawai, persediaan obat-obatan, dan
alat-alat medis yang memadai serta kegiatan operasional lainnya.
Rumah Sakit Umum Kolonel Abundjani Bangko merupakan salah satu rumah sakit yang menjadi
tujuan utama masyarakat Kota Bangko dan Kabupaten Merangin secara umum dalam hal pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu, sangat perlu manajemen rumah sakit tersebut mendorong efektivitas
pelayanan kesehatan masyarakatnya, untuk meningkatkan kinerja pelayanan dari rumah sakit tersebut.
Audit operasional diperlukan manajemen rumah sakit ini dalam pengelolaan pelayanan kesehatan.
Dilihat dari kondisi masyarakat Kota Bangko saat ini yang sering bermasalah dalam hal kesehatan,
pelayanan yang berkualitas dari rumah sakit sangat diperlukan. Pelayanan yang berkualitas bisa
didapatkan dari kinerja para pegawai rumah sakit yang baik, fasilitas yang tersedia dalam menunjang
setiap pekerjaan, serta penggunaan bahan-bahan secara efektif dan efisien. Akhir-akhir ini, sebagian
masyarakat cenderung merasa kurang puas dengan kinerja pelayanan dari beberapa instalasi di Rumah
Sakit Kolonel Abundjani Kota Bangko ini. Hal ini telah mereka sampaikan melalui surat kabar daerah,
yaitu Harian Pagi Radar Sarko (2010). Sangat penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi
kembali apa yang menyebabkan beberapa masyarakat merasa kurang puas terhadap kinerja pelayanan
rumah sakit tersebut.
Beberapa penelitian terdahulu telah membahas mengenai audit operasional pada rumah sakit. Peneliti
menerapkan pengetahuan mengenai audit operasional pada rumah sakit untuk mengetahui efektifitas
dan efisiensinya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hal-hal yang menyimpang dari
ketentuannya, sehingga peneliti terdahulu dapat memberikan rekomendasi dalam perbaikan
penyimpangan yang terjadi.
Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Budi Satria pada tahun 2009, audit operasional sangat
penting dilakukan dalam sebuah organisasi. Karena jika tidak dilakukan audit operasional, maka akan
sulit untuk mengetahui hal-hal yang perlu mengalami perbaikan untuk di masa yang akan datang.
Pentingnya audit operasional sejalan dengan tujuan manajemen perusahaan dalam penigkatan kinerja
yang berupa efektivitas dan efisiensi perusahaan.
Harmi, 2006 yang meneliti mengenai audit operasional pada Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Ibnu
Sina Bukittinggi, menyatakan bahwa audit operasional sangat perlu dilakukan secara rutin, karena
hambatan dan kelemahan sering kali muncul pada sebuah organisasi, sehingga dari waktu ke waktu
perlu adanya peninjauan keefektifan dan keefisienan kegiatan baik dari personil yang melaksanakannya
maupun dari sistem dan prosedur pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan. Hal ini membuktikan
bahwa pentingnya audit operasional pada setiap organisasi.
Dalam penelitian ini, akan didapatkan analisis mengenai penerapan serta manfaat dari audit operasional
yang telah dilakukan dalam menilai serta mendorong adanya peningkatan kinerja pada rumah sakit.
Penulis membatasi penelitian ini, dengan hanya meneliti pada bagian instalasi farmasi saja. Karena,
instalasi farmasi yang merupakan instalasi penyedia obat-obatan merupakan bagian yang cukup penting
dalam pelayanan di rumah sakit ini. Maka, sangat penting bagi pihak manajemen rumah sakit untuk
mengetahui manfaat audit operasional dalam hal peningkatan kinerja.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hal tersebut, dengan judul “
Analisis Penerapan dan Manfaat Audit Operasional dalam Menilai dan Mendorong Peningkatan
Kinerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Kolonel Abundjani Bangko “.
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, muncul beberapa masalah yang akan menjadi topik bahasan
dalam penelitian ini, yaitu:
a. Bagaimana prosedur audit operasional yang dilakukan di Instalasi Farmasi RSUD
Kolonel Abundjani Bangko?
b. Apakah audit operasional yang dilakukan di Instalasi Farmasi RSUD Kolonel
Abundjani Bangko sudah memenuhi kriteria atau standar?
c. Apakah audit operasional telah dapat menilai kinerja yang dijalani dan mendorong
peningkatan kinerja yang lebih baik di Instalasi Farmasi RSUD Kolonel Abundjani
Bangko?
