You are on page 1of 22

PEMAMFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN MELALUI MODEL

QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR


SISWA PADA KONSEP FLUIDA DINAMIS
KELAS XI SMK NEGERI 1 NISAM

1. Latar belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu

semakin pesat. Fenomena tersebut mengakibatkan adanya persaingan dalam

berbagai bidang kehidupan, salah satu diantaranya bidang pendidikan. Untuk

mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas diperlukan adanya

peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini keberhasilan pendidikan tak lepas

dari peran sekolah, baik sekolah negeri maupun swasta. Berbagai upaya telah

dilakukan para pendidik untuk meningkatkan hasil belajar yang baik pada seluruh

mata pelajaran umumnya dan khususnya pada pelajaran fisika, penyempurnaan

kurikulum, peningkatan fasilitas laboratorium, dan mengadakan lokakarya bagi

para pendidik telah dilakukan oleh pemerintah, namun semua usaha ini belum

memberikan hasil yang maksimal seperti yang diharapkan. Usaha lain yang dapat

dilakukan untuk mengantisipasi keterbelakangan pendidikan yaitu dengan cara

memadukan berbagai model pembelajaran dalam mengajar.

Selain penguasaan materi, seorang guru dituntut memiliki ketrampilan

penyampaian materi yang diajarkan, cara guru menciptakan suasana di kelas

sangat berpengaruh pada reaksi yang ditampilkan siswa dalam kegiatan

pembelajaran. Apabila guru menciptakan suasana yang membuat siswa

termotivasi dan aktif dalam belajar siswa dengan yang diharapakan. Untuk

mencapai hasil belajar yang optimal diperlukan suatu alat pendidikan ataupun

1
media pembelajaran. Penerapan media pembelajaran harus dapat melatih cara-

cara memperoleh informasi baru, menyeleksinya dan kemudian mengolahnya

sehingga terdapat jawaban terhadap suatu permasalahan.

Dalam metodelogi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni

metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkan

penilaian adalah alat bantu untuk mengukur atau menentukan taraf tecapai-

tidaknya tujuan pembelajaran. Maka, dapat disimpulkan bahwa kedudukan media

pengajaran sebagai alat bantu mengajar ada dalam komponen metodelogi, sebagai

salah satu lingkungan belajar yang di atur guru.

Seiring perkembangan zaman, dunia pendidikan juga memerlukan

berbagai inovasi. Hal itu penting dilakukan untuk kemajuan kualitas pendidikan,

tidak hanya pada tataran teori tapi sudah bisa diarahkan kepada hal yang bersifat

fraksis. Diakui atau tidak (meski masih belum ada penelitian konkret), banyak

yang merasa sistem pendidikan terutama proses belajar mengajar, membosankan.

Di antaranya, murid menganggap pendidikan saat ini kurang memberikan

kebebasan berpikir, banyak hapalan, mata pelajaran banyak mengejar kurikulum,

mengajarkan pengetahuan bukan keterampilan, dan banyak mengajarkan logika

tanpa melibatkan emosi. Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan,

ditemukan sebuah model pengajaran yang disebut dengan Quantum Teaching.

Menurut Rasyid Ridho (http://kihariyadi.jogja.bloghi.com, 25 mei 2005) “Kata

Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi

Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara

menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui

2
interaksi yang terjadi di dalam kelas”. Guru memberikan kebebasan kepada siswa

untuk mengungkapkan masalah yang dihadapi, terutama yang berhubungan dengan

pelajaran yang telah diberikan. Siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan penilaian

tentang cara guru mengajar, penampilan, kesulitan dan kondisi siswa saat di ajar.

Apalagi dalam Quantum Teaching ada istilah ‘Bawalah dunia mereka ke dunia

kita, dan hantarlah dunia kita ke dunia mereka’. Hal ini menunjukkan, betapa

pengajaran dengan Quantum Teaching tidak hanya menawarkan materi yang

mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana

menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar.