3.2 MANFAAT
Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah :
a. Bagi pihak manajemen RSUD Kolonel Abundjani Bangko, hasil penelitian ini akan
dapat memberikan bahan pertimbangan dan masukan untuk perkembangan yang lebih
lanjut mengenai kinerja pelayanan pegawai di rumah sakit tersebut serta mengambil
tindakan-tindakan koreksi yang dibutuhkan pada instalasi farmasi.
b. Bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini ditujukan untuk kepentingan
masyarakat. Dengan memberikan hasil yang dapat membantu pihak manjemen dalam
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit ini, maka masyarakat dapat merasakan
pelayanan yang lebih baik.
c. Bagi dunia akademik, hasil penelitian ini bermanfaat dalam memberikan tambahan
referensi di bidang audit operasional, khususnya pada rumah sakit.
d. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini akan dapat memberikan ide untuk
melakukan penelitian mengenai audit operasional pada organisasi nirlaba lainnya.
e. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat dalam menambah pengetahuan mengenai
audit operasional khususnya pada ruang lingkup rumah sakit.
Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan (examination) secara objektif
atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah
laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan
dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.
Menurut American Accounting Association yang dikutip Kell, Dkk (1996) adalah sebagai berikut :
“ Auditing is a systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding
assertions about economic actions and events to as certain the degree of corespondence
between those assertion and established criteria and communication the result to interest
users.”
Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.
Berdasarkan beberapa pengertian auditing di atas, dapat disimpulkan definisi auditing secara umum
memiliki unsur-unsur penting yaitu :
1. Suatu proses sistematik, artinya audit dilakukan secara bertahap dan memerlukan
perncanaan yang cermat serta pemilihan teknis audit yang memadai.
2. Untuk melaksanakan audit diperlukan informasi yang dapat diverifikasi dan kriteria
tertentu sebagai pedoman pengevaluasian informasi tersebut agar dapat diverifikasi, informasi
harus dapat diukur.
3. Dalam setiap audit tanggung jawab auditor harus jelas, terutama mengenai penetapan
entitas ekonomi dan periode waktu audit. Entitas ekonomi yang dimaksud seringkali satuan
legal yang berbentuk badan hukum, seperti Perseroan Terbatas (PT), Commanditaire
Vennootschap (CV), PERSERO dan lain-lain.
4. Adanya bukti-bukti audit yang merupakan informasi atau keterangan yang digunakan oleh
auditor dalam menilai atau menentukan tingkat kesesuian informasi yang sedang diperiksa
dengan kriteria yang ditetapkan, auditor harus mengumpulkan bukti-bukti dalam jumlah dan
kualitas yang cukup untuk memenuhi tujuan audit.
5. Audit harus dilakukan oleh seorang auditor yang memiliki kualifikasi yang diperlukan
untuk melakukan audit, seorang auditor harus kompeten dan independen terhadap fungsi atau
satuan usaha yang diperiksanya.
6. Setiap audit diakhiri dengan tahap pelaporan atau pengkomunikasian temuan-temuan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Bentuk laporan harus mampu memberikan informasi
mengenai kesesuaian informasi yang diperiksa dengan kriteria yang ditetapkan.
7. Pemakai yang berkepentingan, pemakai yang berkepentingan terhadap laporan audit adalah
para pemakai informasi keuangan, misalnya pemegang saham, manajemen, kreditur, calon
investor, organisasi buruh dan kantor pelayanan pajak.
Sedangkan berdasarkan kelompok atau pelaksana audit menurut Mulyadi, audit dapat dibagi menjadi :
2. Auditor Intern
Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang mereka audit. Laporan audit manajemen
umumnya berguna bagi manajemen perusahaan yang diaudit. Oleh karena itu, tugas auditor
internal adalah audit manajemen yang termasuk jenis compliance audit.
3. Auditor Pajak
Auditor pajak bertugas memeriksa ketaatan wajib pajak yang diaudit terhadap undang-undang
yang berlaku.
4. Auditor Pemerintah
Tugas auditor pemerintah adalah memeriksa kewajaran informasi keuangan yang disusun oleh
instansi pemerintahan. Disamping itu, audit juga dilakukan untuk menilai efisiensi dan
efektifitas serta ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik pemerintah. Audit
ini dapat dilakukan oleh Badan pemeriksa Keuangan (BPK) atau Badan Pemeriksa Keungan
dan Pembangunan (BPKP).
Pengelompokkan jenis audit ini untuk menentukan sasaran audit yang akan dilaksanakan pada tiap-tiap
organisasi oleh auditor. Sehingga hasil pengauditan akan memberikan informasi sesuai dengan
kebutuhan berbagai pihak yang berkepentingan.
Terdapat beberapa definisi lain mengenai audit operasional, yaitu menurut Amin Widjaya Tunggal
(2002:68) :
“ audit operasional adalah pengujian yang komprehensif, konstruktif, dan sistematis dari
operasi perusahaan atau setiap unit perusahaan, agar menentukan apakah tujuan manajemen
dilaksanakan secara efektif dan efisien”.
Berdasarkan publikasi Institut Internal Auditor yang dikutip oleh Budi Satria (2009), audit operasional
adalah :
“ suatu proses yang sistematis dari penilaian efektivitas, efisiensi dan ekonomisasi operasi
suatu organisasi yang di bawah pengendalian manajemen melaporkan pada orang yang tepat
hasil dari penilaian serta rekomendasi untuk pebaikan.”
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa audit operasional merupakan suatu tinjauan
dari penilaian efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan atau prosedur kegiatan. Di mana pemeriksaan ini
dilaksanakan dengan disertai tanggung jawab untuk mengungkapkan dan memberikan informasi
kepada manajemen mengenai masalah operasi dan membantu menejemen memecahkan berbagai
masalah tersebut dengan merekomendasikan berbagai tindakan perbaikan yang dibutuhkan.
2. Merencanakan audit
Perencanaan audit yang cermat sangat penting baik bagi efektivitas maupun efisiensi audit operasional.
Perencanaan terutama penting dalam jenis audit ini karena sangat beragamnya audit operasional.
Landasan utama dari perencanaan audit adalah pengembangan program audit, yang harus dibuat sesuai
dengan keadaan auditee yang ditemui pada tahap studi pendahuluan audit. Seperti dalam audit laporan
keuangan, program audit berisi seperangkat prosedur yang dirancang untuk memperoleh bukti yang
berkaitan dengan satu atau lebih tujuan. Bukti yang diperiksa biasanya didasarkan pada sampel data.
Jadi, dalam perencanaan audit harus dipertimbangkan penggunaan teknik-teknik sampling statistik.
Disamping itu, auditor juga harus mengetahui apakah teknik-teknik berbantuan komputer (computer
assisted techniques) akan efisien dari segi biaya.
Perencanaan audit juga mencakup pemilihan tim audit dan penjadwalan pekerjaan. Tim audit ini harus
terdiri dari auditor yang memiliki kemampuan teknis yang diperlukan untuk memenuhi tujuan audit.
Pekerjaan harus dijadwalkan melalui konsultasi dengan auditee agar ada kerja sama maksimum dari
personil auditee selama audit.
3. Melaksanakan audit
Selama melaksanakan audit, auditor secara ekstensif mencari fakta-fakta yang berhubungan dengan
masalah yang teridentifikasi dalam auditee selama studi pendahuluan. Pelaksanaan audit adalah tahap
audit yang paling memakan waktu dalam audit operasional. Tahap ini sering kali disebut sebagai
melakukan audit yang mendalam (in-depth audit).
Dalam suatu audit operasional, auditor sangat mengandalkan pada pengajuan pertanyaan dan
pengamatan. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah mengembangkan kuesioner untuk auditee dan
menggunakannya sebagai dasar untuk mewawancarai personil auditee. Dari pengajuan pertanyaan,
auditor berharap akan memperoleh pendapat, komentar, dan usulan tentang pemecahan masalah.
Wawancara yang efektif sangat penting dalam audit operasional. Melalui pengamatan terhadap personil
auditee, auditor akan mendeteksi inefisiensi dan kondisi lainnya yang ikut menyebabkan masalah ini.
Auditor juga harus menggunakan analisis dalam audit operasional. Untuk tujuan ini, analisis itu harus
melibatkan studi dan pengukuran kinerja akrual dalam hubungannya dengan kriteria tertentu. Kriteria
ini dapat dikembangkan secara internal oleh entitas seperti sasaran produktivitas dan anggaran yang
ditetapkan atau, kriteria ini dapat berasal dari luar entitas berupa standar industri atau diturunkan oleh
auditor dari audit-audit sebelumnya atas aktivitas yang serupa. Analisis ini dapat memberikan dasar
untuk menentukan sejauh mana auditee memenuhi tujuan yang ditetapkan.