SMK Negeri 1 Nisam merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan

yang pertama dan baru di Kecamatan Nisam. Menurut hasil pengamatan penulis

selama melaksanakan praktek pengalaman lapangan di SMK Negeri 1 Nisam

sebagian besar guru dalam menyajikan materi masih menggunakan metode

ceramah. Pada metode ini guru memberikan penerangan atau penuturan secara

lisan kepada sejumlah siswa-siswa. Siswa-siswa dituntut mendengarkan dan

mencatat seperlunya. Di samping itu diperoleh informasi dari guru bidang studi

fisika bahwa di dalam mempelajari pokok bahasan fluida dinamis siswa sering

mengalami kesulitan dalam pemahaman akan konsepnya. Kesulitan-kesulitan

tersebut kemungkinan akibat penggunaan metode yang kurang tepat dalam

penyampaian materi tersebut.

Pokok bahasan Fluida dinamis adalah salah satu pokok bahasan yang

dipelajari siswa SMK kelas 2 pada semester ganjil. Menguasai hukum fluida

dinamis dan menghitung fluida dinamis merupakan kompetensi dasar yang

diharapkan mampu dicapai dengan menggunakan media pembelajaran melalui

3
model quantum teaching. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mencoba

memanfaatkan media pembelajaran melalui model Quantum Teaching melalui

sebuah penelitian dengan judul “Pemamfaatan Media Pembelajaran Melalui

Model Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep

Fluida Dinamis Kelas XI SMK Negeri 1 Nisam”

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah apakah pemamfaatan media pembelajaran melalui

model Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep

fluida dinamis kelas XI SMK Negeri 1 Nisam ?

3. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemamfaatan media pembelajaran

melalui model Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

konsep fluida dinamis kelas XI SMK Negeri 1 Nisam.

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi guru serta

penulis sendiri agar selalu memperhatikan metode-metode mengajar serta media

pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran, sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dengan memahami konsep yang diajarkan.

Selain itu juga bermanfaat bagi sekolah untuk dapat memperhatikan dan

4
menyediakan fasilitas dan perlengkapan untuk membantu kegiatan belajar

mengajar.

5. Anggapan Dasar dan Hipotesis

a. Anggapan Dasar

Perumusan anggapan dasar dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk

memberikan arahan dan titik pangkal bagi pelaksanaan penelitian. Dalam

penelitian ini yang menjadi anggapan dasarnya adalah pemamfaatan media

pembelajaran melalui model Quantum Teaching untuk meningkatkan hasil

belajar siswa belum pernah diajarkan di SMK Negeri 1 Nisam.

b. Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah pemamfaatan media

pembelajaran melalui model Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada konsep fluida dinamis kelas XI SMK Negeri 1 Nisam.

6. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Subjek yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dibatasi pada siswa kelas

XI SMK Negeri 1 Nisam

b. Pokok bahasan yang dipilih adalah fluida dinamis yang dibatasi dengan sub-

sub pokok bahasannya adalah hukum fluida dinamis dan penerapan hukum

fluida dinamis

5
c. Pembelajaran yang dilaksanakan adalah dengan memanfaatkan media

pembelajaran melalui model Quantum Teaching dengan 3 kali pertemuan

7. Landasan Teoritis

7.1 Proses Belajar-Mengajar

Proses belajar-mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu

kegiatan melaksnakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat

mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada

perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial agar

dapat hidup mandiri secara inddividu dan makhluk sosial. Dalam mencapai

tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang di atur oleh

guru melalui proses belajar-mengajar.

Lingkungan belajar yang di atur oleh guru mencakup tujuan

pengajaran, bahan pengajaran, metodelogi pengajaran dan penilaian

pengajaran. Unsur-unsur tersebut biasa di kenal dengan komponen-komponen

pengajaran. Tujuan pengajaran adalah rumusan kemampuan yang diharapkan

dimiliki para siswa setelah dia menempuh berbagai pengalaman belajar (pada

akhir proses belajar-mengajar)

Bahan pengajaran adalah seperangkat materi keilmuan yang terdiri atas

fakta, konsep, prinsip, generalisasi suatu ilmu pengetahuan yang bersumber

dari kurikulum dan dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran.