Pekerjaan yang dilakukan, temuan, dan rekomendasi harus didokumentasikan dalam kertas kerja.
Seperti dalam audit laporan keuangan, kertas kerja merupakan pendukung utama laporan auditor.
Auditor menanggung jawab (in-charge) biasanya bertanggung jawab untuk mereview kertas kerja baik
selama maupun pada saat selesainya pemeriksaan. Review selama audit berguna dalam memantau
kemajuan, sedangkan review pada akhir audit memastikan kualitas pekerjaan secara keseluruhan.
4. Melaporkan temuan kepada manajemen
Auditing operasional serupa dengan jenis-jenis auditing lainnya karena produk akhir dari audit ini
adalah laporan audit. Akan tetapi, ada banyak situasi unik yang berkaitan dengan pelaporan dalam audit
operasional. Misalnya, berlawanan dengan bahasa standar yang terdapat pada laporan auditor dalam
audit atas laporan keuangan, bahasa laporan dalam audit operasional bervariasi untuk setiap auditee.
Laporan itu harus memuat;
a. suatu pernyataan tentang tujuan dan ruang lingkup audit,
b. uraian umum mengenai pekerjaan yang dilakukan dalam audit,
c. ikhtisar temuan-temuan,
d. rekomendasi perbaikan,
e. komentar auditee.
Konsep laporan ini biasanya dibuat oleh auditor penanggung jawab. Konsep tersebut kemudian dibahas
dengan manajer unit yang diaudit. Pembahasan ini memenuhi beberapa tujuan yang penting: (1)
memberi auditor peluang untuk menguji akurasi temuan serta ketpatan rekomendasi, dan (2)
memungkinkan auditor mendapatkan komentar auditee untuk dimasukkan dalam laporan. Konsep awal
ini selanjutnya direvisi sesuai keperluan, sehingga konsep final dapat disiapkan. Dalam beberapa kasus,
rekomendasi yang diberikan mungkin hanya menyarankan perlunya studi lebih lanjut atas masalah
yang dihadapi. Pencantuman komentar auditee adalah bersifat opsional. biasanya, komentar itu hanya
disertakan apabila auditee tidak menyetujui temuan dan rekomendasi.
Temuan auditor pada dasarnya menghasilkan kritik yang konstruktif. Pada saat menulis laporan,
auditor harus sensitif terhadap reaksi penerima. Jika bahasanya tidak terlalu menyerang, maka
tanggapan penerima laporan kemungkina besar akan lebih positif. Biasanya, salinan laporan auditing
operasional dikirimkan kepada manajemen senior dan kepada komite audit. Jika laporannya panjang
serta terinci, maka laporan itu bisa dimulai dengan suatu ikhtisar lengkap (executive summary)
mengenai temuan dan rekomendasi.
5. Melakukan tindak lanjut
Tahap terakhir atau tahap tindak lanjut (follow-up phase) dalam audit operasional adalah tahap bagi
auditor untuk menindaklanjuti tanggapan auditee terhadap laporan audit. Idealnya, kebijakan entitas
sebaiknya mengharuskan manajer unit yang diaudit untuk melaporkan secara tertulis selama periode
waktu yang ditetapkan. Akan tetapi, tindak lanjut ini juga harus mencakup penentuan kelayakan
tindakan yang diambil oleh auditee dalam mengimplementasikan rekomendasi. Standar praktik 440 IIA
menyatakan bahwa auditor internal harus menindaklanjuti untuk memastikan bahwa tindakan yang
tepat telah diambil berdasarkan temuan yang dilaporkan. Kegagalan auditor untuk menerima tanggapan
yang tepat harus dikomunikasikan kepada manajemen senior.
Menurut Arens dan Loebbecke (2000) yang dikutip oleh seorang peneliti (2007 : 24), ada tiga tahap
yang dilakukan dalam melakukan audit operasional yaitu:
1. Perencanaan
Perencanaan dalam audit operasional serupa dengan perencanaan untuk audit atas laporan keuangan
historis. Seperti dalam audit laporan keuangan, auditor operasional harus menentukan lingkup
penugasan dan menyampaikan hal itu kepada unit organisasional, juga perlu menentukan staff yang
tepat dalam penugasan, mendapatkan informasi mengenai latar belakang unit organisasional,
memakai struktur pengendalian intern, serta menentukan bahan bukti yang tepat yang harus
dikumpulkan. Perbedaan utama antara perencanaan audit operasional dengan audit laporan
keuangan adalah sangat banyaknya keragaman dalam audit operasional. Oleh karena
keragamannya, seringkali sulit menentukan tujuan khusus pada suatu audit operasional, sehingga
tujuannnya akan didasarkan pada kriteria yang dikembangkan untuk penugasan.
2. Pengumpulan dan evaluasi bahan bukti
Dengan cara yang sama seperti pada audit keuangan, auditor operasional harus mengumpulkan
cukup bahan bukti yang kompeten agar dapat menjadi dasar yang layak guna menarik suatu
kesimpulan mengenai tujuan yang sedang diuji.
3. Pelaporan dan tindak lanjut
Dua perbedaan utama dalam laporan audit operasional dan keuangan yang mempengaruhi laporan
audit operasional. Pertama, dalam audit operasional, laporan biasanya dikirim hanya untuk pihak
manajemen, dan satu salinan untuk unit yang diperiksa. Tidak adanya pemakaian pihak ketiga,
mengurangi pembakuan kata-kata dalam laporan audit operasional. Kedua, keragaman audit
operasional memerlukan penyusunan laporan secara khusus untuk menyajikan ruang lingkup audit,
temuan-temuan dan rekomendasi-rekomendasi. Hubungan kedua faktor ini mengakibatkan banyak
perbedaan dalam laporan audit operasional. Penulisan laporan seringkali memakan banyak waktu
agar temuan-temuan dan rekomendasi disampaikan secara jelas. Tindak lanjut merupakan hal yang
biasa dalam audit operasional di saat rekomendasi-rekomendasi disampaikan kepada manajemen,
yang tujuannya adalah untuk memastikan apakah perubahan-perubahan yang direkomendasikan
telah dilakukan dan jika tidak apakah alasannya.
Menurut buku “Petunjuk Pemeriksaan Operasional“ terbitan pusat pengembangan Akuntansi Sekolah
Tinggi Akuntansi egara yang dikutip oleh Budi Satria (2009 :21), tahap-tahap audit operasional yaitu :
1. Tahap Persiapan Pemeriksaan
Tahap ini meliputi;
a. Pembicaraan pendahuluan dengan pimpinan objek yang diperiksa. Pembicaraan ini
hendaknya dilakukan dengan pimpinan tertinggi objek yang diperiksa. Kepada pimpinan
tersebut dijelaskan mengenai audit operasional, tujuannya, serta sasaran audit operasional yang
dilakukan.
b. Pengumpulan informasi umum. Informasi umum mengenai kegiatan atau program yang
diperiksa harus diperoleh dalam waktu yang sesingkat mungkin. Informasi iniberguna untuk
merencanakan fase pekerjaan berikutnya dan sebagai sumber referensi dalam melaksanakan
pekerjaan pemeriksaan lanjutan.
c. Penelaah peraturan perundang-undangan. Undang-undang dan peraturan yang berhubungan
dengan objek yang diperiksa harus dipelajari untuk menentukan tujuan & ruang lingkup
kegiatan yang diperiksa, hal mengenai bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan dan dibiayai,
serta sifat dan sejauh mana tanggung jawab & wewenang objek yan diperiksa.
2. Tahap Pemeriksaan Pendahuluan
Pemeriksa harus memperoleh informasi praktis mengenai bagaimana bekerjanya system
pengendalian yang sebenarnya dengan menguji efektivitas dan kegunaan pengendalian pada
kegiatan tertentu. Informasi ini berguna dalam mengidentifikasi kemungkinan kelemahan-
kelemahan manajemen dan hal-hal lain yang mungkin akan dianalisis lebih mendalam dalam
pemeriksanaan lanjutan. Setelah pemeriksaan pendahuluan selesai, pemeriksa harus dapat
mengidentifikasi hal-hal penting dan masalah-masalah yang memerlukan pemeriksaan lebih
mendalam.