Metodelogi pengajaran adalah metode atau teknik yang digunakan guru dalam

6
melakukan interaksinya dengan siswa agar materi atau bahan pengajaran

sampai kepada siswa, sehingga siswa menguasai tujuan pengajaran.

Dalam metodelogi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol

yakni metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar.

Sedangkan penilaian adalah alat bantu untuk mengukur atau menentukan taraf

tecapai-tidaknya tujuan pembelajaran.

7.2 Media Pembelajaran

7.2.1 Pengertian Media Pembelajaran

Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk

jamak dari medium. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar.

Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan

informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.

Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan

orang untuk menyalurkan pesan. Sedangkan gagne mengartikan media

sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat

merangsang mereka untuk belajar. Briggs mengartikan media sebagai

alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses

belajar

Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk

membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan

berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya.

Kegiatan belajar hanya akan berhasil jika si belajar secara aktif

mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru tidak dapat mewakili

7
belajar siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar

hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang

sedang mengajar.

Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai

kegiatan menyajikan materi pelajaran. Meskipun penyajian materi

pelajaran memang merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran,

tetapi bukanlah satu-satunya. Masih banyak cara lain yang dapat

dilakukan  guru untuk membuat siswa belajar. Peran yang seharusnya

dilakukan guru adalah mengusahakan agar setiap siswa dapat

berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber balajar yang ada.      

Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam

pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta

sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar

(siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-

hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar kepada

siswa. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik,

maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa

keberadaan guru.

Peranan media yang semakin meningkat sering menimbulkan

kekhawatiran pada guru. Namun sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi,

masih banyak tugas guru yang lain seperti: memberikan perhatian dan

bimbingan secara individual kepada siswa yang selama ini kurang

mendapat perhatian. Kondisi ini akan teus terjadi selama guru

menganggap dirinya merupakan sumber belajar satu-satunya bagi

8
siswa. Jika guru memanfaatkan berbagai media pembelajaran secara

baik, guru dapat berbagi peran dengan media. Peran guru akan lebih

mengarah sebagai manajer pembelajaran dan bertanggung jawab

menciptakan kondisi sedemikian rupa agar siswa dapat belajar. Untuk

itu guru lebih berfubgsi sebagai penasehat, pembimbing, motivator dan

fasilitator dalam Kegiatan Belajar mengajar.

7.2.2 Nilai dan Manfaat Media Pembelajaran

Kedudukan media pembelajaran ada dalam komponnen metode

mengajar sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses

interaksi antara guru dan siswa serta interaksi siswa dengan

lingkungan belajarnya. Oleh sebab itu fungsi utama dari media

pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yakni menunjang

penggunaan metode mengajar yang dipergunakan guru.

Melalui penggunaan media pambelajarandiharapkan dapat

mempertinggi kualitas proses belajar-mengajar yang pada akhirnya

dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa.

Adapun manfaat media pembelajaran menurut Nana Sudjana

(2005:2) antara lain sebagai berikut :

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat


menumbuhkan motivasi belajar
2. Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai
tujuan pembelajaranlebih baik
3. Metode mengajar akan lebih bervariasi
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

9
7.2.3 Jenis dan Kriteria Memilih Media Pembelajaran

Menurut Nana Sudjana (2005:3) ada beberapa jenis media

pembelajaran yang biasa digunakan dalam pendidikan dan

pembelajaran antara lain:

1. Media grafis, seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram,


poster, kartun, komik dan lain-lain
2. Media tiga dimensi, seperti dalam bentuk model padat (solid
model), model penampang, model susun dan lain-lain
3. Media proyeksi, seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP
dan lain-lain
4. Media lingkungan sebagai media pembelajaran.
Ada beberapa kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalam

memilih media pembelajaran antara lain :

1. Ketepatannya dengan tujuan pembelajaran, artinya media


pembelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang
telah ditetapkan.
2. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, artinya bahan pelajaran
yang sifat fakta, prinsip,konsep dan generalisasi sangat
memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami oleh siswa
3. Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan
mudah di peroleh, setidak-tidaknya mudah di buat oleh guru pada
waktu mengajar
4. Ketrampilan guru dalam menggunakannya
5. Tersedia waktu untuk menggunakannya sehingga media tersebut
dapat bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran berlangsung
6. Sesuai dengan taraf berpikir siswa

7.3 Model Pembelajaran

Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan

pembelajaran, tentu diperlukan model-model mengajar yang di pandang

mampu mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan dan

juga kesulitan belajar peserta didik. Model diartikan sebagai kerangka

konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan.

10
Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu

deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses

visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati; (3) suatu

sistem asumsi-asumsi, data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai

untuk menggambarkan secara matematis suatu obyek atau peristiwa; (4)

suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja; (5) suatu

deskripsi dari suatu system yang mungkin atau imajiner; dan (6) penyajian

yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk

aslinya.

Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhnya,

walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia yang sebenarnya.

Atas dasar pengertian tersebut, maka model mengajar dapat dipahami

sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan

prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi

sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam

melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Model mengajar menurut Joyce dan Weil (2000:13) adalah suatu

deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan

kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran,

perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, buku-buku kerja, program

multimedia dan bantuan belajar melalui program komputer. Sebab model-

model ini menyediakan alat-alat belajar yang diperlukan bagi para siswa.

Hakekat mengajar (teaching) menurut Joyce dan Weil adalah membantu

11
para siswa memperoleh informasi, ide, ketrampilan, nilai, cara berpikir,

sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan belajar bagaimana cara belajar.

7.4 Model Pembelajaran Quantum Teaching

7.4.1 Pengertian Quantum Teaching

Menurut Bobbi De Porter (2010:32) menyatakan “Quantum

Teaching adalah badan ilmu pengetahuan dan metodelogi yang

digunakan dalam rancangan, penyajian dan fasilitasi supercamp”.

Quantun Teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan

lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan

isi dan memudahkan proses belajar.

Dalam bukunya, Bobbi De Porter (2010:34) menjelaskan

beberapa kata kunci mengenai Quantum Teaching, yaitu :

Quantum Teaching berasal dari kata quantum dan teaching.


Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Dengan demikian Quantum Teaching adalah pengubahan
bermacam-macam interaksi di dalam dan di sekitar momen belajar.
Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif
yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini
mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya
yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain.

7.4.2 Azas Utama dan Prinsip-Prinsip Quantum Teaching

7.4.2.1 Azas Utama Quantum Teaching

Quantum Teaching bersandar pada konsep bawalah dunia

mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Ini

merupakan azas utama atau alas an dasar dibalik strategi, model dan

keyakinan Quantum Teaching.

12
Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke

dunia mereka mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia

murid sebagai langkah pertama. Untuk mendapatkan hak mengajar,

pertama-tama guru harus membangun jembatan autentik memasuki

kehidupan siswa. Sertifikat mengajar atau dokumen yang mengizinkan

guru mengajar hanya berarti bahwa guru memiliki wewenang untuk

mengajar. Hal ini tidak berarti bahwa guru mempunyai hak

mengajar.mengajar adalah hak yang harus diraih dan diberikan oleh

siswa, bukan oleh departemen pendidikan. Belajar dari segala

definisinya adalah kegiatan full-contact. Dengan kata lain belajar

melibatkan semua aspek kepribadian manusia-pikiran, perasaan dan

bahasa tubuh-di samping pengetahuan, sikap, dan keyakinan

sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Dengan demikian, karena

belajar berurusan dengan orang secara keseluruhan, hak untuk

memudahkan belajar tersebut harus diberikan pelajar dan diraih oleh

guru (Bobbi De Porter, 2010:35)