3. Tahap Pemeriksaan Lanjutan
Tahap ini terdiri dari pemeriksaan lebih lanjut atau penilaian atas kegiatan sejauh diperlukan guna
mencapai tujuan pemeriksaan sesuai dengan norma pemeriksaan. Pekerjaan pemeriksaan ini
meliputi pengamatan dan pengembangan seluruh informasi penting dan relevan yang berguna untuk
mempertimbangkan, mendukung dan mengajukan temuan-temuan, kesimpulan serta rekomendasi.
4. Tahap Pelaporan
Hasil pekerjaan pemeriksaan harus segera dilaporkan secara lisan dan tulisan kepada pimpinan
objek yang diperiksa, yang bertanggung jawab atau berwenang sebagai dasar untuk mendorong
diambilnya tindakan koreksi ataupun sebagai bahan informasi.
Auditor harus melakukan tahapan audit secara baik dan benar. Tanpa adanya kerangka yang tersusun
baik, auditor akan banyak menghadapi kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya, mengingat bahwa
struktur perusahaan maupun kegiatan sudah semakin maju dan rumit. Melalui kerangka ini, auditor
akan mempunyai rencana pemeriksaan yang dapat dilakukan secara sistematis dan diharapkan akan
mendapatkan hasil yang memadai.
Perbedaan pokok antara audit operasioanl dengan audit keuangan terletak pada ruang lingkup auditnya.
Audit keuangan bertujuan memberikan pendapat atas kewajaran pelaporan keuangan dan menekankan
terselenggaranya pengendalian internal perusahaan dan hasil audit keuangan sering dilaporkan pada
pihak luar perusahaan seperti pemegang saham, masyarakat serta manajemen. Sedangkan audit
operasional bertujuan untuk mengetahui kegiatan mengidentifikasi kemungkinan terjadinya perbaikan
atau peningkatan dan memberikan rekomendasi perbaikan atau peningkatan terhadap kegiatan yang
sedang berjalan dan hasil audit operasional biasanya dilaporkan pada pihak manajemen perusahaan.
Audit operasional memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibanding audit keuangan. Pada audit
keuangan, penelaah dilakukan terutama pada kejadian langsung yang mempengaruhi kewajaran
penyajian laporan keuangan. Sedangkan, pada audit operasional penekanannya tidak hanya pada
masalah keuangan tetapi juga mencakup masalah-masalah di luar keuangan dengan memberikan
rekomendasi perbaikan operasional yang diperlukan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektifitas perusahaan.
Selain itu, audit keuangan mempunyai standar penilaian yang berlaku umum, sedangkan untuk audit
operasional tidak mempunyai standar penilaian yang berlaku umum, melainkan sesuai dengan prinsip
manajemen operasi masing-masing perusahaannya.
Dilihat dari aspek pengguna atau penerima hasil audit, audit keuangan secara umum digunakan oleh
pihak luar perusahaan seperti pemegang saham, kreditor dan calon investor yang berguna bagi
kepentingannya masing-masing terhadap perusahaan. Sedangkan pada audit operasional, penggunanya
adalah fokus pada pihak intern, seperti pihak manajemen. Karena, audit operasional bertujuan untuk
menilai efektivitas dan efisiensi dari perusahaan guna memberikan masukan dan rekomendasi yang
membangun untuk perusahaan kedepannya.
Audit keuangan dilakukan secara teratur dan ada peraturan yang mengharuskan dilakukan audit
keuangan pada setiap perusahaan. Sedangkan audit operasional dilakukan secara periodic, sesuai
dengan prerogative pimpinan.
Menurut Budi (2009:17), terdapat perbedaan dan persamaan dalam fase antara kedua tipe audit
tersebut, seperti yang tergambar di bawah ini :
Tindak Lanjut
Secara ringkas, perbedaan yang signifikan antara audit keuangan dan audit operasional tersebut dilihat
dari beberapa unsur, seperti pada tabel berikut :
Adapun manfaat audit operasional menurut Nugroho Widjayanto (1985) yang dikutip oleh Antonius
Effendi (2004:24) adalah :
Pengertian efektif, kehematan dan efisien menurut Kartikahadi (1990) yang dikutip oleh Sukrisno
Agoes (1996 : 180) adalah sebagai berikut :
1. Efektifitas dimaksudkan bahwa produk akhir suatu kegiatan operasi telah mencapai
tujuannya baik ditinjau dari segi kualitas kerja, kuantitas hasil kerja maupun batas waktu yang
ditargetkan.