7.4.2.2 Prinsip-Prinsip Quantum Teaching

Quantum teaching berisi prinsip sistem perencanaan pengajaran

yang efektif, efisien dan progresif berikut metode penyajiannya untuk

mendapatkan hasil belajar yang mengagumkan dengan waktu yang

sedikit. Quantum teaching memiliki lima prinsip. Kelima prinsip

tersebut menyatu dalam konteks pembelajaran. Hal ini sesuai dengan

yang dinyatakan Bobbi De Porter (2010:36) bahwa “Quantum

13
Teaching juga memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Serupa

dengan azas utama , bawalah dunia mereka ke dunia kita, antarkan

dunia kita ke dunia mereka, prinsip-prinsip ini mempengaruhi seluruh

aspek Quantum Teaching”. Prinsip-prinsip yang mempengaruhi

seluruh proses pembelajaran tersebut adalah:

a. Segalanya berbicara

Segala sesuatu yang timbul dari lingkungan kelas hingga bahasa

tubuh (isyarat) guru, dan rancangan pelajaran semuanya

merupakan informasi yang mengirim pesan tentang belajar.

Misalnya guru mengucapkan suatu rumus fisika denagn mantap

sambil menuliskan di papan tulis.

b. Segalanya bertujuan

Semua yang dipraktekkan, disampaikan guru, serta yang terjadi

dalam proses belajar mempunyai tujuan tersendiri dalam

meningkatkan kualitas belajar mengajar. Di kelas, tujuan yang

sama bagi seluruh siswa adalah mengembangkan ketrampilan yang

dimiliki. Misalnya guru membuat atau menggunakan alat peraga

sederhana untuk memotivasi siswa dalam belajar.

c. Pengalaman sebelum pemberian nama

Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks,

yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses

yang paling baik terjadi ketika siswa telah mendapatkan informasi

14
sebelum memperoleh kesimpulan dari apa yang mereka pelajari

dalam proses belajar mengajar di kelas. Misalnya siswa telah

mengetahui bahwa air mengalir dari tempan yang tinggi ketempat

yang rendah sebelum guru menjelaskan secara khusus dalam

pelajaran fisika.

d. Akui setiap usaha

Setiap usaha yang di tempuh oleh siswa selayaknya mendapatkan

pengakuan dari guru yang bersangkutan. Misalnya guru tidak

bersikap keras terhadap siswa yang salah dalam menjawab

pertanyaanyang dilontarkan guru.

e. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan

Perayaan adalah sarapan para pelajar juara. Perayaan memberikan

umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan minat dalam

belajar. Misalnya guru member pujian/hadiah terhadap siswa yang

menonjol atau yang berprestasi dan memberikan semanagt bagi

siswa yang kurang aktif.

7.4.3 Model Quantum Teaching

Model Quantum Teaching hampir sama dengan sebuah

simfoni. Jika menonton sebuah simfoni, ada banyak unsur yang

menjadi faktor pengalamn musik kita. Model Quantum Teaching

terbagi dalam dua kategori, yaitu kategori konteks dan isi (context and

15
content). Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bobbi De

Porter (2010:38) yang menyatakan bahwa:

Model Quantum Teaching dibagi menjadi dua seksi utama: konteks

dan isi. Dalam seksi konteks, anda akan menemukan semua bagian

yang anda butuhkan untuk mengubah:

a. Suasana yang memberdayakan


b. Landasan yang kukuh
c. Lingkungan yang mendukung
d. Rancangan belajar yang dinamis

Dalam seksi isi, anda akan akan menemukan ketrampilan

penyampaian untuk kurikulum apapun, di samping strategi yang

dibutuhkan siswa untuk bertanggung jawab atas apa yang mereka

pelajari:

a. Penyajian yang prima


b. Fasilitasi yang luwes
c. Keterampilan belajar-untuk-belajar
d. Keterampilan hidup

Konteks dan isi sama-sama penting dan saling berhubungan.