2. Kehematan (economy) berarti cara penggunaan sesuatu barang
(hal) secara berhati-hati dan bijak (prudent) agar diperoleh hasil terbaik.
3. Efisensi berarti bertindak dengan cara yang dapat meminimalisir kerugian atau pemborosan
sumber daya dalam melaksanakan atau menghasilkan sesuatu.
Sedangkan menurut Kosasih (1990) pengertian efektif, kehematan dan efisien adalah :
1. Efektifitas diartikan sebagai perbandingan masukan keluaran dalam berbagai kegiatan,
sampai pada pencapaian tujuan yang ditetapkan, baik yang ditinjau dari segi kuantitas (volume)
hasil kerja, kualitas hasil kerja maupun batas waktu yang ditargetkan.
2. Kehematan diartikan sebagai cara penggunaan sumber daya (masukan) secara hati-hati dan
bijak agar diperoleh biaya yang paling murah tanpa merusak mutu.
3. Efisiensi diartikan sebagi bertindak untuk membuat pengorbanan yang paling tepat
dibandingkan hasil yang diinginkan.
Pendapat lain dikemukakan oleh Cook dan Winkle (1998) yang dikutip dari Soekrisno Agoes
(1996:180) adalah :
a. Economy : if particular benefit could have been accomplished.
b. Efficiency: if greater benefit could have been achieved at the same cost.
c. Effective: if the achieved benefit are accodance with the programs
preestablished goal.
Sedangkan pengertian efektifitas menurut Schemerhon John R. Jr. (1986) yang dikutip oleh Soekrisno
Agoes (1996) adalah sebagai berikut :
“ Efektifitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output
anggaran atau seharusnya (OA) dengan output realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) >
(OS) disebut efektif ”.
Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang
terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986)
yang menjelaskan bahwa :
“Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan
waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi
efektifitasnya”.
Dari beberapa pengertian efektif dan efisien di atas, dapat disimpulkan bahwa efektif menunjukkan
seberapa jauh tercapainya tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Efisien menunjukkan
penggunaan sumber daya yang bijak dalam mencapai tujuan organisasi tanpa merusak kualitas yang
seharusnya.
4.4 Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehataan merupakan setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok atau masyarakat.
Bidang pelayanan kesehatan mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan
koordinasi serta pengawasan dan pengendalian program pelayanan kesehatan.
Berdasarkan artikel kesehatan yang dikutip dari www.scrib.com, secara umum bidang
pelayanan kesehatan terdiri dari :
1. Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan
Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan mempunyai tugas merencanakan,
melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengawasan dan pengendalian kegiatan
Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan. Seksi ini mempunyai fungsi antara lain :
a. Perencanaan program pengobatan, pencegahan dan penanggulangan Penyakit gigi
dan mulut,
b. Peningkatan mutu pelayanan, program kesehatan jiwa, program kesehatan kerja,
program kesehatan indera dan laboratorium di puskesmas dan jaringannya,
c. Pengadaan alat kesehatan,
d. Pelayanan kesehatan masyarakat miskin,
e. Pengawasan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit milik Pemerintah maupun
swasta,
f. Penanggulangan masalah kesehatan kedaruratan dan bencana;
g. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi /lembaga terkait
h. Penilaian kinerja puskesmas dan pemilihan tenaga medis, paramedis dan tenaga
kesehatan lain yang berprestasi;
i. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan kegiatan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Budi Satria (2009), menyatakan bahwa audit
operasional sangat diperlukan untuk menilai efisiensi dan efektivitas perusahaan. Dengan adanya audit
akan ditemukan kelemahan-kelemahan dari kegiatan operasional perusahaan. Untuk itu, auditor dapat
memberikan saran dan rekomendasi untuk perbaikan di masa yang akan datang agar kegiatan tersebut
berjalan lebih efektif dan efisien
5. METODOLOGI PENELITIAN
5.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian descriptive case study terhadap suatu organisasi pelayanan
kesehatan yaitu Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kolonel Abundjani Bangko. Penelitian
ini dilakukan untuk menilai dan menganalisis penerapan dan manfaat audit operasional dalam menilai
dan mendorong peningkatan kinerja rumah sakit.
Selain data-data di atas, diperlukan juga data-data sekunder lainnya yang berasal dari literatur, buku-
buku yang berkaitan dengan audit operasional lewat studi kepustakaan, untuk melengkapi pengertian
atau definisi tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan audit operasional.