Antara keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan.

7.4.4 Kerangka Perencanaan Quantum Teaching

Dengan menggunakan metode Quantum Teaching, guru akan

menggabungkan keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan

pengajaran yang akan melejitkan prestasi siswa. Quantum Teaching

adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya.

Quantum Teaching menyertakan segala kaitan, interaksi, dan

perbedaan yang memaksimalkan momen belajar. Quantum teaching

16
berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi

yang mendirikan landasan dan kerangka belajar.

Kerangka perencanaan pengajaran Quantum teaching dengan

pendekatan TANDUR adalah sebagai berikut :

1. Tumbuhkan

Tumbuhkan minat belajar siswa dengan memuaskan rasa ingin

tahu dalam bentuk : Apakah Manfaatnya Bagiku (AMBAK) jika

aku mengikuti topik pelajaran ini dengan guruku. Tumbuhkan

suasana yang menyenangkan di hati siswa, dalam suasana relaks,

tumbuhkan interaksi dengan siswa, masuklah ke alam pikiran

mereka dan bawalah alam pikiran mereka ke alam pikiran anda,

yakinkan siswa mengapa harus mempelajari ini dan itu, belajar

adalah suatu kebutuhan siswa, bukan suatu keharusan.

Tumbuhkan niat yang kuat pada diri anda bahwa anda akan

menjadi guru dan pendidik yang hebat.

2. Alami

Unsur ini mendorong hasrat alami otak untuk “menjelajah”. Cara

apa yang terbaik agar siswa memahami informasi dan kegiatan apa

yang dapat diberikan agar pengetahuan dan keterampilan yang

sudah dimiliki siswa bertambah.

3. Namai

Setelah siswa melalui pengalaman belajar pada topik tertentu, ajak

mereka untuk menulis di kertas, menamai apa saja yang telah

mereka peroleh, apakah itu informasi, rumus, pemikiran, tempat

17
dan sebagainya, ajak mereka untuk menempelkan nama-nama

tersebut di dinding kelas dan dinding kamar tidurnya.

4. Demonstrasikan

Melalui pengalaman belajar siswa mengerti dan mengetahui bahwa

dia memiliki kemampuan (kompetensi) dan informasi (nama) yang

cukup, sudah saatnya dia mendemonstrasikan dihadapan guru,

teman, maupun saudara-saudaranya.

5. Ulangi

Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa

“aku tahu bahwa aku tahu ini!”.

6. Rayakan

Perayaan adalah ekspresi kelompok atau seseorang yang telah

berhasil mengerjakan sesuatu tugas atau kewajiban dengan baik.

Jadi, jika siswa sudah mengerjakan tugas dan kewajibannya

dengan baik, layak untuk dirayakan lewat : Bertepuk tangan,

bernyanyi bersama-sama, atau secara bersama-sama

mengucapkan : “Aku Berhasil!”.

7.5 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa

dalam mengkonstruksi arti, baik itu berupa teks, dialog, maupun

pengalaman. Bisa dikatakan juga sebagai proses menghubungkan

pengalaman atau materi yang dipelajari dengan pengertian yang sudah

dimiliki seseorang sehingga pengerti- annya dikembangkan. Hasil dan

18
bukti belajar dari siswa ialah adanya perubahan tingkah laku. Menurut

Hamalik (2004) yaitu :

Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah


laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan
dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur
subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah
sedang berfikir dapat dilihat dari raut mukanya, sikapnya dalam
rohaniahnya tidak bisa kita lihat.

Selain itu, Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi

pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi

hingga keliang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah

belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya.

Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat

pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang

menyangkut nilai dan sikap (afektif). (Sadiman, 1996). Menurut Dick dan

Reiser dalam Hasanah (2007) menyatakan bahwa “Hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan

pembelajaran mereka membedakan hasil belajar atas empat macam, yaitu

pengetahuan, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, dan sikap”.

Burton dalam Hamalik (2004) mengemukakan bahwa prinsip-

prinsip belajar adalah sebagai berikut:

1. Proses belajar adalah mengalami, berbuat, mereaksi, melampaui.


2. Proses itu berjalan melalui bermacam-macam pengalaman dan mata
pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan murid.
3. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan
tertentu.
4. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan peserta didik
sendiri yang mendorong motivasi secara berkesinambungan.
5. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh keturunan dan
lingkungan.
6. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara material dipengaruhi oleh
perbedaan-perbedaan individual di kalangan peserta didik.

19
7. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-
pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan
kematangan murid.
8. Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan
kemajuan.
9. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur.
10. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi
dapat didiskusikan secara terpisah.
11. Proses belajar berlangsung secara efektif dibawah bimbingan yang
merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.
12. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan.
13. Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada
kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya.
14. Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-
pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang
baik.
15. Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian
dengan kecepatan yang berbeda-beda
16. Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan
dapat berubah-ubah (adaptable), jadi tidak sederhana dan statis.

Keefektifan perilaku belajar dipengaruhi oleh empat hal, yaitu :

1. Adanya motivasi peserta didik menghendaki sesuatu


2. Adanya perhatian dan tahu sasaran peserta didik harus memperhatikan
sesuatu
3. Adanya usaha peserta didik harus melakukan sesuatu
4. Adanya evaluasi dan pemantapan hasil (reinforcement) peserta didik
harus memperoleh sesuatu.

Tujuan pembelajaran adalah adanya perubahan prilaku siswa baik

dari segi pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), maupun keterampilan

(psikomotor) siswa. Kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir,

kemampuan memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman,

konseptualisasi, penentuan, dan penalaran. Kemampuan afektif adalah

kemampuan yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat,

penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Kemampuan psikomotor

adalah kemampuan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota

badan, kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik. Hasil belajar siswa

20
harus mencerminkan adanya peningkatan. Dari ketiga aspek tersebut

meningkat dan belum optimal jika salah satu aspek kemampuan belum

meningkat.

8. Metodelogi Penelitian

8.1 Metode Penelitian

Berdasarkan dari rumusan dan tujuan penelitian yang telah

dirumuskan, maka jenis penelitian ini tergolong dalam penelitian

eksperimen sesungguhnya dimana satu kelas diajarkan dengan

memanfaatkan media pembelajaran melalui model quantum teaching (di

sebut kelaos eksperimen) dan satu kelas di ajarkan tanpa memanfaatkan

media pembelajaran melalui model quantum teaching (di sebut kelas

kontrol).

8.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dilakukan penelitian ini yaitu di SMK Negeri 1 Nisam dan

pelaksanaannya pada semester I tahun ajaran 2010/2011.

8.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK

Negeri 1 Nisam yang terdiri dari 2 kelas berjumlah 50 siswa. Karena

seluruh populasi dijadikan sebagai sampel, maka peneltian ini termasuk ke

dalam penelitian populasi.

21
8.4 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini yaitu pretes dan post tes.

8.5 Metode Pengolahan Data

Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka metode

pengolahan data yang digunakan rumus sebagai mana dinyatakan oleh

suharsimi arikunto (1997:218) sebagai berikut :

M 2−M 1
t=
∑ x 21 +∑ x 22
√ N (N −1)

Dimana :

M1 = Mean kelas eksperimen (post tes - pretes)

M2 = Mean kelas kontrol (post tes - pretes)

∑x12 = Jumlah kuadrat deviasi kelas eksperimen

∑x22 = Jumlah kuadrat deviasi kelas control

N = Subjek pada sampel

22

You might also like